DASAR-DASAR ILMU_Wiwid Nurokhmah_Oke

advertisement
DASAR-DASAR ILMU
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang dari ilmuilmu . Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan
ruang lingkup Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan
munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula subsub ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan hakekatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem
yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benartidaknya dapat ditentukan dengan patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari
kebenaran masing-masing bidang.pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai.
Dalam kehidupannya sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari peranan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan menjadi hal yang sangat penting untuk dipelajari guna kelangsungan hidup
manusia. Bayangkan saja jika di dunia ini tidak ada ilmu pengetahuan, dapat dipastikan
eksistensi manusia di bumi ini tidak akan bertahan lama. Mengapa demikian? Tentu saja,
karena tanpa ilmu pengetahuan manusia sama halnya dengan binatang. Seperti yang kita
ketahui bahwa seluruh ilmu pengetahuan, apapun itu bidangnya pasti ada peranan filsafat di
dalamnya. Sementara Dalam filsafat itu sendiri ada dasar-dasar ilmu yang terbagi menjadi
tiga elemen. Tiga elemen tersebut adalah aspek epistemologi, aspek ontologi serta aspek
aksiologi. Berangkat dari sinilah guna meningkatkan pemahaman mengenai hal tersebut
penulis tergugah menulis sebuah makalah dengan judul “DASAR-DASAR ILMU”.
Definisi dan Fungsi Ilmu
Menurut Kinayati Djojosuroto dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Bahasa”
pengertian ilmu adalah pengetahuan tentang suatu hal yang disusun secara logis dan
sistematis serta telah teruji kebenarannya(teratur). Sinonimnya adalah pengetahuan ilmiah
atau scientific knowledge. Namun perlu diketahui bahwasannya ilmu adalah pengetahuan
yang benar namun tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Apa yang disebut benar dalam ilmu
harus sesuai dengan teori kebenaran ilmu.
Ilmu mempunyai banyak fungsi atau kegunaan bagi kehidupan manusia sehari-hari.
Sebagai contoh misalnya, fungsi ilmu dapat digunakan untuk menerangkan, mendekripsikan,
menjelaskan tentang fakta. Contoh bagaimana gerhana itu bisa terjadi? Fenomena tersebut
tentunya dapat dijawab melalui fisika yang memang menjadi cabang ilmu pengetahuan yang
secara khusus mempelajari tentang hal-hal yang ada di sekitar kita(fisik).
Definisi Epistomologi, Ontologi, Aksiologi Keilmuwan
a) Definisi Epistomologi
Epistomologi berasal dari kata episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan dan
logos berarti teori atau ilmu. Epistomologi merupakan cabang filsafat yang membahas
tentang pengetahuan manusia yang meliputi sumber-sumber, watak dan kebenaran manusia.
Epistomologi juga dapat didekripsikan sebagai sebuah kajian yang mempelajari asal
mula atau sumber struktur metode pengetahuan.Epistomologi berusaha menjawab bagaimana
proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan berupa ilmu? Hal-hal apa yang harus
diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan secara benar? Apa yang disebut kebenaran
dan apa kriterianya? .
Persoalan-persoalan epistemologi meliputi 1. Dari manakah sumber-sumber
pengetahuan itu? Dari manakah pengetahuan benar itu datang? Bagaimana kita dapat
mengetahuinya? . Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan problem asal pengetahuan manusia.
2. Apakah watak dari pengetahuan itu? Adakah dunia yang real diluar akal manusia?
1
Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan problema terhadap penampilan realitas. 3. Apakah
pengetahuan kita itu benar atau valid? Bagaimana kita membedakan antara kebenaran dan
kekeliruan? Pertanyaan –pertanyaan ini merupakan problema kebenaran pengetahuan
manusia.
b) Definisi Ontologi
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu : Ontos : being, dan Logos. Logic
Jadi ontology adalah the theory of being qua being ( teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan ). Atau bisa juga ilmu tentang yang ada. Secara istilah ontologi adalah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada yang merupakan realiti baik berbentuk jasmani atau
kongkrit
maupun
rohani
atau
abstrak.
Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1936 M, untuk
menamai hakekak yang ada bersifat metafisis Dalam perkembangannya Christian Wolf
(1679-1754) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus.
Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafiska atau ontologi
adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam
dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi
Kosmologi, Psikologi dan Teologi. Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati
ontologi
dengan
dua
macam
sudut
pandang:
1. kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki
kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang
berbau harum. Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari
realitas
atau
kenyataan
konkret
secara
kritis.
Ontologi merupakan salah satu elemen penting dalam filsafat. Ontologi disini
menganalisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan yaitu hal-hal atau benda-benda
empiris. Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui juga melakukan observasi
mendalam mengenai objek apa yang diteliti ilmu. Disini juga dibahas tenrang bagaimana
wujud sebenar-benarnya dari objek yang dikaji tersebut serta bagaimana hubungan antara
obyek tadi dengan daya tangkap manusia (berfikir, merasa, mengindera yang menghasilkan
pengetahuan).
c) Definisi Aksiologi
A. Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos
artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga
disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Menurut Suriasumantri (1987:234)
aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di
peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.
Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan
moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Jadi
Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk
(good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan
(means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk
perilaku
etis.
Menurut
Bramel
Aksiologi
terbagi
tiga
bagian
:
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
3. Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat
social politik.
2
Umumnya aksiologi dipandang sebagai salah satu cabang filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi juga turut menjawab
pertanyaan untuk apa pengetahuan berupa ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral serta bagaimana penentuan objek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral. Dalam aksiologi dibahas pula mengenai manfaat
yang diperoleh manusia dari penetahuan yang didapatkannya. Aksiologi ilmu terdiri dari
nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan
seperti yang dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajah berbagai kawasan seperti kawasan
sosial, simbolik ataupun fisik.
Peranan Dan Fungsi Epistomologi, Ontologi Serta Aksiologi Bagi Kehidupan Soaial
Van Veursen menggambarkan bahwa ilmu itu memiliki struktur seperti bangunan
yang tersusun atas batu bata dan ontologi menempati posisi yang paling dasar. Dengan kata
lain ontologi menempati posisi landasan terdasar dari pondasi ilmu dimana di situlah terletak
”Undang-undang dasarnya” dunia ilmu. Fenomena ilmu dapat dianalogikan sebagai sebuah
fenomena gunung es di tengah lautan, dimana yang nampak oleh mata kita adalah kerucutnya
saja yang tidak begitu besar, namun jika kita selami lebih mendasar akan tampak fenomena
lain yang luar biasa dimana ternyata kerucut yang tampak tersebut merupakan puncak dari
sebuah gunung yang dasarnya jauh berasal dari dalam lautan.Ternyata sains atau ilmu tidak
sesederhana yang kita bayangkan. Sebagai pengguna kita hanya memandang bahwa ilmu
hanya berkutat pada pembahasan berbagai teori, riset, eksperimen, atau rekayasa berbagai
macam teknologi. Ilmu ternyata merupakan sebuah dunia yang memiliki karakter dasar,
prinsip, dan struktur yang kesemuanya itu menentukan arah dan tujuan dari pemanfaatan
ilmu. Peranan lainnya adalah di bidang ilmu, moral dan seni. Ilmu dan moral serta seni
merupakan sesuatu yang sulit untuk di pisahkan dimana ke tiga komponen ini saling
mempengaruhi satu sama lain. Setiap manusia memiliki penalaran yang luar biasa, maka
sering orang berkata bahwa makin cerdas atau pandai kita menemukan kebenaran makin
benar maka makin baik pula perbuatan kita. Atau sebaliknya semakin tinggi tingkat
penalaran, makin berbudi sesorang tersebut sebab moral mereka dilandasi analisis yang
hakiki atau sebaliknya semakin cerdas seseorang maka makin pandai pula kita berdusta dan
begitu juga dengan kemajuan teknologi membuat semakin giat orang untuk bersaing.
Demikian kemajuan teknologi membuat atau menuntut seseorang menghasilkan sesuatu,
contoh : seseorang ahli kimia merakit sebuah bom, kemampuan merakit tersebut merupakan
suatu ilmu yang dimiliki oleh orang tersebut, kemudian apa manfaat dan kegunaan dari apa
yang dibuatnya (bom) di sinilah peranan moral orang tersebut. Contoh peranan lainnya
adalah di bidang perbandingan agama. Dalam era globalisasi, kesadaran akan identitas
pribadi maupun persekutuan semakin menonjol. Pernyataan ini agaknya memiliki evidensi
yang kuat, terutama kalau kita mencermati hubungan dan peran agama-agama dewasa ini
yang semakin bergairah membangun kembali institusinya dalam memberikan pemenuhan
terhadap kebutuhan tersebut. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan untuk mengaktualisasikan
identitas individu atau kelompok di tengah kemajemukan masyarakat, setiap agama memiliki
ekspresi simbolik yang berbeda-beda, sehingga juga akan melahirkan komunitas keagamaan
yang berbeda pula. Keragaman dalam memahami dan mengaktualisasikan identitas itulah
yang akan melahirkan dan membentuk pluralisme. Kesadaran akan pluralisme ini merupakan
salah satu “paradoks” yang menonjol dalam proses globalisasi ; sebab ketika dunia semakin
menyatu, semakin majemuk pula benuk-bentuk ekspresinya. Dengan kata lain, kemajemukan
menuntut untuk diakui dan diberi tempat dalam kehidupan bermasyarakat. Dikatakan
demikian, karena bagaimanapun pluralisme atau kemajemukan merupakan kenyataan
sosiologis yang tidak dapat dihindari.disinilah fungsi dari epistomologi,ontologi serta
3
aksiologi digunakan agar tidak terjadi hal-hal yang justru menimbulkan keresahan di tengahtengah masyarakat.
Kesimpulan
Menurut Kinayati Djojosuroto dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Bahasa” pengertian
ilmu adalah pengetahuan tentang suatu hal yang disusun secara logis dan sistematis serta
telah teruji kebenarannya(teratur). Fungsi ilmu dapat digunakan untuk menerangkan,
mendekripsikan, menjelaskan tentang fakta. Epistomologi berasal dari kata episteme dan
logos. Episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori atau ilmu. Epistomologi
merupakan cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan manusia yang meliputi
sumber-sumber, watak dan kebenaran manusia. Epistomologi berusaha menjawab bagaimana
proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan berupa ilmu? Hal-hal apa yang harus
diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan secara benar? Apa yang disebut kebenaran
dan apa kriterianya?. Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu : Ontos : being, dan
Logos. Logic Jadi ontology adalah the theory of being qua being ( teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan ). Atau bisa juga ilmu tentang yang ada. Istilah ontologi pertama kali
diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1936 M, untuk menamai hakekak yang ada
bersifat metafisis Dalam perkembangannya Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika
menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus. Hakekat kenyataan atau realitas memang
bisa
didekati
ontologi
dengan
dua
macam
sudut
pandang:
1. kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki
kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang
berbau harum. Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan
logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga
disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Menurut Suriasumantri (1987:234)
aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di
peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Umumnya
aksiologi dipandang sebagai salah satu cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya.Sementara itu peranan epistemologi, ontologi serta aksiologi
banyak sekali,sebagai contoh lisalnya dalam bidang seni, moral dan ilmu: seseorang ahli
kimia merakit sebuah bom, kemampuan merakit tersebut merupakan suatu ilmu yang
dimiliki oleh orang tersebut, kemudian apa manfaat dan kegunaan dari apa yang dibuatnya
(bom) di sinilah peranan moral orang tersebut. Contoh peranan lainnya adalah : Van Veursen
menggambarkan bahwa ilmu itu memiliki struktur seperti bangunan yang tersusun atas batu
bata dan ontologi menempati posisi yang paling dasar. Dengan kata lain ontologi menempati
andasan terdasar dari pondasi ilmu dimana di situlah terletak ”Undang-undang dasarnya”
dunia ilmu. Contoh lain di bidang perbandingan agama pada masyarakat pluralis dan
majemuk. Kalau tidak diantisipasi dengan pemikiran yang mendasar bahwa kemajemukan itu
tidak dapat kita cegah, mungkin saja setiap hari di negara kita akan terjadi pertumpahan
darah, mengingat negara indonesia adalah negara yang penuh dengan keragaman
agama,budaya,bahasa serta suku daerah.
__________
Wiwid Nurokhimah
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin,
M.Pd.)
4
Download