Volcano and geothermal system , Volcano-hosted of

advertisement
Volcano and geothermal system , Volcano-hosted of ore
deposits , Industrial uses of volcanic material
I. HEAT FROM INTERIOR OF THE EARTH
Bumi merupakan sistem yang dinamis dengan berbagai fluktuasi aktivitas serta
pertukaran energi yang sangat besar yang berlangsung tiap detik. Jika dilihat dari sistemnya,
panas internal Bumi dihasilkan oleh aktivitas inti Bumi serta aktivitas partial melting pada bagian
mantel. Panas sendiri merupakan sejumlah energi kalor yang dilepaskan atau diterima oleh suatu
benda/objek. Berbicara mengenai panas dari bumi, ada pendapat yang menyebutkan bahwa
panas internal bumi diakibatkan oleh pressure yang sangat besar. Akan tetapi muncul pertanyaan,
jika demikian mengapa pada kedalaman laut yang sangat dalam justru suhu menjadi semakin
dingin? Penyataan mengenai pressure memang benar namun perlu diingat bahwa tekanan tidak
akan menimbulkan panas jika dilakukan pada benda yang tidak mengalami perubahan volume.
Namun demikian, pernyataan mengenai pressure dapat diaplikasikan jika dilakukan pada gas dan
disebut sebagai “tingkat kemerosotan adiabatik (adiabatic lapse rate)” yang menjelaskan
mengapa kenaikan elevasi mengakibatkan penurunan suhu sementara semkain dalam semakin
hangat. Jika dikaitkan dengan objek Bumi, maka energi kalor yang dilepaskan, diterima, ataupun
diproduksi akan berhubungan dengan sistem interior Bumi itu sendiri. Berbicara mengenai panas
dari interior Bumi, tentu perlu diketahui sumber-sumber panasnya serta mekanisme
pembentukannya. Berikut adalah sumber-sumber panas interior Bumi :
1. Sisa-sisa panas akibat dari pengaruh planetesimal pada awal pembentukan Bumi
Dalam pembentukannya, energi
termal hasil dari tumbukan batuan di
sekitar planet dengan kondisi dan
syarat tertentu akan mencukupi
energi yang dibutuhkan untuk
melelehkan “calon” Bumi atau yang
disebut
sebagai
proto-planet.
Sebagian saintis percaya bahwa
sistem tata surya kita berasal dari
suatu partikel solid yang berasal dari
awan nebula yang sangat besar
Gambar 1 Komet beserta ekor dan intinya
(Sumber : www.geology.sdsu.edu)
(Hipotesis Nebula). Berdasarkan skenario tersebut, proto-planet Bumi akan semakin membesar
akibat extraterrestrial impact yang mengakibatkan kenaikan massa pada setiap tumbukannya.
Dengan pertambahan ukuran, maka medan gravitasi proto-planet akan menarik objek lain ke
permukaanya. Komposisi dari material yang saling bertumbukan tersebut termasuk fragmen yang
kaya metal seperti seperti iron meteorite , fragmen berbatu seperti stony meteorite, serta
fragmen es seperti komet. Meskipun terdapat asumsi bahwa proses ini hanya berlangsung dalam
masa awal pembentukan Bumi namun pada kenyataannya proses ini masih tetap berlangsung
hingga hari ini dan biasa terlihat sebagai fenomena hujan meteor.
Partikel-partikel tersebut memiliki kecepatan yang sangat tinggi, berkisar antara kurang
lebih 30.000-50.000 km/jam, sama dengan kecepatan revolusi Bumi terhadap Matahari. Jumlah
energi kinetik yang dihasilkan dari pergerakan badan secara instan akan dikonversi menjadi energi
panas yang menyediakan komponen bagi sumber pembentukan panas internal Bumi.
2. Iron Catastrophe
Proses ini terjadi setelah pembentukan
massa bundar yang menghasilkan
komposisi yang cukup seragam. Jika
residual panas dari tumbukan material
bersifat signifikan, maka pemanasan
material radioaktif pada massa hasil iron
catastrophe mengalami peningkatan
suhu hingga mencapai kondisi kriti
tercapai. Seiring pencairan material dan
memungkinkan terjadinya pergerakan,
besi dan nikel yang bersifat padat dan
terdistribusi secara merata di seluruh
Gambar 2 Proses terjadinya Iron Catastrophe
(sumber : www.buzzle.com)
massa, akan bermigrasi menuju pusat
massa untuk membentuk inti. Energi potensial gravitasi yang dilepaskan dari pemusatan globuila
nikel dan besi yang diikuuti oleh material padat lain disekitarnya, mengakibatkan kenaikan
temperatur dari protoplanet melebihi melting point hampir keseluruhan komponen dan
menghasilkan formasi rapid dari inti besi cair yang ditutupi oleh deep global silicate magma.
Proses ini disebut sebagai planetary differentiation dan terjadi sekitar 500 juta tahun sapai ke
pembentukan planet yang ada saat ini.
3. Kontraksi Gravitasi
Gambar 3 Proses Peluruhan elemen radioaktif
(sumber : www. geoinfo.nmt.edu)
Pada tahap awal akresi planet, Bumi bersifat
kurang padat dibandingkan saat ini. Proses
akresi mengakibatkan kenaikan tarikan gravitasi
dan memaksa Bumi untuk berkontraksi menjadi
volume yang lebih kecil. Peningkatan kompaksi
tersebut menghasilkan konversi energi gravitasi
menjadi energi panas. Panas terkonduksi secara
perlahan melalui batuan, karena pembentukan
sumber panas yang berlangsung sangat cepat
tersebut tidak diimbangi dengan pelepasan
panas pada permukaan.
4. Peluruhan elemen radioaktif
Elemen radioaktif yang bersifat kurang stabil akan melepas untuk membentuk unsur yang lebih
stabil seiring dengan waktu. Misalnya unsur Uranium-238 akan meluruh secara perlahan
membentuk Lead-206. Semua proses peluruhan radioaktif akan menghasilkan panas sebagai
produk dari reaksi yang terjadi. Pada masa awal pembentukannya, Bumi memiliki elemen
radioaktif kpomplemen dalam jumlah yang lebih besar dari yang ada saat ini, namun beberapa
dari elemen tersebut (e.g Alumunium-26) berumur sangat pendek dan telah meluruh hingga
hampir habis. Elemen lain dengan waktu luruh yang lebih lama masih mengalami proses
peluruhan ini dan masih melepaskan sejumlah panas. Komplemen dari elemen kurang stabil
dengan jumlah besar pada masa awal Bumi selanjutnya menghasilkan sejumlah besar energi
panas pada masa inisial pembentukan Bumi.
Geothermal Systems
Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan
bersama mineral dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam
suatu sistem Panas Bumi (pge.pertamina.com)
Sistem panas bumi mempunyai beberapa komponen utama (Ani Maliani, Majalah Pusdiklat
Geologi 2010), yaitu:
 Sumber panas yang biasanya adalah magma atau batuan plutonik lainnya.
 Reservoar yang merupakan tempat terkumpulnya fluida panas bumi. Di reservoar
fluida panas bumi juga dapat mendidih.
 Daerah resapan disekitar sistem panas bumi yang merupakan tempat terserapnya
air meteorik ke dalam sistem.
 Daerah keluaran panas di permukaan yang disebut sebagai manifestasi panas bumi di
permukaan.
 Batuan tudung atau caprock
Keberadaan magma chambers dapat diketahui dengan beberapa metode seperti :

Gravitymeter : nilai anomali negatif gravitasi diatas magma yang kaya akan silika dan
densitas kecil

Peningkatan konduktivitas karena keberadaan magma dan batuan panas

Adanya aktivitas microseismic di sekitar magma chambers
Syarat-syarat panas bumi untuk powerplant

Kedalaman dari magma chambers atau sumber magma cukup dalam sehingga panas yang
dihasilkan cukup besar

Terdapat akumulasi magma yang cukup untuk membentuk sistem panas bumi yang
ekonomis

Kondisi panas bumi yang dapat digunakan dalam bentuk energi, diperlukan tekanan.
Ketika air telah mencapai diatas titik didih dan air yang menjadi uap terjebak pada lapisan
impermeable menyebabkan uap terakumulasi
Gambar : Skema Geothermal Power Plant
Ada 4 macam fluida panas bumi menurut (Nicholson, 1993):
1. Air tanah yang berasal dari air hujan (Meteoric Water).
2. Fluida yang berasal dari magma itu sendiri (Magmatic Fluid).
3. Air Fossil atau air yang terperangkap pada saat pengendapan batuan-batuan sedimen.
4. Air metamorfik atau air yang dikeluarkan pada saat pengendapan-pengendapan batuan
sedimen.
Macam-Macam Sistem Panas Bumi
• Menurut Sumber Panas
1. Sistem yang berasosiasi dengan intrusi batuan beku
2. Sistem yang tidak berasosiasi dengan batuan beku
• Menurut Jenis Fluida Reservoar
1. Sistem Dominan Uap
2. Sistem Air Panas
3. Sistem dua-fasa
Geothermometer
•
Untuk memperkirakan temperatur dari hydrothermal system digunakan alat bernama
Geothermometer
•
Cara kerjanya dengan rasio unsur Na/K/Ca dengan koreksi Mg dan SiO2.
•
Dari geothermometer kimia ini juga diketahui bahwa bagian terbesar dari air dalam
sistem hidrothermal di bumi adalah air meteoric bukan berasal asli dari aktivitas
magmatik. (Sebagai catatan, rasio 3He/4He yang tinggi menandakan bersumber dari
aktivitas magmatik (mantle degassing).
Pemanfaatan energi geothermal
•
Pembangkit listirik tenaga geothermal (PLTP)
•
Menghangatkan bangunan melalui sistem pemanas distrik dimana air panas di dekat
permukaan bumi disalurkan langsung ke dalam bangunan dan industri
•
Sebagai tempat rekreasi pada pemandian air panas
Attraction of volcano and volcanic landscape
Beberapa fenomena alam yang terbentuk pasca vulkanik :
1. Kawah atau Danau
2. Mata air panas
3. Sumber gas uap air seperti fumarol.
4. Mata air geyser
Gambar: Salah satu pemanfaatan objek sebagai sumber mata air panas.
HOT WATER VALVES ON THE OCEAN FLOOR AND THE FORMATION OF ORE DEPOSITS
3 karakteristik ore deposit :
1. Kaya Fe – Mn
2. Kaya Mn
3. Kaya Sulfida namun miskin Mn
•
Tipe pertama merupakan karakteristik yang paling umum ditemui, terletak didasar
sedimen oceanic dan diatas kerak volkanik.
•
Tipe ketiga terbentuk oleh cerobong air panas “ black smookers” yang biasanya terletak
di mid ocean ridge (MOR).
Proses terjadinya hidrotermal bawah laut adalah sebagai berikut :
1. Air laut yang dingin (2 C) merembas melalui celah-celah ataupun rekahan yang terdapat di
dasar lautan.
2. Air laut terus merembas jauh ke bawah di dalam kerak samudera. Radiasi energi panas dari
batuan cair yang terletak jauh di bawah dasar laut mendidihkan rembasan air laut hingga suhu
cairan hidrotermal mencapai 350-400 C. Setelah rembasan air laut terpanaskan, ia bereaksi
dengan batuan sekitar di dalam kerak samudera. Reaksi kimia ini merubah cairan hidrotermal
dengan cara sebagai berikut :

Semua kandungan oksigen dalam cairan menjadi hilang

Cairan panas ini menjadi bersifat asam

Cairan ini menangkap logam-logam terlarut, termasuk besi, tembaga dan seng

Cairan ini menangkap hidrogen sulfida
3. Cairan panas ini tidaklah begitu kental sehingga ia lebih ringan dibandingkan dengan cairan
yang lebih dingin. Dengan demikian cairan hidrotermal menyembur ke atas melalui kerak
samudera layaknya balon udara-panas yang naik ke udara.
4. Cairan hidrotermal keluar melalui cerobong dan bercampur dengan air laut yang dingin.
Logam-logam dibawa ke atas dalam bentuk fluida bercampur dengan belerang membentuk
meneral yang berwarna hitam yang biasa disebut sulfida logam, kondisi ini menjadikan
kenampakan cairan hidrotermal seperti asap. Banyak faktor yang memicu terjadinya reaksi ini.
Salah satu faktor tersebut adalah suhu yang dingin, dan faktor lainnya adalah keberadaan
kandungan oksigen dalam air laut. Tanpa adanya unsur oksigen, mineral-mineral tersebut tidak
akan pernah terbentuk.
BLACK SMOOKERS
•
Black smokers terlihat berupa struktur cerobong asap yang terbuat dari mineral belerang
yang mengandung mineral sulfida yang berasal dari bawah kerak bumi.
•
Mineral sulfida ini terbentuk pada temperatur 350 C.
•
Celah hidrotermal pertama kali ditemukan pada tahun 1977.
•
Celah-celah ini diketahui berada di Samudera Pasifik dan Samudera Atlantik.
Celah-celah ini kebanyakan dijumpai pada kedalaman sekitar 2100 meter di daerah pemekaran
dasar laut sepanjang Sistem Punggungan Tengah Samudera, yaitu rangkaian gunung api bawah
laut yang memanjang dan meliuk-liuk mengitari bumi
•
Celah hidrotermal merupakan fenomena alam spektakuler yang terdapat di dasar lautan.
•
Air laut merembas melalui rekahan di dasar laut dan terpanaskan oleh batuan cair yang
letaknya jauh di bawah kerak samudera dengan suhu mencapai 400 oC.
•
Cairan panas ini muncul kembali ke permukaan dasar laut dan menyembur melalui celahcelah yang terbuka.
Volcanoes as source for raw materials
Batuan vulkanik memiliki peran pentingdalamindustri bangunan dan konstruksi. Batuan
vulkanik utama yang dipertimbangkan untuk menjadi bahan baku mencakup Lavadan batuan
piroklastik. Sebagai contoh, sebagian besar hasil erupsi Merapi berupa batuan piroklastik
digunakan untuk membangun dam (Sabo Dam).
Setiap tahun terdapat batuan vulkanik yang terhampar sepanjang 6-8 km dari 3material
vulkanik yang meletus, dan sekitar 80% dari ini adalah material yang mengalir dari piroklastik,
debris avalanches, dan ash falls.
Sebelum era industri, batuan vulkanikdigunakan untukberbagaikeperluandan merupakan
komoditas yang diperdagangkansebagai dasarekonomi lokal. Tanah vulkanikyangsubur, dan
sampai hari inibanyak negaramenggunakanabu vulkaniksebagai suplementanahdi bidang
pertanian.
Akan tetapi, sampai saat ini belum ada pemantauan yang baik mengenai penggunaan
bahan baku vulkanik dalam industri konstruksi dan semen. Hal ini disebabkan karena kurangnya
inisiatif untuk mempelajari penggunaan akhir dari bahan baku yang terutama dihasilkan dari
erupsi gunung berapi.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi tentang sifat bahan baku
vulkanik dan pengembangan bahan baku vulkanik tersebut dalam industri konstruksi.
Tipe-Tipe Material
Produk vulkanik dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan penggunaan dan
komposisi kimia. material ini dirangkum dalam Tabel I.Kepadatan dan kekuatan masing-masing
jenis bahan tergantung pada reaksi kimia dan gaya erupsi, sehingga dapat menentukan
penggunaan setiap produk.
Material Vulkanik memiliki kekuatan yang berhubungan dengan densitasnya misalkan
untuk endapan massive seperti aliran lava dan ignimbrites, sehingga sangat efektif untuk material
bangunan. Untuk kasus material agregate, bentuk iregular angularnya membuat agregate sangat
bagus digunakan untuk konstruksi badan jalan.Karena fragmen vulkanik terbentuk dari silika, zat
yang sangat keras, merupakan sumber yang baik dari abrasive.
Kebanyakan batuan vulkanik memiliki koefisien ekspansi termal yang sangat kecil
(1x10 cm/℃), dan dengan demikian tidak akan berubah dalam ukuran atau bentuk bahkan di
7
bawah perubahan yang sangat besar dalam suhu. Hal ini membuat batuan vulkanik sebagai media
simpanan yang baik.
Beton yang terbuat dari abu vulkanik adalah insulatoryang lebih baik dengan 3 sampai 4 kali
dari beton normal (konduktivitas termal 0,35-1,5kkal /jam). Hal ini karena vaskularisasi tinggi dari
abu yang digunakan dalam pembuatannya.
Batuan beku (misalnya, granit) juga digunakan dalam konstruksi dan memiliki kekuatan
yang sama dibandingkan dengan bahan vulkanik, namun memiliki konduktivitas termal yang lebih
tinggi. Karena batu ini biasanya terbentuk pada beberapa kedalaman, dan dengan demikian
memberikan konduksi panas yang sangat baik.
Sejarah Penggunaan
Volcanic Glass telah digunakan untuk alat pemotong karena memiliki batuan vulkanik
mikrokristalin, seperti basal atau butiran halus andesit. Selain itu, juga ditemukan Mata panah,
pencakar, dan pisau terbuat dari produk vulkanik, Batu apung dapat digunakan sebagai
pelampungdalam memancing, dan sebagai bahan abrasif yang sangat baik, seperti amplas, dan
sebagainya. (Gambar. 1).
Gambar 1. Peralatan yang sering terbuat dari material vulkanik. Mata panah yang terbuat dari Obsidian, dan
Palu dari Basalt
Tuff adalah alat penyimpan yang baik, Insulator panas, sehingga ideal untuk pembangunan
dinding oven, cerobong asap. Lempung yang dihasilkan oleh pelapukanabu vulkaniksecara ideal
cocok untukpembuatan gerabah(Gambar 2).
Batuan vulkanik juga digunakan sebagai bahan bangunan yang baik, tidak hanya untuk
struktur tetapi juga gua dan terowongan. Ignimbrite setelah ditambang oleh penduduk lokal di
Jepang, Italia, dan Turki untuk tempat tinggal, penyimpanan, dan tempat tinggal darurat. Selama
perang dunia kedua, militer Jepang menggali lebih dari 300 kilometer terowongan ignimbrites di
Rabaul, Papua Nugini(Gambar 3).
Karena kontras warna yang tajam dari batuan vulkanik (misalnya, basal untuk batu pasir
atau batu kapur), batuan vulkanik juga telah digunakan untuk tujuan dekoratif misalnya pada
Monumen, candi, dan gereja-gereja di seluruh Asia dan Eropa.
Gambar 2. Sebuah Vas yang dihiasi abu vulkanik dari letusan Mt. St. Helens 1980.
Gambar 3. Kanan: Pintu masuk keterowongan dipotong dari tuf vulkanik dari Rabaul kaldera, Papua Nugini.
Kiri : Sisi lain dari Terowongan
Modern uses
Akibat pertumbuhan popolasi manusia di dunia dan industri modern, penggunaan bahan
vulkanik telah dikembangkan sejak pertama kali digunakan. Penggunaan ini bertumpu pada
pertambangan mineral volcano genic untuk industri, pelumas, dan pengikis untuk bahan
konstruksi. Produk vulkanik juga telahdigunakan untuk tujuan artistic (misalnya, di taman atau
sebagai monumen).
Konstruksi
Batuan vulkanik telah digunakan di seluruh dunia karena kestabilan, kekuatan, wrna,
ketersediaan, dan ketahanan terhadap cuaca yang dimilikinya.
a. massive stones
Batu Vulkanik Massive sangat baik digunakan sebagai bahan bangunan karena lava dan
ignimbrite memliki kekuatan yang tinggi dan insulator yang baik. Batu tersebut telah
digunakan untuk monumen dan gereja seluruh Eropa dan Inggris. Salah satu contohnya
adalah Cologne Cathedral (gambar 5), yang terdiri atas 12 batu yang berbeda lebih dari
300.00 ton hampir semua terdiri atas material vulkanik Eifel Volcanic Field in central
German.
Gambar 4. Relief pada dinding candi hindu dalam pembangunan dengan material erupsi dari Kaldera, Batur,
bali adalah Ignimbrit
Gambar 5. Menara gelap Katedral Cologne. Lebih dari 100.000 ton batu vulkanik digunakan dalam
konstruksi, yang berlangsung lebih dari 700tahun.
b. Concrete and Cilinder Blocks
Beton merupakan material yang dibuat dari vulkanik dan pada awalnya
dikembangkan oleh orang Romawi sebagai campuran dalam pembuatan mortar gipsum
yang digunakan oleh orang Mesir. Beton juga dapat dibuat dari berbagai bahan agregat,
agregat vulkanik karena kekuatan dan fungsinya sebagai insulator membuat beton
menjadi pilihan untuk material bangunan
Saat ini batu apung dan cinder digunakan untuk membuat beton sebagai bahan
bangunan. Selain dengan kelebihan berupa kekuatan dan insulatornya, beton apung
dapat lentur dengan baik.
Bahan ini juga memiliki keuntungan berupa berat yang lebih ringan dari pada
agregatnormal atau block. Ketika kekuatan geser bukan faktor dominan dalam desain
bangunan, beton ringan adalah alternatif yang murah dan baik.
Gambar 6. Konstruksi Beton dari Material Vulkanik
4.6 Decorative uses
Batuan vulkanik memiliki keestestikaan yang dapat dirubah dalam banyak bentuk. Mineral dalam
batuan sering dapat mencapai ukuran yang berguna untuk tujuan dekoratif dan bahkan dapat
digunakan sebagai batu mulia. Rhyolites atau basal, biasanya digunakan sebagai veneer untuk
trotoar, atau anak tangga. Dalam beberapa kasus, batuan vulkanik juga di ekspor dari, wilayah
Clermont-Ferrand Perancis. Penggunaan batuan vulkanik sebagai bahan dekorasi dapat lebih
kasar; dengan warna cinder yang berbeda beda yang digunakan pada taman seperti di Jepang.
Gambar 7. Penggunaan portland sement di London’s Grosvenor estate
Industrial Uses Of Volcanic Material
Pemanfaatan Material Vulkanik dalam Industri(Material Padat /Efflata)
A. Batu Apung
Batu apung memiliki ciri khas berupa struktur batuan yang berpori akibat ekspansi buih gas
vulkanik. Dalam bidang industri batu ini dimanfaatkan antara lain
1. Batu apung digunakan untuk kesehatan kulit khususnya bagian tumit yang pecah – pecah.
2. Batu apung digunakan oleh pengrajin intan untuk menghaluskan intan.
3. Di bidang bisnis interior, batu apung digunakan sebagai penghias kolam ikan.
B. Abu Vulkanik
Abu vulkanik dimanfaatkan di bidang industri kerajinan untuk membuat glasir keramik
dengan suhu pembakaran 1250oC (UPT-PSTKP BPPT). Kandungan mineral Allophan dan
Aluminosilikat amorf membentuk ikatan kompleks sehingga baik digunakan sebagai bahan baku
keramik. Glasir dapat didesain menjadi asbak, teko, cangkir, atau vas bunga
C. Abu Vulkanik untuk Beton Geopolimer
Pemanfaatan abu vulkanik di bidang industri bangunan seperti pembuatan beton
Geopolimer yang ramah lingkungan. Material ini tersusun dari sintesa bahan alam non organik
(silikat alumino anorganik dari fly ash, pasir yg mengandung Si dan Al) melalui proses polimerisasi
dengan pemanasan kurang dari 60° C selama satu hari penuh sehigga mampu menurunkan emisi
gas rumah kaca. Peranan unsur silikat dan Aluminium sangat penting dalam polimerisasi, semakin
besar ratio Si/Al karakter polimer yang terbentuk semakin kuat.
Kelebihan Beton Geopolymer
1. Tahan terhadap api dan lingkungan korosif
2. Tahan terhadap reaksi alkali silica
3. Tidak menggunakan semen sebagai bahan perekatnya, sehingga dapat mengurangi polusi
udara
Kekurangan Beton Geopolymer
1. Pembuatan beton Geopolimer lebih rumit dibandingkan beton semen, karena membutuhkan
alkaline aktivator.
Pemanfaatan Material Vulkanik dalam Industrib (Dari Material Cair)
Hasil Endapan Lahar Dingin berupa Pasir Silika
Pasir silika terutama pasir metalurgi bermanfaat untuk perekayasaan suatu mineral atau
logam. Bidang industri yang memanfaatkan pasir silika sesuai karakteristik yang dimiliki
diantaranya
a. Produksi Gelas
b. Keramik
c. Sandblasting untuk membersihkan kerak karat mesin
d. Produk ultra high silica dalam elektronik (mis : fiber optic)
e. Industri penyaringan air (filterisasi air)
Pemanfaatan Material Vulkanik dalam Industri (Material Gas/Ekshalasi)
A. Belerang
Belerang (sulfur) ditemukan di alam dalam bentuk unsur maupun belerang sebagai
persenyawaan sulfida logam. Endapan belerang berkadar tinggi pada umumnya berupa belerang
kristal dan belerang berkadar rendah pada umunya berbentuk lumpur dan dijumpai di danau –
danau kawah.
Manfaat Belerang dalam Bidang Industri
1. Industri gula dalam proses sulfinasi
2. Pabrik Fosfat dalam proses vulkanisasi karet dan pembuatan pupuk fosfat
3. Industri ban luar dan ban dalam
4. Industri kimia dalam pembuatan cat, tekstil, dan korek api
5. Bahan anti serangga, bahan pengawet kayu, obat – obatan dll.
B. Fumarol sebagai Energi Panas Bumi (Geothermal)
Sumber panas bumi ini misalnya terdapat pada pemboran di fumarola Kamojang, sekitar
30 kilometer timur laut Bandung. Salah satu pemboran pada kedalaman 66 m menghasilkan 8.300
kg uap air dengan tekanan 2 atmosfer dengan suhu 123° C. Tekanan tersebut dapat menghasilkan
tenaga listrik 200 KW. Sumur yang lain dengan kedalaman 128 m mencapai tekanan 6 atmosfer.
Kesimpulan
1. Keuntungan dari keberadaan gunungapi telah memikat berbagai masyarakat di seluruh dunia.
Salah satu keuntungan tersebut adalah soil vulkanik yang subur. Tingkat kesuburannya
didasarkan oleh 3 properti (di tempat dengan iklim tropis & curah hujan tinggi) yaitu:

Kemampuan untuk menampung air lebih banyak dalam gelas hidrat & adanya fase
mineral sekunder

Melepas unsur kimia yang bagus untuk pertumbuhan tumbuhan (unsur K, Mg, Se)

Gelasan (struktur tidak stabil dari partikel) yang melepaskan unsur-unsur tersebut
berubah dengan cepat menjadi kristalin & mineral lempung
2. Temperatur tinggi di bawah gunungapi muda yang dihasilkan oleh reservoir magma
dimanfaatkan oleh manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Yang paling umum
dimanfaatkan energi panas bumi nya
3. Batuan vulkanik memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan batuan lain. Batuan jenis
ini mudah ditambang. Obisidian merupakan material yang bagus untuk dijadikan pisau, ujung
panah, dll
4. Endapan lapili masif & ignimbrit merupakan material mentah yang bagus untuk bahan
bangunan yang ringan dan berdaya rekat tinggi karena memiliki tingkat porositas yang tinggi &
halus
5. Pemandangan gunungapi muda memikat turis karena keanekaragaman morfologinya,
termasuk kawah, geyser, dan air panasnya
6. Gunungapi tidak hanya memikat manusia dari segi keuntungan secara ekonomi, tanah,
material mentah, & air panasnya saja. Kebesaran yang mengagumkan dari morfologinya
menyimbolkan kekuatan terdalam bumi. Biasanya, gunungapi memiliki peran besar dalam
pengaruh budaya & agama di berbagai belahan dunia. Di beberapa daerah, gunugn api
dipercaya sebagai kediaman dewa atau iblis, sekalipun di masyarakat industri tinggi & sekuler
seperti Jepang.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Ryan. 2014. Where does Earth get its heat?. The Martian Chronicles
Anonim. 2014. What is the source of the Earth's internal heat?
Anonim. 2014. The Earth’s Internal Heat Energy and Interior Structure. How Volcanoes Work
Anonim. 2014. What is the source of the heat in Earth’s interior?.EarthSky
Schminke, Hans-Ulrich.2004.Volcanism. Springer-Verlag Berlin Heidenberg : New York
Bordaz. J. (1971). Tools of the Old and New Stone Age. David &Charles Newton Abbot, Devon.
Carmichael, R. S., ed. 1989. Practical Handbook of Physical Properties of Rocks and Minerals. CRC
Press, Boca Raton, FL.
Chestermann, C. W. (1956). Pumice, Pumicite and Volcanic Cinders in California. State of
California Press, San Francisco.
Download