BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Penyakit A. Pengertian Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002). Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar / sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasim, 2003). Klasifikasi hipertensi : 1. Hipertensi ringan Tekanan diastolik antara 95-104 mmHg. 2. Hipertensi sedang Tekanan diastolik antara 105-114 mmHg 3. Hipertensi berat Tekanan diastolik antara 115 mmHg/lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan karena dianggap lebih serius peningkatan sistolik. (Smith Tom, 1995) 6 B. Anatomi dan Fisiologi Sistem kardiovaskuler adalah sistem transpor tubuh yang membawa gas-gas pernafasan, nutrisi, hormon-hormon dan zat-zat lain ke dan dari jaringan tubuh. (Sumber: Syaifuddin, 1997) Sistem kardiovaskuler dibangun oleh : 1. Darah, jaringan cair kompleks yang mengandung sel-sel khusus dalam cairan plasma. 2. Jantung, pompa ganda yang terdiri atas empat ruang yang bekerja memompa darah ke pembuluh-pembuluh darah. 3. Pembuluh-pembuluh darah. 4. Arteri, yang membawa darah dari jantung ke jaringan. 5. Vena, yang mengembalikan darah dari jaringan ke jantung. 6. Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat halus yang ada pada seluruh jaringan tubuh kita. Kapiler menghubungkan arteri kecil ke 7 vena kecil. Pertukaran gas-gas pernafasan dan zat nutrisi di jaringan terjadi melewati dinding kapiler 1. Pembuluh Darah 1) Arteri dan Arteriol Potongan melintang arteri menunjukkan bahwa dindingnya terdiri atas tiga lapisan : 1) Tunika intima Yang terdiri dari lapisan sel endotel yang halus dan lapisan jaringan elastin. 2) Tunika media Yang merupakan campuran jaringan elastin dan otot polos. 3) Tunika eksterna Yang merupakan jaringan penyambung fibro-elastin. Aorta dan arteri besar tidak hanya berperan membawa darah ke jaringan, tetapi juga meratakan aliran darah, dengan mengembangkan dindingnya pada setiap denyutan jantung dan kemudian mengerut sewaktu diastole. Cara kerja ini mengubah aliran intermiten darah dari jantung menjadi aliran mantap ke jaringan. Lapisan tunika media dari pembuluh darah yang meredam tekanan ini, sebagian besar terdiri atas jaringan elastin. Saat arteri menjadi makin kecil maka proporsi jaringan otot di dindingnya meningkat. Pembuluh darah dengan diameter kurang 8 dari 0.2 mm sangat banyak jaringan ototnya, dan dikenal dengan nama arteriol. Arteriol-arteriol ini dindingnya tebal, dan kaya suplai saraf, mereka ini mempunyai beberapa fungsi yang penting : 1) Berperan sebagai pengurang tekanan (seperti selang air penyiram bunga). Karenanya, tekanan darah arteri tinggi tidak mencapai jaringan dan merusaknya. 2) Berperan sebagai pengatur jumlah aliran darah di suatu tempat tertentu. Bila dibutuhkan banyak darah di tempat itu arteriol akan melebar sehingga darah lebih banyak mengalir ke area itu. 3) Berperan mempertahankan tekanan darah. Bila segenap arteriol berdilatasi secara serentak, maka bisa terjadi keadaan bahaya menurunnya tekanan darah, akibat dari darah yang mengalir ke sirkulasi perifer lebih besar jumlahnya dibanding curah jantungnya. Namun, berkenaan dengan seluruh kerja sistem saraf simpatis maka beberapa arteriol yang cukup tetap konstriksi untuk mempertahankan tekanan arteri normal. 4) Arteriol-arteriol itu sendiri mempunyai aktivitas siklis, membuka dan menutup lagi setiap beberapa menit. Mekanisme ini menjamin pertukaran cairan jaringan tetap konstan. 2. Tekanan Darah Saat darah mengalir melalui sistem kardiovaskuler menimbulkan tekanan pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini 9 paling besar pada arteri dekat jantung dan paling rendah pada vena yang mengembalikan darah ke jantung. Tekanan darah dalam arteri berubah-ubah secara berirama sejalan dengan denyut jantung yang mencapai maksimum saat ventrikel kiri mengeluarkan darah ke dalam aorta (sistole) dan turun kembali selama diastole, yang mencapai minimum tepat sebelum denyut jantung berikutnya. Tekanan darah arteri biasanya diukur dengan alat sfignomanometer. Alat ini terdiri atas sebuah manset yang dipasangkan mengelilingi lengan dan dikembangkan sampai arteri brakhialis disumbat (terdeteksi dengan mendengarkan melalui stetoskop yang ditempatkan diatas arteri di bawah manset). Tekanan dalam manset diukur dengan kolom air raksa dan sederajat dengan tekanan darah maksimum, tekanan darah sistolik, bila arteri disumbat. Manset secara bertahap dikempeskan, yang memungkinkan darah disemburkan melalui arteri. Suara detak terdengar melalui stetoskop. Bisingnya akan melemah saat aliran darah dalam arteri tidak mengalami bendungan sama sekali. Tekanan dalam manset kemudian sesuai dengan tekanan terendah selama siklus jantung – tekanan darah diastolik. Tekanan darah dinyatakan dengan dua angka, misalnya 120/80, dimana 120 menyatakan tekanan darah sistolik dalam milimeter air 10 raksa (mmHg) dan 80 menyatakan tekanan darah diastolik dalam milimeter air raksa. Tekanan darah normal beragam nilainya. Seorang dewasa muda yang sehat bisa mempunyai tekanan darah dari kira-kira 100/60 sampai kira-kira 150/90. Ini bervariasi dalam hubungannya dengan tidur, kerja fisik dan emosi, serta cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. a) Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Saat cairan mengalir dalam selang, kecepatan aliran cairan dihubungkan dengan tekanan yang diberikan padanya : Tekanan = Kecepatan aliran x Tahanan terhadap aliran Karenanya tekanan darah tergantung pada kecepatan aliran darah melalui sirkulasi, dan pada tahanan yang diberikan pada alirannya. Kecepatan aliran darah tergantung pada : 1) Volume darah, dan 2) Curah jantung Tahanan pada aliran darah tergantung pada : 1) Viskositas darah, dan 2) Sifat-sifat pembuluh darah. Pembuluh darah yang memberikan tahanan paling besar pada aliran darah adalah arteri kecil dan arteriol. Tahanan ini pada aliran darah disebut tahanan perifer. 11 Volume darah dan viskositas darah adalah konstan pada individu normal, tetapi curah jantung dan tahanan perifer dapat berubah-ubah. Tekanan darah ditunjukkan dengan cara ini : Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan perifer Curah jantung dan tahanan perifer sangat bervariasi dari individu satu dengan yang lain, dan pada satu individu berbeda berdasarkan waktu. Tekanan darah biasanya bervariasi pada luas yang lebih kecil karena perubahan pada curah jantung dan tahanan perifer cenderung saling mengimbangi. b) Tekanan Darah Normal Diagram di bawah ini menunjukkan nilai khas untuk tekanan darah sistolik pada orang dewasa beristirahat. Pada sirkulasi pulmonal, arteriol tidak aktif dan tekanan rendah. Ini menghindari filtrasi cairan yang terjadi pada kapiler sistemik dan mencegah alveoli dari kebanjiran cairan jaringan. Pada sirkulasi sistemik, arteriol sebagai keseluruhan sebagian terkontraksi. Ini mempertahankan tahanan perifer, dan karenanya tekanan darah tinggi. Tekanan pada atrium kanan harus selalu lebih rendah dari yang ada pada vena, atau jantung akan tidak terisi. Tekanan sejati disini, tekanan vena sentral, dapat diukur dengan melewatkan selang halus sepanjang vena lengan, melalui vena subklavia ke 12 dalam atrium kanan. Tekanan vena sentral sangat stabil pada orang sehat karena penyesuaian kontinu aliran balik vena. Aliran darah pada arteri adalah berdenyut dan cepat. Pada kapiler aliran lambat dan halus. C. Etiologi Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : (Lany Gunawan, 2001) : 1. Hipertensi esensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. 2. Hipertensi sekunder yaitu disebabkan oleh penyakit lain hipertensi primer terdapat lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut adalah sebagai berikut : a) Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. 13 b) Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih). c) Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alkohol dan minum obatobatan. D. Patofisiologi Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system syaraf simpatis. Pada titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya nere frineprine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. 14 Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang / menurun dan berakibat diproduksinya rennin, rennin akan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor yang kuat yang merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenal dimana hormon aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang menyebabkan hipertensi. Menurut Lund-Johansen (1989), pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan. Tekanan darah yang menetap. Guyton (1989) berpendapat bahwa pada hipertensi terjadi perubahan autoregulasi dan sebagai penyebab awal perubahan ini adalah retensi garam oleh ginjal. Folkow (1987) menunjukkan bahwa stress dengan peninggian aktivitas hipertrifi saraf simpatis structural. menyebabkan Berkaitan dengan konstriksi hal ini fungsional dan Swales (1990) mengemukakan bahwa perubahan fungsi membran sel juga dapat menyebabkan konstriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Sedangkan Lever (1986) menyatakan bahwa mekanisme trofik dapat menyebabkan 15 hipertrofi vascular secara langsung. Faktor lain yang diduga ikut berperan adalah endotelin yang bersifat vasokonstriktor. E. Manifestasi klinik Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang di vaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada sisi (hemiplegi) atau gangguan ketajaman penglihatan. Tetapi kadang menimbulkan gejala seperti nyeri kepala, epistaksis, pusing, gemetar, sering marah-marah, tekanan darah lebih dari 149/90 mmHg. (Smeltzer : 2001). 16 F. Penatalaksanaan 1. Terapi non farmakologis Terapi norfarmakologi harus selalu digunakan pada pasien dengan hipertensi perbatasan dan tanpa kerusakan organ akhir, terutama pada orang yang kegemukan (obese). Terapi non farmakologi mencakup penurunan berat badan, pembatasan garam, latihan isotonok dan mengubah pola hidup misalnya asupan lemak, menghentikan kebiasaan merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol sampai kurang dari 2 gelas bir per hari. 2. Terapi antihipertensi Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah obat yang tidak mengganggu gaya hidup/menyebabkan simptomatologi tekanan yang arteri bermakna terkendali. tetapi dapat Penurunan mempertahankan tekanan arteri jelas mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat stroke, gagal jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat belum memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko penyakit koroner. Sebenarnya, obat-obatan seperti diuretika tiazid dan penghambat aktifitas adrenoreseptorbeta simptomimetik intrinsik yang biasanya tidak mempunyai meningkatan rasio kolesterol total terhadap HDL dalam plasma dan trigliserida dan karenanya dapat memburuk faktor-faktor yang ikut mengembangkan 17 penyakit aterosklerosis penghambat enzim pengubah (converting enzim) akan menurunkan resistensi insulin, suatu faktor utama pada penderita diabetes yang tidak bergantung insulin dan juga diduga terlibat dalam perkembangan penyakit aterosklerosis. (Stein, Jay : 1999). G. Komplikasi Berdasar pada data pengkajian, komplikasi potensial yang mungkin terjadi mencakup : 1. Perdarahan retina 2. Gagal jantung kongestif 3. Insufisiensi ginjal 4. Cedera serebrovaskuler ( CVA : Cerebrovaskular Accident) atau stroke (Doenges, Marlynn E : 1999) 18 H. Pathways Keperawatan Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup, Obesitas HIPERTENSI Ginjal Otak Resistensi pemb. drh otak Suplai O2 otak Vasokonstriksi pemblh. darah ginjal Kesadaran Blood flow Retina Spasmus arteriole Diplopia Koroner jantung invark miokard Nyeri dada Tek. pemblh drh otak Nyeri kepala Resiko injuri Respon KAA Resiko injuri Rangsang aldosteron Gx. rasa nyaman ; nyeri Retensi Na Oedema Gx. Keseimbangan cairan (Sumber : Smelzer & Bare, 2002 : 898) 19 I. Masalah Keperawatan 1. Resiko kerusakan perfusi jaringan 2. Nyeri (akut) Sakit Kepala 3. Resiko (injuri) Jatuh 4. Toleransi aktivitas J. Pengkajian Fokus 1. Aktivitas / Istirahat Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya menonton. Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. 2. Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit serebrovaskular. Tanda : Kenaikan tekanan TD (pengukuran darah diperlukan serial untuk dari kenaikan menegakkan diagnosis). - Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat). - Nadi : Denyutan jelas dari karotis jugularis, radialis: perbedaan denyut, seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis 20 atau brakialis : denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. - Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser dan / atau sangat kuat. - Frekuensi / irama : takikardi, berbagai disritmia. - Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar: S3 (CHF): 84 (pengerasan ventrikel kiri / hipertrofi ventrikel kiri). - Mulmur stenosis valvular - Desiran vascular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (stenosis arteri). - DVJ (distensi venajugularis) (kongesti vena). - Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer); pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda (vasokonstriksi). - Kulit pucat, sianosis, dan diaforesis (kongesti, hipoksemia); kemerahan (feokromositoma). 3. Integritas ego Gejala : • Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria. • Faktor-faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). 21 Tanda : • Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak. • Gerak tangan empati, otot, muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. 4. Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti : infeksi obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu). 5. Makanan / cairan Gejala : • Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti : makanan yang digoreng, keju, telur); gula-gula yang berwarna hitam kandungan tinggi kalori. • Mual, muntah. • Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat / turun). Tanda • Riwayat penggunaan diuretic. • Berat badan normal atau obesitas : 22 • Adanya edema (mungkin umur atau tertentu): kongesti vena, DVJ; Glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetic). 6. Neurosensori Gejala : • Keluhan pening / pusing. • Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Hipertensi : - Episode kebas dan / atau kelemahan pada satu sisi tubuh. - Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur) Tanda - Episode epistaksis. • Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, : pola / isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan). • Respons motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan / atau reflek tendon dalam. • Perubahan-perubahan retinal optik : dari selerosis / penyempitan arteri ringan sampai berat dan 23 perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragic tergantung pada berat / lamanya hipertensi. 7. Nyeri / ketidaknyamanan Gejala : • Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung). • Nyeri hilang timbul pada tangkai / klaudikasi (indikasi arteriosclerosis pada arteri ekstremitas bawah). • Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. • Nyeri abdomen / massa (feokromositoma). 8. Pernafasan (secara umum berhubungan dengan efek kardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap / berat). Gejala Tanda : • Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja. • Takipnea, ortopnea noktural paroksimal. • Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum. • Riwayat merokok. • Distress : respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan. 24 • Bunyi nafas tambahan / krakles / mengi. • Sianosis. 9. Keamanan Keluhan / gejala : • Gangguan koordinasi / cara berjalan. • Episode : perestesia unilateral transient. • Hipotensi postural. 10. Pembelajaran / penyuluhan Gejala : • Faktor-faktor resiko aterosklerosis, keluarga: penyakit hipertensi, jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler / ginjal. • Faktor-faktor resiko etnik seperti: orang afrikaamerika, asia tenggara. • Penggunaan pil KB atau hormon lain : penggunaan obat / alkohol. 11. Pertimbangan DRG menunjukkan berapa lamanya dirawat : 4,2 hari. Rencana pemulangan : - Bantuan dengan pemantauan diri TD. - Perubahan dalam terapi obat. (Doengoes, M.E. 1992) 25 12. Pemeriksaan Diagnostik - Hemoglobin/hematokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. - BUN/kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi). - Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik. - Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi. - Kolesterol dan trigliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskular). - Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi. - Kadar aldosteron urin / serum: Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab). - Urinalisa : Darah, protein, glikosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan / atau adanya diabetes. 26 - VMA urin (metabolit mengindikasikan adanya katekolamin) : Kenaikan dapat feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. - Steroid urin hiperadrenalisme, : Kenaikan dapat feokromositoma atau mengindikasikan disfungsi pituitary, sindrom Cushing’s; kadar rennin dapat juga meningkat. - IVP : Dapat mengindentifikasi penyebab hipertensi, seperti: penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter. - Foto dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup; deposit pada dan / atau takik aorta; perbesaran jantung. 13. EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, Catatan : Luas, peninggian gelombang adalah salah satu tanda dini penyakit hipertensi. K. Fokus Intervensi dan Rasional Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul: 1. Resiko Kerusakan Perfusi Jaringan Berhubungan Dengan Gangguan Sirkulasi Perifer. a. Monitor tekanan darah setiap 4 jam, nadi apikal dan tanda neurology tiap 10 menit Rasional : Untuk mengevaluasi perkembangan penyakit dan keefektifan terapi. 27 b. Pertahankan tirah baring pada posisi semifowler sampai tekanan darah. Rasional : Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi. c. Pantau data laboratorium misalnya: GDA, Kreatinin Rasional : Memantau hasil laboratorium GDA, kreatinin d. Anjurkan untuk tidak merokok atau menggunakan produk nikotin Rasional : Untuk mengurangi tekanan darah ke jantung e. Kolaborasi pemberian obat-obatan anti hipertensi misalnya golongan inhibitor simpa (pra panolol, antenolol) golongan vasodilator (hydralazin). Rasional : Mengontrol tekanan darah. 2. Nyeri (akut) Sakit Kepala Berhubungan Dengan Peningkatan Vaskuler Serebral: a. Berikan tindakan non farmakologis untuk menghilangkan rasa sakit kepala. Misalnya, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dari leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi. Rasional : Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit kepala b. Hilangkan minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya, mengejang saat BAB, batuk panjang membungkuk. 28 Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral. c. Anjurkan pasien untuk tirah baring selama fasekuat. Rasional : Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi. d. Kurangi adanya kurang pengetahuan (jelaskan sebab-sebab nyeri dan lama nyeri bila diketahui). Rasional : Pasien mengetahui tentang sebab-sebab nyeri dan lama nyeri 3. Resiko (injuri) Jatuh Berhubungan Dengan Gangguan Penglihatan. a. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain. Rasional : Pasien mengenal lingkungan b. Pertahankan tirah baring tetap dalam posisi terlentang yang ditentukan. Rasional : Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi. c. Anjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata agar tidak terlalu lelah. Rasional : Membantu menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi. d. Modifikasi lingkungan sekitar pasien. Rasional : Memberikan lingkungan yang nyaman 29 4. Toleransi aktivitas Berhubungan Dengan Penurunan Cardiac Out Put. a. Berikan dorongan untuk aktivitas / perawatan diri berhadap (jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan). Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. b. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi. Rasional : Mengurangi penggunaan energi juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. (Doengoes, M.E 1999) II. Konsep Dasar Keluarga A. Pengertian Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) yang dikutip oleh Effendy (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Friedman (1998), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut Bailon dan Maglaya (1989) yang dikutip oleh Effendy (1998), keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung 30 karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal di satu tempat / rumah, saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing–masing dan mempertahankan suatu kebudayaan. B. Struktur keluarga Menurut Effendy (1998) struktur keluarga terdiri dari bermacammacam, diantaranya adalah : 1. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. 2. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. 3. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. 4. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. 31 5. Keluarga Kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri. C. Tipe / Bentuk Keluarga 1. Keluarga Inti (Nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak bentuk keluarga seperti ini tidak berpotensi besar terhadap hipertensi. 2. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya, tipe keluarga besar mempuyai pengaruh besar terjadinya hipertensi. 3. Keluarga Berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari 1 kali dan merupakan satu keluarga inti, terdapat kemungkinan besar untuk terjadi hipertensi. 4. Keluarga Duda/Janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian, tipe keluarga seperti ini berpotensi terjadinya hipertensi. 5. Keluarga Berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama, dikaitkan dengan konsep hipertensi sangat besar terjadi kemungkinan. 32 6. Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga, berpotensi terjadi hipertensi jika dikaitkan dengan konsep hipertensi yang ada. D. Fungsi Keluarga Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut : 1. Fungsi Biologis a) Untuk meneruskan keturunan. b) Memelihara dan membesarkan anak. c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga. d) Memelihara dan merawat anggota keluarga. 2. Fungsi Psikologis a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman. b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga. c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga. d) Memberikan identitas keluarga. 3. Fungsi Sosialisasi a) Membina sosialisasi pada anak. b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak. c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. 33 4. Fungsi Ekonomi a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya. 5. Fungsi Pendidikan a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat, minat yang dimilikinya. b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa. c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. E. Tugas Perkembangan Keluarga 1. Pasangan baru menikah (pasangan baru) a) Membina hubungan intim yang memuaskan. b) Menetapkan tujuan bersama. c) Mengembangkan hubungan dengan keluarga keluarga lain, teman, dan kelompok sosial. d) Mendiskusikan rencana memiliki anak. 2. Keluarga dengan menanti kelahiran / bayi baru lahir a) Mempersiapkan menjadi orang tua. 34 b) Tugas masing-masing dan tanggung jawab. c) Persiapan biaya. d) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga baru, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan sehari - hari. e) Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua. 3. Keluarga dengan anak usia prasekolah a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privacy dan rasa aman. b) Membantu anak untuk bersosialisasi. c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi. d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar). e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi). f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. g) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. 4. Keluarga dengan anak usia sekolah a) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas (yang tidak / kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat). b) Mempertahankan keintiman pasangan. 35 c) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga. 5. Keluarga dengan remaja a) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan memiliki otonomi. b) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga. c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. d) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga. 6. Keluarga dengan anak-anak dewasa awal ( pelepasan ) a) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar. b) Mempertahankan keintiman pasangan. c) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat. 7. Keluarga usia pertengahan a) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan. b) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. 36 c) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya. d) Meningkatkan keakraban pasangan. e) Partisipasi aktifitas sosial. 8. Keluarga usia lanjut a) Mempertahankan suasana kehidupan kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya. b) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi; kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga. c) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat. d) Mempertahankan kontak dengan anak cucu. e) Mempertahankan kontak dengan masyarakat. f) Melakukan life review masa lalu. F. Tugas Kesehatan Keluarga Tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1981) yang dikutip oleh Effendy (1998), yaitu : 1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya terutama yang terkena hipertensi 2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi penderita hipertensi 37 3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit hipertensi, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda 4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga yang menderita hipertensi 5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada. G. Proses Keperawatan Keluarga Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu yang telah dilaksanakan terhadap keluarga (Effendy, 1998). 1. Pengkajian Keluarga Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga ke dalam tahap - tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga. 38 a) Mengidentifikasi Data Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluarga maupun sosial yang merupakan sistem integrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya (Friedman, 1998). Pengumpulan data pada keluarga dengan Hipertensi difokuskan pada komponen – komponen yang berkaitan dengan Hipertensi. 1) Identitas Keluarga Identitas keluarga membantu mengidentifikasi faktor keturunan terhadap penyakit tertentu. Price (1995), menyatakan bahwa determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas penderita Hipertensi. Pengaruh ekonomi pada Hipertensi jelas terlihat akibat biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan disamping komplikasi. Jenis pekerjaan penderita Hipertensi sewaktu dulu sangat mempengaruhi gaya hidup yang dapat menimbulkan Hipertensi (Noer, 1996). 2) Latar Belakang atau Kebiasaan Keluarga i) Kebiasaan Makan Pola makan keluarga telah bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang terlalu garam yang tinggi dan mengandung sedikit serat. 39 Pola makan seperti inilah yang beresiko terjadinya penyakit Hipertensi (Noer, 1996). ii) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan faktor penting dalam pengelolaan pasien dengan Hipertensi. Effendy (1998), menyatakan bahwa fasilitas kesehatan yang terjangkau memberikan pengaruh yang besar terhadap perawatan dan pengobatan pada keluarga yang anggota keluarganya menderita Hipertensi. Bila keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka dengan rajin mereka akan melakukan kontrol dan memeriksakan dirinya secara teratur apabila ada keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Pada keluarga yang kurang mampu memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan, maka keluarga hanya memeriksakan kesehatannya apabila sakit saja, termasuk ketika merasakan adanya gejala-gejala yang terkait dengan Hipertensi. iii) Pengobatan Tradisional Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu tradisional. Namun perlu diperhatikan dalam melakukan pengobatan tersebut harus kontrol dengan teratur agar pengobatannya berhasil. Namun mayoritas penderita Hipertensi telah memanfaatkan pengobatan modern untuk 40 mengatasi gejala dan keluhan Hipertensi. Obat atau pengobatan tradisional misalnya dapat menggunakan bahan-bahan tradisional antara lain : bawang putih, kunir, mentimun, belimbing, jeruk nipis, murbei, mengkudu, daun kumis kucing. 3) Status Sosial Ekonomi i) Pendidikan Pendidikan keluarga akan mempengaruhi keluarga dalam memberikan pengelolaan anggota keluarga yang menderita Hipertensi. Pendidikan keluarga yang rendah adalah hambatan paling besar yang dihadapi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga termasuk keluarga dengan masalah Hipertensi (Effendy, 1998). ii) Pekerjaan dan Penghasilan Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga dalam melakukan perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang menderita Hipertensi. Salah satu penyebab ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan adalah tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya keuangan (Effendy, 1998). 41 4) Aktivitas Penderita Hipertensi yang rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan dan rajin meminum obatnya secara teratur akan meminimalkan resiko terjadinya stroke. Oleh karena itu aktifitas yang berlebihan, termasuk olahraga yang berat dapat mengakibatkan stroke. b) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga Riwayat keluarga dimulai dari konsepsi, kehamilan, kelahiran, sampai saat ini termasuk dalam riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian dan pengalaman-pengalaman kesehatan yang unik yang berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga dapat memicu tingkat perkembangan seseorang (Friedman, 1998). Kondisi ini dapat mempengaruhi penyakit yang sedang diderita oleh salah satu anggota keluarga. c) Data lingkungan 1) Karakteristik rumah dan lingkungan Lingkungan rumah yang lembab, sinar matahari yang kurang dapat menyebabkan keadaan kurang sehat. Keadaan rumah meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan, luas rumah dibandingkan jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi terjadinya penyebaran penyakit. Adanya sanitasi lingkungan yang baik meminimalkan terjadinya penyebaran penyakit terhadap anggota keluarga yang lain (Effendy, 1998). 42 2) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Hubungan baik, hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antar warga sekitar dapat mempengaruhi kehidupan keluarga dan peran anggota keluarga dalam persepsi kesehatan anggota keluarga (Effendy, 1998). d) Struktur Keluarga 1) Pola komunikasi Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan menimbulkan saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga (Effendy, 1998). 2) Struktur kekuasaan Pada masyarakat Indonesia kebanyakan pemegang kekuasaan yang lebih dominan adalah patrial yaitu pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak ayah (Effendy, 1998). 3) Struktur peran Friedman (1998), menyatakan bahwa peran atau status seseorang dalam keluarga dan masyarakat mempengaruhi gaya hidupnya. Peran dalam keluarga terbagi dalam peran sebagai suami, ayah, istri, ibu, anak, kakak, adik, cucu dan lain – lain. 4) Nilai – nilai dalam keluarga Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga adalah yang bertentangan dengan masalah Hipertensi seperti halnya 43 pergi ke dukun dan bukan pada petugas fasilitas kesehatan (Effendy, 1998). e) Fungsi Keluarga 1) Fungsi Afektif Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang memperhatikan keluarga yang menderita Hipertensi akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut (Noer, 1996). 2) Fungsi Sosialisasi Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita Hipertensi untuk berinterakasi dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya penderita Hipertensi akan kehilangan semangat oleh karena merasa jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup. 3) Fungsi Perawatan Kesehatan Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan masalah Hipertensi: a) Mengenal masalah kesehatan keluarga Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah pada Hipertensi salah satu faktor penyebabnya adalah karena kurang pengetahuan tentang Hipertensi (Effendy, 1998). Apabila keluarga tidak mampu mengenal masalah 44 hipertensi, penyakit tersebut akan mengakibatkan komplikasi. b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak memahami tentang sifat, berat, dan luasnya masalah yang dihadapi dan masalah tidak begitu menonjol. Penyakit Hipertensi yang tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi c) Merawat anggota keluarga yang sakit Ketidakmampuan ini disebabkan karena tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya keluarga tidak mengetahui tentang pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan pengelolaan pada hipertensi (Effendy, 1998). d) Ketidaksanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Ketidakmampuan ini disebabkan karena sumber – sumber dalam keluarga tidak mencukupi, diantaranya adalah biaya (Effendy, 1998). e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai masalah hipertensi. Agar penderita dapat 45 memeriksakan kesehatannya secara rutin dan sebagai tempat jika ada keluhan (Effendy, 1998). Keluarga juga berfungsi untuk praktek asuhan terjadinya anggota kesehatan gangguan keluarga yaitu kesehatan yang melaksanakan untuk dan mencegah atau merawat sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Adapun tugas kesehatan keluarga (Friedman, 1998) adalah mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan/ menciptakan suasana rumah yang sehat & mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat. f) Koping keluarga Apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress pada anggota keluarga yang menderita hipertensi, 46 karna salah satu cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga diit yang teratur, dan mengurangi stress. 2. Prioritas Masalah Dalam menyusun masalah kesehatan keluarga dengan hipertensi menurut Effendy (1998 : 52), harus didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut : a) Sifat masalah 1) Ancaman kesehatan 2) Kurang / tidak sehat 3) Situasi krisis. b) Kemungkinan keberhasilan masalah dapat mengurangi atau diubah adalah mencegah kemungkinan masalah yang berhubungan dengan hipertensi jika dilakukan intervensi. c) Potensi masalah hipertensi untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang timbul dan dapat dikurangi atau dicegah, serta menganjurkan penderita hipertensi untuk memeriksakan kesehatannya ke pelayanan kesehatan. d) Menonjolnya masalah hipertensi adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah yang berhubungan dengan diabetes hipertensi dalam hal berat dan mendesaknya masalah hipertensi untuk diatasi melalui intervensi keperawatan. 47 Effendy (1998) menyatakan bahwa diagnosa keperawatan keluarga ditetapkan berdasarkan faktor resiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau masalah kesehatan keluarga, serta mempertimbangkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Perumusan diagnosa keperawatan ditegakkan dengan menggunakan formulasi P (problem ), E (etiologi ), dan S (sign). Suprajitno (2004) membagi tipologi diagnosa keperawatan menjadi 3 kelompok, yaitu : a) Diagnosa Aktual, yaitu masalah yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. b) Diagnosa Resiko / resiko tinggi, adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan dari perawat. c) Diagnosa Potensial, adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan. 3. Penilaian (skoring) Diagnosa Keperawatan dan Penentuan Prioritas Diagnosa Keperawatan Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan lebih dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978) yang dikutip oleh 48 Friedman (1998). Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan : a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang telah dibuat oleh perawat. b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot. Skor yang diperoleh x bobot Skor tertinggi c. Jumlahkan skor untuk setiap kriteria (skor maksimum adalah 5). Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan prioritas menurut Effendy ( 1998 ), yaitu : a. Sifat masalah : dalam menentukan sifat masalah bobot yang paling besar diberikan kepada keadaan sakit atau yang mengancam kehidupan keluarga, yaitu keadaan sakit atau pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan usia, kemudian baru diberikan kepada hal-hal yang yang mengancam kesehatan keluarga dan selanjutnya kepada situasi krisis dalam keluarga dimana terjadi situasi yang menuntut penyesuaian dalam keluarga. b. Kemungkinan masalah dapat diubah : faktor-faktor yang mempengaruhi masalah dapat diubah adalah : 1) Pengetahuan, teknologi, dan tindakan-tindakan untuk menangani masalah. 2) Sumber daya keluarga, diantaranya keuangan, tenaga, sarana dan prasarana. 49 3) Sumber daya perawatan, diantaranya adalah pengetahuan, keterampilan dan waktu. 4) Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas, organisasi seperti Posyandu, Puskesmas, Polindes dan sebagainya. c. Potensi masalah untuk dicegah: hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah adalah : 1) Kepelikan/kesulitan masalah, hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah yang menunjukkan kepada prognosa dan beratnya masalah. 2) Lamanya masalah, berhubungan dengan jangka waktu terjadinya masalah. Lamanya masalah berhubungan erat dengan beratnya masalah yang menimpa keluarga dan potensi masalah untuk dicegah. 3) Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan untuk mencegah dan memperbaiki masalah dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga. 4) Adanya kelompok resiko tinggi, dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah. 4. Intervensi Keperawatan Perumusan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada penderita hipertensi yang terdiri atas kemungkinan sumber-sumber yang meliputi pemakaian kekuatan-kekuatan dan 50 menggambarkan pendekatan alternatif diambil dari sumber yang ada untuk memenuhi tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang spesifik dan rencana tersebut sebagai rencana untuk tindakan. Tujuan asuhan keperawatan pada penderita dengan masalah hipertensi adalah : a. Tujuan jangka pendek pada penderita hipertensi antara lain : Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai hipertensi, maka keluarga mampu mengenal masalah hipertensi, mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus serta mampu merawatnya dengan : Kriteria evaluasi : 1) Respon verbal keluarga mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta pengelolaan hipertensi. 2) Respon afektif, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi. 3) Respon psikomotor, keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat bagi penderita hipertensi. Standar evaluasi : Mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab, perawatan, komplikasi dan pengobatan hipertensi, serta ciri lingkungan yang mendukung bagi penderita hipertensi. 51 b. Tujuan jangka panjang bagi penderita hipertensi. Masalah hipertensi dalam keluarga dapat teratasi atau dikurangi dan tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut pada hipertensi setelah dilakukan tindakan keperawatan. Tahap intervensi diawali dengan penyelesaian perencanaan perawatan. Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan. Intervensi pada sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan. Intervensi pada keluarga dengan masalah hipertensi antara lain sebagai berikut : (Doenges, 2000 : 730-740) 1) Mengukur tekanan darah pada pasien 2) Menganjurkan pada keluarga agar menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman yang dapat menunjang kesehatan 3) Menganjurkan untuk diit secara teratur 4) Mengkaji pemahaman pasien tentang masalah hipertensi 5) Mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi (pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pengobatan, serta komplikasi hipertensi) 6) Mendiskusikan pada pasien agar menghindari makanan yang tinggi lemak jenuh, kolesterol dan makanan yang manis. 7) Kaji keefektifan strategi koping degan mengobservasi perilaku pasien dan keluarga, misal kemampuan menyatakan perasaan 52 dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan 8) Sarankan untuk sering olah raga 9) Berikan informasi tentang sumber-sumber dimasyarakat dan dukungan anggota keluarga. Effendy (1998) menyatakan bahwa rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi. Menurut Little dan Carnevali yang dikutip oleh Effendy (1998) pentingnya membuat rencana perawatan adalah : a. Memberikan perawatan yang khusus, karena dapat mempermudah penyampaian perawatan yang tepat dengan memperhatikan keunikan si penerima. b. Membantu dalam menentukan prioritas dengan memberikan datadata tentang keadaan dan sifat masalah. c. Mengembangkan komunikas yang sistematis antara tenaga kesehatan yang bersangkutan. d. Menjamin kesinambungan dari perawatan yang diberikan. e. Melancarkan koordinasi perawatan melalui pemberian informasi kepada tim kesehatan lainnya tentang tindakan yang dikerjakan oleh perawat. 53 Menurut Suprajitno (2004), rencana keperawatan keluarga meliputi kegiatan yang bertujuan : a. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara : 1) Memberikan informasi yang tepat. 2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan. 3) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan. b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan : 1) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan. 2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga. 3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan. c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara : 1) Mendemonstrasikan cara perawatan. 2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah. 3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan. d. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara : 1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga. 54 2) Melakukan perubahan lingkungan bersama seoptimal mungkin. e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya, dengan cara : 1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan keluarga. 2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Sedangkan tujuan jangka panjang dari asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi adalah perubahan perilaku keluarga, mulai dari gaya hidup, perilaku sehari – hari, dan perubahan pandangan tentang Hipertensi yang selama ini dapat menyesatkan keluarga dan meningkatkan hubungan penderita Hipertensi dengan lingkungan sekitar. Hal ini dapat dilihat atau indikasi keberhasilannya adalah perubahan perilaku keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Bila penyebab masalah adalah ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, maka fokus intervensi yang dilakukan perawat adalah mengkaji pengetahuan keluarga tentang Hipertensi dan pandangan keluarga tentang penyakit tersebut. Selain itu memberikan informasi sebanyak – banyaknya kepada keluarga tentang Hipertensi dan mendengarkan apa yang menjadi keluhan keluarga dan memberikan feedback atas pertanyaan yang diungkapkan oleh keluarga. 55 Apabila masalah yang muncul adalah ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, maka tindakan yang harus dilakukan oleh perawat adalah kaji tentang pemegang kekuasaan atau pengambil keputusan dalam keluarga. Tanyakan kepada keluarga mengapa tidak ada inisiatif atau adakah kendala yang menyebabkan keluarga tidak mampu mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan bagi anggota keluarga yang sakit. Perlu juga dikaji koping mekanisme yang dilakukan oleh keluarga, apakah koping yang sudah digunakan sudah efektif ataukah belum. Apabila masalah yang muncul adalah ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit maka intervensi difokuskan pada pemberian informasi yang cukup kepada keluarga tentang cara perawatan anggota keluarga yang sakit dan mengajarkan kepada keluarga tentang prosedur atau tindakan keperawatan bila diperlukan, Selain itu anjurkan kepada keluarga untuk membantu anggota keluarga yang sakit dengan mengatur pola makan yang sehat dan seimbang dan memperbanyak olahraga. Bila masalah yang muncul adalah ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang menunjang untuk keluarga, maka intervensi difokuskan kepada saran untuk mengubah pola pengaturan rumah yang selama ini digunakan oleh keluarga karena ternyata modifikasi lingkungan sangat diperlukan untuk menunjang perawatan bagi anggota keluarga yang terkena sakit hipertensi. 56 Jika masalah kesehatan yang muncul adalah ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, maka fokus intervensinya adalah kaji adanya ketidakpuasan keluarga terhadap petugas kesehatan, adakah pengalaman buruk di masa lalu terkait dengan petugas kesehatan. Selain itu berikan informasi kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga untuk pengobatan penyakit yang disesuaikan dengan kemampuan keluarga. 5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Implementasi atau pelaksanaan rencana asuhan keperawatan terhadap keluarga dilakukan setelah rencana tindakan atau intervensi keperawatan telah tersusun. Menurut Effendy (1998) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga adalah : a) Sumber daya keluarga Sumber daya atau dan bagi keluarga dengan Hipertensi sangat diperlukan karena dalam pelaksanaan tindakan perawatan bagi anggota yang terkena Hipertensi maka biaya yang akan dikeluarkan akan cukup banyak karena ada biaya pemeriksaan kesehatan rutin yang harus dikeluarkan setiap bulan. Dengan adanya dana yang cukup maka diharapkan pengobatan akan berjalan dengan teratur dan baik. 57 b) Tingkat pendidikan keluarga Tingkat pendidikan keluarga sangat mempengaruhi pula pandangan keluarga terhadap kesehatan dan pengenalan terhadap masalah Hipertensi. dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk perawatan anggota keluarga yang menderita Hipertensi. c) Adat atau kebiasaan yang berlaku Adanya kepercayaan masyarakat kepada hal-hal tertentu untuk mengobati suatu penyakit akan mempengaruhi keluarga dalam pengambilan keputusan pengobatan bagi anggota keluarga yang terkena Hipertensi. d) Respon atau penerimaan keluarga Adanya itikad atau maksud baik keluarga untuk melakukan pengobatan bagi anggota keluarga yang terkena Hipertensi dan adanya hubungan saling percaya yang terbangun antara perawat dengan keluarga yang terjalin dengan baik akan membuat keluarga semakin mantap dalam melaksanakan perawatan bagi anggota keluarga yang terkena Hipertensi. e) Sarana dan prasarana yang ada dalam keluarga. Sarana dan prasarana yang ada dalam keluarga akan membantu dalam pelaksanaan perawatan pada anggota keluarga yang menderita Hipertensi. 58 6. Evaluasi Komponen kelima dari proses adalah evaluasi. Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi-intervensi yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya (Friedman, 1998 : 71). Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan. Ada beberapa macam metode evaluasi yang dipakai dalam perawatan. Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang di evaluasi. Kriteria yang digunakan adalah observasi langsung yaitu dengan mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam keluarga, wawancara yaitu dengan cara mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan perubahan sikap apakah telah menjalankan dan mematuhi anjuran perawat. Dalam mengevaluasi harus melihat tujuan yang sudah kita buat diatas. Bila tujuan sudah tercapai, maka kita membuat rencana tindak lanjut. 59