BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pemasaran Pentingnya kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan yang berusaha meletakkan pemasaran sebagai pusat kegiatan dan memandu semua unit yang diproduksi ke arah pencapaian.Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Menurut Kotler (2005) mengidentifikasikan pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri (Kotler, 2007). Setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofi pemasaran, perusahaan sebagai dasar dari setiap kegiatannya dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan. Perkembangan konsep pemasaran, antara lain sebagai berikut: 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 1. Konsep produksi Pemasar yang berpegang pada konsep ini berorientasi pada proses produksi atau operasi (internal). Asumsi yang diyakini adalah konsumen hanya akan membeli produk-produk yang murah dan gampang diperoleh. 2. Konsep produk Pemasaran beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur, atau penampilan superior. 3. Konsep penjualan Konsep yang berorientasi pada tingkat penjualan (internal), di mana pemasar beranggapan bahwa konsumen harus dipengaruhi (bila perlu, dibujuk) agar penjualan semakin meningkat. 4. Konsep pemasaran Berorientasi pada pelanggan (lingkungan eksternal), dengan anggapan bahwa kosumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan. 5. Kepuasan sosial Konsumen hanya bersedia membeli produk-produk yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginannya serta berkonstribusi pada kesejahteraan lingkungan sosial konsumen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 2. Jasa Tjiptono (2004) mendefinisikan jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. (Lovelock, 2007) jasa merupakan tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya.Walaupun prosesnya mungkin terkait dengan produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak nyata dan biasanya tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi. Definisi lainnya dari jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi dikemukakan oleh Lupiyoadi (2001), yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberi nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen. Menurut Tjiptono (2004) menyatakan bahwa terdapat empat karakteristik pokok yang membedakannya dengan barang, yaitu: 1. Intangibility ( Tidak Berwujud ) Jasa berbeda dengan barang.Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance), atau usaha.Bila barang dapat dimiliki, maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki. Meskipun sebagian besar jasa dapat berkaitan dan didukung oleh produk fisik – misalnya, mobil http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 dalam jasa transportasi – esensi dari pelanggan adalah performanceyang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya. 2. Inseparability ( Tidak Terpisah ) Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi.Sedangkan jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan.Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa.Misalnya, ruang kuliah yang nyaman, fasilitas komputer, book store, dan sebagainya. 3. Variability ( Bervariasi ) Jasa bersifat sangat variabel, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut dihasilkan. Para pembeli jasa sangat peduli terhadap variabilitas yang tinggi ini dan seringkali mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih penyedia jasa. 4. Perishability ( Mudah Lenyap ) Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa pasien di tempat praktik dokter gigi akan berlalu begitu saja karena tidak dapat disimpan. Dengan demikian bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Produk jasa tidak ada yang benar-benar sama satu sama lain. Oleh karena itu, untuk memahami sektor jasa Menurut Lupiyoadi (2001), terdapat klasifikasi didasarkan atas tingkat kontrak konsumen dengan pemberi jasa sebagai bagian dari sistem saat jasa dihasilkan. Berdasarkan tingkat konsumen, jasa dibedakan ke dalam kelompok: 1. High-contact, untuk menerima jasa, konsumen harus menjadi bagian dari sistem, seperti pada jasa jenis pendidikan, rumah sakit, dan transportrasi. 2. Low-contact system, yaitu konsumen tidak perlu menjadi bagian dari sistem untuk menerima jasa. Misalnya, pada jasa reparasi mobil, dan jasa perbankan konsumen harus dalam kontak pada saat mobilnya rusak diperbaiki oleh teknisi bengkel. 3. Harga Dari berbagai sudut pandang, harga adalah elemen yang paling tidak umum dari bauran pemasaran.Didalam ekonomi teori pengertian harga, nilai dan utility merupakan konsep yang saling berhubungan, yang dimaksud dengan utility adalah suatu atribut yang melekat pada suatu barang yang memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan memuaskan konsumen. Pengertian harga menurut Basu Swastha (2005:137) “Sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapat sejumlah kombinasi pelayanannya”. http://digilib.mercubuana.ac.id/ dari barang beserta 17 Menurut Philip Kotler (2005) “Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk produk itu.”Sedangkan menurut Simamora (2003:574) “Harga adalah jumlah uang yang dibebankan atau dikenakan atas sebuah produk atau jasa.”Menurut definisi diatas, kebijakan mengenai harga sifatnya hanya sementara, berarti produsen harus mengikuti perkembangan harga di pasar dan harus mengetahui posisi perusahaan dalam situasi pasar secara keseluruhan. Sebagai salah satu elemen bauran pemasaran, harga membutuhkan pertimbangan cermat, sehubungan dengan sejumlah dimensi strategis harga berikut ini (Chandra, 2002) : 1. Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk (a statement of value). Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat (perceived benefits) dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk. 2. Harga merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para pembeli. Tidak jarang harga dijadikan semacam indikator kualitas jasa. 3. Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum permintaan (the law of demand), besar kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang dibeli oleh konsumen.Semakin mahal harga, semakin sedikit jumlah permintaan atas produk yang bersangkutan dan sebaliknya. 4. Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 bagi perusahaan, yang pada gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang diperoleh. 5. Harga bersifat fleksibel, artinya bisa disesuaikan dengan cepat. Dari empat unsur bauran pemasaran tradisional, harga adalah elemen yang paling mudah diubah dan diadaptasikan dengan dinamika pasar. 6. Harga mempengaruhi citra dan strategi positioning. Dalam pemasaran jasa prestisius yang mengutamakan citra kualitas dan ekslusivitas, harga menjadi unsur penting.Harga yang mahal dipersepsikan mencerminkan kualitas yang tinggi dan sebaliknya. 7. Harga merupakan masalah nomor satu yang dihadapi para manajer. Setidaknya ini ditunjukkan oleh adanya empat level konflik potensial menyangkut aspek harga : a) Konflik internal perusahaan. b) Konflik dalam saluran distribusi. c) Konflik dengan pesaing. d) Konflik dengan Lembaga Pemerintah dan Kebijakan Publik. Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi. a) Peranan alokasi dari harga yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. b) Peranan informasi dari harga yaitu fungsi harga dalam menjaring konsumen mengenai faktor-faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara obyektif.Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi. a. Penetapan Harga Strategi penetapan harga menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan dalam tiga situasi berikut ini: (1) ketika harga suatu produk baru sedang ditetapkan, (2) ketika sedang mempertimbangkan melakukan perubahan jangka panjang bagi suatu produk yang telah mapan, dan (3) ketika sedang mempertimbangkan melakukan perubahan harga jangka pendek. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penetapan harga, yakni : 1. Faktor-faktor internal, yang terdiri dari: tujuan pemasaran perusahaan, pertimbangan organisasi, sasaran pemasaran, biaya dan strategi bauran pemasaran. 2. Faktor-faktor eksternal, yang terdiri dari : situasi dan permintaan pasar, persaingan, harapan perantara, dan faktor-faktor lingkungan seperti kondisi sosial ekonomi, kebijakan dan perarturan pemerintah, budaya dan politik. Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu : 1) Tujuan berorientasi pada Laba Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi.Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba. Ada perusahaan yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 menggunakan target laba, yaitu tingkat laba yang sesuai atau yang diharapkan sebagai sasaran laba. 2) Tujuan berorientasi pada volume Ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives.Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target penjualan volume (dalam ton, kg, unit, m³, dan lain-lainnya), nilai penjualan (Rp) atau pangsa pasar (absolute maupun kreatif). 3) Tujuan berorientasi pada citra Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga.Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius.Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk nilai tertentu (image of value). 4) Tujuan stabilisasi harga Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader). 5) Tujuan-tujuan lainnya Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Tujuan penetapan harga jasa perlu dijabarkan ke dalam program penetapan harga jasa dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut : 1. Elastisitas harga permintaan Efektivitas program penetapan harga tergantung pada dampak perubahan harga terhadap permintaan, karena itu perubahan unit penjualan sebagai akibat perubahan harga perlu diketahui. Namun, perubahan harga memiliki dampak ganda terhadap penerimaan penjualan perusahaan, yakni perubahan unit penjualan dan perubahan penerimaan per unit. 2. Faktor persaingan Reaksi pesaing terhadap perubahan harga merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan setiap perusahaan. Jika perubahan harga disamai oleh semua pesaing, maka sebenarnya tidak akan ada perubahan pangsa pasar. Dalam hal ini, pengurangan harga tidak akan berdampak pada permintaan selektif. 3. Faktor biaya Struktur biaya perusahaan (biaya tetap dan biaya variabel) merupakan faktor pokok yang menentukan batas bawah harga.Artinya, tingkat harga minimal harus bisa menutup biaya (setidaknya biaya variabel). 4. Faktor lini produk Perusahaan bisa menambah lini produknya dalam rangka memperluas served market dengan cara perluasan lini dalam bentuk perluasan vertikal (vertical extension) dan perluasan horizontal. Dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 perluasan vertikal, berbagai penawaran berbeda memberikan manfaat serupa, namun dengan harga dan tingkat kualitas yang berbeda.Sedangkan dalam perluasan horizontal, setiap penawaran memiliki diferensiasi non harga tersendiri, seperti manfaat, situasi pemakaian, atau preferensi khusus. 5. Faktor pertimbangan lain dalam penetapan harga Faktor-faktor lain yang juga harus dipertimbangkan dalam rangka merancang program penetapan harga antara lain : a) Lingkungan politik dan hukum, misalnya regulasi, perpajakan, perlindungan konsumen. b) Lingkungan internasional, di antaranya lingkungan politik, ekonomi, sosial budaya, sumber daya alam dan teknologi dalam konteks global. c) Unsur harga dalam program pemasaran lain, misalnya program promosi penjualan (seperti kupon, cents-off deals, promotion allowances, dan rabat) dan program penjualan dan distribusi (seperti diskon kuantitas, diskon kas, fasilitas kredit atau bantuan pembiayaan, kontrak jangka panjang, dan negotiated pricing). Menurut Philip Kotler (2005:32) strategi penetapan harga dapat digolongkan menjadi lima bagian yaitu penetapan harga geografis, discount atau potongan harga, penetapan harga diskriminatif, penetapan harga bauran produk, penetapan harga promosi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 1. Penetapan harga geografis Penerapan harga geografis mengharuskan perusahaan untuk memutuskan bagaimana menetapkan harga produknya untuk pelanggan di berbagai lokasi dan negara. 2. Discount atau potongan harga Perusahaan umumnya akan memodifikasi harga dasar mereka untuk menghargai pelanggan atas tindakan-tindakannya seperti pembayaran awal, volume pembelian, dan pembelian di luar musim. Bentuk penghargaan ini berupa pembelian discount. 3. Penetapan harga diskriminatif Penetapan harga ini terjadi jika perusahaan menjual produk dan jasa dengan dua harga atau lebih yang tidak mencerminkan perbedaan biaya secara proporsional.Penetapan harga seperti ini, mempertimbangkan pada segmen pelanggan, bentuk produk, citra, lokasi, waktu. 4. Penetapan harga bauran produk Logika penetapan harga harus dimodifikasi jika produk tersebut merupakan bagian dari bauran produk.Dalam hal ini, perusahaan mencari sekumpulan harga yang memaksimumkan laba keseluruhan bauran produk.Penetapan harga itu sulit karena berbagai produk memiliki permintaan dan biaya yang saling terkait dan dipengaruhi oleh berbagi tingkat persaingan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 5. Penetapan harga promosi Dalam kondisi-kondisi tertentu perusahaan akan menetapkan harga sementara untuk produksinya di bawah daftar dan kadang-kadang di bawah biayanya. Penetapan harga promosi menilai beberapa bentuk antara lain harga kerugian, harga peristiwa khusus, perjanjian garansi, pelayanan dan discount psikologis. Menurut Simamora (2003:200), langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penetapan harga adalah sebagai berikut : 1. Analisis keadaan pasar, yakni memahami hubungan permintaan dan harga, karena dengan adanya perubahan harga dapat berpengaruh pada tingkat jumlah permintaan pada pasar. 2. Identifikasi faktor-faktor pembahas adalah faktor-faktor yang dapat menjadi alasan perusahaan dalam membatasi penetapan harga. 3. Menetapkan sasaran yang menjadi umum adalah memperoleh keuntungan untuk harga harus lebih tinggi dari biaya rata-rata operasional. 4. Analisis potensi keuntungan, dalam menjalankan suatu usaha perlu juga diketahui seberapa besar keuntungan yang ingin mereka peroleh. 5. Penentuan harga awal perlu disepakati bahwa harga awal bagi produk baru yang pertama kali diluncurkan yang berdasarkan kesepakatan bersama. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 6. Penetapan harga disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang terjadi di pasar yang selalu berubah, oleh karena itu dalam menetapkan harga harus bisa menyesuaikan juga. b. Dimensi Harga Menurut Schiffman dan Kanuk (2007,173) ada dua dimensi harga, yaitu: a) Harga yang dipersepsikan Yaitu persepsi pelanggan terhadap harga yang diterima, apakah tinggi, rendah, atau adil. b) Harga yang direferensikan Yaitu referensi dari pelanggan sebagai dasar perbandingan untuk menilai harga yang ditawarkan. c. Indikator Harga Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang atau jasa (Tjiptono, 1999). Indikator: a) Harga yang ditentukan sesuai dengan kualitas produk dan kualitas pelayanan yang diberikan. b) Kesesuaian tingkat harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. c) Perbandingan harga yang mampu bersaing dengan museum lainnya. d) Harga sesuai dengan manfaat dan nilai yang diperoleh pelanggan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 4. Servicescape( Lingkungan Fisik ) Servicescape atau lingkungan layanan membantu membentuk perasaan dan reaksi yang diinginkan dari pelanggan dan karyawan. Menurut Zeithaml, Bitner dan Gremler (2009:313) mendefinisikan servicesape adalah lingkungan dimana jasa disampaikan dan dimana perusahan dan konsumennya berinteraksi, serta setiap komponen berwujud yang memfasilitasi penampilan atau komunikasi dari jasa. Menurut Hightower dan Thomas (2009:381) servicescape sebagai segala sesuatu yang secara fisik hadir di sekitar konsumen selama pertemuan transakasi layanan jasa. Salah satu dari karakteristik jasa adalah Intangibility yang artinya tidak berwujud. Disini dijelaskan bahwa jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dibaui sebelum jasa itu dibeli. Artinya bahwa kesan pertama yang akan dirasakan oleh konsumen ketika datang untuk membeli jasa adalah bukti fisik yang ada di lingkungan tempat di mana jasa dihantarkan. Lovelock et al., (2010:4) mendefinisikam servicescape sebagai gaya dan tampilan fisik dan elemen pengalaman lain yang ditemui oleh pelanggan di tempat penghantaran layanan. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Zeithaml, Bitner (1992) dan Gremler (2006) dalam Musriha (2009) mengemukakan bahwa servicescape merupakan lingkungan fisik atau fasilitas fisik di mana layanan ini di produksi, di sampaikan, dan di konsumsi. Melalui beberapa pengertian dari para peneliti sebelumnya dapat disimpulkan bahwa servicescape merupakan lingkungan fisik dan elemen-elemen lainnya yang mempengaruhi perilaku selama menggunakan jasa tertentu. Menurut Museum http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Guggenheim di Bilbao dan organisasi lainnya dalam Lovelock et al., (2010:4) terdapat empat tujuan utama dari servicescape yaitu : 1.Membentuk pengalaman dan perilaku pelanggan. 2.Sebagai pencitraan, positioning, dan diferensiasi. 3.Menjadi bagian dari proposisi nilai 4.Memfasilitasi penghantaran jasa, dan memperkuat kualitas sekaligus produktivitas jasa. a. Dimensi Servicescape Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah mengenai lingkungan fisik organisasi (servicescape) merupakan lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi, serta setiap komponen tangible yang memfasilitasi penampilan yang dipakai untuk berkomunikasi atau mendukung peran jasa tersebut (Yazid, 2005:20). Dimensi lingkungan fisik organisasi (servicescape) yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Facility exterior (fasilitas eksterior) terdiri dari: a. Exterior design (desain eksterior), sesuatu yang ditawarkan perusahaan (museum) melalui desain bangunan gedung untuk menarik minat pengunjung. b. Parking (parkir), sebuah layanan dalam bentuk kawasan bagi pengunjung untuk menyimpan kendaraannya. c. Landscape (kawasan), kawasan tempat museum dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 d. Surrounding environment (lingkungan sekitar), keadaan lingkungan yang ada di sekitar museum. 2. Facility interior (fasilitas interior) terdiri dari: a. Interior design (desain interior), sesuatu yang ditawarkan perusahaan (museum) melalui desain didalam ruangan. b. Equipment (peralatan), benda-benda yang digunakan untuk membantu terlaksananya pameran c. Layout (tata letak), pola pengaturan benda-benda pajangan. d. Air quality/ temperature (suhu udara), pengaturan kualitas udara didalam ruangan. Hal ini sesuai dengan program lingkungan fisik organisasi (servicescape) yang dilakukan oleh Museum Fatahillah . Lingkungan fisik organisasi (servicescape) merupakan lingkungan fisik perusahaan jasa dalam layanan diciptakan serta dimana penyediaan jasa dan pelanggan berinteraksi ditambah unsur-unsur berwujud yang ada dan dipakai untuk mendukung peran jasa 5. Service Quality ( Kualitas Pelayanan ) Lovelock (2007) menyatakan bahwa sebelum pelanggan membeli suatu jasa, pelanggan memiliki harapan tentang kualitas jasa yang didasarkan pada kebutuhan kebutuhan pribadi, pengalaman sebelumnya, rekomendasi dari mulut ke mulut, dan iklan penyedia jasa. Setelah membeli dan menggunakan jasa tersebut, pelanggan membandingkan kualitas yang diharapkan dengan apa yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 benar-benar mereka terima. Salah satu cara yang perlu diwujudkan oleh perusahaan jasa dengan memberikan kualitas pelayanan terhadap pelanggan. Menurut Parasuraman,et,al (1998) Kualitas pelayanan mengidentifikasikan upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen. Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara membandingkan presepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima atau peroleh dengan pelayanan yang sesuangguhnya mereka terima atau mereka harapkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Kotler (2007) menyatakan bahwa kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan, dimana persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu pelayanan.Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model SERVQUAL (Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, et al, (1988). a. Dimensi dan Indikator Service Quality ( Kualitas pelayanan ) Dalam salah satu studi mengenai SERVQUAL menurut (Parasuraman, et al, 1988 dalam Luppiyoadi, 2001), terdapat lima dimensi SERVQUAL sebagai berikut: 1. Realibilitas/ Keandalan (reliability) Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang samauntuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi. Beberapa indikator keandalan adalah menyediakan jasa sesuai yang dijanjikan, keandalan dalam penanganan masalah layanan pelanggan, melaksanakan jasa dengan benar pada saat pertama, menyediakan jasa pada waktu yang dijanjikan, mempertahankan catatan bebas kesalahan dan karyawan mempunyai pengetahuan untuk menjawab pertanyaan pelanggan.Keandalan adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.Harus sesuai dengan harapan pelanggan, berarti kinerja yang tepat waktu, pelayanan tanpa kesalahan, sikap simpatik, dan dengan akurasi tinggi (Ratnasari dan Aksa, 2011:108). Keandalan adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya (Suryani,2013:91). 2. Daya tanggap (responsiveness) Suatu kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Beberapa indikator daya tanggap adalah selalu membantu pelanggan tentang kapan layanan akan dilaksanakan, layanan tepat waktu bagi pelanggan, kesediaan untuk membantu pelanggan dan kesiapan untuk merespons permintaan pelanggan. Ketanggapan (daya tanggap) adalah suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan pelanggan menunggu tanpa alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas jasa (Ratnasari dan Aksa,2011:108). Daya tanggap adalah suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan melalui penyampaian informasi yang jelas, serta didukung keinginan para staf untuk membantu para pelanggan (Suryani,2013:92). Perusahaan memberikan layanan yang bermutu jika karyawannya cepat tanggap terhadap keinginan dan harapan pelanggannya (Suryani,2013:92). 3. Jaminan (assurance) Pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Beberapa indikator jaminan adalah karyawan yang menanamkan keyakinan pada pelanggan, membuat pelanggan merasa aman dalam transaksi dan karyawan selalu sopan.Jaminan atau kepastian adalah pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya pelanggan kepada perusahaan. Terdiri atas komponen : komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan santun (Ratnasari dan Aksa, 2011:109). Jaminan adalah pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan yang meliputi : pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 yang dimiliki staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan (Suryani,2013:92). 4. Empati (empathy) Memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Beberapa indikator empati adalah memberikan perhatian pribadi kepada pelanggan, karyawan yang menghadapi pelanggan dengan cara yang penuh perhatian, mengutamakan kepentingan terbaik pelanggan, karyawan yang memahami kebutuhan pelanggan dan jam bisnis yang nyaman. Empati adalah memberikan perhatian, tulus, dan bersifat individual atau pribadi kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan, dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki suatu pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan (Ratnasari dan Aksa,2011: 109). Empati adalah kemampuan perusahaan atau para staf perusahaan dalam memberikan perhatian yang tulus secara personal para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan, yang meliputi : kemudahan untuk dihubungi, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan (Suryani,2013:92). 5. Bukti fisik (tangibles) Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal.Yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya. Beberapa indikator bukti fisik adalah peralatan modern, fasilitas yang tampak menarik secara visual, karyawan yang memiliki penampilan rapi dan profiesional dan bahan yang berhubungan dengan jasa mempunyai daya tarik visual. Bukti fisik adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya pada pihak eksternal (Ratnasari dan Aksa,2011:107). Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa, ini meliputi fasilitas fisik gedung, gudang, dan lainnya, teknologi (peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan), serta penampilan pegawainya (Ratnasari dan Aksa,2011:107). Bukti fisik adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal (Suryani,2013:91). Penampilan kantor dan karyawan, kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan (termasuk fasilitas komunikasi), serta lingkaran sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa (Suryani,2013:91). Pentingnya kualitas pelayanan untuk meningkatkan profitabilitas dari kesuksesan perusahaan (Aydin dan Ozer dalam Retansa, 2009). Untuk lebih memahami konsep kualitas pelayanan, adapun beberapa atribut yang berkaitan dengan kualitas pelayanan, yaitu: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 1. Pelayanan merupakan sesuatu yang tak terlihat (intangible) 2. Pelayanan merupakan sesuatu yang heterogen, artinya dalam pengukuran kinerja suatu jasa sering bervariasi, tergantung dari sisi penyedia jasa dan pelanggan. 3. Pelayanan tidak dapat ditempatkan dalam suatu kinerja waktu tertentu, sehingga penilaiannya dilakukan sepanjang waktu. 4. Hasil pelayanan atau dalam hal ini produknya, tidak dapat dipisahkan dari konsumsi yang diperlukan. Dilihat atribut mengenai kualitas pelayanan di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan setiap orang merasakan selera yang berbeda dengan harapan pelanggan, perasaan yang berbeda dalam merasakan pelayanan sehingga perusahaan harus mempertahankan kualitas pelayanan. 6. Kepuasan pelanggan Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam teori dan praktik pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis. Kepuasan pelanggan berkontribusi pada sejumlah aspek krusial, seperti terciptanya loyalitas pelanggan, meningkatnya reputasi perusahaan, berkurangnya elastisitas harga, berkurangnya biaya transaksi masa depan, dan meningkatnya efisiensi dan produktivitas karyawan, Anderson (Tjiptono, 2006:349). Kata kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa Latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Secara sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 memadai”. Mowen (1995) merumuskan kepuasan pelanggan sebagai sikap keseluruhan terhadap suatu barang atau jasa setelah perolehan. Dengan kata lain kepuasan pelanggan merupakan penilaian evaluatif purnabeli yang dihasilkan dari seleksi pembelian spesifik. Sementara itu, Engel, et al (1990) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbuk apabila hasil tidak memenuhi harapan. a. Dimensi Kepuasan Pelanggan Dimensi atribut dari kepuasan pelanggan secara universal menurut Dutka (1994:41) adalah: 1. Atributes related to the product (Berkaitan Dengan Atribut Dari Produk) meliputi: a. Value price relationship merupakan faktor sentral dalam menentukan kepuasan pelanggan, apabila nilai yang diperoleh pelanggan melebihi apa yang dibayar, maka suatu dasar penting dari kepuasan pelanggan telah tercipta. b. Product quality merupakan penilaian dari mutu suatu produk. c. Product benefit merupakan manfaat yang dapat diperoleh pelanggan dalam menggunakan suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dan kemudian dapat dijadikan dasar positioning yang membedakan perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnya. d. Product features merupakan ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh suatu produk sehingga berbeda dengan produk yang ditawarkan pesaing. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 e. Product design merupakan proses untuk merancang gaya dan fungsi produk yang menarik dan bermanfaat f. Product reliability and consistency merupakan keakuratan dan keterandalan produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu dan menunjukkan pengiriman produk pada suatu tingkat kinerja khusus. g. Range of product or service merupakan macam dari produk/jasa layanan yang ditawarkan oleh perusahaan. 2. Attributes related to service (Berkaitan Dengan Atribut Dari Pelayanan) meliputi: a. Guarantee or warranty merupakan jaminan yang diberikan oleh suatu perusahaan terhadap produk yang dapat dikembalikan bila kinerja produk tersebut tidak memuaskan. b. Delivery merupakan kecepatan dan ketepatan dari proses pengiriman produk dan jasa yang diberikan perusahaan terhadap pelanggannya. c. Complain handling merupakan penanganan terhadap keluhan yang dilakukan oleh pelanggan terhadap perusahaan d. Resolution of problem merupakan kemampuan perusahaan dengan serius dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh pelanggan. 3. Attributes related to purchase (Berkaitan Dengan Atribut Dari Keputusan Membeli) meliputi: a. Courtesy merupakan kesopanan, perhatian, pertimbangan, keramahan yang dilakukan karyawan dalam melayani pelanggannya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 b. Communication merupakan proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh karyawan perusahaan kepada pelanggannya. c. Ease or convenience acquisition merupakan kemudahan untuk mendapatkan pengetahuan tentang produk dari perusahaan. d. Company reputation adalah reputasi yang dimiliki perusahaan dapat mempengaruhi pandangan pelanggan terhadap perusahaan tersebut yang akan mengurangi ketidakpastian dan resiko dalam keputusan pembelian. e. Company competence adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mewujudkan permintaan yang diajukan oleh pelanggan dalam memberikan pelayanan. . http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 B. Rerangka Pemikiran 1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini dibuat berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang hasilnya dapat diringkas dalam tabel berikut ini : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N Peneliti o (Tahun) Judul 1 Lumentut dan Palandeng (2014) 2 Harahap (2014) 3 Mirna Masloman,B ode Lumanaw, dan Irvan Trang (2014) Variabel Independen : 1.Fasilitas “Pengaruh fasilitas, 2.Servicescape servicescape dan 3.Kualitas kualitas pelayanan, Pelayanan pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen Dependen : McDonald’s Manado” 1.Kepuasan Konsumen Independen : 1.Kualitas Pelayanan 2.Harga 3.Promosi “Analisis pengaruh kualitas pelayanan, harga, dan promosi terhadap kepuasan pengunjung di Museum Ronggowarsito Dependen : Semarang” 1.Kepuasan Pengunjung “Kualitas Pelayanan Dan Servicescape Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Kentucky Fried Chicken Multimart Ranotana Manado” Independen : 1.Kualitas Pelayanan 2.Servicescape Dependen : 1.Kepuasan Konsumen http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel fasilitas, servicescape, dan kualitas pelayanan, berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan, harga, dan promosi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pengunjung Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan dan servicescape berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. 39 4 Independen : 1.Harga “Analisis Harga, 2.Promosi Rendy Gulla, Promosi, Dan Kualitas 3.Kualitas Sem George Pelayanan Terhadap Pelayanan Oroh, Ferdy Kepuasan Konsumen Roring Pada Hotel Manado Dependen : (2014) Grace Inn” 1.Kepuasan Konsumen 5 Stefhanie Sahanggamu , Lisbeth Mananeke, Jantje Sepang (2015) “Analisis kualitas pelayanan, servicescape dan kepercayaan terhadap kepuasan nasabah pada pt. bank sinarmas bitung” 6 Herrmann, Andreas; Xia, LanAuthor, Monroe, Kent B, Huber, FrankAuthor (2007) “The Influence Of Price Fairness On Customer Satisfaction: An Empirical Test In The Context Of Automobile Purchases” 7 “Generic TechnologyGanguli, Based Service Quality Shirshendu; Dimensions In Banking: Roy, Sanjit Impact On Customer Kumar Satisfaction And (2011) Loyalty” 8 Independen : 1.Kualitas layanan 2.Servicescape 3.Kepercayaan Dependen : 1.Kepuasan Nasabah Independen: 1.Price Dependen : 1.Customer Satisfaction Independen: 1.Service Quality Dependen : 1.Customer Satisfaction Amir “The Effect of Service Independen: Mahmud, Quality and Price on 1.Service Kamaruzama Satisfaction and Quality http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga, promosi, dan kualitas pelayanan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan, servicescape, dan kepercayaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel price berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel service quality berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel service quality 40 n Jusoff and Loyalty of Customer of Dependen: St. Hadijah Commercial Flight 1.Satisfaction (2013) Service Industry” and Loyalty of Customer 9 Arslan, Muhammad Iftikhar, Maria, Zaman, Rashid (2014) Kaura,Vinita , Durga Prasad,Ch. 10 S., Sharma, Sourabh (2015) “Effect of Service Quality Dimensions on Customer Satisfaction: A Comparative Analysis of Pakistan Telecom Sector” “Service quality, service convenience, price and fairness, customer loyalty, and the mediating role of customer satisfaction” Independen : 1.Service Quality dimensions Dependen: 1.Customer Satisfaction Independen: 1.Service Quality 2.Service Convenience 3.Price 4.Fairness 5.Customer Loyality Dependen: 1.Customer Satisfaction berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap satisfaction and loyalty of customer . Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Service quality dimension berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel service quality, service convenience, price, fairness, customer loyality berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. 2. Hubungan Antar Variabel 1. Pengaruh Harga terhadap Kepuasan Pelanggan Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan produk (Ginting,2012:10). Agar sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat.Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan.Harga merupakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat dirubah dengan cepat (Tjiptono, 2008:151). Pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula. Demikian pula sebaliknya, pada tingkat harga tertentu, nilai suatu barang atau jasa akan meningkat seiring dengan meningkatnya manfaat yang dirasakan. Seringkali pula dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa substitusi (Tjiptono,2008:152). Hasil penelitian Herrmann, Andreas; Xia, LanAuthor, Monroe, Kent B, Huber, FrankAuthor (2007), Harahap (2014) Rendy Gulla, Sem George Oroh, Ferdy Roring (2014) dan Kaura, Vinita, Durga Prasad, Ch. S., Sharma, Sourabh (2015) menunjukkan bahwa harga berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : H1 : Harga (X1) berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan (Y) 2. Pengaruh Servicescape terhadap Kepuasan Pelanggan Lingkungan fisik organisasi (servicescape) merupakan lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi, serta setiap komponen tangible yang memfasilitasi penampilan yang dipakai untuk berkomunikasi atau mendukung peran jasa tersebut (Yazid, 2005:20). Bitner (1992:12) berpendapat bahwa ada tiga dimensi gabungan yang relevan dengan analisis ini: kondisi ambien, tata letak dan fungsi serta, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 tanda simbol dan artefak. Hasil penelitian Lumentut dan Palandeng (2014), Mirna Masloman, Bode Lumanaw, dan Irvan Trang (2014) dan Stefhanie Sahanggamu,Lisbeth Mananeke,Jantje Sepang (2015) menunjukkan bahwa servicescape berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : H2 : Servicescape (X2) berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan (Y) 3. Pengaruh Service Quality (Kualitas Pelayanan) terhadap Kepuasan Pelanggan Kualitas pelayanan sangat tergantung dari kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan, hal ini memberikan gambaran bahwa kualitas pelayanan meliputi pegawai yang memberikan pelayanan kepada pelanggan. Hubungan internal antara pegawai dengan pelanggan akan memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap persepsi kualitas pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pegawai sangat mempengaruhi terhadap persepsi pelanggan dalam menilai kualitas pelayanan (Laksana,2008:95). Pelanggan ingin agar harapannya sama dengan layanan seperti apakah seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan. Harapan para pelanggan ini didasarkan pada informasi dari mulut ke mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman di masa lampau, dan komunikasi eksternal (iklan dan berbagai bentuk promosi perusahaan lainnya) (Ratnasari dan Aksa, 2011:107). Hasil penelitian Ganguli, Shirshendu; Roy, Sanjit Kumar (2011), Amir Mahmud, Kamaruzaman Jusoff and St. Hadijah (2013), Lumentut dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 Palandeng (2014), Harahap (2014), Mirna Masloman, Bode Lumanaw, dan Irvan Trang (2014), Rendy Gulla, Sem George Oroh, Ferdy Roring (2014) dan Stefhanie Sahanggamu, Lisbeth Mananeke, Jantje Sepang (2015), Arslan, Muhammad Iftikhar, Maria; Zaman, Rashid (2014), dan Kaura, Vinita, Durga Prasad, Ch. S., Sharma, Sourabh (2015) menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : H3 : Kualitas pelayanan (service quality) (X3) berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan (Y) HARGA ( X1 ) H1 SERVICESCAPE H2 ( X2 ) KEPUASAN PELANGGAN (Y) SERVICE QUALITY H3 ( X3 ) Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 C. Hipotesis Berdasarkan permasalahan dan telaah teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik rumusan atau dugaan sementara yang diambil sebagai hipotesis sebagai berikut : H1 : Variabel Harga (X1) diduga berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pelanggan di Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta (Y). H2 : Variabel Servicescape (X2) diduga berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pelanggan di Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta (Y). H3 : Variabel Service Quality (X3) diduga berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pelanggan di Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta (Y). http://digilib.mercubuana.ac.id/