Teliti Kanker Kolorektal, Ajoedi Raih Doktor

advertisement
Teliti Kanker Kolorektal, Ajoedi Raih Doktor
Senin, 31 Agustus 2015 WIB, Oleh: Ika
Kanker kolon dan rektum merupakan salah satu kanker yang banyak dijumpai di berbagai belahan
dunia. Bahkan penyakit kanker kolorektal jenis spoiradik ini menduduki urutan kedua setelah kanker
paru pada pria dan kanker payudara pada wanita di negara barat.
“Kanker kolorektal menduduki urutan keenam dari seluruh keganasan kanker di RS Kanker
Dharmais,,” kata dr. Ajoedi, Sp.B., KBD., dokter Rumah Sakit Kanker Dharmais, Senin (31/8) saat
ujian terbuka program doktor di Fakultas Kedokteran UGM.
Mempertahankan disertasi berjudul “Kanker Kolorektal Stadium II dan II di RS Kanker Dharmais
yang Mendapatkan Kemoterapi Adjuvan”, Ajoedi menuturkan pengobatan pada pasien kanker
kolorektal stadium II dan III umumnya dilakukan dengan pemberian kemoradiasi adjuvan pasca
reseksi tumor. Namun begitu, penentuan pemberian kemoterapi adjuvam setelah reseksi kuratif
tumor kolorektal stadium II tidaklah mudah. Selain itu pemberian secara rutin tidak dianjurkan. Hal
ini dikarenakan angka ketahanan hidup lima tahun pada stadium ini hanya dengan terapi reseksi
telah mencapai angka 70 persen. Sebaliknya, pada kanker kolorektal stadium II yang berisiko tingi,
kemoterapi adjuvan dianjurkan untuk diberikan setelah reseksi tumor.
“Banyak faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup penderita kanker kolorektal antara lain gen
p53, K-ras, kandungan DNA, serta SPF,” jelas Ketua Komite Etik RS Dharmais ini.
Penelitian yang dilakukan Ajoedi pada 42 pasein kanker kolorektal stadium II dan III di RS Kanker
Dharmais ditemukan adanya mutasi gen p53 pada kodon 247 exon 6. Namun demikian tidak
ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara gen K-ras dengan gen p53 dengan kandungan
DNA dan besarnya SPF.
Temuan lain menunjukkan angka ketahanan hidup penderita kanker kolorektal stadium II dan III
yang memperoleh kemoterapi adjuvan pasca reseksi kuratif lebih tinggi pada penderita dengan
kandungan DNA aneuploid dan SPF yang tidak normal dibanding penderita dengan kandungan DNA
diploid dan SPF normal. Selain itu, penderita yang mendapatkan keomterapi adjuvan pasca reseksi
kuratif dengan mutasi gen p 53 memiliki angka ketahanan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan
tanpa mutasi gen p53.
“Sementara penderita kanker kolorektal yang mendapat kemoterapi adjuvan pasca reseksi kuratif
dengan mutasi gen K-ras mempunyai angka ketahanan hidup lebih rendah dibanding dengan tanpa
mutasi den K-ras,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)
Berita Terkait
●
●
●
●
●
Raih Doktor Usai Teliti Ekstrak Rimpang Sebagai Agen Kemoprevensi Kanker Kulit
Teliti Kadar Cd Darah dalam Prostat, Nendyah Raih Doktor
Kandungan Nitrat Tinggi Air Sumur Berpotensi Menyebabkan Kanker Kolorektal
Raih Doktor Usai Meneliti Sel Punca Kanker Payudara
Overekspresi mRNA SDF1 Berpengaruh Terhadap Kejadian Metastasis Kanker Payudara
Download