C:\Users\Hail Mary\Documents\PENGANTAR UMUM CKA

advertisement
PENGANTAR UMUM CKA
Cinta dari Kebijaksanaan Abadi (CKA) merupakan salah satu karya yang
gemilang yang dihasilkan oleh Santo Louis-Marie de Montfort. Di dalam
karyanya ini, Santo Montfort sudah memberikan semacam cetak-biru karya
besar lainnya, yakni Bakti Sejati kepada Santa Perawan Maria (BS).
Namun, jika kita memperhatikan dengan cermat, CKA hampir sangat
kurang dikenal oleh banyak orang. Bahkan karya penting ini kurang mendapat
tempat di formasi spiritualitas Montfortan sejak Santo Montofrt wafat.
Rupanya, para pengikut awalnya tidak banyak memberi tempat bagi karya ini.
Seperti dikatakan Pater Louis Perouas SMM, nasib BS masih lebih baik
daripada nasib CKA. BS sudah dicetak sekian kali dan dalam berbagai bahasa
sejak ditemukan kembali pada 1842. Tidak demikian halnya dengan CKA.
Tampaknya CKA sama sekali luput dari perhatian mereka yang mengadakan
studi atas spiritualitas Montfortan.
Habis gelap terbitlah terang! Kebisuan sekian lama berakhir dengan
penerbitan edisi definitif pada 1929. Namun, CKA belum sungguh dilihat
sebagai bagian integral tatanan Spiritualitas Santo Montfort. Hal itu bisa
dilihat dalam sikap para penulis riwayat Santo Montfort. Tidak banyak di
antara para biografer itu berbicara tentang CKA secara khusus.
Kendati demikian, studi tentang Spiritualitas St. Montfort tetap
berlangsung. Dari berbagai studi yang dilakukan, dalam dekade terakhir ini,
CKA punya istimewa dalam keseluruhan spiritualitas Montfortan.
Semoga Pengantar Umum CKA dan Penuntun Studi ini dapat membantu
kita untuk semakin memahami tempat dan peran penting CKA dalam
keseluruhan Spiritualtas Montfortan. Dengan demikian, warisan berharga
Bapa Pendiri kita ini tidak lagi menjadi “barang keramat” tetapi menjadi
sesuatu yang hidup dalam diri kita.
Bandung, 21 Oktober 1999
Lodofikus SMM
1
PENGANTAR UMUM
CINTA dari KEBIJAKSANAAN ABADI
Santo Louis-Marie Grignion de Montfort
I. PENEMUAN KEMBALI CKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
II. LATAR BELAKANG CKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Naskah CKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Judul CKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Tanggal Penyusunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. Untuk Siapa CKA Ditulis? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
4
4
4
5
6
III. SUMBER-SUMBER . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1. Para Penulis Rohani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2. Kebijaksanaan Biblis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
a. Tema Kebijaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
b. Kitab Kebijaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
3. Montfort dan Kitab Suci . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
IV. PROFIL CKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
1. Profil Literer: Struktur dan Pembagian-pembagian . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
2. Profil Teologis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
V. CKA DAN TAFSIRAN-TAFSIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Kebisuan para Penulis Biografi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Edisi Definitif (1929) dan Pembaharuan Studi-studi tentang Montfort . .
3. Tafsiran Terbaru . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18
18
19
20
VI. RELEVANSI CKA UNTUK MASA KINI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Kristosentrisme . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Teologi Penciptaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Teologi Penebusan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
21
21
22
22

2
I. PENEMUAN KEMBALI SEBUAH KARYA PENTING
ikatakan bahwa dari semua karya tulis Montfort, bukunya Cinta
dari Kebijaksanaan Abadi (CKA) adalah karya yang paling tidak
dikenal secara luas. Sudah tidak terhitung lagi jumlahnya edisi
penerbitan buku Bakti Sejati (BS), Rahasia Maria (RM), Rahasia Rosario (RR),
Surat kepada Sahabat-sahabat Salib (SSS). Sedang untuk CKA sendiri kita masih
harus menanti hingga 1929 untuk sebuah edisi definitif. Sedang terjemahan
karya tersebut ke dalam aneka bahasa masih juga harus lama menanti. Itupun
masih kecil jumlahnya jika dibandingkan dengan edisi-edisi Bakti Sejati.
Kendati demikian, sejumlah orang yang sudah dengan baik mengenal
Spiritualitas Montfort tidak lupa mencatat nilai doktrinal yang begitu dalam
dari CKA. Selain itu, mereka juga melihat betapa penting peran CKA untuk
memahami karya Montfort secara keseluruhan. CKA merupakan sebuah karya
fundamental. Inilah satu-satunya buku yang memberikan kita visi menyeluruh
tentang Spiritualitas Montfort. J.-M. DAYET mengungkapkan pendapat yang
hampir sama: “Maka, Louis-Marie Grignion de Montfort tampak di sini ... pastilah
seorang kontemplatif dan pencinta Sang Kebijaksanaan Abadi. Pendirian atau padangan
ini merupakan dasar bagi pemahaman yang menyeluruh tentang spiritualitasnya.”
Pada gilirannya, M. QUÉMÉNEUR menggarisbawahi dimensi misioner
CKA. “Benar bahwa karya terakhir seorang penulis mengekspresikan suatu tahap
pemikirannya yang lebih matang. Namun, karya perdananya, kendatipun tidak
sempurna dalam susunannya, kerap merupakan karya terbaik yang menyatakan
kekuatan batiniahnya dan arah yang tengah ia tempuh ... . Rahasia ini [kontemplasi
kepada Sang Kebijaksanaan yang mencari manusia] bagi Montfort merupakan penyataan
dinamisme misioner Allah dan karena itu penyataan seluruh dinamisme misioner.”
Jika kemudian banyak orang lebih menyukai BS, apakah itu disebabkan
Montfort kurang berhasil dalam memperkenalkan pandangannya tentang
Kebijaksanaan? Atau, lebih baik, apakah buku ini kurang menyentuh perasaan
orang Kristen umumnya? Apapun soalnya, CKA patut dikenal secara luas
sekarang ini, khususnya dalam suatu masa yang sangat resah dan yang tengah
mencari suatu Kebijaksanaan yang dapat memberikan makna bagi hidup.
Selain itu CKA juga dapat memberikan makna kepada sejarah yang terusmenerus berkembang, dan kepada kaum beriman yang pada suatu saat
membangun relasi baru dengan suatu teologi dan suatu spiritualitas yang
diperkaya oleh Kitab Suci.
D
3
II. LATAR BELAKANG CKA
1. Naskah CKA
Naskah asli CKA, yang kini disimpan di Jenderalat Serikat Maria
Montfortan di Roma, dalam kondisi yang terawat baik. Menurut para editor
Kumpulan Karya Montfort (Oeuvres Complète), tulisan itu secara sah dan wajar
diakui sebagai tulisan tangan Montfort sendiri. Akan tetapi, studi-studi terakhir
ini yang lebih mendalam atas tulisan tangan naskah — yang dilakukan oleh
H. FREHEN dan R. PACERI, sampai kepada kesimpulan yang berbeda.
Mereka menemukan di dalam naskah itu jejak-jejak empat penyalin, di
antaranya adalah Mulot, Vatel, dan Besnard.
2. Judul CKA
Judul naskah dapat dibaca dengan sangat jelas pada bagian awal naskah.
Namun, ada satu pertanyaan menyangkut pemakaian frasa “of Eternal Wisdom”.
Apakah frasa ini bermakna subjektif atau objektif? (Artinya, “cinta” itu meluap
dari Sang Kebijaksanaan atau Sang Kebijaksanaan adalah objek “cinta”
manusia!) Dengan perkataan lain, apakah Montfort bermaksud membagikan
pemahamannya tentang cinta Sang Kebijaksanaan kepada manusia, atau dia
malah lebih berkutat dengan urusan menginspirasikan para pembacanya untuk
mencintai Kebijaksanaan Abadi?
Uraian yang cukup panjang lebar atas tema ini dalam bagian pertama
karya ini mendorong kita untuk memilih interpretasi objektif — yakni
pemahaman Santo Montfort tentang Cinta Sang Kebijaksanaan kepada
manusia. Kendati demikian, interpretasi subjektif tidak bisa begitu saja
diabaikan. Di samping itu, ambiguitas di dalam judul itu masih dapat
diperdebatkan dan mungkin bisa menjadi bagian kekayaan karya itu sendiri.
3. Tanggal Penyusunan
Menurut pendapat umum, CKA merupakan sebuah karya tulis pada masa
muda Montfort. Diperkirakan CKA ditulis pada masa-masa awal pelayanan
imamatnya. Mungkin saja pada waktu dia tinggal di Paris (1703-1704), dekat
komunitas komunitas yang didirikan oleh Cloude Poullart des Places.
Montfort sebelumnya adalah salah seorang dari antara “para mahasiswa [fater]
miskin” yang diterima oleh komunitas ini dan yang pendidikan teologis dan
pendidikan rohaninya diurus oleh komunitas ini.
Dalam bukunya yang kelima berjudul Vie de Louis-Marie Grignion de
Montfort (Hidup Santo Louis de Montfort), BESNARD mengatakan, “..., suatu
hari Tuan Grignion berkotbah kepada mereka [para seminaris] tentang kebijaksanaan
4
dan memberikan sebuah parafrase [uraian dengan kata-kata sendiri] yang sangat indah
dari sebuah buku dalam Kitab Suci yang melahirkan nama ini.” Tema utama kotbah
Montfort dan referensinya kepada Kitab Kebijaksanaan tentu saja
mengingatkan kita akan CKA.
Rujukan PICOT DE CLORIVÈRE kepada peristiwa yang sama tidak juga
kurang pentingnya. Ia mengatakan, “Percakapan ini bagaikan sebuah parafrase
kidung agung Salomon yang diarahkan kepada kebijaksanaan; namun dalam
menguraikan kebijaksanaan ini, dia sangat bersikap hati-hati untuk menunjuk bahwa
dia tengah berbicara bukan hanya tentang kebijaksanaan yang diberikan kepada
Salomon ini, dan bahkan kurang dari kebijaksanaan orang-orang pada zamannya, tetapi
juga tentang kebijak-sanaan Injili, yakni tentang kebijaksanaan yang diajarkan oleh
Yesus dengan contoh-contoh hidup-Nya dan perkataan-perkataan-Nya.”
Di antara mereka yang lebih menyukai waktu penyusunan yang lebih
kemudian ada DAYET dan FREHEN. Dayet menempatkan peristiwa
kotbah Montfort di Paris tentang Kebijaksanaan terjadi pada akhir hidupnya
(misalnya pada 1713). Kemudian Frehen, yang dituntun oleh studi
perbandingan naskah Kidung 46 dan Kidung 100-102 dengan CKA serta
Rahasia Rosario menganjurkan “dua tahun terakhir hidup Montfort” sebagai
waktu penyusunan CKA atau sekurang-kurangnya penyalinan semua karyanya
itu (Kidung, CKA, dan Rahasia Rosario).
Soal waktu yang lebih awal atau belakangan ini akhirnya mengantar kita
kepada pertanyaan berikut ini: apakah CKA dipakai sebagai dasar bagi
konferensi-konferensi tentang Kebijaksanaan itu, atau justru sebaliknya? Bukti
pun tidak kita miliki kendati itulah praktik yang biasa Montfort lakukan untuk
menunjukkan dalam tulisan apa yang pertama-tama telah ia ajarkan dan terus
ia sampaikan dalam kotbahnya. Namun, itupun tidak menunjukkan sebuah
penanggalan bagi teks tertulis lebih belakangan dari peristiwa-peristiwa seputar
1703-1704.
Ada beberapa alasan pilihan waktu penyusunan CKA yang paling
mendekati kebenaran, yaitu 1703-1704:
3. Adanya kosa kata dan tema Kebijaksanaan di dalam Surat-surat yang
bertanggal periode ini (Srt 14-17, 20).
4. Bukti dari Besnard tentang pembicaraan-pembicaraan Montfort dengan
para seminaris yang dikumpulkan oleh Poullart des Places, yang isinya
lebih dekat dengan topik CKA.
5. CKA mempunyai ciri lebih akademis dan teoretis jika dibandingkan dengan
BS — dalam BS Montfort menempatkan dirinya sebagai seorang populer
ulung yang mendapat keuntungan dari pengalaman pastoral dan karya
5
misionernya yang panjang. Namun, hal ini tidak mengabaikan
kemungkinan bahwa Montfort mungkin juga telah menyuruh karyanya
disalin dalam dua tahun terakhir hidupnya.
4. Untuk Siapa CKA Ditulis?
Dalam CKA 5 Santo Montfort menyapa pembacanya dengan
mengatakan, “Pembaca yang budiman, ... .” Sebetulnya, sapaan ini ditujukan
kepada siapa? Ada beberapa kemungkinan:
Pertama, PATER BESNARD mengatakan bahwa ketika berada di Paris
(1703-1704), Montfort sempat memberikan sebuah konferensi kepada para
frater dengan tema “Kebijaksanaan”. Apakah itu berarti bahwa “sapaan” di
atas ditujukan kepada para frater? Kemungkinan semacam ini bisa saja terjadi
mengingat salah satu ciri CKA ialah lebih teoretis dan ilmiah.
Kedua, Montfort menulis CKA untuk komunitas religius yang telah
didirikannya. Untuk merekalah dia mempersembahkan kutipan dari “buku
kehidupan”. Dalam korespondennya dengan Marie-Louise dan langkahlanglah pertama yang diambil untuk mendirikan kongregasi Putri-putri
Kebijaksanaan berbicara tentang betapa pentingnya pencapaian Kebijaksanaan
di dalam ziarah rohani Montfort sendiri dan juga dalam ziarah rohani wanita
yang bergabung dengannya dalam karya kerasulan. Akan tetapi, kemungkinan
ini hampir pasti tidak bisa diterima karena sama sekali tidak ada petunjukpetunjuk — baik dari Montfort sendiri maupun dari para anggota pertama
kongregasi Putri-putri Kebijaksanaan — yang bisa membenarkan bahwa CKA
ditulis dan diterima sebagai sebuah karya yang secara khusus diperuntukkan
bagi komunitas Putri-putri Kebijaksanaan.
Ketiga, A. BALMFORTH mengemukakan kemungkinan lain. Menurut
dia, CKA ditulis khusus, kalau bukan eksklusif, untuk para misionaris Serikat
Maria yang dicita-citakan Montfort. Alasan yang dipakainya adalah dimensi
“misioner” dan juga berbagai unsur yang bertautan dengan cita-cita Montfort
tentang para misionarisnya di masa depan. Namun, argumentasi inipun tidak
bisa diterima apalagi Balmforth mengatakan, “Montfort menghendaki agar karya
ini [CKA] berfungsi sebagai inspirasi dan penuntun bagi mereka yang akan dia
kumpulkan untuk ikut ambil bagian dalam karya kerasulannya.” Alasan yang
dikemukakannya adalah pembedaan antara “para imam misionaris” dan
“orang awam umumnya” pun tidak dapat dipertahankan. Alasan ini di satu
pihak tidak bisa dibayangkan pada masa kini dan di lain pihak alasan itu persis
bertentangan dengan pikiran Montfort sendiri tentang evangelisasi populer.
6
Keempat, Montfort secara jelas menulis CKA untuk sidang pembaca yang
lebih banyak. Sidang pembaca ini oleh Montfort disebut sebagai “jiwa-jiwa
terpilih yang mencari kesempurnaan” Montfort berkata, “Marilah kita
berbicara sekarang kepada jiwa-jiwa terpilih yang mencari kesempurnaan dari
kebijaksanaan sejati, ialah kebijaksanaan kekl, kebijaksanaan yang tak diciptakan,
yang menjelma menjadi manusia” (CKA 14).
Kalau ini yang dimaksud, kita tidak bisa menafsirkan “alamat” tulisan
Montfort ini dalam arti yang sempit-eksklusif (yang barangkali persis
bertentangan dengan RM 1). Karena itu, kita harus menafsirkannya dalam arti
“Paulinis”. Artinya, CKA sebetulnya ditujukan kepada setiap orang yang telah
memilih Yesus Kristus dan Injil-Nya (1 Kor 2: 6). Dengan perkataan lain,
CKA ditujukan kepada semua orang Kristen. Sesungguhnya, inilah makna
yang paling jelas dalam konteks “sapaan bahagia” yang begitu sering dikutip
oleh Montfort (lihat misalnya, CKA 10, 51, 153) dan yang mengingatkan kita
akan mereka yang mendengar Sabda Tuhan, “Yang bahagia ialah mereka yang
mendengarkan Firman Allah dan memeliharanya” (Lk 11: 28).
Demikian pula kita dapat mencatat betapa Montfort suka menekankan
ciri universal sidang pembaca yang dicari oleh Sang Kebijaksanaan, “Sesudah
kata-kata demikian perkasa dan lembut dari Roh Kudus, untuk memperlihatkan
kepada kita keindahan, keunggulan dan harta kekayaan Kebijaksanaan, siapa yang
tidak akan mencintai dan mencari Dia dengan sekuat tenaga? Terlebih karena ini
merupakan suatu harta tak terhingga, khas manusiawi: manusia dicipta-kan baginya;
dan karena Kebijaksanaan sendiri mempunyai dambaan tak terhingga untuk
memberikan diri-Nya kepada manusia” (CKA 63; lih juga CKA 30).
III. SUMBER-SUMBER
Ketika hendak menyusun Bakti Sejati kepada Santa Perawan Maria (BS)
Montfort mengaku bahwa dia sudah membaca hampir semua buku yang
menguraikan bakti kepada Bunda Maria (BS 118). Dia juga memberikan daftar
para penulis yang mendukung bakti itu (BS 159-163). Tidak demikian halnya
saat dia menyusun CKA. Rupanya, Montfort lebih bersikap eklektik. Kendati
pendapat-pendapat dikutip secara singkat dan kesaksian mereka disebut oleh
Montfort, kita bisa menyebut sekitar 15 penulis: Gregorius, Agustinus,
Yohanes Krisostomus, Rupert, Bernardus, Thomas Aquinas, Henry Suso,
Maria Magdalena de Pazzi, Theresia Avila, Yohanes dari Salib, dll.
Tidak ada yang begitu mengherankan kecuali satu hal ini, yakni ternyata
bahwa Montfort sama sekali tidak menyebut para gurunya di Sekolah
7
Spiritualitas Prancis. Bagaimanapun mereka telah memberikan begitu banyak
masukan berkenaan dengan materi tulisannya.
1. Para Penulis Rohani
Di antara sekian banyak penulis rohani yang memberi kontribusi besar
bagi Montfort dalam menulis CKA, ada tiga nama yang sangat menonjol,
yakni Beato HENRY SUSO, JEAN-BAPTISTE SAINT-JURE (1588-1657), dan
AMABLE BONNEFONS (1618-1653)
Dari ketiga orang ini hanya Beato Henry Suso yang secara eksplisit
dikutip oleh Montfort (CKA 101-1-2, 132). Kendati demikian, dia pun tetap
bergantung juga kepada kedua penulis lainnya itu sebagaimana ditunjukkannya
dalam berbagai kesamaan, baik dalam susunan kata maupun dalam tema.
Montfort mungkin sudah dengan baik mengambil inspirasi dasarnya dan
sebagian judul CKA dari buku Beato HENRY SUSO, biarawan Dominikan.
Karya Suso yang berjudul “Horologium Sapientiae dalam bahasa dalam bahasa
Prancis diterjemahkan sebagai Livre de la Sagesse Eternelle (Buku tentang Sang
Kebijaksanaan Abadi). Buku ini muncul pertama kali pada 1392 dan dengan
begitu cepat menjadi sangat populer di antara orang-orang religius, setelah
Mengikuti Jejak Kristus (Thomas a Kempis).
Persamaan-persamaan di antara teks-teks Montfort dengan teks-teks
Beato Suso hampir kecil sekali. Sedangkan perbedaan-perbedaan penting di
antara keduanya patut diperhatikan.
a. Perbedaan pertama terletak pada ciri biblis di dalam karya Montfort. Di
dalam bukunya yang hampir sama panjangnya dengan karya Montfort (CKA),
Beato Suso mengutip secara persis tiga ayat Kitab Suci: Kebijaksanaan 8: 2
(Bab 1) dan Sirakh 24: 19-20 (Bab 7). Tampaknya, bagi dia Kebijaksanaan
sesungguhnya adalah Sirakh (Bab 7). Dalam hal ini, Montfort jelas berbeda
sekali dari pendahulunya itu. Kita akan lihat lagi hal ini nanti.
b. Perbedaan kedua terletak pada tempat yang diberikan kepada misteri Salib.
Di dalam Montfort, “Salib” merupakan sebuah tema yang amat penting (lihat
CKA sebagian Bab 9-10 dan seluruh Bab 13-14). Montfort melihat tema ini
dalam pemandangan yang lebih luas dan menyeluruh, yang mencakup juga
Penciptaan, sejarah Keselamatan, dan misteri Penjelmaan. Sedang dalam Beato
Suso, perhatian seluruhnya terpusat pada misteri Penderitaan. Namun, ia sama
8
sekali tidak menyinggung soal penciptaan atau tahap-tahap lain dalam sejarah
keselamatan.
Ada tiga buku lain yang pantas kita catat juga. Pertama, karya monumental
seorang Yesuit, JEAN-BAPTISTE SAINT-JURE. Judulnya, “De la connaissance et
de l’amour du Fils de Dieu Notre Seignior Jésus-Christ” (Tentang Pengetahuan an
Cinta akan Putra Allah, Tuhan kita Yesus Kristus). Buku ini terbit pertama
kali pada 1637. Dari buku ini Montfort mengambil beberapa kutipan misalnya
yang ada dalam CKA 8-12, 66-67, 69, 154-166.
Ada dua perbedaan penting antara Montfort dengan Jean-Baptiste SaintJure. Perbedaan pertama berkenaan dengan sumber-sumber biblis. Seluruh
buku Saint-Jure itu sangat biblis dan banyak sekali kutipannya. Kendati
demikian, di sini pun Montfort menunjukkan suatu pemakaian nyata sistematis
tema Kebijaksanaan. Di satu pihak, Saint-Jure memberikan komentar yang
bagus sekali, di lain pihak, Montfort membatasi dirinya “hanya pada dua
bagian penting Kitab Suci yang mengandung motif-motif yang mengantar kita
untuk mencintai Tuhan kita Yesus Kristus.” Kedua bagian yang dimaksud
adalah Amsal 8 dan Kebijaksanaan 6-8. Tentu saja bagi Montfort kedua
bagian itu merupakan pokok penting. Namun, itu menjadi kurang penting jika
dibandingkan dengan penerapan yang dilakukannya berkenaan dengan tema
Kebijaksanaan.
Kedua, hakikat Kristologis. Baik buku Saint-Jure maupun buku Montfort
sama-sama berasal dari Sekolah Spiritualitas Prancis. Keduanya, penulis kedua
buku itu, berbicara tentang tokoh yang sama, Yesus Kristus. Namun, di antara
sekian banyak gelar yang diberikan kepada Yesus, gelar Kebijaksanaan-lah
yang “hilang” dari buku Saint-Jure. Nah, pada titik inilah Montfort lebih dekat
dengan Beato Suso.
Buku kedua, yang juga berasal dari Saint-Jure, Manusia Rohani, di mana
Kehidupan Rohani Diuraikan dalam Prinsip-prinsipnya. Dari buku ini Montfort
mengambil ide-ide tentang Kebijaksanaan, aplikasi literatur Kebijaksanaan
terhadap anugerah Kebijaksanaan mengikuti teladan Salazar, dan juga ketiga
sarana pertama untuk memperoleh Kebijaksanaan.
Buku ketiga yang juga ikut berpengaruh pada Montfort, khusunya dalam
CKA Bab 12 (No. 133-153), berasal dari seorang Yesuit, AMABLE
BONNEFONS. Ke-49 ucapan pertama Sang Kebijaksanaan merupakan salinan
lengkap sebuah daftar tentang “aturan umum untuk hidup baik yang ditemukan di
dalam Sabda suci Tuhan kita Yesus Kristus” yang dikutip Bonnefons. Montfort
9
mengutip ucapan-ucapan itu seluruhnya dan kemudian menambahkan ke-13
ucapan lainnya (Mt 11: 25-26). Kutipan tambahan ini beraroma kebijaksanaan
sangat kuat dan juga segaris dengan radikalisme injili yang dihayati oleh
Montfort.
2. Kebijaksanaan Biblis
Kendati demikian, inspirasi dasar bagi Montfort pertama-tama berasal
dari Kitab Suci. Tentu saja, pilihannya atas sumber-sumber biblis dan
penafsirannya atas sumber-sumber itu berhutang budi pada eksegese pada
masanya, khususnya terjemahan dan komentar LE MAÎTRE DE SACY. Namun,
Montfort tidak dapat di setarakan dengan sumber-sumbernya, dan kita mesti
akui, bersama dengan M. Gilbert, bahwa tak seorang pun dari para penulis
rohani pendahulunya yang nilai pentingnya begitu serasi dengan kitab
Kebijaksanaan (lih uraian di bawah ini).
Seperti yang akan kita lihat bersama, karakter biblis uraian kecil Montfort
ini tidak luput dari perhatian generasi pertama para penafsir CKA (Huré,
Dayet, Bombardier). Namun, studi yang paling ketat dan menyeluruh atas
aspek ini tetaplah sebuah studi yang dilakukan oleh seorang Yesuit, M.
GILBERT Gilbert adalah seorang spesialis kitab Kebijaksanaan dan tulisantulisan kebijaksanaan lainnya. Dalam sebuah studi yang bisa
dipertanggungjawabkan, dia menunjukkan keaslian dan kesahihan “eksegese
rohani” Montfort. Publikasi artikelnya dalam sebuah majalah teologi bertaraf
internasional sangat tinggi sudah tentu menjadikan CKA dikenal dengan lebih
baik dalam peredaran yang tidak selalu dicapai oleh studi-studi Montfort
mutakhir. Beberapa tahun belakangan ini, penulis artikel tersebut
membicarakan lagi pertanyaan tentang sumber-sumber biblis CKA. Di sini
kita perlu masuk ke dalam rincian yang ditemukan dalam dua studi. Tapi
baiklah kita mencatat secara singkat garis besarnya.
a) Tema Kebijaksanaan
CKA memainkan sebuah karakter yang tak lazim, bukan hanya di antara
karya-karya Montfort tetapi di dalam seluruh corpus tulisan rohani Kristen,
dalam membuat pemakaian yang sistematis tema Kebijaksanaan. Tentu saja,
karya tulisnya yang lain pun penuh dengan kutipan-kutipan Kitab Suci.
Namun, ia belum pernah membuat suatu usaha sistematis untuk mengolah
suatu tema yang menyeluruh di dalam Kitab Suci, termasuk pemenuhan dan
10
gemanya di dalam Perjanjian Baru sebagaimana di dalam Perjanjian Lama.
Itulah yang sangat menarik.
Usaha penggunaan sistematis tema Kebijaksanaan ini jelas mengandaikan
suatu penguasaan yang luar biasa atas Kitab Suci secara menyeluruh. Selain
itu, hal ini juga mengandaikan suatu usaha yang cermat untuk mencapai
sebuah sintesis. Yang begitu menarik di sini bukan rincian penafsiran atas
beberapa teks tertentu atau yang lainnya melainkan kenyataan bahwa suatu
jaringan teks yang luas digunakan. Kita bisa menyebut jaringan ini sebagi
berikut: sebagian besar kitab Kebijaksanaan, sejumlah bab besar Pengkotbah
dan Sirakh, dan Pembukaan Yohanes (yang penuh berisi rujukan kepada
Kebijaksanaan), Yakobus (satu-satunya tulisan sejati Kebijaksanaan dalam
PB), dan bagian-bagian yang berkaitan dengan Kebijaksanaan Yesus.
b) Kitab Kebijaksanaan
Kendati demikian, kitab Kebijaksanaanlah yang menarik sebagian besar
perhatian dalam refleksi Montfort. Tidak kurang dari 140 ayat (dari seluruh
435 ayat di dalam kitab Kebijaksanaan atau sekitar sepertiga dari kitab ini)
disebutnya dan kerap dikutip dan diberi komentar oleh Montfort. Kita juga
mesti mencatat, Montfort menggunakan bagian inti kitab Kebijaksanaan, 7-9:
18. Nyatanya kebanyakan ayat-ayat dikutip oleh Montfort dari bagian ini.
Setelah mengambil semuanya, Montfort menjadikan kitab Kebijaksanaan
miliknya dan menggunakannya sebagai suatu kerangka kerja dasar bukunya
sendiri, sedemikian rupa sehingga karya ini bisa dilihat sebagai sebuah
“parafrase” otentik (Besnard dan Picot de Clorivière) atas Kitab Suci. Bersama
dengan M. Gilbert, kita pun pantas bertanya apakah ada karya lain di dalam
tradisi Kristiani yang begitu berhutang budi kepada kitab Kebijaksanaan.
3. Montfort dan Kitab Suci
Selain tafsiran atas ayat-ayat tertentu, jumlah kutipan Kitab Suci dan
perannya dalam keseluruhan struktur CKA mendorong kita untuk membuat
pemandangan yang lebih luas atas penerapan Kitab Suci yang dilakukan
Montfort di sini.
1. Montfort menunjukkan rasa hormat yang begitu besar kepada teks Kitab
Suci. Karena itu, dia misalnya menyajikan kutipan yang panjang sementara
meyakinkan kita bahwa dia takkan menambahkan sesuatu pun (CKA 5, 20,
52). Dia menuntun para pembacanya untuk kembali kepada teks-teks
Kitab Suci itu sendiri sehingga mereka dapat mengambil kesimpulannya
sendiri dari sana.
11
2. Namun, pada saat yang sama, Montfort tidak mampu menahan dirinya
untuk membuat komentar-komentarnya sendiri. Dalam tiga nomor CKA
yang baru saja disebutkan itu dan juga dalam nomor-nomor yang menyusul
ketiga nomor itu, kita dapat melihat bagaimana Montfort — jauh dari
usaha untuk menguraikan Kitab Suci secara statis, sebagai sesuatu yang tak
tersentuh — merasakan kebutuhan mendesak kepada suatu penerapan teks
biblis. Karena itu, berkenaan dengan Sirakh 24, dia menambahkan, “Saya
berani untuk membuat komentar singkat ... .” (CKA 5). Atau juga, berkaitan
dengan Kebijaksanaan 8, dia memperkenalkan teks suci dengan suatu
petunjuk bahwa dia ingin untuk “mengutipnya di sini, sambil menambahkan
beberapa refleksi” (CKA 52). Bagi dia, jelas bahwa Kitab Suci perlu ditafsir
dan diterapkan dalam situasi aktual saat ini. Karena itu, di dalam karyanya
kita menemukan semacam bacaan Kitab Suci yang sangat bertentangan
dengan fundamentalisme atau penggunaan magis Kitab Suci.
3. Di sini Montfort terpesona pada hubungan yang luas kutipan-kutipan
Kitab Suci dan mengambil sebanyak-banyaknya bahan dari sekumpulan
teks. Pandangannya atas Kitab Suci luas, dan dia melihat ada semacam
dialog antara PL dan PB. Inilah keuntungan menempatkan materi dalam
perspektif yang sesungguhnya dan juga meyakinkan suatu kedalaman yang
lebih besar dalam kemajuan rohani seseorang.
4. Untuk semuanya itu, Montfort berhutang budi kepada eksegese pada
zamannya. Pembacaannya secara alegoris (kiasan) atas Sir 24 (CKA 20-30)
merupakan bukti tentang hal ini, sebagaimana penerimaannya atas skala
waktu alam semesta yang berasal dari Kitab Suci — “4000 tahun sejak
penciptaan dunia” (CKA 104) — dan penanggalan Penjelamaan (CKA 109116), dengan waktu yang “persis” (tahun-tahun, bulan-bulan, hari-hari, dan
bahkan jam-jam) kehidupan Yesus. Karena itu, kita tidak dapat
menyimpulkan bahwa eksegese Montfort dan eksegese modern cocok pada
semua bagiannya. Namun, kecocokan dasariah antara keduanya itu sangat
mendalam, yakni bahwa sementara eksegese Montfort tampaknya
kadaluarsa atau tidak memadai lagi, kita tidak perlu takut untuk
melengkapinya atau menyesuaikannya dengan bantuan sumber-sumber
eksegese modern.
IV. PROFIL CKA
12
1. Profil Literer: Struktur dan Pembagian
Struktur CKA rupanya tidak sulit untuk ditelusuri karena Montfort dua
kali menyampaikan rencana yang bermaksud ia ikuti. Pertama-tama, dia
mendasarkan dirinya pada pikiran Salomon untuk memberikan “gambaran yang
tepat dan teliti tentang Kebijaksanaan”. Dia akan mengikuti rencana ini dengan
usahanya sendiri yang “secara sederhana menggambarkan Kebijaksanaan sebelum,
sewaktu, dan sesudah penjelmaan-Nya serta menunjukkan sarana-sarana untuk
memperoleh dan mempertahankan-Nya” (CKA 7; Lih. juga CKA 12). Karena itu,
dua bagian besar buku ini adalah sebuah uraian yang panjang tentang “apa itu
Kebijaksanaan” (Bab 1-14), dan sebuah refleksi yang lebih singkat tentang
“sarana-sarana untuk memperoleh Kebijaksanaan” (Bab 15-17).
Kita dengan serta-merta melihat ketidakseimbangan di antara kedua
bagian ini. Montfort mengambil waktu begitu banyak untuk memberikan
uraian kepada kita tentang apa itu Kebijaksanaan. Sedang bagian akhir lebih
dalam gaya peringatan dan berasal dari pergulatan pastoral Montfort sendiri.
Di sini kita tidak tengah berkutat dengan teori tetapi, lebih dari itu, dengan
jalan rohani yang akhirnya akan berhasil dalam memperoleh dan menghayati
Kebijaksanaan.
Montfort tidak hanya sekadar membuat kutipan-kutipan dari kitab
Kebijaksanaan tetapi juga, khususnya dalam bagian pertama bukunya,
menjadikan miliknya sendiri struktur literer yang terdapat dalam
Kebijaksanaan 6: 24 [22]. Bahkan, seperti Salomo, dia melakukan apa saja
yang mungkin untuk menunjukkan keistimewaan Kebijaksanaan, dengan
mengkontemplasikan “asal-usul-Nya, hakikat-Nya, dan karya-karya-Nya dalam
sejarah” (bdk. CKA Bab II-V).
Pokok penting lainnya di dalam struktur yang tidak dapat diabaikan
adalah bahwa CKA mulai dan berakhir dengan sebuah DOA. Bingkai
semacam ini mempunyai fungsi yang sama seperti doa Salomo yang muncul
pada puncak bagian inti kitab Kebijaksanaan (Keb 9). Doa pertama — yang
sedikit mengingatkan kita akan apa dikatakan Salomo tentang keterbatasanketerbatasan kondisinya yang fana (Keb 7-9) — merupakan doa Montfort
sendiri ketika dia menulis bukunya. Doa itu mewujudkan penghormatannya
terhadap misteri yang mau ia gali. Doa kedua, doa Pembaktian Diri (CKA
223-225), jelas dimaksudkan untuk para pembacanya dan memberikan
petunjuk yang baik tentang ke arah mana Montfort hendak menuntun mereka.
2. Profil Teologis
13
Sesungguhnya, keterbukaan refleksi Montfort lebih kompleks daripada
pembagian-pembagian yang ia tunjukkan. Tentu saja, pembagian utama ke
dalam dua bagian tidak diragukan. Dalam Bab 1-14, dia menguraikan apa itu
Kebijaksanaan, dan dalam Bab 15-17 dia memberikan uraian tentang
sarana-sarana untuk memperoleh Kebijaksanaan. Selain itu, bagian
terakhir ini secara jelas dibagi oleh Montfort ke dalam empat sarana yang
diperkenalkan secara tepat. Hal itu membiarkan kita berhadapan dengan
bagian pertama, yang jauh lebih kompleks.
Di satu pihak, tidak jelas juga apa yang Montfort maksud dengan
ungkapan “setelah penjelmaan”. Apakah ungkapan itu berarti setelah Yesus lahir
di Betlehem sebagaimana rancangan yang ditawarkan oleh Kumpulan Karya
(OC: Oeuvre Complètes), bisa memberikan suatu petunjuk? Atau apakah
ungkapan itu berarti setelah Kenaikan ke surga sebagaimana ingin ditunjukkan
oleh Montfort sendiri (CKA 14: “Lantas kita akan menemukan Dia penuh
kemuliaan dan jaya di dalam surga”)? Di lain pihak, kutipan-kutipan biblis, karena
panjangnya, tampaknya mau menentukan atau memaksakan logikanya sendiri,
yang dalam banyak hal bahkan tampaknya mengambil alih dari rancangan yang
ditawarkan Montfort. Karena itulah kiranya lebih bijaksana untuk sedikit
fleksibel dalam usaha membuat suatu sintesis atas CKA.
CKA 1-7 membentuk suatu keseluruhan dan berfungsi sebagai
pembukaan. Pembukaan ini dibentuk dari tiga unsur: pertama, sebuah doa yang
diarahkan kepada Kebijaksanaan. Dalam doa itu Montfort, dalam gaya para
nabi PL dan PB, mengungkapkan keyakinannya bahwa dia diinspirasikan
untuk berbicara sambil tetap sadar akan kekurangan- kekurangannya (CKA 12). Kedua, sebuah kutipan dari Keb 6 yang merupakan nasehat untuk mencari
Kebijaksanaan dengan segenap kekuatan (CKA 3-4). Ketiga, sepatah kata
kepada para pembacanya (CKA 3-4), yang mengundang mereka untuk
bergabung dengannya dalam mengkontemplasikan dan mencari
Kebijaksanaan.
Bab pertama juga dilihat sebagai bagian dari bab-bab berikutnya. Di sini
kita memiliki sebuah pengantar kepada wacana ini, ditekankan oleh
pertanyaan-pertanyaan, yang berusaha untuk merengkuh perhatian dan minat
pembaca:
“Dapatkan kita mencintai yang tidak dikenal? .... Bagaimana mungkin bahwa
kita begitu sedikit mencintai Yesus, Kebijaksanaan Abadi yang telah menjelma, yang
patut disembah? .... Apa gunanya segala ilmu yang lain yang diperlukan untuk
keselamatan, bila kita tidak mempunyai pengenalan akan Yesus Kristus, yang
14
merupakan satu-satunya yang perlu dan pusat di mana segala sesuatu yang lain harus
berkumpul?” (CKA 8, 12)
Seluruh bab mengkulminasi dalam ungkapan salah satu keyakinan
Montfort: “Mengenal Yesus Kristus Kebijaksanaan Abadi berarti mengenal segalagalanya; Mengenal segala-galanya dan tidak mengenal Dia berarti tidak mengenal apaapa.” (CKA 11). Perhatikan pada bab pertama ini betapa pentingnya kosa kata
pengetahuan dengan perkataan seperti “mengenal,” “pengetahuan,” “cabang
pengetahuan,” dan lain sebagainya. Cara kerja semacam ini sangat berbeda dari
suatu penghormatan yang mendasarkan dirinya pada pembacaan Kitab Suci
secara fundamentalis, sentimental, dan peitistik. Untuk mencintai, kata
Montfort, penting sekali “untuk mengetahui” dengan baik, dan sebelum
seseorang membuat Sabda Allah relevan untuk masa kini, penting untuk
memahami Sabda Allah dengan baik dan melihat pandangan yang menyeluruh
tentang sejarah keselamatan.
Justru pandangan yang menyeluruh inilah yang akan disajikan oleh
ketigabelas bab selanjutnya, yang terbagi dalam dua bagian besart: Bab 2-8
berpusat pada PL, sedang Bab 9-14 secara khusus berbicara tentang misteri
Penjelmaan.
Bab 2-5, walaupun dalam tatanan yang berbeda, mengangkat tiga tema
pokok eulogi (puji-pujian) kepada Kebijaksanaan yang diucapkan oleh
Salomo dalam Keb 6-9: keindahan dan keunggulan Kebijaksanaan dalam asalusulnya, dalam hakikatnya, dan dalam karya-karyanya.
Dalam Bab 2, Montfort pertama-tama mengemukakan dasar Kristologis
refleksinya dengan segera menerapkan pada Kristus teks-teks PL yang
berbicara tentang misteri Kebijaksanaan. Setelah menguraikan asal-usul
Kebijaksanaan dalam Allah, Montfort beranjak terus ke tonggak yang
berlawanan dari Kebijaksanaan, “akibat-akibat aktivitasnya dalam jiwa-jiwa”
(CKA 20), dengan komentarnya yang menerapkan Sir 24.
Bab 3 dan 4 secara mengagumkan saling melengkapi. Artinya, kedua bab
ini memberikan kita suatu sintesis dua tema teologis besar dalam PL yakni
Penciptaan dan Penyelamatan. Di satu pihak, Bab 3 mengantar kita kepada inti
teologi para penulis Kebijaksanaan, yang adalah teologi Penciptaan, dengan
memandang keindahan dunia sebagai buah Kebijaksanaan Ilahi. Pewahyuan
terpenting Kebijaksanaan, karya agungnya, ditemukan dalam Penciptaan:
“Kalau kekuasaan dan kasih sayang Kebijaksanaan Ilahi begitu nyata merekah
dalam penciptaan, dalam keindahan dan ketertibabn alam semesta, lebih-lebih hal itu
menonjol dengan gemilang dalam penciptaan manusia” (CKA 35).
15
Namun, pandangan yang gemilang ini dirusakkan oleh munculnya dosa
(CKA 39-40). Perbedaan mencolok dan terisi dengan penderitaan. Hanya
tentu saja ini bukanlah kata terakhir. Montfort meneruskan refleksinya dengan
suatu rangkuman yang bagus sekali tentang sejarah keselamatan. Seperti
pengarang kitab Kebijaksanaan (Keb 10), di mata Montfort sejarah
keselamatan ditandai dengan kehadiran dan campur tangan Kebijaksanaan.
Jelas di sini kita tengah berkutat dengan sebuah rangkuman, baik bagi penulis
biblis maupun bagi Montfort.
Sebagaimana para pendahulunya, Montfort memberi peran amat penting
kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi di seputar Keluaran. Paragraf kedua
CKA 41 berasal dari Kebijaksanaan sebuah reaksi yang analog dengan reaksi
YHWH [Yahweh] yang berkonfrontasi dengan bangsa Israel di Mesir (Kel 2:
24i; Ul 26: 6ii), dan dalam kesimpulannya (CKA 50), Montfort kembali kepada
Keluaran. Maka maksud Montfort bukanlah memberikan uraian yang lengkap
tetapi untuk masuk ke dalam inti PL dan menghadirkan Kebijaksanaan yang
berkarya khususnya dalam peristiwa keselamatan.
Setelah berbicara tentang asal-usul dan aktivitas Kebijaksanaan, Montfort
kembali lagi kepada eulogi kepada Kebijaksanaan, boleh dikatakan secara
ketat, yang “keindahannya, ... keutamaannya ... dan ... harta-hartanya” hendak
dinyatakannya kepada kita dalam komentarnya atas Keb 7 dan 8 (CKA 63).
Eulogi tersebut tersebar di dalam Bab 6. Di sana Montfort menguraikan
usaha-usaha Kebijaksanaan untuk membuat diri-Nya dikenal oleh manusia
dan untuk membangun ikatan cinta dengan umat manusia. Ada banyak tanda
cinta Kebijaksanaan. Namun, Montfort terutama menyebut bukti paling nyata
bahwa sebuah buku penuh inspirasi yang dipersembahkan kepada
Kebijaksanaan, dan ia menggarisbawahi kualitas nada kegairahan tentang
Kebijaksanaan yang diwujudkan dalam Amsal 8. Eulogi kemudian selesai dan
kesimpulan jelas: “Maka marilah kita mendambakan dan hanya mencari
Kebijaksanaan Ilahi” (CKA 73).
Namun, sebagai seorang yang realistis dan dengan baik mengenal
zamannya sendiri, Montfort tahu dengan sangat baik bahwa ada sebuah
pilihan untuk dilakukan: “Namun, kita juga harus hati-hati agar jangan keliru
memilih Kebijaksanaan, sebab terdapat beberapa jenis kebijaksanaan” (CKA 73).
Karena itu, kesimpulan seharusnya ditempatkan kemudian setelah orang sadar
akan ilusi (“kemunafikan dan kedengkian”) dari bentuk-bentuk kebijaksanaan
palsu seperti yang ditawarkan oleh dunia.
Dalam arti tertentu, Bab 7 tampaknya berbeda dengan seluruh bagian
sesudahnya dan bahkan berbeda dengan bahasa Kebijaksanaan. Namun,
16
Montfort terus bertahan dengan pendiriannya dalam tema Kebijaksanaan. Di
satu pihak, di sini dia menggemakan kritik amat dalam yang dilontarkan oleh
Yakobus soal kebijaksanaan “duniawi”. Sedang di pihak lain harus diingat
bahwa Kebijaksanaan biblis hampir tidak lemah-lembut terhadap apapun yang
bertentangan dengan Kebijaksanaan Allah — hal ini dilihat sungguh secara
sederhana sebagai kebodohan, kesia-siaan, dan kehancuran. Kebijaksanaan
Biblis tentu tidak tanpa ciri-ciri profetis.
Maka, setelah mencela ilusi kebijaksanaan palsu, Montfort mengulangi
undangannya — “Marilah kita tinggak dalam Yesus Kristus, Kebijaksanaan Abdi
dan yang menjelma. Di luar Dia hanya terdapat kesesatan, kebohongan, dan kematian”
(CKA 89) — dan menyelesaikan euloginya dengan menjelaskan “akibat-akibat”
mengagumkan dari Kebijaksanaan “dalam jiwa-jiwa” (Bab 8).
Bab 9-14 membentuk dasar CKA, misteri Penjelmaan. Montfort mulai
dengan fakta-fakta (Bab 9), dengan memberikan kita “suatu rangkuman” hidup
Yesus Kristus, Sabda Allah dan Kebijaksanaan yang menjelma, sejak peristiwa
kunjungan malaikat kepada Maria (Anunsiasi) hingga peristiwa Kenaikan-Nya
ke surga “di Bukit Zaitun” (CKA 109-116). Rangkuman ini memberikannya
kesempatan untuk menekankan peran unik Maria, yang di dalamnya
“Kebijaksanaan Abadi mendirikan bagi diri-Nya sebuah rumah, suatu kediaman yang
pantas bagi-Nya” (CKA 105).
Dari rangkuman biografis ini, Montfort terus menyusuri tafsiran teologis
dengan refleksi-refleksinya tentang kelemah-lembutan Kebijaksanaan yang
menjelma (Bab 10-11). Dia mendasarkan dirinya terutama pada gelar
Kristologis Anak Domba Allah dan makna kata nama “Yesus” (CKA 119120). Namun, dia juga menyelidiki Injil-injil, dengan menekankan
kemanusiaan Yesus dan cinta-Nya akan orang-orang miskin dan orang-orang
berdosa. Kepada merekalah Yesus membawa Kabar Gembira keselamatan
melalui penampilan-Nya, perkataan-Nya, dan tindakan-tindakan-Nya.
Bab 12 menyebutkan “rangkuman kebenaran-kebenaran besar dan penting yang
diajarkan oleh Kebijaksanaan Abadi kepada kita ketika Dia datang ke dunia ...“
(CKA 153). Bab ini seluruhnya merupakan kutipan-kutipan Injil (bersamaan
dengan sebuah kutipan dari Kisah para Rasul 20: 35). Di sini Yesus
dinyatakan sebagai seorang Guru Kebijaksanaan, dan Injil dinyatakan sebagai
Kebijaksanaan hidup.
Pada akhir bagian ini (Bab 13-14), Montfort mengantar kita kepada
refleksi tentang ”Salib ... rahasia terbesar sang raja rahasia terbesar dari
Kebijaksanaan kekal” (CKA 167). Dia melihat dalam salib ini bukan hanya
17
perwujudan tertinggi ini Kebijaksanaan Allah, yang dianggap bodoh di mata
manusia, tetapi juga cinta-Nya kepada manusia:
“Apa yang menurut pendapatku menjadi alasan yang paling kuat antara semua
motif yang mendorong kita kepada cinta kepada Yesus Kristus, Kebijaksanaan Abadi,
adalah penderitaan yang ingin Dia alami untuk membuktikan cinta-Nya bagi kita”
(CKA 154).
BAGIAN KEDUA, yang jauh lebih singkat (Bab 15-17)
dipersembahkan kepada sarana-sarana untuk memperoleh Kebijaksanaan.
Pertama-tama, “Sama seperti Salomo dan Daniel, kita harus menjadi manusia yang
penuh kerinduan ingin memiliki harta besar ini, yaitu Kebijaksanaan” (CKA 183).
Kemudian Montfort perlahan-lahan berbicara tentang sarana kedua, dengan
memberikan kita suatu uraian yang baik tentang doa (CKA 184-193), yang
berakhir dengan doa Salomo yang amat indah (Keb 9). Tidaklah
mengherankan bahwa Montfort menghabiskan satu bab seluruhnya bagi
sarana yang ketiga, “bermatiraga terus-menerus, berani, dan sederhana” (CKA
196): persis inilah yang Montfort pahami tentang perlunya misteri Paska, dan
ia akan punya kesempatan untuk kembali lagi pada tema ini kemudian dan
dengan uraian yang lebih panjang dalam Surat kepada Sahabat-sahabat Salib.
Montfort membuka selubung rahasia bagi kita “Akhirnya sarana yang paling
unggul dan paling mengesankan dari semua rahasia untuk memperoleh dan memiliki
Kebijaksanaan Ilahi: Sikap bakti yang lembut dan benar kepada Santa Perawan”
(CKA 203). Pada bab terakhir ini dia menyebut kedekatan hubungan yang
sangat unik antara Maria dan Yesus Kristus, Kebijaksanaan yang menjelma,
karena “Dia telah menjadi Bunda, Penguasa dan Tahta Kebijaksanaan Ilahi”
(CKA 203). “Dia telah menjadi”, boleh dikatakan demikian, oleh rahmat dan
karena jawaban bebasnya. Di sini juga, Montfort sudah memetakan tema-tema
pokok sebuah karyanya yang ditulis kemudian, yakni Bakti Sejati. Dia
mengatakan, “Aku menjawab pendek dan tegas” apakah “sikap bakti sejati kepada
Maria” (CKA 215).
Akhirnya, ingatlah bahwa CKA berakhir dengan sebuah DOA. Karena
itu, pelatihan yang dianjurkan Montfort bukanlah sesuatu yang bersifat
akademis, tetapi lebih bersifat eksistensial. Dia bahkan tidak bermaksud untuk
mengeluarkan peringatan-peringatan kepada pembaca, kecuali pada bagian
paling akhir (CKA 227): Quis sapiens et intelliget haec? (Siapakah yang bijaksana dan
memahami semuanya ini?) Dalam arti tertentu, seperti kitab nabi Hosea dan
Yunus, CKA merupakan sebuah buku terbuka yang mengundang tanggapan
dan keterlibatan pembaca.
18
V. CKA DAN BERBAGAI TAFSIRAN
1. Kebisuan para Penulis Biografi
Jika BS sungguh ditutup “dalam kegelapan dan kebisuan sebuah peti,”
berkenaan dengan ramalan yang dibuat penulisnya sendiri (BS 114), orang bisa
mengatakan bahwa CKA hampir tidak menikmati nasib yang lebih baik selama
dua abad pertama setelah penyusunannya. Naskah tidak diterbitkan hingga
1856, dan hingga permulaan abad ke-20 para penulis biografi dan para
komentator spiritualitas Montfort mempertahankan sikap diam umum atas
CKA. Kita tidak menemukan rujukan langsung kepada CKA dalam tulisantulisan para biografer pertama. Bahkan setelah pembaharuan yang digerakkan
oleh edisi definitif 1929, para penulis seperti De Luca, Le Crom, Papàsogli,
dan Laurentin menyediakan hanya sebuah paragraf singkat bagi CKA.
Bahkan yang lebih mengherankan adalah kebisuan A. LHOUMEAU. Di
dalam uraiannya yang sangat bagus berjudul Kehidupan Rohani pada Sekolah
Beato Louis-Marie de Montfort, Pater Lhoumeau membatasi dirinya hanya pada
BS. Padahal tujuannya adalah mengajukan dasar-dasar dogmatis bakti ini
(yakni bakti sejati kepada Santa Perawan)” (pengantar edisi 1901) dan
walaupun praktik paling penting bakti ini diungkapkan dalam sebuah rumusan
Pembaktian diri, yang justru terdapat di dalam CKA.
2. Edisi Definitif (1929) dan Pembaharuan Studi-studi tentang Montfort
Karena itu, kita masih harus menanti CKA untuk kembali ke dalam iklim
Spiritualitas Montfort hingga 1929. PATER H. HURÉ mesti dianggap
menyadari peran penting CKA, dan pengantarnya yang panjang bagi edisi
definitif menempatkan segalanya secara proporsional. Pater Huré
menempatkan Montfort terutama dalam garis Kebijaksanaan Paulinis dan
Agustinian. Hal ini diwariskan kepada para penafsir kemudian untuk
menindaklanjuti penyelidikan itu dan untuk menekankan bagaimana Montfort
berhutang budi, terutama pada tema Kebijaksanaan biblis.
Tahun-tahun selanjutnya menyusul edisi definitif CKA dan seputar
kanonisasi Montfort melihat intuisi Pater Huré diteguhkan, dan sejak saat itu
tidak mungkin untuk berbicara tentang Spiritualitas Montfort tanpa didasarkan
pada karya besar ini: CKA.
J. BOMBARDIER, seorang Montfortan asal Kanada, memulai
pengantarnya atas Spiritualitas Montfort (empat edisi) dengan sebuah jilid yang
seluruhnya diperuntukkan bagi diskusi tema Kebijaksanaan. Jilid ini
menyediakan pengantar yang cukup lengkap terhadap soal-soal seputar
19
penulisan CKA dan juga sebuah penyajian atas sintesis dari hampir semua bab
buku Montfort. Dalam diskusi tentang sumber-sumber yang diambil Montfort
dalam menyusun CKA, kita menemukan sebuah tatanama yang menarik dan
pendapat yang sangat berat sebelah. Karena karyanya muncul sebelum
permulaan pembaharuan biblis dan pematangan pembaharuan itu, kita dapat
dengan baik memahami keheranan Bombardier atas penerapan dimensi
Kristologis PL oleh Montfort. Perhatikan juga bahwa dia menghubungkan
dengan begitu dekat Kebijaksanaan menurut Montfort dengan Kebijaksanaan
Agustinian, persis melihat di dalam keduanya “bukan hanya sebuah kemiripan
tetapi bahkan identitas” pandangan dan isinya.
Kira-kira setahun kemudian, PATER DAYET menerbitkan La sagesse chez le
Bienheureux Louis-Marie de Montfort (Bureaux des Prètre de Marie, Saint Laurentsur-Sèvre, 1944). Buku ini masih dapat disebut sebagai satu-satunya pengantar
terbaik bagi CKA. Pertama-tama bukunya yang hanya 84 halaman ini
memberikan pandangan yang seimbang atas sumber-sumber — baik sumber
biblis maupun sumber nonbiblis — karya tersebut, dan atas makna kata
“Kebijaksanaan”. Bagian pertama komentarnya merupakan sebuah sintesis
yang amat istimewa dari CKA. Sedang bagian keduanya lebih berkutat dengan
soal menunjukkan bagaimana totalitas pengalaman rohani Montfort yang
diperoleh dari kontemplasinya atas Kebijaksanaan Abadi. Pater Dayet tidak
menyia-siakan kesempatan untuk memasukkan komentarnya atas CKA dalam
presentasinya tentang materi hari keenam pekan ketiga persiapan Pembaktian
diri seperti yang dianjurkan Montfort. Tema hari keenam pekan ketiga itu
justru berkaitan erat dengan pengenalan yang lebih baik tentang Yesus Kristus.
Di dalam karyanya yang terkenal Syair Bakti Sejati kepada Maria, PATER
POUPON, bertentangan dengan apa yang mau ditunjuk oleh judul itu, tidak
lupa menekankan pandangan dasariah Kristologis atas Pembaktian diri
semacam itu. Karena komnentarnya menelusuri bentangan doa Pembaktian
diri, dia memberikan tempat utama kepada tema Kebijaksanaan, khususnya di
dalam bab pertama bagian pertama, yang berjudul Misteri Cahaya.
3. Tafsiran Terbaru
Sejak akhir tahun 1960-an, LOUIS PEROUAS sudah membuat sebuah
tinjauan kembali secara sistematis terhadap hidup dan tulisan-tulisan Montfort.
Usaha-usahanya telah berpengaruh penting terhadap pembaharuan studi-studi
tentang Montfort. Karya perdananya, Grignion de Montfort, les pauvres st les mission
(1966), yang memberikan dorongan bagi suatu cara pendekatan baru kepada
teks-teks Montfort, tidak dimaksudkan untuk meninjau seluruh karya
20
Montfort. Karena itulah, tidak satu katapun tentang CKA di dalam buku
tersebut.
Akan tetapi, Perouas kemudian kembali pada tema ini pada kesempatan
lain. Dalam menulis A Way to Wisdom (1973), dia mencatat keaslian teologi
yang disajikan di dalam CKA tetapi dia tidak menerima atau menyetujui
bahwa di dalam CKA ada sebuah sintesis Spiritualitas Montfort. Ia
mengatakan:
“Barangkali keliru untuk melihat karya ini [CKA] sekarang ini sebagai sebuah
sintesis Spiritualitas Montfort. Pastilah bahwa buku ini menyatukan tema-tema
kesukaan Montfort tetapi buku itu dibuat pada suatu saat dalam evolusi pribadi.”
Karena itu, dia melihat buku ini sebagai sebuah karya tulis yang berasal
dari suatu saat tertentu, ditulis di tengah-tengah periode krisis dan
menampakkan, di dalam Montfort, “pada saat yang sama sebagai perubahan
jiwanya, sebagai kemajuan dalam imannya serta sebagai terobosan intelektual.
Kita juga menemukan pandangan yang sama di dalam artikel Louis-Marie
Grignion de Montfort yang ditulisnya tentang DSAM dan dalam bukunya
Grignion de Montfort ou l’aventurier de l’Evangile.
Pokok penting dalam pandangan yang dikemukakan oleh Perouas ialah
bahwa dia menekankan betapa pentingnya konteks kehidupan (Sitz im Leben)
yang menghasilkan CKA dan dia menekankan perbedaan antara CKA dengan
tulisan-tulisan lain yang dihasilkan Montfort. Dia juga memiliki banyak hal
yang sangat menarik untuk dikatakan tentang “bahasa para pencinta,” kendati
orang tidak boleh memberikan pandangan yang terlalu psikologis terhadap
peninjauan kembali teks Montfort ataupun juga tidak perlu begitu
menekankan penemuan kembali “segi feminin”: inilah pertimbanganpertimbangan yang menyorotkan terang pada bidang problematis pada zaman
kita sendiri tetapi tidak terlalu perlu untuk diterapkan pada pembacaan teksteks Montfort.
M. Gilbert, seorang ekseget dan seorang spesialis yang penuh hormat
kepada kitab Kebijaksanaan, pada gilirannya membuat studi yang rinci atas
“eksegese rohani yang diterapkan oleh Montfort”, yang mendorongnya untuk
menyatakan keunikan CKA di antara tulisan-tulisan rohani, terutama karena
kedalaman pemahaman yang telah Montfort peroleh tentang Kebijaksanaan:
“Sungguh mengejutkan melihat pengaruh kuat kitab Kebijaksanaan pada uraian
Montfort. Saya tidak mengenal tulisan rohani lain yang telah mendasarkan doktrinnya,
seperti yang dilakukan Montfort, pada kitab kecil Yunani dari Perjanjian Lama ... .
Pendirian Montfort sebagai seorang ekseget rohani kitab Kebijaksanaan sungguh
istimewa.”
21
Akhirnya, tampaknya bahwa ketertarikan kepada CKA hanya bisa
bertumbuh dan berkembang dengan pemunculan kumpulan karya dalam
berbagai bahasa (Spanyol 1954, dengan sebuah edisi baru 1984; Prancis 1966
yang dicetak ulang pada 1982; Italia 1977 dengan edisi barunya pada 1990;
Inggris 1988 dicetak ulang pada 19991). Di dalam berbagai terbitan itu, semua
pengantar menekankan pentingnya CKA bagi pemahaman Spiritualitas
Montfort dan penerapannya masa kini.
VI. RELEVANSI CKA UNTUK MASA KINI
Jauh dari sekadar menjadi sebuah karya tulis pinggiran, CKA menyibak
sebuah pandangan dasariah yang terutama sangat cocok dengan keasyikankeasyikan masa kini dan arah-arah teologi dan spiritualitas Kristiani.
1. Kristosentrisme
CKA terutama mempunyai kegunaan menjadi sebuah karya yang
sungguh Kristologis. Artinya, bahwa kita tengah berurusan dengan sebuah
teologi dan spiritualitas yang menyeruak masuk ke dalam inti misteri Kristiani
dan menghantar kita kembali kepada pertanyaan esensial yang dikemukakan
oleh Injil: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (Mk 8: 29)
Selain itu, pada suatu masa ketika studi-studi biblis tengah menyorotkan
cahaya sejuk pada keragaman dan kekayaan bentuk-bentuk Kristologi PL,
CKA dapat menolong kita untuk melihat unsur keragaman ini dan apa yang
boleh disebut suatu Kristologi alternatif, suatu Kristologi yang sungguh
berasal dari PL karena hal itu jelas tampak di dalam Prolog Yohanes dan
dalam Kol 1: 15-20. Pandangan tentang Kristus Kebijaksanaan secara
mengagumkan menempatkan sentuhan terakhir kepada refleksi atas misteri
Kristus yang menyokong gelar-gelar tradisional: Mesias, Tuhan, dan Putra
Allah. Dalam hal ini CKA membantu kita ke arah suatu pemahaman yang
lebih baik tentang misteri Kristus.
2. Teologi Penciptaan
CKA juga mempunyai banyak hal yang mau ditawarkan yang berakar
pada tema-tema Kebijaksanaan biblis, teologi yang pertama-tama dan terutama
sebuah teologi Penciptaan. Sekalipun penting untuk tidak menciptakan
pertentangan antara sebuah teologi keselamatan dengan sebuah teologi
Penciptaan, teologi yang terakhir itu (teologi Penciptaan) jauh lebih jelas di
dalam tulisan Kebijaksanaan biblis. Di sini, lebih dari di tempat lain manapun,
Montfort memberikan kita teologi Penciptaannya dan menunjukkan, segaris
22
dengan tema Kebijaksanaan biblis, sebuah pandangan tentang Penciptaan yang
sangat optimistik. Perubahan yang tersebar luas dalam pandangan yang
dihasilkan oleh Vatikan II dalam Gaudium et Spes menunjukkan pentingnya
bagi masa kini sebuah teologi Penciptaan dan pentingnya realitas duniawi,
serta pencarian Kebijaksanaan yang dianjurkan oleh CKA dapat dengan
mudah dilihat sebagai bagian dari berpikir dengan cara baru ini.
3. Teologi Penebusan
Akhirnya, pembaharuan penting dewasa ini yang terjadi di dalam teologi
Penebusan itu sendiri mengundang kita kepada suatu peninjauan yang lebih
mendalam atas apa yang Montfort katakan tentang tema ini dalam CKA. Kita
tahu Montfort memberikan peran penting pada Salib. Uraiannya tentang
pokok ini mencapai kedalaman yang mengagumkan. CKA menawarkan kita
suatu pandangan di mana teologi Penebusan jauh dari menjadi suatu
pengagungan penderitaan. Sebaliknya, CKA memberikan kita sebuah teologi
yang dengan kuat didasarkan pada cinta Allah kepada dunia.
Sebenarnya, Bab 13 dengan jelas mengatakan, bukan penderitaan yang
menyelamatkan dunia melainkan cinta Yesus Kristus yang telah ditunjukkan
melalui penderitaan-Nya. Montfort mengundang kita untuk
mengkontemplasikan “penderitaan yang ingin Dia alami untuk membuktikan cintaNya kepada kita” (CKA 154). CKA 154-166 kerap kembali lagi kepada tema
cinta ini. Selain itu, bab ketigabelas ini akan berkembang dengan dibaca
kembali dan ditafsirkan lagi dalam terang apa yang disebut para teolog modern
sebagai “penderitaan Allah”. Pembacaan kembali semacam ini sudah pernah
dicoba, dalam sebuah cara yang sangat memberikan harapan, oleh J.
MORINAY dalam bukunya Maria dan Kelemahan Allah (Mary and the Weakness of
God).
Memang benar, CKA tidaklah memuat segala sesuatu yang hendak
Montfort katakan. Karya ini, lebih dari tema Kebijaksanaan yang ditemukan
dalam PB, tidak mungkin membicarakan semua dimensi spiritualitas Kristiani.
Kita harus mencari di dalam karya-karya lain, dalam karya-karya Montfort dan
juga di dalam Kitab Suci, dimensi profetis dari tantangan dan komitmen
terhadap kaum miskin. Dimensi ini, sambil tidak meninggalkan tulisan-tulisan
Kebijaksanaan, di situ tidak sejelas dalam tulisan para nabi dalam PL dan
dalam Injil-injil. Artinya, kita hanya bisa bergembira bahwa ada tulisan-tulisan
seperti Doa Menggelora (DM) dan Surat kepada para Sahabat Salib (SSS) dan
Kidung-kidung tertentu yang dapat melengkapi CKA. Namun, CKA tetaplah
sebuah kesaksian istimewa bagi teologi Montfort dan bagi pengalaman
23
rohaninya sendiri. CKA juga merupakan sebuah tuntunan nilai tertinggi bagi
orang-orang Kristiani dalam pencarian mereka akan “kebijaksanaan sejati,
Kebijaksanaan Abadi, Kebijaksanaan yang tidak diciptakan dan yang menjelma”
(CKA 14), Yesus Kristus.
24
Download