BAB II

advertisement
BAB II
KONSEP DASAR
I. Konsep Penyakit
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002).
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar / sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasim, 2003).
Klasifikasi hipertensi :
1. Hipertensi ringan
Tekanan diastolik antara 95-104 mmHg.
2. Hipertensi sedang
Tekanan diastolik antara 105-114 mmHg
3. Hipertensi berat
Tekanan diastolik antara 115 mmHg/lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan karena dianggap lebih
serius peningkatan sistolik. (Smith Tom, 1995)
6
B. Anatomi dan Fisiologi
Sistem kardiovaskuler adalah sistem transpor tubuh yang
membawa gas-gas pernafasan, nutrisi, hormon-hormon dan zat-zat lain ke
dan dari jaringan tubuh.
(Sumber: Syaifuddin, 1997)
Sistem kardiovaskuler dibangun oleh :
1. Darah, jaringan cair kompleks yang mengandung sel-sel khusus dalam
cairan plasma.
2. Jantung, pompa ganda yang terdiri atas empat ruang yang bekerja
memompa darah ke pembuluh-pembuluh darah.
3. Pembuluh-pembuluh darah.
4. Arteri, yang membawa darah dari jantung ke jaringan.
5. Vena, yang mengembalikan darah dari jaringan ke jantung.
6. Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat halus yang ada pada
seluruh jaringan tubuh kita. Kapiler menghubungkan arteri kecil ke
7
vena kecil. Pertukaran gas-gas pernafasan dan zat nutrisi di jaringan
terjadi melewati dinding kapiler
1. Pembuluh Darah
1) Arteri dan Arteriol
Potongan melintang arteri menunjukkan bahwa dindingnya
terdiri atas tiga lapisan :
1) Tunika intima
Yang terdiri dari lapisan sel endotel yang halus dan lapisan
jaringan elastin.
2) Tunika media
Yang merupakan campuran jaringan elastin dan otot polos.
3) Tunika eksterna
Yang merupakan jaringan penyambung fibro-elastin.
Aorta dan arteri besar tidak hanya berperan membawa
darah ke jaringan, tetapi juga meratakan aliran darah, dengan
mengembangkan dindingnya pada setiap denyutan jantung dan
kemudian mengerut sewaktu diastole. Cara kerja ini mengubah
aliran intermiten darah dari jantung menjadi aliran mantap ke
jaringan. Lapisan tunika media dari pembuluh darah yang
meredam tekanan ini, sebagian besar terdiri atas jaringan elastin.
Saat arteri menjadi makin kecil maka proporsi jaringan otot
di dindingnya meningkat. Pembuluh darah dengan diameter kurang
8
dari 0.2 mm sangat banyak jaringan ototnya, dan dikenal dengan
nama arteriol.
Arteriol-arteriol ini dindingnya tebal, dan kaya suplai saraf,
mereka ini mempunyai beberapa fungsi yang penting :
1) Berperan sebagai pengurang tekanan (seperti selang air
penyiram bunga). Karenanya, tekanan darah arteri tinggi tidak
mencapai jaringan dan merusaknya.
2) Berperan sebagai pengatur jumlah aliran darah di suatu tempat
tertentu. Bila dibutuhkan banyak darah di tempat itu arteriol
akan melebar sehingga darah lebih banyak mengalir ke area itu.
3) Berperan mempertahankan tekanan darah. Bila segenap arteriol
berdilatasi secara serentak, maka bisa terjadi keadaan bahaya
menurunnya tekanan darah, akibat dari darah yang mengalir ke
sirkulasi perifer lebih besar jumlahnya dibanding curah
jantungnya. Namun, berkenaan dengan seluruh kerja sistem
saraf simpatis maka beberapa arteriol yang cukup tetap
konstriksi untuk mempertahankan tekanan arteri normal.
4) Arteriol-arteriol itu sendiri mempunyai aktivitas siklis,
membuka dan menutup lagi setiap beberapa menit. Mekanisme
ini menjamin pertukaran cairan jaringan tetap konstan.
2. Tekanan Darah
Saat
darah
mengalir
melalui
sistem
kardiovaskuler
menimbulkan tekanan pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini
9
paling besar pada arteri dekat jantung dan paling rendah pada vena
yang mengembalikan darah ke jantung.
Tekanan darah dalam arteri berubah-ubah secara berirama
sejalan dengan denyut jantung yang mencapai maksimum saat
ventrikel kiri mengeluarkan darah ke dalam aorta (sistole) dan turun
kembali selama diastole, yang mencapai minimum tepat sebelum
denyut jantung berikutnya.
Tekanan
darah
arteri
biasanya
diukur
dengan
alat
sfignomanometer. Alat ini terdiri atas
sebuah
manset yang
dipasangkan mengelilingi lengan dan dikembangkan sampai arteri
brakhialis disumbat (terdeteksi dengan
mendengarkan
melalui
stetoskop yang ditempatkan diatas arteri di bawah manset).
Tekanan dalam manset diukur dengan kolom air raksa dan
sederajat dengan tekanan darah maksimum, tekanan darah sistolik, bila
arteri disumbat.
Manset secara bertahap dikempeskan, yang memungkinkan
darah
disemburkan melalui arteri. Suara detak terdengar melalui
stetoskop. Bisingnya akan melemah saat aliran darah dalam arteri tidak
mengalami bendungan sama sekali. Tekanan dalam manset kemudian
sesuai dengan tekanan terendah selama siklus jantung – tekanan darah
diastolik.
Tekanan darah dinyatakan dengan dua angka, misalnya 120/80,
dimana 120 menyatakan tekanan darah sistolik dalam milimeter air
10
raksa (mmHg) dan 80 menyatakan tekanan darah diastolik dalam
milimeter air raksa.
Tekanan darah normal beragam nilainya. Seorang dewasa
muda yang sehat bisa mempunyai tekanan darah dari kira-kira 100/60
sampai kira-kira 150/90. Ini bervariasi dalam hubungannya dengan
tidur, kerja fisik dan emosi, serta cenderung meningkat dengan
bertambahnya usia.
a) Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Saat cairan mengalir dalam selang, kecepatan aliran cairan
dihubungkan dengan tekanan yang diberikan padanya :
Tekanan = Kecepatan aliran x Tahanan terhadap aliran
Karenanya tekanan darah tergantung pada kecepatan aliran
darah melalui sirkulasi, dan pada tahanan yang diberikan pada
alirannya.
Kecepatan aliran darah tergantung pada :
1) Volume darah, dan
2) Curah jantung
Tahanan pada aliran darah tergantung pada :
1) Viskositas darah, dan
2) Sifat-sifat pembuluh darah. Pembuluh darah yang memberikan
tahanan paling besar pada aliran darah adalah arteri kecil dan
arteriol. Tahanan ini pada aliran darah disebut tahanan perifer.
11
Volume darah dan viskositas darah adalah konstan pada
individu normal, tetapi curah jantung dan tahanan perifer dapat
berubah-ubah. Tekanan darah ditunjukkan dengan cara ini :
Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan perifer
Curah jantung dan tahanan perifer sangat bervariasi dari
individu satu dengan yang lain, dan pada satu individu berbeda
berdasarkan waktu. Tekanan darah biasanya bervariasi pada luas
yang lebih kecil karena perubahan pada curah jantung dan tahanan
perifer cenderung saling mengimbangi.
b) Tekanan Darah Normal
Diagram di bawah ini menunjukkan nilai khas untuk
tekanan darah sistolik pada orang dewasa beristirahat.
Pada sirkulasi pulmonal, arteriol tidak aktif dan tekanan
rendah. Ini menghindari filtrasi cairan yang terjadi pada kapiler
sistemik dan mencegah alveoli dari kebanjiran cairan jaringan.
Pada sirkulasi sistemik, arteriol sebagai keseluruhan
sebagian terkontraksi. Ini mempertahankan tahanan perifer, dan
karenanya tekanan darah tinggi.
Tekanan pada atrium kanan harus selalu lebih rendah dari
yang ada pada vena, atau jantung akan tidak terisi. Tekanan sejati
disini, tekanan vena sentral, dapat diukur dengan melewatkan
selang halus sepanjang vena lengan, melalui vena subklavia ke
12
dalam atrium kanan. Tekanan vena sentral sangat stabil pada orang
sehat karena penyesuaian kontinu aliran balik vena.
Aliran darah pada arteri adalah berdenyut dan cepat. Pada
kapiler aliran lambat dan halus.
C. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu : (Lany Gunawan, 2001) :
1. Hipertensi esensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu disebabkan oleh penyakit lain hipertensi
primer terdapat lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan
10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
a) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
13
b) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis
kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras
kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan
hidup
yang
sering
menyebabkan
timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari
30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh
lain misalnya merokok, minum alkohol dan minum obatobatan.
D. Patofisiologi
Menurut
Smeltzer
&
Bare
(2002:898)
mengatakan
bahwa
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari
vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis
dan keluar dari kolomna medulla
ke ganglia simpatis di torax dan
abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system syaraf simpatis. Pada titik
ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
melepaskannya nere frineprine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
14
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon
pembuluh
darah
terhadap
rangsang
vasokonstriktif
yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang ke
ginjal menjadi berkurang / menurun dan berakibat diproduksinya rennin,
rennin akan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor yang kuat
yang merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenal dimana hormon
aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan
menyebabkan
peningkatan
volume
cairan
intra
vaskuler
yang
menyebabkan hipertensi.
Menurut Lund-Johansen (1989), pada stadium awal sebagian
besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat
dan
kemudian
diikuti
dengan
kenaikan
tahanan
perifer
yang
mengakibatkan kenaikan. Tekanan darah yang menetap. Guyton
(1989)
berpendapat
bahwa
pada
hipertensi
terjadi
perubahan
autoregulasi dan sebagai penyebab awal perubahan ini adalah retensi
garam oleh ginjal.
Folkow (1987) menunjukkan bahwa stress dengan peninggian
aktivitas
hipertrifi
saraf
simpatis
structural.
menyebabkan
Berkaitan
dengan
konstriksi
hal
ini
fungsional
dan
Swales (1990)
mengemukakan bahwa perubahan fungsi membran sel juga dapat
menyebabkan konstriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Sedangkan
Lever (1986) menyatakan bahwa mekanisme trofik dapat menyebabkan
15
hipertrofi vascular secara langsung. Faktor lain yang diduga ikut
berperan adalah endotelin yang bersifat vasokonstriktor.
E. Manifestasi klinik
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem
organ yang di vaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling
menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons
peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan
tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi
menahan peningkatan beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan
nitrogen urea darah dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak
dapat
menimbulkan
stroke atau
serangan iskemik trasien yang
termanifestasi sebagai paralysis sementara pada sisi (hemiplegi) atau
gangguan ketajaman penglihatan. Tetapi kadang menimbulkan gejala
seperti nyeri kepala, epistaksis, pusing, gemetar, sering marah-marah,
tekanan darah lebih dari 149/90 mmHg. (Smeltzer : 2001).
16
F. Penatalaksanaan
1. Terapi non farmakologis
Terapi norfarmakologi harus selalu digunakan pada pasien
dengan hipertensi perbatasan dan tanpa kerusakan organ akhir,
terutama
pada
orang
yang
kegemukan (obese).
Terapi
non
farmakologi mencakup penurunan berat badan, pembatasan garam,
latihan isotonok dan mengubah pola hidup misalnya asupan
lemak,
menghentikan
kebiasaan merokok,
dan
mengurangi
konsumsi alkohol sampai kurang dari 2 gelas bir per hari.
2. Terapi antihipertensi
Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi
hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Obat yang ideal
adalah obat yang tidak mengganggu gaya hidup/menyebabkan
simptomatologi
tekanan
yang
arteri
bermakna
terkendali.
tetapi
dapat
Penurunan
mempertahankan
tekanan
arteri
jelas
mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat stroke, gagal
jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat
belum memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko
penyakit koroner. Sebenarnya, obat-obatan seperti diuretika tiazid
dan
penghambat
aktifitas
adrenoreseptorbeta
simptomimetik
intrinsik
yang
biasanya
tidak
mempunyai
meningkatan
rasio
kolesterol total terhadap HDL dalam plasma dan trigliserida dan
karenanya dapat memburuk faktor-faktor yang ikut mengembangkan
17
penyakit aterosklerosis penghambat enzim pengubah (converting
enzim) akan menurunkan resistensi insulin, suatu faktor utama
pada penderita diabetes yang tidak bergantung insulin dan juga
diduga
terlibat
dalam
perkembangan
penyakit
aterosklerosis.
(Stein, Jay : 1999).
G. Komplikasi
Berdasar pada data pengkajian, komplikasi potensial yang
mungkin terjadi mencakup :
1. Perdarahan retina
2. Gagal jantung kongestif
3. Insufisiensi ginjal
4. Cedera serebrovaskuler ( CVA : Cerebrovaskular Accident) atau
stroke
(Doenges, Marlynn E : 1999)
18
H. Pathways Keperawatan
Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup, Obesitas
HIPERTENSI
Ginjal
Otak
Resistensi
pemb. drh
otak
Suplai O2
otak
Vasokonstriksi
pemblh. darah
ginjal
Kesadaran
Blood flow
Retina
Spasmus
arteriole
Diplopia
Koroner jantung
invark miokard
Nyeri dada
Tek. pemblh drh
otak
Nyeri kepala
Resiko
injuri
Respon KAA
Resiko
injuri
Rangsang
aldosteron
Gx. rasa
nyaman ;
nyeri
Retensi Na
Oedema
Gx. Keseimbangan
cairan
(Sumber : Smelzer & Bare, 2002 : 898)
19
I. Masalah Keperawatan
1. Resiko kerusakan perfusi jaringan
2. Nyeri (akut) Sakit Kepala
3. Resiko (injuri) Jatuh
4. Toleransi aktivitas
J. Pengkajian Fokus
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala
: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya menonton.
Tanda
: Frekuensi
jantung
meningkat, perubahan
irama
jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala
: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner / katup dan penyakit serebrovaskular.
Tanda
: Kenaikan
tekanan
TD (pengukuran
darah
diperlukan
serial
untuk
dari
kenaikan
menegakkan
diagnosis).
-
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan
regimen obat).
-
Nadi : Denyutan jelas dari karotis jugularis,
radialis: perbedaan denyut, seperti denyut femoral
melambat sebagai kompensasi denyutan radialis
20
atau brakialis : denyut popliteal, tibialis posterior,
pedalis tidak teraba atau lemah.
-
Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser dan
/ atau sangat kuat.
-
Frekuensi / irama : takikardi, berbagai disritmia.
-
Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar: S3
(CHF): 84 (pengerasan ventrikel kiri / hipertrofi
ventrikel kiri).
-
Mulmur stenosis valvular
-
Desiran
vascular
terdengar
diatas
karotis,
femoralis, atau epigastrium (stenosis arteri).
-
DVJ (distensi venajugularis) (kongesti vena).
-
Ekstremitas
:
perubahan
warna
kulit,
suhu
dingin (vasokonstriksi perifer); pengisian kapiler
mungkin lambat / tertunda (vasokonstriksi).
-
Kulit
pucat, sianosis, dan
diaforesis (kongesti,
hipoksemia); kemerahan (feokromositoma).
3. Integritas ego
Gejala
:
•
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria.
•
Faktor-faktor
stress
multiple
(hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
21
Tanda
:
•
Letupan
suasana
hati,
gelisah,
penyempitan
kontinu perhatian, tangisan yang meledak.
•
Gerak
tangan
empati,
otot,
muka
tegang
(khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala
: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti :
infeksi obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa
lalu).
5. Makanan / cairan
Gejala
:
•
Makanan yang disukai, yang dapat mencakup
makanan
tinggi
garam,
tinggi
lemak,
tinggi
kolesterol (seperti : makanan yang digoreng, keju,
telur); gula-gula yang berwarna hitam kandungan
tinggi kalori.
•
Mual, muntah.
•
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat
/ turun).
Tanda
•
Riwayat penggunaan diuretic.
•
Berat badan normal atau obesitas
:
22
•
Adanya edema (mungkin umur atau tertentu):
kongesti vena, DVJ; Glikosuria (hampir 10%
pasien hipertensi adalah diabetic).
6. Neurosensori
Gejala
:
•
Keluhan pening / pusing.
•
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam).
Hipertensi :
-
Episode kebas dan / atau kelemahan pada satu
sisi tubuh.
-
Gangguan
penglihatan
(diplopia,
penglihatan
kabur)
Tanda
-
Episode epistaksis.
•
Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi,
:
pola / isi bicara, afek, proses pikir, atau memori
(ingatan).
•
Respons motorik : penurunan kekuatan genggaman
tangan dan / atau reflek tendon dalam.
•
Perubahan-perubahan retinal optik : dari selerosis /
penyempitan arteri ringan sampai berat dan
23
perubahan
sklerotik
dengan
edema
atau
papiledema, eksudat, dan hemoragic tergantung
pada berat / lamanya hipertensi.
7. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala
:
•
Angina (penyakit
arteri
koroner / keterlibatan
jantung).
•
Nyeri hilang timbul pada tangkai / klaudikasi
(indikasi arteriosclerosis pada arteri ekstremitas
bawah).
•
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah
terjadi sebelumnya.
•
Nyeri abdomen / massa (feokromositoma).
8. Pernafasan (secara umum berhubungan dengan efek kardiopulmonal
tahap lanjut dari hipertensi menetap / berat).
Gejala
Tanda
:
•
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja.
•
Takipnea, ortopnea noktural paroksimal.
•
Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum.
•
Riwayat merokok.
•
Distress
:
respirasi / penggunaan
otot
aksesori
pernafasan.
24
•
Bunyi nafas tambahan / krakles / mengi.
•
Sianosis.
9. Keamanan
Keluhan / gejala :
•
Gangguan koordinasi / cara berjalan.
•
Episode : perestesia unilateral transient.
•
Hipotensi postural.
10. Pembelajaran / penyuluhan
Gejala
:
•
Faktor-faktor
resiko
aterosklerosis,
keluarga:
penyakit
hipertensi,
jantung,
diabetes
mellitus, penyakit serebrovaskuler / ginjal.
•
Faktor-faktor resiko etnik seperti: orang afrikaamerika, asia tenggara.
•
Penggunaan
pil
KB
atau
hormon
lain
:
penggunaan obat / alkohol.
11. Pertimbangan DRG menunjukkan berapa lamanya dirawat : 4,2
hari.
Rencana pemulangan :
-
Bantuan dengan pemantauan diri TD.
-
Perubahan dalam terapi obat.
(Doengoes, M.E. 1992)
25
12. Pemeriksaan Diagnostik
-
Hemoglobin/hematokrit : Bukan
diagnostik
tetapi
mengkaji
hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat
mengindikasikan
faktor-faktor
risiko
seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
-
BUN/kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal. Glukosa:
Hiperglikemia
(diabetes
mellitus
adalah
pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
-
Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
-
Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
-
Kolesterol dan trigliserida serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskular).
-
Pemeriksaan
tiroid :
Hipertiroidisme
dapat
menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
-
Kadar aldosteron urin / serum: Untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab).
-
Urinalisa : Darah, protein, glikosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan / atau adanya diabetes.
26
-
VMA
urin
(metabolit
mengindikasikan
adanya
katekolamin) :
Kenaikan
dapat
feokromositoma (penyebab);
VMA
urin 24 Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi
sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
-
Steroid
urin
hiperadrenalisme,
:
Kenaikan
dapat
feokromositoma
atau
mengindikasikan
disfungsi
pituitary,
sindrom Cushing’s; kadar rennin dapat juga meningkat.
-
IVP : Dapat mengindentifikasi penyebab hipertensi, seperti:
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter.
-
Foto dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area
katup; deposit pada dan / atau takik aorta; perbesaran jantung.
13. EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, Catatan : Luas, peninggian gelombang adalah
salah satu tanda dini penyakit hipertensi.
K. Fokus Intervensi dan Rasional
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1. Resiko Kerusakan Perfusi Jaringan Berhubungan Dengan Gangguan
Sirkulasi Perifer.
a. Monitor tekanan darah setiap 4 jam, nadi apikal dan tanda
neurology tiap 10 menit
Rasional
: Untuk mengevaluasi perkembangan penyakit dan
keefektifan terapi.
27
b. Pertahankan
tirah
baring
pada
posisi
semifowler
sampai
tekanan darah.
Rasional
: Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.
c. Pantau data laboratorium misalnya: GDA, Kreatinin
Rasional : Memantau hasil laboratorium GDA, kreatinin
d. Anjurkan untuk tidak merokok atau menggunakan produk
nikotin
Rasional : Untuk mengurangi tekanan darah ke jantung
e. Kolaborasi pemberian obat-obatan anti hipertensi misalnya
golongan inhibitor simpa (pra panolol, antenolol) golongan
vasodilator (hydralazin).
Rasional : Mengontrol tekanan darah.
2. Nyeri (akut) Sakit Kepala Berhubungan Dengan Peningkatan
Vaskuler Serebral:
a. Berikan tindakan non farmakologis untuk menghilangkan rasa
sakit
kepala. Misalnya, kompres
dingin
pada
dahi, pijat
punggung dari leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik
relaksasi.
Rasional : Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
kepala
b. Hilangkan minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya, mengejang saat BAB,
batuk panjang membungkuk.
28
Rasional : Aktivitas
yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
c. Anjurkan pasien untuk tirah baring selama fasekuat.
Rasional : Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi.
d. Kurangi adanya kurang pengetahuan (jelaskan sebab-sebab
nyeri dan lama nyeri bila diketahui).
Rasional
: Pasien mengetahui tentang sebab-sebab nyeri dan
lama nyeri
3. Resiko (injuri) Jatuh Berhubungan Dengan Gangguan Penglihatan.
a. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain.
Rasional : Pasien mengenal lingkungan
b. Pertahankan tirah baring tetap dalam posisi terlentang yang
ditentukan.
Rasional : Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi.
c. Anjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata agar tidak
terlalu lelah.
Rasional : Membantu
menurunkan
rangsang
simpatis,
meningkatkan relaksasi.
d. Modifikasi lingkungan sekitar pasien.
Rasional : Memberikan lingkungan yang nyaman
29
4. Toleransi aktivitas Berhubungan Dengan Penurunan Cardiac Out
Put.
a. Berikan dorongan untuk aktivitas / perawatan diri berhadap
(jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan).
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
kerja jantung tiba-tiba.
b. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi.
Rasional : Mengurangi
penggunaan
energi
juga
membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
(Doengoes, M.E 1999)
II. Konsep Dasar Keluarga
A. Pengertian
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) yang dikutip oleh
Effendy (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Friedman (1998), keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
dan individu mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian
dari keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya (1989) yang dikutip oleh Effendy
(1998), keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
30
karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan.
Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang tinggal di satu tempat / rumah, saling berinteraksi satu sama lain,
mempunyai
peran
masing–masing
dan
mempertahankan
suatu
kebudayaan.
B. Struktur keluarga
Menurut Effendy (1998) struktur keluarga terdiri dari bermacammacam, diantaranya adalah :
1. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
31
5. Keluarga Kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
C. Tipe / Bentuk Keluarga
1. Keluarga Inti (Nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak bentuk keluarga seperti ini tidak berpotensi besar
terhadap hipertensi.
2. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya, nenek, kakek, keponakan, sepupu,
paman, bibi, dan sebagainya, tipe keluarga besar mempuyai pengaruh
besar terjadinya hipertensi.
3. Keluarga Berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari 1 kali dan merupakan satu
keluarga inti, terdapat kemungkinan besar untuk terjadi hipertensi.
4. Keluarga Duda/Janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian, tipe keluarga seperti ini berpotensi
terjadinya hipertensi.
5. Keluarga
Berkomposisi
(Composite),
adalah
keluarga
yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama, dikaitkan
dengan konsep hipertensi sangat besar terjadi kemungkinan.
32
6. Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang yang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga, berpotensi terjadi
hipertensi jika dikaitkan dengan konsep hipertensi yang ada.
D. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi Biologis
a) Untuk meneruskan keturunan.
b) Memelihara dan membesarkan anak.
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d) Memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak.
b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
33
4. Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya
pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan
anak
untuk
memberikan
pengetahuan,
keterampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat,
minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
E. Tugas Perkembangan Keluarga
1. Pasangan baru menikah (pasangan baru)
a) Membina hubungan intim yang memuaskan.
b) Menetapkan tujuan bersama.
c) Mengembangkan hubungan dengan keluarga keluarga lain, teman,
dan kelompok sosial.
d) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Keluarga dengan menanti kelahiran / bayi baru lahir
a) Mempersiapkan menjadi orang tua.
34
b) Tugas masing-masing dan tanggung jawab.
c) Persiapan biaya.
d) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga baru,
interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan sehari - hari.
e) Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.
3. Keluarga dengan anak usia prasekolah
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat
tinggal, privacy dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya
keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Merencanakan
kegiatan
dan
waktu
untuk
menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
a) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah dan lingkungan lebih luas (yang tidak / kurang diperoleh
dari sekolah atau masyarakat).
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
35
c) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan remaja
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab
mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan memiliki
otonomi.
b) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota)
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
6. Keluarga dengan anak-anak dewasa awal ( pelepasan )
a) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga
besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
7. Keluarga usia pertengahan
a) Mempertahankan
kesehatan
individu
dan
pasangan
usia
pertengahan.
b) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
36
c) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan
anak-anaknya dan sebaya.
d) Meningkatkan keakraban pasangan.
e) Partisipasi aktifitas sosial.
8. Keluarga usia lanjut
a) Mempertahankan suasana kehidupan kehidupan rumah tangga
yang saling menyenangkan pasangannya.
b) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi; kehilangan
pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga.
c) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d) Mempertahankan kontak dengan anak cucu.
e) Mempertahankan kontak dengan masyarakat.
f) Melakukan life review masa lalu.
F. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1981)
yang dikutip oleh Effendy (1998), yaitu :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
terutama yang terkena hipertensi
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
penderita hipertensi
37
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
hipertensi, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat
atau usianya yang terlalu muda
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga yang menderita
hipertensi
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
G. Proses Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang
digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan
dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan
rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu yang telah
dilaksanakan terhadap keluarga (Effendy, 1998).
1. Pengkajian Keluarga
Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan
keluarga ke dalam tahap - tahap meliputi identifikasi data, tahap dan
riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi
keluarga dan koping keluarga.
38
a) Mengidentifikasi Data
Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan
keluarga maupun sosial yang merupakan sistem integrasi dan
kesanggupan untuk mengatasinya (Friedman, 1998).
Pengumpulan data pada keluarga dengan Hipertensi
difokuskan pada komponen – komponen yang berkaitan dengan
Hipertensi.
1) Identitas Keluarga
Identitas keluarga membantu mengidentifikasi faktor keturunan
terhadap penyakit tertentu. Price (1995), menyatakan bahwa
determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada
mayoritas penderita Hipertensi. Pengaruh ekonomi pada
Hipertensi jelas terlihat akibat biaya pengobatan dan hilangnya
pendapatan disamping komplikasi. Jenis pekerjaan penderita
Hipertensi sewaktu dulu sangat mempengaruhi gaya hidup
yang dapat menimbulkan Hipertensi (Noer, 1996).
2) Latar Belakang atau Kebiasaan Keluarga
i) Kebiasaan Makan
Pola makan keluarga telah bergeser dari pola makan
tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat
dari sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang
terlalu garam yang tinggi dan mengandung sedikit serat.
39
Pola makan seperti inilah yang beresiko terjadinya penyakit
Hipertensi (Noer, 1996).
ii) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan faktor penting
dalam pengelolaan pasien dengan Hipertensi. Effendy
(1998), menyatakan bahwa fasilitas kesehatan yang
terjangkau memberikan pengaruh yang besar terhadap
perawatan dan pengobatan pada keluarga yang anggota
keluarganya menderita Hipertensi. Bila keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka dengan rajin
mereka akan melakukan kontrol dan memeriksakan dirinya
secara teratur apabila ada keluhan lemas-lemas ke tempat
pelayanan kesehatan terdekat. Pada keluarga yang kurang
mampu memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan, maka
keluarga hanya memeriksakan kesehatannya apabila sakit
saja, termasuk ketika merasakan adanya gejala-gejala yang
terkait dengan Hipertensi.
iii) Pengobatan Tradisional
Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu
tradisional. Namun perlu diperhatikan dalam melakukan
pengobatan tersebut harus kontrol dengan teratur agar
pengobatannya berhasil. Namun
mayoritas
penderita
Hipertensi telah memanfaatkan pengobatan modern untuk
40
mengatasi gejala dan keluhan Hipertensi. Obat atau
pengobatan tradisional misalnya dapat menggunakan
bahan-bahan tradisional antara lain : bawang putih, kunir,
mentimun, belimbing, jeruk nipis, murbei, mengkudu, daun
kumis kucing.
3) Status Sosial Ekonomi
i) Pendidikan
Pendidikan keluarga akan mempengaruhi keluarga dalam
memberikan pengelolaan anggota keluarga yang menderita
Hipertensi. Pendidikan keluarga yang rendah adalah
hambatan paling besar yang dihadapi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
termasuk keluarga dengan masalah Hipertensi (Effendy,
1998).
ii) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga
dalam melakukan perawatan dan pengobatan pada anggota
keluarga yang menderita Hipertensi. Salah satu penyebab
ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan dan perawatan adalah tidak seimbangnya
sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya
keuangan (Effendy, 1998).
41
4) Aktivitas
Penderita Hipertensi yang rutin memeriksakan dirinya ke
pelayanan kesehatan dan rajin meminum obatnya secara teratur
akan meminimalkan resiko terjadinya stroke. Oleh karena itu
aktifitas yang berlebihan, termasuk olahraga yang berat dapat
mengakibatkan stroke.
b) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Riwayat keluarga dimulai dari konsepsi, kehamilan, kelahiran,
sampai saat ini termasuk dalam riwayat perkembangan dan
kejadian-kejadian dan pengalaman-pengalaman kesehatan yang
unik yang berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam
kehidupan
keluarga
dapat
memicu
tingkat
perkembangan
seseorang (Friedman, 1998). Kondisi ini dapat mempengaruhi
penyakit yang sedang diderita oleh salah satu anggota keluarga.
c) Data lingkungan
1) Karakteristik rumah dan lingkungan
Lingkungan rumah yang lembab, sinar matahari yang kurang
dapat
menyebabkan keadaan kurang sehat. Keadaan rumah
meliputi ventilasi, penerangan,
kebersihan,
luas rumah
dibandingkan jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi
terjadinya penyebaran penyakit. Adanya sanitasi lingkungan
yang baik meminimalkan terjadinya penyebaran penyakit
terhadap anggota keluarga yang lain (Effendy, 1998).
42
2) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Hubungan
baik,
hubungan
timbal
balik
yang
saling
menguntungkan antar warga sekitar dapat mempengaruhi
kehidupan keluarga dan peran anggota keluarga dalam persepsi
kesehatan anggota keluarga (Effendy, 1998).
d) Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi
Interaksi
antar
anggota
keluarga
yang
positif
akan
menimbulkan saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga (Effendy, 1998).
2) Struktur kekuasaan
Pada masyarakat Indonesia kebanyakan pemegang kekuasaan
yang lebih dominan adalah patrial yaitu pemegang kekuasaan
yang tertinggi di pihak ayah (Effendy, 1998).
3) Struktur peran
Friedman (1998), menyatakan bahwa peran atau status
seseorang dalam keluarga dan masyarakat mempengaruhi gaya
hidupnya. Peran dalam keluarga terbagi dalam peran sebagai
suami, ayah, istri, ibu, anak, kakak, adik, cucu dan lain – lain.
4) Nilai – nilai dalam keluarga
Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga adalah
yang bertentangan dengan masalah Hipertensi seperti halnya
43
pergi ke dukun dan bukan pada petugas fasilitas kesehatan
(Effendy, 1998).
e) Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh
individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang
memperhatikan keluarga yang menderita Hipertensi akan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut (Noer, 1996).
2) Fungsi Sosialisasi
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota
keluarga yang menderita Hipertensi untuk berinterakasi dengan
lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya
penderita Hipertensi akan kehilangan semangat oleh karena
merasa jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan
masalah Hipertensi:
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah pada
Hipertensi salah satu faktor penyebabnya adalah karena
kurang pengetahuan tentang Hipertensi (Effendy, 1998).
Apabila
keluarga
tidak
mampu
mengenal
masalah
44
hipertensi,
penyakit
tersebut
akan
mengakibatkan
komplikasi.
b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena
tidak memahami tentang sifat, berat, dan luasnya masalah
yang dihadapi dan masalah tidak begitu menonjol. Penyakit
Hipertensi yang tanpa penanganan akan mengakibatkan
komplikasi
c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan ini disebabkan karena tidak mengetahui
keadaan penyakit, misalnya keluarga tidak mengetahui
tentang pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan
pengelolaan pada hipertensi (Effendy, 1998).
d) Ketidaksanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan.
Ketidakmampuan ini disebabkan karena sumber – sumber
dalam keluarga tidak mencukupi, diantaranya adalah biaya
(Effendy, 1998).
e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas
kesehatan
Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang
mempunyai masalah hipertensi. Agar penderita dapat
45
memeriksakan kesehatannya secara rutin dan sebagai
tempat jika ada keluhan (Effendy, 1998).
Keluarga juga berfungsi untuk
praktek
asuhan
terjadinya
anggota
kesehatan
gangguan
keluarga
yaitu
kesehatan
yang
melaksanakan
untuk
dan
mencegah
atau
merawat
sakit. Kemampuan
keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari
tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang
dapat
melaksanakan
tugas
kesehatan
berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Adapun
tugas
kesehatan
keluarga (Friedman, 1998)
adalah mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan
tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada
anggota
keluarga
yang
sakit,
mempertahankan/
menciptakan suasana rumah yang sehat & mempertahankan
hubungan
dengan
menggunakan
fasilitas
kesehatan
masyarakat.
f) Koping keluarga
Apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota
keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan
menjadi stress pada anggota keluarga yang menderita hipertensi,
46
karna salah satu cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga
diit yang teratur, dan mengurangi stress.
2. Prioritas Masalah
Dalam
menyusun
masalah
kesehatan
keluarga
dengan
hipertensi menurut Effendy (1998 : 52), harus didasarkan pada
beberapa kriteria sebagai berikut :
a) Sifat masalah
1) Ancaman kesehatan
2) Kurang / tidak sehat
3) Situasi krisis.
b) Kemungkinan
keberhasilan
masalah
dapat
mengurangi
atau
diubah
adalah
mencegah
kemungkinan
masalah
yang
berhubungan dengan hipertensi jika dilakukan intervensi.
c) Potensi masalah hipertensi untuk dicegah adalah sifat dan beratnya
masalah yang timbul dan dapat dikurangi atau dicegah, serta
menganjurkan
penderita
hipertensi
untuk
memeriksakan
kesehatannya ke pelayanan kesehatan.
d) Menonjolnya masalah hipertensi adalah cara keluarga melihat dan
menilai masalah yang berhubungan dengan diabetes hipertensi
dalam hal berat dan mendesaknya masalah hipertensi untuk diatasi
melalui intervensi keperawatan.
47
Effendy (1998) menyatakan bahwa diagnosa keperawatan
keluarga ditetapkan berdasarkan faktor resiko dan faktor potensial
terjadinya
penyakit
atau
masalah
kesehatan
keluarga,
serta
mempertimbangkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya. Perumusan diagnosa keperawatan ditegakkan dengan
menggunakan formulasi P (problem ), E (etiologi ), dan S (sign).
Suprajitno (2004) membagi tipologi diagnosa keperawatan
menjadi 3 kelompok, yaitu :
a) Diagnosa Aktual, yaitu masalah yang sedang dialami oleh keluarga
dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b) Diagnosa Resiko / resiko tinggi, adalah masalah keperawatan yang
belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan
aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat
bantuan dari perawat.
c) Diagnosa Potensial, adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga
ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya
dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan
dapat ditingkatkan.
3. Penilaian (skoring) Diagnosa Keperawatan dan Penentuan
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Skoring
dilakukan
bila
perawat
merumuskan
diagnosa
keperawatan lebih dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang
telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978) yang dikutip oleh
48
Friedman (1998). Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosa
keperawatan :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang telah dibuat oleh
perawat.
b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan
bobot.
Skor yang diperoleh
x bobot
Skor tertinggi
c. Jumlahkan skor untuk setiap kriteria (skor maksimum adalah 5).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan prioritas menurut
Effendy ( 1998 ), yaitu :
a. Sifat masalah : dalam menentukan sifat masalah bobot yang paling
besar diberikan kepada keadaan sakit atau yang mengancam
kehidupan keluarga, yaitu keadaan sakit atau pertumbuhan anak
yang tidak sesuai dengan usia, kemudian baru diberikan kepada
hal-hal yang yang mengancam kesehatan keluarga dan selanjutnya
kepada situasi krisis dalam keluarga dimana terjadi situasi yang
menuntut penyesuaian dalam keluarga.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah : faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah dapat diubah adalah :
1) Pengetahuan,
teknologi,
dan
tindakan-tindakan
untuk
menangani masalah.
2) Sumber daya keluarga, diantaranya keuangan, tenaga, sarana
dan prasarana.
49
3) Sumber daya perawatan, diantaranya adalah pengetahuan,
keterampilan dan waktu.
4) Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas,
organisasi
seperti
Posyandu,
Puskesmas,
Polindes
dan
sebagainya.
c. Potensi masalah untuk dicegah: hal – hal yang perlu diperhatikan
dalam melihat potensi pencegahan masalah adalah :
1) Kepelikan/kesulitan masalah, hal ini berkaitan dengan beratnya
penyakit atau masalah yang menunjukkan kepada prognosa dan
beratnya masalah.
2) Lamanya
masalah,
berhubungan
dengan
jangka
waktu
terjadinya masalah. Lamanya masalah berhubungan erat
dengan beratnya masalah yang menimpa keluarga dan potensi
masalah untuk dicegah.
3) Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan
untuk mencegah dan memperbaiki masalah dalam rangka
meningkatkan status kesehatan keluarga.
4) Adanya kelompok resiko tinggi, dalam keluarga atau kelompok
yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
4. Intervensi Keperawatan
Perumusan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang
berorientasi pada penderita hipertensi yang terdiri atas kemungkinan
sumber-sumber yang meliputi pemakaian kekuatan-kekuatan dan
50
menggambarkan pendekatan alternatif diambil dari sumber yang ada
untuk memenuhi tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang
spesifik dan rencana tersebut sebagai rencana untuk tindakan.
Tujuan asuhan keperawatan pada penderita dengan masalah
hipertensi adalah :
a. Tujuan jangka pendek pada penderita hipertensi antara lain :
Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai hipertensi,
maka keluarga mampu mengenal masalah hipertensi, mampu
mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk
anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus serta mampu
merawatnya dengan :
Kriteria evaluasi :
1) Respon verbal keluarga
mampu menyebutkan pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, serta pengelolaan hipertensi.
2) Respon afektif, keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang menderita hipertensi.
3) Respon psikomotor, keluarga mampu memodifikasi lingkungan
yang sehat bagi penderita hipertensi.
Standar evaluasi :
Mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab,
perawatan, komplikasi dan pengobatan hipertensi, serta ciri
lingkungan yang mendukung bagi penderita hipertensi.
51
b. Tujuan jangka panjang bagi penderita hipertensi.
Masalah hipertensi dalam keluarga dapat teratasi atau
dikurangi dan tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut pada
hipertensi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Tahap intervensi diawali dengan penyelesaian perencanaan
perawatan. Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada
sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan.
Intervensi pada sifat masalah dan sumber-sumber yang
tersedia untuk pemecahan. Intervensi pada keluarga dengan
masalah hipertensi antara lain sebagai berikut : (Doenges, 2000 :
730-740)
1) Mengukur tekanan darah pada pasien
2) Menganjurkan pada keluarga agar menciptakan lingkungan
yang sehat dan nyaman yang dapat menunjang kesehatan
3) Menganjurkan untuk diit secara teratur
4) Mengkaji pemahaman pasien tentang masalah hipertensi
5) Mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi (pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pengobatan, serta
komplikasi hipertensi)
6) Mendiskusikan pada pasien agar menghindari makanan yang
tinggi lemak jenuh, kolesterol dan makanan yang manis.
7) Kaji keefektifan strategi koping degan mengobservasi perilaku
pasien dan keluarga, misal kemampuan menyatakan perasaan
52
dan
perhatian,
keinginan
berpartisipasi
dalam
rencana
pengobatan
8) Sarankan untuk sering olah raga
9) Berikan informasi tentang sumber-sumber dimasyarakat dan
dukungan anggota keluarga.
Effendy (1998) menyatakan bahwa rencana keperawatan
keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaksanakan, dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang telah diidentifikasi.
Menurut Little dan Carnevali yang dikutip oleh Effendy (1998)
pentingnya membuat rencana perawatan adalah :
a. Memberikan perawatan yang khusus, karena dapat mempermudah
penyampaian perawatan yang tepat dengan memperhatikan
keunikan si penerima.
b. Membantu dalam menentukan prioritas dengan memberikan datadata tentang keadaan dan sifat masalah.
c. Mengembangkan komunikas yang sistematis antara tenaga
kesehatan yang bersangkutan.
d. Menjamin kesinambungan dari perawatan yang diberikan.
e. Melancarkan koordinasi perawatan melalui pemberian informasi
kepada tim kesehatan lainnya tentang tindakan yang dikerjakan
oleh perawat.
53
Menurut Suprajitno (2004), rencana keperawatan keluarga
meliputi kegiatan yang bertujuan :
a. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara :
1) Memberikan informasi yang tepat.
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
kesehatan.
3) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan :
1) Mengidentifikasi
konsekuensinya
bila
tidak
melakukan
tindakan.
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada
disekitar keluarga.
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga
yang sakit, dengan cara :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan.
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
54
2) Melakukan perubahan lingkungan bersama seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada di sekitarnya, dengan cara :
1) Menggunakan
fasilitas
kesehatan
yang
ada di sekitar
lingkungan keluarga.
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Sedangkan tujuan jangka panjang dari asuhan keperawatan
keluarga dengan hipertensi adalah perubahan perilaku keluarga, mulai
dari gaya hidup, perilaku sehari – hari, dan perubahan pandangan
tentang Hipertensi yang selama ini dapat menyesatkan keluarga dan
meningkatkan hubungan penderita Hipertensi dengan lingkungan
sekitar. Hal ini dapat dilihat atau indikasi keberhasilannya adalah
perubahan perilaku keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan
keluarga.
Bila penyebab masalah adalah ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan, maka fokus intervensi yang dilakukan
perawat adalah mengkaji pengetahuan keluarga tentang Hipertensi dan
pandangan keluarga tentang penyakit tersebut. Selain itu memberikan
informasi sebanyak – banyaknya kepada keluarga tentang Hipertensi
dan mendengarkan apa yang menjadi keluhan keluarga dan
memberikan feedback atas pertanyaan yang diungkapkan oleh
keluarga.
55
Apabila masalah yang muncul adalah ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan, maka tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat adalah kaji tentang pemegang kekuasaan atau pengambil
keputusan dalam keluarga. Tanyakan kepada keluarga mengapa tidak
ada inisiatif atau adakah kendala yang menyebabkan keluarga tidak
mampu mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan bagi anggota
keluarga yang sakit. Perlu juga dikaji koping mekanisme yang
dilakukan oleh keluarga, apakah koping yang sudah digunakan sudah
efektif ataukah belum.
Apabila masalah yang muncul adalah ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit maka intervensi
difokuskan pada pemberian informasi yang cukup kepada keluarga
tentang cara perawatan anggota keluarga yang sakit dan mengajarkan
kepada keluarga tentang prosedur atau tindakan keperawatan bila
diperlukan, Selain itu anjurkan kepada keluarga untuk membantu
anggota keluarga yang sakit dengan mengatur pola makan yang sehat
dan seimbang dan memperbanyak olahraga.
Bila masalah yang muncul adalah ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan yang menunjang untuk keluarga, maka
intervensi difokuskan kepada saran untuk mengubah pola pengaturan
rumah yang selama ini digunakan oleh keluarga karena ternyata
modifikasi lingkungan sangat diperlukan untuk menunjang perawatan
bagi anggota keluarga yang terkena sakit hipertensi.
56
Jika masalah kesehatan yang muncul adalah ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, maka fokus
intervensinya adalah kaji adanya ketidakpuasan keluarga terhadap
petugas kesehatan, adakah pengalaman buruk di masa lalu terkait
dengan petugas kesehatan. Selain itu berikan informasi kepada
keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh
keluarga untuk pengobatan penyakit yang disesuaikan dengan
kemampuan keluarga.
5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan rencana asuhan keperawatan
terhadap keluarga dilakukan setelah rencana tindakan atau intervensi
keperawatan telah tersusun. Menurut Effendy (1998) hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga adalah :
a) Sumber daya keluarga
Sumber daya atau dan bagi keluarga dengan Hipertensi sangat
diperlukan karena dalam pelaksanaan tindakan perawatan bagi
anggota yang terkena Hipertensi maka biaya yang akan
dikeluarkan akan cukup banyak karena ada biaya pemeriksaan
kesehatan rutin yang harus dikeluarkan setiap bulan. Dengan
adanya dana yang cukup maka diharapkan pengobatan akan
berjalan dengan teratur dan baik.
57
b) Tingkat pendidikan keluarga
Tingkat
pendidikan
keluarga
sangat
mempengaruhi
pula
pandangan keluarga terhadap kesehatan dan pengenalan terhadap
masalah Hipertensi. dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka
diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan yang terbaik
untuk perawatan anggota keluarga yang menderita Hipertensi.
c) Adat atau kebiasaan yang berlaku
Adanya kepercayaan masyarakat kepada hal-hal tertentu untuk
mengobati suatu penyakit akan mempengaruhi keluarga dalam
pengambilan keputusan pengobatan bagi anggota keluarga yang
terkena Hipertensi.
d) Respon atau penerimaan keluarga
Adanya itikad atau maksud baik keluarga untuk melakukan
pengobatan bagi anggota keluarga yang terkena Hipertensi dan
adanya hubungan saling percaya yang terbangun antara perawat
dengan keluarga yang terjalin dengan baik akan membuat keluarga
semakin mantap dalam melaksanakan perawatan bagi anggota
keluarga yang terkena Hipertensi.
e) Sarana dan prasarana yang ada dalam keluarga.
Sarana dan prasarana yang ada dalam keluarga akan membantu
dalam pelaksanaan perawatan pada anggota keluarga yang
menderita Hipertensi.
58
6. Evaluasi
Komponen kelima dari proses adalah evaluasi. Evaluasi
didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi-intervensi yang
dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya (Friedman, 1998 :
71). Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap
kali perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan.
Ada beberapa macam metode evaluasi yang dipakai dalam
perawatan. Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut
harus disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang di
evaluasi.
Kriteria yang digunakan adalah observasi langsung yaitu
dengan mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam
keluarga, wawancara yaitu dengan cara mewawancarai keluarga yang
berkaitan dengan perubahan sikap apakah telah menjalankan dan
mematuhi anjuran perawat.
Dalam mengevaluasi harus melihat tujuan yang sudah kita
buat diatas. Bila tujuan sudah tercapai, maka kita membuat rencana
tindak lanjut.
59
Download