ULKUS MOLE

advertisement
ULKUS MOLE
Ulkus mole; sering disebut juga sebagai chancroid, soft sore, soft chancre;
merupakan suatu penyakit infeksi genitalia akut, setempat disebabkan oleh
Haemophilus ducreyi dengan gejala klinis khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada
tempat inokulasi dan sering disertai dengan supurasi kelenjar getah bening regional.
Ulkus mole merupakan golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual,
kadang karena autoinokulasi, dan kebanyakan ditemukan di negara berkembang
dengan tingkat sosial ekonomi rendah.
Etiologi
Gambar Haemophilus ducreyi
Ulkus mole disebabkan oleh basil Haemophilus ducreyi (Streptobacillus
ducreyi), yang ditemukan oleh Ducrey pada tahun 1889. Bakteri ini merupakan
bakteri Gram negatif, anaerobik fakultatif yang membutuhkan Faktor X (hemin)
untuk pertumbuhannya. Morfologinya seperti batang kecil atau pendek dengan ujung
bulat, tidak motil dan tidak menbentuk spora. Pada bahan apusan dari ulkus dengan
pewarnaan Gram didapatkan susunan sejajar menyerupai rel kereta api atau
sekawanan ikan. Sifat khas lainnya adalah dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit, tes
oksidase positif, katalase negatif, dan menghasilkan alkali fosfatase.
Gejala klinis
Masa inkubasi penyakit pada pria antara 2-35 hari, dengan rata-rata waktu 7
hari. Sedangkan pada wanita sulit ditentukan karena sering asimptomatik. Penyakit
lebih sering mengenai pria heteroseksual dibandingkan homoseksual. Port d’entrée
bakteri adalah daerah yang sering atau gampang terkena abrasi, erosi, ekskoriasi yang
dapat disebabkan oleh trauma, infeksi lain, iritasi karena hygiene perorangan buruk.
Pada pria umumnya mengenai preputium, meatus uretra eksternus, sulcus
coronarius, frenulum penis dan phalus. Pria yang tidak disunat berisiko tinggi
terinfeksi Haemophilus Ducreyi. Pada wanita sering mengenai fourchette, sekitar
meatus uretra, dan labia minora, klitoris, vestibuli.
Ulkus mole tidak memberikan gejala prodromal sebelum timbul ulkus maupun
gejala sistemik. Pada penderita pria keluhan utama berhubungan dengan ulkus dan
adenopati inguinal yang menyertainya. Lesi awal berupa papul kecil dengan eritema
ringan. Bagian sentral papul akan berpustulasi dan cepat mengalami erosi, dan dalam
48 jam akan membentuk ulkus yang diliputi eksudat nekrotik kuning keabuan. Ulkus
ini bersifat multipel, sangat nyeri bila terkena pakaian atau urin, tepi tidak rata atau
bergaung, berbatas tegas dikelilingi eritema ringan. Dasar ulkus kotor, rapuh, mudah
berdarah dan nekrotik. Diameter ulkus berkisar antara 2-3 cm. Ulkus dapat menyebar
ke perineum, anus, skrotum, paha atau abdomen bagian bawah karena autoinokulasi.
Ukus mole pada dorsum penis
Ulkus mole pada labia minora
Pada wanita, ulkus mole sering tidak memberikan gejala karena tidak disadari
sehingga baru datang berobat setelah penyakit dalam keadaan lanjut. Keluhan pada
wanita kadang tidak berhubungan dengan ulkusnya seperti disuria, dispareunia, duh
vagina, nyeri saat defekasi. Lesi tidak senyeri pada pria dan dapat menyebar ke
intravaginal, serviks, perineum, anorektum, orofaring, conjunctiva, mammae, digiti.
Jenis-jenis ulkus mole
1. Giant chancroid
Ulkus kecil yang meluas secara cepat menutupi suatu daerah dan meluas ke tepinya
karena autoinokulasi.
2. Ulkus mole serpiginosum
Beberapa lesi yang berkonfluensi dan membesar akibat perluasan dan autoinokulasi,
bersifat destruktif.
3. Dwarf chancroid
Lesi sangat kecil menyerupai lesi herpes genitalis dengan dasar tidak teratur dan tepi
berdarah.
4. Ulkus mole gangrenosum (phagedenic)
Varian ulkus mole disertai dengan superinfeksi oleh bakteri fusospirochaeta sehingga
menimbulkan ulkus phagedenic yang menyebabkan destruksi jaringan yang cepat dan
dalam.
5. Transient chancroid (chancre mou valant)
Ulkus kecil yang sembuh spontan dalam waktu beberapa hari diikuti timbulya
limfadenitis regional akut 2-3 minggu kemudian.
6. Ulkus mole folikularis (follicular chancroid)
Ulkus kecil multipel yang timbul pada folikel rambut. Lesi superfisial pada vulva dan
daerah sekitar genital yang berambut.
7. Ulkus mole papular (ulcus molle elevatum)
Diawali dengan papul yang berulserasi dan granulomatosa. Gambaran menyerupai
donovanosis atau kondiloma lata sifilis stadium II.
Komplikasi
1. Adenitis inguinal (bubo inflamatorik)
Komplikasi pada 50% kasus. Bila tidak diobati bubo akan pecah dan menimbulkan
sinus yang kemudian menjadi ulkus chancroid.
2. Ulkus mikstum (mixed chancre)
Infeksi campuran dengan sifilis. Gambaran awal seperti ulkus mole lama kelamaan
nyeri berkurang dan lebih indurasi.
3. Infeksi campuran
Infeksi penyerta dengan Borrelia vincenti sehingga ulkus makin destruktif.
4. Fimosis atau parafimosis
Terjadi karena sikatrisasi pada lesi di preputium.
5. Fistula
Fistula uretra terjadi jika ulkus di glans penis ditandai dengan nyeri saat miksi dan
lama kelamaan menyebabkan striktur uretra. Pada wanita dapat terjadi fistula
rectovagina.
Diagnosis dan diagnosis penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan dan gejala klinis serta pemeriksaan
laboratorium. Harus dipikrikan juga kemungkinan adanya infeksi campuran.
Pemeriksaan serologis untuk sifilis perlu dilakukan untuk menyingkirkan adanya
sifilis.
Diagnosis penunjang untuk ulkus mole antara lain:
1. Pemeriksaan langsung
Bahan pemeriksaan diambil dari dasar ulkus yang bergaung, kemudian diwarnai
dengan Gram. Dapat pula diwarnai dengan Wright, Unna-papenheim, Giemsa.
Sebelum pemeriksaan lesi dibersihkan dengan kain kasa yang dibasahi larutan NaCl
fisiologis, kemudian serum diambil dengan lidi kapas steril dan diapuskan pada object
glass dalam satu arah. Pada pewarnaan Gram didapatkan basil kecil Gram negatif
yang berderet seperti rantai/rel kereta api/kawanan ikan. Sensitivitas dan spesifisitas
kurang dari 50%.
2. Kultur Haemophilus ducreyi
Diagnosis dengan cara ini lebih akurat. Bahan pemeriksaan didapat dari dasar ulkus
yang purulen atau pus bubo setelah eksudat nekrotik diangkat dengan NaCl steril.
Bahan pemeriksaan harus segera diinokulasi karena belum ada media transpor yang
memuaskan. Pemakaian 2 jenis media perlu agar hasil yang diperoleh optimal. Media
kultur yang digunakan adalah agar gonococcal dan agar Mueller Hinton. Keduanya
mengandung hemoglobin, serum embrio sapi 5%, koenzim, asam amino. Dapat
ditambahkan Iso-Vitalex 1% yang mengandung 3mcg/ml vancomycin untuk
mengurangi kontaminasi. Biakan diinkubasi pada lingkungan mengandung CO2 5%,
suhu 33-35°C, kelembaban tinggi. Koloni tumbuh dalam 2-7 hari. Koloni yang khas
tampak kecil, nonmukoid, kuning keabuan, tetap utuh bila diangkat ke permukaan
agar.
3. Tes serologis
Tes fiksasi komplemen, presipitin dan aglutinin menunjukkan hasil positif. Tes ELISA
memakai whole lysed H.ducreyi sebagai antigen memiliki spesifisitas dan sensitivitas
tinggi.
4. Biopsi
Pada gambaran histopatologis ditemukan: pada daerah superfisial didapat neutrofil,
fibrin, eritrosit, jaringan nekrotik. Pada daerah tengah didapat proliferasi endotel yang
menyebabkan trombosis. Pada daerah dalam ditemukan infiltrat yang terdiri sel-sel
plasma dan sel-sel limfoid.
5. Tes kulit Ito-Reenstierna
Tes ini sudah tidak dipakai lagi karena tidak spesifik. Tes ini menggunakan vaksin
(Dmelcos) mengandung 225 juta kuman mati/ml disuntikkan sebanyak 0,1 ml
intradermal pada bagian volar lengan bawah, digunakan kontrol berupa cairan pelarut
pada sisi lain. Hasil positif jika timbul infiltrat dengan diameter minimal 0,5 cm
setelah 48 jam sedangkan kontrol negatif. Tes ini positif 6-11 hari setelah ulkus mole
muncul dan tetap positif selama beberapa tahun sampai seumur hidup.
6. Autoinokulasi
Tes ini tidak dilakukan lagi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi dan diinokulasikan
pada kulit sehat daerah lengan bawah atau paha penderita yang sudah digores lebih
dahulu sehingga pada tempat tersebut akan timbul ulkus mole.
Terapi ulkus mole
1. Terapi sistemik
Obat pilihan tergantung dari beberapa faktor seperti ketersediaan fasilitas
kultur, hasil tes resistensi, ketersediaan obat, harga relatif obat. Regimen yang optimal
untuk pengobatan ulkus mole harus dapat menyembuhkan semua penderita dengan
ulkus genital dan bubo disertai eradikasi cepat H.ducreyi.
Berikut adalah beberapa regimen yang masih efektif (menurut CDC 1998):
- Ceftriaxone 250 mg intramuskular dosis tunggal
- Erythromycin 4 x 500 mg/ hari selama 7 hari
- Amoxicillin 500 mg + asam klavulanat 125 mg 3x/ hari selama 7 hari
- Ciprofloxacine 2 x 500 mg/ hari selama 3 hari
2. Terapi lokal
Terapi dengan kompres, irigasi atau rendam dalam larutan NaCl fisiologis untuk
menghilangkan debris nekrotik dan mempercepat penyembuhan ulkus. Antiseptik
lokal merupakan kontraindikasi karena dapat mengganggu pemeriksaan untuk
diagnosis dini sifilis dengan mikroskop lapang gelap. Aspirasi dianjurkan untuk bubo
berukuran 5cm atau lebih dengan fluktuasi di bagian tengahnya untuk mencegah
pecahnya bubo.
Sumber pustaka:
- Makes, W.I. 2003. ulkus mole. Dalam: Penyakit Menular Seksual.edisi 2. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. Hal 104-109
- Judanarso, J. 2002. ulkus mole. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 396-399
- http://www.smu.edu/healthcenter/ST12005_files/slide0055.image052.jpg
- http://www.med.cmu.ac.th
- http://www.siamhealth.net/disease/infectious/std/chancroid%20.htm
TUGAS
ILMU PENYAKIT KULIT
DAN KELAMIN
ULKUS MOLE
OLEH:
Ivan Jethro Oslan
0110019
PEMBIMBING:
Dr. Dian Puspitasari, SpKK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2006
Download