KALBE Academia Learning Forum: Management ICU/Sepsis

advertisement
LAPORAN KHUSUS
KALBE Academia
Learning Forum: Management ICU/Sepsis
S
eperti diketahui, angka komplikasi pada
pasien penyakit kritis sangat tinggi,
khususnya pada kelompok pasien
yang menjalani perawatan di ICU (intensive
care unit). Beragam komplikasi, seperti sepsis,
komplikasi gagal organ, dan syok, sangat
rentan terjadi pada kelompok pasien kritis
ini.
KALBE Academia Learning Forum yang diadakan di Santika Dyandra Hotel & Conventions
Medan, mengusung topik “Management
ICU/Sepsis”. KALBE Academia Learning Forum
diharapkan dapat meningkatkan edukasi
dan pengetahuan, serta saling berbagi
pengalaman antara rekan sejawat dokter
terkait tatalaksana menyeluruh untuk pasien
di ICU, khususnya dengan komplikasi sepsis.
Dokter yang diharapkan hadir adalah semua
dokter yang memiliki peranan di ICU, mulai
dari GP (general practitioner) ICU, hingga para
spesialis yang menjalani rawat bersama di ICU,
seperti spesialis penyakit dalam, saraf, paru,
dan anestesi, khususnya subspesialis konsulen
intensive care (KIC).
Acara KALBE Academia Learning Forum:
Management ICU/Sepsis mengambil konsep
workshop/diskusi yang lebih mengutamakan
komunikasi 2 arah antara pembicara dan
552
hadirin. Seperti umumnya workshop, peserta
dibatasi hanya 50-60 peserta, akan tetapi,
karena tingginya antusiasme para dokter
di area Medan dan sekitarnya, acara diikuti
hingga 89 peserta.
KALBE
Academia
Learning
Forum:
Management ICU/Sepsis terbagi atas 4 topik
utama. Pertama, yaitu: Peranan biomarker
ProCalcitonin yang dibawakan oleh dr. Josia
Ginting, SpPD-KPTI, kepala SMF Tropik Infeksi
di RS Adam Malik Medan. Topik ini penting
untuk penetapan diagnosis sepsis, sebelum
terlambat hingga terjadi syok septik. Pada
pasien dengan penyakit kritis, penetapan
diagnosis yang akurat sangat penting untuk
kelanjutan pola terapi selanjutnya.
Topik kedua, yang tidak kalah menarik, adalah:
Pemberian antibiotik empiris pada pasien
ICU/sepsis dan penggunaan levofloxacin
dosis tinggi. Topik ini dibawakan oleh dr.
Latre Buntaran, SpMK, ahli mikrobiologi klinis
di beberapa rumah sakit besar di Jakarta.
Beliau menyampaikan pentingnya pemilihan
antibiotik yang tepat dan juga dosis yang
sesuai untuk mengurangi dampak resistensi
antibiotik. Pada acara ini, secara khusus dijelaskan penggunaan antibiotik levofloxacin
dosis tinggi (750 mg) untuk mengatasi
sepsis, khususnya akibat infeksi Pseudomonas
aeruginosa.
Topik selanjutnya oleh Prof. DR. dr.
Achanuddin Hanafie, SpAn-KIC mengenai
tatalaksana antijamur; ditujukan sebagai
suatu guideline penggunaan antijamur:
saat yang tepat untuk memulai terapi anti
jamur, serta penetapan diagnosis untuk
membedakan infeksi akibat jamur atau
bakteria. Topik yang juga dibawakan oleh
Prof. DR. dr. Achanuddin Hanafie, SpAn-KIC,
yaitu: Panduan pemberian nutrisi pada pasien
ICU, khususnya perhitungan pemberian
makronutrien dan mikronutrien. Pemberian
nutrisi sering diabaikan dalam rencana terapi,
yang berdampak pada peningkatan mortalitas
dan morbiditas, serta kasus malnutrisi yang
relatif tinggi pada kelompok pasien penyakit
kritis. Topik ini memberi gambaran pentingnya pemberian tidak hanya makronutrien,
tetapi juga mikronutrien, seperti multivitamin,
yang bermanfaat membantu fase recovery
pasien yang menjalani perawatan di ICU.
Topik terakhir oleh dr. Eganata Nugraha,
adalah trend pengembangan produk nutrisi,
baik parenteral maupun enteral, yang dapat
digunakan pada pasien dengan penyakit
kritis, khususnya di ICU. (MAJ)
CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015
Download