BAB 4 PEMBAHASAN

advertisement
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Praktek Exchange Traded Fund di Negara-negara Lain
Exchange Traded Fund merupakan salah satu inovasi produk terbaru di
Industri Pasar Modal, karena Exchange Traded Fund baru diperkenalkan pada awal
tahun 1990-an di Kanada ketika Toronto Stock Exchange menerbitkan Toronto Index
Participation Fund (TIPs) yang terdiri dari 35 saham teraktif di Kanada. Sedangkan di
Amerika Serikat, Exchange Traded Fund pertama kali pertama kali dicatatkan di
American Stock Exchange (AMEX) pada tahun 1993.
Sejak saat itu, Exchange Traded Fund mengalami perkembangan yang sangat
pesat khususnya di Amerika dan selanjutnya berkembang ke Negara-negara Eropa,
Asia dan Australia. Berdasarkan data Morgan Stanley Equity Research pada tanggal
29 Januari 2003 terdapat 280 ETF di seluruh dunia dengan total asset 141,62 miliar
dollar. Tabel 4.1. menyediakan informasi tentang perkembangan pasar ETF di
beberapa negara per tanggal 31 Desember 2002.
50 51 Tabel 4.1. Perkembangan ETF di Berbagai Negara
Negara
Jumlah
Jumlah
ETF Total
(Jumlah MI)
Pencatatan Awal Tercatat
Kelolaan
ETF
(US$ miliar)
US (6)
113
113
102.28
Europe (14)
118
192
10.69
Japan (4)
18
18
21.00
Canada (3)
16
16
2.88
Korea (4)
4
4
0.314
Australia (1)
3
3
0.226
South Africa (1)
3
3
0.554
Hong Kong (2)
2
4
3.09
India (1)
1
1
0.002
Israel (1)
1
1
0.342
Singapore (1)
1
6
0.184
Dana
Sumber: Morgan Stanley Equity Research
Perkembangan ETF dilihat dari total asset dan jumlah produk sangat
dinominasi di Amerika, untuk lebih mengetahui perkembangan ETF di beberapa
negara seperti Amerika, Kanada, Hong Kong, dan Australia akan dipaparkan lebih
lanjut.
52 4.1.1. Amerika Serikat
Di Amerika perkembangan ETF dimulai sejak diperkenalkannya ETF pada
tahun 1993, dengan total asset sebesar US$464 juta pada satu fund. Pada akhir tahun
2000 jumlah ETF bertambah menjadi 80 dengan total Asset yang dikelola sebesar
65,6 miliar dollar, dengan rincian 55 ETF bersifat domistik dengan total asset 63,6
milliar dolar dan 25 ETF bersifat Global/Internasional dengan total asset 2 milliar
dollar.
Gambar 4.1. Diagram Perkembangan Jumlah dan Total Aset ETF di Amerika
Sumber data: Investment Company Institute
Perkembangan ETF di Amerika terus mengalami pertumbuhan, dilihat dari
data per Juni 2005 jumlah fund yang sudah ditransaksikan sebanyak 171 dengan total
asset yang dikelola sebanyak 242,6 milliar dollar, dengan rincian 119 ETF bersifat
domestik, 46 International, dan 6 merupakan Bond Index, dengan masing-masing
53 total asset sebesar 189,5 miliar dollar untuk domestic, 40,7 miliar dollar untuk
internasional, dan 12,42 miliar dollar untuk Bond Index.
Gambar 4.2. Diagram Perkembangan ETF Berdasarkan Jenis
Sumber data: Investment Company Institute
4.1.2. Kanada
Di Kanada Exchange Traded Fund diterbitkan pertama kali pada tahun 1990
oleh Barclays Global Investors dengan total Asset sebesar 4,7 milliar dollars. Pada
tahun 2002 total asset dari Barclays Global Investors mengalami kenaikan menjadi
US$5,14 milliar. Di tahun 2003 jumlah ETF bertambah menjadi 2 yang diterbitkan
oleh 2 perusahaan yaitu Barclays Global Investors dan TD Asset Management Inc
dengan total dana kelolaan sebesar US$7,1 milliar.
54 Tabel 4.2. Perkembangan ETF di Kanada
Tahun
Jumlah Perusahaan
Total Dana Kelolaan (US$ miliar)
2001
1
4,70
2002
1
5,14
2003
2
7,10
2004
2
8,90
Juni 2005
1
0.340
Sumber data: The Investment Funds Institute of Canada
Berdasarkan data dari The Investment Funds Institute of Canada, pada bulan
Juni 2005 hanya terdapat satu Fund yang masih bertahan yaitu TD Asset
Management Inc dengan total dana kelolaan sebesar US$ 340 juta.
4.1.3. Hong Kong
Exchange Treded Fund pertama kali diperdagangkan di Hong Kong pada
tanggal 12 November 1999 dengan nama Tracker Fund of Hong Kong dengan
underlying Hang Seng Index. Hampir keseluruhan Exchange Traded Fund di Hong
Kong merupakan Fund yang memiliki underlying berupa indeks. Sampai dengan
tahun 2004 jumlah fund yang berdiri sebanyak 7 (tujuh) fund yang di perdagangkan
di Hong Kong Exchange.
55 Tabel 4.3. Perkembangan ETF di Hong Kong
NO
Kode
Nama ETF
Tanggal Listing
1
2800
Tracker Fund of Hong Kong
12/11/1999
2
4362
iShares MSCI South Korean Index Fund
02/05/2001
3
4363
iShares MSCI Taiwan Index Fun
02/05/2001
4
2801
iShares MSCI China Tracker
28/11/2001
5
2828
Hang Seng H-Share Index ETF
10/12/2003
6
2833
Hang Seng Index ETF
21/09/2004
7
2832
iShares FTSE/Xinhua A50 China Tracker
18/11/2004
Sumber data: HKEx Fact Book 2004
4.1.4. Australia
Data per tanggal 30 Juli 2005 di Australian Stock Exchange telah
memperdagangkan 7 produk Exchange Traded Fund dengan total asset yang dimiliki
sebesar 487 milliar dollar. Dari ketujuh fund tersebut, tiga memiliki underlying
berupa indeks dan sisanya merupakan ekuitas baik domestik maupun internasional.
56 Tabel 4.4. Perkembangan ETF di Australia
NO.
Kode
Nama ETF
Total Dana Kelolaan
(AUS$ Juta)
1
GCA
GEC Asian Value Fund
7
2
GCH
GEC Australian Healthcare
4
3
GCE
GEC Eurogrowth Fund
6
4
GGU
GEC Global Fund
12
5
STW
StreetTracks 200 Fund
373
6
SFY
StreetTracks 50 Fund
17
7
SLF
StreetTracks 200 Property
68
Sumber data: www.asx.com.au/LMI
4.2. Aspek Hukum Exchange Traded Fund
4.2.1.Pengaturan
Exchange
Traded
Fund
di
Beberapa
Negara
Di Amerika Serikat, Exchange Traded Fund dapat dikelompokkan dalam
Investment Company sebagaimana diatur dalam The Investment Company Act of
1940 (http://www.sec.gov/about/laws/ica40.pdf). Dalam the Investment Company
Act diberikan beberapa pengertian Investment Company, yaitu:
57 a.
Section 3(a)(1)(A) defines an investment company as any issuer which is or holds
itself out as being engaged primarily, or purposes to engage primarily, in the
business of investing, reinvesting, or trading in securities;
b.
Section 3(a)(1)(C) specifies statistical test that gives rise to a rebbutable
presumption that a company with 40% or more of its assets invested in
investment securities is an investment company.
c.
Section 3(b)(1) provides that, an issuer primarily engaged in a business other
than that of investing, reinvesting, owning, holding, or trading securities is not
an investment company.
Selanjutnya dalam The Investment Company Act dikenal 3 (tiga) bentuk
hukum Investment Company, yaitu Open-End Fund, Closed-End Fund dan Unit
Investment Trusts (UITs). Dari ketiga jenis Investment Company tersebut, Exchange
Traded Fund sangat menyerupai sifat Open-End Fund, karena Exchange Traded Fund
menerbitkan Efek yang dibeli kembali (redeemable securities) pada Net Asset Value
(NAV). Namun demikian, Exhange Traded Fund hanya menerbitkan dan melakukan
pembelian kembali (redeem) dalam jumlah yang besar yang disebut dengan Creation
Unit, misalnya 50.000 lembar. Namun demikian Exchange Traded Fund juga
memiliki kesamaan dengan Closed-End Fund, karena Efek yang diterbitkan oleh
Exchange Traded Fund diperdagangkan di pasar sekunder pada harga pasar
58 (negotiated price). Untuk itu, investor Exchange Traded Fund dapat menjual Efek
yang dimilikinya secara short atau membeli Efeknya secara margin.
Pada umumnya Exchange Traded Fund di Amerika Serikat mempunyai
bentuk hukum Open-End Fund. Pemberian bentuk hukum Open-End Fund kepada
Exchange Traded Fund, pertama kali diperkenalkan oleh US Securities Exchange
Commission pada tahun 1996. Pada tahun tersebut, di Amerika Serikat dibentuk
Exchange Trade Fund dengan menggunakan bentuk hukum Open-End Fund seperti
the Country Basket Index Fund, Inc. dan the Foreign Fund, Inc. Karena Exchange
Traded Fund tidak sepenuhnya sama dengan mutual fund, maka Exchange Traded
Fund memperoleh beberapa pengecualian dari ketentuan the Investment Company
Act of 1940. Pengecualian tersebut antara lain ketentuan Pasal 2(a) (32) dan 5 (a) (1)
sehingga Exchange Traded Fund dapat terdaftar sebagai Open-End Fund yang
melakukan penerbitan dan pembelian kembali (redeem) Efek hanya dalam bentuk
Creation Unit, Pasal 22 (d) dan 22c-1 yang memungkinkan Efek Exchange Traded
Fund dapat ditransaksikan secara individual dalam pasar sekunder pada harga
berdasarkan negosiasi dan Pasal 17 (a) (1) dan (a) (2) yang memperbolehkan
penjualan atau pembelian kembali (redemption) secara in-kind atas Creation Unit
oleh pihak terafiliasi dengan Exchange Traded Fund.
Disamping bentuk hukum Open-End Fund, sesuai dengan ketentuan the
Investment Company Act of 1940 Exchange Traded Fund dapat pula diterbitkan
59 dengan bentuk hukum Unit Investment Trust (UITs). Unit Investment Trust (UITs)
menerbitkan efek yang dapat dibeli kembali (redeemable securities) yang disebut
dengan “Unit”, seperti mutual fund, berarti UITs akan membeli kembali unit tersebut
apabila investor menjualnya dengan harga sesuai NAV. Namun demikian,
berdasarkan pengecualian yang diberikan oleh US Securities Exchange Commission
(US SEC) Exchange Trade Fund berbentuk Unit Investment Trust (UITs) juga hanya
dapat melakukan pembelian kembali (redeem) dalam bentuk Creation Units, misalnya
sejumlah 50.000 lembar.
Disamping itu, efek Exchange Traded Fund dapat diperdagangkan di pasar
sekunder. Unit Investment Trust (UITs) biasanya melakukan sekali penawaran umum
pada suatu jumlah yang telah ditetapkan (seperti closed end fund). Beberapa sponsor
Unit Investment Trust (UITs) akan menjaga pasar sekunder yang memungkinkan
investor dapat menjual unit yang dimilikinya kepada sponsor dan investor lain
membeli unit dari sponsor. Pada saat pembentukan UITs dapat ditentukan masa
berakhirnya suatu UITs, meskipun dalam praktek terdapat beberapa UITs yang baru
dibubarkan 50 (lima puluh) tahun setelah pendiriannya. UITs tidak secara aktif
memperdagangkan portofolio investasinya, sehingga UITs akan memegang (hold)
efek-efek dalam portofolio dalam kurun waktu yang cukup lama. Unit Investment
Trust juga tidak mempunyai dewan direksi, manajer, dan penasehat investasi yang
memberikan nasihat selama berlangsungnya kontrak.
60 Penggunaan Unit Investment Trust (UITs) sebagai bentuk hukum Exchange
Traded Fund (ETF) di Amerika Serikat pertama kali digunakan pada bulan Januari
1993. Pada saat itu, suatu perusahaan yang merupakan subsidiary dari AMEX
membentuk Exchange Trade Fund yang pertama yaitu the SPDR Trust dengan
menggunakan bentuk Unit Investment Trust (UITs). Dalam menawarkan SPDR
tersebut, the SPDR Trust memperoleh beberapa pengecualian dari ketentuan the
Investment Company Act.of 1940, antara lain dimungkinkannya SPDR untuk
melakukan pembelian kembali (redeem) hanya pada jumlah yang besar (Creation
Unit), dapat diperdagangkannya SPDRs pada harga pasar (negotiated price) di pasar
sekunder, diperkenankannya dealer untuk menjual SPDR kepada investor di pasar
sekunder tanpa disertai prospektus, dan diperkenankannya pihak terafiliasi dengan
SPDR Trust untuk melakukan transaksi SPDR berkaitan dengan penjualan dan
pembelian kembali (redeem) atas jumlah yang besar dari SPDRs.
Seperti perusahaan pada umumnya (operating company) atau closed end fund,
Exhange Trade Fund wajib menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada regulator
dan mencatatkan efeknya di bursa efek, agar Exchange Trade Fund dapat
ditransaksikan di bursa efek. Seperti investor pada perusahaan tercatat pada umumnya
(Listed Company), investor juga dapat memperdagangkan efek Exchange Traded
Fund secara Over The Counter. Namun demikian, efek Exchange Traded Fund yang
dibeli melalui pasar sekunder tidak dapat dimintakan penjualan kembali (redeem)
61 kecuali permintaan penjualan kembali (redeem) tersebut dalam bentuk Creation Unit
(misalnya 50.000 lembar) Exchange Traded Fund.
Keuntu ngan yang diperoleh dari investasi dalam Exchange Traded Fund
antara lain karena Exchange Traded Fund memungkinkan investornya mempunyai
diversfikasi efek hanya dengan memilik satu Efek Exchange Traded Fund saja.
Berbeda dengan bentuk tradisional Closed-End fund, Exchange Traded Fund dapat
menghindari terjadinya diskon atau premium dari harga pasar yang sering
diasosiasikan dengan nilai saham dari suatu closed end fund, karena Exchange
Traded Fund dapat secara terus menerus menerbitkan dan melakukan pembelian
kembali (redeem) atas efek secara menyeluruh dalam bentuk Creation Unit.
Sedangkan di Kanada dikenal 2 (dua) bentuk hukum Exchange Traded Fund,
yaitu Open-End Fund dan Closed-End Fund. Namundemikian, sebagian besar
Exchange Traded Fund di Kanada menggunakan bentuk hukum Open-End Fund.
Bentuk hukum Closed-End Fund merupakan bentuk Fund yang efeknya dapat
diperdagangkan di Bursa (Exchange Traded Securities) yang menginvestasikan dana
dari para pemegang sahamnya pada portofolio efeknya. Seperti halnya tradisional
Mutual Fund, Exchange Traded Fund berbentuk Closed-End Fund juga memiliki
Dewan Direksi yang dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham, selanjutnya Dewan
Direksi akan menunjuk Penasihat Investasi dan Manajer Investasi. Berbeda dengan
Open-End Mutual Fund, yang menerbitkan saham baru berdasarkan permintaan
62 investor, Closed-End Fund memulai kegiatannya berdasarkan jumlah saham yang
telah ditetapkan. Saham dari Closed-End Fund diperdagangkan di Bursa Efek,
sehingga harganya ditentukan berdasarkan permintaan dan penawaran. Closed-End
Fund tidak dapat dibeli kembali berdasarkan permintaan sebagaimana mutual fund.
Ketika permintaan saham lebih besar dari penawaran, maka harga dari Exchange
Trade Fund berbentuk Closed-End Fund akan lebih tinggi dari underlying Net Aset
Valuenya. Seperti halnya tradisional Open-End Mutual Fund, Closed-End Exchange
Trade Fund mendistribusikan pendapatannya kepada para pemegang saham dengan 2
(dua) cara yaitu income dividend atau stock dividen serta capital gain.
Di Jepang Exchange Trade Fund juga mengalami perkembangan yang sangat
pesat dan saat ini Jepang merupakan negara yang memiliki industri Exchange Trade
Fund terbesar kedua dengan dana kelolaaan lebih dari US$26 miliar. Pada saat ETF
diperkenalkan di Jepang beberapa lembaga keuangan yang besar dan Perusahaan
Efek menyambutnya dengan baik.
Sedangkan di Malaysia Exchange Trade Fund yang pertama kali diterbitkan
adalah ABF Malaysian Bond Index Fund. Di wilayah the East Asia Pacific Region,
the ABF Malaysian Bond Index Fund merupakan Exchange Trade fund yang kedua
setelah diterbitkannya ABF Hong KongIndex Fund pada tanggal 21 Juni 2005. Bond
Exchange Trade Fund pada dasarnya merupakan instrumen investasi yang relatif
terjangkau bagi pemodal lemah, karena tidak diperlukannya dana besar dalam
63 investasi awalnya. Disamping itu, instrumen investasi ini juga sangat efisien,
transparan dan sangat menarik tidak hanya bagi investor kelembagaan tetapi juga
investor retail. The ABF Malaysian Bond Index melakukan investasi pada
Government dan Quasi Government securities.
4.2.2.Kajian
Exchange
Traded
Fund
dalam
Kerangka
Peraturan Perundang-undangan di Bidang Pasar Modal
Dari praktik industri Exchange Trade Fund (ETF) yang berkembang secara
internasional dapat dilihat bahwa konsep dasar Exchange Trade Fund (ETF) serta
bentuk hukum yang dipergunakan dalam Exchange Trade Fund terdapat beberapa
kesamaan dengan Reksa Dana yang dikenal dalam sistem hukum Pasar Modal
Indonesia. Disamping itu, dari konsep hukum tentang Investment Company
sebagaimana didefinisikan dalam The Investment Company Act 1940 yang
menyatakan bahwa Investment Company sebagai Emiten (Issuer) yang kegiatannya
berkaitan dengan investasi di bidang Efek. Dengan demikian Investment Company
yang terdapat pada The Investment Company Act 1940 sangat mirip dengan Reksa
Dana sebagaimana didefinisikan dalam UUPM Pasal 1 angka 27. Namun demikian,
sebelum ditemukan titik temu antara Exchange Trade Fund dengan Reksa Dana,
diperlukan penelaahan secara mendalam atas Reksa Dana. Dalam pasal 1 angka 27
UUPM memberi batasan Reksa Dana sebagai “Wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
Portofolio Efek oleh Manajer Investasi”. Dengan batasan tersebut di atas, terlihat
64 bahwa Portofolio Reksa Dana terdiri atas Efek. Sedangkan Efek dalam pengertian
UUPM adalah hanya terbatas pada surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek (pasal 1 angka 5 UUPM).
Dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 18 ayat
(1) disebutkan ada 2 (dua) bentuk hukum dari Reksa Dana, yaitu Perseroan dan
Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Selanjutnya dalam penjelasan disebutkan bahwa
Reksa Dana berbentuk Perseroan adalah Emiten yang kegiatan usahanya
menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari penjualan saham
tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis Efek yang diperdagangkan di Pasar Modal
dan Pasar Uang. Adapun Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak antara Manajer
Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan dimana
Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan
Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.
Berkaitan dengan Reksa Dana berbentuk Perseroan, UUPM Pasal 18 (2)
menyebutkan lebih lanjut bahwa Reksa Dana bebentuk Perseroan dapat bersifat
terbuka atau tertutup. Reksa Dana terbuka adalah Reksa Dana yang dapat
menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai dengan
sejumlah modal yang telah dikeluarkan, sedangkan Reksa Dana tertutup adalah Reksa
Dana yang tidak dapat membeli kembali saham-sahamnya yang telah dijual kepada
65 pemodal. Sedangkan mengenai Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif,
UUPM Pasal 20 ayat (1) menyebutkan bahwa Manajer Investasi sebagai pengelola
Reksa Dana terbuka berbentuk kontrak investasi kolektif dapat menjual dan membeli
kembali Unit Penyertaan secara terus menerus sampai dengan jumlah Unit
Penyertaan yang ditetapkan dalam kontrak.
Mengingat Reksa Dana tertutup tidak dapat membeli kembali sahamsahamnya telah dijual kepada pemodal, maka apabila pemodal tersebut bermaksud
menjual saham yang dimilikinya maka pemodal tersebut harus menjual sahamnya
melalui mekanisme yang ada di bursa efek dimana sahamnya dicatatkan. Secara
lengkap perbandingan antara PT Reksa Dana terbuka dan PT Reksa Dana Tertutup
tertuang dibawah ini:
No.
1.
PT Reksa Dana Tertutup
PT Reksa Dana Terbuka
Menjual sahamnya pada penawaran Menjual sahamnya secara terus
umum perdana sampai batas modal menerus sepanjang ada pemodal
dasar, tetapi dapat menerbitkan yang membeli
saham baru melalui proses rights
issue
2.
Saham Reksa Dana dicatatkan di Saham
bursa Efek
Reksa
Dana
dicatatkan di bursa efek
tidak
66 3.
Investor
tidak
dapat
menjual Investor dapat menjual kembali
kembali saham yang dimilikinya, sahamnya kepada Reksa Dana
tetapi kepada investor lain melalui
bursa
4.
Harga jual/beli saham tergantung Harga jual/beli saham antara PT
penawaran dan permintaan antar Reksa
investor bursa
Dana
dengan
investor
didasarkan nilai NAB per saham
yang dihitung Bank Kustodian
5.
Saham dengan nilai nominal
Saham tanpa nilai nominal
6.
Harga saham diperdagangkan di Harga
saham
diperdagangkan
bursa efek sesuai harga pasar
sesuai nilai NAB
7.
NAB awal ditentukan perseroan
NAB awal Rp 1000,-
8.
Return on investment diperoleh dari Return
deviden,capital gain, dan saham deviden,
bonus
9.
on
investment
capital
dari
gain,
dan
perubahan nilai NAB
Transaksi dalam jumlah banyak Transaksi dalam jumlah banyak
berpengaruh, karena harga saham tidak
berpengaruh
karena
ditentukan berdasarkan supply and diperdagangkan sesuai NAB
demand
Selanjutnya, pasal 24 ayat 3 UUPM menjelaskan bahwa ”Pembatasan
investasi Reksa Dana diatur lebih lanjut oleh Bapepam”. Dalam penjelasan Pasal 24
67 ayat (3) disebutkan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan pembatasan investasi,
antara lain jumlah investasi dalam satu jenis Efek, batasan dalam investasi pada Efek
di luar negeri dan jenis-jenis instrumen yang dilarang dibeli oleh Reksa Dana.
Pembatasan investasi dalam pasal tersebut diatas tertuang dalam angka 9 Peraturan
Bapepam No. IV.A.3 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk
Perseroan yang berbunyi sebagai berikut: ”Reksa Dana yang telah memperoleh izin
usaha dan yang telah dinyatakan efektif hanya dapat melakukan pembelian dan
penjualan atas:
a. Efek yang dijual dalam penawaran umum dan atau dicatatkan di bursa efek baik di
dalam maupun di luar negeri;
b. Instrumen pasar uang yang mempunyai jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun,
meliputi Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang, Surat
Pengakuan Hutang, Sertifikat Deposito baik dalam rupiah maupun dalam mata
uang asing, dan obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia;
dan
c. Surat Berharga Komersial yang jatuh temponya dibawah 3 (tiga) tahun dan telah
diperingkat oleh perusahaan pemeringkat Efek.
68 Biasanya penawaran umum atas Reksa Dana Perseroan baik tertutup maupun
terbuka dapat dilakukan pada periode tertentu sebelum listing di bursa efek
dilaksanakan. Penerbitan Reksa Dana Perseroan diperlakukan sama sebagaimana
saham dengan melakukan beberapa tahap sebagai berikut:
1.
Sebelum emisi, yaitu persiapan-persiapan yang dilakukan untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan penawaran umum.
2.
Tahapan emisi, yaitu masa dimana dilakukan penawaran umum hingga sahamsaham yang telah ditawarkan dicatatkan di bursa efek, dan
3.
Tahapan sesudah emisi, yaitu berupa tahapan pelaporan sebagai konsekuensi atas
penawaran umum tersebut.
Jadi dari tiga tahapan diatas Reksa Dana Perseroan dapat melakukan
penawaran umum melalui mekanisme primary market dan secondary market.
Dibawah ini beberapa perbedaan membeli saham secara langsung dengan membeli
Reksa Dana Perseroan (saham):
Investasi Saham Secara Langsung
Membeli Reksa Dana Saham
Akses utk mendapatkan saham dalam Reksa
IPO untuk penjatahan tetap terbatas
Dana
lebih
mudah
memperoleh penjatahan tetap dalam
IPO
Diversifikasi portofolio tidak dapat Diversifikasi tercapai secara otomatis
tercapai dengan dana kecil
69 Tidak
terkena
management
fee,
subscription
custodian
fee, Ada subscription fee, management
fee, fee, custodian fee, redemption fee
redemption fee, dll
Investor harus mengelola portofolio Pengelolaan
sendiri
portofolio
dilakukan
oleh Manajer Investasi dan Bank
Kustodian
Modal awal investasi relatif besar, Investasi awal kecil, dapat berkisar
minimal deposit awal berkisar Rp 25 antara Rp 250 ribu –Rp 500 ribu
Juta
Berkenaan dengan penilaian Nilai Pasar Wajar dan perhitungan NAB/Saham,
pasal 22 dan 23 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
menyebutkan bahwa :
Pasal 22 UUPM:
”Manajer Investasi Reksa Dana terbuka berbentuk Perseroan dan Kontrak Investasi
Kolektif wajib menghitung nilai pasar wajar dari Efek dalamportofolio setiap hari
bursa berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam”
Pasal 23 UUPM:
”Nilai saham Reksa Dana terbuka berbentuk Perseroan dan nilai Unit Penyertaan
kontrak investasi kolektif ditentukan berdasarkan nilai aktiva bersih”
70 Dari bunyi pasal 22 dan 23 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pasal 22 dan 23
diperuntukkan bagi Reksa Dana perseroan terbuka dan Kontrak Investasi Kolektif
dan bukan diperuntukkan bagi Reksa Dana Perseroan Tertutup. Substansi pasal
tersebut adalah berkenaan dengan penghitungan nilai pasar wajar dari portofolio yang
dihitung setiap hari bursa dan penilaian Nilai Aktiva Bersih.
Sedangkan yang berkenaan dengan perhitungan Nilai Aktiva Bersih tertuang
dalam pasal 25 ayat 3 dan penjelasannya. Pasal tersebut menyatakan bahwa”Reksa
Dana wajib menghitung nilai aktiva bersih dan mengumumkannya”. Selanjutnya
penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa: ”Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana
terbuka dihitung dan diumumkan setiap hari bursa, sedangkan Nilai Aktiva Bersih
Reksa Dana tertutup dihitung dan diumumkan sekurang-kurangnya sekali dalam
seminggu”. Jadi jelas disini NAB Reksa Dana Perseroan Tertutup (yang merupakan
acuan bagi ETF) dihitung minimum tiap satu minggu sekali bukan setiap hari.
Sedangkan yang berkenaan dengan penilaian nilai pasar wajar tetap mengacu pada
Peraturan Bapepam No.IV.C.2 tentang Nilai Pasar Wajar Dari Efek Dalam
Portofolio Reksa Dana.
Selanjutnya Pasal 28 ayat menjelaskan secara tegas bahwa: “Saham Reksa
Dana terbuka berbentuk Perseroan diterbitkan tanpa nilai nominal”. Berdasarkan
ketentuan ini, penerbitan Reksa Dana tanpa nilai nominal hanya diperuntukkan bagi
Reksa Dana Perseroan terbuka, bukan Reksa Dana Perseroan tertutup. Sedangkan
71 untuk Reksa Dana Perseroan tertutup mengikuti aturan yang ada di pasal 42 ayat 2
UUPT, karena UUPM tidak menyebut secara jelas. Pasal 42 ayat 2 berbunyi ”saham
tanpa nilai tidak dapat dikeluarkan”. Dari bunyi pasal tersebut diatas mempertegas
bahwa Saham tanpa nilai nominal hanya ditujukan bagi Reksa Dana perseroan
terbuka, sedangkan Reksa Dana Perseroan tertutup mempunyai nilai nominal tertentu.
Hal ini sejalan dengan adagium “Lex Specialis Derogat Legi Generalis”.
4.3. Kemungkinan Penerapan Exchange Trade Fund di
Indonesia
ETF pertama kali diperkenalkan pada tahun 1993, adalah offshoots dari reksa
dana yang memungkinkan investor untuk memperdagangkan portfolio index seperti
yang mereka lakukan terhadap kepemilikan saham. ETF pertama adalah “spider”,
sebutan untuk SPDR, atau Standard & Poor’s Depository Receipt, yang merupakan
unit investasi trust yang mencakup portfolio yang sesuai dengan index S&P 500.
Tidak seperti reksa dana, dimana dapat dibeli dan dijual hanya pada saat akhir hari
ketika Net Asset Value (NAV) dihitung, investor dapat memperdagangkan spiders
sepanjang hari, seperti kepemilikan saham. Spiders menimbulkan kemunculan produk
lain yang mirip seperti “diamonds” (berdasarkan Dow Jones Industrial Average,
ticker DIA), “Cubes” (berdasarkan index Nasdaq 100, ticker QQQ), dan “WEBS”
(World Equity Benchmark Shares, dimana saham dalam portfolio dari index pasar
saham luar negeri). Di akhir tahun 2005, ada sekitar 200 ETF dengan asset $300
milyar.
72 Dari praktik ETF secara internasional terlihat bahwa diberbagai negara ETF
pada umumnya diterbitkan dalam bentuk Open-end Fund maupun Unit Investment
Trust. Dengan bentuk hukum tersebut, maka Exchange Trade Fund dapat
menerbitkan Efek yang dapat dibeli kembali (redeemable securities) sesuai dengan
Net Asset Value. Namun demikian, Exchange Trade Fund juga mempunyai sifat yang
mendekati Closed-end Fund karena Efek Exchange Trade Fund tersebut
diperdagangkan di pasar sekunder pada harga pasar (negotiated price).
Ketiga bentuk hukum yang dikenal dalam The Investment Company Act of
1940 dalam beberapa hal mempunyai kemiripan dengan bentuk hukum Reksa Dana
sebagaimana dikenal dalam UUPM, yaitu Reksa Dana berbentuk Perseroan dan
Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif serta sifat Reksa Dana yang terdiri
atas Reksa Dana terbuka (Open-end) dan Reksa Dana tertutup (closed-end).
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya Reksa Dana Terbuka (Open-End Fund)
adalah Reksa Dana yang dapat menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya
dari pemodal sampai dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan, sedangkan
Reksa Dana tertutup (Closed-end Fund) adalah Reksa Dana yang tidak dapat membeli
kembali saham-sahamnya yang telah dijual kepada pemodal.
Dari pendekatan secara legislasi dan praktek penerbitan Exchange Trade Fund
secara internasional, penerapan Exchange Trade Fund di dalam industri Pasar Modal
Indonesia memungkinan untuk dapat dilaksanakan. Namun demikian, hal tersebut
memerlukan semacam terobosan hukum sebagaimana dilakukan oleh beberapa
73 negara yang telah memperkenalkan Exchange Trade Fund dalam industri pasar
modalnya. Beberapa penyesuaian di bidang regulasi tersebut diperlukan karena
sebagai inovasi baru di sektor industri keuangan pada dasarnya Exchange Trade Fund
mempunyai sifat hybrid, karena Exchange Trade Fund tidak sepenuhnya dapat
dikategorikan mempunyai sifat sebagaimana Open-end Fund maupun Close-end
Fund.
Mengingat karakteristik Exchange Trade Fund sangat dekat dengan Reksa
Dana sebagaimana dikenal industri Pasar Modal Indonesia, maka struktur hukum
Reksa Dana sebagaimana dikenal saat ini dapat diterapkan sebagai alas hukum
penerbitan Exchange Trade Fund di Indonesia meskipun disertai dengan beberapa
modifikasi.
Oleh karena dalam Reksa Dana saat ini dikenal 2 (dua) bentuk hukum yaitu
Perseroan dan Kontrak Investasi Kolektif, maka secara teori kedua bentuk hukum
tersebut dapat digunakan sebagai vehicle penerbitan Exchange Trade Fund. Namun,
sebagaimana banyak dilakukan di negara lain, untuk dapat dipergunakan sebagai
sarana penerbitan Exchange Trade Fund, maka baik bentuk hukum Perseroan maupun
Kontrak Investasi Kolektif tersebut harus mempunyai sifat terbuka, artinya dapat
membeli kembali Efek yang telah diterbitkannya.
74 Sebagaimana mekanisme penerbitan Exchange Trade Fund di negara lain
yang hanya memungkinkan investor untuk melakukan penjualan kembali (redeem)
Exchange Trade Fund dalam jumlah besar (Creation Unit yang kurang lebih
berjumlah 50.000 lembar), maka perlu ditentukan pula bahwa investor Exchange
Trade Fund di Indonesia hanya dapat melakukan redeem atas Efek yang dimilikinya
kalau memenuhi persyaratan minimal tertentu. Dalam hal investor tersebut
bermaksud menjual Efek yang dimilikinya namun tidak memenuhi persyaratan
minimum permintaan redeem kepada Exchange Trade Fund, maka investor tersebut
dapat mentransaksikan Efeknya di Bursa Efek.
Meskipun secara umum perangkat hukum Reksa Dana yang dikenal selama
ini dapat digunakan sebagai wahana penerapan ETF di Indonesia, namun terdapat
beberapa hal yang perlu diatur secara khusus dalam satu peraturan. Hal-hal yang
perlu diatur secara khusus tersebut meliputi :
1.
Batasan Investasi
Batasan-batasan investasi yang sebelumnya terdapat dalam peraturan mengenai
Reksa Dana agar dapat dikecualikan dalam peraturan mengenai ETF, misalnya :
a. Pembatasan investasi pada satu Emiten melebihi 10% dari NAB;
b. Tidak adanya penempatan dana awal (sponsorship);
c. Investor dapat berinvestasi pada ETF lebih dari 2%;
d. ETF bisa berinvestasi dalam efek derivatif apabila penggunaannya untuk
lindung nilai (hedging) atau efisiensi dalam manajemen portofolio;
75 e. ETF dapat berinvestasi dalam Efek yang tidak tercatat di Bursa Efek (prior to
listing); dan
f. ETF dapat melakukan transaksi meminjamkan efek (securities lending),
adapun transaksi ini dapat dilakukan pembatasan berdasarkan total dana
kelolaan.
2.
Penyebaran Informasi :
Berbeda dengan Reksa Dana, Portofolio dari ETF wajib diumumkan secara
publik dengan demikian pasar dapat menentukan harga yang paling tepat atas
setiap unit ETF. Manajer Investasi juga wajib mengumumkan estimasi NAV per
unit ETF. Pengumuman ini dapat dilakukan melalui web site ETF sendiri atau
melalui Bursa Efek.
3. Prospektus
Segala ketentuan dan prosedur yang berkenaan dengan struktur dari ETF wajib
secara jelas dan tepat diungkap dalam prospektus ETF tersebut, misalnya
ketentuan mengenai prosedur subscription dan redemption, biaya transaksi,
perubahan komposisi portofolio, dan lain-lain.
4.4. Latar Belakang Bahana TCW Meluncurkan Produk ETF
Sebagaimana tertuang dalam Cetak Biru Pasar Modal Indonesia Tahun 20002004,
untuk
mengembangkan
pasar
modal
Indonesia
diperlukan
strategi
pengembangan umum pasar modal Indonesia. Strategi tersebut dapat dicapai dengan
melakukan pengembangan pasar dan instrumen pasar modal. Upaya yang akan
76 dilakukan untuk pengembangan pasar adalah dengan memperkuat serta memperluas
basis investor domestik, disamping itu perlu dilakukan pengembangan produk-produk
investasi baru sebagai alternatif investasi dipasar modal.
Pasar modal Indonesia sejak tahun 1996 telah mengembangkan Reksa Dana
sebagai salah satu instrumen yang didesain untuk menjangkau investor ritel. Industri
reksa dana ini diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam memperkuat serta
memperluas basis investor. Sepanjang kurun waktu tahun 2000-2003 perkembangan
reksa dana menujukkan peningkatan yang siginifikan, namun pada tahun 2004
peningkatan NAB reksa dana menunjukkan perkembangan yang melambat atau
mengalami titik kejenuhan. Hal ini memerlukan inovasi-inovasi baru dalam
pengembangan reksa dana. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan
mengembangkan reksa dana yang dapat diperdagangkan di bursa (exchange traded
funds).
Di Amerika Serikat, sejak diperkenalkan tahun 1993 perkembangan nilai dana
kelolaan ETF menunjukkan tingkat pertumbuhan yang signifikan dan sampai dengan
akhir Juni 2005 jumlah ETF yang sudah tercatat dan diperdagangkan sebanyak 171
buah dengan total dana kelolaan sebanyak US$242,6 milliar. Peningkatan nilai asset
yang luar biasa tersebut dikerenakan ETF memiliki karakteristik yang lebih menarik
dibandingkan dengan reksa dana konvesional.
77 Mempertimbangkan kedua hal tersebut, PT Bahana TCW mempertimbangkan
kemungkinan penerapan perdagangan Exchange Traded Funds di Pasar Modal
Indonesia. Pada hari itu, Kamis, 15 Maret 2007 di Jakarta, PT Bahana TCW
Investment Management memproyeksikan kelolaan reksa dana indeks obligasi (Asian
Bond Fund- Indonesia Bond Index Fund/ABF-IBIF) senilai Rp500 miliar pada akhir
tahun itu. Reksa dana tersebut diharapkan efektif diperdagangkan di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) pada semester II sebagai exchange traded fund (ETF) pertama di
Indonesia. Saat itu, Manajer Investasi (MI) tersebut menunggu dealer partisipan
untuk membentuk pasar ETF.
Direktur Utama Bahana TCW Dwina S. Wijaya mengatakan reksa dana
indeks tersebut ditujukan untuk menyerap investasi asing dan menjaganya di pasar
modal dalam negeri. Produk yang diharapkan menjadi ETF pertama di Indonesia itu
didesain untuk memenuhi kebutuhan investor asing yakni diversifikasi investasi ke
instrumen yang dikelola dengan prinsip tata kelola internasional (international
governance).
78 Dwina mengakui saat itu pihaknya belum mengajukan berkas ke Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) untuk menjadikan
reksa dana indeks tersebut sebagai ETF, namun pihaknya segera mencatatkan reksa
dana ini di bursa. 1
Indeks yang menjadi acuan reksa dana ini adalah indeks obligasi Asia yakni
iBoxx yang diluncurkan IIC (International Index Company) pada 12 Mei 2005. Bank
Indonesia (BI) hanya mengizinkan ABF sebagai pengguna tunggal benchmark
tersebut.
4.5. Pro dan Kontra Peluncuran ETF Dibandingkan dengan
Reksa Dana yang ada saat ini
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
melarang perdagangan short selling atas produk reksa dana exchange traded fund
(ETF), sehingga mengganjal penerbitan ETF oleh Bahana TCW. Kepala Biro
Pengelolaan Investasi (PI) Bapepam-LK Djoko Hendratto mengatakan pihaknya tidak
bisa mengabulkan permohonan PT Bahana TCW Investment Management yang
mengajukan perizinan short selling untuk produk reksa dananya karena memasukkan
skema short selling dalam proposalnya. "Kami belum memperkenankan, walaupun di
1
Dikutip dari pidatonya yang tercantum di artikel Bahana Rancang Reksa Dana
Indeks Obligasi, Kamis 15 Maret 2007 dari www.infovesta.com.
79 negara lain ETF bisa ditransaksikan secara short selling sebagai sweetener (pemanis)
untuk membuat ETF likuid," tuturnya kepada pers, kemarin. Ketentuan tersebut,
lanjut dia, untuk sementara diterapkan di bursa Indonesia mengingat produk ini baru
diizinkan peluncurannya tahun 2007. Terlebih, peraturan short selling itu sendiri saat
ini masih sedang dikaji di biro Transaksi dan Lembaga Efek (TLE) Bapepam-LK.
Short selling adalah praktik penjualan saham di mana investor (pedagang
saham) meminjam dana (on margin) untuk menjual saham yang belum dimiliki
dengan harga tinggi dengan spekulasi akan membeli kembali dan mengembalikan
pinjaman sahamnya ketika saham turun.
Menurut Djoko, praktik short selling di Indonesia tercatat menimbulkan
dampak buruk yang memicu praktik nakal beberapa kasus pasar modal. "Intinya, itu
sangat berisiko. Di sisi lain, kami sendiri belum cukup bisa mengidentifikasi risiko itu
secara jelas." Untuk itu, lanjut dia, otoritas pasar modal akan meminta penjelasan
skema short selling ETF yang diajukan Bahana TCW. Di sisi lain, biro PI, biro TLE,
dan biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum (PBH) Bapepam-LK terus
mengkaji pengenaan short selling di reksa dana yang bisa diperdagangkan di bursa
itu. "Kalau kami sendiri juga berharap aturan internasional juga diterapkan di
Indonesia, tentunya harus melihat keadaan. Kami mencoba menjajaki dan mengkaji
misalnya short selling diberlakukan di ETF bagaimana," ujarnya. 2
2
Dikutip dari pidatonya yang tercantum di artikel Bapepam Larang Short Selling
untuk Produk ETF, Rabu 10 Oktober 2007 dari www.infovesta.com.
80 Di samping pendapat kontra tersebut, diketahui bahwa ETF mempunyai
keunikan dari reksa dana yang sekarang ini dijual. ETF diharapkan harus sangat
transparan, sebagai syarat dan kewajiban mutlak bila produknya ditransaksikan di
bursa. Investor harus mengetahui portfolio dari reksa dana tersebut. Misalkan, reksa
dana tersebut mempunyai 25 saham dalam portfolio maka saham tersebut harus
dipublikasikan baik melalui media massa maupun dilaporkan ke Bapepam dan bursa.
Bila sahamnya mengalami perubahan dan juga mengalami penambahan atau
pengurangan saham, harus dilaporkan.
Adanya transparan portfolio tersebut menyebabkan investor dapat mengambil
keputusan untuk bertransaksi. Bila ETF tersebut mempunyai portfolio seluruh saham
di Bursa maka dapat disebut dengan Reksa Dana Indeks. Manajer investasi tidak
perlu lagi bercerita banyak mengenai keunggulan ETF tersebut.
Tetapi, Reksa Dana Indeks ini mempunyai kelemahan karena tidak semua
saham dapat diperdagangkan. Bila diperhatikan transaksi di Bursa paling banyak
sekitar 250 saham yang diperdagangkan. Oleh karenanya, manajer investasi yang
mengeluarkan ETF sudah selayaknya memperhatikan saham dalam portfolio supaya
investor dapat terbayar dan tidak melanggar Kontrak Investasi Kolektif (KIK). ETF
yang sangat laku dan bisa diinvestasikan investor adalah ETF yang mempunyai
portfolio sekitar 50 terbesar di BEJ karena sumbangan sudah mencapai 90% dari
kapitalisasi pasar.
81 Proses adanya ETF yaitu sebuah Reksa Dana diterbitkan oleh manajer
investasi dan manajer investasi melakukan kerja sama dengan anggota bursa untuk
mendaftarkan Reksa Dana tersebut untuk diperdagangkan di bursa. Anggota bursa
tersebut mempunyai keistimewaan dibanding anggota bursa lain. Artinya, anggota
bursa tersebut menjadi Bandar dari perdagangan ETF tersebut dan penulis
menyebutnya dealer pasar (market maker) ETF tersebut.
4.6. Implementasi CAPM dalam Pengelolaan Investasi ETF
CAPM menyatakan bahwa investor individual harus memegang portfolio
pasar, portfolio nilai tertimbang dari semua sekuritas beresiko yang ada di pasar.
Bagaimana
portfolio
ini
berhubungan
dalam
praktiknya?
Adakah
cara
memperdagangkan portfolio pasar secara langsung?
Jika kita memusatkan perhatian kita pada saham-saham Amerika, kita dapat
menemukan beberapa index pasar yang populer mencoba untuk merepresentasikan
performa dari pasar saham Amerika. Sebuah index pasar melaporkan nilai dari
portfolio sekuritas tertentu. Index saham paling populer di Amerika adalah Dow
Jones Industrial Average (DJIA), dimana terdiri dari portfolio 30 saham industrial
besar. Sementara saham-saham ini dipilih untuk merepresentasikan berbagai sektor
ekonomi, mereka jelas tidak mewakili keseluruhan pasar. Juga DJIA adalah portfolio
yang
price-weighted (bukan value-weighted). Sebuah price-weighted portfolio
memegang sejumlah saham yang sama terhadap masing-masing saham, terbebas dari
jumlahnya. Terlepas dari tidak mewakili keseluruhan pasar, DJIA tetap digunakan
82 secara luas karena merupakan salah satu index pasar saham tertua (pertama
dipublikasikan tahun 1884).
Perwakilan yang lebih baik dari keseluruhan pasar saham Amerika adalah
S&P 500, sebuah value-weighted portfolio dari 500 saham Amerika terbesar. S&P
500 adalah value-weighted index pertama yang dipublikasikan secara luas (index
S&P mulai dipublikasikan di tahun 1923, walaupun didasarkan pada sejumlah saham
kecil pada saat itu), dan telah menjadi acuan dari keseluruhan performa di pasar
saham Amerika. Ia juga merupakan standar portfolio yang digunakan untuk mewakili
“pasar” ketika menggunakan CAPM dalam praktiknya. Walaupun S&P 500 termasuk
hanya 500 dari lebih 7000 saham Amerika yang ada, karena S&P 500 termasuk
saham-saham terbesar, ia mewakili lebih dari 70% dari pasar saham Amerika dalam
kapitalisasi pasar.
iBoxx ABF Indonesia Bond Index® adalah indeks yang mewakili pasar
obligasi Indonesia yang terdiri dari portofolio SUN dalam Rupiah yang diterbitkan
dan dijamin oleh pemerintah Republik Indonesia, yang termasuk dalam portofolio RABFII. Saat ini R-ABFII seluruhnya berupa SUN (Obligasi Negara) Republik
Indonesia dari berbagai seri dan jangka waktu jatuh tempo.
Dalam praktiknya, kebijakan investasi ABF-IBI Fund oleh manajer investasi
akan dilakukan pada:
1. Efek bersifat utang yang menjadi bagian dari indeks tolok ukur (efek tolok
ukur), atau efek-efek bersifat utang yang menurut manajer investasi serupa
83 dengan efek tolok ukur dan diterbitkan oleh institusi yang sama dengan
institusi yang menerbitkan efek tolok ukur investasi pada efek bersifat utang
yang serupa dengan efek tolok ukur tidak melebihi dari 15% (lima belas
persen) dari nilai aktiva bersih ABF IBI Fund. Efek bersifat utang yang serupa
dengan efek tolok ukur mencakup namun tidak terbatas pada :
a. Obligasi berdenominasi rupiah yang diterbitkan oleh pemerintah dan
lembaga milik pemerintah berdomisili di Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Obligasi berdenominasi rupiah yang diterbitkan oleh lembaga
keuangan supranasional sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Investasi ABF IBI Fund pada efek bersifat utang sebagaimana disebutkan
dalam butir 1 diatas harus berdenominasi rupiah.
3. Manajer Investasi dapat melakukan transaksi Repo untuk kepentingan
pemegang unit penyertaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan syarat-syarat dalam kontrak investasi kolektif.
Kebijakan investasi ini sesuai dengan teori CAPM dimana ABF-IBI Fund
mempunyai tujuan investasi demi mendapatkan tingkat pertumbuhan yang stabil dan
optimal melalui investasi pada efek bersifat hutang dengan target komposisi investasi
sebagai berikut:
84 •
30% sampai dengan 90% dalam efek bersifat utang
•
2% sampai dengan 80% dalam instrumen pasar uang
•
10% sampai dengan 70% dalam saham
Digunakan 5 kriteria seleksi portofolio R-ABFII:
•
Jenis Obligasi (saat ini 100% dalam obligasi pemerintah)
•
Tingkat kelayakan investasi Obligasi dan Emiten Obligasi (saat ini semuanya
mencerminkan sovereign risk Indonesia karena berinevstasi dalam SUN)
•
Usia obligasi pada saat seleksi
•
Jangka waktu hingga jatuh tempo
•
Jumlah obligasi seri tersebut yang masih beredar di pasar
4.7. Pelajaran yang dapat Diambil dari Peluncuran ETF dan
Strategi untuk Investor ETF
Menguatnya bursa saham diperkirakan berimbas terhadap munculnya
sejumlah produk baru di Pasar Modal. Praktis strategi dan kecanggihan investasi
manajer investasi akan sangat menentukan ETF mana yang paling banyak diminati.
Boleh jadi untuk beberapa portofolio yang sama beberapa ETF bisa menghasilkan
NAB yang berbeda. Itu bisa terjadi mengingat seluruh capital gain atau capital loss
yang diperoleh dalam transaksi seluruhnya akan tercatat. Begitu juga dengan dividen
kalau memang dalam transaksi tersebut ada portofolio saham yang secara kebutulan
85 diperdagangkan dengan cum dividen. Oleh Bapepam-LK investasi ETF yang
dicatatkan di Bursa Efek Indonesia harus dipastikan hanya diinvestasikan atas sahamsaham yang likuid. Pembelian saham-saham likuid tersebut harus memperoleh
persetujuan antara bank kustodian dan manajer investasi.
Telah disinggung bahwa investasi pada instrumen ETF ini cocok bagi investor
pemula. Dengan memperhatikan pergerakan NAB ETF dari hari ke hari yang
dilaporkan pihak pengelola, akan memberikan pelajaran bagi investor melihat cara
dan tata cara para profesional melakukan transaksi saham di lantai bursa. Yang perlu
diperhatikan dari ETF adalah sasaran invetasinya. Bisa jadi nantinya ETF ada yang
menginvestasikan seluruh dana yang ada ke seluruh saham yang tercatat. Tapi dalam
waktu dekat kemungkinan hal itu belum ada manajer investasi yang mengisi seluruh
portofolionya atas seluruh saham yang tercatat. Kenapa? Karena dewasa ini saham
yang tercatat di BEI belum seluruhnya memiliki pergerakan yang sama (likuid). Dari
hari ke hari paling hanya sekitar 250-an saham yang aktif diperdagangan. Hal itu
terjadi mengingat dari karateristik investor dan struktur industri emiten yang
bersangkutan.
Ada emiten yang oleh investor saham dicadangkan untuk investasi jangka
panjang, akibatnya saham-saham tersebut kurang aktif diperdagangkan apalagi saham
tersebut secara rutin dari tahun ke tahun selalu membagikan dividen, sehingga
investor enggan melakukan transaksi. Dengan asumsi tersebut kemungkinan yang
muncul adalah ETF hanya akan membeli atau menginvestasikan sejumlah saham
tertentu saja, khususnya saham-saham likuid saja. Karakteristik ETF yang demikian
86 itu dengan sendirinya memberikan peluang bagi investor pemula untuk belajar, dan
mengetahui seluk beluk investasi dan aktivitas trading di bursa. ETF yang kita kenal
saat ini masih sebatas ETF yang berinvestasi pada saham LQ-45. Dan mengacu pada
NAB reksa dana yang sudah terpublikasi itu, hasil investasinya juga terbilang
lumayan. Investor tetap bisa menikmati keuntungan ditengah harga saham yang
tengah menukik. Jadi tidak ada salahnya untuk dicoba.
Teknik utama bagi pemula untuk melakukan transaksi ini yaitu dengan
melihat tingkat pengembalian yang diberikan oleh ETF selama periode. Bila investor
sudah memperoleh tingkat pengembalian lebih tinggi sekitar 4% sampai 8% dari
tingkat bunga berlaku maka selayaknya investor keluar dulu dan mencari ETF yang
lain. Misalkan, tingkat bunga sekitar 7% per tahunnya dan ETF seharusnya
memberikan tingkat pengembalian sekitar 11% untuk dapat mempertimbangkan ETF
dijual, tetapi bila tidak memberikan keuntungan maka sudah selayaknya keluar dari
produk tersebut.
Transaksi yang dapat dilakukan oleh investor dengan cara memperhatikan
pergerakan indeks dan isian dari portfolio Reksa Dana ETF tersebut. Bila bursa
saham dianggap akan mengalami kenaikan dalam beberapa bulan ke depan investor
melakukan pembelian terhadap ETF tersebut. Jika bursa mulai dianggap akan
mengalami penurunan maka investor dapat melakukan penjualan secepatnya. Sebagai
catatan historis bursa, bahwa selama 4 tahun (akhir Oktober 2002 sampai Januari
2006) terakhir bursa kita mengalami kenaikan 376,16% atau terjadi capital gain
secara rata-rata 3,26% per bulannya.
87 Apabila investor pemula sudah sangat paham bertransaksi di ETF, maka
investor dapat mulai melakukan transaksi di saham karena denyut permainan sudah
mendekati dan resiko sudah sama dengan resiko pasar. Tetapi, pada ETF yang tidak
sama persis isiannya dengan indeks maka hasil yang diperoleh yang pasti akan
berbeda. Bila isian portfolio adalah sekitar 50 saham berkapitalisasi besar, maka
pergerakan portfolio hampir sama dengan indeks artinya indeks turun maka harga
ETF turun dan indeks naik ETF juga naik, hanya ada sedikit perbedaan.
Salah satu teknik yang dapat dipergunakan investor adalah dengan
memperhatikan berbagai kejadian di bursa regional. Bila bursa regional mengalami
penurunan, bursa kita pun akan mengalami penurunan, penelitian yang dilakukan
beberapa akademisi menyimpulkan bahwa BEJ (Bursa Efek Jakarta) berkointegrasi
dengan bursa regional dan bursa Amerika Serikat.
Indikator lain yang juga dapat dipergunakan yaitu memperhatikan tindakan
Gubernur Bank Sentral atas tingkat bunga yang dikenal dengan tingkat bunga FED.
Bila tingkat bunga FED mengalami kenaikan maka bursanya mengalami penurunan
dan berkointegrasi dengan bursa kita yang juga mengalami penurunan. Kejadian
sebaliknya juga terjadi, sehingga investor dapat mengambil tindakan.
Belakangan ini tindakan Bank Indonesia dalam menentukan tingkat bunga
sudah mempunyai pengaruh kepada bursa kita. Beberapa tahun sebelumnya tindakan
Bank Indonesia belum sangat diperhatikan pemain pasar. Hal ini disebabkan bursa
88 kita yang sudah mulai mendekati bursa semi strong efficient market (public
information).
Resiko yang dihadapi investor dalam bertransaksi ETF ini paling besar terlihat
pada resiko pasar. Artinya, pergerakan pasar sangat mempengaruhi investasi investor.
Resiko adanya pencairan besar-besaran yang membuat dealer pasar (market maker)
dari ETF tidak sanggup memenuhi permintaan investor dan juga manajer investasi
tidak dapat memenuhi permintaan pemain pasar tersebut. Oleh karenanya, investor
harus terus memperhatikan pasar minimum sekali dua hari atau lebih lama sekali dua
minggu.
Download