Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 Pratiwi Anindia Anugrah Putri, Rahmat Aryo Baskoro Department of Management, Faculty of Economics, University of Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur modal yang diproksikan dengan LTD, STD, D/E ratio, growth, tangibility, dan risk, terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROA, ROE, dan EPS. Selain itu terdapat pula size sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 sampai dengan 2013. Pengujian dilakukan dengan model regresi least square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. The Impact of Capital Structure on Firm Performance in Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange 2009-2013 Abstract This research is aimed to analyze the relationship between capital structure (LTD, STD, Debt to Equity, growth, tangibility and risk) and size as control variable toward firm performance (ROA, ROE and EPS) on manufacturing firms during the period of five years starting from 2009 up to 2013. The tests were conducted with the least square regression model. The results of this research found that capital structure significantly has influence on firm performance. Keywords: Capital stucture; GLS; Manufacturing Firm; Performance Pendahuluan Dunia bisnis yang berkembang pesat dari hari ke hari, menuntut setiap perusahaan untuk menjadi yang terbaik di masing – masing industri tempat mereka berada. Untuk dapat tetap bersaing di bisnis yang semakin kompetitif, dibutuhkan daya saing unggul dalam setiap aspek, seperti: teknologi, sumber daya, dan produk/jasa. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat meningkatkan nilai dan kinerja. Atas dasar pemenuhan aspek – aspek tersebut, maka diperlukan modal untuk mewujudkannya. Struktur modal merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perusahaan, karena penentuan struktur modal sangat terkait dengan kinerja perusahaan di kemudian hari. Menurut Handono Mardiyanto (2009), struktur Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 modal didefinisikan sebagai komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas, baik saham preferen maupun saham biasa, yang ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Van Horne dan Wachowicz (2007), struktur modal adalah proporsi pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang dituangkan dalam utang, ekuitas, saham preferen dan saham biasa. Beberapa teori mengenai struktur modal pun terus berkembang dari tahun ke tahun. Teori ini terus dikembangkan untuk mencari proporsi optimal dari utang dan modal pada suatu perusahaan. Beberapa teori itu diantaranya, adalah Trade Off Theory yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller, dimana teori ini lebih mendasar terhadap keuntungan pajak, Pecking Order Theory yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984), yang menekankan pada adanya informasi yang asimetris dan Agency Theory yang lebih membahas mengenai agency cost. Seiring dengan kebutuhan perusahaan untuk ekspansi kegiatan bisnisnya, maka perusahaan tersebut akan membutuhkan tambahan modal/dana. Sumber – sumber pendanaan suatu perusahaan dapat berasal dari perusahaan itu sendiri (internal financing) maupun dari luar (external financing). Pendanaan dari dalam perusahaan (internal financing) dapat diperoleh dari modal sendiri, laba ditahan (retained earnings), dan cadangan dana yang dimiliki perusahaan. Sedangkan pendanaan dari luar perusahaan (external financing) berasal dari utang (debt) dan penerbitan saham baru. Keputusan mengenai struktur modal suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Dikatakan oleh Weston dan Brigham (1990), kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian, penambahan utang dapat memperbesar risiko perusahaan, akan tetapi hal tersebut juga dapat memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Salah satu pekerjaan manajemen keuangan suatu perusahaan untuk membuat keputusan mengenai struktur modal agar nilai dan kinerja perusahaan menjadi maksimal. Namun, hal ini tidak mudah untuk dilakukan, mengingat pihak manajemen harus dapat mengatur proporsi utang dan modal se-optimal mungkin agar hasilnya pun maksimal. Struktur modal yang optimal seperti yang dikutip dari Sitorus (2008), adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian, sehingga memaksimumkan harga saham. Kinerja perusahaan suatu perusahaan dipengaruhi secara Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 signifikan oleh beberapa faktor dan struktur modal merupakan salah satu diantaranya. Beberapa penelitian terkait menggunakan pengukuran yang berbeda –beda untuk mengukur kinerja perusahaan. Beberapa dari pengukuran tersebut, adalah pengukuran dengan menggunakan basis akuntansi yang berasal dari laporan keuangan perusahaan, yaitu ROA, ROE dan EPS. Terdapat pula pengukuran dengan menggabungkan antara nilai pasar dengan nilai akuntansi, yaitu Tobin’s Q. Penelitian mengenai pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan telah diteliti dari tahun ke tahun untuk melihat pengaruh diantara keduanya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Salim dan Yadav (2012) yang menganalisis hubungan antara struktur modal dan kinerja perusahaan, dengan sampel 237 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia pada periode 1995 - 2011. Adapun variabel independen dalam jurnal ini adalah struktur modal, yang diproksikan dengan long term debt, short term debt, total debt ratios dan growth, sedangkan variabel dependen dalam jurnal ini adalah kinerja perusahaan, yang diproksikan dengan ROA, ROE, Tobin’s Q dan EPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan, yang diukur dengan ROA, ROE, dan EPS memiliki pengaruh negatif dengan short term debt, long term debt, total debt, sebagai variabel independen. Namun, terdapat pula pengaruh positif antara growth dan performance. Terdapat pengaruh positif signifikan antara short term debt dan long term debt terhadap Tobin’s Q. Dilaporkan juga pada penelitian ini, bahwa total debt memiliki pengaruh negatif signifikan dengan kinerja perusahaan. Penelitian yang selanjutnya, dilakukan oleh Ahmad, Abdullah, dan Roslan (2012). Penelitian ini menganalisis hubungan antara struktur modal dan kinerja perusahaan, dengan sampel 58 perusahaan sektor industrial dan konsumen di Malaysia pada periode 2005 – 2010. Adapun variabel dependen yang digunakan dalam jurnal ini adalah kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROA dan ROE, sedangkan variabel independen nya adalah struktur modal, yang diproksikan dengan long term debt, short term debt dan total debt. Penelitian ini memberikan hasil bahwa hanya short term debt dan total debt yang memiliki hubungan signifikan dengan ROA, sedangkan ROE memiliki hubungan signifikan dengan semua indikator struktur modal. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Pouraghajan dan Malekian (2012). Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 80 perusahaan manufaktur dari 12 sektor industri yang terdaftar di Teheran Stock Exchange dengan periode 2006 – 2010. Penelitian ini dilakukan dengan Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 tujuan untuk menganalisis dampak struktur modal pada kinerja keuangan perusahaan. Hasil dari penelitian ini, adalah terdapat hubungan negatif yang kuat dan signifikan antara debt ratio dan kinerja perusahaan (ROA dan ROE). Terdapat pula hubungan positif yang signifikan antara variabel – variabel seperti asset turnover ratio, firm size, assets tangibility dan growth opportunities dengan kinerja keuangan perusahaan (ROA dan ROE). Terakhir, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara firm age (activity history) dengan kinerja keuangan perusahaan. Memmon, Bhuto dan Abbas (2012), menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan, dengan sampel sebanyak 141 perusahaan tekstil di Pakistan pada periode 2004 – 2009. Adapun variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan, yang diproksikan dengan ROA, sedangkan variabel independen nya adalah struktur modal yang diproksikan dengan size, tangibility, debt to equity ratio, amount of annual tax, growth of firm dan risk associated with business entity. Hasil dari penelitian ini adalah semua variabel struktur modal signifikan dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian – penelitian yang pernah dilakukan ini tidak merujuk kepada hasil penelitian yang sama. Hal ini mungkin disebabkan oleh variabel dependen dan independen yang digunakan berbeda dan juga sampel yang digunakan berbeda – beda. Untuk menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan di Indonesia, peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdafar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengisi celah yang ada dalam lingkup penelitian struktur modal, dikarenakan di Indonesia sebagian besar penelitian dengan tema serupa hanya membahas pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas atau terhadap nilai perusahaan, bukan terhadap kinerja perusahaannya. Selain itu penelitian dengan topik serupa telah di lakukan di negara - negara berkembang, dan peneliti ingin melanjutkan progres penelitian yang sudah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini juga memiliki proksi variabel struktur modal yang berbeda dengan penelitian – penelitian sebelumnya, yaitu STD, LTD, D/E ratio, growth, tangibility, risk dan size. Penelitian ini mengambil periode penelitian tahun 2009 – 2013, dengan perusahaan manufaktur sebagai sampelnya. Dalam melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013, penulis menggunakan beberapa variabel yang merujuk kepada Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Salim dan Yadav (2012) dan Memon, Bhutto, dan Abbas (2012). Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara struktur modal yang di proksi kan dengan long term debt, short term debt, debt to equity, growth, tangibility, risk dan size dengan kinerja perusahaan yang di proksikan dengan ROE, ROA dan EPS. Tinjauan Pustaka 1. Modigliani – Miller (MM) Theory Teori struktur modal modern pertama dimulai pada tahun 1958, oleh Franco Modigliani dan Merton Miller. Terdapat dua jenis teori MM, yaitu teori MM tanpa pajak dan teori MM dengan pajak (Ross et al, 2010). Teori MM tanpa pajak mengatakan bahwa struktur modal tidak relevan dalam mempengaruhi nilai perusahaan, karena diasumsikan tidak terdapat pajak dan biaya kebangkrutan. Sedangkan teori MM dengan pajak yang dikembangkan dari dianggap tidak realistisnya teori MM tanpa pajak, sehingga unsur pajak dimasukkan ke dalam teori. Pajak merupakan aliran kas keluar yang dilakukan oleh perusahaan, dalam hal ini perusahaan selalu mencoba untuk meminimalisir nilai pajak yang dibayarkan. Perusahaan dapat menghemat pajak dengan menggunakan utang, karena beban bunga yang berasal dari utang dapat mengurangi pajak. 2. Static Trade Off Theory Menurut Ross et al (2010), static trade off theory menyatakan bahwa perusahaan akan berutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan utang sama dengan biaya kesulitan keuangan (cost of financial distress). Financial distress adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy cost), dan biaya keagenan (agency cost) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Static trade off theory mempertimbangkan beberapa faktor, seperti corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax dalam pemilihan struktur modal. Tingkat utang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (cost of financial distress). Teori ini memiliki maksud untuk menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul akibat penggunaan utang. Apabila manfaatnya masih lebih besar dibandingkan dengan pengorbanannya, maka masih diperbolehkan untuk menggunakan utang. Namun, jika Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 sebaliknya yaitu manfaat yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan pengorbanannya, maka sebaiknya tidak berhutang. 3. Pecking Order Theory Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urutan – urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Adapun beberapa asumsi yang mendasari teori ini (Myers, 1984): 1. Perusahaan lebih menyukai sumber dana internal (laba ditahan dan depresiasi) dibandingkan dengan sumber dana eksternal (utang dan ekuitas). 2. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih sekuritas yang paling aman, yaitu: utang yang paling rendah risikonya, kemudian utang yang lebih berisiko, convertible securities, saham preferen, kemudian common stock. 3. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, dengan penetapan jumlah pembayaran dividen yang konsisten, tidak dipengaruhi besar laba atau rugi perusahaan. 4. Untuk mengantisipasi kekurangan kas akibat kebijakan dividen yang konstan, fluktuasi tingkat keuntungan, dan kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portfolio investasi yang lebih lancar. Perusahaan – perusahaan yang profitable umumnya meminjam dana dalam jumlah yang lebih sedikit. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan external financing perusahaan terebut memang sedikit. Sebaliknya, perusahaan yang kurang profitable umumnya memiliki utang yang lebih besar karena dana internalnya tidak mencukupi kebutuhan perusahaan tersebut dan utang merupakan pilihan pendanaan eksternal yang lebih disukai. 4. Agency Cost Theory Menurut Ross et al (2010), agency cost adalah biaya-biaya yang timbul atas konflik kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Biaya- biaya ini terdiri dari dua sumber, yaitu biaya yang tak terpisahkan terkait dengan penggunaan agen atau manajer, seperti risiko kemungkinan manajer akan menggunakan sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadinya. Sumber yang kedua yaitu, biaya-biaya yang timbul dari usaha untuk mengurangi masalah yang berkaitan dengan penggunaan agen (manajemen), seperti stock option untuk menyamakan kepentingan manajemen dan pemegang saham. Penggunaan debt financing dapat membantu menyelesaikan agency cost of external equity (Megginson, 1997). Penggunaan utang akan membuat manajer lebih disiplin dan efektif dalam bekerja karena mereka wajib melunasi pembayaran yang jatuh tempo. Atas dasar itu, Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 maka pemegang saham akan rela untuk membayar saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi. Penggunaan utang juga akan membuat manajer takut untuk melakukan konsumsi atas kepentingan sendiri, karena jika mereka gagal mengembalikan uang yang dipinjam, maka mereka terancam kehilangan pekerjaan. 5. Signaling Theory Teori yang didasari pada informasi asimetris ini, memiliki ide utama bahwa pihak manajemen yang memiliki informasi lebih mengenai keadaan perusahaan sebenarnya akan memberikan sinyal positif kepada pihak luar (Megginson, 1997). Hal ini dilakukan agar investor memandang tinggi nilai perusahaan yang kemudian berujung pada peningkatan harga saham. Karena investor menyadari bahwa setiap manajemen perusahaan akan melakukan hal yang sama, maka investor menjadi skeptis akan hal ini. Berawal dari sikap skeptis inilah, manajemen perusahaan melakukan signaling dengan melakukan perubahan pada struktur modal mereka. Manajemen perusahaan akan memberikan sinyal positif pada pihak luar dengan meningkatkan penggunaan utang nya, yang berujung pada peningkatan rasio utang mereka. Manajemen menganggap perusahaan dengan nilai yang rendah tidak akan melakukan signaling dengan cara yang sama, karena mereka lebih rentan terhadap kebangkrutan. Karena itu, peningkatan utang yang dilakukan oleh perusahaan dinilai sebagai sinyal positif oleh pihak luar dikarenakan peningkatan utang menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi sehat. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2013. Pemilihan sampel ini didasari karena proposi perusahaan manufaktur merupakan yang terbesar, yaitu 28,78% dari total perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, pertumbuhan produksi industri manufaktur juga terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, yang berarti semakin besar pula tambahan modal yang dibutuhkan oleh perusahaan – perusahaan tersebut untuk beroperasi. Tercatat pertumbuhan produksi industri manufaktur yang meningkat menjadi 6,01% pada tahun 2013, dari tahun sebelumnya yaitu 4,12% (sumber: www.bps.go.id). Perusahaan manufaktur juga membutuhkan struktur modal yang lebih banyak untuk beroperasi dan juga membeli alat – alat untuk kebutuhan produksinya. Sedangkan untuk periode penelitian yang dipilih oleh peneliti memiliki alasan, karena pada Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 tahun 2009 kondisi ekonomi global sudah tidak mengalami krisis, sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini tidak bias dalam menggambarkan estimasi model. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 117 perusahaan manufaktur, pemilihan sampel ini sudah berdasarkan proses seleksi yang dilakukan oleh peneliti. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang secara konsisten melaporkan laporan keuangannya dan terdaftar di BEI sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Penelitian ini menggunakan 6 variabel independen yaitu variabel struktur modal yang diproksikan dengan LTD, STD, D/E ratio, growth, tangibility, dan risk. Selain itu penelitian ini juga menggunakan 3 variabel dependen yaitu variabel kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROA, ROE, dan EPS. Serta 1 variabel kontrol yaitu size. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis apakah struktur modal memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Operasionalisasi Variabel Variabel Dependen 1. Return on Asset (ROA) Return on Asset menggambarkan seberapa efisien manajemen perusahaan dalam menggunakan aset nya untuk menghasilkan income. ROA memberikan informasi seberapa besar pengembalian yang dihasilkan dari invested capital (assets) (Ross et al., 2010). ROA dipilih sebagai salah satu proksi dari kinerja perusahaan karena rasio ini penting untuk melihat seberapa efisien manajemen perusahaan dalam menggunakan aset nya untuk menghasilkan income, serta pengukuran ini merupakan pengukuran kinerja perusahaan berbasis akuntansi yang sudah diterma secara luas. ROA didapat dari perhitungan laba bersih dibagi dengan total aset. 2. Return on Equity (ROE) Return on equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja secara akuntansi. ROE mengukur profitabilitas perusahaan dengan memberikan informasi tentang berapa banyak keuntungan yang dapat di generate oleh perusahaan dengan dengan dana yang diinvestasikan oleh investor. ROE sangat sering digunakan sebagai indikator pembanding profitabilitas antar perusahaan yang berada pada industri yang sama (Ross et al., 2010). ROE Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 dipilih menjadi salah satu proksi dari variabel kinerja perusahaan, karena rasio ini penting untuk melihat seberapa banyak keuntungan yang dapat di hasilkan oleh perusahaan dengan dengan dana yang diinvestasikan oleh investor, serta pengukuran ini merupakan pengukuran kinerja perusahaan berbasis akuntansi yang sudah diterma secara luas. ROE merupakan rasio yang didapat dari perhitungan laba bersih dibagi dengan total ekuitas. 3. Earning Per Share (EPS) EPS adalah porsi keuntungan perusahaan yang dialokasikan untuk pemegang saham biasa (common stock) yang beredar. EPS dikategorikan sebagai variabel paling penting dalam menentukan harga saham (Ross et al., 2010). EPS dipilih sebagai salah satu proksi dari kinerja perusahaan karena pengukuran ini berbasis market (pasar), serta sudah diterima secara luas. EPS didapatkan dari perhitungan net income dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Variabel Independen 1. Long Term Debt Long term debt adalah rasio yang menunjukkan financial leverage suatu perusahaan. Rasio ini menghitung proporsi long term debt yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total aset yang dimilikinya. Dengan menggunakan rasio ini, investor dapat mengidentifikasi jumlah leverage yang digunakan oleh suatu perusahaan dan membandingkannya dengan perusahaan lain untuk kemudian dapat menganalisa company’s risk exposure (Ross et al., 2010). 2. Short Term Debt Short term debt adalah rasio yang menunjukkan persentase aset perusahaan yang dibiayai oleh kewajiban jangka pendek. Rasio ini dapat dihitung dengan cara membagi short term debt dengan total assets (Ross et al., 2010). 3. Debt to Equity Debt to equity ratio didapatkan dengan cara membagi total debt dengan total equity. Rasio ini melihat seberapa besar dampak debt pada utilisasi aset ketika aset tersebut didanai oleh debt (Ross et al., 2010). 4. Growth Growth merupakan persentase perubahan total aset perusahaan pada tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelum nya (Ross et al., 2010). Perusahaan dengan growth tinggi memiliki Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 performa yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki growth yang lebih rendah, karena perusahaan dengan growth yang lebih tinggi dapat menghasilkan profit dengan cara berinvestasi. 5. Tangibility Tangibility dapat diukur dengan cara membagi total gross fixed assets dengan total assets (Ross et al., 2010). Aset berwujud umumnya digunakan sebagai jaminan ketika perusahan melakukan peminjaman uang. Namun, perusahaan yang berinvestasi terlalu banyak dalam asset berwujud dapat menurunkan kinerja perusahaannya jika tidak digunakan secara efisien. Variabel Kontrol 1. Size Size dapat diukur dengan cara menghitung logaritma dari total aset suatu perusahaan (Ross et al., 2010). Berdasarkan variabel-variabel yang telah disebutkan diatas, maka model yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga model regresi. Model regresi dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan. ROAI,t (performance) = β0 + β1LTDI,t + β2SIZEI,t + β3Growth + β4STD + β5D/E + β6Tangibility + β7Risk + εI,t ROEI,t (performance) = β0 + β1LTDI,t + β2SIZEI,t + β3Growth + β4STD + β5D/E + β6Tangibility + β7Risk + εI,t EPSI,t (performance) = β0 + β1LTDI,t + β2SIZEI,t + β3Growth + β4STD + β5D/E + β6Tangibility + β7Risk + εI,t Dimana: ROAI,t = Net income to total assets for firm I in year t ROEI,t = Net income to total equity for firm I in year t EPSI,t = Net income to shares outstanding for firm I in year t STDI,t = Short term debt to total assets for firm I in year t LTDI,t = Long term debt to total assets for firm I in year t Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 D/EI,t = Total debt to total equity for firm I in year t SizeI,t = Logarithm of total assets for firm I in year t GrowthI,t = Changes in total assets TangibilityI,t = Total gross fixed assets to total assets for firm I in year t Risk I,t = Standard deviation of cash flow εI,t = The error term βi,0,...,7 = Coefficient Variable Berdasarkan model penelitian diatas, terdapat tiga hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan, yaitu: 1. Struktur modal terhadap kinerja perusahaan (ROA) H0,1: Struktur modal tidak memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan ROA. H1,1: Struktur modal memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan ROA. 2. Struktur modal terhadap kinerja perusahaan (ROE) H0,2: Struktur modal tidak memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan ROE. H1,2: Struktur modal memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan ROE. 3. Struktur modal terhadap kinerja perusahaan (EPS) H0,3: Struktur modal tidak memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan EPS. H1,3: Struktur modal memiliki pengaruh (positif/negatif) terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan EPS. Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 Analisis Hasil Penelitian Tabel 1. Hasil Regresi Model 1 (ROA) 2 Adjusted R 0.905521 Variable Coefficient Prob. C 0.583631 0.0004* DE -­‐1.51E-­‐05 0.9652 GROWTH 0.066004 0.0000* LTD -­‐0.062991 0.0011* RISK -­‐1.26E-­‐14 0.0003* SIZE -­‐0.037319 0.0074* STD -­‐0.09506 0.0000* TANGI -­‐0.046674 0.0000* *) Level 1% **) Level 5% ***) Level 10% Hasil olah data model 1 (ROA) menunjukan bahwa model ini memiliki nilai Adj. R2 sebesar 90.55%, yang berarti variabel – variabel struktur modal yang dipilih mampu menjelaskan sebesar 90.55% dari kinerja perusahaan (ROA). Apabila terjadi kenaikan 1 persen growth akan menaikkan kinerja perusahaan sebesar 0.066. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Memon, Bhutto dan Abbas (2012), yang menyatakan bahwa growth memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA). Kemudian, jika terjadi kenaikan 1x rasio long term debt to total asset akan menurunkan kinerja perusahaan sebesar 0.0629. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori static trade off, yang menyebutkan bahwa perusahaan akan berutang sampai pada tingkat utang tertentu, yaitu dimana manfaatnya (tax shield) sama dengan biaya-biayanya (beban bunga, provision, dan biaya-biaya yang berhubungan dengan pinjaman). Jika suatu perusahaan melakukan pinjaman secara berlebihan sehingga melebihi batas tersebut maka perusahaan akan terpapar pada risiko kebangkrutan, dimana hal tersebut menurunkan return perusahaan, sehingga akan berdampak pada penurunan nilai ROA. Hasil temuan penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abor (2005), Salim dan Yadav (2012), serta Zeitun dan Tian (2007) yang menunjukkan bahwa long term debt memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA). Jika terjadi kenaikan 1x risk akan menurunkan kinerja perusahaan sebesar 1.26E-14. Mengacu kepada the classic risk-return trade-off arguments, dimana perusahaan dengan variabilitas tinggi dalam operating income nya diharapkan memiliki return yang lebih tinggi pula. Namun, hasil penelitian penulis menunjukkan hal yang berlawanan, hal ini Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 mungkin disebabkan oleh adanya risiko likuiditas yang dihadapi oleh perusahaan – perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian, dimana mereka mengalami risiko gagal bayar (default) yang lebih tinggi sebagai hasil dari fluktuasi dalam arus kas. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeitun dan Tian (2007) yang menunjukkan bahwa risk memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA). Jika terjadi kenaikan 1x size akan menurunkan kinerja perusahaan sebesar 0.0373. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Memon, Bhutto dan Abbas (2012), serta Jermias (2008) dalam Ahmad, Abdullah, dan Roslan (2012) yang menyatakan bahwa size memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena perusahaan dengan size yang besar cenderung berutang lebih banyak karena memiliki biaya kebangkrutan yang rendah, akan tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan tersebut untuk tidak dapat mengelola dengan baik trade off yang muncul antara cost of debt dengan keuntungan yang dihasilkan dari utang tersebut yang pada akhirnya menyebabkan menurunnya kinerja perusahaan. Jika terjadi kenaikan 1x short term debt to total asset akan menurunkan kinerja perusahaan sebesar 0.095. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori static trade off, yang menyebutkan bahwa perusahaan akan berutang sampai pada tingkat utang tertentu, yaitu dimana manfaatnya (tax shield) sama dengan biaya-biayanya (beban bunga, provision, dan biaya-biaya yang berhubungan dengan pinjaman). Jika suatu perusahaan melakukan pinjaman secara berlebihan sehingga melebihi batas tersebut maka perusahaan akan terpapar pada risiko kebangkrutan, dimana hal tersebut menurunkan return perusahaan, sehingga akan berdampak pada penurunan nilai ROA. Hasil temuan penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abor (2005), Salim dan Yadav (2012), serta Zeitun dan Tian (2007) yang menyatakan bahwa short term debt memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA). Jika terjadi kenaikan 1 persen tangibility akan menurunkan kinerja perusahaan sebesar 0.0466. Hasil penelitian ini mungkin disebabkan ketika perusahaan berinvestasi terlalu banyak dalam asset berwujud, sehingga dapat menurunkan kinerja perusahaannya jika tidak digunakan secara efisien. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Memon, Bhutto dan Abbas (2012) serta Zeitun dan Tian (2007) yang menyatakan bahwa tangibility memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA). Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 Tabel 2. Hasil Regresi Model 2 (ROE) 2 Adjusted R 0.229292 Variable Coefficient Prob. C -­‐0.6623 0.0801*** DE -­‐0.0450 0.0000* GROWTH 0.1402 0.2710 LTD -­‐0.1164 0.1037 RISK -­‐1.00E-­‐13 SIZE 0.0879 0.0048* STD 0.0446 0.5616 TANGI -­‐0.1357 0.0032* 0.0537*** *) Level 1% **) Level 5% ***) Level 10% Hasil olah data untuk model 2 (ROE) menunjukan bahwa model ini memiliki nilai Adj. R2 sebesar 22.92%, yang berarti variabel – variabel struktur modal yang dipilih mampu menjelaskan sebesar 22.92% dari kinerja perusahaan (ROE). Apabila terjadi kenaikan 1x rasio debt to equity akan menurunkan kinerja perusahaan (ROE) sebesar 0.0450. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori static trade off, yang menyebutkan bahwa perusahaan akan berutang sampai pada tingkat utang tertentu, yaitu dimana manfaatnya (tax shield) sama dengan biaya-biayanya (beban bunga, provision, dan biaya-biaya yang berhubungan dengan pinjaman). Jika suatu perusahaan melakukan pinjaman secara berlebihan sehingga melebihi batas tersebut maka perusahaan akan terpapar pada risiko kebangkrutan, dimana hal tersebut menurunkan return perusahaan, sehingga akan berdampak pada penurunan nilai ROE. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Krishnan dan Moyer (1997) dalam Zeitun & Tian (2007) yang menyebutkan bahwa debt to equity ratio memiliki hubungan negatif signifikan dengan kinerja perusahaan (ROE). Jika terjadi kenaikan 1x risk akan menurunkan kinerja perusahaan (ROE) sebesar 1.00E-13. Mengacu kepada the classic risk-return trade-off arguments, perusahaan dengan variabilitas tinggi dalam operating income nya diharapkan memiliki return yang lebih tinggi pula. Namun, hasil penelitian penulis menunjukkan hal yang berlawanan, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya risiko likuiditas yang dihadapi oleh perusahaan – perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian, dimana mereka mengalami risiko gagal bayar (default) yang lebih tinggi sebagai hasil dari fluktuasi dalam arus kas. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeitun dan Tian (2007) yang menunjukkan bahwa risk memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 kinerja perusahaan (ROE). Jika terjadi kenaikan 1x size akan menaikkan kinerja perusahaan (ROE) sebesar 0.0879. Penrose (1959) dalam Majumdar dan Chhibber (1999) mengatakan bahwa semakin besar size suatu perusahaan, maka akan semakin banyak hal yang dapat dilakukan dan ini mengarahkan kepada dampak positif terhadap kinerja perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Majumdar dan Chhibber (1999) dan Pouraghajan et al. (2012) yang menyatakan bahwa size memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROE). Jika terjadi kenaikan 1 persen tangibility akan menurunkan kinerja perusahaan (ROE) sebesar 0.1357. Hasil temuan penelitian ini mungkin disebabkan karena kondisi aset berwujud yang pada umumnya digunakan sebagai jaminan ketika perusahan melakukan peminjaman uang. Namun, perusahaan yang berinvestasi terlalu banyak dalam asset berwujud dapat menurunkan kinerja perusahaannya jika tidak digunakan secara efisien. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soumadi dan Hayajneh (2011) yang mengatakan bahwa tangibility memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROE). Tabel 3. Hasil Regresi Model 3 (EPS) Adjusted R2 0.006413 Variable Coefficient Prob. C 1890.629 0.5797 DE -0.870712 0.9691 GROWTH 2121.41 0.0076* LTD -553.6361 0.3517 RISK -1.83E-10 0.5521 SIZE -88.45565 0.7571 STD -737.2864 0.2651 TANGI 42.74814 0.9085 *) Level 1% **) Level 5% ***) Level 10% Hasil olah data model 3 (EPS) menunjukan bahwa model ini memiliki nilai Adj. R2 sebesar 0.6%, yang berarti variabel – variabel struktur modal yang dipilih mampu menjelaskan sebesar 0.6% dari kinerja perusahaan (EPS). Apabila terjadi kenaikan 1 persen growth akan meningkatkan kinerja perusahaan (EPS) sebesar 2121.41. Perusahaan dengan growth yang tinggi akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang growth nya lebih rendah. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 oleh Salim dan Yadav (2012) yang menyatakan bahwa growth memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. No Tujuan Penelitian Hasil Penelitian 1 Pengaruh struktur modal (long term debt, Struktur modal yang di proksikan dengan short term debt, debt to equity, growth, long term debt, short term debt, growth, tangibility, risk dan size) terhadap kinerja tangibility, risk dan size memiliki pengaruh perusahaan yang di proksi kan dengan terhadap ROA pada perusahaan manufaktur yang kinerja perusahaan yang di proksikan dengan ROA. terdaftar di BEI periode 2009 – 2013. 2 Pengaruh struktur modal (long term debt, Struktur modal yang di proksikan dengan short term debt, debt to equity, growth, debt to equity ratio, tangibility, risk dan size tangibility, risk dan size) terhadap kinerja memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan yang di proksi kan dengan perusahaan yang di proksikan dengan ROE. ROE pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2013. 3 Pengaruh struktur modal (long term debt, Struktur modal yang di proksikan dengan short term debt, debt to equity, growth, growth memiliki pengaruh terhadap kinerja tangibility, risk dan size) terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan EPS. perusahaan yang di proksi kan dengan EPS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2013. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian di Bursa Efek Indonesia pada sektor industri manufaktur selama periode 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada model pertama yang menggunakan ROA sebagai proksi dari variabel dependen dan long term debt, short term debt, debt to equity, growth, tangibility, risk dan size sebagai proksi dari variabel independen, maka didapat hasil pengujian yang menunjukkan bahwa growth, long term debt to total asset (LTD), risk, size, short term debt to total asset (STD), dan tangibility memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan ROA. Hasil pengujian ini menjawab tujuan penelitian pertama yang dirumuskan oleh penulis. Hasil Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Memon, Bhutto, dan Abbas (2012), Salim dan Yadav (2012), Zeitun dan Tian (2007), serta Jermias (2008) dalam Ahmad, Abdullah dan Roslan (2012). 2. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada model kedua yang menggunakan ROE sebagai proksi dari variabel dependen dan long term debt, short term debt, debt to equity, growth, tangibility, risk dan size sebagai proksi dari variabel independen, maka didapat hasil pengujian yang menunjukkan bahwa debt to equity, risk, size, dan tangibility memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan ROE. Hasil pengujian ini menjawab tujuan penelitian kedua yang dirumuskan oleh penulis. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeitun dan Tian (2007), Krishnan dan Moyer (1997) dalam Zeitun dan Tian (2007), Majumdar dan Chhibber (1999), Pouraghajan et al. (2012), serta Soumadi dan Hayajneh (2011). 3. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada model ketiga yang menggunakan EPS sebagai proksi dari variabel dependen dan long term debt, short term debt, debt to equity, growth, tangibility, risk dan size sebagai proksi dari variabel independen, maka didapat hasil pengujian yang menunjukkan bahwa growth memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan yang di proksikan dengan EPS. Hasil pengujian ini menjawab tujuan penelitian ketiga yang dirumuskan oleh penulis. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Salim dan Yadav (2012). Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka penulis dapat memberikan saran: Bagi Penelitian Bagi penelitian-penelitian berikutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini, berikut beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis, antara lain: 1. Disarankan untuk meneliti pada sektor lain mengenai pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan, seperti misalnya perusahaan non-keuangan, karena setiap sektor memiliki karakteristik yang berbeda, dimana hal tersebut dapat menambah referensi atas topik pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan. 2. Selain itu penelitian – penelitian selanjutnya juga disarankan untuk mencoba proksi variabel struktur modal lainnya sebagai variabel baru yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, seperti total debt to total capital, total debt to total asset, dan tax. Serta Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 proksi variabel kinerja perusahaan lainnya seperti Tobin’s Q, P/E Ratio, dan market to book value of equity (MBVE). 3. Penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan parameter untuk variabel independen dengan menghitung rata-rata dari data periode sebelumnya. Bagi Perusahaan Hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan sektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, didapat hasil bahwa penggunaan utang, baik jangka panjang maupun jangka pendek, memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Mengacu kepada hasil penelitian ini, manajer keuangan perusahaan diharapkan untuk meminimalkan penggunaan utangnya atau hal lain yang dapat dilakukan adalah mengatur tingkat utangnya sampai dengan kondisi optimal untuk berutang, sehingga manfaat yang diterima oleh perusahaan lebih besar atau sama dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat berutang. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dalam menganalisis perusahaan mana yang terbaik untuk diinvestasikan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan sebaiknya investor berinvestasi pada perusahaan yang memiliki rasio utang terhadap modal yang rendah dan juga size besar. Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 Daftar Referensi Buku: Brealey, Richard A., Myers, Stewart C., & Marcus, Alan J. (2007). Dasar –Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga. Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometrics 4th Ed. New York: McGraw-Hill. Horne, James C. Van & Wachowicz, John Martin. (2007). Fundamentals of Financial Management. Prentice Hall. Mardiyanto, Handono. (2009). Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: Grasindo. Megginson, W.L. (1997). Corporate Finance Theory. United States: Addison-Wesley Educational Publishers Inc. Nachrowi, D., & Usman, H. (2006). Pendekatan Populer & Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi & Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penrose, E. T. (1959). The Theory of the Growth of the Firm. Oxford: Basil Blackwell. Prasetyo, Bambang & Jannah, Lina Miftahul. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif:Teori & Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Ross, Stephen A., Westerfield, R., & Jordan, Bradford D. (2010). Coorporate Finance Fundamentals 9th Edition. New York: McGraw Hill. Siagian, Sugiarto D. (2006). Metode Statistika Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama. Weston, John F. & Brigham, Eugene F. (1990). Essentials of Managerial Finance. Dryden Press. Weston, John Fred & Copeland, Thomas E. (1996). Manajemen Keuangan. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Jurnal: Abor, Joshua. (2004). The Effect of Capital Structure on Profitability: An Empirical Analysis of Listed Firms in Ghana. Journal of Risk Finance, pp. 438-447. Ahmad, Z., Abdullah, N. M. H., & Roslan S. (2012). Capital Structure Effect on Firms Performance: Focusing on Consumers and Industrials Sectors on Malaysian Firms. International Review of Business Research Papers, Vol. 8 No. 5, pp. 137-155. Jensen, M. & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs, and ownership structure. Journal of Financial Economics 3, pp. 305-360. Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 Jermias, Johny. (2008). The Relative Influence of Competitive Intensity and Business Strategy on the Relationship between Financial Leverage and Performance. The British Accounting Review, Vol. 40, pp. 71-86. Krishnan, V. S. & Moyer, R. C. (1997). Performance, Capital Structure and Home Country: An Analysis of Asian Corporations. Global Finance Journal, Vol. 8, pp. 129-143. Memon, F., Bhutto, N. A., & Abbas, G. (2012). Capital Structure and Firm Performance: A Case of Textile Sector of Pakistan. Asian Journal of Business and Management Sciences, Vol. 1 No. 9, pp. 09-15. Modigliani, Franco & Miller, Merton H. (1958). The Cost of Capital, Corporation Finance and the Theory of Investment. The American Economic Review, Vol. 48 No. 3, pp. 261297. Myers, Stewart C. (1984). The Capital Structure Puzzle. The Journal of Finance, Vol. 39 No. 3, pp.575-592. Myers, Stewart C., & Majluf , N. S. (1984). Corporate Financing and Investment Decision When Firms Have Information That Investors Do Not Have. Journal of Financial Economics, Vol. 13 No. 2, pp.187-221. Myers, Stewart C. (2001). Capital Structure. Journal of Economic Perspectives, Vol. 15 No. 2, pp. 81-102. Pouraghajan, A., Malekian, E., Emamgholipour, M., Lotfollahpour, V., & Bagheri, M. M. (2012). The Relationship between Capital Structure and Firm Performance Evaluation Measures: Evidence from the Tehran Stock Exchange. International Journal of Business and Commerce, Vol. 1 No. 9, pp. 166 – 181. Salim, M. & Yadav, R. (2012). Capital Structure and Firm Performance: Evidence from Malaysian Listed Companies. Procedia – Social and Behavorial Sciences 65, pp. 156 – 166. San, Dr. Ong Tze & Heng, The Boon. (2011). Capital Structure and Corporate Performance of Malaysian Construction Sector. International Journal of Humanitarian and Social Science, Vol. 1 No. 2, pp. 28-36. Soumadi, M. M. & Hayajneh, O. S. (2011). Capital Structure and Corporate Performance Empirical Study on The Public Jordanian Shareholding Firms Listed in the Amman Stock Market. European Scientific Journal, Vol. 8 No. 22, pp. 173-189. Zeitun, R. & Tian, G. G. (2007). Capital Structure and Corporate Performance: Evidence from Jordan. Australasian Accounting Business and Finance Journal, Vol. 1 No.4, pp. 40-61 Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014 Skripsi: Agusta, Nova. (2009). Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perusahaan Terpilih Dalam Indeks LQ45 Periode 2004-2007. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Baskoro, R. A. (2012). Analisis Pengaruh Risiko Sistematis dan Firm Spesific Risk terhadap Risiko Kredit Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2011. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Lidyawati. (2010). Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas: Analisis Empiris Perusahaan-Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2001-2008. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Prabha, Nino Manggala. (2009). Analisis Pengaruh Struktur Modal terhdapa Nilai Perusahaan: Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pumurwita, Nindra. (2011). Analisis Faktor-Faktor uang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2004 - 2008. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sitorus, Natasha Pradjna Paramitha. (2008). Studi Empiris Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2003 – 2007. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Website: www.bps.go.id www.idx.com www.kemenprin.go.id Analisis pengaruh struktur modal terhadap..., Pratiwi Anindia Anugrah Putri, FE UI, 2014