16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar

advertisement
16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi)
maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah dan perusahaan
swasta (Husnan, 1994). Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian
suatu Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi
karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua
kepentingan yaitu pihak yang memilki kelebihan dana (investor) dan pihak yang
memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang
memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan
memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan)
dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus
menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan
kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih (Darmadji dan Hendry, 2008).
Di dalam pasar modal Indonesia ada berbagai macam sekuritas, pemodal
diberi kesempatan untuk memilih di antara berbagai sekuritas tersebut. Salah satu
sekuritas yang diperdagangkan dipasar modal adalah obligasi. Obligasi
17
merupakan surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun
perusahaan swasta kepada investor, di mana utang ini akan dibayarkan pada
masa yang ditentukan. Atas pinjaman tersebut investor diberi imbalan berupa
bunga. Sebagai salah satu instrument yang dikenal dipasar modal, penerbitan
obligasi dari suatu perusahaan merupakan sesuatu yang sangat menguntungkan
dibandingkan dengan pinjaman bank, karena pembayaran bunga pada obligasi
lebih rendah dan dapat dibayar secara berkala 6 bulan atau setahun sekali
(Hulwati, 2004).
Investasi digolongkan menjadi 2 jenis yaitu investasi dalam surat
kepemilikan (saham) dan investasi dalam surat hutang (obligasi). Ikhsan, et
al(2012:115) menyatakan bahwa investor lebih memilih berinvestasi pada
obligasi dibanding saham karena 2 alasan, yaitu : 1) volatilitas saham lebih tinggi
dibanding obligasi sehingga mengurangi daya tarik investasi pada saham, dan 2)
obligasi menawarkan tingkat pengembalian yang positif dengan pendapatan tetap
(fixed income).
Kelebihan investasi obligasi dibandingkan saham yaitu dalam hal
pembayaran return. Pendapatan yang diterima saham berasal dari deviden dan
capital gain. Pembayaran deviden diberikan ketika pembayaran kupon obligasi
telah dilakukan. Apabila dari pembayaran kupon obligasi tidak terdapat sisa
untuk deviden, maka pemegang saham tidak mendapat keuntungan dari saham
yang dimiliki. Keuntungan lain adalah pemegang obligasi memiliki hak pertama
atas aset perusahaan jika perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Dengan kata
lain, investasi obligasi lebih aman dibandingkan dengan investasi saham.
18
Seorang investor yang ingin membeli obligasi, sudah seharusnya
memperhatikan peringkat obligasi karena peringkat tersebut memberikan
informasi dan memberikan signal tentang probabilitas kegagalan hutang suatu
perusahaan. Peringkat obligasi merupakan skala resiko dari semua obligasi yang
diperdagangkan.
Sebelum di tawarkan, obligasi harus diperingkatkan oleh suatu lembaga
atau agen pemeringkat obligasi (Rating Agency). Lembaga pemeringkat obligasi
adalah lembaga independen yang memberikan informasi pemeringkatan skala
resiko, dimana salah satunya adalah sekuritas obligasi, sebagai petunjuk sejauh
mana keamanan suatu obligasi bagi investor. Keamanan tersebut ditunjukkan oleh
kemampuan suatu perusahaan dalam membayar bunga dan melunasi pokok
pinjaman (Almilia dan Devi, 2007).
Sehingga pemodal bisa menggunakan jasa lembaga pemeringkat obligasi
tersebut untuk mendapatkan informasi mengenai peringkat obligasi. Proses
peringkatan ini dilakukan untuk menilai kinerja perusahaan, sehingga rating
agency dapat menyatakan layak atau tidaknya obligasi tersebut di investasikan.
Semakin tinggi peringkat obligasi, semakin rendah risiko yang dihadapi oleh
investor mengingat semakin kecil kemungkinan obligasi mengalami kegagalan
dalam membayar bunga dan pokok pinjamannya (Hadianto dan Wijaya, 2010).
Fenomena di Indonesia terjadi beberapa emiten yang mengalami gagal
bayar (default) kebetulan memiliki peringkat layak investasi (investment-grade).
Tahun 2009, obligasi gagal bayar (default risk) terjadi pada perusahaan yang
cukup populer bagi masyarakat. PT. Mobile-8 Telecom Tbk. yang menerbitkan
19
Bond I Year 2007, telah gagal bayar 2 kali untuk kupon 15 Maret 2009 dan 15
Juni 2009 dengan obligasi senilai Rp 675 Miliar yang jatuh tempo Maret 2012
(Kompas, 9 Pebruari 2010). Per Juni 2008 dan 2009, peringkat obligasi PT.
Mobile-8 Telecom Tbk. pada Indonesia Bond Market Directory adalah idBBB+.
Per Juni 2010, peringkatnya diturunkan menjadi idD. Menurut Chan dan
Jagadeesh (dalam Estiyanti dan Yasa, 2011), salah satu alasan mengapa peringkat
obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat tersebut bias karena agen
pemeringkat tidak melakukan monitor terhadap kinerja perusahaan setiap hari.
Agen pemeringkat hanya dapat menilai setelah terjadinya suatu peristiwa yang
menyebabkan perubahan peringkat sehingga menyebabkan para pelaku pasar
lebih memperhatikan informasi yang dimiliki perusahaan secara langsung sebagai
dasar keputusan investasi obligasi.
Kualitas suatu obligasi dapat dimonitor dari informasi peringkatnya. Di
Indonesia terdapat lembaga pemeringkat sekuritas utang, yaitu PT. PEFINDO
(Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT. Kasnic Rating Indonesia. Penelitian ini
menggunakan peringkat obligasi yang diterbitkan oleh PT. PEFINDO karena
hingga saat ini PT PEFINDO telah melakukan pemeringkatan terhadap lebih dari
400 perusahaan nasional dan multinasional dari berbagai sektor industri. Tingkat
kepercayaan yang tinggi terhadap peringkat yang dikeluarkan oleh PT PEFINDO
juga tercermin dari dominasi yang mencapai hampir 95% dari total peringkat
surat hutang korporasi yang tercatat di Indonesia. Selain itu, PT PEFINDO
merupakan satu-satunya lembaga pemeringkat di Indonesia yang memiliki default
20
data dan default study, yang dipakai oleh berbagai lembaga dan institusi termasuk
oleh Bank Indonesia (Suwarno,2003).
Dengan dilakukannya pemeringkatan oleh agen pemeringkat sekuritas
utang yang independen maka akan dapat mengurangi asimetri informasi antara
perusahaan penerbit obligasi (emiten) dengan investor. Selain itu rating dapat
menjadi sumber informasi yang praktis, murah dan mudah didapatkan dari pada
informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan. Sedangkan bagi perusahaa
emiten, pemeringkatan yang dilakukan agen pemeringkat sekuritas utang yang
independen dapat menjadi nilai tambah perusahaan dalam meningkatan
kepercayaan investor.
Menurut teori Brigham dan Houston (2010) peringkat obligasi dipengaruhi
oleh bermacam-macam faktor, yaitu rasio keuangan seperti likuiditas, leverage,
dan profitabilitas, dan faktor non akuntansi seperti umur obligasi, ukuran
perusahaan, sinking fund, jaminan, reputasi auditor, dan pertumbuhan perusahaan.
Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
pemeringkatan obligasi dengan menggunakan faktor akuntansi dan faktor non
akuntansi.
Adapun penelitian terdahulu yang melakukan penelitian mengenai
pengaruh peringkat obligasi memberikan hasil penelitian yang berbeda-beda,
antara lain:
1. Penelitian Ikhsan et al. (2012) yang meneliti mengenai peringkat obligasi
dan faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun sampel 2005-2008.
Menggunakan pertumbuhan perusahaan, umur obligasi dan reputasi KAP.
21
Menunjukkan hasil bahwa semua variabel tidak berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi.
2. Sejati (2010) yang menganalisis faktor akuntansi dan non akuntansi dalam
memprediksi peringkat obligasi perusahaan manufaktur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan berpengaruh
terhadap peringkat obligasi, sedangkan likuiditas, profitabillitas, reputasi
auditor dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
3. Susilowati dan Sumarto (2010) yang meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi. Periode penelitian yang digunakan
dalam penelitian adalah 2002-2006. Hasil penelitianya menunjukkan
bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
sedangkan profitabilitas, ukuran perusahaan (size), dan umur obligasi
(maturity) negatif tidak signifikan terhadap peringkat obligasi.
4. Magreta dan Poppy (2009) yang meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi prediksi peringkat obligasi ditinjau dari faktor akuntansi
dan non akuntansi pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2004 sampai dengan 2007. Menggunakan
variabel likuiditas, profitabilitas, leverage, produktivitas,
jaminan
(secure), umur obligasi (maturity), dan reputasi auditor. Dimana
hasil penelitian menyimpulkan bahwa hanya variabel profitabilitas,
produktivitas dan jaminan yang berpengaruh positif terhadap prediksi
peringkat obligasi.
22
5. Setyaningrum (2005) yang meneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEJ tahun 2000-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peringkat surat utang memiliki hubungan yang signifikan (1) negatif
dengan kepemilikan manajerial, (2) positif dengan persentase kepemilikan
institusional, (3) positif dengan auditor big-4 dan komite audit.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yag telah dilakukan
oleh Ikhsan et al (2012) . Beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu yaitu:
1. Periode Pengamatan
Penelitian Ikhsan et al (2012) menggunakan periode pengamatan tahun
2005-2008 sedangkan dalam penelitian ini menggunakan periode
pengamatan 2010 sampai dengan 2012.
2. Variabel Penelitian
Penelitian dilakukan Ikhsan et al (2012) menggunakan 3 variabel
(pertumbuhan perusahaan, umur obligasi dan reputasi KAP) sedangkan
penelitian ini menambahkan 2 variabel (ukuran perusahaan dan Jaminan).
Karena variabel tersebut sering digunakan investor dalam mengukur atau
menilai kinerja perusahaan serta menggambarkan kondisi di luar
perusahaan .
23
3. Pengukuran Variabel Dependen
Pengukuran variabel dependen yang dilakukan Susilowati dan Sumarto
(2010) untuk ukuran perusahaan menggunakan proksi total asset
sedangkan dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur menggunakan
proksi penjualan karena total asset tidak berpengaruh pada peringkat
obligasi dan lembaga pemeringkat tidak mempergunakan total asset dalam
penilaian peringkat obligasi. (Estiyanti dan Yasa , 2011) .
Oleh karena itu peneliti termotivasi melakukan penelitian ini untuk
menguji konsistensi hasil dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan
mengenai pengaruh terhadap peringkat obligasi karena terdapat sejumlah
perbedaan hasil dari penelitian-penelitian tersebut dan untuk membuktikan apakah
variabel tersebut merupakan prediksi dalam menentukan peringkat obligasi untuk
perusahaan non keuangan yang akan datang.
Peneliti memilih perusahaan non keuangan yang diperingkat PEFINDO
karena perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia lebih
banyak menggunakan jasa PT PEFINDO. Pada awalnya penulis memilih sampel
perusahaan manufaktur yang diperingkat PT PEFINDO, tetapi perusahaan
manufaktur yang diperingkat oleh PT PEFINDO hanya ada sedikit perusahaan,
oleh karena itu penulis mengganti sampel yang digunakan menjadi perusahaan
non keuangan.
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan, Jaminan, Umur Obligasi Dan Reputasi Auditor
24
Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia ’’.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas , maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Apakah ukuran perusahaan perusahaan (Size) mempengaruhi prediksi
peringkat obligasi perusahaan ?
2.
Apakah
pertumbuhan
perusahaan
(growth)
mempengaruhi
prediksi
peringkat obligasi perusahaan ?
3.
Apakah jaminan (secure) mempengaruhi prediksi peringkat obigasi
perusahaan?
4.
Apakah umur (maturity) obligasi mempengaruhi prediksi peringkat obligasi
perusahaan?
5.
Apakah reputasi auditor mempengaruhi prediksi peringkat obligasi
perusahaan ?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan, jaminan, umur obligasi dan reputasi
audit terhadap peringkat obligasi pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
25
1.4
Manfaat Penelitian
Secara khusus manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.
Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerapkan teori
yang telah dipelajari pada dunia praktek pasar modal yang sesungguhnya.
2.
Bagi Emiten
Menunjukkan arti pentingnya informasi keuangan maupun non keuangan
dalam pengambilan keputusan investasi obligasi yang dilakukan investor.
3.
Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi investor
yang berminat untuk menanamkan modalnya pada obligasi suatu
perusahaan.
1.5
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang
bersumber dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), laporan keuangan
tahunan perusahaan yang telah diaudit tahun 2010 sampai 2012 yang
dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data peringkat obligasi yang
diperoleh dari Indonesia Bond Market Directory (IBMD) dan PT PEFINDO.
Variabel-variabel yang digunakan yaitu peringkat obligasi, ukuran perusahaan,
jaminan, umur obligasi dan reputasi auditor.
Download