BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi
2.1.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah
ditetapkan kemudian dibuat suatu kesimpulan dan penyusunan saran pada
setiap tahap dari pelaksanaan program (Azwar, 2010). Menurut Subarsono
(2005), evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan
dimana evaluasi baru dapat dilakukan jika suatu kebijakan berjalan cukup
waktu.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dijelaskan
bahwa, evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan
(input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana standar.
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti
apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam
pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan
pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama
evaluasi diarahkan kepada keluaran (output), hasil (outcome), dan dampak
(impact) dari pelaksanaan rencana. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang
transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja
pelaksanaan rencana, yang sekurang-kurangnya indikator masukan, indikator
keluaran, dan indikator hasil.
7
8
Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap
pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk
meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program
kedepannya agar jauh lebih baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat
melihat ke depan dengan mempelajari dan melihat kesalahan-kesalahan di
masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan demi
keberhasilan program ( Susilawati, 2014).
Keuntungan dari evaluasi bermanfaat untuk perbaikan perencanaan,
strategi, kebijakan; untuk pengambilan keputusan; untuk tujuan pengendalian
program/kegiatan; untuk perbaikan input, proses, dan output, perbaikan tatanan
atau sistem prosedur. Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau
proses setidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok (Sudjono, 2005) yaitu:
1. Mengukur kemajuan
2. Menunjang penyusunan rencana
3. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali
2.1.2 Fungsi Evaluasi
Fungsi utama evaluasi adalah agar hasil evaluasi dapat digunakan
sebagai umpan balik untuk perencanaan selanjutnya (Muninjaya, 2004).
Arikunto dalam Badrudin (2014) mengatakan bahwa terdapat dua tujuan
evaluasi yaitu tujuan umum yang diarahkan kepada program secara
keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing
komponen. Dalam menentukan evaluasi itu sesuai atau tidak dengan target
diperlukan adanya kriteria evaluasi (Susilawati, 2014). Adapun menurut Dunn
(2000) kriteria evaluasi itu sebagai berikut :
9
1. Efektifitas, berkenaan dengan apakah hasil yang diinginkan sudah tercapai.
2. Efisiensi, berhubungan dengan seberapa banyak usaha yang telah diperlukan
untuk mencapai hasil yang sudah tercapai.
3. Kecukupan, berhubungan dengan seberapa jauh hasil pencapaian program
mampu menyelesaikan masalaha yang ada.
4. Perataan, apakah biaya dan manfaat didistribusikan secara merata kepada
kelompok-kelompok berbeda.
5. Rensponsivitas, apakah hasil penelitian memuaskan kebutuhan, preferensi
atau nilai kelompk-kelompok yang berbeda.
6. Ketepatan, hasil atau tujuan yang dicapai benar-benar berguna atau bernilai.
Crawford dalam Badrudin (2014) mengatakan bahwa evaluasi memiliki
beberapa tujuan yang dapat dirinci sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai
dalam kegiatan.
2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil.
3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.
4. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.
2.1.3 Metode Evaluasi
Muninjaya (2004) mengemukakan bahwa jenis evaluasi dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Evaluasi Input yang dilaksanakan sebelum pelaksaan program dimulai
untuk mengetahui ketepatan jumlah, mutu sumber daya, metode, standar
prosedur pelaksanaan disesuaikan dengan sumber daya yang dimanfaatkan
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan program. Evaluasi ini bersifat
10
pencegahan (preventive evaluation) karena kegiatan evaluasi bersifat
mengkaji persiapan sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan
sedini mungkin.
2. Evaluasi Proses (formative evaluation) dilaksanakan pada saat kegiatan
dilaksanakan yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan
kegiatan program atau metode yang digunakan, meningkatkan motivasi staf
dan memperbaiki komunikasi diantara staf.
3. Evaluasi Output (impact / summative evaluation) dilaksanakan setelah
pekerjaan selesai untuk mengetahui ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan.
Hasil yang dicapai dibandingkan dengan target, effect, atau outcome untuk
mengetahui pengaruh kegiatan program terhadap sikap dan perilaku
masyarakat atau dampak program.
Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan
adanya jenis evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk
mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan unutk pengembangan
atau perbaikan program, biasanya evaluasi ini dilakukan pada proses program.
Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk
menilai hasil akhir dari sutu program, dimana evaluasi ini dilakukan pada
waktu program telah selesai (akhir program). Namun pada prakteknya, evaluasi
program sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut (Notoatmodjo, 2011).
2.2 Implementasi Instruksi Presiden No. 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
Kata implementasi adalah sebuah kata serapan dari bahasa asing. Kata
dasar implementasi adalah implemen yang artinya alat, implementasi merupakan
11
salah satu upaya administrasi untuk menyelaraskan antara kegiatan yang akan
dilaksanakan dengan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi baik oleh
pemerintah sebagai pembuat kebijakan maupun oleh masyarakat sebagai objek
dari kebijakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam
Susilawati (2014) implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau
penerapan, artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang
telah dirancang atau didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.
Proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang
penting dan mutlak (Wuysang, 2013), yaitu :
1. Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan;
2. Kelompok target, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan
diharapkan dapat menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau
peningkatan;
3. Unsur pelaksana (implementor), baik organisasi atau perorangan, yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari
proses implementasi tersebut.
Studi implementasi adalah studi perubahan yang terjadi dan perubahan
bisa dimunculkan, juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari kehidupan
politik yaitu organisasi di luar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan
mereka dan berinteraksi satu sama lain dan motivasi yang membuat bertindak
secara berbeda. Dalam setiap perumusan suatu tindakan apakah itu menyangkut
program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan
pelaksanaan
atau
implementasi,
karena
suatu
kebijaksanaan
diimplementasikan maka tidak akan banyak berarti (Wuysang, 2013).
tanpa
12
Oleh karena itu, suatu kebijaksanaan memuat tiga elemen, yaitu:
1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai;
2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan;
3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata
dari taktik atau strategi.
Kebijakan atau kebijaksanaan sering kali
pengunaannya
saling
dipertukarkan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goal), program,
keputusan, undang-undang, usulan-usulan dan rancangan-rancangan besar.
Istilah-istilah tersebut tidaklah menimbulkan masalah karena para pembuat
kebijakan memiliki referensi yang sama tentang arti kebijakan, istilah kebijakan
yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan
keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang mempunyai wewenang atau
kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat, dan bertanggung jawab kepentingan
umum (Wahab, 2008).
Dalam Muhammad (2013), dijelaskan bahwa Teori Implementasi
menurut Edward III dan Emerson, Grindle, serta Mize menjelaskan bahwa
terdapat empat variable kritis dalam implementasi kebijakan publik atau
program diantaranya, komunikasi atau kejelasan informasi, konsistensi informasi
(communications), ketersediaan sumber daya dalam jumlah dan mutu tertentu
(resources), sikap dan komitment dari pelaksana program atau kebijakan
birokrat (disposition), dan struktur birokrasi atau standar operasi yang mengatur
tata kerja dan tata laksana (bureaucratic strucuture). Variabel-variabel tersebut
saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan implementasi kebijakan
ataupun program, antara lain :
13
1. Komunikasi (communications): berkenaan dengan bagaimana kebijakan
dikomunikasikan pada organisasi dan atau publik, ketersediaan sumberdaya
untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggap dari para pelaku yang
terlibat, dan bagaimana struktur organisasi pelaksana kebijakan. Komunikasi
dibutuhkan oleh setiap pelaksana kebijakan untuk mengetahui apa yang harus
mereka lakukan. Bagi suatu organisasi, komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara
timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Keberhasilan komunikasi ditentukan oleh 3 (tiga) indikator, yaitu penyaluran
komunikasi, konsistensi komunikasi dan kejelasan komunikasi. Faktor
komunikasi dianggap penting, karena dalam proses kegiatan yang melibatkan
unsur manusia dan unsur sumber daya akan selalu berurusan dengan
permasalahan “bagaimana hubungan yang dilakukan”.
2. Ketersediaan sumber daya (resources): berkenaan dengan sumber daya
pendukung untuk melaksanakan kebijakan yaitu :
a. Sumber daya manusia merupakan aktor penting dalam pelaksanaan suatu
program dan merupakan potensi manusiawi yang melekat keberadaannya
pada seseorang meliputi fisik maupun non fisik berupa kemampuan
seorang pegawai yang terakumulasi baik dari latar belakang pengalaman,
keahlian, keterampilan dan hubungan personal.
b. Informasi merupakan sumberdaya kedua yang penting dalam implementasi
kebijakan. Informasi yang disampaikan atau diterima haruslah jelas
sehingga dapat mempermudah atau memperlancar pelaksanaan kebijakan
atau program.
14
c. Kewenangan, antara lainnya yaitu hak untuk mengambil keputusan, hak
untuk mengarahkan pekerjaan orang lain dan hak untuk memberi perintah.
d. Sarana dan prasarana, merupakan alat pendukung dan pelaksana suatu
kegiatan. Sarana dan prasarana dapat juga disebut dengan perlengkapan
yang dimiliki oleh organisasi dalam membantu para pekerja di dalam
pelaksanaan kegiatan mereka.
e. Pendanaan, membiayai operasional implementasi kebijakan tersebut,
informasi yang relevan, dan yang mencukupi tentang bagaimana cara
mengimplementasikan suatu kebijakan, dan kerelaan atau kesanggupan
dari berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan tersebut.
Hal ini dimaksud agar para implementator tidak melakukan kesalahan
dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut.
3. Sikap dan komitmen dari pelaksana program (disposition): berhubungan
dengan kesediaan dari para implementor untuk menyelesaikan kebijakan
publik tersebut. Kecakapan saja tidak mencukupi tanpa kesediaan dan
komitmen untuk melaksanakan kebijakan. Disposisi menjaga konsistensi
tujuan antara apa yang ditetapkan pengambil kebijakan dan pelaksana
kebijakan. Kunci keberhasilan program atau implementasi kebijakan adalah
sikap pekerja terhadap penerimaan dan dukungan atas kebijakan atau
dukungan yang telah ditetapkan.
Melalui Instruksi Presiden No. 12 Tahun 2011 tentang pelaksanaan
kebijakan dan strategi nasional pecegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba tahun 2011-2015, BNN memfokuskan pencapaian
“Indonesia Negeri Bebas Narkoba” sebagai bentuk komitmen bersama seluruh
komponen masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Dalam kebijakan ini
15
tertuang rencana aksi nasional P4GN tahun 2011-2015 yang melibatkan seluruh
komponen masyarakat, dimana salah satu tujuannya adalah menjadikan para
pekerja memiliki pola pikir, sikap dan terampil menolak penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba dan menciptakan lingkungan kerja bebas dari
penyalahgunaan narkoba. Advokasi sebagai sarana untuk menyebarluaskan dan
menyampaikan amanat yang tertuang dalam Inpres No. 12 Tahun 2011 kepada
informan untuk diketahui sehingga tujuan dari rencana aksi dalam Inpres
tersebut dapat dilaksanakan secara bersama-sama, sesuai dengan tugas, fungsi
dan kewenangannya masing-masing baik instansi pemerintah maupun swasta.
Implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 di lingkungan pekerja dapat dilakukan
dalam dua cara, yaitu melalui penyuluhan P4GN dan tes urin. Jumlah dan
waktunya tidak ditentukan, hal ini tergantung bagaimana dengan kebijakan/
rencana aksi yang terbentuk di instansi tersebut, tersedianya sumber daya
manusia (SDM) sebagai pelaksana, dana, dan sarana prasarana guna menunjang
kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai perencanaan instansi masing-masing.
2.3 Evaluasi Implementasi Instruksi Presiden No. 12 Tahun 2011 tentang
Pelaksanaan
Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
Pencegahan
dan
Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, bahwa yang dimaksud peneliti
dengan evaluasi implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 adalah suatu
pemeriksaan terhadap pelaksanaan atau penerapan tujuan rencana aksi nasional
P4GN yang tertuang dalam Instruksi Presiden No. 12 Tahun 2011 tentang
pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tahun 2011-2015 melalui
16
pelaksanaan penyuluhan P4GN dan tes urin. Dimana evaluasi ini dilaksanakan
pada Instansi Pemerintah dan Swasta di Kota Denpasar yang telah mendapatkan
advokasi tentang implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 dan di evaluasi untuk
mengetahui dan menilai sejauh mana instansi terkait telah mengimplementasikan
Inpres No. 12 Tahun 2011 sesuai kebijakan/ rencana aksi yang telah disusun
instansi dengan alokasi penyediaan anggaran dan tenaga pelaksananya, serta
telah memiliki media promosi P4GN di lingkungan instansi terkait.
2.4 Keaslian Penelitian
Belum pernah ada yang meneliti tentang evaluasi implementasi Inpres
No.12 Tahun 2011 tetang pelaksanaan Jaktranas P4GN Tahun 2011-2015 pada
Instansi Pemerintah dan Swasta di Kota Denpasar. Namun terdapat penelitian
serupa terkait implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 dan evaluasi program
P4GN.
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
Penelitian
Indikator
Wuysang dkk.
Implementasi
Judul
Instruksi Presiden
penelitian
RI No. 12 Tahun
2011 Tentang
Pelaksanaan
Pencegahan
Pemberantasan
Penyalahgunaan
dan Peredaran
Gelap Narkoba
(P4GN)
Tujuan
Untuk mengetahui
proses
Implementasi
Penelitian Susilawati
Penelitian Ini
Evaluasi Program
Pencegahan,
Pemberantasan,
Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN) BNN
Lampung Selatan
Evaluasi Paska
Advokasi
Implementasi
Inpres No.12
Tahun 2011
tentang
pelaksanaan
Jaktranas P4GN
Tahun 20112015 pada
Instansi
Pemerintah dan
Swasta di Kota
Denpasar
Untuk mengevaluasi
pelaksanaan, kendalakedala dan keberhasilan
Untuk
mengevaluasi
Implementasi
17
Indikator
Tempat
Penelitian
Wuysang dkk.
Inpres No. 12
Tahun 2011
SMA Negeri 6
Kecamatan
Pontianak Timur,
Kota Pontianak
Metode KualitatifStudi Kasus
Proses
Implementasi
Inpres No. 12
Tahun 2011
Penelitian Susilawati
program P4GN
Lampung Selatan
Inpres No.12
Tahun 2011 di
Instansi
Pemerintah dan
Swasta di Kota
Denpasar yang
telah
mendapatkan
advokasi
Kota Denpasar
Penelitian
evaluatif
Meliputi input, proses,
Meliputi input,
output program P4GN
proses dan output
Implementasi
Inpres No.12
Tahun 2011
Kepala Badan
Kepala BNN Kabupaten Kepala Instansi/
Subyek
Narkotika Nasional Lampung Selatan, Kasi
manajer
Penelitian
Kota Pontianak,
Pencegahan BNN
perusahaan
Kepala Sekolah
Kabupaten Lampung
selaku pemegang
SMA N 6, siswa
Selatan dan beberapa
kebijakan,
dan guru bimbingan orang yang terlibat dalam Pelaksana/
konseling (BK)
evaluasi pelaksanaan
penanggung
SMA N 6
program P4GN, serta
jawab kegiatan
Kecamatan
anggota Polres Lampung implementasi
Pontianak Timur
Selatan
Inpres No. 12
Kota Pontianak
Tahun 2011
Wawancara
Wawancara mendalam,
Wawancara
Metode
interview, observasi dan mendalam,
pengumpulan mendalam dan
observasi
studi
observasi, studi
data
dokumentasi/pustaka
dokumentasi/
pustaka
Teknik analisis
Analisis Data Teknik analisa data Teknik analisis data
kualitatif
kualitatif
data kualitatif
dan kuantitatif
Proses
Pelaksanaan program
Hasil
implementasi
P4GN
Inpres No. 12
belum optimal ditinjau
Tahun 2011 belum dari aspek input, proses,
sepenuhnya
serta outcome
terlaksana dengan
baik.
Jenis
Penelitian
Unit Analisis
Deskriptif Kualitatif
Penelitian Ini
Download