BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun 2015 menjadi masa penting bagi Kabupaten Sragen karena menjadi salah satu wilayah yang harus melaksanakan pilkada serentak gelombang pertama dari ratusan wilayah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan cara baru dengan adanya pilkada serentak di seluruh Indonesia guna menghemat anggaran serta sebagai parameter tumbuhnya demokrasi di Indonesia. Pilkada gelombang pertama diselenggarakan serentak pada tanggal 9 Desember 2015 dan gelombang kedua dilaksanakan tahun 2017. Pilkada sendiri menjadi proses yang melibatkan berbagai aspek kehidupan yang kompleks salah satunya komunikasi sebagai sarana untuk menyampaikan sesuatu hal kepada masyarakat. Untuk itulah sesorang sebagai makhluk sosial perlu memiliki interaksi satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari dengan saling berkomunikasi. Dalam berinteraksi seseorang harus menggunakan bahasa sebagai sarana untuk saling berkomunikasi. Komunikasi menghasilkan informasi yang berbeda-beda maksud dan tujuannya, maka setiap informasi akan memiliki makna yang luas tergantung penerima informasi merepresentasikannya. Oleh karena itu seseorang harus memahami benar maksud dan makna tuturan yang diberikan penutur. Dalam janji-janji politik yang disampaikan oleh para calon kepala daerah yang mengikuti pilkada seringkali dipahami berbeda oleh satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Timbul pemahaman yang beragam dari masyarakat dari calon yang berkompetisi. Strategi komunikasi politik digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan politik yang menarik guna memperoleh perhatian dari rakyat oleh para juru kampanye. Tulisan ini memiliki tujuan untuk menganalisis implikatur yang digunakan dalam kampanye pilkada dengan sudut pandang pragmatik sehingga tidak terkait dengan dukung-mendukung antarpartai politik. Dalam teks kampanye terkandung unsur pragmatik dalam memahami konteks yang dituliskan atau diinformasikan. 1 2 Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran (tuturan) lisan dan tulisan (Djajasudarma 2012: 6). Melalui konsep tersebut berarti wacana menjadi bagian dari kehidupan setiap orang dalam bermasyarakat guna memahami apa informasi yang ada disekitarnya. Dalam linguistik terdapat cabang ilmu yang mempelajari bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi untuk situasi tertentu yang disebut pragmatik (Nadar, 2009: 2). Pragmatik mempelajari bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi dan bagaimana pragmatik menyelidiki makna sebagai konteks, bukan sebagai abstrak dalam komunikasi (Leech dalam Rohmadi 2010: 2). Kajian pragmatik sendiri di dalamnya juga dibahas tentang implikatur. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah implikatur dalam iklan kampanye politik. Implikatur adalah suatu yang diimplikasikan dalam suatu ujaran atau pernyataan (Nadar, 2009: 60). Untuk memahami yang dimaksudkan oleh penutur lawan tutur harus selalu melakukan interpretasi pada tuturan-tuturannya. Menurut Chaer (dalam Rohmadi, 2010: 32) tindak tutur (speech act) adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur terdiri dari satu atau lebih dalam peristiwa tutur dan situasi tutur. Tindak tutur sangat tergantung dengan konteks penutur. Dalam keseharian seseorang akan melakukan sebuah interaksi sosial yang pada umumnya menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi secara tulis atau lisan. Bahasa yang digunakan diwujudkan dalam satu tuturan atau banyak tuturan. Setiap penyampaian tuturan oleh penutur mempunyai makna dan tujuan tertentu. Dalam kajian ini lebih mendalam tuturan yang ada dalam iklan kampanye akan memiliki tuturan yang mengandung makna tertentu atau di balik tuturan kampanye yang disampaikan terkandung maksud serta tujuan yang ingin disampaikan. Pada dasarnya kampanye politik menjadi bagian situasi politik partai untuk dukung-mendukung. Hal ini dijumpai ketika pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Sragen yang dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2015 yang memilih kepala daerah beserta wakilnya untuk periode 2016-2021. 3 Pilkada dengan sebuah sistem suara rakyat menggunakan pemungutan suara secara langsung. Hal tersebut membuat atmosfer kompetisi politik semakin ketat. Tidak hanya dengan lawan partai tetapi semua yang tergabung akan saling berlawanan dukungan. Figur calon menjadi prioritas utama unttuk kompetisi pilkada. Dalam mempromosikan figur tersebut menggunakan media berbagai atribut kampanye. Meskipun tidak memberikan pengaruh signifikan, baliho atau spanduk digunakan para calon kepala daerah untuk mencitrakan dirinya dengan menggunakan kata-kata atau gambar yang menarik (Sianturi, 2011: 3). Secara aktual saat ini dunia politik Indonesia semakin berkembang, sehingga menjadi patokan semakin tumbuhnya demokrasi yang ada di Indonesia. Industri media massa yaitu cetak atau elektronik semakin pesat berkembang dengan adanya jasa periklanan advertising yang menyebabkan perubahan pada cara manusia guna berkomunikasi dengan khalayak. Jasa periklanan mengubah pandangan masyarakat dalam melihat sosok yang akan dipilihnya. Masyarakat sekarang lebih mudah mengenal calon yang bertarung dalam politik dengan melihat iklan yang ada di pinggiran jalan atau tempat strategis yang memang di sediakan untuk memasang iklan dalam bentuk baliho, spanduk, dan pamflet. Dengan cara itu, calon sendiri lebih mudah untuk mengenalkan dirinya dalam masyarakat karena tidak perlu bersusah payah untuk datang di setiap daerah pemilihan. Media elektronik yang perkembangannya sangat pesat juga mempermudah berinteraksi dengan orang lain melaluli media sosial. Pembahasan yang dikaji dalam tulisan ini mengenai kata-kata atau tuturan politik untuk menggerakkan massa dan menciptakan sebuah pencitraan dianggap menarik untuk diteliti dan dijadikan sebagai sebuah bahan ajar di sekolah. Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, guru akan memiliki bahan ajar yang memiliki hubungan langsung dengan kehidupan sekitar ketika berinteraksi secara sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul “Tindak Tutur dan Implikatur dalam Kampanye Pilkada Kabupaten Sragen dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar di Sekolah Menengah Atas”. 4 B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian lebih spesifik dan terarah, serta mempermudah dalam menentukan data yang diperlukan. Penelitian ini memfokuskan pada wacana iklan kampanye berupa atribut-atribut kampanye yang digunakan untuk mengenalkan dan mempromosikan calon-calon yang ikut dalam Pilkada 2015 Kabupaten Sragen. Atribut atau alat peraga kampanye yang digunakan dalam kampanye berupa gambar dan baliho yang terpasang di seluruh wilayah Sragen. C. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah jenis tindak tutur dalam iklan kampanye politik Pilkada 2015 Kabupaten Sragen? 2. Bagaimanakah jenis implikatur dalam iklan kampanye politik Pilkada 2015 Kabupaten Sragen? 3. Bagaimanakah fungsi tindak tutur dan implikatur dalam iklan kampanye politik Pilkada 2015 Kabupaten Sragen? 4. Bagaimanakah relevansi iklan kampanye politik Pilkada 2015 Kabupaten Sragen sebagai bahan ajar di Sekolah Menengah Atas? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dirumuskan, maka tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan jenis tindak tutur dalam iklan Kampanye Politik Pilkada 2015 Kabupaten Sragen. 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan jenis implikatur dalam iklan Kampanye Politik Pilkada 2015 Kabupaten Sragen. 3. Mendeskripsikan dan menjelaskan fungsi tindak tutur dan implikatur dalam iklan Kampanye Politik Pilkada 2015 Kabupaten Sragen. 5 4. Mendeskripsikan dan menjelaskan relevansi iklan kampanye Politik Pilkada 2015 Kabupaten Sragen sebagai bahan ajar di Sekolah Menengah Atas. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis, mengenai pandangan bahasa iklan yang ada dalam masyarakat salah satunya bahasa iklan kampanye. Sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan terutama bahasa Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Menambah wawasan penulis mengenai bahasa iklan yang ada di masyarakat terutama iklan politik. b. Bagi Lembaga Pendidikan Sebagai bahan masukan baru dalam dunia pendidikan dengan menggunakan hasil penelitian ini untuk bahan pembelajaran yang mengambil bahan dari sekitar anak didik, sehingga nantinya penentu kebijakan pendidikan akan memperoleh bahan ajar baru yang bisa dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. c. Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai sebuah referensi terbaru dalam ilmu pendidikan sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan.