69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Minahasa Tenggara. Kabupaten Minahasa Tenggara adalah salah satu Kabupaten di antara 14 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Minahasa Tenggara adalah Ratahan, berjarak sekitar 35 km dari Kota Manado, ibukota Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Minahasa Tenggara secara administratif telah ditetapkan dengan UU No. 9 tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Minahasa Selatan. Tabel 6. Batas Wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara Lokasi Batas wilayah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Amurang Timur dan Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa dan Laut Maluku Selatan : Berbatasan dengan Laut Maluku dan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Ranoyapo dan Kecamatan Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan Secara geografis, Kabupaten Minahasa Tenggara terletak antara : 1240 30’24” – 1240 56’24” BT dan 10 08’19” – 00 50’46” LU. Luas wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara adalah 730,62 km2, yang secara administratif terbagi menjadi 12 kecamatan. Pada tahun 2011 tercatat penduduk Kabupaten Minahasa Tenggara sebanyak 12.254 jiwa. Ditinjau dari rasio jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Minahasa Tenggara lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan (Minahasa Tenggara Dalam Angka 2012). Topografi sebagaian besar wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara adalah bergunung-gunung dan berbukit-bukit yang membentang dari Utara sampai ke selatan. Diantaranya terdapat beberapa gunung berapi yang masih aktif hingga sekarang, salah satu gunung yang masih aktif tersebut adalah Gunung Soputan 70 dengan tinggi 1780 m yang terletak di antara perbatasan Kabupaten Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan serta Kabupaten Minahasa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari stasiun Klimatologi Bandara Sam Ratulangi Manado, Provinsi Sulawesi Utara, diketahui bahwa curah hujan rata-rata tahunan di lokasi studi berkisar antara 3.839.60 mm, dengan penyebaran curah hujan rata-rata bulanan 319.97 mm yaitu berkisar antara 107.32 – 604.86 mm dan jumlah hari hujan rata - rata bulanan sebanyak 19 hari hujan yaitu berkisar antara 11 – 26 hari hujan. Suhu rata-rata tahunan yaitu 26.33 oC dengan suhu rata-rata maksimum 30.23 oC dan suhu rata-rata minimum 22.98 oC. Komponen iklim lainnya yaitu : (1) kelembaban udara relatif rata-rata yaitu sebesar 82,69 % atau berkisar antara 73.76 – 87.92 %; (2) tekanan udara rata-rata yaitu sebesar 10.105,13 mb atau berkisar antara 10,100.50 – 10,112.10 mb; (3) lama penyinaran rata-rata yaitu sebesar 52.72% atau berkisar antara 43.16 – 67.93%. Lama penyinaran matahari yang optimum bagi pertumbuhan tanaman lebih besar 41% atau 1800 jam per tahun; dan (4) arah angin ke selatan yaitu terjadi pada bulan Mei – Oktober dan ke arah Timur laut pada bulan Februari – April, dengan kecepatan angin rata-rata yaitu sebesar 2.18 knot atau berkisar antara 1.54 – 4.16 knot. Wilayah perairan Ratatotok memiliki kondisi pantai berpasir yang dilengkapi dengan rataan terumbu karang. Pola arus yang bergerak ke dalam Teluk Totok umumnya lebih dominan, terutama melawati selat-selat yang ada di Pulau Putus-Putus, karena adanya masukan massa air dari Laut Maluku. Morfologi dataran dengan kemiringan lereng antara 0-5% menempati daerah pantai dan muara sungai dengan ketinggian 0-25 m di atas muka laut. Relief pantai rendah hingga datar dengan karakteristik garis pantai yaitu pantai berpasir dan berbatuan dasar dan daratan berlumpur. Seperti pada wilayah pesisir umumnya, Peisisir Ratatatotok memiliki ekosistem mangrove, terumbu karang dan lamun. Keberadaan ekosistem pesisir tersebut memegang peranan penting dalam menunjang kehidupan masyarakat Desa Basaan 1. Ekosistem-ekosistem tersebut selain menghasilkan ikan, kayu bakar dan sebagainya yang bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat, juga 71 dapat berfungsi sebagai penahan gelombang pasang, angin dan abrasi pantai yang berpotensi terjadi di daerah ini. 4.2. Kondisi Sosial Masyarakat dan Infrastruktur Desa Basaan 1 termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara. Desa ini memiliki luas wilayah 1.262 hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 1225 jiwa pada tahun 2011, yang terdiri dari 650 jiwa pria dan 575 jiwa wanita yang tercakup dalam 327 KK. Desa Basaan 1 merupakan desa pesisir pantai dan berada di wilayah pertambangan emas namun sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Sebagian besar nelayan adalah masyarakat yang berasal dari komunitas suku Bajo walaupun yang ada saat ini adalah adalah keturunan dari perkawinan antar suku. Tingkat pendidikan masyarakat di dibagi menjadi 5 kategori yaitu : (1) pra sekolah 18,76%; (2) 51,04%; (3) SMP 20,21%; (4) SLTA 8,57%; dan (5) Perguruan Tinggi 1,63%. Data tersebut menunjukan tingkat pendidikan masyarakat yag tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena minimnya sarana pendidikan yang ada di Desa Basaan 1 yang hanya terdapat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebagian besar masyarakat Desa Basaan 1 tinggal menetap pada rumahrumah yang sangat sederhana, walaupun ada beberapa rumah juga yang dapat dikategorikan cukup memadai. Rumah-rumah yang dibangun di pesisir pantai berbentuk rumah panggung diatas permukaan air laut dengan kayu bakau sebagai tiangnya, serta tidak memiliki kamar mandi dan WC (Gambar 6). Kegiatan perikanan yang diusahakan masyarakat nelayan Basaan 1 adalah usaha penangkapan ikan karang dan ikan pelagis serta terdapat 3 kelompok usaha budidaya ikan dalam kurungan jaring apung (KJA). Sarana perikanan tangkap yang dimiliki oleh masyarakat Desa Basaan 1 ditunjukan pada Tabel 7. Jumlah dan jenis alat tangkap tersebut terus meningkat pada setiap tahunnya. Dibandingkan dengan data sarana perikanan tangkap pada tahun 2002 dimana masyarakat Desa Basaan 1 hanya memiliki perahu ‘pelang ketinting’ sebanyak 27 buah dan perahu motor tempel 15 PK sebanyak 7 buah, jumlah yang ada saat ini menunjukan pertambahan yang signifikan. 72 Tabel 7 Jumlah Sarana Perikanan Tangkap Desa Basaan1 No Jenis Sarana 1 Perahu ‘pelang katinting’ 2 Perahu motor 15 PK 3 Perahu motor 40 PK 4 Alat tangkap Gillnet 5 Mini purse sein 6 Bagan Sumber: Kantor Desa Basaan 1 2012 60 16 12 11 4 31 Jumlah buah buah buah buah buah buah Gambar 6. Pemukiman masyarakat dan Sarana perikanan tangkap 4.3. Kondisi Fisik Kimia Perairan Pasang surut adalah proses naik turunnya muka laut secara periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari (pasut tunggal atau diurnal tide) atau dua kali sehari (pasut ganda utama atau semi diurnal tide). Karakteristik pasang surut di perairan Ratatotok secara umum adalah pasut ganda utama. Gelombang terbentuk karena adanya proses alih energi dari angin ke permukaan laut, atau pada saat-saa tertentu disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang ini merambat ke segala arah membawa energi yang kemudian dilepaskan ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Kondisi gelombang di Perairan Ratatotok yang diperoleh dari Dinas Hidrologi dan Oseanografi Angkatan Laut Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan tinggi gelombang berkisar antara 0,603,00 meter. Gelombang tertinggi terjadi pada musim angin selatan atau sekitar bulan Juni – September. 73 Secara umum dari haril pengukuran bebearapa parameter kualitas air (Tabel 8) menunjukan bahwa kondisi Perairan Ratatotok berada pada kondisi yang baik. Tabel 8. Hasil pengukuran parameter fisik-kimia perairan Stasiun Kedalaman (m) Suhu (oC) Salintas (o/oo) Kecepatan arus (cm/det) 0 28.0 33.0 32.3 10 26.7 33.0 0 27.8 32.0 2 16.6 10 26.5 33.0 0 27.5 32.0 3 16.3 10 26.5 33.0 Sumber : Hasil Pengamatan pada bulan Maret 2011 1 pH DO (mg/l) Kekeruhan (NTU) 7.93 7.89 7.98 7.95 7.97 7.95 4.06 4.04 4.21 4.10 4.23 4.15 0 3 0 2 0 2 Suhu rata - rata perairan Ratatotok relatif stabil, berkisar antara 26.5o – 28 oC. Kisaran suhu tersebut cukup baik untuk pertumbuhan karang dan biota lainnya. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan karang adalah 250 - 29 0C (Supriharyono 2000). Salinitas perairan bervariasi menurut musim. Bengen (2004) menyatakan bahwa perkembangan terumbu karang juga dipengaruhi oleh salinitas air yang konstan berkisar antara 30 o/oo – 36 o/oo. Dari hasil pengukuran lapangan diketahui salinitas permukaan berkisar antara 32o/oo – 33o/oo. Cukup tingginya nilai salinitas hasil pengukuran ini bisa disebabkan oleh salinitas massa air Samudra Pasifik bagian utara atau Laut Maluku yang masuk ke perairan Sulawesi Utara. Keasaman (pH) suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang cukup penting dalam memantau kualitas perairan. Pada umumnya pH air laut yang stabil dengan kisaran nilai 7 – 8.5. Perubahan nilainya akan sangat berpengaruh terhadap proses kimia dan biologi dari organisme yang hidup di perairan tersebut. Hasil pengamatan pH di Perairan Ratatotok berkisar pada nilai 7.89 – 7.98 yang menunjukan keasaman periaran ini relatif stabil. Materi tersuspensi yang berasal dari pertikel-partikel yang biasanya terbawa aliran sungai dapat menyebabkan air laut menjadi keruh dan akan menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Hasil pengukuran tingkat kekeruhan pada Perairan Ratatatotok berada pada kisaran 2 – 3 NTU dan masih di bawah nilai ambang batas baku mutu air laut yaitu 5 NTU (KMNLH 2004). 74 Kecepatan arus Perairan Ratatotok bervariasi tergantung pada kecepatan angin pada setiap musimnya. Kecepatan arus pada musim hujan biasanya akan lebih tinggi dibanding pada musim kemarau. Hasil pengukuran kecepatan arus khususnya pada Stasiun 1 menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibanding dua stasiun yang lain. Hal ini disebabkan oleh posisi Stasiun 1 yang berada pada bagian luar Teluk Buyat yang berhadapan langsung dengan Perairan Maluku. Sedangkan posisi Stasiun 2 dan 3 yang agak berdekatan dan berada pada bagian dalam Pulau Putus-Putus menyebabkan kecepatan arus lebih rendah dibanding Stasiun 1. Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Hasil pengamatan DO di Perairan Ratatotok menunjukan kisaran nilai 4.04 – 4.23 yang masih termasuk pada batas normal pertumbuhan hewan karang (Efendi 2003).