BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kimia Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Kunandar (2009: 287) pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran dalam KTSP merupakan pembelajaran dimana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai. Menurut Gagne dan Briggs (1974) pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi belajar peserta didik. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Dalam pembelajaran guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran serta menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mempelajarinya sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berpusat pada peserta didik karena pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif yang berupa dialog interaktif (Suprijono, 2009: 13). Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika, dan energitika zat. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Sebagian aspek kimia bersifat ”kasat mata” (visible), artinya dapat dibuat fakta konkretnya dan sebagian aspek lain bersifat abstrak atau ”tidak 8 9 kasat mata” (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta konkritnya. Aspek kimia yang tidak dapat dibuat fakta konkretnya harus bersifat ”kasat logika”, artinya kebenaran dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalitasnya dapat dirumuskan/ diformulasikan (Depdiknas, 2003: 2). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia merupakan suatu proses interaksi antara unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang memungkinkan proses belajar dapat berlangsung dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang berupa produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Usaha yang dilakukan guru hanya merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi siswa belajar. 2. Belajar Banyak definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang pada hakekatnya mengandung arti atau pengertian yang sama. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 16) “Belajar merupakan proses internal yang kompleks, hal ini karena melibatkan seluruh mental, seperti ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Menurut Aunurrahman (2009 : 36) belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinnya interaksi. Belajar adalah proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin 10 disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau sikapnya. (Situmorang, 2005:173) Keberhasilan dalam belajar tidak hanya ditentukan kemampuan individu. Slameto (2010: 54-71) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua golongan yakni faktor intern dan faktor ekstern. a. Faktor Intern, meliputi: 1) Faktor Jasmaniah : Faktor kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor Psikologis : Inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, kemampuan memori serta kreativitas. 3) Faktor Kelelahan. b. Faktor Ekstern, meliputi: 1) Faktor Keluarga : Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. 2) Faktor Sekolah : Metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standard pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 3) Faktor Masyarakat : Kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku baik pengetahuan maupun sikap yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. 3. Kemampuan Memori a. Pengertian Memori Memori atau ingatan memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan pengalaman dengan masa lampau, sehingga dapat disimpulkan bahwa 11 apa yang diingat merupakan sesuatu yang pernah dialami. Ingatan ini melibatkan kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bimo Walgito (2004: 145) bahwa “Ingatan merupakan kemampuan untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau”. Boeree (2008: 87-89) mengemukakan bahwa memori menyangkut perubahan-perubahan fisik dalam otak dan kemampuan otak untuk mengingat. M.Syah (1995: 119) menyatakan bahwa daya ingat merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif. Berpikir asosiatif merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Menurut Rathus (1981: 126), mengatakan bahwa mengingat adalah suatu proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari stimulus yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa mendatang. Untuk mengetahui apa kemampuan memori lebih lanjut, harus memahami bagaimana daya ingat itu bekerja, dengan demikian dapat memahami mengapa hanya sedikit orng yang mempunyai kemampuan memori baik. Menurut Kapadia, M (2003: 5), daya ingat akan bekerja pada empat tahap: 1) Daya ingat mengenai sesuatu 2) Kesan yang tinggal di daya ingat 3) Daya ingat yang dapat menyimpan pesan 4) Daya ingat yang dapat menyimpan apa yang perlu disimpan Apabila dihubungkan dengan penguasaan materi baik oleh para siswa, maka kemampuan ingatan mencakup tiga aspek yaitu: 1) Kemampuan untuk menerima atau menangkap dan memasukkan pesan atau materi yang diterima ke dalam ingatan. 12 2) Kemampuan untuk menyimpan pesan atau materi yang disampaikan dengan baik. 3) Kemampuan untuk memunculkan kembali ke dalam kesadaran pesan atau materi yang sudah diterima, dimasukkan dan disimpan dalam ingatan. Ketiga kemampuan tersebut antar individu satu dengan individu lain tidak sama, bahkan yang sama belum tentu memiliki kesamaan dalam ketiga kemampuan di atas. b. Proses Memori Menurut Melton dalam Lie (2002: 47) dalam memori sedikitnya ada tiga tahap yang diperhatikan, penyandian, penyimpanan, dan pengingatan. Pengambilan merupakan proses pengambilan informasi untuk kemudian menstransformasikannya ke dalam kode-kode atau representasi yang diterima oleh memori. Penyimpanan merupakan proses berkenaan dengan mempertahankan informasi yang telah dikodekan selama jangka waktu tertentu. Tahap terakhir adalah pemanggilan, adalah proses memanggil kembali informasi yang telah disimpan sebelumnya di memori. Memori memilik tiga komponen yaitu : memori sensorik, memori jangka pendek (working/short-term memory) dan memori jangka panjang (long-term memory). c. Pengukuran Memori Pengukuran kemampuan memori dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa macam metode, antara lain metode dengan melihat waktu atau usaha belajar, metode belajar kembali, metode rekonstruksi, metode mengenal kembali, metode mengingat kembali, dan metode asosiasi berpasangan (Walgito, 2004 : 161-165). Terdapat perbedaan kemampuan dan kecapatan individu untuk memasukkan apa yang diamatinya dan semakin lama suatu materi disimpan dalam ingatan dan jarang dimunculkan dalam kesadaran, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelupaan. 13 Memori sebagai fungsi artinya suatu daya untuk menerima, menyimpan, dan memperoleh kembali. Memori biasanya disebut juga dengan ingatan. Ingatan dapat didefinisikan sebagai daya untuk mencamkan, menyimpan, dan memproduksi kembali kesan-kesan yang telah dialami (Baharuddin, 2007: 111). Selengkapnya dapat dijelaskan oleh Baharuddin (2007: 113-117) sebagai berikut: 1) Mencamkan Mencamkan atau memahamkan dapat diartikan sebagai melekatkan kesan-kesan sehingga kesan-kesan itu dapat disimpan dan sewaktu-waktu dapat direproduksi atau dapat ditimbulkan kembali. Upaya ini dilakukan melalui dua cara yaitu dengan sengaja dan tidak dengan sengaja. 2) Menyimpan Setiap proses mencamkan (belajar dan menghapal), akan meninggalkan kesan-kesan atau jejak (traces) dalam jiwa individu. Kesan-kesan itu untuk sementara disimpan dalam ingatan dan sewaktu-waktu dapat ditimbulkan kembali. Yang disimpan itu adalah berupa lukisan-lukisan jiwa yang diperoleh dari dunia luar melalui inderanya, dan juga pengertianpengertian atau segala sesuatu yang bersandar pada kekuatan berpikir. 3) Mereproduksi Mereproduksi yaitu suatu aktivitas jiwa untuk menimbulkan kembali kesan-kesan (traces) yang tersimpan dalam ingatan. Proses menimbulkan kembali ini perlu dibedakan dengan istilah mengingat kembali dan mengenal kembali. Dalam proses mengingat kembali, individu dapat mengingat kembali kesan-kesan yang diingat tanpa adanya obyek tertentu. Dalam definisi lain, dikatakan bahwa ingatan adalah suatu aktivitas dimana manusia menyadari bahwa pengetahuannya berasal (berdasarkan pada kesan-kesan) dari 14 masa lampau (Verbeek dalam Baharuddin, 2007: 111). Dengan demikian, apa yang diingat oleh individu berupa suatu kejadian merupakan kejadian yang pernah dialami dan dimasukkan dalam alam kesadaran, kemudian disimpan dan pada suatu ketika kejadian itu ditimbulkan kembali di atas kesadaran. Instrumen kemampuan memori pada penelitian ini bersumber dari Departemen Psikometri Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada yang mengacu instrumen pada eksperimen Burtt dan Dobell (Walgito, 2004 : 153). Variabel kemampuan memori berskala pengukuran interval yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah. Perbedaan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan perolehan skor di atas atau sama dengan skor rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor di bawah skor rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah. Penelitian tentang hubungan kemampuan memori dengan prestasi belajar pernah dilakukan oleh Anatri Destya (2012), dimana memberikan kesimpulan bahwa kemampuan memori mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan kemampuan memori yang tinggi, seseorang dapat memunculkan kembali informasi yang pernah diperolehnya dengan baik, sehingga memiliki prestasi belajar yang lebih baik. 4. Kreativitas Kreativitas adalah salah satu kemampuan utama yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia. Banyak definisi kreativitas yang dikemukakan oleh para ahli. Definisi konseptual kreativitas dari beberapa ahli antara lain: a) Menurut Utami Munandar (2004:13), kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan yaitu: (1) kemampuan membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada; (2) kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, 15 dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban; (3) kemampuan yang secara operasional mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisionalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan, b) Guilford dengan analisis faktornya menemukan ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, dan ciriciri ini dioperasionalisasikan dalam tes berpikir divergen (Munandar, 2004: 10), c) Menurut Rhode kreativitas didefinisikan ke dalam empat jenis dimensi yaitu Person (potensi daya kreatif yang ada pada setiap pribadi), Process (mendapatkan jawaban, metode, atau cara-cara baru dalam menghadapi suatu masalah), Press (hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi), Product (hasil dari keunikan pribadinya dalam interaksi dengan lingkungannya) (Hawadi, Wihardjo & Wiyono, 2001: 3), d) Menurut Seidel, kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-kadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan manapun (Chandra,2000:15). Adapun definisi operasional dari kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas merupakan hasil interaksi dengan lingkungan dan dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Menurut Utami Munandar (2004: 10-11), ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif antara lain: a. Keterampilan berpikir lancar, yaitu kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. Perilaku siswa yang menunjukkan keterampilan berpikir lancar adalah 1) mengajukan banyak pertanyaan, 2) menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, 3) mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, 4) lancer mengemukakan gagasan. 16 b. Keterampilan berpikir luwes, yaitu kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi serta dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda. Perilaku siswa yang menunjukkan keterampilan berpikir luwes adalah 1) memberikan macammacam penafsiran terhadap suatu objek, 2) jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara untuk memecahkannya, 3) memberikan pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain, 4) menerapkan konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. c. Keterampilan berpikir rasional, yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik dan mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Perilaku siswa yang menunjukkan keterampilan berpikir rasional adalah 1) memikirkan masalah yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, 2) mempertanyakan cara yang lama dan berusaha untuk memikirkan cara yang baru, 3) setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru. d. Keterampilan memperinci atau mengelaborasi, yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. Perilaku siswa yang menunjukkan keterampilan mengelaborasi adalah 1) mencari arti yang lebihh mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci, 2) mencoba atau menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh. e. Keterampilan menilai atau mengevaluasi, yaitu kemampuan memnentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana serta mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. Perilaku siswa yang menunjukkan keterampilan menilai adalah 1) member pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri, 2) merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus, 3) menentukan 17 pendapat dan bertahan terhadapnya, 4) mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan. Hawadi dkk (2001:13-15), melihat pentingnya kreativitas dalam kehidupan secara nyata :1) Dengan kreatifnya seseorang dapat melakukan pendekatan secara bervariasi dan memilih bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu persoalan, 2) Suatu karya kreatif sebagai hasil kreativitas seseorang dapat menimbulkan kepuasan pribadi yang tak terhingga, 3) Kreativitas penting dipahami untuk para pendidik (guru) terutama dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar dalam membimbing dan mengantarkan anak didik kepada pertumbuhan dan perkembangan pretasinya secara optimal. Tes kreativitas memiliki bentuk verbal dan figural. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia telah menyusun tes kreativitas verbal yang telah distandarisasi untuk digunakan di Indonesia. Tes ini disusun berdasarkan model struktur intelek Guilford. Di dalam tes ini terdapat 5 operasi mental yaitu kognisi, ingatan, produksi, divergen, produksi konvergen dan evaluasi. Tes kreativitas yang dimaksud memiliki enam subtes yang harus diujikan. Keenam subtes dari tes kreativitas verbal adalah sebagai berikut : a. Permulaan kata Pada subtes ini subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang mulai dengan susunan huruf tertentu sebagai rangsang. Tes ini mengukur “kelancaran dalam kata,” yaitu kemampuan untuk menemukan kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu. Misalnya kepada anak diberikan huruf "k" dan "a". Kemudian ia diminta untuk membentuk sebanyak mungkin kata yang bisa dibentuk dari kedua huruf tadi. Umpamanya anak menjawab "kami", "kapal", "karung" dan sebagainya. b. Menyusun Kata Pada subtes ini subjek harus menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan huruf-huruf dari satu kata yang diberikan sebagai stimulus. Seperti tes Permulaan Kata, tes ini mengukur “kelancaran kata,” tetapi 18 tes ini juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi. Kepada anak diberikan kata tertentu, semisal "proklamasi". Nah, berdasarkan kata tersebut anak diminta membentuk kata-kata lain sebanyak mungkin. Misalnya anak akan menjawab "kolam", "lama", "silam" dan lain-lain. c. Membentuk Kalimat Tiga Kata Pada subtes ini, subjek harus menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai rangsang, akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh berbedabeda, menurut kehendak subjek. Misalnya kepada anak diberi tiga huruf, yakni "a", "m", dan "p". Lalu mintalah ia menyusun sebanyak mungkin kalimat-kalimat yang diawali dari huruf-huruf yang diberikan tadi, dengan urutan yang boleh diubah-ubah. Umpamanya, jawabanya adalah "Ani makan pisang" atau "Mana payung Anton". d. Sifat-sifat yang sama Pada subtes ini, subjek harus menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari “kelancaran dalam memberikan gagasan,” yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan. Misalnya anak mendapat soal mengenai sifat bulat dan keras. Anak dimita untuk memikirkan dan menyebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang memiliki sifat/ciri-ciri tersebut. Jawabannya mungkin adalah bola tenis, kelereng, roda kursi, dan sebagainya. e. Macam-macam penggunaan Pada subtes ini, subjek harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan ukuran dari “kelenturan dalam berfikir,” karena dalam tes ini subjek harus dapat melepaskan diri dari kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja. Selain mengukur kelenturan berpikir, tes ini juga mengukur orisinalitas dalam berpikir. Orisinalitas ditentukan secara statistis, dengan melihat kelangkaan jawaban itu diberikan. Contohnya, anak akan diberi benda yang ditemuinya sehari-hari. Akan 19 tetapi, ia justru diminta untuk membuat sesuatu yang tak biasa dengan benda tersebut. Umpamanya, ketika anak diberi surat kabar, ia menggunakannya untuk membuat kapal-kapalan, topi, bola, dan sebagainya, bukan sebagai bahan bacaan. f. Apa Akibatnya Pada subtes ini, subjek harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu kejadian hipotesis yang telah ditentukan sebagai stimulus. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan digabung dengan “elaborasi,” diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengembangkan suatu gagasan, memperincinya, dengan mempertimbangkan macam-macam implikasi. Anak mendapat pertanyaan mengenai situasi tertentu yang dalam keadaan nyata tak pernah terjadi. Nah, mintalah anak untuk menjawab apa kira-kira akibatnya bila situasi tersebut betul-betul terjadi. Dalam hal ini, anak dituntut untuk bebas berimajinasi. Contohnya adalah pertanyaan, "Apa jadinya bila semua orang di dunia ini pandai?" atau, "Apa akibatnya jika setiap orang bisa mengetahui pikiranmu?" 5. Prestasi Belajar Penilaian prestasi belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris (Sudjana. 2005: 3). Hamdani (2011: 139) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. 20 Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut : a) Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu siswa itu sendiri. Adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern adalah kecerdasan / intelegensi, fisiologis, sikap, minat, bakat, dan motivasi, b) Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya dari luar siswa. Faktor eksternal ini meliputi media pembelajaran, metode pembelajaran, keadaan sekolah, keadaan keluarga dan lingkungan masyarakat (Hamdani, 2011:139-146). Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Azwar (2005: 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Bloom membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris (Sudijono, 2008: 48-58). Dalam sistem pendidikan nasional rumusan kompetensi didasarkan pada klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan membuat. b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. c. Ranah psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang meliputi gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perspektual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif. (Sudjana. 2005: 22-23) Prestasi belajar yang didapatkan dapat memotivasi siswa untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya dan sebagai refleksi bagi guru untuk terus 21 berusaha memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam penelitian ini prestasi belajar yang diukur adalah aspek kognitif dan aspek sikap. a. Aspek kognitif Aspek kognitif adalah aspek yang mencakup kemampuan intelektual. Penguasaan kognitif dapat diukur melalui tes, baik tes tulis maupun tes lisan, portofolio atau kumpulan tugas.Dalam aspek kognitif, dikenal adanya taksonomi Bloom. Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan informasi serta mengembangkan keterampilan intelektual. Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom mengemukakan adanya enam tingkat (Sudijono, 2008: 50)yaitu: 1) Pengetahuan (knowledge), yaitu yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. 2) Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami tentang materi pelajaran apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberikan uraian dengan lebih terperinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. 3) Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. 4) Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor lainnya. 22 5) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih salah satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. 6) Membuat (create) merupakan tingkatan tertinggi yaitu menggabungkan atau memadukan beberapa bagian-bagian atau unsurunsur secara logis sehingga menjadi suatu bentuk kesatuan pola yang baru. b. Aspek sikap Ranah afektif berkenaan dengan sikap. Ranah afektif terdiri dari dua aspek yaitu : 1) Karakter Pada dasarnya karakter merupakan akumulasi dari sifat, watak, atau pun kepribadian yang dimiliki seseorang. Dalam pengertian yang lain, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang dapat membuat seseorang terlihat berbeda dengan orang lain. Karakter yang dimiliki sesorang pada dasarnya terbentuk melalui proses pembelajaran yang cukup panjang. Karakter manusia bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Lebih dari itu, karakter merupakan bentukan atau tempaan dari lingkungan sekitar dan juga orang-orang yang ada di sekitar lingkungan tersebut. Karakter terdiri dari 3 aspek yaitu: a) Jujur Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak dikurangi ataupun tidak ditambahi. Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia, karena sikap dan sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan dari kepribadian seseorang bahkan kepribadian bangsa. Oleh karena itu kejujuran bernilai tinggi dalam kehiduan manusia. 23 b) Teliti Teliti berarti cermat dan seksama dalam menjalankan sesuatu, ditunjukkan dengan cermat, penuh minat, dan berhati-hati dalam menjalankan sesuatu agar tidak terjadi kesalahan. c) Tanggung jawab Tanggung jawab merupakan keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. 2) Keterampilan Sosial Keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang khusus yang dapat diterima secara sosial maupun nilai-nilai dan disaat yang sama berguna bagi dirinya dan orang lain. Keterampilan sosial didapat dari faktor individu itu sendiri, faktor dari luar, dan gabungan antara faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam sudah ada sejak individu dilahirkan yang sudah terbentuk sejak awal dan bisa dikembangkan. Sedangkan faktor dari luar terbentuk karena pengaruh dan dorongan dari lingkungan. Keterampilan sosial terdiri dari empat aspek yaitu: a) Bertanya b) Menyumbang ide atau berpendapat c) Menghargai pendapat orang lain d) Berkomunikasi dengan anggota kelompok lain 6. Materi Pokok Hidrokarbon Hidrokarbon merupakan materi pokok bidang studi kimia yang diberikan kepada siswa SMA kelas X semester genap. Standar Kompetensi materi pokok ini adalah memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. Sub pokok bahasan hidrokarbon dijelaskan sebagai berikut: 24 a. Kekhasan Atom Karbon 1) Karbon dapat Membentuk Empat Ikatan Kovalen Dalam Sistem Periodik Unsur (SPU), karbon memiliki nomor atom (Z = 6) 12 dan nomor massa (A = 12); dengan simbol 6 C, yang berarti terdapat 6 elektron, 6 proton dan 6 netron.Konfigurasi atom karbon adalah 6C = 2 4 yang berarti terdapat 2 elektron di kulit pertama dan 4 elektron di kulit kedua, sehingga dalam SPU atom karbon terletak pada golongan IV A dan periode ke-2 (Sunardi, 2007: 223). Dengan menggunakan struktur Lewis, elektron terluar (elektron valensi) dari atom karbon adalah empat. Struktur Lewis atom karbon dapat dijelaskan pada gambar 1. Gambar 1. Struktur Lewis Atom Karbon Atom karbon memerlukan empat elektron lagi dari atom lain untuk mencapai kestabilannya. Sebagai contoh pada senyawa metana yang memiliki rumus CH4, terdapat empat elektron dari atom karbon yang mengikat empat elektron dari empat atom hidrogen, sehingga membentuk empat ikatan kovalen CH (Pudjaatmaka, 2002: 160). Strukur molekul senyawa metana dituliskan pada gambar 2 Gambar 2. Struktur Molekul Senyawa Metana Sedangkan struktur Lewis dari senyawa metana dapat disajikan pada gambar 3. H H x H x C x H x H H C H H Gambar 3. Struktur Lewis Senyawa Metana 25 2) Atom Karbon dapat Membentuk Rantai Panjang Atom-atom karbon dapat saling berikatan untuk membentuk rantai karbon lurus, bercabang, dan melingkar atau siklik (membentuk cincin). Bentuk rantai dari atom karbon dapat dilihat pada gambar 4. H H H H H C C C C CH3 H H H H H CH2 CH CH3 CH2 CH3 CH CH CH CH3 lurus CH CH bercabang CH siklik Gambar 4. Rantai Karbon b. Atom C Primer, Sekunder, Tersier dan Kuarterner . Atom karbon dapat dibedakan menjadi atom karbon primer, atom karbon sekunder, atom karbon tersier dan atom karbon kuarterner. Definisi macammacam atom karbon dapat dijelaskan menggunakan ikatan antar atom kabon yang disajikan dalam gambar 5 Atom C kuarterner Atom C tersier CH3 CH3 C CH2 Atom C sekunder CH2 CH CH3 CH3 CH3 Atom C primer Gambar 5. Ikatan Antar Atom Karbon Atom karbon primer adalah atom karbon yang diikat oleh satu atom C lainnya. Atom karbon sekunder adalah atom karbon yang diikat oleh dua atom C lainnya. Atom karbon tersier adalah atom karbon yang diikat oleh tiga atom C lainnya. Atom karbon kuartener adalah atom karbon yang diikat oleh empat atom C lainnya. c. Senyawa Hidrokarbon Senyawa hidrokarbon adalah senyawa-senyawa kimia yang hanya terdiri dari atom-atom hidrogen dan atom-atom karbon. 26 Penggolongan senyawa hidrokarbon berdasarkan jenis ikatan dan bentuk rantai, yaitu: 1) Senyawa Hidrokarbon Jenuh dan Tak Jenuh Senyawa hidrokarbon jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang semua atom C dalam senyawa tersebut berikatan tunggal. Contoh : a) 2,4-dimetil pentana CH3 CH CH2 CH3 b) Siklobutana CH CH3 CH2 CH2 CH3 CH2 CH2 Senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang salah satu atau lebih atom C pada senyawa tersebut berikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Contoh : a) Etena b) Propuna CH2 CH3 CH2 C C CH3 2) Senyawa Hidrokarbon Alifatik, Alisiklik, dan Aromatik Senyawa hidrokarbon alifatik merupakan senyawa hidrokarbon yang membentuk rantai karbon terbuka (lurus maupun bercabang). Contoh senyawa hidrokarbon alifatik : a) 2,4-dimetil heksana CH3 CH CH2 CH3 b) 2,3-dimetil-2-butena CH CH2 CH3 CH3 CH3 C C CH3 CH3 CH3 Senyawa hidrokarbon alisiklik dan aromatik merupakan senyawa hidrokarbon yang membentuk rantai karbon melingkar (tertutup). Perbedaan diantara keduanya adalah senyawa aromatik mempunyai ikatan konjugasi (selangseling antara ikatan tunggal dan rangkap) sedangkan alisiklik tidak memiliki ikatan konjugasi. 27 Contoh senyawa hidrokarbon alisiklik dan aromatik dijelaskan sebagai berikut. a) Siklopentana b) Benzena (aromatik CH CH2 CH2 CH2 CH CH2 CH2 CH CH CH CH a. Alkana, Alkena dan Alkuna 1) Alkana Alkana merupakan golongan senyawa hidrokarbon yang semua ikatan antaratom karbonnya merupakan ikatan tunggal dan membentuk rantai karbon terbuka. Oleh karena itu, alkana dapat dikelompokkan ke dalam hidrokarbon alifatik jenuh. Karena alkana memiliki kemiripan sifat dan juga mempunyai rumus umum yang sama yaitu CnH2n+2, maka senyawa alkana termasuk deret homolog sehingga penamaan alkana berakhiran ”-ana”. Contoh nama senyawa dari alkana dituliskan dalam tabel 2. Tabel 2. Delapan Nama Senyawa Alkana Jumlah Atom Rumus Alkana 1 CH4 2 3 4 5 6 C2H6 C3H8 C4H10 C5H12 C6H14 Rumus Struktur Nama H H C Metana H H H H H H C C H H Etana H H H H C C C H H H Propana H Butana H H H H H C C C C H H H H H H H H H C C C C H H H H H H H H H H H H C C C C C C H H H H H H H H C Pentana H H Heksana 28 Jumlah Atom 7 Rumus Alkana C7H16 8 C8H18 Rumus Struktur H H H H C C H H H H C H H H H H C C C C C H H H H H H H H H H H H C C C C C C C H H H H H H H Nama H Heptana H Oktana 2) Alkena Alkena merupakan golongan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua dan ikatan antaratom karbonnya membentuk rantai karbon terbuka. Oleh karena itu, alkena dapat dikelompokkan ke dalam hidrokarbon alifatik tak jenuh. Karena alkena memiliki kemiripan sifat dan juga mempunyai rumus umum yang sama yaitu CnH2n, maka senyawa alkana termasuk deret homolog sehingga penamaan alkena berakhiran ”-ena”. Contoh nama senyawa dari alkena dituliskan dalam tabel 3. Tabel 3. Delapan Nama Senyawa Alkena Jumlah Atom 2 Rumus Alkana C2H4 Rumus Struktur H C C H H H Nama Etena H 3 4 C3H6 C4H8 H H C C H H 6 C5H10 C6H12 H H Propena H H H H C C C C H H H H H H H H H 5 C C C C C C H H H H H H H C C H H C H 1-butena H H H C C C H H H 2-pentena H H 3-heksena 29 Jumlah Atom Rumus Alkana C7H14 7 Rumus Struktur H H H H H H C C C C C C C H H H H H H H H 8 C8H16 H C C C H H H Nama H H H H H C C C C C H H H H H 1-heptena H H 2-oktena 3) Alkuna Alkuna merupakan golongan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga dan ikatan antaratom karbonnya membentuk rantai karbon terbuka. Oleh karena itu, alkuna dapat dikelompokkan ke dalam hidrokarbon alifatik tak jenuh. Karena alkuna memiliki kemiripan sifat dan juga mempunyai rumus umum yang sama yaitu CnH2n-2, maka senyawa alkana termasuk deret homolog sehingga penamaan alkuna berakhiran ”-una”. Contoh nama senyawa dari alkuna dituliskan dalam tabel 4. Tabel 4. Delapan Nama Senyawa Alkuna Jumlah Atom Rumus Alkana 2 C2H2 Rumus Struktur Nama H Etuna C C H H 3 4 C3H6 C H H C4H8 H C C H H C C H H H 5 C5H10 C C H C H C6H12 H C H 1-butuna H H H C C 2-pentena H H H H 6 Propuna H C C C C H H H C C C H H H H 2-heksuna 30 Jumlah Atom Rumus Alkana Rumus Struktur H H H H C C C C H H H H H C7H14 7 C C H C H 8 C8H16 H H H C C H H C Nama H H H H H H C C C C C H H H H H 2-heptuna H 2-oktuna d. Tata Nama Senyawa Hidrokarbon Senyawa-senyawa hidrokarbon seperti alkana, alkena dan alkuna tidak selalu membentuk rantai karbon yang lurus, tetapi senyawa-senyawa tersebut dapat membentuk rantai karbon yang bercabang. Oleh karena itu, untuk membedakan senyawa-senyawa alkana, alkena, dan alkuna (khususnya pada rantai bercabang), digunakan aturan sistematis. Senyawa hidrokarbon bercabang terdiri dari rantai karbon induk (rantai terpanjang) dan gugus cabang. Gugus cabang yang terikat pada rantai hidrokarbon induk umumnya berupa gugus alkil. Rumus umum gugus alkil adalah CnH2n-1. Gugus cabang (alkil) untuk tatanama senyawa hidrokarbon bercabang disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Nama dan Struktur Gugus Alkil Gugus Alkil CH3- Nama Alkil Metil C2H5- Etil C3H7- Propil C4H9- Butil C5H11- Amil (bukan pentil) Khusus rantai cabang pada C ke-2 Nama Isopropil CH3 CH CH3 CH3 CH CH3 CH2 Isobutil 31 1) Tatanama Alkana a. Alkana rantai lurus Contoh : H H H H H H C C C C C H H H H H n-pentana H b. Alkana rantai bercabang Aturan IUPAC untuk penamaan alkana bercabang adalah sebagai berikut: 1. Nama alkana bercabang Bagian pertama, dibagian depan yaitu nama cabang. Bagian kedua, di bagian belakang, yaitu nama rantai induk, contoh : CH3 CH2 CH2 CH CH2 CH3 Induk CH3 Cabang 2-Metil butana 2. Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul. Bila terdapat rantai terpanjang maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk diberi nama alkana bergantung pada panjang rantai. 3. Cabang diberi nama alkil, yaitu nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi il. 4. Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu dinomori. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian rupa sehingga posisi cabang mendapat nomor terkecil. Contoh : 6 CH3 5 4 3 2 1 CH2 CH2 CH2 CH CH3 CH3 5. Jika terdapat 2 atau lebih cabang yang sama, hal ini dinyatakan dengan awalan di,tri, tetra dan penta dan seterusnya. Contoh : 6 5 4 CH3 CH2 CH2 3 2 1 CH CH CH3 CH3 CH3 2,3-dimetil heksana 32 6 CH3 5 4 CH2 CH2 3 CH3 C 2 CH 1 2,3,3-trimetil-heksana CH3 CH3 CH3 6. Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad dari nama cabang itu. Misalnya pada struktur berikut : 7 CH3 6 CH2 5 CH2 4 CH3 3 C CH 2 CH2 1 CH3 CH3 C2H5 Nama struktur diatas adalah 3-etil-4,4-dimetil heptana. Dari nama struktur diatas menunjukan bahwa penempatan gugus etil ditulis lebih dahulu daripada metil. 7. Jika penomoran ekivalen dari kedua ujung rantai induk, maka harus dipilih sehingga cabang harus ditulis terlebih dahulu dan mendapat nomor terkecil. Contoh : CH3 CH2 CH CH CH2 CH2 CH3 CH3 C2H5 Nama struktur diatas adalah 4-etil-3-metil heptana Berdasarkan aturan tersebut di atas, penamaan alkana dapat dilakukan dengan mengikuti langkah sebagai berikut: a. Memilih rantai induk, yaitu: rantai terpanjang yang mempunyai cabang terbanyak. b. Memberi penomoran, dimulai dari salah satu ujung sehingga cabang mendapat nomor terkecil. c. Menuliskan nama dimulai dengan nama cabang yang disusun menurut abjad, kemudian diakhiri dengan nama rantai induk. Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Antara angka dengan angka dipisahkan dengan tanda koma (,) dan antara angka dengan huruf dipisahkan dengan tanda jeda (-). 33 2) Tatanama Alkena a. alkena rantai lurus CH 3 CH CH 3 CH 2 CH 2 CH CH 2 CH 3 2-pentena CH 2 CH b. alkena rantai bercabang 1-pentena 1. Nama alkena didapat dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi ena. Contoh : C2H4 = etena C3H6 = propena 2. Rantai induk dipilih rantai perpanjang yang mengandung ikatan rangkap. 3. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian ikatan rangkap mendapat nomor kecil. 4. Posisi ikatan rangkap ditunjukan dengan awalan angka, yaitu nomor dari atom karbon berikatan rangkap yang paling pinggir (nomor terkecil). 1 3 2 CH2 2 3 CH CH3 CH3 CH2 CH 1 4 CH 4 CH2 1-butena 5 2-pentena CH3 5. Penulisan cabang-cabang sama seperti pada alkana. Contoh 1: 7 6 CH3 CH CH2 4 5 CH2 3 CH 2 CH 1 CH3 CH3 Nama struktur diatas adalah 6-metil-2-heptena Contoh 2 : 2 C CH3 1 CH2 3 3 CH2 4 3 CH CH3 5 3 CH3 2,4-dimetil pentena 34 5 5 CH 3 4 CH CH CH 1 2 3 1,3-pentadiena CH2 Contoh 3: CH3 C CH C CH3 CH2 C2H5 C2H5 4 4 C 1 2 3 3 CH C CH2 5 CH2 CH2 6 CH3 CH3 2-etil-4-metil-1,3-heksadiena 3) Tatanama Alkuna Nama alkuna diturunkan dari nama alkuna yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi una. Contoh : C2H2 = etuna C3H4 = propuna C4H6 = butuna Tanama alkuna bercabang sama seperti penamaan alkena. Contoh 1 : 1 2 3 4 CH3 C C CH 5 4-metil-2-pentuna CH3 CH3 Contoh 2 : 1 CH3 C C CH C2H5 CH3 CH3 2 3 C C 4 5 6 CH CH3 CH2 CH3 4-metil-2-heksuna Contoh 3 : 1 2 3 CH C CH 4 C 5 6 C CH3 3-propil-1,4-heksadiuna C3H7 e. Isomer Senyawa yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi berbeda struktur atau rumus bangunnya disebut isomer (Yunani iso = sama, meros = bagian). 35 Dengan kata lain isomer adalah senyawa-senyawa yang berbeda strukturnya, tetapi mempunyai rumus molekul yang sama. 1) Isomer Alkana Alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai 3 tidak memiliki isomer. Jadi, alkana yang mulai mempunyai isomer adalah butana (C4H10) dan seterusnya. Keisomeran alkana mempunyai keisomeran kerangka, karena perbedaan struktur terletak pada kerangka atom karbonnya. Makin banyak atom karbonnya, makin banyak pula kemungkinan ”isomernya”. Perbedaan struktur molekul ini menyebabkan perbedaan sifat dari masing-masing senyawa. Ada dua kemungkinan struktur yang diperoleh dari senyawa butana yaitu: a) n-butana yang memiliki titik didih = -0,5°C H H H H H C C H C C H H H b) Isobutana yang memiliki titik didih = -10°C H H H H H C C C C H H H H H H 2) Isomer Alkena Keisomeran pada alkena dapat berupa keisomeran struktur (karena perbedaan cara atom-atom saling berkaitan, apa mengikat apa). Pada alkena isomer ini dapat terjadi karena perbedaan posisi ikatan rangkap atau perbedaan kerangka atom karbon. Sebagai contohnya pada senyawa butena yang mempunyai tiga isomer, yaitu: H C H C H H H C C H (i) 1- butena H H H H H C H C H H H C C H (ii) 2-butena H H H C C C H H C H H H H (iii) 2-metil-propena 36 Keisomeran pada alkena juga dapat berupa keisomeran ruang, yang terjadi karena perbedaan susunan ruang atom-atom molekulnya. Keisomeran ruang tergolong isomer geometris, karena perbedaan orientasi gugus-gugus di sekitar ikatan rangkap. Pada 2-butena dikenal: cis-2-butena dan trans 2-butena. Keduanya memiliki struktur sama tapi berbeda konfigurasinya (orientasi gugus-gugusnya). Pada cis-2-butena, kedua gugus metil terletak pada sisi yang sama dari ikatan rangkap sedangkan pada trans-2-butena, kedua gugus metil terletak pada sisi yang berseberangan. CH3 H3C C H cis-2-butena H3C H C C H H trans-2-butena C CH3 3) Isomer Alkuna Keisomeran alkuna tergolong keisomeran struktur, alkuna tidak mempunyai keisomeran geometris. Keisomeran pada alkuna mulai terdapat pada butuna yang mempunyai 2 isomer. CH C CH2 CH3 CH3 (i) 1-butuna C C CH3 (ii) 2-butuna f. Sifat-Sifat Senyawa Hidrokarbon 1) Sifat Fisik Senyawa Hidrokarbon a. Kelarutan Senyawa Hidrokarbon Pada umumnya, senyawa-senyawa hidrokarbon sukar atau kurang larut dalam air atau pelarut polar tetapi mudah larut dalam pelarut non polar seperti tetraklorometana. Sebagai contoh bensin dengan jumlah atom C dari 5 sampai 12 tidak dapat larut dalam air. b. Titik Didih dan Titik Lebur Senyawa Hidrokarbon Semakin besar massa molekul relatif alkana makin tinggi titik didih, titik leleh, dan massa jenisnya. Pada suhu kamar berwujud gas, suku berikutnya 37 berwujud cair dan suku tinggi mulai C18H38 berwujud zat padat. Sifat fisik alkana dijelaskan pada tabel 6. Tabel 6. Sifat Fisik Alkana Nama Senyawa Metana Etana Propana Butana Pentana Heksana Heptana Oktana Nonana Dekana Oktadekana Rumus Molekul CH4 C2H6 C3H8 C4H10 C5H12 C6H14 C7H16 C8H18 C9H20 C10H22 C18H38 Titik leleh (°C) -182,5 -183,2 -187,7 -138,3 -129,7 -95,3 -90,6 -56,8 -53,6 -25,6 28,2 Titik didih (°C) -161,5 -88,6 -42,1 -0,5 36,1 68,7 98,4 125,7 150,8 174 316,1 Fase pada 25°C Gas Gas Gas Gas Cair Cair Cair Cair Cair Cair Padat Senyawa-senyawa hidrokarbon tak jenuh mempunyai titik didih lebih rendah daripada senyawa hidrokarbon jenuh, meskipun jumlah atom C-nya sama. Sebagai contoh, etana mempunyai titik didih -88,6°C sedangkan etena mempunyai titik didih -104°C (Sunardi, 2007: 256- 258). Isomer hidrokarbon rantai bercabang mempunyai titik didih lebih rendah dibandingkan dengan hidrokarbon rantai lurus. Sebagai contoh, n-butana mempunyai titik didih sebesar -0,5°C dan isobutana mempunyai titik didih sebesar -10°C. 2) Sifat Kimia Sifat-sifat kimia senyawa hidrokarbon seperti alkana, alkena dan alkuna dapat mengalami reaksi-reaksi kimia dengan zat lain dan membentuk zat baru. Sebagai contoh alkana yang merupakan parafin (sukar beraksi) dapat mengalami reaksi-reaksi kimia seperti reaksi pembakaran, subtitusi dan perekahan (cracking), sedangkan alkena dan alkuna dapat bereaksi untuk membentuk senyawa lain diantaranya melalui reaksi-reaksi pembakaran, adisi dan polimerisasi. 38 Berikut ini beberapa contoh reaksi senyawa-senyawa hidrokarbon. a. Reaksi alkana 1) Reaksi pembakaran yang menghasilkan karbondioksida dan uap air. Misalnya pembakaran propana sebagai berikut. C3H8(g) + 5 O2(g) 3 CO2(g) + 4 H2O (l) 2) Reaksi substitusi metana menghasilkan klorometana atau metil klorida. Reaksi ini disebut klorinasi. CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl 3) Reaksi perekahan etana menghasilkan etena dan gas hidrogen yang digunakan dalam industri. Contoh reaksi perekahan etana sebagai berikut: C2H6 C2H4 + H2 b. Reaksi alkena 1) Reaksi pembakaran Seperti halnya alkana, alkena suku rendah mudah terbakar. Reaksi pembakaran etena menghasilkan karbon dioksida dan air. C2H4 + 3 O2 2 CO2 + 2 H2O 2) Reaksi adisi a. Misalnya propena dengan air untuk menghasilkan alkohol. CH2 CH2 CH3 + H2O CH2OH b. Reaksi adisi propena dengan HCl untuk menghasilkan 2-kloropropana CH2 CH CH3 + HCl CH3 CHCl CH3 c. Polimerisasi etena menghasilkan polietena n CH2 CH2 ( CH2 CH2 )n c. Reaksi alkuna Reaksi antara etuna dengan gas hidrogen membentuk etana. C2H6 C2H2 + 2 H2 (Purba, 2007: 226-229) 39 B. Kerangka Berpikir Keberhasilan proses belajar mengajar merupakan hal utama dalam melaksanakan pendidikan di sekolah yang ditentukan oleh tercapainya tujuan pembelajaran, hal itu harus didukung oleh pemilihan metode yang sesuai serta alat penilaian yang dapat mengukur keberhasilan dari proses belajar mengajar. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan efektif. Sedangkan faktor internal yang berpengaruh adalah kemampuan memori dan kreativitas. Dalam hal mempelajari ilmu kimia, kemampuan memori dan kreativitas dalam diri siswa dapat menjadi faktor internal yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Sebagian besar pembelajaran yang dilakukan di SMA Negeri 1 Baturetno Wonogiri masih dilakukan secara konvensional (teacher centered), dan belum dilakukan pembelajaran secara student centered. Metode yang digunakan yakni ceramah, meskipun terkadang guru menggunakan metode diskusi. Keikutsertaan siswa untuk terlibat secara aktif belum terlihat, siswa hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru tanpa adanya interaksi apakah siswa ingin bertanya atau sekedar mencatat pelajaran. Akibat dari kebiasaan tersebut siswa menjadi kurang kreatif dalam memecahkan masalah, partisipasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar kurang efisien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah. Siswa di SMA Negeri 1 Baturetno Wonogiri menganggap pelajaran kimia adalah pelajaran yang sulit dipahami dan abstrak, sehingga konsep yang tertanam tidak kuat dan hasil yang dicapai kurang maksimal, keaktifan dan potensi yang ada pada diri siswa kurang terlatih. Hal ini menyebabkan banyak siswa yang masih sulit memahami dan menguasai materi kimia sehingga prestasi belajar siswa rendah. Terutama pada materi Hidrokarbon yang membutuhkan ketekunan siswa membaca, pemahaman konsep, daya hafalan, dan latihan soal. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan di atas dapat diperoleh kerangka berpikir sebagai berikut: 40 1. Dalam mempelajari materi Hidrokarbon yang bersifat hafalan, berkaitannya dengan kemampuan memori yang dimiliki siswa. Semakin tinggi kemampuan memori yang dimiliki oleh siswa, semakin mudah pula siswa dalam mempelajari suatu informasi. Dari pemikiran tersebut, dimungkinkan ada pengaruh kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan memori berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, dimana siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi memiliki prestasi belajar kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah. 2. Dalam materi Hidrokarbon juga berkaitan dengan kreativitas yang dimiliki siswa, seperti dalam menggambar struktur molekul dan penamaan senyawa hidrokarbon. Semakin tinggi kreativitas seorang siswa dalam pembelajaran, semakin mudah pula siswa dalam mempelajari suatu informasi. Sehingga dimungkinkan pula bahwa kreativitas berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, dimana siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki prestasi belajar kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. 3. Semakin tinggi kemampuan memori dam kreativitas yang dimiliki oleh siswa, semakin mudah pula siswa dalam mempelajari suatu informasi. Dari pemikiran tersebut, dimungkinkan ada pengaruh kemampuan memori dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan memori dan kreativitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, dimana siswa yang memiliki kemampuan memori dan kreativitas tinggi memiliki prestasi belajar kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan memori dan kreativitas rendah. 41 Untuk memperjelas kerangka berpikir di atas, maka dapat digambarkan seperti Gambar 6. dibawah ini: Kemampuan memori Prestasi Belajar Siswa Kreativitas Gambar 6. Skema Kerangka Berpikir C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan kemampuan memori dengan prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon. 2. Terdapat hubungan kreativitas dengan prestasi siswa pada materi pokok Hidrokarbon. 3. Terdapat hubungan kemampuan memori dan kreativitas secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon.