BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis. II.1 Landasan Teori Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian. II.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki pengertian, sifat, tujuan, dan diperlukan oleh pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda sebagai berikut : II.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Menurut Sundjaja dan Barlian (2001 : 47), laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan. Sedangkan, menurut Munawir (2004 : 2), laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan dan aktivitas suatu perusahaan bagi pihak- pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan posisi kemampuan dan kinerja keuangan suatu perusahaan dan mengkomunikasikan informasi keuangan yang diperlukan oleh pemakai informasi akuntansi. 11 II.1.1.2 Sifat laporan keuangan Laporan keuangan disajikan untuk memberikan gambaran kemajuan (progress report) perusahaan secara periodik. Menurut Nainggolan (2004), laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat (recorded fact), prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi (accounting convention and postulate) serta pendapat pribadi (personal judgement). Laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari catatan akuntansi yang merupakan catatan dari peristiwa yang telah terjadi di masa lalu dan jumlah uang yang tercatat dinyatakan dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Dengan sifat yang demikian maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian paling akhir. Data yang dicatat didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang biasa digunakan, seperti perusahaan akan tetap melanjutkan kegiatan usahanya (going concern). Konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus dan sebagai akibatnya jumlah yang tercantum dalam laporan merupakan nilai-nilai untuk perusahaan yang masih berjalan yang didasarkan pada nilai atau harga pada terjadinya peristiwa itu. Jadi jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai realisasi jika aktiva tersebut dijual. Proses pencatatan akuntansi diatur oleh dasar yang telah ditetapkan yang berpedoman pada standar praktek akuntansi, tetapi penggunaannya tergantung oleh akuntan atau pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. 12 II.1.1.3 Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat dan disusun untuk suatu tujuan dimana tertuang dalam IAI (2007 : 3 ) sebagai berikut : 1) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2) Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. 3) Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai pertanggungjawaban manajemen sehingga mereka dapat membuat keputusan ekonomi, yang mungkin mencakup keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan mengangkat atau mengganti manajemen. Dari tujuan yang tertuang dalam IAI, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai informasi keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. 13 II.1.1.4 Pengguna Laporan Keuangan Informasi tentang laporan keuangan diperlukan oleh pengguna untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda seperti yang tertuang dalam IAI (2007 : 2 ) sebagai berikut : 1) Investor Penanam modal beresiko dan pensihat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2) Karyawan Karyawan dan kelompok- kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja. 3) Pemberi pinjaman Pemberi pinjamana tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4) Pemasok dan kreditor usaha lainnya 14 Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5) Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan. 6) Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. II.1.2 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat diukur dan dinilai, serta memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut : II.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Brigham & Houston (2010 : 105), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Untuk mencapai tujuan ini perusahaan perlu melakukan evaluasi atas kinerjanya. Pendekatan untuk menilai kinerja atau 15 kondisi keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan mengevaluasi laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan. Munawir (2004) menemukan bahwa kinerja keuangan merupakan suatu prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Hasil pengukuran terhadap pencapaian kinerja dijadikan dasar bagi pihak manajemen perusahaan untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya dan dijadikan sebagai dasar pemberian reward and punishment terhadap manajer dan anggota organisasi. Pengukuran kinerja dapat menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri kepada para stakeholder. II.1.2.2 Pengertian Pengukuran dan Penilaian Kinerja Setiap perusahaan berkepentingan dengan pengukuran kinerjanya. Diperlukan penetapan secara jelas tujuan yang akan dicapai dalam pengukuran dan penilaian terhadap bagian perusahaan sehingga diperoleh hasil yang diinginkan. Pengukuran kinerja keuangan bertujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingan sasaran perusahaan serta merupakan suatu alat bagi manajemen untuk mengendalikan bisnisnya. Selain itu, pengukuran kinerja keuangan mempunyai arti yang penting bagi pengambilan keputusan baik bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2010 : 102), laporan keuangan memberikan banyak informasi yang berguna bagi para investor. Laporan keuangan merupakan alat 16 yang dijadikan acuan penilaian untuk meramalkan kondisi keuangan, operasi dan hasil usaha perusahaan. Rasio Keuangan dalam laporan keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk mengukur nilai perusahaan. II.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Menurut Munawir (2004 : 31), tujuan penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. 2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 4) Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. Adapun manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya. 17 2) Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. 3) Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang. 4) Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya. 5) Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. II.1.2.4 Ukuran Kinerja Perusahaan Ukuran kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diukur melalui : II.1.2.4.1 Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Menurut Sartono (2001:122), rasio profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba rugi. Beberapa jenis perhitungan rasio profitabilitas menurut Harahap (2001:301) dapat dituliskan sebagai persamaan (2.1) sampai dengan (2.6). 1) Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor) Laba kotor Gross Profit Margin = x 100 % ..... (2.1) Penjualan Mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan. 18 2) Operating Profit Margin (Marjin Laba Operasi) Laba operasi Operating Profit Margin = x 100 % ..... (2.2) Penjualan Mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjualan. 3) Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih) Laba bersih sesudah pajak (EAT) Net Profit Margin = x 100 % ..... (2.3) Penjualan 4) Total Asset Turnover (Perputaran Aktiva) Penjualan Total Asset Turnover = x 1 kali ..... (2.4) Total Aktiva Semakin besar rasio ini semakin baik, hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. 5) Return on Investment (ROI) Laba bersih sesudah pajak (EAT) Return on Investment = x 100 % ..... (2.5) Total Aktiva Mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan. 19 6) Return on Equity (ROE) Laba Bersih Return on Equity = x 100 % ..... (2.6) Ekuitas Biasa Menunjukkan kemampuan perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif. II.1.2.4.2 Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) Rasio pertumbuhan menghitung besarnya tingkat pertumbuhan dalam suatu periode tertentu. Menurut Brigham & Houston (2010 : 390), untuk mencari nilai saham dengan pertumbuhan konstan biasanya digunakan model pertumbuhan tetap (constant growth model) atau model Gordon. Biasanya perusahaan membayarkan dividen yang tumbuh. Semakin berkembang suatu perusahaan, semakin meningkat dividen yang dibayarkan. Dengan demikian dividen bisa diharapkan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tertentu, yang dapat dituliskan sebagai persamaan (2.7). Po = d1 (k − g ) ..... (2.7) Keterangan : Po = Harga saham d1 = Dividen pada tahun ke satu g = Tingkat pertumbuhan dividen k = Tingkat keuntungan yg disyaratkan Jika suatu saat saham dijual, yang akan menerima dividen-dividen selanjutnya adalah pihak yang membeli saham, sehingga perkiraan nilai saham bagi pembeli akan 20 ditentukan oleh dividen-dividen yang akan diterimanya di masa mendatang. Variabelvariabel yang digunakan dalam perhitungan nilai wajar saham antara lain : 1) Dividend Payout Ratio (DPR) Menurut Tambunan (2007 : 158), dividend payout ratio merupakan persentasi dividen yang dibayarkan dan diambil dari laba bersih. 2) Tingkat return yang disyaratkan (k) melalui CAPM Menurut Tambunan (2007 : 241), CAPM (Capital Asset Pricing Model) digunakan untuk memperkirakan required rate of return dalam menilai saham biasa sehingga dapat dituliskan sebagai persamaan (2.8). ks = Rf + β (Rm – Rf) ..... (2.8) Keterangan : ks = Required rate of return Rf = Tingkat imbal hasil investasi bebas resiko Rm = Tingkat imbal hasil prtofolio pasar βs = Koefisien beta perusahaan Koefisien beta merupakan ukuran angka koefisien yang menggambarkan kecenderungan respon suatu saham terhadap pasar. Saham dengan beta satu merupakan saham yang bergerak searah dengan pergerakan pasar. Saham dengan beta kurang dari satu merupakan saham yang bergerak lebih lambat dari pergerakan pasar, dan saham dengan beta lebih dari satu menggambarkan harga saham bergerak lebih fluktuatif dibanding pasar. 3) Firm’s Growth (g) 21 Tambunan (2007 : 157) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dihitung dari pertumbuhan penjualan, laba, dividen, dan lain- lain. Tingkat pertumbuhan di masa mendatang tidaklah selalu mudah diprediksi. Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan masa lalu dan saat ini baik tingkat pertumbuhan perusahaan, industri, atau perekonomian, analis sekuritas dan investor akan mempunyai kemudahan dalam memprediksi tingkat pertumbuhan masa mendatang. II.1.2.4.3 Rasio Penilaian (Valuation Measure) Banyak pendekatan yang digunakan untuk mengukur nilai (value). Pendekatan tersebut antara lain : 1) Price/ Earning (P/E) Ratio Tambunan (2007) menyatakan bahwa P/E Ratio merupakan perbandingan antara harga pasar (market price) saham dan laba per saham (earning per share), yang dapat dituliskan sebagai persamaan (2.9). Market Price P/E Ratio = ..... (2.9) EPS Perusahaan yang memiliki kinerja yang tinggi dan pertumbuhannya cepat mempunyai manajemen yang baik serta beresiko rendah umumnya memiliki P/E Ratio yang tinggi. 2) Price to Book Value (PBV) Ratio 22 Tambunan (2007 : 249) menyatakan bahwa PBV ratio merupakan rasio perbandingan antara harga pasar saham (price) dengan nilai buku per saham (book value per share), yang dapat dirumuskan sebagai persamaan (2.10). Nilai buku per saham didapat melalui pembagian antara total modal (total equity) dan jumlah saham beredar (outstanding shares), yang dapat dirumuskan sebagai persamaan (2.11). Price of stocks PBV = ..... (2.10) ..... (2.11) Book value per share Di mana : Total equity Book value per share = Number of outstanding shares Jika PBV = 1, maka MVA = 0 dan jika PBV > 1, maka MVA = Positif II.1.3 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya. Hal ini dapat dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan meningkatnya harga saham di pasar. Menurut Brigham & Houston (2010 : 105), memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi suatu perusahaan karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan 23 berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya pada kinerja perusahaan saat ini dan prospek perusahaan di masa depan. Penilaian mengenai kinerja perusahaan akan menunjukkan pada kondisi kesehatan perusahaan sehingga penilaian perusahaan akan menjadi salah satu informasi yang sangat berpengaruh dalam berinvestasi. Menurut Brigham & Houston (2010 : 110), telah berkembang suatu pendekatan dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Pendekatan yang dimaksud adalah economic value added (EVA) dan market value added (MVA). Penilaian EVA menilai nilai tambah internal yang diberikan perusahaan, sedangkan MVA menilai nilai tambah eksternal atau nilai tambah pasar yang diberikan perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan market value added (MVA) yang merupakan selisih antara nilai pasar ekuitas (market value of equity) dan nilai buku ekuitas (book value of equity), seperti yang didefinisikan oleh Brigham & Houston (2010 : 111). Konsep market value added sendiri menggambarkan pencapaian prestasi sejak perusahaan tersebut berdiri. MVA merupakan ukuran kumulatif kinerja keuangan yang menunjukkan seberapa besar nilai tambah terhadap modal yang ditanamkan investor selama perusahaan berdiri. 24 MVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pasar dan pemilik modal karena perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya, MVA yang negatif menunjukkan nilai perusahaan yang menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal. Perusahaan dengan MVA tinggi menggambarkan bahwa : 1) Perusahaan tersebut memiliki nilai pasar (market value) lebih besar sehingga perusahaan tersebut dihargai lebih baik di pasarnya daripada nilai bukunya. 2) Perusahaan tersebut memiliki nilai buku yang lebih rendah dari nilai pasarnya. 3) Perusahaan tersebut memiliki jumlah saham yang beredar lebih banyak. 4) Kinerja harga saham yang lebih baik dan aktif dalam transaksi yang menyebabkan adanya rata-rata kenaikan harga saham perusahaan yang ditawarkan di pasar. 5) Kinerja perusahaan tersebut baik. II.1.4 Arus Kas dari Aktivitas Operasi Menurut Brigham & Houston (2010 : 403), nilai suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuannya untuk menghasilkan arus kas, baik saat ini maupun di masa depan. Arus kas dari aktivitas operasi merupakan aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih, dan merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, 25 membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa arus kas dari aktivitas operasi merupakan suatu indikator untuk menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk operasional perusahaan tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Peningkatan arus kas dari aktivitas operasi akan memberikan sinyal positif mengenai kinerja perusahaan di masa yang akan datang kepada investor sehingga banyak investor berinvestasi pada perusahaan tersebut. II.1.5 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan dari total aset yang dimiliki perusahaan, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar maka ukuran perusahaan juga semakin besar. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan menggunakan nilai logaritma total penjualan perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan mencerminkan besar kecilnya perusahaan dalam melakukan strategi ekspansinya. Perusahaan besar relatif mudah untuk akses ke pasar modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana yang dibutuhkan melalui pasar modal sehingga menarik perhatian investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut dan memungkinkan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar. 26 Semakin besar penjualan menunjukkan semakin banyak perputaran uang. Hal ini mempermudah pihak manajemen dalam mengendalikan perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. II.1.6 Penelitian Terdahulu Yuniasih dan Wirakusuma (2007) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Dari penelitian tersebut, hasilnya adalah ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Suharli (2006) melakukan penelitian berjudul Studi Empiris Terhadap Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Go Public di Indonesia, menemukan bahwa umur perusahaan, PMA, dan profitabilitas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Poernomo (2007) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Nilai Badan Usaha Yang Tercermin dalam Nilai Kapitalisasi Pasar Pada Industri Rokok di PT. Bursa Efek Surabaya. Hasilnya menunjukkan bahwa laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar. Darmawan dan Asmara (2008) melakukan penelitian berjudul Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Kapitalisasi Pasar dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Retail di BEI. Hasilnya mengindikasikan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap kapitalisasi pasar dan nilai perusahaan, sedangkan ROE dan EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap kapitalisasi pasar dan nilai perusahaan. 27 Analisa (2011) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan. Dari penelitian tersebut, hasilnya adalah ukuran perusahaan dan ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, leverage mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen (DPR) mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian terdahulu dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel II.1. Tabel II.1 Penelitian Terdahulu No Nama 1 Yuniasih dan Wirakusuma (2007) 2 Suharli (2006) Judul Penelitian Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variable Pemoderasi Studi Empiris Terhadap Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Go Public di Indonesia Variabel Independen ROA dengan variabel pemoderasi CSR dan GCG Variabel Dependen Nilai Perusahaan Umur perusahaan, ukuran perusahaan, PMA, profitabilitas Nilai Perusahaan Hasil Penelitian ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Umur perusahaan, PMA, dan profitabilitas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ukuran perusahaan, berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 28 Lanjutan Tabel II. 1 No Nama 3 Poernomo (2007) 4 5 Judul Penelitian Pegaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Nilai Badan Usaha yang Tercermin dalam Nilai Kapitalisasi Pasar Pada Industri Rokok di PT. Bursa Efek Surabaya Darmawan Analisis Pengaruh dan Kinerja Keuangan Asmara Perusahaan (2008) Terhadap Kapitalisasi Pasar dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Retail di BEI Analisa (2011) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Variabel Independen Laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi Variabel Dependen Kapitalisasi pasar Hasil Penelitian ROA, ROE, EPS Kapitalisasi pasar dan nilai perusahaan ROA berpengaruh signifikan terhadap kapitalisasi pasar dan nilai perusahaan, sedangkan ROE dan EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap kapitalisasi pasar dan nilai perusahaan Ukuran perusahaan, leverage, ROE, Kebijakan dividen (DPR) Nilai Perusahaan Ukuran perusahaan dan ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Leverage mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. DPR mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan Laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi mempunya pengaruh signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar 29 II.2 Pengembangan Hipotesis Pengembangan hipotesis adalah suatu pernyataan yang belum terbukti mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih yang dibuat berdasarkan kerangka teori atau model analisis. Terdapat 1 variabel dependen dalam penelitian ini yaitu nilai perusahaan, dan 3 variabel independen yang terdiri dari return on equity (ROE), arus kas dari aktivitas operasi, dan ukuran perusahaan. II.2.1 Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Nilai Perusahaan Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Untuk mengetahui kinerja dari saham, dapat menggunakan stock valuation yaitu metode untuk menilai stock (saham) di mana konsep dari stock valuation adalah nilai (value) intrinsik dari suatu aset merupakan nilai sekarang (present value) dari arus kas imbal hasil yang diharapkan (expected cash flows). Salah satu metode yang digunakan dalam menilai saham adalah dividend discount model di mana dalam model ini, proyek pembagian dividen pada masa depan berdasarkan pada rasio pembayaran dividen rata- rata historis dan didiskontokan menjadi nilai sekarang. Dari model ini, berkembang model pertumbuhan tetap (Model Gordon). Biasanya perusahaan membayarkan dividen yang tumbuh. Semakin berkembang suatu perusahaan, semakin mengingkat dividen yang dibayarkan. Dengan demikian dividen bisa diharapkan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tertentu, yang dapat dirumuskan sebagai persamaan (2.12). Po = d1 (k − g ) ..... (2.12) Keterangan : 30 Po = Harga saham d1 = Dividen pada tahun ke satu g = Tingkat pertumbuhan dividen k = Tingkat keuntungan yg disyaratkan Tingkat pertumbuhan di masa mendatang tidak mudah diprediksi. Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan masa lalu dan saat ini, baik tingkat pertumbuhan perusahaan, industri, atau perekonomian, analis sekuritas dan investor akan mempunyai kemudahan dalam memprediksi tingkat pertumbuhan masa mendatang. Salah satu cara untuk mengestimasi tingkat pertumbuhan dividen adalah menggunakan laba perusahaan. Tingkat pertumbuhan dividen ini menurut Damodaran (2002 : 326) dirumuskan pada persamaan (2.13). g = (1 – payout ratio) x return on equity ..... (2.13) Return on equity menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri yang ada dalam perusahaan itu. Investor lebih menyukai ROE yang tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan menggunakan modal yang besar pula. Penggunaan modal sendiri akan meningkatkan laba perusahaan karena tingkat pengembalian modal yang tinggi melebihi biaya modal yang digunakan. Semakin tinggi ROE, semakin menunjukkan efisiensi dalam menggunakan dan mengelola modal sendiri serta berhasil dalam menghasilkan laba yang tinggi. Semakin tinggi laba yang diperoleh, maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen akan semakin tinggi dan harga saham yang akan dihasilkan perusahaan juga akan semakin tinggi. Hal ini menyebabkan nilai perusahaan meningkat. 31 Penelitian yang dilakukan oleh Analisa (2011) menunjukkan bahwa ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan hipotesis pertama yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : Hipotesis pertama : ROE berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan II.2.2 Pengaruh Arus Kas dari Aktivitas Operasi Terhadap Nilai Perusahaan Nilai suatu saham diestimasi dengan cara mengkapitalisasi pendapatan. Nilai sekarang suatu saham sama dengan nilai sekarang dari arus kas dimasa yang akan datang yang pemodal harapkan diterima dari investasi saham tersebut. Model matematisnya menurut Damodaran (2002 : 13) dirumuskan pada persamaan (2.14). t =n CFtoEquityt t t =1 ( 1 + k ) e V =∑ ..... (2.14) Keterangan : V = Value of equity n = Life of the asset CF to equityt = Expected cash flow to equity in period t ke = Cost of equity Untuk umur dari aset (n) dari 1 sampai tidak terhingga ( ∞ ) sehingga tidak dapat diperhitungkan. Oleh karena itu, perhitungannya menurut Damodaran (2002 : 359) dirumuskan pada persamaan (2.15). V= CFtoEquity i ke − g ..... (2.15) 32 Keterangan : V = Value of equity CF to equityi = Expected cash flow to equity in period i ke = Cost of equity g = Growth rate Semakin besar jumlah pembilang menunjukkan bahwa semakin besar nilai perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2010 : 403), nilai suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuannya untuk menghasilkan arus kas saat ini maupun di masa depan. Pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham berasal dari arus kas operasi, karena arus kas operasi yang menunjukkan aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Arus kas dari aktivitas operasi merupakan suatu indikator untuk menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk operasional perusahaan tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Peningkatan arus kas dari aktivitas operasi akan memberikan sinyal positif mengenai kinerja perusahaan di masa yang akan datang kepada investor. Hal ini akan mengakibatkan investor berinvestasi pada perusahaan tersebut. Semakin banyak investor yang menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut, maka nilai perusahaan tersebut akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Poernomo (2007) menunjukkan bahwa arus kas dari aktivias operasi berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan hipotesis kedua yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : Hipotesis kedua : Arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 33 II.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Ukuran perusahaan bisa dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar maka ukuran perusahaan juga semakin besar. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan menggunakan nilai logaritma total penjualan perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan mencerminkan besar kecilnya perusahaan dalam melakukan strategi ekspansinya. Perusahaan besar relatif mudah untuk akses ke pasar modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana yang dibutuhkan melalui pasar modal sehingga menarik perhatian investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut dan memungkinkan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Semakin besar penjualan menunjukkan semakin banyak perputaran uang. Hal ini mempermudah pihak manajemen dalam mengendalikan perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Analisa (2011) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan hipotesis ketiga yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : Hipotesis ketiga : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dirumuskan model penelitian seperti Gambar II.1. 34 (+) ROE (+) Arus kas dari aktivitas operasi Ukuran Perusahaan Nilai Perusahaan Market Value Added (MVA) (+) Variabel Bebas Variabel Terikat Gambar II.1 Ikhtisar Kerangka Pemikiran Teoritis 35