Lysistrata, Teater Penuntas Ujian Akhir Semester USD | 13 December 2016 | 17:02 WIB Ujian Akhir Semseter tidak selalu menjadi momok yang menakutkan, setidaknya hal itulah yang dirasakan bagi mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. Sebagai Ujian Akhir Semester, mahasiswa dari mata kuliah Pementasan Drama menggelar teater bertajuk “LYSISTRATA”. Teater yang diadakan pada Jumat, 9 Desember 2016 di Aula Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tersebut merupakan hasil tafsir bebas dari sutradara Rano Sumarno yang juga merupakan dosen pengampu mata kuliah Pementasan Drama. Karena berupa tafsir bebas, maka cerita disesuaikan dengan budaya dan keadaan di Indonesia sehingga tidak benar-benar sama dengan kisah dari era Romawi karya Aristophanes tersebut. Teater “Lysistrata” mengisahkan keadaan perang yang tidak berkesudahan, hingga suatu ketika perang antara dua negeri pun terancam pecah. Para laki-laki yang tengah bersiap untuk membela negeri mereka dalam perang membuat istri-istri mereka khawatir. Untuk mencegah perang yang terus terjadi, para istri kesatria pun mengancam untuk mogok melakukan seks dengan para suami. Teater ini disajikan dengan unsur komedi yang dominan, kisah pun berlanjut dengan usaha istri dan suami menahan hasrat seks mereka. Kisah menggelitik ini terus membuat penonton yang berada di aula tertawa menikmati guyonan yang dilontarkan para pemain. Tidak sedikit penonton ikut bernyanyi menyanyikan lagu-lagu lucu yang diciptakan langsung oleh Rano Sumarno untuk keperluan teater. Tidak hanya itu, pemain teater juga melibatkan secara langsung para penonton dalam teater yang berlangsung selama 55 menit itu sehingga suasana yang terbangun begitu hidup. Dengan kostum dan dandanan yang nyleneh, para kesatria dan istri yang berusaha menahan hasrat seks mereka pun satu persatu menyerah. Beberapa dari mereka diam-diam melakukan hubungan seks. Tindakan itu ternyata diketahui oleh pimpinan kaum istri yang bernama Nunung. Akan tetapi Nunung justru menemukan ide untuk menuntaskan usaha mereka dalam mencegah perang dengan mengerjai salah satu pimpinan perang. Usaha para istri pun akhirnya membuahkan hasil, ketika tiba sebuah surat dari negeri tetangga yang menyatakan tidak akan melanjutkan perang. Teater yang diiringi musik dari band Fa Omus itu diakhiri dengan tokoh walikota yang membaca sepenggal pantun, “Pergi maen ke Jakal atas, paling enak 1/2 jangan sampai dilepas. Ku akui aku memang bukan kalangan atas, tetapi membahagiakanmu adalah prioritas.” Setelah selama satu semester mengerjakan naskah dan terus berlatih, akhirnya mata kuliah Pementasan Drama dari Prodi Sastra Indonesia ditutup dengan keriuhan tepuk tangan penonton atas suksesnya teater “Lysistrata” yang mengangkat konsep sureal. Teater yang menitikberatkan pengaruh wanita dalam dunia itu dihadiri oleh beberapa dosen seperti Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum yang juga merupakan Dekan Fakultas Sastra USD, mahasiswa dari program studi Sastra Indonesia USD, dan juga penonton dari luar Universitas Sanata Dharma. “Satu hal yang bisa kita tangkap, perang terus-menerus terjadi hanya dapat dihentikan oleh para wanita.” begitu tutup Rano Sumarno dalam dialog terakhirnya bersama pembawa acara. (.nick) 2/2