UNIVERSITAS INDONESIA PENINGKATAN PERKEMBANGAN ANAK USIA BAYI UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI PEMBERIAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK DI RW 02,03 DAN 11 KELURAHAN TANAH BARU BOGOR UTARA KARYA ILMIAH AKHIR Slametiningsih 1006801071 PROGRAM PENDIDIKAN PERAWAT SPESIALIS JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2013 i Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 UNIVERSITAS INDONESIA PENINGKATAN PERKEMBANGAN ANAK USIA BAYI UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI PEMBERIAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK DI RW 02,03 DAN 11 KELURAHAN TANAH BARU BOGOR UTARA KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Jiwa Slametiningsih 1006801071 PROGRAM PENDIDIKAN PERAWAT SPESIALIS JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2013 ii Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 KATA PENGANTAR Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga Karya Ilmiah Akhir dengan judul ”Peningkatan Perkembangan Anak Usia Bayi untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Melalui Pemberian Terapi Kelompok Terapeutik di RW 02, 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada yang terhormat : 1. Ibu Dewi Irawaty,M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia beserta seluruh jajarannya, yang telah memberikan kesempatan kembali untuk mengikuti studi di Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Prof. Achiryani S.Hamid, MN., DNSc. Selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dengan bijaksana serta memotivasi selama mengikuti Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 3. Prof. Dr. Budi Anna Keliat, M.App.Sc., selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah yang telah membimbing penulis dengan meluangkan waktu, sabar, bijaksana dan penuh ketelitian dalam memberikan masukan serta motivasi dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini. 4. Ns. Ice Yulia Wardhani, M.Kep, Sp. Kep. Jiwa sebagai pembimbing II yang membimbing penulis dengan sabar, bijaksana dan juga sangat cermat memberikan masukan serta motivasi dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini. 5. Seluruh dosen di Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama mengikuti Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 6. Bundaku tercinta dan seluruh keluarga besarku yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis selama mengikuti Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia ” Terimakasih yang tak terhingga untuk untaian doa-doamu di sepertiga malam untuk ananda, sehingga menguatkan perjalananku hingga saat ini, insya alloh yang terbaik untuk kita semua amin” 7. Suamiku tersayang dan anak-anak yang senantiasa penuh dengan keikhlasan dan kesabaran untuk kelancaranan studiku, ”maafkan sayang hari-harimu selalu kutinggalkan, do’a dan keikhlasanmu menjadi motivasi terindah dan selalu memberikan penguatan dalam perjalanan studiku hingga selesai. 8. Keluarga dan anak usia bayi di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara yang telah berpartisipasi dan bekerjasama dalam kegiatan TKT dari awal hingga akhir, tanpa kesediaan mereka, Karya ilmiah akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan. 9. Kepala Puskesmas Bogor Utara, Posyandu RW 03 dan RW 11, para kader, Pak RW & RT yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan untuk memotivasi warga dalam kegiatan TKT dan psikoedukasi keluarga hingga Karya ilmiah akhir ini dapat terselesaikan. 10. Rekan-rekan angkatan VI Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa dan semua pihak yang telah memberikan dukungan selama penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini. Semoga amal dan budi baik bapak dan ibu mendapat pahala yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Mudah-mudahan Karya Ilmiah Akhir ini bermanfaat bagi upaya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan jiwa. Akhirnya dengan terbuka penulis menerima masukan dan saran yang membangun untuk perbaikan Karya Ilmiah Akhir ini. Depok, Juli 2013 Penulis Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Slametiningsih : Ilmu Keperawatan : Peningkatan perkembangan anak usia bayi untuk Meningkatkan rasa percaya diri melalui pemberian terapi kelompok terapeutik di RW 02, 03 dan RW11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara xiv + 113 halaman+11 Tabel + 3 skema Perkembangan anak usia bayi perlu dilakukan stimulasi yang optimal, terapi kelompok terapeutik adalah terapi spesialis keperawatan jiwa yang membantu stimulasi perkembangan rasa percaya bayi. Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah adalah mengidentifikasi efek terapi kelompok terapeutik terhadap perkembangan rasa percaya bayi. Metode yang digunakan adalah studi serial kasus dengan jumlah responded sebanyak 20 bayi dan ibunya yang di dapatkan secara purpose . Terapi kelompok terapeutik dilakukan tujuh sesi yang diberikan secara bertahap dan berkesinambungan kepada bayi bayi dan melatih ibu. Hasil studi mengatakan adanya peningkatan perkemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan aspek motorik, kognitif, bahasa, emosi, moral, kepribadian, spiritual dan psikososial dan psikomotor yang berdampak peningkatan pada perkembangan bayi. Terapi kelompok terapeutik bayi disarankan digunakan untuk menstimulasi rasa percaya diri . Kata Kunci : Anak Usia bayi, aspek perkembangan, perkembangan rasa percaya, terapi kelompok terapeutik Daftar Pustaka 70 (1991-2012) ix Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 ABSTARCT Name Field of study Topic : Slametiningsih : Nursing Science : Increase of Infant Development to Improve Self Confidence By Therapeutic GroupTherapy at RW 02,03 and 11 Kelurahan Tanah Baru North Bogor. Infant development needs to be optimally simulated. Therapeutic Group Therapy is one of psychiatric nursing specialist therapy to help stimulate trust on infant. The aim is to identify effect of Therapeutic Group Therapy to the trust on infant. Method used a case serial with 20 respondent of baby and her/his mother obtained with purposive sampling. Therapeutic Group Therapy conducted with seven session and done gradually and simultaneously to the baby and her/his mother. The result shows that there is an increased ability of mother to stimulate her baby on motoric, cognitive, language, emotion, moral, personality, spiritual and psychosocial aspect that affect to increased the baby’s development. Infant Therapeutic Group Therapy suggest to stimulate self confidence. Keywords: Baby, developmental aspect, trust development, therapeutic group therapy Refernce 70 (1991-2012) x Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i HALAMAN PENGAJUAM .......................................................................................... ii PERNYATAAN PUBLIKASI................................................................................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................... iv HAL PENGESAHAN ............................................................................................................................ v PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................................................................... vi .KATA PENGANTAR........................................................................................................................... vii ABSTRAK INDONESIA ......................................................................................................... ix ABSTRAK INGGRIS ............................................................................................................... x DAFTAR ISI ............................................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xiii DAFTAR SKEMA .................................................................................................................... xiv 1. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 7 1.3 Manfaat Penulisan .......................................................................................................... 8 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 2.1 Teori Model Konsep Keperawatan............................................................................... 10 10 2.1.1 Konsep Model Stress Adaptasi....................................................................... 10 2.1.2 Konsep Model Preecede/Proceed................................................................... 21 2.1.3.Aplikasi Konsep Model Stress Adaptasi & Preeced/Procede............................ 26 2.2 Konsep Bayi........................................................................................................ 29 2.2.1 Pengertian Bayi........................................................................................ 29 2.2.2.Perkembangan Bayi................................................................................... 29 2.2.3 Faktor Predisposisi .................................. 32 2.2.4 Faktor Presipitasi...................................................................................... 33 2.2.5 Diagnosa Keperawatan................................................................................................... 36 2.2.6 Tindakan Keperawatan 36 2.3 Konsep Keluarga..................................................... 42 2.2.1 Pengertian Keluarga 42 2.2.2 Tugas Keluarga 43 xi Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 2.4 Konsep CMHN (Community Mental Health Nursing ) 43 2.4.1 Pilar I : Manajemen Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat............................. 45 2.4.2 Pilar II : Manajemen Pemberdayaan Masyarakat........................................... 47 2.4.3 Pilar III : Kemitraan Lintas Sektor dan Lintas Program................................... 49 2.4.4 Pilar IV : Manajemen Kasus Kesehatan Jiwa 50 3. HASIL PELAKSANAAN MANAJEMEN PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DI RW 03 DAN RW 11 KELURAHAN TANAH BARU, BOGOR UTARA 3.1 Hasil Pelaksanaan Manajemen Pelayanan di Komunitas RW 02, 03 dan 11 Kelurahan 52 52 Tanah Baru Bogor Utara ....................................................................................... 3.2. Hasil Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Komunitas RW 03 dan RW 11 Kelurahan 55 Tanah Baru Bogor Utara ............................................................................................. 3.2.1 Pengkajian............................................................................................... 55 3.2.2. Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 63 3.2.3 Rencana Tindak lanjut.................................................................................. 63 3.2.4 Tindakan Keperawatan........................................................................................... 65 3.2.5 Evaluasi................................................................................................................................ 75 4. PEMBAHASAN..................................................................................................... 4.1 Karakteristik Anak Usia Bayi dan Ibu di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor 80 Utara......................................................................................................................... 4.1.1. Karekteristik Bayi............................................................................................... 80 4.1.2. Karakteristik Ibu................................................................................................................ 86 4.1.3 Faktor Predisposisi............................................................................................................ 89 4.1.4 Faktor Presipitasi............................................................................................................... 93 4.2 Perubahan Tanda dan Gejal sebelum dan Sesudah di lakukan terapi kelompok terapeutikpada 96 anak usia bayi................................................................................................................................ 4.3 Perubahan Kemampuan dalam Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik pada Anak Usia Bayi 106 di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara.......................................................... 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 111 5.1 Simpulan ............................................................................................................ 111 5.2 Saran ................................................................................................................. 112 DAFTAR PUSTAKA xii Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 DAFTAR TABEL Tabel Daftar Kelompok Terapi Kelompok Terapeutik pada Anak Usia Bayi 3.1. dan Psikoedukasi Keluarga di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara . Periode September 2012 – 2013………………………………. 54 Tabel Karakteristik Anak Usia Bayi di RW 03 RW 11 Kelurahan 3.2. Tanah Baru Bogor Utara . Periode September 2012 – 2013……………………. 56 Tabel Karakteristik Ibu RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara . 3.3 Periode September 2012 – 2013………………………………………………… 57 Tabel Distibusi Faktor Predisposisi pada Anak Uisa Bayi di RW 03 RW 11 3.4 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara . Periode September 2012 -2013………….. 57 Tabel Distibusi Faktor Presipitasi pada Anak Usia Bayi di RW 03 dan RW 11 .3.5 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara . Periode September 2012 - 2013…………… 58 Tabel Distibusi Tanda dan Gejala Anak Usia Bayi di RW 03 RW 11 3.6 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara . Periode September 2012 – 2013………..... 60 Tabel Distribusi Sumber Koping Anak Usia Bayi, Ibu dan Kader Kesehatan Jiwa di 3.7 RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara . Periode September 2012 -2013…………………………........................................................................ 62 Tabel Rencana Tindakan Spesialis dalam Melaksanakan Terapi Kelompok Terapeutik 3.8 pada Anak Usia Bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara . Periode September 2012 -2013………………………….................................... 64 Tabel Delapan Aspek Perkembangan yang dimiliki oleh Anak Usia sekolah di RW 03 3.9 & 11 Kelurahan Tanah Baru , Periode September 2012- April 2013…………. 76 Tabel Kemampuan Bayi, Kemampuan Keluarga dan Kemampuan Kader dalam 3.10 Meningkatkan Rasa Percaya Anak Usia Bayi di RW 03 & 11 Kelurahan Tanah Baru , Periode September 2012- April 2013…………………………………… 78 . xiii Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 DAFTAR SKEMA Bagan 2.1. Model Stress Adaptasi Stuart.………………………………… 11 Bagan 2.2. Model Precede -Proceed……………………………………… 22 Bagan 2.3 Kerangka Kerja Penerapan dalam Tindakan Terapi Kelompok Terapeutik 28 xiv Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan harus berorientasi pada pembangunan manusia berkelanjutan (sustainable development for mankind) yang kesadaran mengenai pentingnya investasi kesehatan dilandasi oleh bagi kemajuan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) (Soetjiningsih, 2012). Ciri sumber daya manusia yang handal yaitu berintelektual dan produktif yang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, sosial maupun jiwanya yang dapat memenuhi tanggung jawab kehidupannya, berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut sumber daya manusia harus lebih diperhatikan sedini mungkin sejak anak dalam kandungan, melahirkan, bayi usia 0-18 bulan, masa toddler usia 18 bulan – 3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun, masa sekolah usia 6-12 tahun, masa remaja usia 12-18 tahun, masa dewasa muda usia 18-40 tahun, masa dewasa tua usia 40-60 tahun dan lansia 60 tahun keatas (Potter, 2009), sehingga pertumbuhan dan perkembangan akan berproses dengan baik. Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel seluruh tubuh secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurna fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh dan kematangan belajar ( Wong, D.L, et al. 2011). Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara simultan sepanjang daur kehidupan. Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu, setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya dan menjadi prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Usia bayi (0-18 bulan) merupakan tahap awal mengembangkan rasa percaya atau trust terhadap pengasuhnya atau orang tua. Perhatian yang penuh dari orang tua terhadap kebutuhan bayi dapat menimbulkan rasa kepercayaan, yang akhirnya bayi mempunyai mendatang (Sadock, 2010). harapan positif dimasa Anak yang memiliki rasa percaya dalam dirinya 1 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesa 2 cenderung untuk memiliki rasa aman dan dapat mengekplorasi lingkungan yang baru, sebaliknya jika anak tidak memiliki rasa percaya cenderung tidak memiliki harapan, sehingga bisa terjadi penyimpangan dalam perkembangan. Faktor yang mempengaruhi rasa percaya bayi disebabkan karena faktor genetik, lingkungan prenatal dan post natal (Soetjiningsih, 2012). Pre natal dimana merasakan adanya keterikatan dengan janin, sedangkan post natal ini merupakan hubungan langsung ibu dengan bayi sentuhan dan pandangan kasih sayang orang tua kepada bayinya akan memberikan jalinan kasih sayang yang kuat diantara keduanya, sentuhan orang tua merupakan komunikasi memupuk cinta kasih antara orang tua dan anaknya, dengan demikian anak akan memiliki budi pekerti yang baik dan penuh dengan percaya diri. Upaya - upaya pemerintah terkait dengan mengoptimalkan tumbuh kembang masa bayi yaitu stimulasi, deteksi dini dan intervensi (Depkes, 2009). Upaya tersebut saat ini pelaksanaanya belum optimal masih bersifat kearah fisik atau pertumbuhan, sedangkan ke arah perkembangan belum dilaksanakan dengan optimal. Stimulasi merupakan suatu rangsangan yang diberikan untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal (Nurdin, 2011). Otak bayi sangat berkembang pesat sering disebut periode emas (golden age) . Otak bayi mempunyai satu triliun sel otak dan bertriliun- triliun sambungan antar sel saraf otak (Wong, D.L, et al. 2011). Otak bayi semakin distimulasi maka akan semakin banyak mielinisasi atau pembentukkan selubung syaraf otak akan cepat terbentuk, semakin banyak pula cabang neuron yang dibentuk, sehingga terbentuk komunikasi sel antar otak yang baik (Soetjiningsih, 2012). Hasil riset menunjukkan bahwa otak anak sebelum usia 3-4 tahun itu ibarat sponge, yang akan menyerap apa saja yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan dan disentuh dari lingkungan mereka ( Mustofa 2009). Penelitian mengenai otak manusia telah menunjukkan bahwa perkembangan intelektual otak berkembang pesat menjadi 50% potensi otak dewasa pada empat tahun pertama sejak anak dilahirkan. Usia empat hingga Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 3 delapan tahun bertambah 30%, delapan tahun selanjutnya bertambah 30%, 18 selanjutnya tahun bertambah 20%. Stimulasi yang memadai akan menstimulasi otak bayi dalam kemampuan perkembangan motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial pada bayi berlangsung optimal sesuai dengan perkembangannya. Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan, tumbuh kembang bayi yang menyeluruh dan terkoordinasi maka diselengarakan dalam bentuk kemitraan antar keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga masyarakat, dan sebagainya) dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial), akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang usia bayi dan kesiapan memasuki jenjang berikutnya yaitu usia toddler (Depkes, 2006). Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang bayi tidak hanya meningkatkan status kesehatan dan gizi bayi tetapi juga mental, emosional, sosial dan kemandirian anak berkembang secara optimal. Upaya pemerintah dalam mengoptimalisasi pada perkembangan usia bayi dapat dilakukan melalui pendidikan non-formal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Bina Keluarga Balita (BKB) saat ini disatukan dengan Pusyandu yang menekankan kembali fungsi orang tua nantinya bisa melayani anaknya yang masih usia dini (Departemen Pendidikan Nasional 2007). Pendidikan non-formal yang sudah di fasilitasi oleh pemerintah apabila dimanfaatkan dengan baik dan sudah menjadi kesadaran dari masing-masing masyarakat dapat meningkatkan perkembangan pada usia bayi. Keberhasilan dalam meningkatkan perkembangan masa bayi rasa percaya diri dipengaruhi faktor perilaku yang ditentukan oleh tiga faktor Green 1991 ( dalam Notoatmodjo 2012) yaitu faktor predisposisi (Predisposing factor) subjeknya adalah bayi yang perlu dikaji faktor predisposisi dan presipitasi, penilaian Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 4 terhadap delapan aspek kemampuan pada usia bayi (motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial).Faktor pendukung (Enabling factor), supaya bisa dilakukan stimulasi perkembangan masa bayi dengan baik sehingga diperlukan petugas kesehatan yang kompeten. Faktor penguat (Reinforcing factor) supaya tetap bisa dilakukan stimulasi dirumah maka perlu ada adanya keluarga /ibu/caregiver dan kader kesehatan. Pelayanan kesehatan yang harus dilakukan untuk stimulasi perkembangan masa bayi tersebut berada ditatanan masyarakat/ komunitas bukan di rumah sakit karena lebih berorentasi pada upaya promotif dan preventif. Keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan jiwa memegang peranan penting dalam upaya peningkatan perkembangan masa bayi sesuai dengan tugas perkembangan. Pada setting komunitas perawat Community Mental Health Nursing (CMHN) bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa komunitas pada kelompok keluarga yang sehat jiwa, keluarga yang beresiko mengalami gangguan jiwa serta keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ( Keliat, Panjaitan & Riasmini, 2010). Bentuk tindakan keperawatan di komunitas dapat dilakukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, berupa terapi individu, terapi keluarga, terapi kelompok, psikoedukasi kelompok, terapi suportif, kelompok swabantu, dan terapi kelompok terapeutik (Stuart, 2009). Perawat memberikan pelayanan bukan hanya di Puskesmas tetapi pada institusi umum yang ada di komunitas, salah satu tindakan keperawatan untuk mengoptimalkan perkembangan anak usia bayi adalah terapi kelompok terapeutik. Terapi kelompok terapeutik salah satu jenis terapi, terapi kelompok yang memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan mengerjakan cara yang efektif untuk mengendalikan stress (Townsend, 2009 ). Terapi kelompok terapeutik bertujuan untuk meningkatkan hubungan yang positif antara orang tua dan bayi, menurunkan depresi post natal pada ibu serta Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 5 perkembangan bayi menjadi optimal (Smiit, 2010). Terapi kelompok terapeutik membantu anggotanya mencegah masalah kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok dan meningkatkan kualitas antara anggota kelompok untuk mengatasi masalah kehidupan ( Keliat & Akemat, 2004). Terapi kelompok terapeutik merupakan suatu kelompok atau peer dimana tiap anggota saling berbagi masalah baik fisik, maupun emosional atau isu tertentu Anonim, (2006 dalam Trihidayat 2009). Terapi kelompok terapeutik dapat diberikan pada yang sehat yang ada di komunitas dengan berbagai kelompok usia sehingga dapat meningkatkan perkembangan dalam meningkatkan kwalitas hidup. Hasil penelitian Restiana (2010) menunjukkan dilakukan terapi kelompok terapeutik pada anak usia dini mengalami peningkatan kemampuan ibu dalam menstimulasi rasa percaya diri. Hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh yang bermakna terhadap rasa percaya bayi setelah diberikan stimulasi tumbuh kembang pada delapan aspek kemampuan yaitu motorik halus dan kasar, emosi, kognitif, bahasa, moral, spiritual, emosi dan psikososial lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik. Oleh karena itu keluarga yang mempunyai anak usia bayi perlu dilakukan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi pada keluarga . Karya tulis ilmiah ini dibuat berdasarkan pelaksanaan kegiatan praktek klinik keperawatan jiwa di kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara khususnya di RW 02, 03 dan 11 selama 24 minggu dari bulan September s/d 19 April 2013, dimulai dengan residen 1, 2 dan pelaksanaan residen 3 selama 9 minggu mulai dari tanggal 18 Febuari s/d 19 April 2013 dengan tujuan mengembangkan program CMHN (Community Mental Health Nursing) baik yang masalah gangguan jiwa berat, masalah mental emosional dan sehat, Jumlah populasi di Kelurahan Tanah Baru secara keseluruhan 18.529 jiwa dengan jumlah KK 16.859 jiwa, sedangkan jumlah penduduk di RW 02, 03 dan 11 secara keseluruhan 4248 jiwa dengan jumlah KK 1034. Jumlah yang sehat 3778, hasil laporan dari kader kesehatan jiwa ditemukan jumlah bayi yang sehat di RW 02,03 dan 11 ada 38 bayi, 18 bayi di Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 6 RW 02 sudah dilakukan asuhan keperawatan keperawatan dengan dilakukan tindakan yaitu tindakan keperawatan generalis penyuluhan tumbuh kembanng usia bayi dan tindakan keperawatan spesialis terapi kelompok terapeutik. Dua puluh bayi (6 bayi dari RW 03 dan 14 bayi dari RW 11) belum dilakukan asuhan keperawatan, maka perlu dilakukan asuhan keperawatan pada anak usia bayi dengan diagnosa sehat yaitu kesiapan peningkatan perkembangan masa bayi rasa percaya, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah tindakan keperawatan generalis penyuluhan tumbuh kembang, dan tindakan keperawatan spesialis terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi. Pelaksanaan tindakan keperawatan spesialis terapi kelompok terapeutik di bagi menjadi tiga kelompok besar, kelompok satu dari RW 03 dengan jumlah bayi dan ibu 6 orang dan penanggung jawab kader kesehatan jiwa ada 5 orang. RW 011 ada 14 bayi dijadikan dua kelompok besar yaitu kelompok dua sebanyak bayi dan ibu 7 orang dan penanggung jawab kader kesehatan jiwa ada 7 orang dan kelompok tiga jumlah bayi dan ibu ada 7 orang, dan penanggung jawab kader kesehatan jiwa sebanyak 7 orang. perawat CMHN selama tindakan terapi kelompok terapeutik hanya dua kali hadir, dikarenakan ada tugas lain yang harus dikerjakan tempat pelaksanaan terapi kelompok terapeutik dilakukan di Posyandu masing-masing RW, sedangkan waktunya RW 03 dilaksanakan setiap jumat, sedangkan untuk di RW 11 dilakukan setiap hari Senin dan Selasa. Kegiatan terapi kelompok terapeutik supaya berjalan dengan baik dan dapat dihadiri oleh semua bayi dan ibunya sehingga kader kader kesehatan jiwa menggerakan keluarga dan bayi untuk hadir dan mengikuti kegiatan terapi kelompok terapeutik. Kegiatan terapi kelompok terapeutik dilaksanakan sampai 17 sesi dengan jumlah pertemuan 5 kali . Keberhasilan pelaksanaan tindakan keperawatan terapi generalis dan spesialis tidak terlepas dari peran kader kesehatan jiwa, selalu mengerakkan ibu-ibu (keluarga) dan bayi , melakukan kunjungan rumah dalam upaya meningkatkan perkembangan masa bayi. Hal ini Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 7 menunjukkan betapa pentingnya peran kader kesehatan jiwa dalam memberikan stimulasi perkembangan anak usia bayi dan psikoedukasi keluarga di tatanan komunitas secara tepat dan efektif untuk meningkatkan perkembangan masa bayi merupakan usia dalam periode emas ( golden age), sehingga dapat jadi modal dasar yang kuat (pondasi) dengan mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan melakukan interaksi dengan dunia luar dan mengadopsi perilaku lingkungan, sehingga bayi menjadi percaya ( trust). Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan study ilmiah dalam bentuk penulisan karya ilmiah akhir tentang manajeman asuhan dan menejemen pelayanan keperawatan pada masa bayi dan keluarga yang diberikan terapi kelompok terapeutik menggunakan pendekatan teori konsep model Stuart Sterss Adaptasi (2009) dan model konsep Precede –Proceed (Green 1991) di 03 dan 11, Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara. 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Diketahuinya hasil pelaksanaan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi terhadap peningkatan rasa percaya diri pada anak usia bayi di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara 1.2.2 Tujuan Khusus 1.2.2.1 Diketahui karakteristik masa bayi seperti usia, jenis kelamin, urutan keluarga, jumlah saudara kandung, status pendidikan dan status ekonomi keluarga di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. 1.2.2.1 Diketahui gambaran pelaksanaan terapi kelompok terapeutik: anak usia bayi terhadap peningkatan perkembangan masa bayi di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 8 1.2.2.2 Diketahui hasil pelaksanaan delapan aspek perkembangan anak usia bayi setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi di RW 02, 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara 1.2.2.3 Diketahui hasil pelaksanaan kemampuan bayi, ibu dan kader setelah dilakukan tindakan terapi terapeutik pada anak usia bayi di RW 02, 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara. 1.2.2.4 Diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pada masa bayi di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara 1.3 Manfaat Karya Ilmiah Akhir 1.3.2 Manfaat Aplikatif 1.3.2.1 Hasil karya tulis ini diharapkan dapat menjadi panduan perawat dalam melaksanakan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi di komunitas. 1.3.2.2 Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan jiwa, khususnya kesehatan jiwa keluarga dan kesehatan jiwa masa bayi di komunitas. 1.3.2.3 Meningkatkan dan mengembangkan berbagai strategi intervensi yang efektif dalam pencapaian fase percaya masa bayi di komunitas. 1.3.3 Manfaat Keilmuan 1.3.3.1 Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menggunakan hasil riset terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi dalam mengatasi kesehatan masa bayi. 1.3.3.2 Masukan bagi pengelola program kesehatan jiwa masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Bogor dalam merencanakan program-program yang lebih efektif dan dasar dalam merumuskan kebijakan dalam menangani kesehatan masa bayi. 1.3.3.3 Sebagai evidance based practice dalam praktek keperawatan jiwa, serta sebagai bahan dalam pembelajaran di area praktik pendidikan keperawatan. 1.3.3.4 Hasil penulisan ini dapat bermanfaat sebagai data dasar bagi penelitian lanjutan dalam pengembangan terapi spesialis keperawatan jiwa terapi kelompok terapeutik masa bayi. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 9 1.3.4 Manfaat Metodologi 1.3.4.1 Dapat menerapkan hasil riset dalam melaksanakan terapi kelompok terapeutik anak usia bayi untuk mencapai rasa percaya. 1.3.4.2 Memperoleh gambaran dalam penerapan ilmu dan konsep keperawatan jiwa khususnya dalam menerapkan terapi spesialis pada kelompok bayi dan memperoleh pengalaman dalam melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait. 1.3.4.3 Sebagai tindak lanjut penelitian berikutnya untuk mengembangkan pelaksanaan terapi kelompok terapeutik 1.3.5 Manfaat Kehidupan Profesionalisme 1.3.5.1 Dapat dijadikan data rujukan terkait dengan proses belajar mengajar yang melibatkan mahasiswa program pasca sarjana melalui manajemen asuhan keperawatan jiwa secara nyata di masyarakat. 1.3.5.2 Memperoleh pengalaman dan lebih percaya diri sebagai perawat profesional dalam penerapan ilmu dan konsep keperawatan jiwa Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan dipaparkan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan teori keperawatan yang mendasari karya ilmiah akhir pendekatan teori dengan menggunakan model stress adaptasi Stuart (2009) dan teori model Precede/Proceed Green (1991) , dalam melakukan tindakan terapi spesialis yaitu terapi kelompok terapeutik pada usia bayi rasa percaya. 2.1 Pendekatan Model Konseptual Keperawatan dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa dalam melakukan Terapi Kelompok Terapeutik pada Usia Bayi Rasa Percaya Pencegahan Primer berfokus pada pelayanan keperawatan jiwa adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatn jiwa, manajemen stress (Keliat, 2002). Hal ini sesuai dengan Stuart (2009) bahwa kondisi sehat berada koping respon adaptif sehingga dalam melakukan tindakan berorentasi dalam promosi kesehatan, untuk meningkatkan kualitas hidup. Terapi kelompok terapeutik merupakan salah tindakan dalam bentuk promosi kesehatan. Asuhan keperawatan dalam pelaksanaa peningkatan perkembangan anak usia bayi menggunakan teori stress adaptasi (Stuart, 2009) dan akan padukan dengan teori model Precede/Proceed (Green, 1991). 2.1.1 Konsep Model Stres Adaptasi Stuart Model stress adaptasi Stuart (2009) memberikan asumsi bahwa lingkungan secara alami memberikan berbagai strata sosial, dimana perawat psikiatri disediakan melalui proses keperawatan dalam biologis, psikologis, sosialkultural, dan konteks legal etis, bahwa sehat/sakit, adaptif dan maladaptive 10 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 11 sebagai konsep yang jelas, tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier, termasuk didalamnya empat tindakan yaitu health promotion, maintenance, acut dan krisis dalam penatalaksanaan psikiatri (Yosep 2009 dalam Stuart, 2009). Hal ini menujukkan bahwa untuk perawat jiwa bukan hanya berorentasi pada jiwa gangguan, tetapi berorentasi pada mental emosional dan sehat. Faktor predisposisi Biologi Psikologi Sosialkultural Stresor presipitasi Nature Origin Timing Number Penilaian terhadap stresor Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial Sumber koping Kemampuan personal Dukungan sosial Aset material Keyakinan positif Mekanisme koping Konstruktif Destruktif Rentang respon koping Respon Adaptif Respon Maladaptif 2.2 Gambar Skema Model Stres Adaptasi Stuart (Stuart, 2009) 2.1.1.1 Faktor Predisposisi Faktor predisposisi adalah faktor yang menjadi sumber stress, yang terdiri dari biologis, psikologis dan social cultural. Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya kesehatan janin menurut Stuart (2009) pada saat sedang hamil. a. Biologis Pengkajian aspek biologis didapatkan dari ibu saat hamil tersebut meliputi Genetik ada riwayat penyakit keturunan ( DM, hypertensi, jantung, kelainan kromosom). Riwayat prenatal ( gizi saat ibu hamil, trouma, keracunan obat atau Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 12 makanan), perokok, minum alkohol, kelainan hormone ( tyroid dan DM), paparan radiasi, infeksi ( TROCH, varisella, HIV, campak dan penyakit hepatitis), riwayat Intranatal ( lahir spontan/ caesar, BB & TB lahir, riwayat trouma dalam persalinan, pemberian ASI. Riwayat gangguan jiwa. b. Psikologis Kehamilan yang diharapkan, stimulasi perkembangan janin (merasakan keterikatan janin, merasakan gerakan janin, sering mengelus perut, sering mengajak bicara sama janin. Melakukan bounding attachmen setelah melahirkan, memberikan ASI sedini mungkin. Khawatiran dalam merawat anak/sedih kehadiran anak, stress pada waktu hamil c. Sosialkultural Usia ibu, anak yang keberapa, pendidikan ibu dan ayah (SD, SMP, SMA, PT), pendapatan kurang/lebih, pekerjaan tetap atau tidak tetap, status peran social: kegagalan berperan social, latar belakang agama dan keyakinan, keikutsertaan politik, pola komunikasi dengan keluarga. 2.1.1.2. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi adalah stimulasi yang dipresepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan dan memerlukan energy ekstra untuk koping ( Stuart, 2009). Tercapainya atau tidaknya rasa percaya diri tergantung pada banyaknya stimulasi positif yang diterima bayi ketika memasuki usia bayi, seperti stimulasi-stimulasi perkembangan dan kesempatan yang diberikan lingkungan. Faktor presipitasi dapat dilihat dari tiga faktor : 1. Faktor-faktor biologis : Status nutrisi ( gizi seimbang, mendapatkan ASI ekslusif, makanan tambahan pada usia 6 bulan, makanan padat setelah usia 12 bulan. Berat Badan (BB 5 bulan=2 x BB lahir, BB 1 tahun = 4 x BB lahir) TB 1 tahun 1,5 x TB lahir), immunisasi lengkap, kesehatan secara umum. 2. Faktor-Faktor Psikologis : tidak langsung menangis saat ketemu bayi dengan orang lain, menolak saat akan digendong orang tidak dikenal, menangis Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 13 bila basah, haus, lapar, sakit dan gerah, senang ketika ibu datang menghampiri, menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya, memandang wajah ibu. 3. Faktor sosialkultura Umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, penghasilan anak keberapa, menerima anak dengan senang, mengajak anak bergaul, melambaikan tangan dan memberi salam, mengajak anak bermain bersama contohnya ciluk….ba…mengajak anak mengenal lingkungan 2.1.1.3 Tanda dan gejala Kondisi yang dapat memicu klien mengalami gangguan kejiwaan tergantung pada penilaian klien terhadap stressor yang diterima, bagaimana klien berespon, apakah klien melihat stressor itu sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi atau sebagai ancaman yang harus dihindari (Towsend & Mary, 2009). Penilain stressor pada perkembangan bayi meliputi 8 aspek kemampuan meliputi : a. Perkembangan Motorik Bayi perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi (Hurlock 1991). Keterampilan dibagi menjadi keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Pada usia 0-3 bulan kemampuan motorik kasar bayi adalah mengangkat kepala, berguling- guling serta menahan kepala tetap tegak sedangkan kemampuan motorik halusnya melihat, meraih dan menendang mainan gantung, memperhatikan benda berserak melihat benda-benda kecil memegang benda meraba dan merasakan bentuk permukakaan. Pada usia 3-6 bulan kemampuan motorik kasar adalah berguling-guling, menahan kepala tetap tegak, menyangga berat, duduk sedang. Motorik halus melihat, meraih dan menendang mainan gantung, memegang benda dengan kuat, memengang benda dengan kedua tangan, makan sendiri, mengambil benda kecil ( Wong, D.L, et al. 2011). Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 14 b. Perkembangan Kognitif Bayi Kognitif adalah semua aktivitas mental yang berhubungan dengan presepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungan. Pieget (Sadock, 2010) menggunakan istilah sensorimotorik untuk menggambarkan stadium ini karena bayi pertama kali mulai belajar melalui observasi sensorik, dan mereka mendapatkan pengendalian fungsi motoriknya melalui aktivitas, eksplorasi, dan manipulasi lingkungan. Kemampuan kognitif yang harus dimiliki bayi usia lahir sampai dengan 2 bulan yaitu reaksi sirkuler primer yaitu menggunakan reflex motorik dan sensorik bawaan ( mengisap, menggengam, melihat) untuk berinteraksi dan berakomodosi dengan dunia luar. Usia 2 sampai dengan 5 bulan yaitu mengkoordinasikan aktivitas tubuhnya sendiri dan kelima indranya misal mengisap ibu jari. Usia 5 sampai 9 bulan reaksi sirkuler sekunder yaitu mencari stimulasi baru dilingkungan, mulai mengantisipasi urutan prilakunya sendiri, bertindak secara bertujuan untuk mengubah lingkungan awal perilaku bertujuan ( Sandock, 2010). Usia 9 bulan sampai dengan 12 bulan menunjukkan tanda awal permanensi objek, memiliki konsep yang samar-samar bahwa benda-benda ada ada terlepas dari dirinya sendiri, bermain ciluk-ba, meniru perilaku baru . Usia 12- 18 bulan reaksi sirkuler tersier yaitu bayi melakukan kegiatan coba-coba yang dilakukannya mulai bisa mengubah gerak-geriknya untuk mencapai suatu tujuan yang lebih jelas, berbicara, mencari pertanyaan, menyebutkan nama gambargambar, bersenandung dan bernyanyi ( Sandock, 2010). Perkembangan kognitif anak merupakan perkembangan yang perlu dirangsang dan di stimulus oleh pihak luar terutama orang tua. Tanpa adanya rangsangan dan stimulasi dari orang tua, maka kapasitas kognitif anak tidk dapat berkembang secara optimal. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 15 c. Perkembangan Bahasa Bayi Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimpulkan pikiran, dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Sadock, 2010). Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara berbicara, berkomunikasi mengikuti perintah kemampuan bahasa usia 0-6 bulan adalah menunjukkan respon terkejut terhadap suara yang keras atau tiba-tiba, berusaha melokasi suara , memalingkan mata atau kepala, tampak mendengarkan pada pembicaraan, mungkin berespon dengan senyum, berespon saat mendengar namanya sendiri. Usia 7-11 bulan adalah menunjukkan selektivitas mendengar, mendengarkan music atau bernyanyi dengan senang, mengenali jangan, panas, namanya sendiri, melihat gambar yang disebut namanya sampai satu menit, mendengarkan pembicarra tanpa tergangu oleh suara lain, memiliki seruan. Usia 12 sampai 18 bulan yaitu menunjukkan perbedaan kasar atau tidak sama, mengerti bagian tubuh dasar, mendapatkan pengertian beberapa kata tiap minggunya, dapat mengidentifikasi benda sederhana, mengerti sampai 150 kata dan menggunakan 20 kata pada usia 18 bulan. Konsonan awal dan akhir sering dilupakan ( Depkes 2006). Bayi yang sehat cenderung lebih cepat belajar bicara ketimbang bayi yang tidak sehat motivasi berkomunikasi lebih kuat. Bayi yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung kemampuan bicaranya lebih baik, baik secara kuantitaitf mampu secara kualitatif ketimbang bayi yang penyesuaian dirinya jelek. Sebagaimana dengan perkembangan kognitif, perkembangan bahwa seseorang anak menstimulasi khsusus dari orang tua dan pengasuh. Tanpa adanya stimulasi serta rangsangan perkembangan bahasa anak akan mengalami hambatan. Hambatan yang dialami dalam perkembangan akan memberikan dampak terhadap aspek perkembangan lainnya, terutama perkembangan sosial dan emosi anak. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 16 d. Perkembangan Emosi Bayi Menurut perkembangan emosi adalah suatu reaksi kompleks yang mengaitkan satu tingkat tinggi, kegiatan dan perubahan- perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan yang kuat atau disertai keadaan afektif, Chalpin ( 2002, dalam Restiana, Keliat, Gayatri & Helena, 2010). Perkembangan emosi pada tahun pertama, suasana hati ( mood) bayi sangat bervariasi dan berhubungan erat dengan keadaan internal, seperti rasa lapar. Pada dua pertiga kedua dari tahun pertama, suasana hati bayi semakin berhubungan dengan isyarat sosial eksternal ( orang tua dapat menemukan yang lapar tetapi tersenyum). Jika bayi merasa nyaman secara internal, rasa tertarik dan senang terhadap dunia pengasuh utamanya dapat berlaku. Perkembangan emosi pada usia 0-1 bulan adalah adanya senyuman sosial, pada usia 3 bulan ada senyum kesenangan, usia 3-4 bulan kehati-hatian, usia 4 bulan keheranan, usia 4-7 bulan kegembiraan dan kemarahan, usia 5-9 bulan ketakutan dan usia 18 bulan ada rasa malu. Piaget ( Sadock, 2010) Kebutuhan emosi/ kasih sayang, kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat ( bonding) dan kepercayaan dasar ( basic trust). Ikatan batin yang erat, mesra dan selaras yang diciptakan lebih awal dan lebih permanen sangat penting, karena turut menentukan perilaku bayi kemudian hari, menstimulasi perkembagan otak bayi, merangsang perhatian bayi terhadap dunia luar, menciptakan kelekatan ( attachment) antara ibu dan bayi, serta meningkatkan rasa kepercayaan dari bayi. Pemberi ASI dapat meningkatkan ikatan batin bayi dan ibu sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada bayi. e. Perkembangan Kepribadian Bayi Kepribadian adalah ciri atau karakteristik seseorang yang bersumber dari benturan-benturan yang diterima dari lingkungan misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan juga seseorang sejak lahir (Sjarkawi, 2006). Perkembangan kepribadian dan keterampilan kognitif berkembang dengan cara yang sama Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 17 dengan pertumbuhan biologis-pencapaian baru terbentuk pada keterampilan yang dikuasai sebelumnya (Wong, D.L, et al. 2011). Masa bayi sering disebut masa “ periode kritis” dalam perkembangan kepribadian karena pada saat ini diletakkan dasar, dimana srtuktur kepribadian akan di bangun. Kondisi yang menjunjung peristensi kepribadian adalah bawaan, pendidikan nilai-nilai orang tua, memainkan peran, lingkungan sosial, seleksi dalam lingkungan sosial. Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian kelelahan, malnutrisi, kondisi fisik yang menggangu, penyakit menahun, kelenjar endokrin. f. Perkembangan Moral Bayi Perkembangan moral melibatkan pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi dasar keputasan mengenai “ benar dan salah “ atau “ baik dan buruk”. Nilai-nilai yang mendasari asumsi-asumsi tentang standar yang mengatur keputusan moral ( Potter & Perry, 2005). Pada saat lahir, tidak ada bayi yang memiliki nurani atau skala nilai. Akibatnya tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang bayipun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri, maka perlu ditumbuhkan disiplin pada masa ini untuk mengajarkan kepada bayi, apa yang menurut dia dianggap kelompok sosial sebagai benar dan salah, sehubungan pada masa ini timbul rasa benar dan salah adalah apa yang terasa baik atua buruk. g. Perkembangan Spiritual Bayi Bayi mengenal tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata orang yang ada dalam lingkunganya, yang pada awalnya diterima secara acuh, tuhan bagi bayi pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian terhadap tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Namun setelah ia menyaksikan reaksi orang-orang disekelinginya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata tuhan itu tumbuh . (Islamil 2009, dalam Restiana, Keliat, Gayatri & Helena, 2010). Keyakinan Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 18 spiritual sangat berkaitan dengan bagian moral dan etis dalam konsep diri bayi. Tahap perkembang spiritual pada masa bayi adalah tahap undifferentiated yaitu periode masa bayi tidak memiliki konsep benar atau salah, tidak memiliki keyakinan yang membimbing perilaku mereka. Mesti demikian, awal keimanan terbentuk dari pengembangan rasa percaya dasar melalui hubungannya dengan pemberi asuhan primer. h. Perkembangan Psikososial Bayi Perkembangan psikosial berhubungan dengan perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Perkembangan sosial pada usia 0-2 bulan adalah bayi tidak membedakan antara orang-orang dan merasa senang orang yang dikenal dan yang tidak dikenal. Usia 2-7 bulan bayi mulai mengakui dan menyukai orangorang yang dikenal, tersenyum pada orang yang lebih dikenal. Usia 7-24 bulan bayi mengembangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh pertama lainnya dan akan berusaha untuk senantiasa dekat dengannya, akan menangis ketika berpisah denganya ( Depkes 2006). Perkembangan psikososial selama masa bayi adalah kepercayaan. Bayi mempelajari apa yang diharapkan dari orang-orang penting dalam kehidupannya dan mengembangkan suatu perasaan mengenai siapa yang mereka senangi atau yang tidak mereka senangi dan makanan apa yang mereka sukai atau tidak di sukai. 2.1.1.4 Sumber Koping Sumber koping suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang ( Stuart, 2009) sumber koping yang perlu dikaji pada anak usia bayi meliputi dapat dibagi menjadi dua yaitu kemampuan internal dan kemampuan personal ( personal ability ) dan keyakinan positif ( Positivebelief), sedangkan kemampuan eksternal bersumber dari luar individu meliputi social support , material asset ( Stuart, 2009). Keempat komponen tersebut akan membantu dalam proses perkembangan pada anak usia bayi. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 19 a. Personal Ablility ( Kemampuan Personal) Personal ability (kemampuan personal) disini adalak kemampuan dari bayi, ibu dan kader, adalah sebagai berikut : 1. bayi Kemampuan mengatasi masalah yang dimiliki oleh klien dalam berespon terhadap stressor yang dihadapi ( Stuart, 2009). Tidak langsung menangis, dengan orang lain, menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenal, menangis bila bersalah, lapar, haus, sakit dan gerah, senang ketika ibu datang menhampiri, menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya dan memandang wajah ibu. 2. Personal ibu Ibu(caregiver ) belum mengatahui cara menstimulasi perkembangan anak usia bayi. belum tahu cara menstimulasi perkembangan anak usia bayi. atau sudah mengetahui cara mensitumasi perkembangan anak usia bayi atau belum tahu cara menstimulasi perkembangan anak usia bayi. 3. Personal ability kader Mampu mendeteksi keluarga sehat (usia bayi, menggerakan keluarga sehat untuk dilakukan penyuluhan dan terapi kelompok terapeutik, melakukan kunjungan rumah pada pasien sehat, mendokumentasikan semua kegiatan. b. Positivebelief ( Keyakinan Positif) Keyakinan yang sudah ditanamkan sejak kecil dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya melalui proses pembelajaran ( Stuart, 2009). memiliki keyakinan dan nilai positif. c. Social Support ( Dukungan Sosial) Dukungan sosial adalah salah satu fungsi dan ikatan sosial yang menggambarkan kualitas hubungan interpersonal dianggap sebagai aspek kepuasaan secara emosional dalam kehidupan individu ( Smet 1994). Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa percaya diri, tenang, diperhatikan, dicintai dan kompeten. Dukungan sosial terdiri dari informasi Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 20 verbal, non verbal, dan tindakan yang diberikan oleh orang lain sehingga mempunyai manfaat emosioanal bagi individu. Dukungan sosial dalm perkembangan anak usia bayi meliputi : keluarga, kader kesehatan jiwa, kelompok dan masyarakat d. Material Asset (kekayaan materi yang dimiliki) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok dan masyarakat baik secara melembaga oleh pemerintah, ataupun swadaya masyarakat (LSM), dilihat dari sifat upaya mewujudkan kesehatan tersebut dilihat dari dua aspek yaitu pemeliharan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharan kesehatan mencakup dua yaitu kuratif dan rehabilitative , sedangkan peningkatan upaya pemeliharan dan peningkatan kesehatan di wujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut dengan sarana atau pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Jadi, pelayanan kesehatan adalah tempat atau sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan primer ( primery care) adalah sarana pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus ringan kondisi sehat untuk kearah pencegahan, sarana kesehatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, artinya pelayanan kesehatan di masyarakat yaitu puskesmas. Poli klinik, dokter swasta, Posyandu, posbindu, Paud (Notoatmojo, 2010). Stimulasi perkembangan untuk usia dini merupakan suatu pelayanan kesehatan yang primer, sehingga dalam pelaksanaannya bisa memnafaatkan pelayanan kesehatan yang di masyarakat ( Materal asett) yaitu Puskesmas, Posyandu, Paud dan BKB. 2.1.1.5 Mekanisme Koping Mekanisme koping adalah upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan meknisme pertahanan yang Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 21 digunakan untuk melindungi diri ( Stuart, 2009). Terdapat 3 macam mekanisme koping yaitu : a. Mekanisme koping problem focusing (berfokus pada masalah) merupakan mekanisme koping yang meliputi tugas dan usaha langsung dalam mengatasi masalah yang mengancam individu ( Stuart, 2009) b. Mekanisme koping cognitively focused ( yang berfokus pada kognitif), mekanisme koping seseorang berusaha untuk mengontrol dan berusaha untuk mengontrol arti masalah dan berusaha untuk menentralkan ( Stuart, 2009) c. Mekanisme koping Emotion Fecused ( yang berfokus pada emosi), dimana individu diorentasikan untuk menenangkan emosi yang mengancam ( Stuart, 2009). Pada usia bayi mekanisme koping anak menangis saat basah, lapar atau haus. 2.1.2 Model Promosi Kesehatan Precede/proceed Green (1980) telah mengembangkan pendekatan yang digunakan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal dengan sebagai kerangka Precede (Predisposing, Reinforcing and Enabling Cause in Education Diagnosis and Evaluation). Precede memberikan serial langkah yang menolong perencanaan untuk mengenal masalah mulai dari kebutuhan pendidikan sampai mengembangkan program untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun demikian pada tahun 1991 Green menyempurnakan kerangka tersebut menjadi Precede-Proceed ( Policy, Regulator, Organizational Construct in Educational and Environmental Development) harus dilakukan secara bersama-sama dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. Precede digunakan pada fase diagnosa masalah, penetapan prioritas masalah, dan tujuan program, sedangkan Proceed digunakan untuk menetapkan sasaran dan kreteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 22 2.2 The Precede-Proceed Model of Health Program Planning & Evaluation ( Green 1991 ) 2.1.2.1 Tahap 1 : Diagnosa sosial adalah proses penentuan presepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan hidupnya melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi didesain sebelumnya, untuk mengetahui masalah sosial digunakan indikator sosial yaitu kehadiran, pencapaian, kenyamanan, kejahatan, kebahagian, pekerjaan, kepadatan, diskriminasi, tempat tinggal, penghargaan diri dan hak pilih. Penilaian dapat dilakukan atas dasar sensus ataupun statistic yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat, ( Green (1991, dalam Notoatmodjo, 2010). Di RW 03 dan RW 11 di dapatkan jumlah bayi usia 0-18 bulan sebanyak 38 jiwa, yang mana data tersebut diperoleh hasil deteksi dari kader kesehatan jiwa. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 23 2.1.2.2 Tahap 2: Diagnosa Epidemiologi Masalah kesehatan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Efek yang ditimbulkan dapat langsung atau tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup seseorang atau masyarakat ( Green (1991, dalam Notoatmodjo, 2012). Oleh sebab itu masalah kesehatan harus digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang berasal dari lokal, regional maupun nasional. Tahapan ini mengidentifikasi siapa kelompok mana yang memang dijadikan sebagai masalah kesehatan dan bagaimana cara untuk menanggulagi atau mengatasi masalah tersebut. Identifikasi anak usia bayi usia 0-18 bulan ( bayi) untuk meningkatan perkembangan pada usia bayi, dengan cara menstimulasi perkembangan usia anak bayi untuk mencapai rasa percaya. 2.1.2.3 Tahap 3 : Diagnosa perilaku dan lingkungan Pada tahapan ini akan diidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi masalah kesehatan sekaligus diidentifikasi masalah lingkungan ( fisik dan sosial) yang mempengaruhi perilaku dan status kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang atau masyarakat , Green (1991) dalam Notoatmojo, 2010). Kualitas hidup adalah presepsi individu mengenai posisi mereka dalam kehidupannya dalam lingkup budaya dan sistem nilai kehidupan mereka serta dalam hubungan dengan tujuan, harapan, standar yang mereka anut dan perhatian ( WHO, 1996). Sesuai dengan komitmen WHO dalam meningkatkan kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial, maka pengukuran dan keparahan penyakit, meningkatkan kesejahteraan dan hal ini dapat dinilai dengan peningkatkan kualitas hidup yang berhubungan dengan pemeliharan kesehatan. Dalam hal ini dilihat perilaku ibuibu yang mempunyai bayi belum mampu melakukan stimulasi pada bayinya. 2.1.2.4 Tahap 4 : Diagnosis pendidikan dan organisasional Determinasi perilaku dipengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat dapat dilihat 3 faktor: Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 24 a. Predisposising factor ( Faktor predisposisi) Faktor –faktor yang dapat mempermudah atau prediposisikan terjadinya perilaku pada diri sendiri atau masyarakat, terhadap sikap, nilai, kepercayaan, dan pengaruh dari motivasi, dalam hal ini subjeknya adalah bayi, dengan diberikannya terapi kelompok terapeutik diharapkan dapat melakukan 8 aspek kemampuan (motorik, koginitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial) b. Enabling Factor ( Faktor Pendukung) Faktor pendukung adalah fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung terjadinya perilaku seseorang, dalam hal ini subjeknya adalah ibu dan keluarga kader kesehatan jiwa c. Reinforcing Factor ( Faktor Penguat) Faktor yang dapat mempengaruhi terhadap perilaku seseorang (bayi dalam melakukan 8 aspek kemampuan) dalam hal ini adalah perawat CMHN dan Mahasiswa FIK-UI, tokoh masyarakat dan tokoh agama 2.1.2.5 Tahap 5: Diagnosa administrative dan kebijakan Pada tahap ini dilakukan analisa kebijakkan, sumber daya dan peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau mengambat program promosi kesehatan, untuk stimulasi perkembangan anak usia bayi sudah ada programnya di Dinas Kesahatan Kota Bogor untuk dapat dilaksanakan di Puskesmas Bogor Utara Pada tahap ini kita melangkah dari perencanaan dengan menggunakan Precede ke implementasi dan evaluasi dengan menggunakan Proceed. Procede digunakan untuk meyakinkan bahwa program tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima dan dapat dipertanggungjawabkan. Green (1991, dalam Notoatmodjo, 2012). Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan adalah terapi kelompok terapeuitk pada usia bayi sehingga bisa mengasilkan rasa peercaya. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 25 2.1.2.6 Tahap 6 : Implementasi Program Tahapan implementasi program yang ditekankan pada program promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan dan penerapan kebijakkan serta peraturan terkait pengelolaan kesehatan. Green (1991 dalam Notoatmodjo, 2012). Program yang akan dilakukan adalah terapi kelompok terapeutik pada usia bayi yang berada di wilayah RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah baru, Bogor Utara, kegiatan yang akan dilakukan adalah tindakkan keperawatan generalis yaitu pendidikan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak usia bayi, dan tindakan spesialis tindakan stimulasi pekembangan anak usia bayi ( mencakup delapan aspek kemampuan pada anak usia bayi) dengan 7 sesi kegiatan yaitu sesi 1 menjelaskan konsep stimulasi fase rasa percaya, sesi 2 stimulasi perkembangan pada aspek motorik, sesi 3 stimulai perkembangan kognitif dan bahasa, sesi 4 stimulasi emosional dan kepribadian, sesi 5 stimulasi perkembangan moral dan spiritual, sesi 6 stimulasi perkembangan pada aspek psikososial dan sesi 7 sharing pengalaman, dilanjutkan tindakan keperawatan psikoedukasi keluarga meliputi 4 sesi adalah sesi 1 Proses Pelaksanaan program Family Psyhcoeducation Sesi 1 indetifikasi masalah keluarga dalam merawat klien anak usia bayi, sesi 2 mengidentifikasi masalah pribadi dalam merawat anak usia infan, sesi 3 manajemen stress, sesi 4 manajemen beban dan sesi 5 manajemen pemberdayaan keluaraga. 2.1.2.7 Evaluasi Proses Evaluasi proses dilakukan untuk menilai proses yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan yaitu terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi dan psikoedukasi keluarga. 2.1.2.8 Evaluasi dampak Tahap ke delapan merupakan tahapan evaluasi jangka menengah. Evaluasi ini meliputi perubahan perilaku dan lingkungan serta perubahan pada ( faktor predisposing, enabling dan reinforcing) dengan jangka waktu 2-6 bulan. Hal ini belum bisa di nilai karena dari mulai pelaksanaan terapi kelompok terapeutik Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 26 belum sampai waktunya baru 2 bulan, masih perlu memotivasi dan memonitor perkembangan yang sudah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi yang berada di wilayah RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. 2.1.2.9 Evaluasi hasil Evaluasi hasil dilakukan pada tahapan sembilan, tindakan yang dilakukan pada tahapan ini mengukur perubahan jangka panjang berupa perubahan dalam kesehatan dan manfaat sosial atau kualitas hidup ( Green (1991) dalan Notoadmojo, 2012). Ini memakan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan hasil dapat bertahun-tahun sebelum perubahan nyata dalam kualitas hidup terlihat. 2.1.3 Aplikasi Model Stress- Adaptasi Stuart (2009) dan Precede/Proceed Green (1991) dalam tindakan keperawatan spesialis terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi Konsep model praktek keperawatan merupakan kerangka bagi perawat dalam melakukan asuhannya. Konsep model dapat membantu menjelaskan hubungan, memunculkan hipotesis dan memberikan prespektif akan adanya ide, selain itu dapat menyediakan struktur untuk berfikir, mengobservasi, menginterpretasi dan mengevaluasi ( Alligood, 2006). Model tersebut menjelaskan kenapa individu berespon terhadap stressor dan menyediakan pemahaman tentang proses dan tujuan yang diinginkan dari intervensi. Perawat dapat meningkatkan kualitas asuhan jika tindakan didasarkan pada model praktik keperawatan yang inklusif, holistik dan relevan dengan kebutuhan klien, keluarga, kelompok dan komunitas. Model praktik yang di pakai dalam memberikan asuhan keperawatan pada perkembangan anak usia bayi dengan dengan menggunakan perpaduan konsep model model stress- adaptasi Stuart (2009) dan Precede/Proceed Green (1991) dengan langkah sebagai berikut: langkah 1 mempunyai tujuan ingin peningkatan kualitas hidup (rasa percaya pada anak usia bayi), langkah 2 sasaran yang akan dicapai adalah bayi yang Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 27 sehat berada disuatu wilayah tertentu, langkah 3 mengobservasi perilaku dan kebiasaan hidup apa yang biasa dilakukan oleh bayi dan orang tua (ibu) dalam merawat bayinya, langkah 4 dari langkah 1-3 muncul masalah apa (analisa apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut ) dengan melihat ke tiga faktor yaitu Prediposing factor (faktor predisposisi) menurut (Stuart 2009) persiapan peningkatan perkembangan usia bayi meliputi faktor biologi, fisologi dan sosialkultural, menilai personal ability dalam perkembangan bayi 8 aspek kemampuan meliputi ( motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spritual dan psikososial). Reinforcing factor adalah faktor yang memperkuat dalam proses tindakan terapi kelompok terapeutik dalam proses perlu petugas kesahatan dalam hal ini yaitu perawat CMHN yang sudah dilatih, merupakan sumber koping yaitu material asset dalam melakukan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi rasa percaya. Enabling factor yaitu faktor pendukung yaitu ibu dan kader kesehatan jiwa yang sudah dilatih dalam Stuart (2009) merupakan sumber koping meliputi : sosial support, personal abilty dan positive biliefs dalam perkembangan anak usia bayi. Langkah 5 dan 6 selanjutnya menegakkan diagnosa sehat yaitu kesiapan peningkatan perkembangan anak usia bayi dan merencanakan dan melakukan tindakan keperawatan bersifat health promotion yaitu tindakan keperawatan generalis pendidikan kesehatan dan terapi spesialis yaitu terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi dalam pelaksanaan tindakan tersebut melibatkan bayi, keluarga dan kader. Langkah 7 evaluasi proses yaitu mengevaluasi sejauh mana hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan baik generalis dan tindakan spesialis (menilai kemampuan terhadap bayi, keluarga dan kader) meliputi bayi mampu melakukan dapat melakukan kedelapan aspek kemampuan, ibu dapat menstimulasi perkembangan anak usia bayi dan kader kesehatan Jiwa dapat melakukan penggerakan kader dalam rangka memberikan stimulasi perkembangan anak usia bayi dan mengikuti proses terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 28 Langkah 8 merupakan evaluasi dalam tahap jangka waktu panjang, perawat CMHN koordinasi dengan kader kesehatan jiwa, langkah 9 hasil akhir dan tindak lanjut program selanjutnya , uraian diatas terlihat dalam skema 2.3 PRECEDE Phase 5 Admistration and Policy diagnosis HEALTH PROMOTION Phase 4 Education & Ecological Diagnosis Predisposing (Bayi) Riwayat Tumbanng Sikap orang tua terhadap bayi Ekonomi Pengetahuan Health Education TKT FPE Reinforcing factor : Policy Regulation Organization Phase 3 Behavioral & Enviremental Diagnosis Phase 2 Efidemiological diagnosis Phase 1 Sosial Diagnosis Health Target Prilaku dan gaya hidup perkembangan anak usia bayi Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia bayi Rasa Percaya Lingkungan yang berhubungan dengan perkembangan anak usia bayi Ibu KKJ Enabling factor Perawat CMHN Mahasiswa FIK-UI Tokoh masyrakat Tokoh Agama Phase 6 Implementasi Phase 7 Proces Evaluastion Phase 8 Impact Evaluation Phase 9 Outcome Evaluation PROCEED Sumber : Modifikasi dari Green (1991), Stuart (2009) Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 29 2.2 Konsep Bayi 2.2.1 Pengertian Bayi Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis pertama yang dihadapi oleh bayi (Townsend, 2009). Masa ini oleh Erikson disebutkan sebagai masa saat kepercayaan harus ditanamkan, masa si anak harus belajar bahwa dunia merupakan tempat yang baik baginya, dan masa ia belajar menjadi optimis, mengenai kemungkinan-kemungkinan mencapai kepuasan. Masa infan merupakan masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan, dan masa membutuhkan pertolongan orang lain. Suatu masa menuntut kesabaran orang tua. Si bayi memperoleh ketentraman dalam kesatuannya dengan si ibu. Kesatuan itu begitu erat sampai batas-batas kemandirian menjadi kabur. Apabila kepercayaan ini tidak ditanamkan dimasa awal ini, ia akan menjadi orang yang curiga dan ragu-ragu dalam menjalin hubungan. Tanpa kepercayaan, tidak ada perkembangan yang berarti (Sadock, 2010). 2.2.2 Perkembangan bayi 2.2.2.1 Pengertian Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan (maturation) yang berlangsung secara sistimatis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik/jasmaniah maupun psikis/rohaniah ( Gowi (2011) dalam Yusuf , 2010). Proses perkembangan individu ini, akan terus berlanjut dan merupakan proses yang sistematis, bersifat progresif dan berkesinambungan dalam kehidupan individu ( Walter, Keliat, Hastono & Susanti, 2010). Perkembangan merupakan proses yang yang berkelanjutan yang tidak bisa dihentikan secara sadar yang berlangsung sepanjang daur kehidupan manusia yang bersifat kualitatif dalam mendukung fungsi dari pertumbuhan organ-organ secara jasmani yang dapat Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 30 memberikan kemampuan pada individu dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Usia bayi disebut juga dengan sebagai rasa percaya merupakan tahap awal mengembangkan rasa percaya atau trust terhadap pengasuhnya atau orang tua Erikson (1959, dalam Sadock, 2010). Perhatian yang penuh dari orang tua terhadap kebutuhan bayi dapat menimbulkan rasa kepercayaan, yang akhirnya bayi mempunyai harapan positif dimasa mendatang. Perkembangan anak usia bayi meliputi 8 aspek kemampuan (motorik, kognitif, bahasa, kepribadian, moral emosi, spiritual dan psikososial) yang sudah dijelaskan pada tanda & gejala. 2.2.2.2 Perkembangan rasa percaya Bayi yang memiliki rasa percaya dalam dirinya cenderung untuk memiliki rasa aman dan percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan yang baru. sebaliknya bayi jika tidak memiliki rasa percaya cenderung tidak memiliki harapan yang positif, sehingga terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya dan setelah dewasa akan menjadi orang yang curiga dan tidak mampu menjalin hubungan yang baru (Wong, D,L. et al. 2011). Masa bayi menurut Erikson merupakan masa trust – mistrust yang merupakan dasar pembentukkan kepribadian seseorang dimasa yang akan datang. Kepercayaan mengandung tiga aspek yaitu pertama bayi belajar percaya pada keamanan dan kesinambungan dari pengasuh diluarnya. Kedua bayi belajar percaya diri dan dapat percaya kemampuan organ-organya sendiri untuk menanggulangi dorongan-dorongan. Ketiga bayi menganggap dirinya cukup dapat dipercaya sehingga pengasuh tak perlu waspada dan curiga (Nurdin, 2012). Rasa percaya dan tidak percaya bukan hanya muncul dan sesudah itu selesai selama tahun-tahun pertama saja, melainkan akan muncul kembali pada tahap-tahap perkembangan berikutnya, sehingga rasa percaya sangat penting sekali dan untuk meningkatkan rasa percaya pada bayi maka perlu lingkungan yang nyaman bagi bayi tersebut. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 31 Erikson ( 1991, dalam Wong, D.L, et al. 2011) membagi tahun pertama kehidupan menjadi dua tahap yaitu tahap oral dan sosial. Usia tiga sampai empat bulan asuhapan makanan adalah aktivitas social terpenting yang melibatkan bayi. Bayi baru lahir dapat mentoleransi sedikit rasa frustasi atau keterlambatan pemuasan. Narisme primer yaitu perhatian total hanya pada diri sendiri, tetapi untuk menjadi lebih terkontrol bayi menggunakan perilaku lebih maju untuk berinteraksi dengan orang lain. Modalitas social melibatkan cara meraih orang lain dengan menggengam. Pada waktu menggengam bersifat reflex tetapi memiliki makna sosial yang kuat bagi orang tua. Respon timbal balik dari menggengam bayi adalah pelukan dan sentuhan orang tua. Terdapat stimulasi taktil yang menyenangkan bagi orang tua dan bayi. Modalitas yang kedua menggigit yang lebih aktif dan agresif. Bayi belajar bahwa mereka dapat memeluk apapun yang menjadi milik mereka lebih dapat mengontrol lingkungan mereka sepenuhnya. Tapi menggigit juga memberi pemuasan internal akibat rasa tidak nyaman dari gigi dan rasa kekuatan atau control. 2.2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi terhadap tumbuh kembang anak ( Soetjiningsih, 2012) yaitu: a. Faktor genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses pertumbuhan dan perkembangan, yang dapat ditentukkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk faktor genetik antara lain faktor bawaan yang normal dan fatologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. b. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tindakan potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 32 Faktor lingkungan dibagi menjadi : lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih didalam kandungan (faktor prenatal) dan faktor lingkunga yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (post natal). 2.2.3 Faktor Predisposisi Model stress adaptasi Stuart dapat menggambarkan proses terjadinya perkembangan anak usia bayi rasa percaya dengan menganalisa faktor predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan mekanisme koping yang digunakan individu sehingga menghasilkan respon bersifat konstruktif dan destruktif dalam rentang adaptif sebagai berikut : faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress, meliputi biologis, psikologis serta sosial budaya ( Stuart, 2009). Bayi dengan latar belakang biologis, psikologis dan kemampuan sosial yang baik adalah modal dasar bagi bayi untuk naik kejenjang perkembangan selanjutnya. Dalam hal ini amatlah penting bagi orang tua untuk memperhatikan perkembangan sebelumya yaitu masa pre natal, ante natal dan post natal karena akan mempengaruhi dalam proses perkembangan bayi untuk mencapai rasa percaya. 2.2.3.1 Faktor Biologis Faktor biologis meliputi: Riwayat Pre natal Gizi ibu pada saat hamil harus diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin, terutama dalam perkembangan otak janin. Mekanis yang disebabkan karena trouma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang akan dilahirkan. Toxsin/zat kimia masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen misalnya yang disebabkan karena obat-obatan yang dapat menyebabkan kelainan bawaan, ibu hamil yang perokok dapat sering melahir bayi dengan berat lahir rendah. Hormon –horman yang berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, horman plasenta, hormone teroid dan hormone insulin. Radiasi pada janin sebelum umur 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 33 dan cacat bawaan. Infeksi intrauterine sering menyebabkan cacat bawaan contohnya Troch. Post natal , dalam tumbuh kembang anak tidak sedikit peraan ibu dalam ekologi anak, yaitu peran ibu sebagai pra genetic faktor yaitu pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh psikobiologisnya terhadap pertumbuhan post natal dan perkembangan kepribadiaan. Pemberian ASI sedini mungkin segera setelah bayi lahir, merupakan stimulasi dini terhadap tumbuh kembang anak keuntungan untuk bayi nilai gizi ASI yang tinggi adanya zat anti pada ASI yang melindungi terhadap macam infeksi. 2.2.3.2 Faktor Psikologis Faktor fisiologis meliputi : Kepribadian, Keterampilan verbal, Moral, Konsep Diri ( menangis ketika di tinggal, senang ketika ibu datang menghampiri.) Menolak saat di gendong orang yg tidak dikenal motivasi ( senang diajak bicara dan bermain, dipeluk). Proses pemberian ASI sedini mungkin akan terjadi interaksi timbal balik antara ibu dan anak yang terjadi pada proses menyusui karena bayi merasakan adanya sentuhan, kata-kata dan tatapan kasih sayang dari ibunya, serta mendapatkan kehangatan yang penting untuk tumbuh kembangnya, sehingga menimbulkan rasa percaya diri. 2.2.3.3 Faktor Sosialkultural Usia 0-18 bulan, Gender : laki-laki/perempuan, status sosial : anak kandung atau anak angkat, anak keberapa dari berapa bersaudara, pengalaman sosial : di gandeng , dipeluk dan di buai menangis di beri minum dan makan saat haus dan lapar diajak bermain dan bicara Diterima sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 34 2.2.4 Faktor Presipitasi Gejala pencetus yang menyebabkan seseorang mengalami perkembangan khususnya untuk anak usia bayi adalah faktor kesehatan, lingkungan, sikap dan prilaku individu (Stuart, 2009). 2.2.4.1 Faktor Biologis Faktor biologis pada anak usia bayi yang harus diperhatikan adalah asupan nutrisi gizi seimbang, mendapatkan ASI ekslusif selama 6 bulan, makanan tambahan 6 bulan, makanan padat 12 bulan. BB 5 bulan 2 x BB lahir, BB 1 tahun 3 x BB lahir, BB 2 tahun 4 x BB lahir TB 1 tahun 1,5 x TB lahir, kelelahan fisik, infeksi dan penyakit fisik, kelelahan fisik, infeksi dan penyakit fisik. Hal ini akan menjadi anak tumbuh dan berkembang sehingga akan berpengaruh dalam pertumbuhan otak, yang menjadi dasar proses perkembangan 2.2.4.2 Faktor Psikologis Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat mesra dan selaras antara anak dengan ibu merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras secara fisik, mental maupun psikologis. Berperannya kehadiran ibu akan menjalin rasa percaya dan rasa aman bagi bayinya ini diwujudkan dengan kontak fisik ( kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, dengan diberikan ASI akan menunjukkan rasa cinta, kasih sayang dan merasa aman. Bayi sering diajak anak berbicara dengan lembut, panggil bayi sesuai namanya, sering memeluk dan mencium anak membujuk ketika anak rewel akan menunjukkan rasa percaya diri pada bayi. 2.2.4.3 Faktor Sosial Budaya Anak keberapa, jenis kelamin, pendidikan pendapatan orang tua, pekerjaaan orang, agama, hubungan komunikasi dengan keluarga, latar belakang budaya beinteraksi dengan yang lain. Ikut dalam kegiatan social. Anak sering diajak untuk proses sosialisasi dengan lingkungan anak memerlukan teman sebaya, dan Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 35 mengenal lingkungan disekitarnya sehingga bayi tidak akan asing jika bertemu dengan orang lain dan lingkungan baru. 2.2.4.3 Sumber koping bayi Sumber koping adalah strategi yang membentuk dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Sumber koping didapatkan dari dalam diri dan luar bayi. Sumber koping internal dihubungkan dengan kemampuan yang dimiliki bayi dalam mengatasi masalah (Merry & Towsend, 2009). Sumber koping yang berasal dari dalam diri bayi adalah kemampuan bayi (personal ability) dan keyakinan positif terhadap pelayanan kesehatan, sedangkan sumber koping yang berasal dari luar diri bayi adalah dukungan keluarga (sosial support) dan material asset. Kemampuan personal adalah kemampuan yang dimiliki bayi itu sendiri untuk mencapai pembentukkan rasa percaya diri positif, untuk melihat kemampuan yang dimiliki pada bayi tidak bisa dilakukan secara verbal tetapi bisa melihat non verbal dan perilaku sebagai berikut tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang lain, menolak saat digendong orang yang tidak dikenal, menangis jika basah, lapar, haus sakit dan gerah, senang ketika ibu datang menghampiri, menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya dan dapat memandang wajah ibu. Berbagai dukungan bisa didapatkan bayi dari lingkungannya seperti keluarga ( orang tua dan saudara). Dukungan lainnya yang dapat diberikan pada bayi dalam membentuk identitas diri adalah material asset yang dapat mendukung perkembangan bayi. Keluarga dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan bayi dengan cara bekerja, mencari penghasilan, mencoba memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aset pribadi seperti rumah, tabungan, pegangan keluarga yang sewaktu-waktu kiranya dapat digunakan untuk kepentingan bayi . Dukungan kepada bayi bisa juga berasal dari pelayanan kesehatan yang didapatkan bayi dalam bentuk asuransi kesehatam, pelayanan kesehatan terdekat di lingkungannya seperti puskesmas, klinik pengobatan, bidan / dokter. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 36 2.2.5 Diagnosis keperawatan Perilaku bayi yang muncul dapat dianalisa lebih lanjut, apakah bayi berada pada perkembangan yang normal yaitu pembentukan rasa percaya diri ataukah terjadi penyimpangan perkembangan tidak percaya. Diagnosis keperawatan adalah kesiapan peningkatan perkembangan bayi dengan karakteristik perilaku: Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya, menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit, menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya, segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuat (Keliat, Helena & Farida, 2011). Dengan memperhatikan karakteristik perilaku pada bayi merupakan hal yang sangat penting karena untuk menentukan diagnosa keperawatan khususnya untuk bayi. 2.2.6 Tindakan Keperawatan Mencapai tugas perkembangan bayi, diperlukan beberapa tindakan yang menjadi tindakan keperawatan generalis dan tindakan keperawatan spesialis. Tindakan keperawatan bertujuan : bayi merasa aman dan nyaman, bayi dapat mengembangkan rasa percaya diri ( Keliat, Helena, & Farida, 2011). 2.2.6.1 Tindakan keperawatan generalis Tindakan keperawatan generalis dapat diberikan adalah dengan cara health promotion ( promosi kesehatan ) dengan cara pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan mampu menjelaskan tumbuh kembang anak usia bayi (Stuart, 2009). Keluarga mampu menjelaskan perilaku yang mengambarkan perkembangan normal dan menyimpang ( Keliat, Helena & Farida, 2011) 2.2.6.2 Tindakan keperawatan spesialis Tindakan keperawatan spesialis pada anak usia bayi adalah bisa dilakukan secara individu, kelompok dan keluarga. Tindakan spesialis yaitu terapi untuk keluarga berupa terapi dalam bentuk family psikoeducation therapy (FPE) dan terapi kelompok terapeutik usia bayi ( Stuart, 2009), diberikannya terapi spesilialis membantu anggota keluarga dalam meningkatkan pengetahuan Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 37 tentang pertumbuhan dan perkembangan melalui informasi dan edukuasi yang dapat mendukung terhadap pencegahan dan peningkatan dukungan kesehatan bagi anggota keluarga. Tujuan utama dari psikoedukasi keluarga adalah saling bertukar informasi tenteng perawatan kesehatan mental tentang pertumbuhan dan perkembangan anak usia bayi, membantu keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia bayi sehat, dan membantu pengobatan yang dibutuhkan gejala lainnnya ( Verocalis, Carson &Shoemaker, 2006). Selain itu untuk meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang stimulasi tumbuh kembang anak usia bayi, memberikan dukungan kepada keluarga dalam upaya meningkatkan kemampuan hidup sehat sesuai dengan tahap perkembangannya, dan melatih keluarga untuk lebih menggungkapkan perasaan, bertukar pandangan antara anggota keluarga dan orang lain. Tindakan keperawatan spesialis pada anak usia bayi bisa dilakukan secara kelompok yaitu dengan terapi kelompok terapeutik. Terapi Kelompok Terapeutik a. Definisi Kelompok adalah kumpulan orang yang mempunyai hubungan dengan orang lain, independen, dan mempunyai norma, terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis terapi dari terapi kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan menganjarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stress. Kelompok terapeutik lebih berfokus pada hubungan didalam kelompok, interaksi antara anggota kelompok dan mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend, 2009). 2. Tujuan Kelompok terapeutik mempunyai tujuan bersama seperti tujuan kelompok yang mempunyai kekuatan untuk menolong anggota dengan konsisten dalam Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 38 mengidentifikasi hubungan yang destruktif dan merubah perilaku maladaptive. Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas (Stuart, 2009). 3. Prinsip Kelompok Terapeutik Segera menolong klien, melibatkan dukungan keluarga dan system sosial, berfokus pada kondisi sekarang, menurunkan stress dengan cara memberikan dukungan, menggunakan tehnik klarifikasi dan pemecahan masalah, membantu pasien untuk mengatasi krisis dimasa yang akan datang dan secepatnya mencari pertolongan bila mengalami stress Rockland ( 1989, dalam Trihadi, Keliat & Hastono, 2009) 4. Aplikasi Terapi Kelompok Tearpeutik Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik ini panduan dimodifikasi dalam mengadopsi tahapan terapi kelompok terapeutik oleh Mackenzie ( 1997), modikasi dari Townsend (2009), berupa tiga langkah terapi kelompok terapeutik yang berisi fase dari orentasi, fase kerja, dan fase terminasi. Menurut Trihadi, Keliat & Hastono (2009) terdiri dari 6 sesi yaitu sesi 1. Konsep stimulasi rasa percaya bayi, sesi 2 stimulasi pada aspek motorik, sesi 3 stimulasi pada aspek kognitif. Sesi 4. Stimulasi pada aspek emosional, sesi 5. Stimulasi pada aspek psikososial dan sesi 6 berbagi pengalaman. Pada KIA ini terapi kelompok terapeutik dilakukan pada keluarga yang mempunyai bayi. Tujuan diharapkan keluarga mampu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan bayi usia 0-18 bulan.Terapi kelompok terapeutik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keluarga baik secara kognitif maupun psikomotor dalam memberikan stimulasi perkembangan pada masa bayi. Terapi ini dilakukan pada kelompok keluarga yang menpunyai anggota keluarga pada masa bayi, dimana setiap keluarga memiliki tugas untuk memberikan kebutuhan perkembang bayinya sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya yang terdiri dari aspek motorik, kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral, Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 39 spiritual dan psikomotor.Adapun indikasi dilakukan terapi ini adalah pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga pada masa bayi. Terapi kelompok terapeutik dapat membantu mangatasi stress emosional yang diakibatkan karena terjadi penyimpanan perilaku karena tidak terpenuhi. Kebutuhan perkembangan, serta penyakit fisik, krisis tumbuh kembang, atas penyesuaian sosial. Pelaksanaan terapi ini menggunakan area di komunitas dapat dilakukan di rumah atau pada kegiatan posyandu, balai pertemuan, ataupun sarana lainnya yang tersedia dimasyarakat. Metode yang dilakukan adalah dinamika kelompok, diskusi, serta tanya jawab dan role play. Strategi pelaksanaan terapi kelompok terpeutik dibagi menjadi tujuh sesi. Modifikasi tahapan terapi kelompok terpeutik ( Mackenzie, 1997), Townsend, 2009, Trihadi, 2009 dan Stuart ,2009) serta kombinasi dengan aspek perkembangan Wong : 2011, Depkes 2006, Santroc, 2007). 5. Orentasi Dimulai dari persiapan buku kerja sebagai panduan, bekerjasama dengan kader untuk mengidentifakasi peserta ( bayi dan orang tuanya) . Pada tahap ini pemimpin kelompok mengorentasikan anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan, kerahasian, waktu pertemuan selama 75 menit, struktur, kejujuran dan aturan komunikasi, norma perilaku, rasa memilki atau kohesif antara anggota kelompok. 6 Fase Kerja Fase ini meliputi 7 sesi yaitu : a) Sesi Pertama Konsep stimulasi turst bayi : pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan pengalaman yang dihadapi oleh keluarga dalam mengasuh bayi pada masa ini, kebutuhan tahap tumbuh kembang masa bayi, penyimpangan perilaku masa bayi, dan bagaimana selama ini memberikan kebutuhan perkembangannya. Hasil dari sesi pertama ini keluarga mengetahui kebutuhan Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 40 perkembangan masa bayi, penyimpangan perilaku masa bayi serta masalah yang muncul dan kebutuhan sesuai tahap perkembangan masa bayi. b) Sesi Dua Penerapan stimulasi pada aspek motorik : pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan pada aspek motorik yaitu melatih untuk mengangkat kepala, menahan kepala tetap tegak, melonjak, duduk, merangkak, menarik keposisi berdiri, berjalan, membungkuk, belajar naik tangga sedangkan kemampuan motorik halusnya memegang benda dengan kuat, memasukkan benda dalam wadah, membuat bunyi-bunyian, menyembunyikan dan mencari mainan, menyusun balok, menggambar. Hasil yang diharapkan dari sesi dua ini keluarga mampu memberikan stimulasi perkembangan pada aspek motorik dan mencoba mempraktekkan pada bayi. Disamping ini keluarga mengetahui sejauh mana kemampuan yang sudah bisa dicapai oleh bayi sesuai dengan apa yang sudah diajarkan. c) Sesi Tiga Penerapan stimulasi pada spek kognitif dan bahasa : pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa yaitu melatih bayi menunjukkan bagian-bagian tubuhnya yaitu dengan cara menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuhnya secara berulang-ulang, memilik gambar-gambar yang menarik dan berwarna-warni serta menyebutkan nama gamber yang ditunjuk tersebut, menempelkan berbagai macam gantungan gambar yang menarik dan warna-warni dan mengajak bayi melihat gambar tersebut. Sedangkan tehnik stimulasi perkembangan pada aspek bahasa adalah mengajarkan bayi mencari sumber suara yaitu dengan melatih bayi memalingkan mukanya kearah suara tersebut, melatih menirikuan kata-kata yaitu berbicara dengan bayi berulang –ulang beberapa kata berkali-kali dan usahakan agar bayi menirukannya. Setiap hari berbicara dengan bayi sesering mungkin. Pada sesi ini keluarga mampu memberikan stimulasi perkembangan pada aspek kognitif dan Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 41 bahasa serta mnegetahui tahapan apa yang sudah dicapai dan apa yang belum tercapai. d) Sesi Empat Penerapan stimulasi aspek emosional dan kepribadian pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek emosinal dan kepribadian yang meliputi memeluk dan mencium bayi, menina bobokan bayi, memberikan makan jika lapar, memberikan minum jika haus serta mengganti popok jika basah, mengajak bayi keluar untuk mengamati benda-benda dan keadaan sekitarnya, meniru ocehan dan mimik muka bayi, mengayun bayi serta membawa bayi melihat dirinya sendiri dicermin yang tidak mudah pecah. Pada akhir sesi ini harapan keluarga mampu untuk memberikan stimulasi perkembangan pada aspek emosional dari kepribadian dengan memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman bayi. e) Sesi Lima Penerapan stimulasi pada aspek moral dan spiritual : pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual meliputi : menggunakan disiplin untuk memandu, mengendalikan dan melindungi bayi, membuat komitmen dan patuh sesuai dengan keadaan misalnya melatih menggunakan tangan kanan jika makan maupun jika memberikan dan menerima sesuatu, melatih mengucapkan terima kasih jika ada yang memberi, membaca dongeng, mendengarkan suara adzan, membaca kitab suci, membaca doa ketika makan, sesudah makan maupun mau tidur. Pada akhir sesi ini diharapakan keluarga mampu untuk memberikan stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual dengan menggunakan disiplin untuk memandu dan melindungi bayi. f) Sesi Enam Penerapan stimulasi pada aspek psikososial : pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan stimulasi bermain ciluk ba, melihat dirinya dikaca, Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 42 bermain bersosialisasi seperti makan bersama-sama, pergi ke tempat-tempat umum, memanggil bayi sesuai dengan namannya, memberikan pujian jika bayi berhasil melakukan sesuatu. Pada akhir sesi ini keluarga mampu memberikan stimulasi perkembangan pada aspek psikososial dengan mempraktekan bagaimana mengajari bayi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar termasuk teman sebaya. g) Sesi Tujuh Sesi terakhir berbagi pengalaman setelah dilatih untuk memberikan stimulasi perkembangan pada bayi terkait perkembangan pada aspek motorik, kognitif, emosional, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah menanyakan cara stimulasi yang telah diajarkan dan apa manfaatnya bagi bayi serta berbagai pengalaman antar anggota mengenai stimulasi perkembangan yang telah dilakukan selama ini. Keluarga mempunyai komitmen untuk selalu memberikan stimulasi perkembangan pada bayinya. 7 Fase Terminasi Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang merupakan suatu paket dengan memperhatikan pencapaian tujuan. Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehar-hari. 2.3 Keluarga 2.3.1 Definisi Menurut Friedman (1998, dalam Restiana, Keliat, Gayatri & Helena, 2010) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut Sayekti ( 1994, dalam Restiana, Keliat, Gayatri & Helena, 2010) Dengan demikian keluarga adalah suatu ikatan/persekutauan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 43 yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam. 2.3.2 Tugas Keluarga Keluarga dapat mewujudkan perannya secara baik, menurut Maglaya (2009) ada 5 (lima) tugas yang harus dipenuhi. Berikut ini dijabarkan kelima tugas tersebut pada keluarga dengan anggota keluarga pada anak usia bayi. 2.3.2.1 Mengenal masalah kesehatan keluarga pada masa anak usia bayi Keluarga harus mengenal tumbuh kembang bayi serta penyimpangan yang terjadi jika mengalami gangguan tumbuh kembang. Pengetahuan yang harus dimiliki keluarga untuk memenuhi tumbuh kembang bayi adalah tentang tahap tumbuh kembang bayi dan kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan karekteristik usia bayi, penyimpangan perilaku yang ditimbulkan dari tidak terpenuhinya kebutuhan tumbuh kembang bayi, masalah yang timbul akibat tidak atau kurang terpenuhinya kebutuhan tumbuh kembang bayi, serta upaya untuk mencegah agar tidak timbul masalah tumbuh kembang bayi dan strategi koping dan tehnik problem solving serta memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti terapi kelompok terapeutik ( Townsend, 2009). Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai tugas untuk mrngenal tandatanda tumbuh kembang anak usia bayi supaya dapat memberkan stimulasi secara benar. 2.3.2.2 Mengambil kemutuskan dalam memberikan stimulasi Menstimulasi perkembangan anak usia bayi yang ditunjukkan dengan memberikan kebutuhan tumbuh kembang bayi sesuai dengan umumnya serta mengkomunikasikan pada anggota keluarga yang lian agar ikut berperan dalam memberikan stimulasi perkembangan pada anak. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk mengoptimalkan stimulasi anak usia bayi bukan merupakan tugas ibu saja tetapi tugas seluruh anggota keluarga. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 44 2.3.2.3 Merawat Keluarga Dalam merawat keluarga pada usia bayi sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Keluarga harus mengetahui bagaimana cara menstimulasi aspek perkembangan pada bayi mencakup aspek perkembangan motorik, kognitif, bahasa, emosional, spiritual, moral, emosi dan psikosoisal (Townsend, 2009). Keluarga diharpakan mampu memberikan tindakannyang tepat supaya tidak terjadi penyimpangan perilaku terkait dengan tugas perkembangan anak usia bayi. keluarga juga hendaknya senantiasa memberikan reinforcement dapat meningkatkan rasa percaya (Santrock, 2007). Pemberian penghargaan yang tepat oleh keluarga atau care giver akan meningkatkan rasa percaya diri . 2.3.2.4 Modifikasi lingkungan keluarga Dalam menjalin kesehatan keluarga. Keluarga harus memberikan lingkungan yang nyaman agar dapat terbina trust dengan yang lain. Rasa trust terbentuk pada masa bayi jadi menumbuhkan rasa trust pada masa ini sangat penting sekali. Tidak hanya lingkungan saja yang bisa di modifikasi tetapi media yang digunakan untuk perkembangan anak usia bayi tidak perlu menggunakan alat yang mahal tetapi bisa dimanfaatkan media yang ada di rumah. 2.3.2.5 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan Keluarga harus mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, balai pengobatan dan melihat sumber-sember yang tersedia didalam keluarga itu sendiri yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga. Terlaksanannya kelima tugas perkembangan keluarga dipengaruhi oleh berbeberapa faktor yaitu tahap perkembangan keluarga, kondisi fisik dan emosional keluarga, status ekonomi keluarga, nilai budaya, etik, spiritual keluarga, sumber-sumber yang ada pada keluarga dan masyarakat serta karakteristik dari tumbuh kembang sesuai dengan usia Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 45 ( Friedman, 1998). Dapat disimpulkan bahwa untuk menunjangnya optimalnya tumbuh kembang bayi maka diperlukan kesehatan yang optimal juga dari anak untuk kesehatan keluarga harus mampu memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada yaitu posyandu, balai pengobatan dan Puskesmas. 2.4 Konsep CMHN (Community Mental Helth Nursing) Program manajemen pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa di komunitas dilaksanakan melalui program CMHN. Menurut Stuart (2009) tujuan dari CMHN yaitu memberikan pelayanan, konsultasi, edukasi, dan informasi mengenai prinsip-prinsip kesehatan jiwa kepada masyarakat, menurunkan angka risiko terjadinya gangguan jiwa, dan meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap praktik kesehatan jiwa. Townsend (2009) menyatakan terdapat tiga konsep yang dikembangkan dalam pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan insiden gangguan jiwa di masyarakat, pencegahan sekunder bertujuan untuk meminimalkan gejala awal gangguan jiwa dan secara langsung menurunkan prevalensi dan lamanya ganguan jiwa. Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk menurunkan gejala sisa yang berhubungan dengan gangguan jiwa (rehabilitasi). Manajemen pelayanan CMHN yang dikembangkan saat ini (Keliat, Panjaitan & Riasmini, 2010) terdapat 4 pilar, yaitu manajemen pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, manajemen pemberdayaan masyarakat, kemitraan lintas sektor dan lintas program dan manajemen kasus kesehatan yang akan dilaksanakan oleh perawat CMHN dan kader kesehatan. Pada laporan karya ilmiah akhir ini menganggkat masalah pertumbuhan dan perkembangan anak usia bayi yang dijadikan salah satu target pengelolaan asuhan keperawatan. 2.4.1 Pilar I, Manajemen Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 46 tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, di mana kegiatan itu dilakukan. Kegiatan perencanaan yang digunakan dalam pelayanan keperawatan jiwa komunitas meliputi perencanaan yang akan dilaksanakan oleh Perawat CMHN dan kader kesehatan. Perencanaan bulanan perawat CMHN adalah melakukan kegiatan asuhan keperawatan pada kelompok bayi dalam menstimulasi perkembangan bayi sehingga tercapainya perkembangan fase rasa percaya diri yang optimal dan memberikan psikoedukasi keluarga tentang stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi, diharapkan orang tua mampu memberikan stimulasi sesuai dengan usia perkembangannya. Rencana bulanan Kader Kesehatan Jiwa meliputi bersama orang bayi membuat jadwal kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai dengan jadwal, mendampingi kegiatan perawat CMHN dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang bayi dan psikoedukasi keluarga, melakukan deteksi keluarga dengan bayi , menggerakkan keluarga untuk mengikuti penyuluhan/stimulasi tumbuh kembang bayi , melakukan kunjungan rumah kepada keluarga untuk pemantauan stimulasi tumbuh kembang bayi dan melakukan rujukan jika terjadi penyimpangan kepada Perawat CMHN dan mendokumentasikan semua kegiatan. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan di komunitas menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Perawat CMHN bertanggung jawab terhadap wilayah binaaan, toma dan kader bertanggung jawab terhadap keluarga yang mempunyai bayi di setiap RW. Kader Kesehatan Jiwa bertanggung jawab Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 47 terhadap masing-masing RW yang melakukan kegiatan Desa Siaga Sehat Jiwa(Keliat, Helena & Farida, 2010). Stimulasi perkembangan anak usia bayi dalam kegiatan perlu pendekatan lintas sector yaitu dengan aparat kelurahan yang hubungannya masayarakat sehingga kelurahan dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa ada program yang sedang dilakukan terkait dengan perkembangan anak usia bayi. Lintas program hal ini kerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas kecamatan serta bisa bekerjasama dengan program gizi sehingga dalam pelaksanaan bisa dilakukan berbarengan menilai pertumbuhan dan Perawat CMHN menilai dari segi perkembangan. 2.4.2 Pilar II, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat. Strategi pemberdayaan masyarakat mengatasi masalah dan bermanfaat untuk mengidentifikasi, mempertahankan kesehatan diwilayahnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan potensi baik pengetahuan atau keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri (Helvie,1998). Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga potensial yang ada di masyarakat diharapkan mampu mendukung program CMHN yang diterapkan di masyarakat. Kompetensi perawat CMHN dan kader kesehatan dalam pengelolaan RWSSJ yang ada di masyarakat perlu ditingkatkan melalui pemberdayaan sumbersumber yang ada guna mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kompetensi kader dipertahankan, kesehatan jiwa dikembangkan, dan dalam melakukan ditingkatkan kegiatan melalui perlu manajemen pemberdayaan kader yang konsisten disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan kader digambarkan sebagai suatu proses pengelolaan motivasi staf sehingga dapat melaksanakan kegiatan dengan baik. Hal ini merupakan penghargaan bagi kader melalui manajemen SDM yang Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 48 baik, kader mendapatkan penghargaan (compensatory reward) sesuai dengan apa yang telah dikerjakan. Manajemen pemberdayaan kader kesehatan Jiwa berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, di RW Siaga Sehat Jiwa orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan kader. Rekruitmen kader adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para calon kader yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa. Proses seleksi adalah serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah calon kader diterima atau tidak sebagai kader kesehatan. Proses seleksi ini penting, karena akan diperoleh sumber daya manusia yang mempunyai motivasi dan kemampuan yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan. Setiap kader yang akan melaksanakan program kesehatan jiwa akan melalui masa orientasi yaitu mengikuti sosialisasi Program CMHN dan pelatihan Kader Kesehatan Jiwa. Orientasi yang dilakukan mencakup informasi budaya kerja dan informasi umum tentang visi, misi, filosofi, dan kebijakan Desa Siaga Sehat Jiwa. Penilaian kinerja Kader Kesehatan Jiwa dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi kemampuan kader dalam melaksanakan program kesehatan jiwa komunitas. Penilaian kinerja kader dengan cara supervisi langsung (observasi) atau tidak langsung (melalui dokumentasi laporan). Pengembangan kemampuan Kader Kesehatan Jiwa merupakan salah satu proses yang berhubungan dengan manajemen SDM yang bertujuan membantu kader mencapai kinerja sesuai dengan posisinya dan untuk penghargaan terhadap kinerja yang telah dicapai, melalui penyegaran kader atau pelatihan lanjutan. Kader Kesehatan Jiwa yang mempunyai kinerja baik dapat sebagai nara sumber bagi kader yang baru. Kader kesehatan jiwa yang berperan dalam perkembangan anak usia bayi antara lain harus mampu mendeteksi bayi yang sehat, menggerakan saat akan dilakukan Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 49 penyuluhan , mendampingi saat melaksanakan stimulasi perkembangan anak usia bayi, melakukan kunjungan rumah serta dapat mendokumentasikan kegiatan terapi kelompok terapeutik yang sudah dilakukan. 2.4.3 Pilar III, Kemitraan Lintas Sektor dan Lintas Program. Kemitraan adalah membangun dan mempertahankan hubungan dengan profesional dan berbagai sektor lainnya terkait di masyarakat dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah, menciptakan program baru dan mempertahankan dukungan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Helvie, 1998). Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk strategi kemitraan lintas program dan lintas sektor yang terintegrasi atas prinsip kesetaraan, keterpaduan, kesepakatan dan keterbukaan (Depkes R.I., 2000). Bentuk kemitraan antara masyarakat dan professional dilakukan melalui keputusan yang diambil secara bersama-sama dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Hasil yang diharapkan dari upaya pengembangan kemitraan adalah semua sektor baik pemerintah, swasta maupun masyarakat mampu menyelenggarakan pelayanan dan pembinaan sesuai bidang, peran, kemampuan, dan kesepakatan bersama terhadap pelayanan kesehatan jiwa komunitas. Pelaksanaan kemitraan tingkat kecamatan dan kelurahan diprakarsai oleh pihak puskesmas sebagia pemberi pelayanan kesehatan di wilayah kecamatan bekerjasama dengan perawat CMHN untuk melakukan negosiasi dengan sektor terkait yaitu unsur kecamatan serta Lembaga/Organisasi yang ada di masyarakat (PKK, LKMD, dll) dalam rangka menggerakkan dukungan dana, sarana dan prasarana serta kebijakan terhadap pelaksanaan program CMHN. Dinas Kesehatan Kabupaten berperan sebagai pembina program secara keseluruhan sesuai dengan tanggung jawab sektor masing-masing. Pembinaan tersebut dapat Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 50 dilakukan secara efektif dengan membentuk tim / penanggung jawab di tingkat kecamatan, kelurahan dan RW/RT. Untuk meningkatkan kerjasama lintas sektor maka perlu dilakukan pertemuan secara berkala berupa rapat koordinasi yang merupakan media komunikasi antara tim kesehatan dengan sektor terkait baik pemerintah maupun non pemerintah untuk membahas kebijakan dan berbagai dukungan yang diberikan pada kelompok anak usia bayi. Kegiatan yang dilakukan Lintas Program di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten adalah menggalang kerjasama dengan subdin lain yang ada dinas kesehatan dalam mengintegrasikan program CMHN dengan program kesehatan yang ada di Dinkes terutama berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada anak usia bayi. Pilar IV, Manajemen Kasus Kesehatan Jiwa. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas yang profesional mempunyai ciri praktek yang didasari oleh keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal. Pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi. Perawat CMHN bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan jiwa komunitas kepada kepada pasien, keluarga, kelompok dan komunitas secara sistematis dan terorganisir kepada kelompok keluarga yang sehat. (IC-CMHN, 2006) Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat CMHN dibantu oleh kader kesehatan jiwa dalam memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia bayi. Pemberian asuhan keperawatan oleh perawat CMHN dilakukan melalui pendekatan individual dengan menggunakan manajemen kasus, pendekatan kelompok dengan menggunakan metode pendidikan kesehatan, terapi kelompok terapeutik dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia bayi Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 51 Untuk kader kesehatan bertanggung jawab untuk menggerakkan bayi dan orang tua mengikuti kegiatan stimulasi tumbuh kembang bayi , melakukan supervisi untuk memantau perkembangan bayi dan orang tua dalam menstimulasi serta melakukan rujukan jika terjadi penyimpangan ke perawat CMHN dan mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 BAB 3 HASIL PELAKSANAAN MANAJEMEN PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DI RW02 03 DAN RW 11 KELURAHAN TANAH BARU, BOGOR UTARA Pada bab ini akan di uraikan tentang manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara yang menjadi lahan praktik spesialis keperawatan jiwa, 3.1 Hasil Pelaksanaan Manajemen Pelayanan di Komunitas RW 02, 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. Kelurahan Tanah Baru merupakan salah satu kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Bogor Utara. Pelaksanaan manajemen pelayanan Kelurahan Tanah Baru terdiri dari 11 RW yaitu RW 01 s/d RW 11. Penulis bertanggung jawab untuk mengelola 3 RW ( RW 02, RW 03 dan RW 11), dalam pelaksanaan manajemen pelayanan di komunitas kelurahan Tanah Baru dimulai dengan MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) di masing-masing RW, dengan tujuan mensosialisasikan dan pembentukan RW peduli sehat jiwa hasil yang disepakati rekruitmen kader kesehatan jiwa, dari RW 02 sebanyak 15 orang , RW 03 sebanyak 11 orang dan RW 11 sebanyak 15 orang, sekaligus terbentuknya struktur pengurus RW siaga sehat jiwa , visi, misi dan filosofi pembentukan peduli sehat jiwa dari masing-masing RW 02, RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. RW siaga sudah terbentuk, dilanjutkan dengan pelatihan kader kesehatan jiwa dilaksanakan di Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara dari seluruh RW ( RW 01 s/d RW 11) dengan tujuan tersedianya kader kesehatan jiwa di Tanah Baru khususnya di RW 02, 03 dan 11. Pelatihan kader kesehatan jiwa berlangsung selama 2 hari tanggal 27 Desember 2012, kegiatan hari pertama dilaksanakan di dalam ruangan /kelas, metode yang digunakan dengan ceramah, diskusi dan role play, materi yang disampaikan adalah program RW siaga sehat, deteksi keluarga sehat, deteksi keluarga beresiko masalah psikososial dandeteksi kelompok keluarga dengan gangguan jiwa di masyarakat, menggerakan individu, keluarga dan kelompok sehat jiwa, resiko masalah psikososial, gangguan jiwa, mengikuti TAK dan rehabilitasi , 52 Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 53 kunjungan rumah pada pasien yang telah mandiri, rujukkan kasus masalah psikososial atau gangguan jiwa pada petugas puskesmas setempat dan dokumentasi kegiatan kader kesehatan jiwa. Hari kedua masing-masing kader kesehatan jiwa langsung terjun ke wahana praktek/ masyarakat sesuai dengan masing-masing wilayah kader kesehatan jiwa dengan tujuan untuk mengaplikasikan apa yang sudah dilaksanakan di dalam kelas di hari pertama. Kader kesehatan jiwa bersama mahasiswa melaksanakan rapat bulan untuk membuat rencana kerja bulan. Pendampingan dan pembimbingan bersama kader melakukan kunjungan rumah di RW 02, 03 dan 11 dan supervisi kader kesehatan jiwa. Hasil deteksi keluarga yang dilakukan oleh kader didapatkan dari masing-masing RW : jumlah KK, jumlah penduduk, daftar dan jumlah pasien gangguan jiwa, pasien dengan masalah resiko yaitu psikososial dan pasien sehat dengan rincian sebagai berikut: RW 02 terdiri dari enam RT ( Rt 01, 02, 03, 04, 05 dan 06) jumlah penduduk RW 02 berdasarkan data ± 378 KK, jumlah penduduk ±1387, jumlah pasien gangguan jiwa 5 orang, pasein gangguan mental emosional ±132 orang , dan sehat± 1294 orang ( jumlah bayi 10). RW 03 terdiri empat RT yaitu RT 01,RT 02, RT 03 dan RT 05. Jumlah penduduk RW 03 berdasarkan data yaitu ± 318 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk ± 1448 jiwa dengan jumlah pasien gangguan jiwa berat sebanyak 2 orang, pasien gangguan mental emosional 178 orang dan pasien sehat 1268 orang (jumlah bayi 14). RW 11 berdasarkan data jumlah penduduk sebanyak ± 338 kepala keluarga, ± 1416 jiwa dengan jumlah pasien gangguan jiwa berat sebanyak 2 orang, pasien gangguan mental emosional 150 orang dan pasien sehat sebanyak 1263 orang (jumlah bayi 14). Jumlah bayi di RW 02, 03 dan 11 ada 38 bayi. Delapan belas bayi (RW 02 ada 10 bayi dan RW 03 ada 8 bayi ) sudah dilakukan asuhan keperawatan dengan dilakukan tindakan keperawatan generalis penyuluhan tumbuh kembang anak usia bayi dan tindakan keperawatan spesialis yaitu terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga, adapun 20 bayi (RW 03 ada 6 bayi dan RW 11 ada 14 bayi), belum dilakukan asuhan keperawatan, Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 54 sehingga penulis tertarik melakukan dan melaporkan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan terhadap 20 bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara dengan kondisi bayi sehat, yang dilakukan tindakan keperawatan generalis yaitu penyuluhan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak usia bayi dan tindakan keperawatan spesialis yaitu terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga berada di RW 03 dan RW 11 . Daftar kelompok tergambar pada tabel 3.1 dan 3.2 dibawah ini : Tabel 3.1 Daftar Kelompok Terapi Kelompok Terapeutik pada Anak Usia Bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara Periode September 2012 – April 2013 (n = 20) No 1 Kelompok I Jumlah 7 Tempat Posyandu RW 11 2 II 7 Posyandu 11 3 III 6 Posyandu 03 PJ Kader Ny Ani, ny St Maemunah, Ny Susmiyati, Ny Unah, Ny Suginem, Ny Intan, Ny Dedeh Ny. Kris, Ny Ratna, Ny Ina, Ny Endang, Ny St mutmainah, Ny Nining, Ny Eti Ny Desi, Ny Eka dan Ny Yati, Ny Euis, Ny Ros Proses pelaksanaan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi dapat berjalan dengan baik melibatkan berbagai pihak yaitu keluarga yang mempunyai anak usia bayi, kader kesehatan jiwa dari masing-masing RW, perawat CMHN dan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Komitmen dalam pelaksanaan terapi kelompok terapeutik , Keluarga (ibu) setiap melaksanakan terapi kelompok terapeutik harus hadir, ibu dapat melihat dan melakukan cara menstimulasi perkembangan anak usia bayi. Kader dapat menggerakkan masyarakat ( ibu yang mempunyai anak usia bayi) untuk mengikuti penyuluhan dan terapi kelompok terapeutik , melakukan kunjungan rumah pada pasien sehat yang sudah dilakukan terapi kelompok terapeutik. Perawat CMHN melaksanakan terapi kelompok terapeutik. Mahasiswa bekerjasama dengan perawat CMHN dalam melaksanakan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi. Hasil yang diperoleh dalam terapi kelompok terapeuti untuk kader memonitor dan evaluasi latihan stimulasi oleh klien dan keluarga. Klien ( bayi) mengalami Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 55 peningkatan pencapaian delapan aspek kemampuan perkembangan anak usia bayi dengan rasa percaya diri. Keluarga mampu melakukan stimulasi tumbuh kembang anak usia bayi. Perawat CMHN memonitor pertumbuhan dan perkembangan anak usia bayi yang sudah dilakukan terapi kelompok terapeutik bersama kader kesehatan jiwa. 3.2 Hasil Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Komunitas RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara Praktek klinik spesialis keperawatan jiwa di wilayah kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara , penulis bekerjasama dengan kader kesehatan jiwa RW 03 dan RW 11 selama kurang lebih 8 bulan mulai bulan September 2012 sampai April 2013 guna mengembangkan asuhan keperawatan perkembangan anak usia bayi rasa percaya diri . Penulis akan memaparkan terlebih dahulu pengkajian anak usia bayi yang diberikan terapi kelompok terapeutik. Paparan pengkajian berupa karakteristik klien dan ibu(caregiver), diagnosa keperawatan yang ditegakkan, rencana tindakan keperawatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan dan hasil dari tindakan keperawatan, di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. 3.2.1 Pengkajian Asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak usia bayi dengan kesiapan peningkatan perkembangan rasa percaya dimulai sejak dilakukan deteksi dini anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. Berikut ini dipaparkan hasil pengkajian yang meliputi karekteristik klien dan ibu (data demografi), faktor predisposisi, presipitasi, tanda dan gejala serta sumber koping. dapat di uraikan dibawah ini. 3.2.1.1 Karakteristik Bayi Penulis menjelaskan Karakteristik bayi ( data demografi) RW 02 dan RW 03 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara , meliputi : usia, jenis kelamin, urutan keluarga dan jumlah saudara kandung dapat dilihat pada tabel 3.2 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 56 Tabel 3.2 Karakteristik anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Periode September 2012 – April 2013 (n=20) Variabel n (%) No 1 2 3 4 Usia Anak usia bayi (0-3 bulan) Anak usia bayi (4-6 bulan) Anak usia bayi (7-9 bulan) Anak usia bayi (10-12 bulan) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Urutan kelahiran Anak pertama Anak kedua Anak ketiga Anak ke lima Jumlah saudara kandung Belum mempunyai soudara Kandung 2-3 orang 4-6 orang 4 9 4 3 20 45 20 15 8 12 40 60 10 6 3 1 50 30 15 5 11 8 1 55 40 5 Berdasarkan tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa usia bayi di RW 03, Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara terbanyak pada usia bayi 4-6 bulan 45%, didominasi oleh anak usia bayi perempuan sebanyak 60%. Anak usia bayi lahir anak pertama 50%, dengan jumlah saudara kandung tidak ada (anak pertama) terbanyak adalah 55 %. 3.2.1.2 Karakteristik ibu Penulis menjelaskan Karakteristik ibu yang mempunyai anak usia bayi ( data demografi) RW 02 dan RW 03 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara , meliputi usia, status pendidikan, dan status sosial ekonomi keluarga, seperti yang terlihat di tabel 3.3 Berdasarkan tabel 3.3 diatas menunjukkan, usia ibu yang mempunyai anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara berusia 18-24 tahun 60 %, dengan tingkat pendidikan mayoritas SD sebanyak 50 % dan ratarata status ekonomi rendah sebanyak 60 %. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 57 No 1 Tabel 3.3 Karakteristik Ibu di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Periode September 2012 – April 2013 (n=20) Variabel n (%) Usia 18-24 25 – 40 tahun Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Status ekonomi keluarga Ekonomi rendah Ekonomi menengah 2 3 12 8 60 40 10 6 4 50 30 20 12 8 60 40 3.2.1.3 Faktor Predisposisi Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang menjadi sumber terjadinya stress yang mempengaruhi tipe dan sumber untuk menghadapi stress baik biologis, psiokososial dan sosialkultural ( Stuart 2009). Faktor predisposisi anak usia bayi meliputi faktor biologis, psikologis dan sosialkultural diwilayah RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara, ada pada tabel 3.4 Berdasarkan tabel 3.4 diatas menunjukkan, ketiga faktor predisposisi pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, yang tidak bermasalah aspek biologis yang terbanyak 92.5%, diikuti oleh aspek sosial 80 %, dan aspek psikologis 70% Tabel 3.4 Faktor Predisposisi pada Anak Usia Bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Periode September 2012 – April 2013 (n=20) No 1 Faktor Predisposisi Biologis Tidak ada riwayat penyakit genetic dalam keluarga (DM, hypertensi dll) Riwayat kesehatan ibu hamil ( gizi ibu baik waktu hamil, mekanis, tidak terpapar toxin, tidak terpapar radiasi) ANC dilakukan rutin Riwayat intra natal ( lahir spontan, BB normal, tidak ada riwayat trouma dalam persalinan, menerima ASI ekslusif dan pemberian nutrisi) Rata-rata n (%) 16 80 20 100 18 90 20 100 18.5 92.5 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 58 Lanjutan Tabel 3.4 2 3 Psikologis Kehamilan yang diharapkan Stimulasi perkembangan janin (merasakan keterikatan janin, merasakan gerakan janin, mengajak janin bicara dalam melakukan setiap kegiatan) Melaksanakan bounding attchmen setelah melahirkan dan memberikan ASI segera mungkin . Rata-rata Sosiokultural Kehamilan yang pertama Pendidiakan ibu Pekerjaan ibu atau suami Selalu ada komunikasi dengan suami dalam kehamilannya Dukungan sosial dari berbagai pihak Rata-rata 18 10 90 50 14 70 14 70 10 10 20 20 50 50 100 100 20 100 16 80 3.2.1.4 Faktor Presipitasi Faktor presipitasi merupakan suatu stimulasi sebagai ancaman tantangan atau kesempatan oleh klien ( Stuart, 2009) . Distribusi predisposisi dapat dilihat pada tabel 3.5 Berdasarkan tabel 3.5 diatas menunjukkan, ketiga faktor presipitasi pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, yang tidak bermasalah aspek biologis 93%, diikuti oleh aspek sosial 87.5% dan aspek psikologis 75%. No 1 Tabel 3.5 Distribusi Faktor Presipitasi Anak Usia Bayi di RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara Periode September 2012 – April 2013 (n=20) Faktor Presipitasi n (%) Biologis 16 80 Nutrisi : Gizi seimbang ( mendapatkan ASI ekslusif 6 bulan pertama, makan tambahan lebih dari usia 6 bulan, makanan pada setelah 12 bulan) 20 100 Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) ( BB 5 bulan = 2 x BB lahir, BB 1 tahun = 4 x BB lahir, TB 1 tahun 1,5 x TB lahir) 20 100 Immunisasi lengkap Rata-rata 18.6 93.3 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 59 Lanjutan Tabel 3.6 2. 3 Psikologis Tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang lain Menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenal Menangis bila basah, lapar, haus, sakit dan gerah Senang, ketika ibu datang menghampiri Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya Memandang wajah ibu 16 80 18 90 18 90 18 90 18 18 90 90 Rata-rata 15 75 20 16 100 80 16 80 18 90 17.5 87.5 Sosialkultural Menerima anak dengan senang Mengajak anak bergaul, melambaikan tangan, memberi salam Mengajak anak bermain bersama seperti ciluk ba Mengajak anak mengenal lingkunganya Rata-rata 3.2.1.5 Tanda dan Gejala Tanda dan gejala dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial ( Stuart, 2009), sedangkan untuk klien dengan kondisi sehat ada delapan aspek kemampuan perkembangan tingkat usia yaitu meliputi aspek motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, , spiritual dan psikososial. Tabel 3.7 menjelaskan secara rinci tentang distribusi penilaian terhadap stressor pada 20 anak usia bayi yang berada di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara. Berdasarkan tabel 3.6 diatas menunjukkan, tanda dan gejala dari delapan aspek kemampuan perkembangan anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru , Bogor Utara, aspek yang terbanyak aspek bahasa (94,2%), diikuti aspek kognitif (92.5%), aspek emosi ( 88%), aspek motorik (80%), aspek psikososial (60%), aspek moral (40%), aspek kepribadian (39,1%) dan aspek spiritual (29%). Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 60 Tabel 3.6 Distribusi Tanda dan Gejala Anak Usia Bayi di RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara Periode September 2012 – April 2013 (n=20) No 1 Variabel perkembangan Rasa Percaya Aspek motorik Mengangkat kepala Menggerakkan kepala ke kiri dan kekanan Berbalik tengkurup ke terlentang Mempertahankan kepala tegak dan stabil Melihat, meraih dan menendang mainan Memperhatikan benda bergerak Melihat benda-benda kecil Memegang benda dengan kuat Meraba dan merasakan bentuk permukaan Merangkak, berjalan dengan bantuan Rata-rata 2 Aspek kognitif Mengisap, menggengam, melihat Mengisap ibu jari Tertawa saat di ajak bercanda Mengenal orang tua saat melihatnya Mencari mainan yang di stimulasi dengan warna dan bunyi Bermain ciluk ba, tepuk tangan langsung berespon Saat di panggil namanya menoleh Tersenyum jika di beri mainan yang lucu Rata-rata 3 4 Aspek Bahasa Mengoceh spontan Tertawa keras saat di berikan stimulasi terhadap suara keras atau tiba-tiba Berusaha memalingkan mata atau kepala Tampak mendengarkan pada pembicaran, berespon dengan senyum Berespon saat di panggil namanya Dapat mengatakan 2 suku kata yang sama misalnya ma-ma Menirukan 2-3 kata yang mudah di tiru oleh anak Rata-rata Aspek emosi ` Mengenal dan mengekspresikan sikap perasaan aman dan nyaman (saat basah, haus, lapar) Tersenyum ketika di ajak bicara Mengajak mengamati benda-benda dan keadaan sekitarnya Meniru ocehan muka bayi Memeluk dan mencium Rata-rata n % 18 18 19 19 18 19 18 7 16 8 90 90 95 95 90 95 90 35 80 40 16 80 18 18 20 20 20 90 90 100 100 100 14 20 16 70 100 80 18.5 92.5 18 18 90 90 19 95 20 100 20 18 18 18.8 100 90 90 94,2 20 100 18 90 18 90 14 18 17.6 70 90 88 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 61 Lanjutan Tabel 3.7 5 6 Aspek kepribadian Merasa aman dan kasih sayang Mengajak tersenyum Mengajak bayi mengenal benda-benda disekitarnya Meniru ocehan dan mimik muka bayi Menina bobokan Berusaha meraih mainan 8 8 7 6 10 8 80 40 35 30 50 40 Rata-rata 7.8 39.1 6 30 10 50 8 40 5 7 5 7 5 25 35 25 35 25 Rata-rata Aspek Psikososial Tidak membedakan antara orang-orang yang dikenal dan yang tidak dikenal Menyukai orang-orang yang dikenal dan tersenyum Menangis ketika berpisah dengan orang yang dikenal/ibu Melambaikan tangan dan sambil berkata da…dah Bermain ciluk ba… 5.8 29 16 80 16 80 20 100 7 7 35 35 Rata-rata 13.2 60 Aspek moral Menggunakan tangan kanan jika meminta dan menerima Mengetahui mana yang baik dan salah Rata-rata 7 8 Aspek spiritual Berdoa sebelum dan sesudah makan Mendengarkan saat membaca kitab suci Membaca dongeng agama Mendengar adzan Membaca doa mau tidur 3.2.1.6 Sumber Koping Sumber koping merupakan kekuatan yang dimiliki terhadap berbagai stressor yang dihadapi Stuart ( 2009). Sumber koping terdiri dari kemmpuan individu ( personal abillitiy), dukungan social ( social support), ketersedian materi (ma terial assets) dan kepercayaan ( positive belief). Perkembangan anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara dalam meningkatan perkembangan anak usia bayi perlunya kemampuan bayi, kemampuan keluarga, kemampuan kader, dukungan sosial, ketersedian materi, dan keyakinan positif. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 62 Tabel 3.7 menjelaskan secara rinci tentang distribusi sumber koping pada anak usia bayi, ibu dan kader di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. Tabel 3.7 Distribusi Sumber Koping Anak Usia Bayi, Ibu dan Kader Kesehatan Jiwa di RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara Periode September 2012 – April 2013 (n=20) No 1. 2 3 4 5 6 Sumber Koping Kemampuan Bayi Tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang lain Menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenal Menangis bila basah, lapar, haus, dakit dan gerah Senang, ketika ibu datang menghampiri Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya Memandang wajah ibu Kemampuan Ibu Belum mengetahui & mensdemonstrasikan cara menstimulasi perkembangan anak usia bayi Sudah mengetahui dan mendemonstrasikan cara menstimulasi perkembangan anak usia bayi Kemampuan Kader Mendeteksi keluarga sehat (usia anak bayi) Mengerakkan keluarga sehat (usia anak bayi) untuk penyuluhan dan terapi kelompok terapeutik Melakukan kunjungan rumah pada pasien sehat Mendokumentasikan semua kegiatan Dukungan Kelompok /masyarakat Kelompok tidak memberi motivasi Kelompok tidak tahu cara merawat Ketersediaan materi dan pelayanan kesehatan Pembiayaan RS (ekonomi) o Askes o Jamkesmas / Jamkesda o Pribadi Akses dari tempat tinggal menuju pelayanan kesehatan (Posyandu) o Jauh o Dekat Keyakinan yang positif Merasa yakin masalah dapat diatasi Merasa tidak yakin masalah dapat diatasi n % 16 18 18 18 18 18 80 90 90 90 90 90 16 80 4 20 20 20 100 100 5 5 25 25 20 16 100 80 3 10 7 35 50 15 20 100 20 0 100 0 Berdasarkan tabel 3.7 diatas menunjukkan sumber koping pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara kemampuan bayi sebagian besar tidak langsung menangis 80% saat ketemu orang tua, kemampuan ibu sebagian besar 80% belum mengetahui dan mendemonstrasikan cara Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 63 menstimulasi perkembangan anak usia bayi, kemampuan kader dalam mendeteksi dan menggerakan dalam penyuluhan terapi kelompok terapeutik 100% sedangkan untuk melakukan kunjungan rumah berdasarkan dan mendokumentasikan hasil tindakan 25%, Dukungan masyarakat memberikan motivasi 100% sedangkan kelompok tidak tahu cara merawat 80%, material asset sebagian besar (50%) jamkesmas, pembiayaan dari jamkesmas, dari ASKES PNS (15%) dan biaya pribadi (35%). Jarak pelayanan kesehatan untuk mendapatkan memfasilitasi dalam pertumbuhan dan perkembangan anak usia bayi yang dilakukan di Posyandu 100% bahwa bisa terjangkau atau dekat. keluarga pada secara keseluruh memiliki keyakinan positif (100%) keyakinan terhadap kemampuan petugas yang dalam menstimulasi perkembangan anak usia bayi rasa percaya. 3.2.2 Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara, merupakan diagnosis sehat yaitu kesiapan peningkatan perkembangan anak usia bayi rasa percaya. 3.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan kepada bayi dan keluarga di Berdasarkan upaya dalam stimulasi perkembangan anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. Rencanan tindakan meliputi : a. Rencana Tindakan Keperawatan Generalis Rencana tindakan generalis adalah rencana tindakan yang dilakukan secara umum, yang akan diberikan kepada : 1. Bayi Rencana tindakan generalis yang akan dilakukan pada bayi adalah : Panggil bayi sesuai dengan namanya, gendong dan peluk bayi saat menangis, identifikasi kehidupan dasar bayi yang terganggu (lapar, haus, basah dan sakit) saat menangis dan penuhi kebutuhan tersebut. Bicara dengan bayi saat merawatnya, ajak bayi bermain (bersuara lucu, memperhatikan benda berwarna menarik, menggerakan benda) (Keliat, Helena & Farida, 2011) Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 64 2 . Keluarga Rencana tindakan generalis yang akan dilakukan kepada keluarga : Jelaskan perkembangan dan pertumbuhan anak usia bayi, jelaskan cara memupuk rasa percaya bayi pada keluarga : panggil bayi sesuai namanya, berespon secara konsisten terhadap kebutuhan bayi : susui segera saat bayi menangis, ganti popok jika basah, lindungi dari bahaya jatuh, kurangis stress bayi, berikan lingkungan yang aman, ajak bermain. Demonstrasikan cara memupuk rasa percaya bayi . b. Rencana Tindakan Keperawatan Spesialis Rencana tindakan keperawatan spesialis dilakukan dengan menganalisa kebutuhan dan pendekatan yang tepat yang diberikan kepada klien dengan pendekatan individu dan kelompok. Rincian rencana kegiatan terdapat dalam tabel 3.8 Tabel 3.8 Rencana Tindakkan Spesialis dalam Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah BaruBogor Utara Periode September 2012 – April 2013 (n = 20) NO 1 2 3 TKT Sesi I : penjelasan konsep stimulasi fase rasa percaya Sesi II : Stimulasi perkembangan pada aspek motorik Sesi III : Stimulasi perkembangan kognitif dan bahasa Sesi IV Stimulasi perkembangan emosional dan kepribadian FPE (KELUARGA) WAKTU KEL II KEL III (RW 11) (RW 11) Maret 11 Maret 12 Maret KEL I (RW 03) Sesi I dan II - Identifikasi masalah keluarga: dalam merawat klien dan masalah pribadi Care Giver Perawatan klien oleh keluarga Evaluasi sesi I dan II 15 Evaluasi sesi I, II dan III -Manajemen stress oleh keluarga -Manajemen beban keluarga 29 2013 22 2013 2013 2013 Maret 18 Maret 19 2013 Maret 25 Maret 2013 Maret 26 2013 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 2013 Maret 2013 Universitas Indonesia 65 Lanjutan tabel 3.9 4 5 Sesi V Stimulasi perkembangan moral dan spiritual Sesi VI Stimulasi perkembangan pada aspek psikososial Evaluasi sesi III dan IV 5 Sesi V Pemberdayaan Komunitas Keluarga 10 April 1 2013 April 2 April 2013 2013 April 8 2013 April 9 April 2013 2013 Sesi VII Sharing pengalaman 3.2.4 Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada diagnosis kesiapan peningkatan perkembangan anak usia bayi di RW 03 da, RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, meliputi tindakan keperawatan generalis dan tindakan keperawatan spesialis. a. Tindakan keperawatan generalis Tindakan keperawatan generalis dilaksanakan di RW0 3 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2013 jam 09.00 di Posyandu RW 03. Satu hari sebelum dilakukan terapi generalis, kader kesehatan jiwa menggerakan kepada masing-masing ibu dan bayi yang akan dilakukan tindakan keperawatan generalis supaya hadir pada tepat waktu. Pelaksananya semua peserta anak usia bayi dan orang tua hadir dalam tindakan keperawatan generalis, kader kesehatan jiwa hadir sebanyak 5 orang dan perawatan CMHN hadir. Kegiatan tindakan keperawatan generalis di RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara, kader kesehatan jiwa sehari sebelumnya menggerakkan kepada ibu yang mempunyai anak usia bayi supaya hadir pada hari Senin, 4 Maret 2013 jam 09.00 untuk penyuluhan perkembangan anak usia bayi, dalam pelaksanaannya semua bayi dan orang tua di wilayah RW 11 hadir. Kader yang hadir ada 15 kader kesehatan jiwa, perawat CMHN tidak bisa hadir kegiatan dilakukan adalah sebagai berikut : Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 66 1. Bayi Tindakan keperawatan generalis yang dilakukan pada bayi saat memanggil bayi sesuai dengan namanya bayi menengok dan tersenyum, saat mengendong dan dipeluk saat bayi menangis, bayi diam ( tidak menangis lagi), mengidentifikasi kehidupan dasar bayi yang terganggu ( lapar, haus, basah dan sakit) saat menangis dan dipenuhi kebutuhan tersebut ( saat bayi menangis karena haus, ibu langsung memberikan ASI dengan belaian dan penuh kasih sayang, bayi langsung diam dan merasa aman dan nyaman. Mengajak bicara dengan bayi saat merawatnya ( ibu saat menganti popok, memberi tahu ke bayi bahwa popoknya basah “ kanza popoknya basah ya, ibu ganti dulu ya sayang…….” Bayi tersenyum. Mengajak bayi bermain ( bersuara lucu, memperhatikan benda berwarna menarik, menggerakan benda), ibu memberikan mainan kencringan dengan warna yang menyolok ada warna merah, hijau, ping, putih, kuning dan biru “ lihat anak ku, kencringan ini warnanya adalah merah…., putih, dan yang ini biru……. ada bunyi lagi kendengarankan …….., wah anak ibu pinter ya…….(respon anak melihat kemainan yang di pegang oleh ibunya. 2 . Keluarga Tindakan keperawatan generalis yang dilakukan pada keluarga menjelaskan perkembangan dan pertumbuhan anak usia bayi, menjelaskan cara memupuk rasa percaya bayi pada keluarga : panggil bayi sesuai namanya, ibu memanggil anaknya: “ Aldi anak mamah yang ganteng…”, berespon secara konsisten terhadap kebutuhan bayi : sesuai segera saat bayi menangis, lapar ( haus) ibu segera mengambil bayinya sambil menagatakan “ anak ibu yang ganteng haus ya, ayo kalau begitu mamah kasih mimi dulu ya ( ibu sambil mempraktekkan cara minum ASI yang benar) baca do’a dulu (sambil membacakan doa sebelum makan), selesai memberikan ASI, ibu mengatakan (sudah kenyang ya sayang……. pinter anak mama), kita baca doa dulu ya (ibu membacakan doa setelah makan), memberikan lingkungan yang aman (tempat bayi di bawah dengan dialasi kasur), mengajak bermain dengan menggunakan media untuk mendemonstrasikan cara memupuk rasa percaya bayi . Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 67 b. Tindakan Keperawatan spesialis Tindakan keperawatan spesialis yaitu terapi kelompok terapeutik dan pada anak usia bayi rasa percaya diri yang berada di wilayah 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara, dilakukan secara kelompok, sesuai dengan kesepakatan awal untuk jadwal RW 03 setiap hari jumat jam 09.00 untuk kelompok I dengan jumlah peserta 6 bayi dan ibunya, sedangan untuk RW 11 setiap hari Senin dan Selasa kelompok II dimulai jam 09.00 dengan jumlah bayi masing-masing kelompok 7 bayi kesetiap kelompok membutuhkan 5 kali pertemuan dangan pelaksanaan 7 sesi. Tahap pelaksanaan diawali dengan kegiatan pre-test untuk mengumpulkan data perkembangan anak usia bayi, identitas diri (ibu dan bayi), karakteristik demografi, pola asuh keluarga dan hubungan sosial anak usia bayi pada 3 kelompok. Pre-test dilakukan oleh penulis sebelum pelaksanaan terapi kelompok terapeutik didampingi oleh kader kesehatan jiwa. RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara dengan jumlah bayi 14 orang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I dan II didampingi oleh masing-masing kader sebanyak 15 kader, kegiatannya dilakukan sesuai jadwal yang telah disepakati yaitu kelompok I jam 9.00, sedangkan setiap hari Senin dan untuk kelompok 2 jam 09 WIB, setiap hari Selasa, bertempat di Posyandu RW 11 kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. RW 03 dengan jumlah bayi 6 orang, hanya 1 kelompok didamping oleh masingmasing kader kesehata jiwa yaitu sebanyak 5 orang, kegiatan dilakukan sesuai dengan kesepakatan yaitu setiap hari Jumat jam 09.00. Masing-masing kelompok terapi kelompok terapeutik dilakukan sebanyak 5 pertemuan. Lama kegiatan ratarata berlangsung 60 menit / pertemuan. Adapun rinciaan kegiatan sebagai berikut : Sesi 1 & II ( Penjelasan konsep stimulasi rasa percaya dan Stimulasi perkembangan motorik halus dan kasar) untuk kelompok 1 tanggal 15 Maret 2013, kel II tanggal 11 Maret 2013 dan kelompok III tanggal 12 Maret 2013. Jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir dari RW 03 5 orang, RW 11 kader kesehatan jiwa sebanyak 15 orang. Ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan hadir ke posyandu, di hadiri oleh perawat CMHN. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 68 Sesi I : Simulasi Konsep Rasa Percaya Keluarga Pelaksanaan pada sesi 1 dengan metode ceramah dan diskusi media menggunakan lembar balik : menjelaskan ciri-ciri perkembangan anak usia bayi normal ( rasa percaya diri dan menjelaskan penyimpangan anak usia bayi), dilanjutkan dengan diskusi untuk ibu-ibu dapat mengevaluasi kemasing-masing kemampuan bayinya apakah ada di ciri-ciri bayi normal atau penyimpangan, setelah mampu menilai masing-masing bayi orang tua diberikan leaflet untuk bisa di baca di rumah, dan diberikan PR supaya selalu menilai perkembangan anak setiap hari. Sesi II : Menstimulasi Motorik Halus dan Kasar Bayi Pelaksanaan stimulasi motorik kasar dengan metode demontrasi dengan cara bayi terlentang kedua tangan perawat memegang tangan kanan dan kiri bayi sambil di regangkan lihat reaksi kepala bayi akan mengangkat kepala. Bayi ditelungkupkan kemudian panggil namanya, maka bayi akan mengangkat kepalanya. Letakkan mainan dilantai maka bayi akan mengambil mainan dengan cara merangkak. Pegang bayi pada bagian ketiaknya, maka kaki bayi akan mengencang dan menekuk. Bayi didudukkan disandaran ibu, lalu diberikan mainan kemudian bayi akan mengambil mainan tersebut dan ia tidak akan bersandar lagi pada ibunya. Pelaksanaan cara menstimulasi motorik Halus : mengajari bayi untuk memegang sebuah benda yaitu dengan memberi sebuah benda atau mainan dan bayi memasukkan benda tersebut kedalam wadah. Mengajari bayi membuat baunyibunyian yaitu dengan memukul benda atau kecringan. Ibu Ibu mempraktekkan cara menstimulasi bayi mengangkat kepala, bermain melonjak, ibu memparaktekkan cara duduk, cara merangkak, mencari mainan, memberikan pujian bila bayi berhasil melakukan tindakan motor kasar dan halus motor, ibu memberikan semangat pada bayi untuk mencoba kembali. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 69 Pelaksanaan tersebut diawali dengan domonstrasi oleh perawat dan dilanjutkan oleh masing-masing ibu dapat meredemonstrasikan langsung pada bayinya. Ibu diminta latihan mepraktekkan di rumah (PR) yang sudah didemonstrasikan dengan diberikannya buku kerja kepada ibu-ibu untuk dapat mengisi untuk melanjutkan latihan menstimulasi perkembangan anak usia bayi untuk aspek motorik halus dan kasar. Sesi III : Stimulasi Kognitif dan Bahasa Dilaksanakan untuk kelompok I tanggal 22 Maret 2013, jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 5 orang, Kelompok II tanggal 18 Maret 2013, jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir 7 orang, dan Kelompok III tanggal 19 Maret 2013 jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 7 orang. Sebelum dilaksanakan kegiatan sesi III, penulis melakukan evaluasi yang sudah dilakukan sebelumnya yaitu sesi I dan II, dengan menanyakan buku kerja apakah sudah di coba dilakukan di rumah dalam menstimulasi perkembangan anaknya dan mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh bayi, 100% semua ibu-ibu mengisi buku kerja, selanjutkan melakukan sesi 1 & 2 sebagai berikutnya : Bayi Pelaksanaan dalam stimulasi aspek kognitif : terapis mendemontrasikan cara memilih gambar yang menarik, menyebutkan warna-warni yang ada digambar dan menyebutkan nama gambar. Melatih bayi menunjukkan bagian-bagian tubuh ( kepala sampai kaki). Aspek bahasa : Mengajak bayi bicara ( mengeluarkan suara) dan mempraktekkan cara menirukan kata-kata dengan mengulang beberapa kata berkali-kali. Ibu Aspek kognitif : ibu dapat mendemontrasikan kembali yang sudah di praktekkan oleh terapi terhadap bayinya, memberikan kesempatan anak untuk mencoba menujukkan warna dalam menstimulasi perkembangan anak usia bayi dalam aspek kognitif ibu mendemontrasikan untu mengajak bicara kepada bayi, cara mengeluarkan suara, ibu mempraktekkan cara mencari sumber suara, ibu Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 70 mempraktekkan cara menirukan kata-kata. Ibu memberikan kesempatan kepada bayi untuk mencoba, ibu memberikan pujian bila anak berhasil dan ibu memberikan semanga bila tidak berhasil. Sesi IV : Stimulasi Emosi dan Kepribadian Dilaksanakan pada untuk kelompok I tanggal 29 Maret 2013, jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 5 orang, Kelompok II tanggal 25 Maret 2013, jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir 7 orang, dan Kelompok III tanggal 26 Maret 2013 jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 7 orang. Jumlah peserta ada dua orang yang tidak ikut karena lagi ada kepentingan keluarga. Sebelum dilaksanakan kegiatan sesi IV, penulis melakukan evaluasi yang sudah dilakukan sebelumnya yaitu sesi III, dengan menanyakan buku kerja apakah sudah di coba dilakukan di rumah dalam menstimulasi perkembangan sesi I, II dan III dan mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh bayi, 100% semua ibu-ibu mengisi buku kerja, selanjutkan melakukan sesi IV sebagai berikutnya : Bayi Stimulasi emosi , menstimulasi mengenal dan mengekspresikan perasaan aman dan nyaman ( memeluk, mencium bayi, menina bobokan, member makan, minum dan menganti popok jika nangis. Menstimulasi bayi mengenal lingkungan diluar rumah dengan mengajak bayi keluar rumah untuk mengamati benda-benda di sekitarnya saat di posyandu. Stimulasi Kepribadian : diberikan mainan dengan warna-warni jarak agak jauh dengan bayi dengan tujuan bayi mampu meraih mainan tersebut. Saat diajak bicara bayi mampu mengoceh, saat diberikan cermin bayi mencari bayinya langsung diminta untuk bercermin, saat bercermin bayi tertawa dan ingin meraihnya. Ibu Ibu mempraktekkan cara mengenal dan mengekspresikan perasaan aman dan nyaman, memberikan kesempatan pada ibu untuk menstimulasi bayi mengenal lingkungan di luar rumah dengan cara mengajak bayi keluar rumah posyandu untuk mengenal benda-benda dan keadaan disekitarnya. Ibu memberikan Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 71 kesempatan kepada bayi untuk mencoba, ibu memberikan pujian jika berhasil dan jika tidak berhasil memberikan semangat. Kesimpulan dari hassil yang sudah dilakukan dalam menstimulasi perkembangan anak usia bayi: keluarga sudah mampu menstimulasi dan ada perubahan peingkatan perkembanngan kemampuan sebalum dan sudah dilakukan terapi kelompok terpaeutik. Sesi V : Stimulasi Perkembangan Moral dan Spiritual Dilaksanakan pada untuk kelompok I tanggal 5 April 2013, jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 5 orang, Kelompok II tanggal 1 April 2013, jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir 7 orang, dan Kelompok III tanggal 2 April 2013 jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 7 orang. Jumlah peserta ada dua orang yang tidak ikut karena lagi ada kepentingan keluarga. Sebelum dilaksanakan kegiatan sesi V, penulis melakukan evaluasi yang sudah dilakukan sebelumnya yaitu sesi I, II, III dan IV, dengan menanyakan buku kerja apakah sudah di coba dilakukan di rumah dalam menstimulasi perkembangan sesi I, II, III dan IV dan mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh bayi, 100% semua ibu-ibu mengisi buku kerja, selanjutkan melakukan sesi V sebagai berikutnya : Bayi Aspek Moral : terapi menstimulasi bayi dengan mendemontrasikan cara menggunakan tangan kanan jika makan, menggunakan tangan kanan jika memberikan sesuatu, menggunakan tangan kanan jika menerima sesuatu. Aspek spiritual : mesntimulasi mendengarkan saat ibu membaca kitab suci, menstimulasi saat mau makan dengan membaca doa terlebih dahulu. Ibu Ibu menstimulasi mempraktekkan cara menggunakan tangan kanan jika makan, ibu memprkatekaakn melatih bayi menggunakan tangan kanan bila memberikan sesuatu, melatih saat ibu membaca doa sebelum makan. Ibu memberikan, Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 72 kesempatan bayi untuk mecoba, ibu memberikan pujian jika bayi berhasil dan memberikan semangat jika belum berhasil. Kesimpulan : bayi mampu mempraktekkan aspek moral dan spiritual dan ibu mampu mesntimulasi perkembanagn anak usia bayi Sesi V I & VII: Stimulasi Perkembangan aspek psikososial dan sharing pengalaman Dilaksanakan pada untuk kelompok I tanggal 10 April 2013, jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 5 orang, Kelompok II tanggal 8 April 2013, jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir 7 orang, dan Kelompok III tanggal 9 April 2013 jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 7 orang. Jumlah peserta ada dua orang yang tidak ikut karena lagi ada kepentingan keluarga. Sebelum dilaksanakan kegiatan sesi V, penulis melakukan evaluasi yang sudah dilakukan sebelumnya yaitu sesi I, II, III IV, dan V, dengan menanyakan buku kerja apakah sudah di coba dilakukan di rumah dalam menstimulasi perkembangan sesi I, II, III , V dan VI dan mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh bayi, 100% semua ibu-ibu mengisi buku kerja, selanjutkan melakukan sesi VI dan VII sebagai berikutnya : Bayi Tarapis mendemontrasikan cara stimulasi aspek psikososial untuk metumbuhnya sosialisasi dengan cara bermain ciluk ba, memanggil bayi sesuai dengan namanya, respon bayi merasa senang saat diajak ciluk badan saat di panggil namanya bayi langsung menoleh Ibu Ibu mempraktekkan cara mengembangkan rasa percaya dangan bermain ciluk ba, dan memangil nama anaknya, ibu memberikan pujian jika berhasil dan jika belum berhasil diberikan semangat.Ibu berbagi pengalaman dalam memberikan stimulasi perkembangan yang telah dipelajari, berbagi pendapat tentang pentingnya stimulasi perkembangan bayi dan berbagi pengalaman tentang tehnik-tehnik dalam memberika stimulasi perkembangan bayi. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 73 Kesimpulan dari semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik, bayi mampu melakukan/meningkatan dalam aspek psikososial dan bayi apabila di stimulus mampu melksanakan/ mepraktekkann mepraktekkannya. Ibu mampu sharing dengan tema-temannya setelah diberikan terapi kelompok terapeuti pada anak usia bayi. Dalam pelaksanaan secara keseluruhan dari sesi I s/d VII perawat CMHN hanya hadir 2 kali, 1 kali untuk tindakan keperawat generalis dan 1 kali untuk tindakan terapi spesialis. Kegiatan post-test dilakukan setelah pertemuan terakhir dari terapi kelompok terapeutik, untuk mengukur kembali sejauhmana pencapaian terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga bagi perkembangan dan kemampuan anak bayi dengan rasa percaya, dibantu oleh kader kesehatan pada semua kelompok. Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik anak usia bayi untuk tiap kelompok dilaksanakan selama 6 sesi, dimana setiap sesi pertemuan diberikan sekitar 45 – 60 menit, namun pelaksanaan sesuai dengan jadwal, sehingga tidak ada kendala yang berarti. Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah dengan membantu anak usia bayi mengidentifikasi ciri-ciri perkembangan produktif dan tidak produktif anak usia bayi, membantu anak usia bayi mengidentifikasi ciri-ciri mengidentifikasi ciri-ciri perkembangan yang dimiliki. Proses pelaksanaan terapi kelompok terapeutik anak usia bayi mengacu pada Modul terapi kelompok terapeutik anak usia bayi berdasarkan Workshop Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawaan FIK-UI (2011) yang telah melewati beberapa kali riset. Panduan pelaksanaan terapi kelompok terapeutik anak usia bayi terdiri dari 5 sesi pertemuan, namun beberapa klien memerlukan pertemuan ulang sehingga rata-rata dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan. Proses pelaksanaan terapi sebagian besar klien mampu mengikuti terapi kelompok terapeutik dengan baik. Penerapan terapi kelompok terapeutik anak usia bayi di tatanan komunitas lebih leluasa dan mudah dilakukan secara keseluruhan hingga melibatan keluarga sebagai support system. Hal ini Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 74 dikarenakan klien tinggal bersama dengan keluarga dan terapis langsung dapat bertemu dengan keluarga khususnya caregiver utama anak usia bayi. Begitu juga dengan pelibatan kelompok pendukung lain di masyarakat seperti kader kesehatan jiwa sebagai sosial support anak usia bayi. Kondisi yang demikian sangat membantu klien untuk meningkat status kesehatan menuju perkembangan rasa percaya yang optimal. Kemampuan yang sudah dicapai oleh anak usia bayi setelah diberikan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi mampu merespon dari stimulasi yang diberikan dari delapan aspek perkembangan , rasa percaya terbina antara anak dan keluarga. Ibu mampu menjelaskan konsep stimulasi fase rasa percaya dan kemampuan melakukan stimulasi perkembangan pada aspek motorik, aspek kognitif dan bahasa, aspek emosional dan kepribadian, aspek moral dan spiritual, aspek psikososial dan kemampuan sharing pengalaman dengan keluarga (caregiver). Kader mampu mengerakan dalam penyuluhan dan , kunjungan rumah dan mendokumentasikan tindakan terapi kelompok terapeutik. Penatalaksanaan tindakan keperawatan terapi kelompok terapeutik pada keluarga dengan anak usia bayi pada 20 keluarga dapat diselesaikan dalam ratarata 5 hari. Hal ini dikarenakan keluarga yang merawat anak tinggal dalam satu rumah yang memudahkan dalam melatih psikomotor untuk stimulasi pada anak bayi dan waktunya dapat disesuaikan dengan kegiatan keluarga, namun rata-rata keluarga ada setiap harinya di rumah terutama ibu. Tindakan keperawatan meliputi memberikan edukasi tentang ciri perkembangan anak usia bayi, penyimpangan anak usia bayi, mendiskusikan melakukan stimulasi perkembangan pada anak usia bayi di rumah dan membantu manajemen stress dan beban keluarga dalam melakukan stimulasi perkembangan pada anak usia bayi di rumah serta membantu keluarga melalui pemberdayaan masyarakat. Rata-rata keluarga dapat menyelesaikan kelima sesi yang sudah diberikan adalah 2-3 hari. Hanya ada satu keluarga yang menyelesaikan selama 4kali pertemuan, perawat CMHN hanya dua kali hadir saat melaksanakan terapi kelompok terapeutik. Hasil akhir rata- Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 75 rata kemampuan keluarga meningkat untuk menjadi sumber dukungan bagi anak usia bayi untuk mencapai fase rasa percaya yaitu keluarga memiliki kemampuan melakukan stimulasi perkembangan anak usia bayi di rumah dan menjadi sistem pendukung yang cukup efektif bagi bayi. 3.2.5 Evaluasi 3.2.5.1 Kemampuan 8 aspek Perkembangan yang dimiliki oleh anak usia bayi sebelum dan sesudah dilakukan Terapi Kelompok Terapeutik di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara Tabel 3.9 Tabel 3.9 Peningkatan Perkembangan Anak Usia Bayi untuk meningkatkan rasa Percaya Diri melalui Pemberian Terapi Kelompok Terapeutik di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara. Periode September 2012 – April 2013 (n = 20) No 1 2 Variabel perkembangan Rasa Percaya Aspek motorik Mengangkat kepala Menggerakkan kepala ke kiri dan kekanan Berbalik tengurup keterlentang Mempertahankan kepala tegak dan stabil Melihat, meraih dan menendang mainan Memperhatikan benda bergerak Melihat benda-benda kecil Memegang benda dengan kuat Meraba dan merasakan bentuk permukaan Merangkak, berjalan dengan bantuan Rata-rata Aspek kognitif Mengisap, menggengam, melihat Mengisap ibu jari Tertawa saat di ajak bercanda Mengenal orang tua saat melihatnya Mencari mainan yang di stimualsi dengan warna dan bunyi Bermain ciluk ba, tepuk tangan langsung berespon Saat di panggil namanya menoleh Tersenyum jika di beri mainan yang lucu Rata-rata Sebelum n % Sesudah n % 18 18 19 19 18 19 18 7 16 8 90 90 95 95 90 95 90 35 80 40 20 20 20 20 20 20 20 15 18 10 100 100 100 100 100 100 100 75 90 50 16 80 18.3 91.5 18 18 20 20 20 14 90 90 100 100 100 70 20 19 20 20 20 18 100 95 100 100 100 90 20 16 100 80 19 19 95 95 18.5 92.5 19.3 96.5 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 76 Lanjutan tabel 9 3 4 5 Aspek Bahasa Mengoceh spontan Tertawa keras saat di berikan stimulasi Berusaha memalingkan mata atau kepala Tampak mendengarkan pada pembicaran, berespon dengan senyum Berespon saat di panggil namanya Dapat mengatakan 2 suku kata yang sama misalnya ma-ma Menirukan 2-3 kata yang mudah di tiru oleh anak Rata-rata Aspek emosi ` Mengenal dan mengekspresikan sikap perasaan aman dan nyaman (saat basah, haus, lapar ) Tersenyum ketika di ajak bicara Mengajak mengamati benda-benda dan keadaan sekitarnya Meniru ocehan muka bayi Memeluk dan mencium Rata-rata Aspek kepribadian Merasa aman dan kasih sayang Mengajak tersenyum Mengajak bayi mengenal benda-benda disekitarnya Meniru ocehan dan mimic muka bayi Menina bobokan Berusaha meraih mainan Rata-rata 6 7 18 18 19 90 90 95 20 20 20 90 90 100 20 100 20 100 20 18 100 90 20 19 100 95 18 90 18 90 18.8 94.2 19.5 97.5 20 100 20 100 18 18 90 90 20 20 100 100 14 18 17.6 70 90 88 18 20 19.6 90 100 98 8 8 7 80 40 35 14 18 18 70 90 90 6 10 8 30 50 40 18 20 14 90 100 70 7.8 39.1 17 85 Aspek moral Menggunakan tangan kanan jika meminta dan menerima Mengetahui mana yang baik dan salah 6 30 10 50 10 50 18 90 Rata-rata 8 40 19 95 5 7 5 7 5 5.8 25 35 25 35 25 29 15 18 15 15 15 15.6 75 90 50 50 50 78 Aspek spiritual Berdoa sebelum dan sesudah makan Mendengarkan saat membaca kitab suci Membaca dongeng agama Mendengar adzan Membaca doa mau tidur Rata-rata Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 77 Lanjutan tabel 9 8 Aspek Psikososial Tidak membedakan antara orang-orang yang dikenal dan yang tidak dikenal Menyukai orang-orang yang dikenal dan tersenyum Menangis ketika berpisah dengan orang yang dikenal/ibu Melambaikan tangan dan sambil berkata da…dag Bermain ciluk ba… Rata-rata 16 80 20 100 16 80 20 100 20 100 20 100 7 35 14 70 7 35 16 80 13.2 60 18 90 Berdasarkan tabel 3.9. menunjukan adanya peningkatan setelah diberikan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi dengan nilai maksimal adalah aspek moral mengalami peningkatan 55%, aspek spiritual mengalami peningkatan 49%, aspek kepribadian mengalami peningkatan 46%, aspek motorik mengalami peningkatan 10.5%, aspek kognitif mengalami peningkatan 4% dan aspek bahasa mengalami peningkatan 3 %. Kesimpulan bahwa delapan aspek kemampuan mengalami kenaikan setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik 3.2.5.2 Kemampuan rasa percaya pada anak usia bayi setelah pemberian terapi kelompok terapeutik Hasil kemampuan yang sudah diberikan kepada bayi, keluarga dan kader dalam pelaksanaan terapi kelompok terapeutik di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, rincian ada pada tabel tabel 3.10 Berdasarkan table 3.10 menunjukkan bahwa kemampuan bayi, ibu dan keluarga dalam tindakan terapi kelompok terapeutik berikut: mengalami peningkatan sebagai kemampuan bayi mengalami peningkatan 7%, kemampuan keluarga mengalami peningkatan 52.5% dan kemampuan kader mengalami peningkatan 34%. Kesimpulan bahwa peningkatan yang paling optimal adalah kemampuan ibu. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 78 Tabel 3.10 Kemampuan Bayi, Kemampuan Keluarga dan Kemampuan Kader dalam meningkatkan Rasa Percaya Anak Usia Bayi Sebelum dan Setelah Mendapatkan Terapi Kelompok Terapeutik di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Periode September 2012 – April 2013 (n=20) No 1 Sumber Koping Kemampuan personal (Bayi) Langsung menangis saat bertemu dengan orang lain Menolak saat akan digendong orang yang tidak di kenal Menanangis jika basah, lapar, haus, sakit dan gerah Senang, ketika ibu menghampiri Menangis ketika ditinggal oleh ibunya Memandang wajah Rata-rata Kemampuan Keluarga Mengenal pertumbuhan dan perkembangan anak Membantu anak untuk bersosialisasi dgn yg lain Membantu mengidentifikasi tumbuh kembang anak usia bayi Menstimulasi dalam perkembangan (8 aspek kemampuan ) Memotivasi klien untuk mengambil keputusan secara mandiri Memodifikasi lingkungan untuk kebutuhan anak Memanfaatkan sumber informasi di sekitar anak untuk memberikan role model yang bermanfaat untuk orang lain Menggunakan pelayanan kesehatan Rata-rata Sebelum n % n Sesudah % 18 90 20 100 18 90 20 100 20 100 20 100 20 20 100 100 20 20 100 100 16 80 20 100 18 93 20 100 10 50 20 100 8 40 20 100 8 40 20 100 6 30 20 100 10 50 20 100 6 30 20 100 10 50 20 100 18 90 20 100 9.5 47.5 20 100 Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 79 Lanjutan tabel 3.11 3 Kemampuan Kader Mendeteksi keluarga sehat (usia anak bayi) Mengerakkan keluarga sehat (usia anak bayi) untuk penyuluhan dan terapi kelompok terapeutik Melakukan kunjungan rumah pada pasien sehat Mendokumentasikan kegiatan terapi kelompok terapeutik Rata- 20 100 20 100 20 100 20 100 5 15 15 75 5 15 15 75 43.3 17.5 87.5 12.5 rata Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang adanya kesenjangan antara teori dengan hasil. Pembahasan menyangkut analisis pengkajian meliputi karakteristik anak usia bayi, karakteristik ibu , faktor predisposisi, faktor presipitasi, tanda dan gejala, sumber koping, repon terhadap perkembangan anak usia bayi, dan kemampuan rasa percaya anak usia bayi, kemampuan orang tua dan kemampuan kader dalam menstimulasi perkembangan anak usia bayi dan hasil penerapan terapi kelompok terapeutik dan di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. 4.1 Karakteristik anak usia bayi dan keluarga di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara 4.1.1 Karakteristik Bayi 4.1.1.1 Usia Jumlah bayi secara keseluruhan ada 20 orang, usia terbanyak pada anak usia bayi yang dilakukan terapi kelompok terapeutik di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara usia 4-6 bulan (45%) , Usia menentukan perkembangan anak, semakin bertambahnya usia anak, maka kemampuan perkembangan anakpun akan semakin bertambah, Tunner dan Helms, (1990 dalam Giyarti, 2008). Faktor usia ada hubungannya dengan tingkat kemampuan rasa percaya diri, dengan diberikan stimulasi dan bertambahnya usia bayi, maka akan semakin meningkat cara berpikir (Sadock, 2009), selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi rasa percaya pada bayi yaitu faktor genetik, faktor lingkungan prenatal dan faktor post natal (Soetjiningsih, 1998). Faktor Pre natal merasakan adanya keterikatan dengan janin, sedangkan post natal merupakan hubungan langsung ibu dengan bayi melalui sentuhan dan pandangan kasih sayang orang tua kepada bayinya sehingga akan memberikan jalinan kasih sayang yang kuat diantara keduanya, sentuhan orang tua merupakan komunikasi untuk memupuk cinta kasih antara orang tua dan anaknya, dengan demikian anak akan memiliki budi pekerti yang baik dan penuh percaya diri. 80 Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 81 Tahap perkembangan bayi yang paling menyenangkan menurut kebanyakan kaum ibu adalah ketika bayi menginjak usia 4-6 bulan, sebab pada usia tersebut bayi lebih peka dan mulai dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dibandingkan usia tiga bulan pertama (Hawadi, 2001). Pada Usia tersebut bayi akan belajar dengan sendirinya untuk mengenal satu persatu orang disekitarnya, dapat melakukan kontak mata atau tersenyum sebagai tanda bahwa dia sedang belajar membaca beberapa ekspresi terutama kepada ibunya. Perkembangan pada usia tersebut dari segi emosional adanya perasaan aman, sebab bayi dapat merasakan kasih sayang orang-orang sekitarnya dan bayi mudah terstimulasi oleh lingkungan. Fungsi indra penglihatan semakin membaik, sehingga bayi dapat membedakan wajah asing atau yang telah akrab dengan dirinya. Perkembangan secara biologis, sel-sel otak janin terbentuk sejak tiga –empat bulan dalam kandungan dan berlanjut sampai anak usia tiga- empat tahun. Otak bayi sangat berkembang pesat sehingga sering disebut periode emas (golden age), Sudjatmiko ( 1998 dalam Roswita, 2005). Otak bayi mempunyai satu triliun sel otak dan bertriliun- triliun sambungan antar sel saraf otak (Wong, et, all.2011). Otak bayi semakin distimulasi maka akan semakin banyak mielinisasi atau pembentukkan selubung syaraf otak akan cepat terbentuk, semakin banyak pula cabang neuron yang dibentuk, sehingga terbentuk komunikasi sel antar otak yang baik (Sadock, 2012). Hasil riset menunjukkan bahwa otak anak sebelum usia 3-4 tahun itu ibarat sponge, yang akan menyerap apa saja yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan dan disentuh dari lingkungan mereka ( Mustofa 2009). Penelitian mengenai otak manusia telah menunjukkan bahwa perkembangan intelektual otak berkembang pesat menjadi 50% potensi otak dewasa pada empat tahun pertama sejak anak dilahirkan. Usia empat hingga delapan tahun bertambah 30%, selanjutnya hingga delapan tahun bertambah 30%, selanjutnya hingga 18 tahun bertambah 20%. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antarsel otak di tentukan oleh stimulasi lingkungan, baik bervariasi rangsangan yang diterima dari lingkungan Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 82 oleh bayi, maka makin kompleks dan main kuat hubungan sel. Stimulasi yang bervariasi dalam suasana yang menyenangkan akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak. Stimulasi yang memadai artinya akan menstimulasi otak bayi, sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, emosi, kepribadian, spiritual, sosialisasi dan kemandirian pada bayi berlangsung optimal sesuai dengan perkembangan bayi, dengan kematangan sel-sel tersebut, hubungan antar sel semakin komplek dan stimulasi yang berkesinambungan dapat membuat anak lebih cerdas (Sadock, 2010). Stimulasi harus dilakukan secara menyenangkan yaitu melalui bermain, dengan bermain memungkinkan anak belajar tanpa ada tekanan, sehingga di samping motoriknya, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial akan berkembang optimal. 4.1.1.2 Jenis Kelamin Jenis kelamin pada bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, yang diberikan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga sebagian besar jenis kelamin perempuan 60%. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.010.413 orang atau 49,66 persen, sedangkan penduduk laki-laki mencapai 50,34 persen 119.630.913 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan masih dalam batas seimbang, yang membedakan biasanya gender. Gender adalah suatu konstruk yang berkembang pada anak-anak sebagaimana mereka disosialisasaikan dalam lingkungannya (Idrus, 2010). Dengan bertambahnya usia, anak-anak mempelajari perilaku spesifik dan pola-pola aktivitas yang sesuai dan tidak sesuai dalam terminology budaya mereka, dengan jenis kelamin mereka, serta adopsi atau menolak peran-peran gender tersebut. Pada saat anak lahir ia memiliki jenis kelamin, tetapi tanpa gender. Pada saat lahir, jenis kelamin menentukan dasar anatomis fisik. Pada phase kehidupan selanjutnya pengalaman, perasaan dan tingkah laku yang diasosiasikan oleh orang dewasa, masyarakat sekitarnya serta budaya, perbedaan biologis ini memberikan bias gender pada individu tersebut. Banyak kenyataan mengenai bagaimana anak Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 83 laki-laki dan perempuan berbeda dan bagaimana sama, yang akan dipahami sebagai konstruksi budaya yang didasarkan pada perbedaan biologis. Dalam konsep keseharian ada dua istilah yang kerap saling tumpang tindih dalam memaknainya, yaitu peran jender dan peran jenis kelamin. Virginia Prince (dalam Matsumoto, 1996) memberi makna peran jender (gender roles) sebagai derajat dimana seseorang mengadopsi perilaku yang sesuai atau spesifik jender yang diberikan oleh budayanya, lebih lanjut Prince memaknai peran jenis kelamin (sex roles) sebagai perilaku dan pola-pola aktivitas laki-laki dan perempuan yang secara langsung dihubungkan dengan perbedaan biologis dan proses reproduksi. Mengacu pada pendapat Prince ini, maka peran jenis kelamin merupakan satu aktivitas yang hanya mampu dilakukan oleh jenis kelamin tertentu. Peran jenis kelamin (sex roles) yang ada dalam masyarakat misalnya laki-laki membuahi sel telur dan perempuan hamil serta melahirkan anak-anaknya. Penelitian Aziz (1999) di Yogyakarta menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kecerdasan emosional, demikian juga penelitian Prawitasari (1993) yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal mengekspresikan emosi seperti rasa marah, jijik, terkejut, dan lain sebagainya, kecuali dalam mengekspresikan rasa malu. Penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan telah dilakukan Mangestuti (2005) menemukan bahwa perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki dalam hal tingkat kecerdasan intelektual yang diukur dengan tes Standard Progressive Matrices (SPM) untuk kecerdasan emosional dan untuk kecerdasan spiritual (Cramond, et al.2005) menyatakan bahwa dari berbagai penelitian tentang kreativitas ditemukan adanya hubungan antara perbedaan jenis kelamin dengan tingkat kreativitas baik dalam bentuk kuantitas maupun kualitas. (Prawitasari dan Kahn 1985), menjelaskan perbedaan tersebut berdasarkan hasil penelitiannya tentang kepribadian, menjelaskan bahwa perempuan mempunyai kecenderungan untuk lebih hangat, emosional, sopan, peka, dan mentaati aturan, sedangkan laki-laki cenderung lebih stabil, dominan, dan impulsif. Stimulasi perkembangan pada anak usia bayi rasa percaya tidak berpengaruh terhadap jenis Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 84 kelamin karena yang harus dikembangkan adalah rasa percaya diri pada anak usia bayi, sehingga dalam pelaksanaan terapi kelompok terapeutik tidak ada yang membedakan kegiatan untuk perempuan dan laki-laki, 4.1.1.3 Urutan Kelahiran Urutan kelahiran pada bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara yang dilakukan terapi kelompok terapeutik yang terbanyak adalah anak urutan pertama 50%. Aspek urutan kelahiran atau posisi dalam suatu keluarga merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan dan memberikan pengaruh terhadap perkembangan diri anak, perkembangan sosial, perkembangan emosi dan perkembangan yang lainnya. Urutan kelahiran mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya sendiri. Dalam budaya, anak pertama dianggap sebagai pewaris keluarga, wibawa, kuasa, sedangkan anak bungsu dianggap sebagai boneka yang menyenangkan atau justru sebagai pengganggu (Hurlock 2004 ). Anak sulung adalah anak yang paling tua atau anak pertama yang lahir dari suatu keluarga. Alasanyan, karena anak tersebut adalah anak pertama berarti pengalaman dan mendidik belum dimiliki oleh kedua orangtuannya, oleh karena itu anak sulung dikenal sebagi experimental child (Sadock, 2010). Perbedaan perlakukan yang diberikan oleh orang tua pada anak-anak yang berbeda urutan kelahiran antara lain disebabkan oleh tuntutan atau adanya harapan orangtua pada masing-masing anak berbeda, serta adanya saingan diantara anak dalam usaha untuk mencari perhatian orangtuanya ( Bigner dalam Suyrantina, 2002). Pada anak sulung, orang tua lebih menaruh harapan-harapan yang tinggi dan memberikan tanggung jawa yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang lahir setelahnya. Orangtua yang bersikap terlalu melindungi, maka dalam perkembangan anak akan mengalami gangguan yang negatif, akan tetapi bila orang tua dapat bertindak kebijaksanaan dalam membimbing anak sulung maka anak tidak akan mengalami gangguan perilaku. Kesempatan yang baik apabila anak pertama diberikan terapi kelompok terapeutik karena orang tua akan lebih cepat berespon karena ingin anak pertamanya menjadi anak yang pintar dan berkembang, waktu dalam merawat anak lebih banyak karena belum repot dengan Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 85 yang lainnya sehingga keluarga akan lebih sering memberikan stimulasi perkembangan pada anak usia bayi. Orang tua yang memahami pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia bayi tidak akan membedakan dalam memberikan perawatan karena orang memahami potensi anak apabila diberikan stimulasi akan lebih terutama dalam 8 aspek perkembangan anak usia bayi. 4.1.1.4 Jumlah Saudara Kandung Jumlah saudara kandung bayi di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru ini belum mempunyai saudara 50%. Katagori keluarga di bagi menjadi empat yaitu keluarga dengan satu anak, keluarga kecil, keluarga sedang dan keluarga besar. Keluarga kecil terdiri dari 1-3 anak, keluarga sedang terdiri dari 4-6 anak, dan keluarga besar terdiri lebih dari 6 anak (Idrus 2010). Masing-masing katagori keluarga, dipengaruhi hal yang berbeda dan akan menghasilkan beragam suasana dan berbagai macam hubungan keluarga. Beberapa faktor dari pengaruh ukuran keluarga terhadap perkembangan anak : jumlah interaksi harus diperhatikan, semakin besar keluarga, semakin besar jumlah interaksi dan biasanya semakin besar perselisihan yang terjadi. Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keaadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat, sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurang kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahanpun tidak terpenuhi (Soetjiningsih, 2012). Hubungan keluarga dipengaruhi sikap orang tua terhadap ukuran keluarga. Orangtua yang memang ingin mempunyai keluarga yang besar akan meciptakan suasana emosional yang baik dan hangat dirumah karena mereka bahagia dalam peran mereka sebagai orang tua dan bersedia melakukan pengorbanan pribadi dan finansial yang dituntut sebuah keluarga besar, sebaliknya, bila keluarga menginginkan keluarga kecil, tetap mendapatkan keluarga besar, sikap mereka terhadap semua anak mereka cenderung tidak sehat. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 86 Jumlah keluarga inti umumnya kecil, terdiri dari orang tua dan dua orang anak sesuai dengan program Keluarga Berencana dari pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar perhatian orang tua terhadap anak akan lebih fokus, terutama di masa anak sedang usia bayi, yang memeang membutuhkan rasa percaya diawal sehingga perkembangan anak dapat terpantau. Banyaknya anak dalam keluarga mengakibatkan beratnya beban dan tanggung jawab keluarga baik secara sosial maupun ekonomi yang selanjutnya tidak hanya berpengaruh pada kebutuhan fisik saja tapi juga psikologis berupa perhatian dan kasih sayang (Ibung, 2008). Soejiningsih (2012) mengatakan jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas pengasuhnya orang tua terhadap anak. Semakin besar jumlah keluarga, maka baik alokasi waktu maupun intensitas pemberian stimulasi akan semakin berkurang kurang optimal. Perhatian orang tua akan lebih bercabang sehingga kurang memperhatikan anak dalam proses perkembangan anak. Di RW 03 dan RW 11 jumlah yang terbanyak bayi ada di urutan pertama atau anak pertama, ini merupakan peluang untuk bisa mempraktekan dalam stimulasi perkembangan anaknya sehingga kelak mempunyai anak lagi akan lebih mudah dalam menstimulasi karena sudah mempunyai pengalaman. 4.1.2 Karakteristik Ibu 4.1.2.1 Usia Jumlah Ibu yang mempunyai anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor utara sebanyak 20 orang yang diberikan terapi kelompok terapeutik rata-rata berusia 18-24 60%. Hal ini menujukkan bahwa di RW 03 dan 11 banyak yang berada pada usia dewasa awal (adult) dan produktif, artinya telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa Hurlock ( 1999, dalam Friedman, 2008), pada usia tersebut tugas perkembangan adalah sudah bekerja, memilih pasangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak dan mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan. Pada usia dewasa merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. individu diharapakan dapat menjalankan peran-peran barunya sebagai Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 87 suami/istri pencari nafkah, orang tua, yang disisi lain dapat mengembangkan sikap, keinginan dan nilai sesuai dengan tujuan baru. Semakin bertambahnya usia ibu (caregiver) semakin meningkat pula kedewasaan, menunjukkan kematangan kedewasaan secara psikologis, dilihat dari perilaku yang semakin bijaksana, mampu berfikir secara rasional, mengendalikan emosi dan bertoleransi terhadap orang lain (Nurjanah, 2008). Ibu akan lebih memperhatikan perkembangan pada anaknya dan akan mampu melaksanakan dalam menstimulasi perkembangan anaknya. 4.1.2.2 Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan ibu yang mempunyai anak bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara sebagian besar pendidikan rendah SD 50% . Pengertian pendidikan mengacu pada tingkat pernah diikuti oleh ayah dan ibu. pendidikan formal terakhir yang Seorang ibu berperan dalam menstruktur lingkunga fisik anaknya ( misalnya dengan menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya sebagai alat stimulasi) , ibu selain jadi pengasuh juga menjadi guru pertama bagi anak dan mengisi kehidupannya serta sarana untuk memperoleh pengetahuan sehingga mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Ibu adalah orangtua terdekat dan sebagai pendidik anak-anaknya ( Setiawati, 2001). Kehadiran seorang ibu sangat penting bagi anak mengingat 85% karakter anak dibentuk pada masa usia dini ( Croyle, 2004). Hal ini Ibu sangat berperan penting dalam pemberian stimulasi kepada anak, kareana anak akan lebih peka dan cepat dalam menangkap bahasa ibu, gerak ibu dan suasana hati ibu, sentuhan dan pelukan serta kebebrsamaan dengan anak merupakan modal utama dalam pemberian stimulasi. Hasil analisa statistik antara pendidikan menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu terhadap stimualsi perkembangan anak usia bayi (Mhalia, 2008). Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima sagala informasi dari luar terutama tentang pengasuh anak Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 88 yang baik, bagaimana menstimulasi perkembangan anak usia bayi ( Sotjiningsih, 2012). Makin tinggi pendidikan seseorang, maka mudah untuk menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaiknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai- nila yang baru di perkenalkan ( Kuncoroningrat, 1997). Berbeda dengan penilitian yang dilakukan oleh Desri ( 2008) tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu . Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun ibu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai stimulasi, tidak menjamin bahwa ibu sering memberikan stimulasi pada anaknya , Hidayat ( 2008). Karena ibu ada dirumah dengan pendidikan rendah tetapi dalam ibu dapat mengaplikasikan setiap hari dengan adanya waktu dan kader kesehatan jiwa diharapakan kunjungan sebulan sekali memantau perkembangan anak usia bayi 4.1.2.3 Status Ekonomi Keluarga Status ekonomi keluarga yang mempunyai anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Keluarhan Tanah Baru Bogor utara, adalah ekonomi rendah yaitu 60% . Pendapatan adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh seseorang dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaan yang dinyatakan dalam pendapatan per kapita, Soekanto (1983 dalam Gowi, 2011). Karakteristik sosisal ekonomi keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Turnne (1990 dalam Shelov, 2005). Anak yang dibesarkan oleh keluarga bersatus sosial ekonomi dan kondisi psikologis yang lebih kecil akan lebih baik dibandingkan anak-anak yang berasal dari golongan menengah ke bawah, Magnuson ( 2002 dalam Steven, 2005). Pendapatan yang rendah juga berpengaruh pada kondisi psikologis dari orang tua, pada umumnya orang tua lebih mudah marah. Kondisi psikologis orang tua tentunya akan mempengaruhi perkembangan psikososial anak tersebut. Salah satu masalah perkembangan psikosisoal anak yang ditemui oleh rendahnya kemampuan komunikasi pada anak. Pendapatan yang rendah menyebabkan rendahnya jaminan penyedian sarana fisik yang mendukung perkembangan bayi. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 89 Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasiltas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan dan lain-lain , ( Hapsari, 2005) menjelaskan bahwa orang tua yang berasal dari keadaan ekonomi baik, akan memiliki lebih banyak waktu untuk membimbing anak karena tidak lagi memikirkan keadaan ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar ( Suhardjo, 2004). Pendapat keluarga yang memandai akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan baik dari primer maupun sekunder (Soetjiningsih, 2012). Hasil penelitian bahwa perkembangan bayi tidak normal lebih banyak pada keluarga yang berpendapat yang rendah dan menunjukkan yang signifikan (Marhia, 2008). Terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi untuk menstimulasi perkembangnya tidak perlu media/alat dengan harga yang mahal tetapi bisa dengan cara memodifikasi yang ada di lahan, sehingga untuk stimulasi perkembangan tetap berjalan, dan tidak mahal, anak dapat berkembang dengan optimal. 4.1.3 Pengkajian stressor Predisposisi Hasil pengkajian terhadap stressor predisposisi pada perkembangan anak usia bayi rasa percaya di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara di meliputi : a. Faktor biologis Soetjiningsih (2012) faktor pre natal dan post natal adalah faktor yang mempengaruhi pada tumbuh kembang janin salah satunya gizi . Menurut WHO (2010) Antental Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Ada beberapa tujuan Antenatal Care menurut (Kusmiyati, et al. 2008), yaitu mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi, mendeteksi dan penatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun obstetri . Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 90 Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang janin, selama berada dalam kandungan, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam darah ibu, sedangkan setelah lahir kebutuhan gizi anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna. Selain penyakit infeksi, keadaan gizi ibu yang kurang baik selama hamil dan pola makan bayi yang salah merupakan penyebab kegagalan pertumbuhan anak,. Pemenuhan gizi yang baik sangat berperan dalam pencapaian pertumbuhan badan yang optimal, termasuk di dalamnya pertumbuhan otak anak. Perkembangan otak anak paling cepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai bayi berusia delapan belas bulan (Handayan, 2009) . Setelah masa tersebut otak masih tumbuh, tetapi dengan kecepatan yang semakin berkurang hingga usia 5 tahun. Oleh karena itu, orang tua harus memastikan bahwa pada masa tersebut kebutuhan gizi anak harus terpenuhi dengan lengkap. Kekurangan salah satu . ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bayi baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar empat bulan. Pada saat kadar immunoglobulin dari ibu menurun dan yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Kesenjangan tersebut hanya dapat dihilangkan atau dikurangi dengan pemberian ASI. Air Susu Ibu merupakan cairan yang mengandung kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga dapat menjadi pelindung bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus dan jamur. ASI Eksklusif mengembangkan kecerdasan perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 91 Lompatan pertumbuhan pertama atau growth sport sangat penting pada periode inilah pertumbuhan otak sangat pesat. Kesimpulan faktor predisposisi untuk perkembangan anak usia bayi dipengaruhi selama kehamilan. Kehamilan harus di jaga karena akan berdampak kepada janinnya yaitu sebagai promotif bahwa ibu hamil harus rutin untuk keposyandu setaip bulan untuk melihat perkembangannya baik kehamilan atau janinya, dengan menjaga secara rutin, janin yang dikandung akan berkembang dengan baik. b. Faktor psikologis Faktor psikologis yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan adalah stimulasi perkembangan janin di saat hamil dan bounding attachment pada saat usia kehamilan mencapai enam bulan, karena pada saat itulah sel -sel otak mulai bertumbuh dengan cepat. Akan sangat baik bila stimulasi stimulasi kecerdasan bayi dilakukan hingga usia bayi menginjak 3 tahun. Stimulasi sejak didalam kandungan ( usia kehamilan m encapai 6 bulan) bias dilakukan dengan berbagai cara : mengajak bicara saat bayi dalam kandungan bicaralah dengan suara lembut, supaya buah hati anda mengenal anda sebagai ibu yang penuh kasih saying. Bila perlu, ajaklah janin anda untuk mengenal suara sang ayah, dengan meminta sang ayag, dengan meminta sang ayah berbicara dengan sang bayi dengan jarak yang yang berdekatan dengan perut anda. Mendongenglah janin aktiflah dalam berbicara supaya buah hati anda mengenal berbagai kosa kata baru meskipun sang bayi masih ada di dalam kandungan dan belum tahu artinya. Menyanyi, bernyanyilah setiap hari, supaya buah hati anda bisa mendengarkan suara nyanyian anda. Nyanyian seorang ibu, dipercaya bisa menenangkan hati buah hati anda. Namun tentu saja, bernyanyilah lagu-lagu yang menenangkan hati, bukan lagu-lagu yang nge-rock. Beberapa lagu anak-anak yang baik ada di sini. Mengelus-elus perut.,usapan-usapan pada bagian perut sang ibu, ternyata juga mampu menstimulasi kecerdasan anak. Berdoa, luangkan waktu anda untuk berdoa. Berdoalah dengan mengucapkan doa -doa anda Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 92 (tidak hanya di dalam batin). Hal ini juga sangat penting untuk menstimulasi kecerdasan sang anak, terutama kecerdasan spiritualnya. Bounding attachment merupakan suatu ikatan pemberian kasih sayang dan pencurahan perhatian yang saling tarik-menarik antara orangtua dan bayi. Mengingat pentingnya bounding attachment diberikan pada bayi baru lahir, maka perlu dilakukan sejak dini, yaitu segera setelah bayi lahir (Bahiyatun, 2009). Bounding attachment sebagai sesuatu yang linear, dimulai saat ibu hamil, semakin menguat pada awal kelahiran, dan begitu terbentuk akan menjadi konstan dan konsisten. Hal ini sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental sepanjang kehidupan (Bobak, 2005), terhadap bayi setelah kelahiran untuk memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi (Roesli, 2009). Kulit merupakan reseptor terluas. Sentuhan merupakan indera yang berfungsi sejak dini dimana bayi dapat merasakan fungsi sentuhan sejak masa janin, ketika masih dikelilingi dan dibelai oleh cairan ketuban yang hangat di dalam rahim ibu (Roesli, 2009). Ujung-ujung syaraf permukaan kulit bereaksi terhadap sentuhan dan mengirimkan pesan ke otak melalui jaringan syaraf yang berada di sumsum tulang belakang. Sentuhan juga merangsang peredaran darah sehingga menghasilkan oksigen segar lebih banyak yang akan dikirim ke otak dan seluruh tubuh untuk menambah energi (Roesli, 2009) Stimulasi adalah hal yang harus dilakukan agar kecerdasan bayi berkembang secara optimal. Dengan stimulasi, mielinisasi atau pembentukan selubung saraf otak akan cepat terbentuk. Semakin banyak stimulasi diberikan, semakin banyak pula cabang neuron yang dibentuk, sehingga terbentuk komunikasi sel antar otak yang baik (Pratyahara, 2012). Bounding attachment sangat memberikan keuntungan bagi bayi. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial, merasa aman, dan berani mengadakan eksplorasi (Bobak, 2005). Kontak dini merupakan bagian dari elemen-elemen bounding attachment. Hubungan anak dengan orang tua merupakan sumber emosional dan kognitif bagi anak. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 93 Hubungan tersebut member kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungan maupun kehidupan sosial. Hubungan anak pada masa-masa awal dapat menjadi model dalam hubungan-hubungan selanjutnya. Hubungan awal ini dimulai sejak anak terlahir ke dunia, bahkan sebetulnya sudah dimulai sejak janin berada dalam kandungan (Shelov, 2005). c. Faktor Sosialkultural Peningkatan perkembangan anak usia bayi rasa percaya faktor yang sangat berpengaruh adalah keluarga sehingga latar belakang pendidikan orang tua di RW 03 dan RW 11 kelurahan Tanah baru berpendidikan rendah SD 60%, pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi luar terutama terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaiamana menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya. Pekerjaan rata-rata menangah kebawah orang tua pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak kedua orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. 4.1.4 Faktor Presipitasi Pengakajian terhadap stressor presipitasi yaitu sifat stresor, asal stressor, waktu dan jumlah stressor pada klien dengan kesiapan peningkatan perkembangan anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara yang dilakukan tindakan keperawatan terapi spesialis yaitu terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga. Faktor presipitasi meliputi faktor biologis, psikologis dan sosialkultural sebagai berikut : a. Faktor Biologis Faktor biologis dari hasil pengkajian didapatkan kearah peningkatan perkembangan ank usia bayi di RW 03 dan RW 11 kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara adalah faktor biologis 93.3% , faktor sosialkultural 87.5% dan faktor psikologis 75%. Hal ini disebabkan mempengaruhi dalam proses kehamilan yang merupakan cikal bakal untuk perkembangan anak selanjutnya, sesuai dengan teori Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 94 faktor biologis karena faktor genetik merupakan modal dasar dalam pencapaian hasil akhir proses tumbuh kembang anak ( Soetjiningsih, 2012), melalui yang terkandung dalam sel yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan. Faktor gizi mempengaruhi terhadap perrtumbuhan dan perkembangan. Makanan memagang peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan di pengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga. Ketahanan makanan keluarga mencakup pada ketersedian makan dan pembagian yang adil dalam keluarga, dimana acapkan kepentingan budaya bertabrakan dengan kepentingan biologis. Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja sakit, tetapi pemeriksaan kesehatam dan menimbang anak secara rutin setiap bulan akan menunjang pada tumbuh kembang anak, oleh kareta itu pemanfaataan fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan secar komprehensif, yang mencakup aspek-aspek promotif, preventif. b. Faktor psikologis Faktor psikologis dari hasil pengkajian didapatkan bahwa peningkatan perkembangan anak usia bayi yang diberikan terapi kelompok terapeutik di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara menujukkan nilai yang dirasakan kurang adalah anak tidak menangis ketika saat bertemu dengan orang lain, kadang anak tidak respon terhadap lingkungan. Hal ini kadang-kadang ibu hamil tidak menyadari bahwa stimulasi dengan mengusap-usap perut saat kehamilan akan berpengaruh terhadap perkembangan psikologis janin, dengan sering distimulasi perut ibu saat hamil maka merangsang aspek kognitif dan motorik , mengajak bicara pada janin dengan sering melakukan stimulasi maka jaringan sinaptogenesis atau hubungan antra syaraf semakin banyak ( Sadock, 2010). Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 95 Attachment adalah susasana emosional yang hidup di natara anak yang sedang berkembang dan pengasuhnya. Hal in i di tandai dengan pencarian yang dilakukan oleh bayi, berpegangan kuat-kuat, dan ingin dekat dengan orang tersebut. Pada bulan pertama, dengan beberapa variasi individual, perilaku kasih sayang dilakukan untuk mendekatkan diri dengan seseorang dengan siapa mereka menempel. Fase-fase perlengketan (Sadock, 2010) dibagi menjadi 3 yaitu fase pertama sering disebut stadium praperlengketan (preattacment stage) usia 8 sampai 12 minggu, bayi berorentasi pada ibunya, mengikuti ibunya dengan mata dalam rentang 18 derjat dan menoleh serta bergerak secara berirama dengan suara ibunya. Fase kedua sering kali disebut perlengketan dalam pembinaan ( attachcmet –inthemaking) usia 8 sampai 6 bulan bayi menjadi terlekat dengan satu orang atau lebih dengan lingkunganya. Fase ketiga perleketan yang jelas ( clear-cut attachment) usia 6 sampai 24 bulan. Bayi menangis dan menunjukan stimulasi harus dilakukan secara seimbang dan rutin dan sedini mungkin sehingga perkembangan otak akan lebih baik. Jadi proses kehamilan sangat berpengaruhi terhadap psikologis anak setelah lahir, apabila tidak di stimulasi saat hamil maka kesempatan untuk berkembang tidak optimal. c. Faktor Sosialkultural Faktor sosialkultural yang kurang terhadap perkembangan anak usia bayi adalah membawa anak ketempat sekelompoknya 80%, dan orang tua jarang mengajak bermain dengan anaknya dengan rat-rata 80% di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara. Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga, anak akan terbuka kepada orang tunya, sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala permasalah bisa terselesaikan bersama karena ada kedekatan , kepercayaan antara orangtua dan anak. Interaksi tidak menentukan seberapa lama ditentukan oleh kualitas dari interaksi kebutuhan kita bersama anak. Tetapi lebih tersebut yaitu pemahaman terhadap masing-masing upaya optimal untuk memenuhi tersebut yang Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 96 dilandasi oleh rasa saling menyangi (Soejiningsih, 20012). Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan oleh anak , sehingga akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak sehingga anak lebih responsif terhadap lingkungannya dan lebih berkembang. 4.2 Perubahan Tanda dan gejala sebelum dan sesudah diberikan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi rasa percaya. Perubahan tanda dan gejala pada perkembangan anak usia bayi sebelum dilakukan terapi kelompok terapeutik dan psikoeduksi keluarga dan setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara dapat meningkatkan perkembangan rasa percaya diri. Perubahan yang akan di bahas meliputi delapan aspek kemampuan aspek meliputi motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial. Adapun hasil yang dicapai sebelum melakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan terapi kelompok terapeutik adalah sebagi berikut : a. Aspek Motorik Hasil analisis pada perkembangan anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor utara pada aspek motorik sebelum di lakukan tindakan terapi kelompok terapeutik 16 orang (80%), setelah diberikan terapi kelompok terapeutik mengalami peningkatan menjadi 18 orang (91,5%) ada peningkatan bertambah 2 orang (11.5%). Perkembangan fisik berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik, yakni perkembangan gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara saraf, otak, otot, tulang dan lainnya. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar seperti mengangkat kepala, mengerakkan kepala ke kiri dan ke kanan, tengkurap mempertahankan kepala supaya tegak, sedangkan perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang banyak dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih, seperti meraih benda, melihat warna, mencari sumber bunyi, memindahkan benda dari tangan. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 97 Perkembangan motorik secara umum bergantung pada kematangan otot dan saraf ( Wong, D,L. et,all). Stimulasi atau rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan), selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan bayi. . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan pertumbuhan dan perkembangan motorik kasar dan halus anak usia dini setelah diberikan pendidikan kesehatan tumbuh kembang anak usia dini, dengan tingkat pengetahuan ibu (Ariyati, 2009) . Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor lebih tinggi secara bermakna pada keluarga yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik pada anak usia dini (Trihadi, Keliat & Hastono 200). Dapat disimpulkan bahwa dengan diberikannya tindakan keperawatan stimulasi perkembangan anak usia bayi akan peningkatan aspek motorik pada anak usia bayi. Hal ini sesuai dengan teori stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun pertama (golden age) akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan otaknya dan menjadi dasar pembentuk kehidupan yang akan datang. Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik. Asumsi dari peneliti bahwa anak dengan usia bayi akan lebih cepat perubahannya dalam pertumbuhan dan perkembangan dengan diberikan terapi kelompok terapeutik asal harus dilakukan secara berkelanjutan dan ada kerjasama dengan keluarga. b. Aspek Kognitif Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek kognitif Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 98 mengalami peningkatan dari 94.3% menjadi 97.5 % meningkat 3%. Hal ini walaupun hasilnya tidak terlalu tinggi tetapi ada pengaruh yang dirasakan dalam perkembangan kognitif pada bayi tersebut. Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bayi pertama kali belajar melalui observasi sensori dan belajar mengendalikan fungsi motoriknya, melalui aktivitas motorik, eksplorasi manipulasi lingkungan sekitarnya Piaget, ( 1975 dalam Nurdin, 2012). lahir dengan reflex mengisap dan Bayi suatu proses pembelajaran ketika mengubah bentuk mulutnya dan menemukan lokasi putting susu ibunya dan timbulah reflex mengisap. Bayi merakan reward dari usahanya tersebut yaitu perasaan nyaman setelah minum air susu ibu. Arti konseptual tersebut bahwa stimulus di terima, di ikuti respond dan diikuti rasa Nyaman yang merupakan kesadaran. Kesadaran disinilah yang menjadi konsep yang mendasar. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor ibu serta perkembangan inisiatif anak setelah ibu mendapatkan terapi kelompok terapeutik secara bermakna dibandingkan dengan yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik (Damayanti, Keliat, Hastono & Helena, 2010). Restiana, Keliat, Gayatri, & Helena ( 2010) Hasil penelitian menujukkan peningktan kemampuan , kognitif, psikomotor serta perkembangan rasa percaya bayi lebih tinggi secara bermakna pada ibu yang mendapatkan terapi kelompok terpeutik dibandingkan yang tidak mendapatkan terapi kelompok terapeutik. Hal ini sesuai dengan toeri perkembangan kognitif, teori yang paling mendekati teori tumbuh kembang fungsi luhur (higler cortical function) yang merupakan ekspresi fungsi korteks prefrontalis dan pertumbuhan neuron motorik. Assumsi dari penulis stimulasi perkembangan pada anak usia bayi ini merupakan awal untuk memungkin seseorang bagaimana mempelajari, dapat menyelesaikan masalah karena individu memperhatikan, mengamati, membayangkan, Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 99 memperkirakan dan memikirkan. Dengan seringnya di stimulasi anak akan lebih kreatif dan lebih cepat dalam menyelesaikan masalah. c. Aspek Bahasa Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek bahasa mengalami peningkatan meningkat 6%. dari 18 orang (94.2) Walaupun hasilnya menjadi 20 orang (100%) tidak terlalu tinggi tetapi ada pengaruh mengalami peningkatan yang dirasakan dalam perkembangan bahasa pada bayi tersebut . Bahasa adalah simbolisasi dari sesuatu idea atau suatu pemikiran yang ingin dikomunikasikan oleh pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan melalui kode-kode tertentu baik secara verbal maupun nonverbal. Bahasa digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara yang mengacu pada simbol verbal (Nurdin, 2012). Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, bicara, komunikasi, megikuti perintah, dan sebagainya (Depkes, 2006). Kemampuan bicara anak dipengaruhi oleh beberapa faktor kesiapan fisik yang melibatkan fungsi pernapasan, pendengaran, dan fungsi otak serta kesiapan kognitif dan neurologis membantu anak dapat mulai bicara ( Honkenberry, 2009). Kemampuan berbahasa merupakan indicator seluruh perkembangan anak, karena kemampuan berbahasa sensitive terhadap keterlambatan atau kerusakan pada system lainya sebab melibatkan kemampuan kognitif, motorik, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnaya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan dapat menetap ( Depkes, 2006).terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi dengan memberikan stimulasi perkembangan terjadwal dan terlaksana dengan baik, anak tersebut mengalami peningkatan terhadap kemampuan bahasa. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 100 Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor ibu serta perkembangan industry meningkat secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik anak sekolah yang dibreriakn terapi kelompok terapeutik dengan kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik (Walter , Keliat, Hastono & Susanti, 2010). Penelitian yang sama Istiana , Keliat dan Nuraeni, ( 2011) Hasil penelitian menujukkan peningkatan kemampuan pengetahuan, psikomotor , dan perkembangan indutri anak usia sekolah secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik. Manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebab sejak lahir manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya. Kemampuan dan kesiapan belajar bahasa pada manusia segera mengalami perkembangan setelah kelahirannya, Havighurst (1984), kemampuan menguasai bahasa, dan berhubungan dengan orang lain melalui penggunaan suara-suara itu, merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai, karena urat-urat saraf dan otot-otot alat bicara sudah berkembang baik sejak lahir. Bayi baru lahir dapat mensinkronkan gerakan tubuhnya dengan nada pembicaraan orang dewasa (Hetherington & Pasrke, 1979). Stimulus yang diberikan dengan cara mengajak bicara pada bayi sehingga kata-kata yang keluar dari orang disekitarnya dapat merangsang kemampuan berbahasa. d. Aspek Emosi Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek emosi mengalami peningkatan dari 18 orang (80%) menjadi 20 (100%) meningkat 18%. Hal ini walaupun hasilnya tidak terlalu tinggi tetapi ada pengaruh yang dirasakan dalam perkembangan kognitif pada bayi tersebut . Menurut perkembangan emosi adalah suatu reaksi kompleks yang mengaitkan satu tingkat tinggi, kegiatan dan perubahan- perubahan secara mendalam, serta Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 101 dibarengi perasaan yang kuat atau disertai keadaan afektif, Chalpin ( 2002, dalam Restiana, 2010). Perkembangan emosi pada tahun pertama, suasana hati ( mood) bayi sangat bervariasi dan berhubungan erat dengan keadaan internal, seperti rasa lapar. Pada dua pertiga kedua dari tahun pertama, suasana hati bayi semakin berhubungan dengan isyarat sosial eksternal ( orang tua dapat menemukan yang lapar tetapi tersenyum). Jika bayi merasa nyaman secara internal, rasa tertarik dan senang terhadap dunia pengasuh utamanya dapat berlaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan pertumbuhan dan perkembangan motorik kasar dan halus anak usia dini setelah diberikan pendidikan kesahatan tumbuh kembang anak usia dini, dengan tingkat pengetahuan ibu (Ariyati, 2009) . Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor lebih tinggi secara bermakna pada keluarga yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik pada anak usia dini dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik. (Trihadi, Keliat, & Hastono, 2009). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor ibu serta perkembangan industry meningkat secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik. (Walter , 2010). Penelitian yang sama Istiana, Keliat & Nuraini ( 2011) Hasil penelitian menujukkan peningkatan kemampuan pengetahuan, psikomotor , dan perkembangan indutri anak usia sekolah secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik. Restiana, Keliat, Gayatri & Helena, ( 2010) Hasil penelitian menujukkan peningktan kemampuan , kognitif, psikomotor serta perkembangan rasa percaya bayi lebih tinggi secara bermakna pada ibu yang mendapatkan terapi kelompok terpeutik dibandingkan yang tidak mendapatkan terapi kelompok terapeutik. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 102 Piaget ( dalam Sadock, 2010) Kebutuhan emosi/ kasih sayang, kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat ( bonding) dan kepercayaan dasar ( basic trust). Ikatan batin yang erat, mesra dan selaras yang diciptakan lebih awal dan lebih permanen sangat penting, karena turut menentukan perilaku bayi kemudian hari, menstimulasi perkembagan otak bayi, merangsang perhatian bayi terhadap dunia luar, menciptakan kelekatan ( attachment) antara ibu dan bayi, serta meningkatkan rasa kepercayaan dari bayi. Pemberi ASI dapat meningkatkan ikatan batin bayi dan ibu sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada bayi. e. Aspek Kepribadian Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek emosi mengalami peningkatan dari 8 orang (39) menjadi 17 (85) meningkat 47%. Kepribadian adalah ciri atau karakteristik seseorang yang bersumber dari benturan-benturan yang diterima dari lingkungan misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan juga seseorang sejak lahir (Sjarkawi, 2006). Perkembangan kepribadian dan keterampilan kognitif berkembang dengan cara yang sama dengan pertumbuhan biologis-pencapaian baru terbentuk pada keterampilan yang dikuasai sebelumnya (Wong, et al, 2011). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pengetahuan, psikomotor dan perkembangan industry meningkat secara bermakna setelah di berikan terapi terapeutik pada kelompok anak, orang tua dsn guru dibandingkan pada kelompok anak sekolah , orang tua, guru ( Sunarto, Keliat & Pujasari 2011). Masa bayi sering disebut masa “ periode kritis” dalam perkembangan kepribadian karena pada saat ini diletakkan dasar, dimana srtuktur kepribadian akan di bangun. Kondisi yang menjunjung peristensi kepribadian adalah bawaan, pendidikan nilai-nilai orang tua, memainkan peran, lingkungan sosial, seleksi dalam lingkungan sosial. Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian kelelahan, malnutrisi, kondisi fisik yang menggangu, penyakit menahun, kelenjar endokrin. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 103 Susunan total sifat kepribadian dikenal dengan self system yang berkembang dalam berbagai stadium dan tumbuh melebihi pengalaman interpersonal, ketimbang suasana terbuka (Sadock, 2010). Selama masa bayi kecemasan terjadi untuk waktu yang pertama kalinya jika kebutuhan primer tidak terpuaskan. Assumsi penulis untuk dapat berkembangnya kepribadian seseorang harus dimulai sejak awal masa bayi karena akan berdampak terhadap dirinya dan orang lain. f. Aspek Moral Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, sebelum diberikan terapi kelompok terapeutik setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik 8 orang (40%) pada aspek moral mengalami peningkatan dari 19 orang (40%) menjadi 19 (95%) meningkat 55 %. Perkembangan moral melibatkan pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi dasar keputasan mengenai “ benar dan salah “ atau “ baik dan buruk”. Nilai-nilai yang mendasari asumsi-asumsi tentang standar yang mengatur keputusan moral ( Potter & Perry, 2005). Pada saat lahir, tidak ada bayi yang memiliki nurani atau skala nilai. Akibatnya tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang bayipun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri, maka perlu ditumbuhkan disiplin pada masa ini untuk mengajarkan kepada bayi, apa yang menurut dia dianggap kelompok sosial sebagai benar dan salah, sehubungan pada masa ini timbul rasa benar dan salah adalah apa yang terasa baik atua buruk. kelompok terapeutik. (Walter , 2010). Penelitian yang sama Istiana & Nuraini ( 2011) Hasil penelitian menujukkan peningkatan kemampuan pengetahuan, psikomotor , dan perkembangan indutri anak usia sekolah secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik. Restiana, Keliat, Gayatri & Helena ( 2010) Hasil penelitian menujukkan peningkatan kemampuan , kognitif, psikomotor serta perkembangan rasa percaya bayi lebih tinggi secara bermakna pada ibu yang mendapatkan terapi kelompok terpeutik dibandingkan yang tidak mendapatkan terapi kelompok terapeutik. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 104 Perilaku moral merupakan perilaku manusia yang sesuai dengan harapan, aturan, kebiasaan suatu kelompok masyarakat tertentu, sebagaimana di temukan oleh Hurlock ( 1991) dalam mendefinisikan perilaku moral sebagai perilaku yang sesuai demngan moral kelompok sosial. Asuumsi penulis pada masa bayi, anak belum mengenal perilaku moral atau perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan kebiasaan orang-orang di sekitarnya, semakin bertambah hari, bertambah pula usianya, bertambah pula pengetahuan terhadap lingkungan sekitarnya. Stimulasi perkembangan yang harus di berikan saat usia dini bertujuan untuk membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intektual, emosional, moral dan agama secara optimal pada anak dalam lingkungan pendidikan yang kondusif dan demokratis. Pada usia dini diupayakan untuk menanamkan kebiasaan baik dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari . g. Aspek Spiritual Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek spiritual mengalami peningkatan dari 6 orang (29%) menjadi 16 (78%) meningkat 29%. Berdasarkan hasil wawancara dari ibu-ibu yang mempunyai anak usia bayi bahwa ibu tidak mengetahui bahwa spiritual bisa di stimulasi pada usia dini, mereka berprespsi bahwa yang penting anak anteng ( diam) tidak nangis, faktor fasilitas untuk spiritual banyak yang mendukung (ada musholah dan mesjid) . Tahap perkembang spiritual pada masa bayi adalah tahap undifferentiated yaitu periode masa bayi tidak memiliki konsep benar atau salah, tidak memiliki keyakinan yang membimbing perilaku mereka. Mesti demikian, awal keimanan terbentuk dari pengembangan rasa percaya dasar melalui hubungannya dengan pemberi asuhan primer. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pengetahuan, psikomotor dan perkembangan industry meningkat secara bermakna setelah di berikan terapi terapeutik pada kelompok anak, orang tua dan guru dibandingkan pada kelompok Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 105 anak sekolah , orang tua, guru ( Sunarto, Keliat & Pujasari, 2011) . Restiana, Keliat, Gayatri & Helena ( 2010) Hasil penelitian menujukkan peningktan kemampuan , kognitif, psikomotor serta perkembangan rasa percaya bayi lebih tinggi secara bermakna pada ibu yang mendapatkan terapi kelompok terpeutik dibandingkan yang tidak mendapatkan terapi kelompok terapeutik. h. Aspek Psikososial Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek psikososial mengalami peningkatan dari 6 orang (29%) menjadi 16 (78%) meningkat 49%. Perkembangan psikosial berhubungan dengan perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras, antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjalin tumbuh berkembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Berperanya dan kehadiran ibu/pengantinya sedini dan selanggeng mungkin atau menjamin rasa aman bagi bayinya untuk mewujudkan dengan kontak fisik(kulit) dan psikis sedini mungkin, menyusui secepatnya setelah lahir, kekurangan kasih sayang pada tahun pertama kehidupannya mempunyai dampak yang negatif ( Soetiningsih, 2012). Terjalinnya hubungan kasih sayang akan meningkatkan rasa percaya diri. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor ibu serta perkembangan industry meningkat secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik. (Walter , Keliat, Hastono & Susanti, 2010). Penelitian yang sama Istiana, Keliat & Nuraini ( 2011) Hasil penelitian menujukkan bermakna peningkatan kemampuan pengetahuan, psikomotor , dan perkembangan indutri anak usia sekolah secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik. Restiana, Keliat, Gayatri & Helena, ( 2010) Hasil penelitian menujukkan peningktan kemampuan , kognitif, psikomotor serta perkembangan rasa percaya bayi lebih tinggi Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 106 secara bermakna pada ibu yang mendapatkan terapi kelompok terpeutik dibandingkan yang tidak mendapatkan terapi kelompok terapeutik Seorang bayi pada bulan-bulan pertama setelah lahiran menjadi menyesuaikan diri dengan interaksi sosial dan interpersonal perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses perkembangan yang ditandai dengan pemupukan rasa percaya. Pada orang lain dan diawali dengan kepercayaan terhadap orang tua khususnya ibu. Rasa aman dan nyaman secara fisik dan psikologis berperan penting dalam pembentukan rasa percaya (Keliat, 2010) stimulasi merupakan cara untuk bisa anak bayi menjadi lebih percaya,. 4.3. Perubahan Kemampuan dalam Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. Tindakan keperawatan terapi spesialis terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga di RW 03 dan RW 11 kelurahan Tanah Baru Bogor Utara dalam pelaksanannya melibatkan bayi, keluarga dan kader. Hasil akhir dari tindakan terapi kelompok terapeutik terjadi perubahan kemampuan pada : 4.3.1 Bayi Kemampuan bayi setelah diberikan terapi kelompok terapeutik mengalami peningkatan sebanyak 7% dari (93 – 100). Kemampuan yang dimiliki anak usia bayi untuk pencapaian pembentukan fase rasa percaya diri. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak . Bayi yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan lebih cepat dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan yang berkembang mendapatkan stimulasi. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak , berbagai macam stimulasi seperti visual, verbal, auditif, taxtil diri dan lain-lain dapat mengoptimalkan perkembangan anak ( Soetjiningsih, 2012). Stimulasi yang terarah dan terprogram untuk meningkatkan perkembangan anak, salah satunya adalah bentuk terapi kelompok, sehingga dalam pelaksaannya melibatkan orang banyak dan menjadi komitmen bersama dan bersyifat terapi atau pengobatan. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 107 Terapi kelompok terapeutik adalah merupakan salah jenis terapi dari terapi kelompok memberikan kesempatan kepada orang lain, untuk menemukan cara dalam menyelesaikan masalah dan mengatasi masalah dengan mengajarkan secara efektif dan efesien, sehingga dapat meningkatkan kemampuannya (Townsend, 2009). Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang akan meningkatkan pada kemmapuan anak, terutama masa bayi karena dalam masa percaya ini masa bayi adalah masa yang sangat kritis, karena disini masalah rasa kepeercyaan atau sering disebut dengan Trust, Erikson sering mengatakan bahwa masa ini di disebut dengan masa Growth and Krisis of the Healtht Personality” yang menunjukkan rasa percaya yang didapatkan dalam tahun pertama. Kepercayaan adalah harapan bahwa kebutuhan seseorang akan diperhatikan dan dunia atau pengasuhnya dapat dipercaya, timbulnya rasa kepercayaan sehingga bisa menimbulkan harapan yang positif dimasa yang akan mendatang terhadap dunia sensorik berperan juga dalam perkembangan karena usia bayi mengikuti indra bayi melalui penglihatan, pengecapan, pendengaran melalui interaksi, perabaan. Latihan atau terapi kelompok terapeutik inilah yang bisa mengembangkan ke rasa percayaan tersebut, latihan berulang kali, orang tua dilibatkan dalam prosesnya, dan bertemu dengan kelompoknya dengan menggunakan tempat dan fasilitas yang ada sehingga dimasyarakat yaitu Posyandu , sehingga akan lebih mudah dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya . Kemampuan dalam menstimulasi perkembangan pada bayi memperlihatkan ada perubahan dalam kemampuan bayi kemampuan dasar yang dirangsang dengan stimulasi adalah kemampuan ,motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, spiritual dan psikososial 4.3.2 Kemampuan ibu Kemampuan ibu dalam melakukan terapi kelompok terpeutik pada anak usia bayi dari hasil mengalami peningkatan sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan mengalami peningkatan 53,7 %, Ibu merupakan peran utama Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 108 dalam merawat anggota keluarganya (anaknya) diantaranya memahami perkembangan yang normal dan perilaku yang menyimpang. Untuk dapat melakukan tersebut ibu perlu diberikannya pendidikan kesehatan dalam bentuk promosi kesehatan, upaya yang lain adalah dengan psikoedukasi keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasustion Hastono, ( 2005 dalam Trihardi , Keliat & 2009) bahwa ada hubungan antara pendidikan kesehatan keluarga dengan pengetahuan keluarga tentang kesehatan. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan perkembangan yang normal dan perilaku yang menyimpang. Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak sangat diperlukan terutama pada saat dibawah usia lima tahun (Suherman, 2000). Orang tua salah satunya adalah ibu berperan sebagai pendidik merupakan tokoh sentral dalam perkembangan anak. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga sehingga ibu perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti dan terampil dalam melaksanakan perkembangan anak sehingga dapat berisikap positif dalam membimbing atau menstimulasi perkembangan anak yang secara baik dan sesuai dengan tahap perkembangannya. Cara menstimulasi rasa percaya diri, selain pendidikan kesehatan dan psikoedukasi keluarga upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan stimulasi yaitu dengan terapi kelompok terapeutik, dengan tujuan agar dapat saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan yang lainnya, untuk menemukan cara menyesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang dihadapi dengan mengajarkan cara efektif untuk mengendalikan stress ( Townsend, 2000). Terapi kelompok terapeutik membantu anggota keluarga dan meningkatkan kualitas antara anggota keluarga kelompok untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya ( Keliat & Akemat, 2004). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa keluarga yang sudah diberikan stimulasi perkembangan anak usia sekolah dengan tindakan keperawatan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga, kemampuan ibu mengalami peningkatan dalam hal mengenal pertumbuhan dan pekembangan anak, membantu anak untuk bersosialisasi dengan yang lain, menstimulasi dalam perkembangan ( delapan aspek kemampuan), memotivasi klien untuk mengambil keputusan, Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 109 memodifikasi lingkungan ( bukan berarti bahwa melakukan terapi kelompok terapeutik harus menggunakan alat yang mahal tetapi bisa dimodifikasi dengan alat yang memang ada di wilayah tersebut dan mudah didapatkan, contohnya mencari sumber bunyi gunakan piring dengan sendok sehingga bunyi tersebut akan menstimulasi pada anak bayi), memanfaatkan sumber informasi disekitar anak untuk memberikan role model dan menggunakan pelayanan kesehatan. 4.3.3 Kemampuan Kader Bayi sehat berada di masyarakat atau komunitas, dalam pelaksanaan untuk meningkatkan perkembangan usia bayinya tidak mungin dapat berjalan sendiri tetapi perlu adanya kerjasama antara masyarakat dengan tenaga kesehatan dalam hal ini adalah Puskesmas, dalam pelaksanannya petugas Puskesmas belum optimal untuk dapat mengerjakan sendiri, sehingga diperlukan yang berada dimasyarakat dalam membantu program tersebut, untuk dapat terlaksananya program tersebut sehingga adanya kader, pengembangan dalam jiwa komunitas terbentuklah kader kesehatan jiwa. Kader kesehatan jiwa dipilih oleh masyarakat, dalam upaya peningkatan kesehatan anak usia bayi maka kader dilatih untuk menggerakan keluarga dalam penyuluhan kesehatan, mengikuti penyuluhan kesehatan dan melakulan kunjungan rumuh. Pada kesempatan ini kader kesehatan jiwa setelah diberikan pelatihan dan mengikuti proses terapi kelompok terapeutik hasil akhir bahwa kader kesehatan jiwa di RW 03 dan RW 11 mengalami peningkatan dalam hal deteksi dini, menggerakkan keluarga sehat untuk ikut penyuluhan dan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi, melakukan kunjungan rumah serta mendokumentasikan kegiatan terapi kelompok terapeutik. Untuk menilainya peningkatan kunjungan rumah dan dokumentasi kegiatan terapi kelompok terapeutik seharusnya mengacu pada format yang sudah di sepekati di CMHN, karena hal ini belum ada, sehingga penulis membuat sendiri. Upaya yang sudah di lakukan diharapkan dapat dikembangkan dan di evaluasi oleh Puseksmas. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 110 Berbagai dukungan bisa didapatkan anak usia bayi dari lingkungan keluarga ( orang tua, saudara) dan lingkungan sekitar tempat tinggal. Jika lingkungan sekitar anak usia bayi, keluarga mengetahui tentang perubahan-perubahan anak usia bayi akan lebih mudah untuk memahami masalah-masalah yang terjadi pada anaknya. Pengetahuan perlu dipahami oleh lingkungan adalah bagaimana cara menstimulasi tumbuh kembang anak usia bayi, bagai mana cara memotivasi orang tua anak usia bayi dan menumbuhkan rasa percaya diri. Fase anak usia bayi adalah masa percaya diri dimana keluarga menjadi model peran bagi anak usia bayi, sehingga dapat memfasilitasi kebutuhan anak usia bayi dan mampu melakukan stimulasi perkembangan anak usia bayi dirumah. Dukungan lainnya yang dapat diberikan pada anak usia bayi dalam membentuk perkembangan rasa percaya adalah material asset yang dapat mendukung kegiatan-kegiatan anak usia bayi dalam mengembangkan rasa percaya, yaitu tempat untuk terlaksananya kegiatan terapi kelompok terapeutik, tetapi hal ini bukan menjadi kendala, karena ada fasilitas yaitu di posyandu atau di Paud yang ada diwilayah tersebut dan digunakan dalam pelaksanakan terapi kelompok terapeutik, . dukungan terhadap anak usia bayi juga berasal dari pelayanan kesehatan yang didapatkan dalam bentuk asuransi kesehatan, pelayanan kesehatan terdekat di lingkungannya seperti puskesmas, klinik pengobatan, bidan. Presepsi yang baik terhadap pelayanan kesehatan dan selalu menggunakan pelayanan kesehatan jika anak usia bayi mengalami masalah pada dirinya akibat perubahan-perubahan fisik anak usia bayi akan membatu membentuk perkembangan dirinya. Jika anak usia bayi terbiasa menggunakan pelayanan kesehatan dan percaya pada tenaga kesehatan, maka anak usia bayi akan memperoleh informasi yang benar tentang perubahan-perubahan tubuhnya, sehingga anak usia bayi dapat mengatasi masalahnya dengan tepat dan benar. Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini menjelaskan simpulan dari penyusunan karya ilmiah akhir serta saran bagi pihak terkait yang berhubungan dengan praktik klinik keperawatan jiwa di komunitas . 5.1Simpulan Karya ilmiah akhir ini memberikan gambaran tentang tindakan keperawatan spesialis terapi kelompok terpeutik dan psikoedukasi keluarga pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara. Simpulan dari kegiatan yang sudah dilakukan sebagai berikut : 5.1.1 Karekteristik anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, yang mengikuti kegiatan terapi kelompok terapeutik dengan jumlah 20 bayi rata-rata usia 4-6 bulan , didominasi oleh anak perempuan , dengan jumlah saudara tidak ada ( anak pertama). Karekteristik ibu dengan rata-rata usia ibu usia produktif (18- 24 tahun), dengan tingkat pendidikan rata-rata SD, dan penghasilan mayoritas menengah kebawah. 5.1.2 Faktor predisposisi ditemukan pada ibu : pada aspek biologis saat hamil tidak mempunyai penyakit keturunan, riwayat kesehatan ibu hamil baik, rutin dalam pemeriksan kehamilan, saat melahirkan lahir dengan normal, BB normal, tidak ada trouma dalam jalan lahir, pada aspek psikologis yaitu ibu mempunyai kepribadian terbuka, kehamilan yang diharapkan, saat hamil kadang-kadang jarang memberikan stimulasi untuk janinnya, saat melahirkan bayi langsung di lakukan bounding attchmen dan langsung diberi ASI selama 6 bulan, pada aspek sosialkultural kehamilan yang pertama, rata-rata pendidikan SD, tidak bekerja, penghasilan menengah ke bawah, dalam rumah tangga selalu ada komunikasi dengan suami . 5.1.3 Faktor presipitasi pada aspek bilogis berat badan bayi normal, nutrisi diberikan sesuai usia bayi, immunisasi lengkap, pada aspek psikologis bayi langsung menangis jika pertemu dengan orang lain, menolak saat akan digendong dengan orang lain, menangis bila basah, lapar, haus, sakit dan gerah, senag ketika 111 Universitas Indonesia Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 112 ibu datang menghampiri, menangis ketika ditinggal oleh ibunya dan memandang saat diajak bicara, aspek sosialkultural mengajak anak untuk bergaul dan mengenal dilingkungan setempat. 5.1.3 Tanda dan gejala dari delapan aspek perkembangan anak usia bayi rata-rata mengalami peningaktan setealah diberikan terapi kelompok terapeutik yaitu aspek motorik mengalami peningkatan 11,5% , aspek koginitif mengalami peningkatan menjadi 3%, aspek bahasa mengalami peningkatan menjadi 6% , aspek emosi mengalami peningkatan 20% , aspek kepribadian mengalami peningkatan 47%, aspek moral mengalami peningkatan 55%, mengalami peningkatan 29% aspek spiritual dan aspek psikososial mengalami peningkatan peningkatan 49%. 5.1.4 Kemampuan yang dimiliki oleh bayi mengalami pendidikan 10%, kemampuan keluarga mengalami peningkatan 55%, dan kemampuan kader mengamai peningkatan 30%. Kesimpulan setelah dilakukan tindakan terapi kelompok terapeutik dari masing-masing kemampuan bayi, ibu dan kader mengalami peningkatan. 5.2 Saran Hasil pelaksanaan tindakan keperawatan terapi kelompok terapeutik terhadap perkebangan anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Keluarahan Tanah Baru, sehingga penulis menyarankan untuk : Bayi Aspek perkembangan rasa percaya meliputi : motorik, kognitif, bahasa, kepribadian dan psikososial tetap dipertahankan atau harus dipantau oleh tenaga kesehatan dan kader kesehatan jiwa agar tetap menjadi sehat dan berkembang, sedangkan untuk aspek perkembangan spiritual dan kepribadian masih belum optimal. Hal ini supaya dapat dilanjutkan oleh perawat CMHN yang ada di Puskesmas Bogor Utara sehingga menjadi lebih meningkat promosi kesehatan baik promotif dan prventif dalam aspek permbangan anak usia bayi dengan rasa percaya Kemampuan bayi rasa percaya 20 bayi sudah mampu mencerminkan rasa percaya, orang tua (Ibu), kader kesehatnjiwa dan perawat CMHN tetap harus berjalan atau dilanjutkan keshingga bayi secara dua puluh dalam aspek rasa percaya dapat tercapai. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 113 Ibu Ibu di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Bogor utara, sudah mampu melakukan stimulasi perkembangan anak usia bayi, hal ini perlu adanya pemantau dari pihak puskesmas sehingga ibu dapat melaksanakan stimulasi perkelanjutan. Kader Kesehatan Jiwa Kader kesehatan jiwa di RW 03 dan 11 terlihat cukup aktif dalam melakukan terapi kelompok terapeutik, deteksi dini, pengerakan penyuluhan, kunjungan rumah dan dokumentasi dalam melakukan tindakan secara kelaompoak perlu dievaluasi yang sudah dilakukan dan diberikan kesempatan kemablai untuk melakukan terapi keelompok yang kainnya.. Tenaga Kesehatan 1. Upaya dalam meningkatkan perkembangan anak usia bayi dengan melakukan stimulasi perkembangan perawatan CMHN dapat bekerjasama dengan lintas program yaitu bagian gizi, sehingga dalam pelaksanaanya akan terpantau dalam segi pertumbuhan dan perkembangan anak usia bayi. 2. Kegiatan yang sudah dilakukan dalam pengembangan CMHN di Bogor Utara harus dijadikan sebagai Family Folder dan dapat ditindak lanjuti untuk melihat perkembangan per tingkat usia. 3. Penerapan pelayanan keperawatan yang bersifat spesialistik melalui program perencanaan pengembangan tenaga perawat spesialis jiwa untuk komunitas. 4. Perlu diperhatikan reward terhadap kader kesehatan jiwa , seperti kader posyandu sehingga merasa dihargai dan aktualisasi meningkat. Riset Keperawatan 1. Tindaklanjut untuk pengembangan dalam penelitian, perlu diteliti untuk menilai efektitas terapi kelompok terapeutik terutama untuk menilai tingkat perkembangan dari segi aspek motorik, koginitif, bahasa , moral, kepribadian, emosi, spiritual dan psikososial pada anak usia bayi. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2006) Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar Jakarta : Dep Kes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008).Riset Kesehatan Dasar 2007. http://www.litbang.depkes.go.id/Laporan RKD/IndonesiaNasional.pdf, diperoleh tanggal 27 Mei 21012 Dinas Kesehatan Kota Bogor. (2010).Profil Puskesmas Bogor Timur. Bogor Einon Dorothy, (2004), Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun, Jakarta : Penerbit Erlangga. Faber,A & Mazlish,E.(2009). Berbicara agar anak mau mendengar dan mendengar anak agar mau bicara. Edisi 2. Jakarta : IKAPI. Fortinash, K.M. & Holoday, P.A. (2004). Psychiatric mental health nursing. Third edition, St. Louis Missouri: Mosby – Year Book Inc. Friedman, Marilyn M (2010) Buku Ajar keperawatan keluarga : riset, teori dan praktik ; alih bahasa Achiryani S.Hamid et all. Jakarta : EGC Friedman. (2003) Family of Nursing : Theory and practice. Cnecticut: Appleton & Lange. Gillies, D.A.(1994). Nursing Management : A System Approach. (3rd Edition) Philadelphia : W.B. Saunders Company. . Gunarsa. (2008). Psikologi praktis : Anak, remaja dan keluarga. Edisi 8. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia. Gowi A, (2011) Efektifitas Terapi Kelompok Terapeutik dan Psikoedukasi Keluarga pada Anak Usia Sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranagsiang, Bogor Timur. Tidak di publikasikan. Hartono,A.(2009). Emotional quality parenting cara praktis menjadi orang tua pelatih emosi.edisi 1. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Hasan Maimunah, (2001), Membangun Kreativitas Anak Secara Islami, Yogyakarta : PT Bintang Cemerlang. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Hawadi, Akbar Reni, (2001), Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hidayat,A.A.(2005).Pengantar Medika.Jakarta Ilmu Keperawatan Anak 1.Salemba Hurlock, E.(2008). Perkembangan anak jilid 1. Edisi 6. Jakarta : Erlangga. Hitchcock, J.E., Schubert,PE.,and Thomas, S.A.(1999).Community Health Nursing : Caring in action. USA: Delmar Publishers. Ibung D,S.(2008). Panduan praktis bagi orang tua dalam memahami dan mendampingi anak usia 6-12 tahun. Edisi 1. Jakarta:Flex Media Komapatindo. Istiana (2011) Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah pada Anak Orang Tua dan Anak- Guru Terhadap Perkembangan Mental Anak Usia Sekolah di Kota Depok. Tidak di Publikasikan Kaplan, H.L., & Saddock, B. J. (1996). Comprensive text book of psychiatry Vol. 1. 6th ed. Baltimore : Williams & Wilkins. Keliat dan Akemat (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta: EGC. Keliat.B.A, Panjaitan.R.U, Riasmini,M. (2010).Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa Siaga (Intermediate Course).Jakarta:EGC Keliat.B.A, Helena.N, Farida.P. (2011) Manajemen keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa (Intermediate Course). Jakarta:EGC Mahfuzh,J.M.(2009). Psikologi Kautsar.Jakarta Anak dan Remaja Muslim.Pustaka Al- Mubayidh Makmun.(2007). Kecerdasan dan kesehatan emosional anak. Edisi 2. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar. Notoatmojo,S.(2003).Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta Notoatmojo, S.(2012) Promosi Kesehatan , Jakarta: Rineka Cipta Restiana (2010) Pengaruh terapi kelompok terapeutik pada anak usia Bayi di Kelurahan Tasikmalaya Jawa Barat Bogor tahun 2010. Tidak di publikasikan. Nurdin ( 2011) Tumbuh Kembanga Perilaku Manusia, Jakarta CGC Nurjanah.(2008). Mengembangkan kecerdasan emosi pada anak. Gifted Review jurnal keberbakatan dan kreatifitas, 02(01), 13-19. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Olivia,F. (2002). Mendampingi anak belajar. Bebaskan anak dari stress dan depresi belajar. Jakarta : Media Komputindo. Green, .(1991). Health Promotion in Nursing Practice. Edisi 3. Appleton & Lange : Michigan. Potter, P.A. & Perry,A.G. (2005). Fundamental of nursing : concept, process, and practice, Philadelphia : Mosby Years Book Inc. Ramadhani,S.(2008). The art of positive communicating, mengasah potensi dan kepribadian positif pada anak melalui komunikasi positif. Edisi 1. Yogyakarta: Book Marks. Soetjiningsih, (2012), Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : Penerbit EGC. Santrock, J.W. (2007). Adolescence chapter 1. 11th Ed. Dalas : McGraw-Hill Companies Inc. Santrock, J.W. (2007). Adolescence chapter 2. 11th Ed. Dalas : McGraw-Hill Companies Inc. Stuart,G.W & Laraia, M.T (2005). Principles and Practice of psychiatric nursing. (8th edition). St Louis: Mosby Stuart,G.W (2009). Principles and Practice of psychiatric nursing. St Louis: Mosby Sunarto ( 2011). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak Sekolah pada Anak, Orangtua, Guru, terhadap Perkembangan Mental Anak di Kelurahan Pancoranmas dan Depok Jaya. Tidak di Publikasikan Townsend&Mary (2009). Psychiatric Mental Health Nursing. (6th Ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company Tomay & Alligood (2006) Nursing Theory : utilization & application. St.Louis Missouri : Mosby Inc. Turkington, D & Kingdon, G.(2002). The case study guide to cognitive behaviour therapy of psychosis , England : john wiley & sons, ltd Walter (2010) Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Terhadap Perkembangan Industri Anak Usia Sekolah di Panti Sosial Asuhan Anak Kota Bandung. Tidak di Publikasikan Wong, D.L, et all (2009) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta . Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Willis,L & Daisley,J.(1995). The assertiveness trainer,A practical handbook on assertiveness for trainer and running assertiveness course. 3th edition. USA : Mc.Grow Hill Book Comapany. WHO (2003) Adolescence Mental Health Promotion. New Delhi : South East Asia Regional Office of the World Health Organization Yosep,I. (2007). Keperawatan jiwa. Cetakan pertama. Bandung: PT Refika Aditama. Yusuf, S (2009) Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia