Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan

advertisement
Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2013
Pratiwi Anindia Anugrah Putri, Rahmat Aryo Baskoro
Department of Management, Faculty of Economics, University of Indonesia, Kampus Baru
UI Depok, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur modal yang diproksikan dengan
LTD, STD, D/E ratio, growth, tangibility, dan risk, terhadap kinerja perusahaan yang
diproksikan dengan ROA, ROE, dan EPS. Selain itu terdapat pula size sebagai variabel
kontrol dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 sampai dengan 2013. Pengujian dilakukan dengan
model regresi least square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal memiliki
pengaruh terhadap kinerja perusahaan.
The Impact of Capital Structure on Firm Performance in Manufacturing Companies
Listed in Indonesia Stock Exchange 2009-2013
Abstract
This research is aimed to analyze the relationship between capital structure (LTD, STD, Debt to Equity, growth,
tangibility and risk) and size as control variable toward firm performance (ROA, ROE and EPS) on
manufacturing firms during the period of five years starting from 2009 up to 2013. The tests were conducted
with the least square regression model. The results of this research found that capital structure significantly has
influence on firm performance.
Keywords: Capital stucture; GLS; Manufacturing Firm; Performance
Pendahuluan
Dunia bisnis yang berkembang pesat dari hari ke hari, menuntut setiap perusahaan untuk
menjadi yang terbaik di masing – masing industri tempat mereka berada. Untuk dapat tetap
bersaing di bisnis yang semakin kompetitif, dibutuhkan daya saing unggul dalam setiap aspek,
seperti: teknologi, sumber daya, dan produk/jasa. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat
meningkatkan nilai dan kinerja. Atas dasar pemenuhan aspek – aspek tersebut, maka
diperlukan modal untuk mewujudkannya. Struktur modal merupakan salah satu komponen
yang sangat penting dalam perusahaan, karena penentuan struktur modal sangat terkait
dengan kinerja perusahaan di kemudian hari. Menurut Handono Mardiyanto (2009), struktur
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
modal didefinisikan sebagai komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas, baik
saham preferen maupun saham biasa, yang ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut
Van Horne dan Wachowicz (2007), struktur modal adalah proporsi pendanaan permanen
jangka panjang perusahaan yang dituangkan dalam utang, ekuitas, saham preferen dan saham
biasa.
Beberapa teori mengenai struktur modal pun terus berkembang dari tahun ke tahun. Teori ini
terus dikembangkan untuk mencari proporsi optimal dari utang dan modal pada suatu
perusahaan. Beberapa teori itu diantaranya, adalah Trade Off Theory yang dikemukakan oleh
Modigliani dan Miller, dimana teori ini lebih mendasar terhadap keuntungan pajak, Pecking
Order Theory yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984), yang menekankan pada
adanya informasi yang asimetris dan Agency Theory yang lebih membahas mengenai agency
cost.
Seiring dengan kebutuhan perusahaan untuk ekspansi kegiatan bisnisnya, maka perusahaan
tersebut akan membutuhkan tambahan modal/dana. Sumber – sumber pendanaan suatu
perusahaan dapat berasal dari perusahaan itu sendiri (internal financing) maupun dari luar
(external financing). Pendanaan dari dalam perusahaan (internal financing) dapat diperoleh
dari modal sendiri, laba ditahan (retained earnings), dan cadangan dana yang dimiliki
perusahaan. Sedangkan pendanaan dari luar perusahaan (external financing) berasal dari
utang (debt) dan penerbitan saham baru.
Keputusan mengenai struktur modal suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting.
Dikatakan oleh Weston dan Brigham (1990), kebijakan mengenai struktur modal melibatkan
trade off antara risiko dan tingkat pengembalian, penambahan utang dapat memperbesar
risiko perusahaan, akan tetapi hal tersebut juga dapat memperbesar tingkat pengembalian
yang diharapkan. Salah satu pekerjaan manajemen keuangan suatu perusahaan untuk
membuat keputusan mengenai struktur modal agar nilai dan kinerja perusahaan menjadi
maksimal. Namun, hal ini tidak mudah untuk dilakukan, mengingat pihak manajemen harus
dapat mengatur proporsi utang dan modal se-optimal mungkin agar hasilnya pun maksimal.
Struktur modal yang optimal seperti yang dikutip dari Sitorus (2008), adalah struktur modal
yang
mengoptimalkan
keseimbangan
antara
risiko
dan
pengembalian,
sehingga
memaksimumkan harga saham. Kinerja perusahaan suatu perusahaan dipengaruhi secara
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
signifikan oleh beberapa faktor dan struktur modal merupakan salah satu diantaranya.
Beberapa penelitian terkait menggunakan pengukuran yang berbeda –beda untuk mengukur
kinerja perusahaan. Beberapa dari pengukuran tersebut, adalah pengukuran dengan
menggunakan basis akuntansi yang berasal dari laporan keuangan perusahaan, yaitu ROA,
ROE dan EPS. Terdapat pula pengukuran dengan menggabungkan antara nilai pasar dengan
nilai akuntansi, yaitu Tobin’s Q.
Penelitian mengenai pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan telah diteliti dari
tahun ke tahun untuk melihat pengaruh diantara keduanya. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Salim dan Yadav (2012) yang menganalisis hubungan antara struktur modal dan kinerja
perusahaan, dengan sampel 237 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia pada
periode 1995 - 2011. Adapun variabel independen dalam jurnal ini adalah struktur modal,
yang diproksikan dengan long term debt, short term debt, total debt ratios dan growth,
sedangkan variabel dependen dalam jurnal ini adalah kinerja perusahaan, yang diproksikan
dengan ROA, ROE, Tobin’s Q dan EPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan, yang diukur dengan ROA, ROE, dan EPS memiliki pengaruh negatif dengan
short term debt, long term debt, total debt, sebagai variabel independen. Namun, terdapat pula
pengaruh positif antara growth dan performance. Terdapat pengaruh positif signifikan antara
short term debt dan long term debt terhadap Tobin’s Q. Dilaporkan juga pada penelitian ini,
bahwa total debt memiliki pengaruh negatif signifikan dengan kinerja perusahaan.
Penelitian yang selanjutnya, dilakukan oleh Ahmad, Abdullah, dan Roslan (2012). Penelitian
ini menganalisis hubungan antara struktur modal dan kinerja perusahaan, dengan sampel 58
perusahaan sektor industrial dan konsumen di Malaysia pada periode 2005 – 2010. Adapun
variabel dependen yang digunakan dalam jurnal ini adalah kinerja perusahaan yang
diproksikan dengan ROA dan ROE, sedangkan variabel independen nya adalah struktur
modal, yang diproksikan dengan long term debt, short term debt dan total debt. Penelitian ini
memberikan hasil bahwa hanya short term debt dan total debt yang memiliki hubungan
signifikan dengan ROA, sedangkan ROE memiliki hubungan signifikan dengan semua
indikator struktur modal.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Pouraghajan dan Malekian (2012). Penelitian ini
mengambil sampel sebanyak 80 perusahaan manufaktur dari 12 sektor industri yang terdaftar
di Teheran Stock Exchange dengan periode 2006 – 2010. Penelitian ini dilakukan dengan
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
tujuan untuk menganalisis dampak struktur modal pada kinerja keuangan perusahaan. Hasil
dari penelitian ini, adalah terdapat hubungan negatif yang kuat dan signifikan antara debt
ratio dan kinerja perusahaan (ROA dan ROE). Terdapat pula hubungan positif yang
signifikan antara variabel – variabel seperti asset turnover ratio, firm size, assets tangibility
dan growth opportunities dengan kinerja keuangan perusahaan (ROA dan ROE). Terakhir,
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara firm age (activity history) dengan kinerja
keuangan perusahaan.
Memmon, Bhuto dan Abbas (2012), menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja
perusahaan, dengan sampel sebanyak 141 perusahaan tekstil di Pakistan pada periode 2004 –
2009. Adapun variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja
perusahaan, yang diproksikan dengan ROA, sedangkan variabel independen nya adalah
struktur modal yang diproksikan dengan size, tangibility, debt to equity ratio, amount of
annual tax, growth of firm dan risk associated with business entity. Hasil dari penelitian ini
adalah semua variabel struktur modal signifikan dengan kinerja perusahaan.
Hasil penelitian – penelitian yang pernah dilakukan ini tidak merujuk kepada hasil penelitian
yang sama. Hal ini mungkin disebabkan oleh variabel dependen dan independen yang
digunakan berbeda dan juga sampel yang digunakan berbeda – beda. Untuk menganalisis
pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan di Indonesia, peneliti menggunakan
sampel perusahaan manufaktur yang terdafar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini perlu
dilakukan untuk mengisi celah yang ada dalam lingkup penelitian struktur modal, dikarenakan
di Indonesia sebagian besar penelitian dengan tema serupa hanya membahas pengaruh
struktur modal terhadap profitabilitas atau terhadap nilai perusahaan, bukan terhadap kinerja
perusahaannya. Selain itu penelitian dengan topik serupa telah di lakukan di negara - negara
berkembang, dan peneliti ingin melanjutkan progres penelitian yang sudah dilakukan di
Indonesia. Penelitian ini juga memiliki proksi variabel struktur modal yang berbeda dengan
penelitian – penelitian sebelumnya, yaitu STD, LTD, D/E ratio, growth, tangibility, risk dan
size. Penelitian ini mengambil periode penelitian tahun 2009 – 2013, dengan perusahaan
manufaktur sebagai sampelnya.
Dalam melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Struktur Modal terhadap
Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009 – 2013, penulis menggunakan beberapa variabel yang merujuk kepada
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Salim dan Yadav (2012) dan Memon, Bhutto,
dan Abbas (2012). Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh antara struktur modal yang di proksi kan dengan long term debt, short term debt,
debt to equity, growth, tangibility, risk dan size dengan kinerja perusahaan yang di proksikan
dengan ROE, ROA dan EPS.
Tinjauan Pustaka
1.
Modigliani – Miller (MM) Theory
Teori struktur modal modern pertama dimulai pada tahun 1958, oleh Franco Modigliani dan
Merton Miller. Terdapat dua jenis teori MM, yaitu teori MM tanpa pajak dan teori MM
dengan pajak (Ross et al, 2010). Teori MM tanpa pajak mengatakan bahwa struktur modal
tidak relevan dalam mempengaruhi nilai perusahaan, karena diasumsikan tidak terdapat pajak
dan biaya kebangkrutan. Sedangkan teori MM dengan pajak yang dikembangkan dari
dianggap tidak realistisnya teori MM tanpa pajak, sehingga unsur pajak dimasukkan ke dalam
teori. Pajak merupakan aliran kas keluar yang dilakukan oleh perusahaan, dalam hal ini
perusahaan selalu mencoba untuk meminimalisir nilai pajak yang dibayarkan. Perusahaan
dapat menghemat pajak dengan menggunakan utang, karena beban bunga yang berasal dari
utang dapat mengurangi pajak.
2.
Static Trade Off Theory
Menurut Ross et al (2010), static trade off theory menyatakan bahwa perusahaan akan
berutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari
tambahan utang sama dengan biaya kesulitan keuangan (cost of financial distress). Financial
distress adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy cost), dan biaya keagenan (agency cost) yang
meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Static trade off theory
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal
tax dalam pemilihan struktur modal.
Tingkat utang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah
yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (cost of financial distress). Teori ini
memiliki maksud untuk menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul akibat
penggunaan utang. Apabila manfaatnya masih lebih besar dibandingkan dengan
pengorbanannya, maka masih diperbolehkan untuk menggunakan utang. Namun, jika
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
sebaliknya yaitu manfaat yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan pengorbanannya,
maka sebaiknya tidak berhutang.
3.
Pecking Order Theory
Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urutan – urutan preferensi dalam
memilih sumber pendanaan. Adapun beberapa asumsi yang mendasari teori ini (Myers,
1984):
1.
Perusahaan lebih menyukai sumber dana internal (laba ditahan dan depresiasi)
dibandingkan dengan sumber dana eksternal (utang dan ekuitas).
2.
Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih sekuritas yang
paling aman, yaitu: utang yang paling rendah risikonya, kemudian utang yang lebih
berisiko, convertible securities, saham preferen, kemudian common stock.
3.
Terdapat kebijakan dividen yang konstan, dengan penetapan jumlah pembayaran
dividen yang konsisten, tidak dipengaruhi besar laba atau rugi perusahaan.
4.
Untuk mengantisipasi kekurangan kas akibat kebijakan dividen yang konstan, fluktuasi
tingkat keuntungan, dan kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil
portfolio investasi yang lebih lancar.
Perusahaan – perusahaan yang profitable umumnya meminjam dana dalam jumlah yang lebih
sedikit. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan external financing perusahaan terebut memang
sedikit. Sebaliknya, perusahaan yang kurang profitable umumnya memiliki utang yang lebih
besar karena dana internalnya tidak mencukupi kebutuhan perusahaan tersebut dan utang
merupakan pilihan pendanaan eksternal yang lebih disukai.
4.
Agency Cost Theory
Menurut Ross et al (2010), agency cost adalah biaya-biaya yang timbul
atas konflik
kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Biaya- biaya ini terdiri dari dua
sumber, yaitu biaya yang tak terpisahkan terkait dengan penggunaan agen atau manajer,
seperti risiko kemungkinan manajer akan menggunakan sumber daya perusahaan untuk
kepentingan pribadinya. Sumber yang kedua yaitu, biaya-biaya yang timbul dari usaha untuk
mengurangi masalah yang berkaitan dengan penggunaan agen (manajemen), seperti stock
option untuk menyamakan kepentingan manajemen dan pemegang saham.
Penggunaan debt financing dapat membantu menyelesaikan agency cost of external equity
(Megginson, 1997). Penggunaan utang akan membuat manajer lebih disiplin dan efektif
dalam bekerja karena mereka wajib melunasi pembayaran yang jatuh tempo. Atas dasar itu,
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
maka pemegang saham akan rela untuk membayar saham perusahaan dengan harga yang
lebih tinggi. Penggunaan utang juga akan membuat manajer takut untuk melakukan konsumsi
atas kepentingan sendiri, karena jika mereka gagal mengembalikan uang yang dipinjam, maka
mereka terancam kehilangan pekerjaan.
5.
Signaling Theory
Teori yang didasari pada informasi asimetris ini, memiliki ide utama bahwa pihak manajemen
yang memiliki informasi lebih mengenai keadaan perusahaan sebenarnya akan memberikan
sinyal positif kepada pihak luar (Megginson, 1997). Hal ini dilakukan agar investor
memandang tinggi nilai perusahaan yang kemudian berujung pada peningkatan harga saham.
Karena investor menyadari bahwa setiap manajemen perusahaan akan melakukan hal yang
sama, maka investor menjadi skeptis akan hal ini.
Berawal dari sikap skeptis inilah, manajemen perusahaan melakukan signaling dengan
melakukan perubahan pada struktur modal mereka. Manajemen perusahaan akan memberikan
sinyal positif pada pihak luar dengan meningkatkan penggunaan utang nya, yang berujung
pada peningkatan rasio utang mereka. Manajemen menganggap perusahaan dengan nilai yang
rendah tidak akan melakukan signaling dengan cara yang sama, karena mereka lebih rentan
terhadap kebangkrutan. Karena itu, peningkatan utang yang dilakukan oleh perusahaan dinilai
sebagai sinyal positif oleh pihak luar dikarenakan peningkatan utang menunjukkan bahwa
perusahaan berada dalam kondisi sehat.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2013. Pemilihan
sampel ini didasari karena proposi perusahaan manufaktur merupakan yang terbesar, yaitu
28,78% dari total perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, pertumbuhan
produksi industri manufaktur juga terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, yang
berarti semakin besar pula tambahan modal yang dibutuhkan oleh perusahaan – perusahaan
tersebut untuk beroperasi. Tercatat pertumbuhan produksi industri manufaktur yang
meningkat menjadi 6,01% pada tahun 2013, dari tahun sebelumnya yaitu 4,12% (sumber:
www.bps.go.id). Perusahaan
manufaktur juga membutuhkan struktur modal yang lebih
banyak untuk beroperasi dan juga membeli alat – alat untuk kebutuhan produksinya.
Sedangkan untuk periode penelitian yang dipilih oleh peneliti memiliki alasan, karena pada
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
tahun 2009 kondisi ekonomi global sudah tidak mengalami krisis, sehingga data yang
digunakan dalam penelitian ini tidak bias dalam menggambarkan estimasi model.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 117 perusahaan
manufaktur, pemilihan sampel ini sudah berdasarkan proses seleksi yang dilakukan oleh
peneliti. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
secara konsisten melaporkan laporan keuangannya dan terdaftar di BEI sejak tahun 2009
sampai dengan tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan 6 variabel independen yaitu variabel struktur modal yang
diproksikan dengan LTD, STD, D/E ratio, growth, tangibility, dan risk. Selain itu penelitian
ini juga menggunakan 3 variabel dependen yaitu variabel kinerja perusahaan yang
diproksikan dengan ROA, ROE, dan EPS. Serta 1 variabel kontrol yaitu size. Penelitian ini
mencoba untuk menganalisis apakah struktur modal memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja perusahaan.
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dependen
1.
Return on Asset (ROA)
Return on Asset menggambarkan seberapa efisien manajemen perusahaan dalam
menggunakan aset nya untuk menghasilkan income. ROA memberikan informasi seberapa
besar pengembalian yang dihasilkan dari invested capital (assets) (Ross et al., 2010). ROA
dipilih sebagai salah satu proksi dari kinerja perusahaan karena rasio ini penting untuk
melihat seberapa efisien manajemen perusahaan dalam menggunakan aset nya untuk
menghasilkan income, serta pengukuran ini merupakan pengukuran kinerja perusahaan
berbasis akuntansi yang sudah diterma secara luas. ROA didapat dari perhitungan laba bersih
dibagi dengan total aset.
2.
Return on Equity (ROE)
Return on equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja secara
akuntansi. ROE mengukur profitabilitas perusahaan dengan memberikan informasi tentang
berapa banyak keuntungan yang dapat di generate oleh perusahaan dengan dengan dana yang
diinvestasikan oleh investor. ROE sangat sering digunakan sebagai indikator pembanding
profitabilitas antar perusahaan yang berada pada industri yang sama (Ross et al., 2010). ROE
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
dipilih menjadi salah satu proksi dari variabel kinerja perusahaan, karena rasio ini penting
untuk melihat seberapa banyak keuntungan yang dapat di hasilkan oleh perusahaan dengan
dengan dana yang diinvestasikan oleh investor, serta pengukuran ini merupakan pengukuran
kinerja perusahaan berbasis akuntansi yang sudah diterma secara luas. ROE merupakan rasio
yang didapat dari perhitungan laba bersih dibagi dengan total ekuitas.
3.
Earning Per Share (EPS)
EPS adalah porsi keuntungan perusahaan yang dialokasikan untuk pemegang saham biasa
(common stock) yang beredar. EPS dikategorikan sebagai variabel paling penting dalam
menentukan harga saham (Ross et al., 2010). EPS dipilih sebagai salah satu proksi dari
kinerja perusahaan karena pengukuran ini berbasis market (pasar), serta sudah diterima secara
luas. EPS didapatkan dari perhitungan net income dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Variabel Independen
1.
Long Term Debt
Long term debt adalah rasio yang menunjukkan financial leverage suatu perusahaan. Rasio ini
menghitung proporsi long term debt yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total aset
yang dimilikinya. Dengan menggunakan rasio ini, investor dapat mengidentifikasi jumlah
leverage yang digunakan oleh suatu perusahaan dan membandingkannya dengan perusahaan
lain untuk kemudian dapat menganalisa company’s risk exposure (Ross et al., 2010).
2.
Short Term Debt
Short term debt adalah rasio yang menunjukkan persentase aset perusahaan yang dibiayai oleh
kewajiban jangka pendek. Rasio ini dapat dihitung dengan cara membagi short term debt
dengan total assets (Ross et al., 2010).
3.
Debt to Equity
Debt to equity ratio didapatkan dengan cara membagi total debt dengan total equity. Rasio ini
melihat seberapa besar dampak debt pada utilisasi aset ketika aset tersebut didanai oleh debt
(Ross et al., 2010).
4.
Growth
Growth merupakan persentase perubahan total aset perusahaan pada tahun ini dibandingkan
dengan tahun sebelum nya (Ross et al., 2010). Perusahaan dengan growth tinggi memiliki
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
performa yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki growth yang lebih
rendah, karena perusahaan dengan growth yang lebih tinggi dapat menghasilkan profit dengan
cara berinvestasi.
5.
Tangibility
Tangibility dapat diukur dengan cara membagi total gross fixed assets dengan total assets
(Ross et al., 2010). Aset berwujud umumnya digunakan sebagai jaminan ketika perusahan
melakukan peminjaman uang. Namun, perusahaan yang berinvestasi terlalu banyak dalam
asset berwujud dapat menurunkan kinerja perusahaannya jika tidak digunakan secara efisien.
Variabel Kontrol
1.
Size
Size dapat diukur dengan cara menghitung logaritma dari total aset suatu perusahaan (Ross et
al., 2010).
Berdasarkan variabel-variabel yang telah disebutkan diatas, maka model yang akan digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari tiga model regresi. Model regresi dalam penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan.
ROAI,t (performance) =
β0 + β1LTDI,t + β2SIZEI,t + β3Growth + β4STD + β5D/E +
β6Tangibility + β7Risk + εI,t
ROEI,t (performance) =
β0 + β1LTDI,t + β2SIZEI,t + β3Growth + β4STD + β5D/E +
β6Tangibility + β7Risk + εI,t
EPSI,t (performance)
=
β0 + β1LTDI,t + β2SIZEI,t + β3Growth + β4STD + β5D/E +
β6Tangibility + β7Risk + εI,t
Dimana:
ROAI,t
= Net income to total assets for firm I in year t
ROEI,t
= Net income to total equity for firm I in year t
EPSI,t
= Net income to shares outstanding for firm I in year t
STDI,t
= Short term debt to total assets for firm I in year t
LTDI,t
= Long term debt to total assets for firm I in year t
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
D/EI,t
= Total debt to total equity for firm I in year t
SizeI,t
= Logarithm of total assets for firm I in year t
GrowthI,t
= Changes in total assets
TangibilityI,t
= Total gross fixed assets to total assets for firm I in year t
Risk I,t
= Standard deviation of cash flow
εI,t
= The error term
βi,0,...,7
= Coefficient Variable
Berdasarkan model penelitian diatas, terdapat tiga hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini untuk melihat pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan, yaitu:
1. Struktur modal terhadap kinerja perusahaan (ROA)
H0,1: Struktur modal tidak memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja
perusahaan yang di proksikan dengan ROA.
H1,1: Struktur modal memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja
perusahaan yang di proksikan dengan ROA.
2. Struktur modal terhadap kinerja perusahaan (ROE)
H0,2: Struktur modal tidak memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja
perusahaan yang di proksikan dengan ROE.
H1,2: Struktur modal memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja
perusahaan yang di proksikan dengan ROE.
3. Struktur modal terhadap kinerja perusahaan (EPS)
H0,3: Struktur modal tidak memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja
perusahaan yang di proksikan dengan EPS.
H1,3: Struktur modal memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja
perusahaan yang di proksikan dengan EPS.
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
Analisis Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Regresi Model 1 (ROA)
2
Adjusted R 0.905521 Variable Coefficient Prob. C 0.583631 0.0004* DE -­‐1.51E-­‐05 0.9652 GROWTH 0.066004 0.0000* LTD -­‐0.062991 0.0011* RISK -­‐1.26E-­‐14 0.0003* SIZE -­‐0.037319 0.0074* STD -­‐0.09506 0.0000* TANGI -­‐0.046674 0.0000* *) Level 1% **) Level 5% ***) Level 10% Hasil olah data model 1 (ROA) menunjukan bahwa model ini memiliki nilai Adj. R2 sebesar
90.55%, yang berarti variabel – variabel struktur modal yang dipilih mampu menjelaskan
sebesar 90.55% dari kinerja perusahaan (ROA). Apabila terjadi kenaikan 1 persen growth
akan menaikkan kinerja perusahaan sebesar 0.066. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Memon, Bhutto dan Abbas (2012), yang menyatakan
bahwa growth memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA).
Kemudian, jika terjadi kenaikan 1x rasio long term debt to total asset akan menurunkan
kinerja perusahaan sebesar 0.0629. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori static trade off,
yang menyebutkan bahwa perusahaan akan berutang sampai pada tingkat utang tertentu, yaitu
dimana manfaatnya (tax shield) sama dengan biaya-biayanya (beban bunga, provision, dan
biaya-biaya yang berhubungan dengan pinjaman). Jika suatu perusahaan melakukan pinjaman
secara berlebihan sehingga melebihi batas tersebut maka perusahaan akan terpapar pada risiko
kebangkrutan, dimana hal tersebut menurunkan return perusahaan, sehingga akan berdampak
pada penurunan nilai ROA. Hasil temuan penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Abor (2005), Salim dan Yadav (2012), serta Zeitun dan Tian (2007) yang
menunjukkan bahwa long term debt memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja
perusahaan (ROA). Jika terjadi kenaikan 1x risk akan menurunkan kinerja perusahaan sebesar
1.26E-14. Mengacu kepada the classic risk-return trade-off arguments, dimana perusahaan
dengan variabilitas tinggi dalam operating income nya diharapkan memiliki return yang lebih
tinggi pula. Namun, hasil penelitian penulis menunjukkan hal yang berlawanan, hal ini
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
mungkin disebabkan oleh adanya risiko likuiditas yang dihadapi oleh perusahaan –
perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian, dimana mereka mengalami risiko
gagal bayar (default) yang lebih tinggi sebagai hasil dari fluktuasi dalam arus kas. Hasil
temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeitun dan Tian
(2007) yang menunjukkan bahwa risk memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja
perusahaan (ROA). Jika terjadi kenaikan 1x size akan menurunkan kinerja perusahaan sebesar
0.0373. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Memon, Bhutto dan Abbas (2012), serta Jermias (2008) dalam Ahmad, Abdullah, dan Roslan
(2012) yang menyatakan bahwa size memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja
perusahaan (ROA). Hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena perusahaan dengan size
yang besar cenderung berutang lebih banyak karena memiliki biaya kebangkrutan yang
rendah, akan tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan tersebut untuk tidak
dapat mengelola dengan baik trade off yang muncul antara cost of debt dengan keuntungan
yang dihasilkan dari utang tersebut yang pada akhirnya menyebabkan menurunnya kinerja
perusahaan. Jika terjadi kenaikan 1x short term debt to total asset akan menurunkan kinerja
perusahaan sebesar 0.095. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori static trade off, yang
menyebutkan bahwa perusahaan akan berutang sampai pada tingkat utang tertentu, yaitu
dimana manfaatnya (tax shield) sama dengan biaya-biayanya (beban bunga, provision, dan
biaya-biaya yang berhubungan dengan pinjaman). Jika suatu perusahaan melakukan pinjaman
secara berlebihan sehingga melebihi batas tersebut maka perusahaan akan terpapar pada risiko
kebangkrutan, dimana hal tersebut menurunkan return perusahaan, sehingga akan berdampak
pada penurunan nilai ROA. Hasil temuan penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Abor (2005), Salim dan Yadav (2012), serta Zeitun dan Tian (2007) yang
menyatakan bahwa short term debt memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja
perusahaan (ROA). Jika terjadi kenaikan 1 persen tangibility akan menurunkan kinerja
perusahaan sebesar 0.0466. Hasil penelitian ini mungkin disebabkan ketika perusahaan
berinvestasi terlalu banyak dalam asset berwujud, sehingga dapat menurunkan kinerja
perusahaannya jika tidak digunakan secara efisien. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Memon, Bhutto dan Abbas (2012) serta Zeitun dan Tian
(2007) yang menyatakan bahwa tangibility memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
kinerja perusahaan (ROA).
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
Tabel 2. Hasil Regresi Model 2 (ROE)
2
Adjusted R 0.229292 Variable Coefficient Prob. C -­‐0.6623 0.0801*** DE -­‐0.0450 0.0000* GROWTH 0.1402 0.2710 LTD -­‐0.1164 0.1037 RISK -­‐1.00E-­‐13 SIZE 0.0879 0.0048* STD 0.0446 0.5616 TANGI -­‐0.1357 0.0032* 0.0537*** *) Level 1% **) Level 5% ***) Level 10% Hasil olah data untuk model 2 (ROE) menunjukan bahwa model ini memiliki nilai Adj. R2
sebesar 22.92%, yang berarti variabel – variabel struktur modal yang dipilih mampu
menjelaskan sebesar 22.92% dari kinerja perusahaan (ROE). Apabila terjadi kenaikan 1x
rasio debt to equity akan menurunkan kinerja perusahaan (ROE) sebesar 0.0450. Hasil
penelitian ini sejalan dengan teori static trade off, yang menyebutkan bahwa perusahaan akan
berutang sampai pada tingkat utang tertentu, yaitu dimana manfaatnya (tax shield) sama
dengan biaya-biayanya (beban bunga, provision, dan biaya-biaya yang berhubungan dengan
pinjaman). Jika suatu perusahaan melakukan pinjaman secara berlebihan sehingga melebihi
batas tersebut maka perusahaan akan terpapar pada risiko kebangkrutan, dimana hal tersebut
menurunkan return perusahaan, sehingga akan berdampak pada penurunan nilai ROE. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Krishnan dan Moyer (1997)
dalam Zeitun & Tian (2007)
yang menyebutkan bahwa debt to equity ratio memiliki
hubungan negatif signifikan dengan kinerja perusahaan (ROE). Jika terjadi kenaikan 1x risk
akan menurunkan kinerja perusahaan (ROE) sebesar 1.00E-13. Mengacu kepada the classic
risk-return trade-off arguments, perusahaan dengan variabilitas tinggi dalam operating income
nya diharapkan memiliki return yang lebih tinggi pula. Namun, hasil penelitian penulis
menunjukkan hal yang berlawanan, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya risiko likuiditas yang
dihadapi oleh perusahaan – perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian, dimana
mereka mengalami risiko gagal bayar (default) yang lebih tinggi sebagai hasil dari fluktuasi dalam
arus kas. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeitun
dan Tian (2007) yang menunjukkan bahwa risk memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
kinerja perusahaan (ROE). Jika terjadi kenaikan 1x size akan menaikkan kinerja perusahaan
(ROE) sebesar 0.0879. Penrose (1959) dalam Majumdar dan Chhibber (1999) mengatakan
bahwa semakin besar size suatu perusahaan, maka akan semakin banyak hal yang dapat
dilakukan dan ini mengarahkan kepada dampak positif terhadap kinerja perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Majumdar dan Chhibber (1999) dan
Pouraghajan et al. (2012) yang menyatakan bahwa size memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap kinerja perusahaan (ROE). Jika terjadi kenaikan 1 persen tangibility akan
menurunkan kinerja perusahaan (ROE) sebesar 0.1357. Hasil temuan penelitian ini mungkin
disebabkan karena kondisi aset berwujud yang pada umumnya digunakan sebagai jaminan
ketika perusahan melakukan peminjaman uang. Namun, perusahaan yang berinvestasi terlalu
banyak dalam asset berwujud dapat menurunkan kinerja perusahaannya jika tidak digunakan
secara efisien. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Soumadi dan Hayajneh (2011) yang mengatakan bahwa tangibility memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROE).
Tabel 3. Hasil Regresi Model 3 (EPS)
Adjusted R2
0.006413
Variable
Coefficient
Prob.
C
1890.629
0.5797
DE
-0.870712
0.9691
GROWTH
2121.41
0.0076*
LTD
-553.6361
0.3517
RISK
-1.83E-10
0.5521
SIZE
-88.45565
0.7571
STD
-737.2864
0.2651
TANGI
42.74814
0.9085
*) Level 1% **) Level 5% ***) Level 10%
Hasil olah data model 3 (EPS) menunjukan bahwa model ini memiliki nilai Adj. R2 sebesar
0.6%, yang berarti variabel – variabel struktur modal yang dipilih mampu menjelaskan
sebesar 0.6% dari kinerja perusahaan (EPS). Apabila terjadi kenaikan 1 persen growth akan
meningkatkan kinerja perusahaan (EPS) sebesar 2121.41. Perusahaan dengan growth yang
tinggi akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang growth
nya lebih rendah. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
oleh Salim dan Yadav (2012) yang menyatakan bahwa growth memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap kinerja perusahaan.
No
Tujuan Penelitian
Hasil Penelitian
1
Pengaruh struktur modal (long term debt,
Struktur modal yang di proksikan dengan
short term debt, debt to equity, growth,
long term debt, short term debt, growth,
tangibility, risk dan size) terhadap kinerja
tangibility, risk dan size memiliki pengaruh
perusahaan yang di proksi kan dengan terhadap
ROA pada perusahaan manufaktur yang
kinerja
perusahaan
yang
di
proksikan dengan ROA.
terdaftar di BEI periode 2009 – 2013.
2
Pengaruh struktur modal (long term debt,
Struktur modal yang di proksikan dengan
short term debt, debt to equity, growth,
debt to equity ratio, tangibility, risk dan size
tangibility, risk dan size) terhadap kinerja
memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan yang di proksi kan dengan perusahaan yang di proksikan dengan ROE.
ROE pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2009 – 2013.
3
Pengaruh struktur modal (long term debt, Struktur modal yang di proksikan dengan
short term debt, debt to equity, growth,
growth memiliki pengaruh terhadap kinerja
tangibility, risk dan size) terhadap kinerja
perusahaan yang di proksikan dengan EPS.
perusahaan yang di proksi kan dengan
EPS pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2009 – 2013.
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian di Bursa Efek Indonesia pada sektor
industri manufaktur selama periode 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2013 adalah
sebagai berikut:
1.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada model pertama yang
menggunakan ROA sebagai proksi dari variabel dependen dan long term debt, short term
debt, debt to equity, growth, tangibility, risk dan size sebagai proksi dari variabel
independen, maka didapat hasil pengujian yang menunjukkan bahwa growth, long term
debt to total asset (LTD), risk, size, short term debt to total asset (STD), dan tangibility
memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan ROA. Hasil
pengujian ini menjawab tujuan penelitian pertama yang dirumuskan oleh penulis. Hasil
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Memon, Bhutto, dan
Abbas (2012), Salim dan Yadav (2012), Zeitun dan Tian (2007), serta Jermias (2008)
dalam Ahmad, Abdullah dan Roslan (2012).
2.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada model kedua yang menggunakan
ROE sebagai proksi dari variabel dependen dan long term debt, short term debt, debt to
equity, growth, tangibility, risk dan size sebagai proksi dari variabel independen, maka
didapat hasil pengujian yang menunjukkan bahwa debt to equity, risk, size, dan
tangibility memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan
ROE. Hasil pengujian ini menjawab tujuan penelitian kedua yang dirumuskan oleh
penulis. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeitun
dan Tian (2007), Krishnan dan Moyer (1997) dalam Zeitun dan Tian (2007), Majumdar
dan Chhibber (1999), Pouraghajan et al. (2012), serta Soumadi dan Hayajneh (2011).
3.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada model ketiga yang menggunakan
EPS sebagai proksi dari variabel dependen dan long term debt, short term debt, debt to
equity, growth, tangibility, risk dan size sebagai proksi dari variabel independen, maka
didapat hasil pengujian yang menunjukkan bahwa growth memiliki pengaruh terhadap
kinerja perusahaan yang di proksikan dengan EPS. Hasil pengujian ini menjawab tujuan
penelitian ketiga yang dirumuskan oleh penulis. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Salim dan Yadav (2012).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka penulis dapat
memberikan saran:
Bagi Penelitian
Bagi penelitian-penelitian berikutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini,
berikut beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis, antara lain:
1.
Disarankan untuk meneliti pada sektor lain mengenai pengaruh struktur modal terhadap
kinerja perusahaan, seperti misalnya perusahaan non-keuangan, karena setiap sektor
memiliki karakteristik yang berbeda, dimana hal tersebut dapat menambah referensi atas
topik pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan.
2.
Selain itu penelitian – penelitian selanjutnya juga disarankan untuk mencoba proksi
variabel struktur modal lainnya sebagai variabel baru yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan, seperti total debt to total capital, total debt to total asset, dan tax. Serta
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
proksi variabel kinerja perusahaan lainnya seperti Tobin’s Q, P/E Ratio, dan market to
book value of equity (MBVE).
3.
Penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan parameter untuk variabel
independen dengan menghitung rata-rata dari data periode sebelumnya.
Bagi Perusahaan
Hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan sektor industri manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 menunjukkan bahwa struktur modal memiliki
pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti, didapat hasil bahwa penggunaan utang, baik jangka panjang maupun jangka pendek,
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Mengacu kepada hasil
penelitian ini, manajer keuangan perusahaan diharapkan untuk meminimalkan penggunaan
utangnya atau hal lain yang dapat dilakukan adalah mengatur tingkat utangnya sampai dengan
kondisi optimal untuk berutang, sehingga manfaat yang diterima oleh perusahaan lebih besar
atau sama dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat berutang.
Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dalam menganalisis perusahaan
mana yang terbaik untuk diinvestasikan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan
sebaiknya investor berinvestasi pada perusahaan yang memiliki rasio utang terhadap modal
yang rendah dan juga size besar.
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
Daftar Referensi
Buku:
Brealey, Richard A., Myers, Stewart C., & Marcus, Alan J. (2007). Dasar –Dasar Manajemen
Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometrics 4th Ed. New York: McGraw-Hill.
Horne, James C. Van & Wachowicz, John Martin. (2007). Fundamentals of Financial
Management. Prentice Hall.
Mardiyanto, Handono. (2009). Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: Grasindo.
Megginson, W.L. (1997). Corporate Finance Theory. United States: Addison-Wesley
Educational Publishers Inc.
Nachrowi, D., & Usman, H. (2006). Pendekatan Populer & Praktis Ekonometrika untuk
Analisis Ekonomi & Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Penrose, E. T. (1959). The Theory of the Growth of the Firm. Oxford: Basil Blackwell.
Prasetyo, Bambang & Jannah, Lina Miftahul. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif:Teori &
Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ross, Stephen A., Westerfield, R., & Jordan, Bradford D. (2010). Coorporate Finance
Fundamentals 9th Edition. New York: McGraw Hill.
Siagian, Sugiarto D. (2006). Metode Statistika Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: PT
Gramedia PustakaUtama.
Weston, John F. & Brigham, Eugene F. (1990). Essentials of Managerial Finance. Dryden
Press.
Weston, John Fred & Copeland, Thomas E. (1996). Manajemen Keuangan. Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
Jurnal:
Abor, Joshua. (2004). The Effect of Capital Structure on Profitability: An Empirical Analysis
of Listed Firms in Ghana. Journal of Risk Finance, pp. 438-447.
Ahmad, Z., Abdullah, N. M. H., & Roslan S. (2012). Capital Structure Effect on Firms
Performance: Focusing on Consumers and Industrials Sectors on Malaysian Firms.
International Review of Business Research Papers, Vol. 8 No. 5, pp. 137-155.
Jensen, M. & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs,
and ownership structure. Journal of Financial Economics 3, pp. 305-360.
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
Jermias, Johny. (2008). The Relative Influence of Competitive Intensity and Business
Strategy on the Relationship between Financial Leverage and Performance. The British
Accounting Review, Vol. 40, pp. 71-86.
Krishnan, V. S. & Moyer, R. C. (1997). Performance, Capital Structure and Home Country:
An Analysis of Asian Corporations. Global Finance Journal, Vol. 8, pp. 129-143.
Memon, F., Bhutto, N. A., & Abbas, G. (2012). Capital Structure and Firm Performance: A
Case of Textile Sector of Pakistan.
Asian Journal of Business and Management
Sciences, Vol. 1 No. 9, pp. 09-15.
Modigliani, Franco & Miller, Merton H. (1958). The Cost of Capital, Corporation Finance
and the Theory of Investment. The American Economic Review, Vol. 48 No. 3, pp. 261297.
Myers, Stewart C. (1984). The Capital Structure Puzzle. The Journal of Finance, Vol. 39 No.
3, pp.575-592.
Myers, Stewart C., & Majluf , N. S. (1984). Corporate Financing and Investment Decision
When Firms Have Information That Investors Do Not Have. Journal of Financial
Economics, Vol. 13 No. 2, pp.187-221.
Myers, Stewart C. (2001). Capital Structure. Journal of Economic Perspectives, Vol. 15 No.
2, pp. 81-102.
Pouraghajan, A., Malekian, E., Emamgholipour, M., Lotfollahpour, V., & Bagheri, M. M.
(2012). The Relationship between Capital Structure and Firm Performance Evaluation
Measures: Evidence from the Tehran Stock Exchange.
International Journal of
Business and Commerce, Vol. 1 No. 9, pp. 166 – 181.
Salim, M. & Yadav, R. (2012). Capital Structure and Firm Performance: Evidence from
Malaysian Listed Companies. Procedia – Social and Behavorial Sciences 65, pp. 156 –
166.
San, Dr. Ong Tze & Heng, The Boon. (2011). Capital Structure and Corporate Performance
of Malaysian Construction Sector. International Journal of Humanitarian and Social
Science, Vol. 1 No. 2, pp. 28-36.
Soumadi, M. M. & Hayajneh, O. S. (2011). Capital Structure and Corporate Performance
Empirical Study on The Public Jordanian Shareholding Firms Listed in the Amman
Stock Market. European Scientific Journal, Vol. 8 No. 22, pp. 173-189.
Zeitun, R. & Tian, G. G. (2007). Capital Structure and Corporate Performance: Evidence
from Jordan. Australasian Accounting Business and Finance Journal, Vol. 1 No.4, pp.
40-61
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
Skripsi:
Agusta, Nova. (2009). Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perusahaan Terpilih Dalam Indeks LQ45 Periode 2004-2007. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Baskoro, R. A. (2012). Analisis Pengaruh Risiko Sistematis dan Firm Spesific Risk terhadap
Risiko Kredit Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2011. Tesis. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Lidyawati. (2010). Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas: Analisis Empiris
Perusahaan-Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2001-2008. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Prabha, Nino Manggala. (2009). Analisis Pengaruh Struktur Modal terhdapa Nilai
Perusahaan: Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Properti dan Real
Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Pumurwita, Nindra. (2011). Analisis Faktor-Faktor uang Mempengaruhi Struktur Modal
pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2004 - 2008. Tesis.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sitorus, Natasha Pradjna Paramitha. (2008). Studi Empiris Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta
Periode Tahun 2003 – 2007. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Website:
www.bps.go.id
www.idx.com
www.kemenprin.go.id
Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014
Download