BAB II

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Teori yang Relevan
2.1.1
Kinerja Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Setiap investor pasti menghendaki keuntungan dari dana yang telah
diinvestasikan. Oleh sebab itu, sangat penting bagi investor untuk menentukan
pada perusahaan mana ia akan berinvestasi. Menurut Pandji Anoraga dan
Pijipakarti (2006:60) “Hal-hal yang diperhatikan investor adalah kinerja keungan
perusahaan, perkembangan industri dimana perusahaan berada, kondisi mikro dan
makro ekonomi.”
Menurut Suad Husnan (2005:54) “Sebelum pemodal melakukan investasi
pada
sekuritas,
perlu
dirumuskan
terlebih
dahulu
kebijakan
investasi,
menganalisis laporan keuangan, dan mengevaluasi kinerja keuangan”. Hal ini
perlu dilakukan agar investor memiliki pertimbangan mengenai perusahaan yang
akan ditanam investasi. Dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan,
investor dapat menilai potensi perusahaan di masa yang akan datang.
Menurut Munawir (2000:64) kinerja keuangan adalah :
Prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode
tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Analisa ratio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara jumlah
tertentu dengan jumlah lain.
11
12
Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai oleh
perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan
sumber keuangan yang tersedia.
2.1.1.2 Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan atau analisis
rasio keuangan. Menurut Arief Habib (2008:91) bahwa “Kinerja keuangan diukur
dengan banyak indikator, salah satunya adalah analisis rasio keuangan”. Untuk
melakukan analisis rasio keuangan tersebut diperlukan perhitungan rasio-rasio
keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio keuangan diperoleh
dengan cara menghubungkan dua atau lebih data keuangan.
Berikut adalah rasio keuangan yang biasanya digunakan dalam analisis
laporan keuangan:
1.
Rasio Likuiditas
Yang dimaksud dengan rasio likuiditas adalah kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio ini
membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber jangka pendek
untuk memenuhi kewajiban tersebut. Perusahaan yang mampu memenuhi
kewajiban hutangnya tepat pada waktu jatuh tempo, maka perusahaan
tersebut berada dalam keadaan likuid. Hal ini dapat tercapai apabila
perusahaan tersebut memiliki aktiva lancar yang lebih besar daripada utang
lancar atau jangka pendeknya. Rasio likuiditas memiliki keterkaitan dengan
rasio solvabilitas. Perusahaan yang terus menerus dalam keadaan tidak
13
likuid, kewajiban jangka pendeknya akan menumpuk. Tumpukan utang
jangka pendek ini kemudian akan berpengaruh terhadap kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang (solvable).
Perusahaan yang insolvable mengandung resiko yang tinggi untuk ditanami
investasi, karena perusahaan yang tidak mampu membayar utang akan disita
kepemilikan hartanya. Menurut Lukman Syamsuddin (2007:43) rasio
likuiditas dapat dihitung menggunakan rumus Current Ratio (CR), Quick
Ratio (QR), dan Net Working Capital (NWC).
2.
Rasio Manajemen Aktiva (Rasio Aktivitas)
Rasio aktivitas merupakan kemampuan serta efisiensi perusahaan
dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover)
dari aktiva-aktiva tersebut. Rasio aktivitas dapat diukur menggunakan
beberapa pendekatan, yaitu Total Assets Turnover, Total Fixed Assets
Turnover, Receivable Turnover, Inventory Turnover ratio
3.
Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya
apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang
sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang.
Dengan rasio solvabilitas, dapat diketahui perbandingan penggunaan dana
perusahaan yang berasal dari modal sendiri dengan dana yang berasal dari
pihak luar atau pinjaman. Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan
solvable apabila perusahaan mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup
14
untuk membayar semua utang-utangnya. Sebaliknya apabila jumlah aktiva
yang tersedia tidak cukup atau lebih kecil dari jumlah utangnya, maka
perusahaan tersebut dapat dikatakan insolvable. Perusahaan yang tidak
mempunyai hutang berarti menggunakan modal sendiri 100%. Rasio ini
menyangkut jaminan, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar utang apabila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau
dibubarkan. Rasio solvabilitas dapat diukur menggunakan pendekatan
Debt Ratio, Debt To Equity Ratio, Long Term Debt To Equity Ratio, Long
Term Debt To Capitalization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow
Interest Coverage, Cash Flow To Net Income, dan Cash Return On Sales.
4.
Rasio Nilai Pasar
Rasio nilai pasar (market value ratio) akan menghubungkan harga
saham perusahaan pada laba, arus kas dan nilai buku per sahamnya. Rasiorasio ini dapat memberikan indikasi kepada manajemen mengenai apa
yang dipikirkan oleh para investor tentang kinerja masa lalu dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang. Rasio pasar dapat diukur dengan
beberapa pendekatan yaitu Price Earning Ratio (PER) dan Market To
Book Value Ratio..
5.
Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan
keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio-rasio yang lain dapat
memberikan petunjuk-petunjuk yang berguna dalam menilai keefektifan
dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas akan menunjukkan
15
kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil
operasi.
2.1.1.3 Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dan
aktiva atau modal untuk menghasilkan laba. Menurut Agnes Sawir (2003:17)
profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan
manajemen. Menurut Susan Irawati (2006:25),
”Rasio rentabilitas atau rasio
profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa
efektif perusahaan dalam mendapat keuntungan”. Sedangkan Bambang Riyanto
(2001:331) berpendapat “Rasio-rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang
menunjukan hasil akhir dari sejumlah kebijakan-kebijakan dan keputusan
(Profitabilitas margin on sales, Return on asset, Return on net worth, dan lain
sebagainya).”
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan
manajemen serta digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
mendapatkan keuntungan. Dengan demikian bagi investor sangat berkepentingan
dengan analisa profitabilitas ini, karena memuat informasi mengenai tingkat
keuntungan yang akan diterimanya.
Rasio profitabilitas dapat diukur dalam beberapa pendekatan, yaitu Gross
Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA),
16
Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Devidend Per Share
(DPS).
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan
return on equity (ROE). Return on equity (ROE) merefleksikan seberapa banyak
perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh
pemegang saham (baik secara langsung atau dengan laba ditahan). Rasio ini
sangat menarik bagi pemegang saham maupun para calon pemegang saham, dan
juga bagi manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator
penting dari shareholder value creation.
Menurut Lukman Syamsuddin (2007:64) “return on equity merupakan
suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan
atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan”.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai ROE adalah sebagai
berikut :
ࡾࡻࡱ =
ࡺࢋ࢚ ࡼ࢘࢕ࢌ࢏࢚ ࡭ࢌ࢚ࢋ࢘ ࢀࢇ࢞ࢋ࢙
ࡿ࢚࢕ࢉ࢑ࢎ࢕࢒ࢊࢋ࢙࢘ ࡱ࢛ࢗ࢏࢚࢟
(Lukman Syamsuddin, 2007:65)
2.1.2
Pasar Modal
2.1.2.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri. Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun
1995, “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
17
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.
Peran pasar modal bagi perusahaan yaitu sebagai sarana perusahaan untuk
meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau
mengeluarkan obligasi. Selain itu juga berperan sebagai sarana tidak langsung
pengukur kualitas manajemen. Sedangkan bagi investor, dengan adanya pasar
modal dapat menambah pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi resiko.
Pasar modal berfungsi mengalokasikan dana produktif dari pemberi
pinjaman (disebut lender) ke peminjam (disebut borrower) yang diarahkan dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat guna menunjang pembiayaan pembangunan
nasional.
2.1.2.2 Jenis-Jenis Pasar di Pasar Modal
Mohamad Samsul (2006:46-50) menjelaskan bahwa terdapat empat jenis
pasar di pasar modal, yaitu :
1.
Pasar pertama/perdana (primary market)
Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan untuk
menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Di sini dikatakan
tempat karena secara fisik masyarakat pembeli dapat bertemu dengan
penjamin emisi ataupun agen penjual untuk melakukan pesanan sekaligus
membayar uang pesanan. Dikatakan sarana karena si pembeli dapat
memesan melalui telepon dari rumah dan membayar dengan cara
mentransfer uang melalui bank ke rekening agen penjual. Dikatakan
18
pertama kali karena sebelumnya perusahaan ini milik perorangan atau
beberapa pihak saja, dan menawarkan kepada masyarakat umum.
Penawaran umum awal ini, yang disebut juga Initial Public Offering (IPO),
telah mengubah status dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka
(Tbk). Terbuka disini berarti perseroan dapat dimiliki oleh masyarakat luas
dan mempunyai kewajiban untuk membuka semua informasi kepada para
pemegang saham dan masyarakat.
Berikut ini adalah ciri-ciri pasar perdana :
a. Emiten menjual saham kepada masyarakat luas melalui penjamin emisi
dengan harga yang telah disepakati antara emiten dan penjamin emisi
seperti yang tertera dalam prospektus.
b. Pembeli tidak dipungut biaya transaksi.
c. Pembeli belum pasti memperoleh jumlah saham sebanyak yang
dipesan, apabila terjadi oversubscribed.
d. Investor membeli melalui penjamin emisi ataupun agen penjual yang
ditunjuk.
e. Masa pesanan terbatas
f. Penawaran melibatkan profesi seperti akuntan publik, notaris, konsultan
hukum, dan perusahaan penilai.
g. Pasar perdana disebut juga dengan istilah pasar primer (primary
market) atau pasar kesatu (First market)
19
2.
Pasar kedua atau pasar sekunder (secondary market)
Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antar
investor melalui perantara efek. Dikatakan tempat karena secara fisik para
perantara efek berada dalam satu gedung di lantai perdagangan (trading
floor). Dikatakan sarana, karena para perantara efek tidak berada dalam satu
gedung tetapi dalam satu jaringan sistem perdagangan dan kantor perantara
efek tersebar di beberapa kota. Terbentuknya harga pasar oleh tawaran jual
dan tawaran beli dari para investor ini disebut juga dengan istilah order
driven market. Berikut adalah ciri-ciri pasar kedua :
a. Harga terbentuk oleh investor (order driven) melalui perantara efek
(anggota bursa) yang berdagang di bursa efek.
b. Transaksi dibebani biaya jual dan beli.
c. Pesanan dapat berjumlah tak terbatas.
d. Anggota bursa memasukkan tawaran jual/beli investor ke dalam
komputer perdagangan yang disediakan oleh pihak bursa.
e. Anggota bursa beli menyelesaikan pembayaran dana kepada sentral
kliring, kemudian menerima sahamnya dengan cara pemindahbukuan
oleh sentral kustodian dengan menunjukkan bukti pembayaran dari
sentral kliring.
f. Anggota bursa jual menyelesaikan penyerahan saham kepada sentral
kustodian, kemudian menerima dana dengan cara pemindahbukuan oleh
sentral kliring dengan menunjukkan bukti penyerahan efek dari sentral
kustodian.
20
g. Pasar kedua disebut juga dengan istilah secondary market.
3.
Pasar ketiga (third market)
Pasar ketiga (third market) adalah sarana transaksi jual-beli efek
antara market maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker.
Investor dapat memilih market maker yang memberi harga terbaik. Market
maker adalah anggota bursa. Para market maker ini akan bersaing dalam
menentukan harga saham, karena satu jenis saham dipasarkan oleh lebih
dari satu market maker. Sampai saat ini Indonesia belum memiliki pasar
ketiga.
Pasar ini dikenal dengan sebutan over the counter (OTC) market
yang timbul sebagai hubungan antara para penjual dan pembeli sekuritas
yang dihubungkan melalui jaringan komunikasi dan melibatkan negosiasi
dan penawaran pada broker. Sehingga harga ditentukan berdasarkan sistem
penawaran (quote system). Sekuritas yang diperdagangkan di pasar ini
kadang-kadang dikatakan sebagai sekuritas yang tidak tercatat (unlisted
securities).
4.
Pasar keempat (fourth market)
Pasar keempat (fourth market) adalah sarana transaksi jual-beli antar
investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Transaksi
dilakukan secara tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk
saham atas pembawa. Pasar keempat ini hanya dilaksanakan oleh para
investor besar karena dapat menghemat biaya transaksi daripada jika
dilakukan di pasar sekunder.
21
2.1.2.3 Instrumen Investasi di Pasar Modal
Instrumen investasi di pasar modal sering disebut dengan nama efek.
Menurut UU no 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, efek dapat diartikan sebagai
“Setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap right, waran, opsi, atau derivatif dari
efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek.”
Menurut
Eduardus Tandelilin (2007:18) “Umumnya sekuritas yang
diperdagangkan di pasar modal meliputi saham, obligasi, reksadana dan instrumen
derivatif.” Masing-masing sekuritas tersebut memberikan return dan resiko yang
berbeda-beda. Berikut ini penjelasan beberapa instrumen pasar modal:
1. Saham merupakan surat tanda bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset
perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu
perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan
kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua
kewajiban perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang
cukup populer diperjualbelikan di pasar modal.
2. Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah
tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat
mengetahui dengan pasti berapa pembayaran bunga yang akan diperolehnya
secara periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par (par value) pada
saat jatuh tempo. Meskipun demikian, obligasi bukan tanpa resiko, karena
bisa saja obligasi tersebut tidak terbayar kembali akibat kegagalan
penerbitnya dalam memenuhi kewajibannya.
22
3. Reksadana
adalah
sertifikat
yang
menjelaskan
bahwa
pemiliknya
menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana untuk dikelola oleh
manajer investasi profesional, agar digunakan sebagai modal berinvestasi
baik di pasar modal maupun di pasar uang. Perusahaan reksadana akan
menghimpun dana dari investor untuk kemudian diinvestasikan dalam
bentuk portofolio yang dibentuk oleh manajer investasi.
4. Instrumen derivatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan
dari suatu sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derivatif sangat
tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Ada
beberapa jenis instrumen derivatif, diantaranya waran, bukti right (right
issue), opsi dan future.
Masing-masing instrumen memiliki keunggulan dan kelemahannya. Untuk
bisa memperoleh keuntungan dari beberapa sekuritas tersebut, yang paling utama
adalah investor harus berhati-hati dalam memilih dan memainkan sekuritas
dengan mempertimbangkan segala resiko dan informasi yang diterima. Diantara
sekuritas yang telah disebutkan, saham merupakan instrumen paling populer dan
sangat digemari masyarakat karena selain memberikan deviden, kondisi fluktuasi
harga saham dapat dijadikan kesempatan untuk memperoleh capital gain.
2.1.3
Saham
2.1.3.1 Pengertian Saham
Terdapat beberapa pengertian saham yang tidak jauh berbeda menurut para
ahli, yaitu :
23
Definisi saham menurut Saleh Basir dan H.M. Fakhrudin (2005: 11)
adalah:
Saham (Stock) merupakan surat berharga yang menunjukkan kepemilikan
seseorang investor di dalam suatu perusahaan. Artinya jika seseorang
membeli saham suatu perusahaan, berarti dia telah menyertakan modal ke
dalam perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. Saham
merupakan surat berharga yang dikeluarkan sebuah perusahaan dalam rangka
menambah modal disetor perusahaan tersebut.
Rusdin menyatakan (2005:68) bahwa ”Saham merupakan sertifikat yang
menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki
hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”.
Dalam pengertian yang lain menurut Mohamad Samsul (2006:45) “Saham
adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai
pemegang saham”
Sementara menurut Ade Arthesa dan Edia Handiman (2006:229) “Saham
adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan tertentu pada
perusahaan penerbit saham bersangkutan”
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa saham
adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang go public dalam
rangka memenuhi kebutuhan modalnya secara murah melalui mekanisme yang
disebut pasar modal untuk menambah modal disetor perusahaan tanpa perlu
mengeluarkan biaya untuk membayar bunga. Sebagai imbalannya manajemen
perusahaan akan berusaha sekuat tenaga menjaga agar harga saham yang
diperdagangkan melalui pasar bursa tetap tinggi agar investor mendapatkan gain
ataupun dividen.
24
2.1.3.2 Jenis-Jenis Saham
Menurut Jogiyanto Hartono (2008:107-115) ada beberapa jenis saham,
yaitu:
1.
Saham Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham
ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham
adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk
menjalankan operasi perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai
beberapa hak yaitu:
a. Hak Kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan
direksi. Ini berrati bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk
mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham
dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam
pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau memveto pada
tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.
b. Hak Menerima Pembagian Keuntungan.
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak
mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba
dibaikan, sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan.
Laba yang ditahan ini merupakan sumber dana intern perusahaan. Laba
yang tidak ditahan akan dibagikan sebagai dividen. Keputusan
perusahaan
membayar
dividen
atau
tidak
dicerminkan
dalam
25
kebijaksanaan
dividennya
(dividend
policy).
Jika
perusahaan
memutuskan untuk membagi keuntungan dalam bentuk dividen, smeua
pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian
dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah
membayarkan dividen untuk saham preferen.
c. Hak Preemptive
Hak preemptive (preemptive right) merupakan hak untuk
mendapatkan persentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan
mengeluarkan tambahan lembar saham. jika perusahaan mengeluarkan
tambahan lembar saham, maka jumlah saham yang beredar akan lebih
banyak dan akibatnya persentase kepemilikan pemegang saham yang
lama akan turun. Hak preemptive memberi prioritas kepada pemegang
saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga
persentase kepemilikannya tidak berubah.
2.
Saham Preferen
Saham preferen memiliki sifat gabungan (hybrid) antara obligasi dan
saham biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman,
saham preferen juga membedakan hasil yang tetap berupa deviden preferen.
Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi klaim pemegang saham preferen
dibawah klaim pemegang obligasi. Dibandingkan dengan saham biasa,
saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas deviden tetap dan
hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Beberapa hak dari
saham preferen adalah sebagai berikut:
26
a. Hak Preferen terhadap deviden
Hak untuk menerima deviden terlebih dahulu dibandingkan
dengan pemegang saham biasa
b. Hak Deviden Kumulatif
Hak pemegang saham preferen untuk menerima deviden tahuntahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham
biasa menerima devidennya.
c. Hak Preferen pada waktu Likuidasi
Hak prefer untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan
dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
3.
Saham Treasuri
Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah
dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan
untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri yang nantinya
dapat dijual kembali.
Irham Fahmi (2009:68-69) menyatakan enam jenis dari saham biasa
(common stock), yaitu :
1.
Blue Chip-Stock (saham unggulan). Adalah saham dari perusahaan yang
dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan dan
manajemen yang berkualitas.
2.
Growth Stock. Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan
pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, dan
karenanya mempunyai PER yang tinggi.
27
3.
Defensive Stock. Adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa
resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen,
pendapatan dan kinerja pasar.
4.
Cyclical Stock. Adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat
saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu.
Contohnya saham pabrik mobil dan real estate.
5.
Seasonal Stock. Adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi karena
dampak musiman, misalnya karena cuaca dan liburan. Sebagai contoh,
pabrik mainan memiliki penjualan musiman yang khusus pada saat musim
natal.
6.
Speculative Stock. Adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat
spekulasi yang tinggi, yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya
adalah rendah atau negatif.
Sedangkan menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin
(2001:7) mengemukakan beberapa sudut pandang untuk membedakan saham,
yaitu:
1.
Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:
a. Saham biasa (common stock)
b. Saham preferen (preferend stock)
2.
Ditinjau dari cara peralihannya:
a. Saham atas unjuk (bearer stock), adalah saham yang tidak tertulis nama
pemiliknya sehingga mudah dipindahtangankan dari satu investor ke
investor lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut,
28
maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk hadir
dalam RUPS.
b. Saham atas nama (registered stock), adalah saham yang ditulis dengan
jelas siapa nama pemiliknya dan merupakan bukti bagi pemegang saham
yang bersangkutan secara hukum sebagai pemilik, dimana peralihannya
harus melalui prosedur tertentu.
3.
Ditinjau dari kinerja perdagangan:
a. Saham unggulan (Blue Chip Stock)
b. Saham pendapatan (Income stock
c. Saham Pertumbuhan (Growth stocks)
d. Saham Spekulatif (Speculative stock)
e. Saham siklikal (Cyclical stocks)
2.1.3.3 Nilai Saham
Jogiyanto Hartono (2008:117-126) menjelaskan terdapat beberapa nilai
yang berhubungan dengan saham, yaitu:
1.
Nilai Buku (Book Value)
Nilai buku merupakan pembukuan perusahaan emiten. untuk menghitung
nilai buku suatu saham, perlu diketahui beberapa nilai yang berhubungan
dengan nilai buku tersebut, diantaranya:
a. Nilai Nominal (Par Value), yaitu nilai dari suatu saham yang merupakan
nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham.
29
b. Agio Saham (additional paid-in capital atau inexcess of par value),
merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan
dengan nilai sahamnya.
c. Nilai Modal Disetor (Paid In Capital), merupakan total yang dibayar oleh
para pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan
saham preferen atau saham biasa.
d. Laba Ditahan (Retained Earning), merupakan laba yang tidak dibagikan
kepada pemegang saham.
e. Nilai Buku Per Saham, menunjukan aktiva bersih (net assets) yang
dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham.
2.
Nilai pasar (Market Value)
Nilai pasar merupakan harga dari saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham di pasar bursa.
3.
Nilai Intrinstik
Nilai instrinstik bisa disebut juga dengan nilai fundamental, merupakan nilai
yang seharusnya atau sebenarnya dari suatu saham yang diperdagangkan. Dua
analisis yang sering digunakan untuk mementukan nilai instrinstik dari saham
adalah analisis fundamental dan analisis teknikal.
30
2.1.3.4 Harga Saham
Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Secara umum semakin baik
kinerja perusahaan dan semakin banyak keuntungan yang dinikmati oleh
pemegang saham, kemungkinan harga saham akan naik. Tetapi saham yang
memiliki tingkat keuntungan yang baik juga bisa mengalami penurunan harga.
Dalam penelitian ini digunakan harga pasar di pasar perdana. Sawidji
Widiatmodjo (2004:89) mengatakan “Dalam konteks Go Public harga pasar ini
bisa dipadankan dengan harga perdana”.
2.1.3.5 Penilaian Harga Saham
Dalam kaitannya dengan analisis harga saham ada dua jenis analisis yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal.
1.
Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan
penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator
terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan,
termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan. Analisis
fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan tentang
efektivitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya.
Analisis ini
sangat berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis ini
diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari
perusahaan yang nantinya menjadi milik investor. Analisis fundamental ini
31
digunakan untuk mengevaluasi prospek masa mendatang pertumbuhan dan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam kaitannya dengan
perusahaan secara makro, ekonomi, sosial, perkembangan bidang indstri
perusahaan dan kondisi perusahaan itu sendiri. Secara teoritis dapat
dikatakan bahwa analisis fundamental ini terdiri dari tiga langkah proses :
a. Mengevaluasi bagaimana lingkungan bisnis di masa yang akan datang
b. Membuat estimasi tentang seberapa baik atau seberapa buruk kinerja
perusahaan yang dievaluasi di dalam lingkungan bisnis masa mendatang.
c. Membuat estimasi tentang berapa harga yang harus dibayar investor
terhadap saham perusahaan masa mendatang.
2.
Analisis Teknikal
Pendekatan teknikal menganalisis harga saham dengan melihat
pergerakan harga dan jumlah perdagangan yang lalu. Kedua elemen yang
lalu ini dapat digunakan untuk meramal pergerakan harga waktu yang akan
datang. Dalam pendekatan teknikal, informasi-informasi lain dianggap tidak
penting kecuali informasi harga dan jumlah perdagangan yang lalu.
Pemikiran yang mendasari dalam penilaian harga saham dengan
menggunakan analisis teknikal adalah bahwa harga saham mencerminkan
informasi yang relevan, informasi tersebut ditunjukan oleh perubahan harga
saham pada waktu yang lalu dan perubahan harga saham akan mempunyai
pola tertentu dan pola tersebut akan kembali berulang. Analisis Teknikal
pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli
32
(masuk ke pasar) atau menjual saham (keluar pasar) dengan memanfaatkan
indikator-indikator teknis maupun grafis.
2.1.3.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Mohamad Samsul (2006:200-203) terdapat faktor makro
ekonomi dan faktor mikro ekonomi yang dapat mempengaruhi harga saham :
1. Faktor Makro Ekonomi
Faktor makro merupakan faktor yang berada diluar perusahaan tetapi
mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Faktor-faktor tersebut antara
lain :
•
Tingkat bunga umum domestik
•
Tingkat inflasi
•
Peraturan perpajakan
•
Kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu
•
Kurs valuta asing
•
Tingkat bunga pinjaman luar negeri
•
Kondisi perekonomian internasional
•
Siklus ekonomi
•
Faham ekonomi
•
Peredaran uang
2. Faktor Mikro Ekonomi
Faktor mikro ini berhubungan dengan hal-hal yang berada di dalam
perusahaan. Hal tersebut bergantung kepada kinerja perusahaan yang
33
tercermin dari rasio-rasio keuangan yang secara rutin diterbitkan dalam
laporan keuangan perusahaan.
Menurut Ali Arifin (2004:116) faktor-faktor yang mempengaruhi harga
saham adalah:
1.
Kondisi fundamental emiten
Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan
kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar
pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya. Untuk
memastikan apakah kondisi emiten dalam kondisi yang baik atau buruk kita
bisa melakukan pendekatan analisis rasio.
2.
Hukum permintaan dan penawaran
Faktor permintaan dan penawaran berada di urutan yang kedua
setelah faktor fundamental karena begitu investor tahu kondisi fundamental
perusahaan tentunya mereka akan melakukan transaksi baik jual maupun
beli. Transaksi-transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga
saham.
3.
Tingkat suku bunga (SBI)
Faktor suku bunga ini penting untuk diperhatikan karena rata-rata
semua orang termasuk investor saham, selalu mengharapkan hasil investasi
yang lebih besar. Perubahan tingkat suku bunga akan mempengaruhi
kondisi fundamental perusahaan, karena hampir semua perusahaan yang
mencatat sahamnya di bursa menikmati pinjaman bank.
34
4.
Valuta asing
Dalam perekonomian global dewasa ini hampir tak ada satupun
negara di dunia yang bisa menghindari perekonomiannya dari pengaruh
pergerakan valuta asing khususnya terhadap pengaruh US dolar. Ketika
dolar naik para investor akan berbondong-bondong menjual sahamnya
untuk ditempatkan di bank dalam bentuk dolar, otomatis harga saham akan
menjadi turun.
5.
Dana asing di bursa
Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing maka kecenderungan
saham akan sedikit banyak tergantung pada investor asing tersebut.
6.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Sebenarnya
IHSG
lebih
mencerminkan
kondisi
keseluruhan
transaksi bursa saham yang terjadi jika dibandingkan menjadi ukuran
kenaikan maupun penurunan harga saham.
7.
News and rumors
Yang dimaksud News and rumors di sini adalah semua berita yang
beredar di tengah masyarakat.
2.2
Kerangka pemikiran
Suatu perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan
operasionalnya. Terdapat berbagai alternatif dana yang tersedia. Alternatif
pendanaan di dalam perusahaan umumnya menggunakan laba ditahan perusahaan.
Sedangkan alternatif diluar perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa utang,
35
maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity) melalui
pasar modal.
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan. Bagi perusahaan, pasar modal merupakan
salah satu wadah untuk memperoleh dana dengan cepat, sehingga melalui pasar
modal tersebut perusahaan dapat memperoleh dana untuk membiayai aktivitas
operasinya tersebut. Sedangkan bagi investor pasar modal merupakan wadah
untuk menginvestasikan dana yang dimiliki melalui pembelian saham atau
obligasi.
Investor yang bertujuan menginvestasikan dananya di pasar modal akan
mempertimbangkan potensi perusahaan di masa yang akan datang agar dapat
memperoleh keuntungan. Pertimbangan tersebut didasarkan kinerja keuangan
perusahaan yang bersangkutan. Kinerja keuangan menggambarkan sejauh mana
prestasi yang dicapai dalam mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Pandji Anoraga dan Pijipakarti
(2006:60) “Hal-hal yang diperhatikan investor adalah kinerja keungan perusahaan,
perkembangan industri dimana perusahaan berada, kondisi mikro dan makro
ekonomi.”
Kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan suatu konsep yang
bermanfaat baik itu bagi lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.
Manfaat pertama bagi lingkungan internal yaitu kinerja keuangan dapat digunakan
oleh pihak manajemen perusahaan dalam rangka mengetahui posisi dan
perkembangan perusahaan dalam periode tertentu, kemudian pihak manajemen
36
selanjutnya dapat mengamati masalah-masalah yang terjadi, merumuskan solusi,
dan kemudian menerapkannya dalam perencanaan perusahaan kedepan.
Manfaat selanjutnya bagi lingkungan eksternal yaitu kinerja keuangan
suatu perusahaan bermanfaat sebagai pertimbangan investasi bagi para investor
dalam rangka mengetahui kekuatan finansial perusahaan sebagai cermin dari nilai
suatu perusahaan serta kemudian berdasarkan pertimbangan tersebut menentukan
keputusan investasinya. Kinerja keuangan dapat dijadikan suatu pedoman bagi
perusahaan pemasok dalam rangka mengetahui perkembangan perusahaan mitra.
Kinerja keuangan dapat diukur menggunakan analisis rasio keuangan.
Tolok ukur kinerja keuangan secara umum meliputi kondisi likuiditas,
profitabilitas, solvabilitas, nilai pasar dan manajemen assets perusahaan.
Profitabilitas yaitu kemampuan emiten untuk menghasilkan keuntungan dan
mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta
yang dimilikinya.
Rasio profitabilitas dapat diukur dalam beberapa indikator, yaitu Gross
Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA),
Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Devidend Per Share
(DPS). Dalam penelitian ini akan menggunakan ROE sebagai indikator dalam
pengukuran profitabilitas. Hal itu berdasarkan Mohamad Samsul (2006:204) yang
menyatakan bahwa:
Banyak sekali rasio keuangan yang dapat dianalisis, tetapi tidak semua
rasio keuangan itu dibutuhkan oleh investor. Beberapa rasio keuangan mungkin
sangat penting bagi manajemen tetapi kurang penting bagi investor. Investor
lebih tertarik pada hasil pengelolaan tersebut dan bukan pada cara
pengelolaannya. Jika rasio keuangan sangat baik tetapi hasil akhirnya yang
tercermin dalam return on equity sangat rendah, maka hal itu tidak berarti apa-
37
apa bagi investor. Oleh karena itu, bagi investor yang penting adalah hasil
akhir yang dicapai manajemen dan bukan proses atau cara memperoleh hasil
tersebut.
Return On Equity (ROE) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah
memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham. ROE
yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor. Semakin tinggi ROE, maka
kemampuan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang sahamnya akan
semakin tinggi. Semakin tinggi laba yang diberikan perusahaan maka para
investor
akan
semakin
percaya
bahwa
perusahaan
akan
memberikan
pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan
investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
Andy Porman Tambunan (2008:146) menyatakan :
Return on equity digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbal
imbal-hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya
sangat memperhatikan rasio ini. Semakin tinggi return yang dihasilkan sebuah
perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya.
Harga saham ini sangat penting artinya bagi sebuah perusahaan, karena
harga saham mencerminkan tinggi rendahnya nilai suatu perusahaan. Semakin
tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan di masyarakat.
Perubahan kinerja yang terjadi pada sebuah perusahaan akan mempengaruhi harga
saham perusahaan tersebut.
Mohamad Samsul (2006:201) menyatakan bahwa
Perubahan kinerja perusahaan secara fundamental mempengaruhi harga
saham. Investor fundamentalis akan memberi nilai saham sesuai dengan kinerja
perusahaan saat ini dan prospek kinerja perusahaan di masa datang
38
Imam Ghozali (dalam Wina Pujilestari 2009:7) menyebutkan bahwa
faktor-faktor yang menentukan harga saham di pasar perdana antara lain adalah
reputasi underwriter atau penjamin emisi, ukuran perusahaan, serta profitabilitas
perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Likuiditas
GPM
ROA
Kinerja
Keuangan
perusahaan
Profitabilitas
ROE
Harga
Saham
NPM
DPS
Solvabilitas
EPS
Nilai Pasar dan Manajemen Asset Perusahaan
Keterangan :
Diteliti
Tidak Diteliti
GAMBAR 2.1
Kerangka Pemikiran
Secara keseluruhan diagram paradigma penelitian yang merupakan alur
kerangka proses berpikir dalam kerangka pemikiran ini sebagai berikut :
39
3.
Harga Saham
Profitabilitas
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian
2.3
Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2008:93), mengemukakan bahwa:
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan pada bagian terdahulu,
maka penulis mengajukan hipotesis, yaitu profitabilitas memiliki pengaruh positif
terhadap harga saham di pasar perdana.
Download