Pelajaran Meraih Hasil Studi Terbaik dari Jampidsus Dr. Arminsyah UNAIR NEWS – Ada pelajaran menarik yang dapat dipetik dari resepsi wisuda UNAIR hari ini, Minggu (20/3). Adalah wisudawan terbaik S3 Fakultas Hukum UNAIR, Dr. Arminsyah, S.H., M.Si. Di tengah kesibukannya sebagai Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus), ia tetap berhasil menamatkan studi Doktornya di FH Universitas Airlangga dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,90. Ia meyakini bahwa hal itu merupakan bagian dari upayanya untuk terus dalam menuntut ilmu. Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur 2012 itu membuktikan dirinya bahwa sesungguhnya kesuksesan di lapangan kerja itu dapat menunjang prestasi di dunia akademik. ”Ada ungkapan bahwa apabila engkau tidak belajar, engkau tidak berubah. Apabila tidak berubah engkau mati. Dalam Islam, agama saya, menuntut ilmu itu dari buaian sampai liang lahat,” ujarnya kepada UNAIR NEWS. Menurut lulusan S2 Kriminologi UI ini, selama masih hidup maka semangat untuk terus menuntut ilmu sangatlah penting, dan ia berkeinginan untuk terus menambah ilmu. Dalam tugas akhirnya di jenjang S3, Dr. Arminsyah mengangkat fenomena menarik dalam disertasinya, yaitu “Redefinisi Hukum Konsep Kesengajaan dalam Tindak Pidana Korupsi”. Topik utama yang dianalisis antara lain: konsep dasar kesalahan, unsur-unsur kesalahan, dan unsur-unsur tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan kebijakan publik. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., MH., Guru Besar FH UNAIR, disertasi Arminsyah ini menawarkan kesadaran otonom (autonomous consciousness) dan beberapa pendekatan seperti: pendekatan koherensi, pendekatan linguistik; dan pendekatan psikologis untuk membuktikan adanya kesengajaan dalam tindak pidana korupsi. Pendekatan koherensi ini diperlukan untuk mengukur atau memastikan kekonsistensian keterangan dan pengalaman tersangka. Pendekatan Bahasa (linguistic) diperlukan untuk menemukan makna dan struktur informasi atau keterangan tersangka yang diukur melalui struktur luar atau fisik, surface-structure (SStructure) dan struktur dalam, deep structure (D-Structure). Pendekatan ini dilengkapi dengan penerapan teori speech act untuk melihat dan menganalisis keutuhan dan kekonsistensian antara ucapan, tindakan dan akibat yang dilakukan oleh pelaku. Sedangkan pendekatan psikologis yang berbasis pada kesadaran otonom untuk melakukan tindak pidana. Terkait dengan topik disertasinya ini, sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta ini menjelaskan bahwa sebagai seorang aparatur penegak hukum ia dituntut untuk benar-benar bisa membuktikan seseorang itu bersalah atau tidak. Tidak boleh ada kesalahan dalam memutuskan perkara, karena ini akan melahirkan kezaliman. ”Ada hal yang bisa jadi rujukan. Yang pertama adalah azas hukum itu sendiri. Tidak ada pidana tanpa kesalahan. Kesalahan yang dimaksud adalah apakah dalam batin orang itu ingin berbuat jahat. Kalau tidak salah, tidak boleh dihukum,” tandas Jaksa Agung Muda Intelijen 2014 ini. Mantan Kejaksaan Tinggi Lampung tahun 2010 ini menambahkan, bahwa selama ini ia melihat teori yang dipakai dalam teori kesengajaan adalah pengetahuan dan kehendak. Menurutnya hal itu tidak cukup. Ia memberi contoh seorang pejabat yang menandatangani perbuatan administrasi yang kemudian diketahui menyimpang. Apakah hal itu berarti ada kehendak dalam dirinya untuk berbuat jahat? Menurutnya, belum tentu. Oleh sebab itu ia mencoba menerapkan teori kesadaran otonom, bahwa untuk memutus perkara itu harus dilihat secara utuh dalam rangka mencari petunjuk apakah orang tersebut punya niat berbuat jahat atau tidak. Kedepan, secara pribadi Dr. Arminsyah memiliki harapan tersendiri terhadap penegakan hukum. “Tentu saya berharap penegakan hukum akan lebih baik lagi. Orang yang salah benarbenar bisa dijerat secara hukum sehingga memberikan efek jera. Saya juga ingin ada yang mengkritik tulisan saya, karena dengan adanya kritik saya merasa terkoreksi,” kata Dr. Arminsyah, SH., M.Si, usai dikukuhkan sebagai Wisudawan Terbaik S3 FH UNAIR dalam wisuda di Airlangga Convention Center, Minggu 20 Maret 2016. (*) Penulis: Moh Ahalla Tsauro Editor: Bambang Bes