33 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian a. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016 di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Data hasil penelitian didapatkan responden sebanyak 100 responden. Hasil penelitian ini menguraikan hubungan hubungan antara umur, paritas, pekerjaan, usia Kehamilan, riwayat KPD dengan kejadian KPD. 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Karakteristik responden di RSUD dr Iskak Tulungagung Variabel Jumlah (n=100) Umur <20, >35 tahun(risiko 50 tinggi) 20-35 tahun (risiko 50 rendah) Paritas Primipara 46 multipara 54 Pekerjaan Tidak bekerja 56 Bekerja 44 Usia Kehamilan Preterm dan posterm 24 Aterm 76 Riwayat KPD Tidak KPD 59 KPD 41 Sumber : Data Primer (2016) Persentase (%) 50 50 46 54 56 44 24 76 59 41 Berdasarkan tabel 4.1 terlihat jumlah responden sebanyak 100, jumlah responden berdasarkan usia yaitu antara usia <20, >35 tahun dan 20-35 tahun 33 34 adalah sama. Sebagian besar responden memiliki paritas multipara, responden tidak bekerja, usia kehamilan aterm dan tidak memiliki riwayat KPD. b. Hasil Penelitian Analitik 1. Analisis Bivariat 1) Hubungan Umur dengan kejadian KPD Tabel 4.2Hubungan umur dengan kejadian KPD Variabel <20th, >35th KPD n % 18 51 Tidak KPD Total n % 32 49 50 20-35th 17 49 33 jumlah 35 100 65 Sumber : Data Primer (2016) 51 100 OR CI95% p 1.09 (0.482.48) 0.834 50 100 Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan kejadian KPD pada usia 20-35 tahun 0,94 dari usia <20 dan >25 tahun. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian KPD dengan nilai p =0,834, tetapi tidak siginifikasi secara statistik. Usia <20, >35 tahun dan usia 20-35 tahun memiliki risiko mengalami kejadian KPD 1,09 kali (CI95% : 0.48-2.48). 2) Hubungan Paritas dengan kejadian KPD Tabel 4.3 Hubungan Paritas dengan kejadian KPD Variabel Primipara KPD n 14 % 40 Multipara 21 60 jumlah 35 100 Sumber : Data Primer (2016) Tidak KPD n % 32 49 33 65 51 100 Total OR CI95% p 46 1.46 (0.633.35) 0.377 54 100 35 Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan kejadian KPD pada primipara 2/3 (0,67) dari multipara. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.377. Primipara memiliki risiko mengalami kejadian KPD 1,46 kali, tetapi tidak signifikasi secara statistik (CI95% : 0.63-3.35). 3) Hubungan Pekerjaan dengan kejadian KPD Tabel 4.4 Hubungan pekerjaan dengan kejadian KPD Variabel Tidak bekerja KPD n 25 % 71 Tidak KPD n % 31 48 Bekerja 10 29 34 jumlah 35 100 65 Sumber : Data Primer (2016) 52 100 Total OR CI95% p 56 2.74 (1.146.61) 0.023 44 100 Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan kejadian KPD pada ibu yang bekerja ½ dari ibu yang tidak bekerja. Analisis Statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian KPD dengan nilai p =0,023. Ibu yang bekerja memiliki risiko mengalami kejadian KPD 2.74 kali (CI95% : 1.14-6.61). 4) Hubungan Usia Kehamilan dengan kejadian KPD Tabel 4.5 Hubungan usia kehamilan dengan kejadian KPD Variabel KPD Tidak KPD n % 21 32 n % Preterm dan 3 9 posterm Aterm 32 91 44 jumlah 35 100 65 Sumber : Data Primer (2016) 68 100 Total OR CI95% p 24 5.08 (1.4018.54) 0.008 76 100 36 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan kejadian KPD pada usia kehamilan preterm dan posterm 1/10 dari usia kehamilan aterm. Analisis Statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.008. Ibu yang usia kehamilan Aterm memiliki risiko mengalami kejadian KPD 5.081 kali (CI95% : 1.40-18.54). 5) Hubungan Riwayat KPD dengan kejadian KPD Tabel 4.6 Hubungan riwayat KPD dengan kejadian KPD Variabel Tidak KPD KPD n 21 % 60 Tidak KPD n % 38 58 KPD 14 40 27 jumlah 35 100 65 Sumber : Data Primer (2016) 42 100 Total OR CI95% p 59 1.07 (0.462.46) 0.881 41 100 Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan kejadian KPD pada ibu yang memiliki riwayat KPD 2/3 dari ibu yang tidak memiliki riwayat KPD. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat KPD dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.881. Ibu yang tidak memiliki riwayat KPD memiliki risiko mengalami kejadian KPD 1.07 kali, tetapi tidak signifikasi secara statistik (CI95% : 0.46-2.46). 37 2. Analisis Multivariat Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi logistik. Tabel 4.7 analisis regresi logistik Hubungan antara umur, paritas,pekerjaan, usia kehamilan, riwayat KPD dengan kejadian KPD Variabel Umur (<20th, >35th dan 20-35 th) Multipara Ibu yang bekerja Usia kehamilan aterm Ibu yang memiliki Riwayat KPD N observasi -2 Log likehood Nagelkerke R Square Sumber: Data Primer (2016) OR 1.36 CI95% Batas bawah 0.53 p Batas atas 3.48 0.525 3.29 2.22 4.84 2.62 0.80 0.87 1.23 0.64 13.63 5.65 19.00 10.77 0.100 0.094 0.024 0.181 115 115 18,3% Berdasarakan tabel 4.7 dari lima variabel setelah dilakukan analisis multivariat didapatkan hasil variabel yang berhubungan dengan kejadian KPD pada ibu yaitu usia kehamilan. Ibu dengan usia kehamilan aterm berpeluang mengalami kejadian KPD 4.84 kali (CI95% : 1.23-19.00). 38 BAB V PEMBAHASAN B. Pembahasan a. Hubungan Faktor Umur Dengan Kejadian KPD Hasil analisis bivariat Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan kejadian KPD pada usia 20-35 tahun 0,94 dari usia <20 dan >25 tahun. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.525. Usia <20, >35 tahun dan usia 20-35 tahun memiliki risiko mengalami kejadian KPD 1.36 kali (CI95% : 0.53-3.48). Menurut hasil penelitian Kurniawati (2012) yang membuktikan bahwa umur ibu <20 tahun organ reproduksi belum berfungsi secara optimal yang akan mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi abnormal. Ibu yang hamil pada umur >35 tahun juga merupakan faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah dini karena pada usia ini sudah terjadi penurunan kemampuan organorgan reproduksi untuk menjalankan fungsinya, keadaan ini juga mempengaruhi proses embryogenesis sehingga pembentukan selaput lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya. Hasil penelitian Agu Pu at all (2014) menyatakan bahwa kejadian KPD lebih banyak terjadi pada usia reproduktif yaitu usia 20-35 tahun. Jadi dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa usia mempunyai hubungan terhadap kejadian KPD. Terbukti dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia reproduktif dan usia yang memiliki risiko tinggi sama-sama tidak mempengaruhi kejadian KPD. Pada 38 39 penelitian ini yang mengakibatkan angka kejadian umur <20 dan>35 tahun, 2035 tahun hasilnnya sama dikarenakan pada kelompok umur bisa melakukan akses pelayanan kesehatan secara optimal sehingga kehamilannya bisa dilakukan monitoring secara tepat, disebabkan karena akses pelayanan kesehatan sudah termasuk dalam pembiayaan kesehatan nasional dimana pemeriksaan kehamilan sudah ditanggung dalam program tersebut sehingga semua umur bias mendapat pelayanan kesehatan yang baik. Hamil yang sehat dianjurkan paling muda pada umur 20 tahun karena pada umur 20 tahun alat kandungan sudah cukup matang. Kehamilan juga tidak boleh terjadi setelah usia 35 tahun, kemungkinan membuahkan anak yang tidak sehat. Komplikasi yang dapat terjadi jika usia hamil berisiko antara lain: anemia keguguran, prematuritas, BBLR, pre eklamsia-eklamsia, persalinan operatif, perdarahan pasca persalinan, mudah terjadi infeksi dan ketuban pecah dini. Salah satu kesiapan fisik bagi seorang ibu hamil dan melahirkan bayi yang sehat adalah menyangkut faktor usia pada saat hamil (BKKBN, 2005). Usia ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua mempunyai risiko lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur usia kurang dari 20 tahun dari segi biologis fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang secara sempurna untuk menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril , mental dan emosinal. Pada usia diatas 35 tahun dan sering melahirkan fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran atau degenarasi dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama ketuban pecah dini (Susilowati, 2011). 40 b. Hubungan Faktor Paritas Dengan Kejadian KPD Hasil analisis bivariat Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan kejadian KPD pada primipara 2/3 (0,67) dari multipara. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.100. Multipara memiliki risiko mengalami kejadian KPD 3.29 kali (CI95% : 0.8013.63). Paritas 2-3 merupakan paritas yang dianggap aman ditinjau dari sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai resiko terjadinya ketuban pecah dini lebih tinggi. Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku (kurang elastik) daripada multiparitas. Uterus yang telah melahirkan banyak anak (grandemulti) cenderung bekerja tidak efisien dalam persalinan (Cunningham, 2006). Menurut hasil penelitian Supriyatiningsih (2014) menyatakan bahwa paritas tidak ada hubungannya dengan kejadian KPD, Faktor risiko paritas tidak menjadi faktor risiko utama kejadian ketuban pecah dini di RSKIA Sadewa dan kemungkinan ada faktor penyebab lain yang lebih kuat yang menyebabkan ketuban pecah dini. Pada penelitian ini yang menyebabkan faktor paritas bukan merupakan faktor risiko terjadinya KPD disebabkan karena penelitian ini banyak responden yang termasuk dalam kehamilan multipara. Responden yang termasuk dalam kehamilan multipara yaitu responden hamil yang kedua bukan merupakan kehamilan ketiga atau lebih sehingga uterus bekerja efisien dalam persalinan. Kasus-kasus KPD meningkat pada multipara disebabkan karena serviks yang inkompeten sehingga selaput ketuban bagian bawah langsung menerima tekanan inta uteri yang dominan. Ketuban pecah dini disebabkan karena 41 berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterus atau oleh kedua faktor tersebut. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang terdahulu yaitu paritas bukan merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya KPD. c. Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian KPD Dari hasil analisis yang dilakukan Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan kejadian KPD pada ibu yang bekerja ½ dari ibu yang tidak bekerja. Analisis Statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian p =0.094. Ibu yang bekerja memiliki risiko mengalami kejadian KPD 2.22 kali (CI95% : 0.87-5.65). Menurut penelitian Abdullah (2012) Pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini. Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilannya sebaiknya dihindari untuk mejaga keselamatan ibu maupun janin. Hasil penelitian yang dilakukan Atia et all (2015) didapatkan hasil bahwa wanita yang tidak bekerja lebih rentan terjadi KPD, hal ini disebabkan bahwa ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga memiliki pekerjaan fisik yang lebih berat daripada ibu yang bekerja. Setiap manusia yang hidup harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tidak dapat lepas dari pekerjaan baik pekerjaan ringan maupun berat. Begitu juga dengan ibu yang sedang hamil harus bekerja walaupun 42 pekerjaan itu ringan harus tetap dikerjakan misalnya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Berdasarkan hasil forum diskusi tentang penyebab air ketuban pecah sebelum waktunya dikarenakan kelelahan ibu dalam bekerja (Susilowati, 2011). Pada trimester pertama berlangsung sejak wanita dinyatakan positif hamil sampai 12 minggu, merupakan usia kehamilan yang paling rawan terutama sebelum usia kehamilannya mencapai 8 minggu, sebaiknya tidak terlalu banyak melakukan aktivitas tetapi kondisi setiap ibu hamil memang berbeda-beda ada yang kuat ada juga yang lemah. Kembali lagi pada kondisi masing-masing hanya dikhawatirkan apabila ibu hamil banyak melakukan aktivitas akan kelelahan. Akibat kelelahan biasanya timbul keluhan berupa sakit perut bagian bawah atau kontraksi yang bisa menyebabkan ketuban pecah sebelum waktunya (Susilowati, 2011). Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu dimana pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap kejadian KPD. d. Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian KPD Dari hasil penelitian Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan kejadian KPD pada usia kehamilan preterm dan posterm 1/10 dari usia kehamilan aterm. Analisis Statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.024. Ibu yang usia kehamilan preterm dan posterm memiliki risiko mengalami kejadian KPD 4.84 kali (CI95% : 1.2319.00). 43 Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan. Pada tahap kehamilan lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan mungkin sangat penting karena dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan yang penanganannya bergantung pada usia janin. Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya diperlukan beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan trimester II. Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin serta situasi maternal (Astuti, 2012). Menurut penelitian Udofia et all (2015) menunjukkan bahwa usia kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian KPD dimana usia kehamilan dibawah 34 minggu sangat berisiko terjadi infeksi sehingga dapat mengancam keselamatan ibu dan janin, sedangkan untuk usia kehamilan antara 34-36 minggu kejadian KPD disebebakan stres fisik sehingga menyebabkan membran menurun dan penurunan konsentrasi relatif kolagen sehingga mengakibatkan membran kelemahan dan akan menyebabkan terjadinya KPD. Usia kehamilan diatas 36 minggu akan menyebabkan janin yang dikandung oleh ibunya semakin besar atau terjadi makrosomia sehingga tekanan inta uterine akan semakin besar dan bisa menyebabkan lemahnya membrane pada selaput ketuban sehingga menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. 44 Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang terdahulu dimana usia kehamilan merupakan factor risiko yang sangat berpengaruh terhadap kejadian KPD. e. Hubungan Riwayat KPD dengan kejadian KPD Dari hasil penelitian didapatkan Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan kejadian KPD pada ibu yang memiliki riwayat KPD 2/3 dari ibu yang tidak memiliki riwayat KPD. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat KPD dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.181. Ibu yang memiliki riwayat KPD memiliki risiko mengalami kejadian KPD 2.62 kali, tetapi tidak signifikasi secara statistik (CI95% : 0.64-10.77). Riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya KPD aterm dan KPD preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2006). Hasil penelitian Abdullah (2013) menunjukkan bahwa ibu yang mengalami KPD proporsinya lebih kecil (22,8%) pada ibu yang pernah mengalami KPD sebelumnya dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya (77,2%). 45 Dari hasil penelitian ini sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu dimana riwayat KPD tidak berpengaruh terhadap kejadian KPD, hal ini disebabkan karena responden sebagian besar primipara sehingga riwayat KPD tidak berpengaruh terhadap kejadian KPD. f. Hubungan umur, paritas, pekerjaan, usia kehamilan, riwayat KPD dengan kejadian KPD Hasil analisis multivariat Berdasarakan tabel 4.7 menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian KPD pada ibu yaitu usia kehamilan. Ibu dengan usia kehamilan preterm dan posterm berpeluang mengalami kejadian KPD 4.84 kali (CI95% : 1.23-19.00). Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan. Pada tahap kehamilan lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan mungkin sangat penting karena dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan yang penanganannya bergantung pada usia janin. Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya diperlukan beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan trimester II. Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin serta situasi maternal (Astuti, 2012). 46 Hasil uji secara bersama-sama menunjukkan Negelkerke R Square sebesar 18,3% berarti variabel independen tersebut mempunyai pengaruh 18% dan 82% sisanya merupakan pengaruh lain yang dapat mengakibatkan terjadinya kejadian KPD. Nilai Negelkerke R Square akan semakin baik bila mendekati angka 1. C. KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder sehingga tidak melakukan observasi secara mendalam tentang faktor penyebab terjadinya KPD. Banyak faktor lain yang mempengaruhi kejadian KPD yang tidak diteliti seperti kelainan letak, infeksi, gemelli. 47 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hubungan umur dengan kejadian KPD Umur bukan merupakan faktor risiko kejadian KPD dan secara statistik tidak signifikan dengan nilai OR = 1.36 (CI95% : 0.53-3.48, p= 0.525). 2. Hubungan paritas dengan kejadian KPD Paritas bukan merupakan faktor risiko kejadian KPD dan secara statistik tidak signifikan dengan nilai OR =3.29 (CI95% : 0.80-13.63, p= 0,100). 3. Hubungan pekerjaan dengan kejadian KPD Pekerjaan bukan merupakan faktor risiko kejadian KPD dan secara statistic tidak signifikan dengan nilai OR = 2.22 (CI95% : 0.87 -5.65, p= 0,094). 4. Hubungan usia kehamilan dengan kejadian KPD Usia kehamilan merupakan faktor risiko kejadian KPD dan secara statistik signifikan dengan nilai OR = 4,84 (CI95% : 1.23-19.00, p= 0,024). 5. Hubungan riwayat KPD dengan kejadian KPD Riwayat KPD merupakan faktor risiko sangat lemah terhadap kejadian KPD dan secara statistik tidak signifikan dengan nilai OR = 2.62 (CI95% : 0.64-10.77, p= 0,181). 47 48 B. Implikasi 1. Implikasi teori Teori tentang faktor risiko kejadian KPD dapat digunakan untuk menurunkan angka kejadian KPD. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari kelima variabel yang mempengaruhi kejadian KPD yang terdapat hubungan secara langsung yaitu usia kehamilan. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian hubungan umur,paritas, pekerjaan, usia kehamilan, riwayat KPD dengan kejadian KPD dapat dijadikan dasar bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pemahaman masyarakat tentang faktor risiko kejadian KPD sebagai upaya pencegahan kejadian KPD pada ibu.faktor risiko yang sangat berpengaruh terhadap kejadian KPD yaitu usia kehamilan, sehingga diharapkan pelayanan kesehatan lebih memperhatikan usia kehamilan sehingga bias melakukan pencegahan terhadap kejadian KPD. 3. Implikasi metodologi Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder tanpa melakukan observasi yang mendalam terhadap faktor risiko kejadian sehingga dalam penelitian ini hanya membahas tentang metode statistik. C. Saran 1. Bagi Pelayanan Kesehatan Dari hasil penelitian ini bias menjadikan masukan untuk lebih mensosialisasikan tentang faktor risiko terjadinya KPD terutama faktor risiko usia kehamilan. 49 2. Bagi Peneliti selanjutnya Disarankan peneliti selanjutnya meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya KPD dan mnelakukan observasi yang mendalam tentang faktor risiko kejadian KPD serta bisa menggunakan metode penelitian yang berbeda.