Document

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kegiatan mendalami, mencermati, menelaah
dan mengidentifikasi pengetahuan (Suharsimi Arikunto, 2011:58). Penelitian ini
menggunakan berbagai sumber dan literatur baik berupa buku maupun referensi
lain sebagai dasar teori dalam analisis perhitungan. Informasi dari suatu
perusahaan merupakan unsur yang penting sebelum investor melakukan investasi,
berbagai analisis yang timbul akibat kebutuhan investor untuk mengetahui kinerja
dari perusahaan.
2.1.1.
Teori Keagenan
Teori agensi melibatkan dua pihak yang disebut agen dan prinsipal. Agen
dalam teori ini adalah manajer perusahaan, sedangkan prinsipal adalah pemilik
perusahaan atau pemegang saham. Pemilik memberikan tanggungjawab kepada
manajer untuk menjalankan perusahaan dan mencapai target yang telah ditentukan
oleh pemilik. Dalam menjalankan tugasnya, manajer cenderung untuk melakukan
segala cara agar dapat memenuhi target. Agen diasumsikan bertanggungjawab
untuk memiih sistem informasi yang digunakan. Informasi yang dipilih tersebut
dibuat agar pemilik sebagai pembuat keputusan dapat membuat keputusan terbaik
berdasarkan informasi yang tersedia bagi pemilik (Hendriksen dan Breda, 1991
dalam Dini, 2014)
27
28
Ketidakseimbangan pemilikan informasi antara pihak manajemen sebagai
penyedia informasi dan pemegang saham sebagai pengguna informasi merupakan
masalah inti dari asimetri informasi. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan
dimana informasi tidak lengkap, yaitu ketika tidak semua keadaan diketahui oleh
kedua pihak. Asimetri informasi dalam teori keagenan terjadi karena pemilik tidak
dapat mengawasi semua kegiatan manajer. Apa yang dilakukan oleh manajer bisa
saja berbeda dengan keinginan pemiik. Hal ini dapat disebabkan karena manajer
memiliki pilihan lain atau manajer sengaja untuk melalaikan tugas yang diberikan
oleh pemilik.
Jensen dan Meckling (dalam Vincentius, 2013) menjelaskan hubungan
keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan
kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis
(principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian
sumber daya tersebut. Menurut Messier, et al., (dalam Enggar, 2013) hubungan
keagenan ini mengakibatkan dua permasalahan yaitu : (a) terjadinya informasi
asimetris (information asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki
lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarya dan posisi
operasi entitas dari pemilik; dan (b) terjadinya konflik kepentingan (conflict of
interest) akibat ketidaksamaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak
sesuai dengan kepentingan pemilik.
Untuk mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini menimbulkan
biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik oleh principal maupun
agent. Jensen dan Meckling (dalam Miranty, 2012) membagi biaya keagenan ini
29
menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost adalah
biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent,
yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agent. Bonding cost
merupakan biaya yang ditangung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi
mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan
principal. Selanjutnya residual loss merupakan pengorbanan yang berupa
berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan
agent dan keputusan principal.
Menurut Eisenhardt (dalam Miranty, 2012), teori agensi menggunakan tiga
asumsi sifat manusia yaitu:
1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest).
2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
Mendatang (bounded rationality).
3. manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manusia akan bertindak
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Pihak agent
termotivasi untuk memaksimalkan fee kontraktual yang diterima sebagai sarana
dalam pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Sebaliknya, pihak
principal termotivasi untuk mengadakan kontrak atau memaksimalkan returns
dari sumber daya untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu
meningkat.
Konflik kepentingan ini terus meningkat karena pihak principal tidak
dapat memonitor aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent
30
bekerja sesuai dengan keinginan para pemegang saham. Sebaliknya, agent sendiri
memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan
kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang memicu timbulnya
ketidakseimbangan informasi antara principal dan agent. Kondisi ini dinamakan
dengan asimetri informasi. Menurut Scott (dalam Narsa, 2014) terdapat dua
macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya
pada dasarnya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek
perusahaan dibandingkan pemegang saham atau pihak luar. Dan informasi
yang mengandung fakta yang akan digunakan pemegang saham untuk
mengambil keputusan tidak diberikan seutuhnya oleh manajer.
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman.
Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang
saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma tidak
layak dilakukan.
Adanya asimetri informasi dapat mendorong agen untuk menyembunyikan
beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal untuk memaksimalkan
keuntungan bagi agen. Agen dapat termotivasi untuk melaporkan informasi yang
tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama jika informasi tersebut berkaitan
dengan pengukuran kinerja agen (Ujiyantho, 2011).
Hak pengendalian yang dimiliki oleh manajer memungkinkan untuk
diselewengkan dan dapat menimbulkan masalah keagenan yang dapat diartikan
31
dengan sulitnya investor memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka
investasikan dikelola dengan semestinya oleh manajer. Manajer memiliki
kewenangan untuk mengelola perusahaan dan dengan demikian manajer memiliki
hak dalam mengelola dana investor, Ujiyantho (2011).
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi internet baik informasi financial perusahaan ataupun
informasi non-financial perusahaan tersebut.
2.1.2.
Teori Sinyal
Teori sinyal dikembangkan oleh Ross (dalam Miranty (2012), menyatakan
bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai
perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada
calon investor agar harga saham perusahaannya meningkat.
Hal positif dalam teori sinyal dimana perusahaan yang memberikan
informasi yang bagus akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak
memiliki “berita bagus” dengan menginformasikan pada pasar tentang keadaan
mereka, sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh
perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus tidak akan dipercaya
oleh pasar, Wolk dan Tearney (dalam Miranty, 2012).
32
Prinsip signalling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung
informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymetric information. Asymmetric
information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih
banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki
informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal.
Tingkat asymetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah.
Teori Sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi adalah untuk mengurangi asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih
banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dibanding pihak luar
(investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan
menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang
rendah untuk perusahaan (Miranty, 2012).
Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi
asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah
dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi
keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai
prospek perusahaan yang akan datang.
Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan
sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan
dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal
tersebut baik maka harus dapat ditangkap pasar dan dipresepsikan baik serta tidak
33
mudah ditiru oleh perusahaan yang memliki kualitas yang buruk, Hartono (dalam
Narsa, 2014).
Menurut Jama’an (dalam Narsa, 2014) Signaling Theory mengemukakan
tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang
sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal
dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan
tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Teori Sinyal menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan
oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi
menyajikan keterangan, catatan atau proyeksi baik untuk keadaan masa lalu, saat
ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu
perusahaan dan bagaimana efek gambaran dan catatan masa lalu itu terhadap
perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat,tepat waktu dan dengan
tingkat transparasi tinggi sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai
alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
2.1.3.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh investor.
Kemakmuran pemegang saham atau investor tersebut tercermin dari nilai
perusahaan. Nilai perusahaan harus terus diperhatikan oleh perusahaan,
manajemen akan selalu berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaannya karena
34
dengan nilai perusahaan yang semakin meningkat maka perusahaan juga akan
meningkatkan kemakmuran para pemegang sahamnya dan perusahaan akan lebih
memiliki kemudahan dalam mendapatkan pendanaan dari para investor karena
melihat nilai perusahaan yang baik maka presepsi investor terhadap prospek
perusahaan juga baik.
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm
adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm),
Salvatore (dalam Miranty, 2012).
Semakin tinggi nilai suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula
kemakmuran pemegang saham. Oleh karena itu, pemilik perusahaan selalu
menginginkan nilai perusahaan yang tinggi. Nilai perusahaan merupakan persepsi
investor terhadap perusahaan yang seringkali dikaitkan dengan harga saham.
Harga saham yang tinggi mencerminkan nilai perusahaan juga tinggi (Nurchanifia
2012). Nilai perusahaan merupakan aspek yang cukup penting karena nilai
perusahaan juga mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham (Anggitasari,
2012). Semakin tinggi nilai suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula
kemakmuran pemegang saham. Oleh karena itu, pemilik perusahaan selalu
menginginkan nilai perusahaan yang tinggi.
Nilai perusahaan merupakan hal yang sangat penting yang benar-benar
harus diperhatikan oleh perusahaan. Andri dan Hanung (2007) dalam Reny (2012)
35
menyatakan nilai perusahaan adalah nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi
pemegang saham, nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya.
Manajemen perusahaan pasti akan selalu meningkatkan nilai perusahaannya
agar menjadi lebih baik. Jika nilai perusahaan tersebut terus meningkat, maka
perusahaan juga akan meningkatkan kemakmuran pemegang sahamnya. Dengan
demikan, perusahaan pun akan semakin mudah dalam mendapatkan pendanaan
dari para investor sehingga perusahaan akan tetap bertahan dalam persaingan
global.
Para invesor tidak akan bersedia dalam melakukan investasi atau melakukan
pendanaan pada perusahaan terkait apabila perusahaan tersebut tidak memiliki
prospek yang baik di masa yang akan datang karena investor ingin memiliki
return yang sesuai dengan harapan mereka.
Nilai perusahaan dapat diukur dengan beberapa rasio yang dapat digunakan,
salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan Tobin’s
Q. Rasio ini dikembangkan oleh Tobin pada tahun 1967 dan dinilai dapat
memberikan informasi yang paling baik, karena rasio ini dapat menjelaskan
berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan seperti terjadinya perbedaan
crossectional dalam pengambilan keputusan investasi dan diversifikasi, hubungan
antar kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan, hubungan antara
kinerja manajemen dengan keuntungan dalam akuisisi dan kebijakan pendanaan,
dividen dan kompensasi Sukamulja (dalam Enggar, 2013).
Tobin’s Q memasukkan semua unsur utang dan modal saham perusahaan,
tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang
36
dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset
perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja
yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber
pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga
dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur Sukamulja (dalam Enggar, 2013)
Herawaty (dalam Yeterina, 2012) menyatakan bahwa jika rasio tobin’s q di
atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang
memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan
merangsang investasi baru. Jika ini di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah
menarik. Tobin Q ditemukan oleh seorang pemenang hadiah nobel dari Amerika
Serikat yaitu James Tobin. Tobin Q dapat dirumuskan sebagai berikut (Narsa,
2014):
Q=
𝐸𝑀𝑉+𝐷
𝐸𝐡𝑉+𝐷
Keterangan :
Q
= Nilai Perusahaan.
EMV
= Nilai Pasar Ekuitas (Equity Market Value), diperoleh dari hasil
perkalian harga saham penutupan (closing price) akhir tahun dengan
jumlah saham yang beredar pada akhir tahun.
EBV
= Nilai buku dari total aset, diperoleh dari selisih total aset dengan total
kewajiban.
D
= Nilai buku dari total hutang.
37
2.1.4.
Good Coroporate Governance (GCG)
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan
kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah
mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para
Investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin
bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke
dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana yang
telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor
mengontrol para manajer (Sutrisno, 2011).
2.1.4.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG)
Ada berbagai pengertian Corporate Governance yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Terdapat beberapa pengertian yang telah dikeluarkan mengenai GCG.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan corporate
governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar
pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan, serta pula pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang
berkaitan degan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Menurut FCGI tujuan dari GCG adalah menciptakan nilai tambah untuk
stakeholder. FCGI juga berpendapat, apabila perusahaan menerapkan GCG, maka
38
keuntungan yang bisa didapatkan oleh perusahaan antara lain perusahaan lebih
mudah untuk mendapatkan tambahan modal; cost of capital menjadi lebih rendah;
meningkatkan kinerja bisnis; dan mempunyai dampak yang baik terhadap harga
saham perusahaan.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) mendefinisikan corporate
governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ
perusahaan
guna
memberikan
nilai
tambah
pada
perusahaan
secara
berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap
memperhatikan
kepentingan
stakeholder
lainnya,
berlandaskan
peraturan
perundangan dan norma yang berlaku.
2.1.4.2 Prinsip - Prinsip Good Corporate Governance
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang tertuang dalam
Pedoman Umum GCG Indonesia (2006), terdapat 5 asas / prinsip yang menjadi
pedoman dalam penerapan GCG yaitu antara lain :
1. Fairness (keadilan)
Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham termasuk hak-hak
pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing serta menjadi
terlaksananya komitmen dengan para investor .
2. Transparency (transparansi)
Mewajibkan adanya suatu sistem informasi yang terbuka, tepat waktu, jelas
dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan
perusahaan dan kepemilikan perusahaan .
39
3. Accountability (akuntabilitas)
Menjelaskan peran dan tanggung jawab serta mendukung usaha-usaha untuk
menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham
sebagaimana diawali oleh dewan komisaris.
4. Responsibility (pertanggungjawaban)
Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai
cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.
5. Independency (independensi)
Untuk melancarkan pelaksanaan corporate governance, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
2.1.4.3 Mekanisme Corporate Govenance
Mekanisme corporate governance menurut Akhmad Syakhroza (dalam
Vincentius, 2013) dapat diartikan sebagai suatu aturan main, prosedur dan
hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang
akan melakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut.
Mekanisme CG dibagi menjadi dua, yaitu internal mechanism (mekanisme
internal), seperti komposisi dewan direksi/komisaris, kepemilikan manajerial, dan
kompensasi eksekutif. Mekanisme yang kedua yaitu external mechanism
(mekanisme eksternal), seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing.
Mekanisme CG yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan
manajerial karena keterbatasan data mekanisme yang lain.
40
2.1.4.4 Kepemilikan Manajerial
Salah satu elemen GCG yang mempengaruhi insentif bagi manajemen untuk
melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham adalah pemilikan saham
oleh manajemen. Kepemilikan manajemen didefinisikan sebagai persentase saham
yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan yang meliputi komisaris dan direksi, Midiastuty dan
Machfoedz (dalam Vincentius, 2013).
Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan dalam suatu
perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan manajerial juga dapat
diartikan sebagai presentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur
perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen
dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005).
Christiawan dan Tarigan (dalam Miranty, 2012) menyatakan kepemilikan
manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh manajer atau dengan kata
lain manajer perusahaan tersebut sekaligus sebagai pemegang saham. Kepemilikan
manajerial berperan sebagai pihak yang menyatukan kepentingan antara manajer
dengan pemegang saham karena proporsi saham yang dimiliki manajer dan direksi
mengindikasikan menurunnya kecenderungan adanya tindakan manipulasi oleh
manajemen (Purwaningtyas, 2011).
41
Kepemilikan manajerial adalah proporsi pemegang saham dari pihak jajaran
manajerial perusahaan dari jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu. Yang
termasuk kedalam jajaran manejerial adalah dewan komisaris serta dewan direksi
perusahaan.
Jensen
dan
Meckeling
(dalam
Narsa,
2014)
mengatakan
bahwa
memaksimalkan jumlah kepemilikan manajerial adalah salah satu cara untuk
menekan terjadinya konflik agensi dalam perusahaan, dikarenakan manajemen
akan berimbas langsung dengan keputusan yang diambil. Dengan meningkatnya
jumlah kepemilkan manajerial, akan mempererat status kekayaan manajemen
secara pribadi dengan kekayaan perusahaan, sehingga manajemen akan berusaha
untuk mengurangi resiko atas kehilangan kekayaannya.
Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen
dengan pemegang saham, sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari
keputusan yang diambil. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada
perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk memenuhi kepentingan
pemegang saham karena pemegang sahamnya termasuk dirinya sendiri.
Dengan adanya kepemilikan manajerial akan mendorong pihak manajer
untuk bertindak sejalan dengan keinginan pemegang saham perusahaan dengan
meningkatkan kinerja dan tanggung jawab dalam mencapai kemakmuran
pemegang saham. Hal ini dikarenakan manajer akan merasakan langsung manfaat
dari setiap keputusan yang diambil dan juga kerugian yang timbul apabila
membuat keputusan yang salah. Manajer akan lebih mengutamakan kepentingan
42
untuk mencapai gaji dan kompensasi yang tinggi dibanding berusaha untuk
memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan.
2.1.4.5 Komite Audit
Berdasarkan kerangka dasar hukum di Indonesia perusahaan-perusahaan
publik diwajibkan untuk membentuk komite audit. Komite audit tersebut dibentuk
oleh dewan komisaris. Oleh karena itu, semua perusahaan mempunyai kewajiban
untuk membentuk komite audit. Ketentuan dan peraturan mengenai Komite Audit
diantaranya :
1. Surat Edaran Bapepam No.SE-03/PM/2000, tentang pelaksanaan pembentukan
Komite Audit bagi perusahaan yang go public.
2. Keputusan Direksi BEJ No.Kep-339/BEJ/07-2001, mengatur mengenai Komite
Audit dalam jumlah dan kualifikasi keanggotaan.
3. Surat Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-412/PM/2003, tentang pedoman
Pembentukan Komite Audit.
4. Kep-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan BUMN mempunyai Komite
Audit.
5. Peraturan No.IX.1.5 tentang pembentukan dan pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No.29/PM/2004.
Menurut Peraturan Nomor IX.1.5 dalam lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004 mengemukakan bahwa Komite Audit adalah
komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu
melaksanakan tugas dan fungsinya.
43
2.1.5.
Internet Financial Reporting (IFR)
IFR adalah pencantuman informasi keuangan perusahaan melalui internet
atau website resmi perusahaan (Lai et al., 2010 dalam Narsa, 2014). Pelaporan
keuangan yang diungkap melalui internet adalah informasi keuangan yang
disampaikan oleh pihak manajemen perusahaan kepada pihak pemangku
kepentingan (stakeholder), khususnya investor. Informasi yang disampaikan
kepada pasar tersebut dapat mempengaruhi reaksi pasar atau reaksi investor.
Selanjutnya investor akan merespon informasi tersebut sebagai sebuah sinyal
terhadap adanya peristiwa (event) tertentu. Respon para investor terhadap
pengungkapan pelaporan keuangan melalui internet dapat berupa respon positif
atau respon negatif. Investor akan memberi sebuah respon positif jika informasi
yang dipublikasi merupakan iinformasi baik (good news) dan sebaliknya investor
akan memberi sebuah respon negatif jika informasi yang dipublikasi merupakan
informasi bad news (Mooduto, 2013).
Keuntungan penerapan IFR menurut Almilia (2013) antara lain adalah,
pertama, penggunaan internet sebagai media penyampaian laporan keuangan
merupakan suatu penghematan bagi perusahaan karena tidak perlu lagi mencetak
laporan keuangan menggunakan kertas. Proses pendistribusian laporan keuangan
kepada pihak yang berkepentingan juga lebih efisien dan real-time, karena pihak
yang ingin melihat laporan keuangan dapat langsung memperolehnya melalui
internet. Kedua, kemudahan dalam mengakses informasi terkini, yang mana setiap
investor dapat mengakses informasi laporan keuangan dengan cepat dan mudah
44
dimanapun dan kapanpun mereka mau. Ketiga, menyediakan media komunikasi
dua arah antara manajemen perusahaan dengan pengunjung website. Beberapa
perusahaan bahkan telah mengijinkan pengunjung website mereka untuk
mendafttar sebagai anggota agar dapat dikirimi email tentang berita-berita
mengenai hal-hal terbaru tentang perusahaan (Narsa, 2014).
Selain keunggulan, IFR juga memiliki kelemahan, yaitu informasi yang
diungkap mungkin kurang akurat apabila perusahaan hanya mengandalkan
kecepatan dalam menyampaikan laproran keuangan daipada kekauratannya.
Selain itu, perusahaan kompetitor akan lebih mudah mengetahui informasi laporan
keuangan perusahan, sehingga sangat berisiko dalam perebutan pangsa pasar
(Damayanti dan Supatmi, 2012).
Menurut Narsa (2014), IFR memilikki dua elemen yaitu tingkat
pengungkapan informasi website dan lingkup pelaporan internet.
2.1.5.1 Tingkat Pengungkapan Informasi Website
Website menyediakan informasi lebih cepat dibanding media informasi
konvensional lainnya dan penginformasian melalui internet dapat mempengaruhi
harga saham untuk berfluktuasi hingga saham tersebut mencapai posisi yang
merefleksikan informasi yang baru masuk ke dalam pasar yang membuat sinyal
terhadap investor sehinga akan terdapat respon positif maupun negatif dari sinyal
yang didapat dari informasi website tersebut.
Tingkat pelaporan informasi website ini berguna untuk mengetahui
kuantitas informasi yang ada dalam website perusahaan. Semakin tinggi tingkat
45
pengungkapan informasi website perusahaan, makan semakin besar dampak dari
pengungkapan tersebut terhadap keputusan investor. Ketika informasi yang
diungkapkan oleh perusahaan lebih banyak maka sinyal positif akan kondisi
perusahaan akan dinilai semakin besar dan semakin baik dibandingkan dengan
perusahaan yang hanya memberikan informasi sedikit atau terbatas. Sehingga,
reaksi pasar yang akan ditimbulkan pasti akan berbeda pula.
Informasi yang ada pada website perusahaann terus berkembang sehingga
tidak hanya faktor keuangan saja, melainkan juga faktor non keuangan seperti halhal yang berkaitan dengan sumber daya dan kinerja entitas pelaporan. Semakin
banyak item pengungkapkan yang diungkapkan kepada publik, semakin tinggi
pula nilai suatu perusahaan bagi investor, Afifurrahman dan Hapsoro (dalam
Narsa, 2014).
Jadi dapat dikatakan bahwa tingkat pengungkapan informasi yang lebih
tinggi di website perusahaan akan menyebabkan investor memperoleh informasi
yang relevan dalam waktu cepat. Hal tersebut akan membuat investor dapat lebih
cepat bereaksi atau melakukan tindakan terhadap saham perusahaan yang
membuat harga saham lebih cepat bergerak dan secara otomatis mempertinggi
frekuensi perdagangan saham yang akan berpengaruh pada nilai perusahaan.
2.1.5.2 Lingkup Pelaporan Internet
Lingkup pelaporan internet didefinisikan sebagai sejauh mana website
perusahaan terkait pada website lain baik di dalam maupun di luar perusahaan
(Narsa, 2014). Apakah suatu website pribadi perusahaan tersebut terdapat pada
46
website pemasoknya, anak perusahaannya, ataukah website lain. Semakin besar
lingkup pelaporan internet perusahaan tersebut pada website lain, maka akan besar
pengaruhunya terhadap respon investor. Lingkup pelaporan internet memiliki
item-item yang digunakan dalam menganalisis seberapa luas lingkup pelaporan
internet tersebut seperti website bursa saham, website anak perusahaan, website
pemasok dan juga produsen.
Menurut Narsa (2014), internet adalah sebagai informasi tambahan dalam
website pusat yang dimiliki perusahaan. Lingkup pelaporan internet digunakan
untuk melihat dan mengukur struktur website pusat yang dimiliki perusahaan
terhubung dengan website lain baik yang ada di dalam perusahaan ataupun di luar
perusahaan. Item-item yang ada dalam lingkup pelaporan internet adalah website
bursa saham, website anak perusahaan dan divisi utama, website unit bisnis
strategis, dan website milik perusahaan hulu seperti pemasok dan produsen, serta
perusahaan hilir seperti distributor, pengecer, dan konsumen.
2.1.6. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah prestasi kerja atau hasil kerja yang telah diraih
oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan hasil kerja tersebut dituangkan
pada
laporan
keuangan
perusahaan.
Tujuan
manajemen
adalah
untuk
memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus
memanfaatkan keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara terus menerus
memperbaiki kelemahan – kelemahan yang ada.
47
Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan
perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas
yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan
usahanya dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2012:2).
Salah satu
caranya
adalah mengukur kinerja keuangan dengan
menganalisa laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan. Hasil
pengukuran terhadap capaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau
pengelola perusahaan untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya dan
dijadikan landasan pemberian reward and punishment terhadap manajer dan
anggota organisasi. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu
tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan
dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan
keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri
kepada para stakeholder.
2.1.6.1 Return on Asset (ROA)
Menurut Suad Husnan (2011 : 63), ROA merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin
tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan.
48
Return on Asset (ROA) adalah rasio yang termasuk kedalam rasio
profitabilitas perusahaan. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa efisien perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Rasio
Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang diperoleh
sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Berikut adalah perhitungan ROA
(Suad Husnan 2011 : 63 ) :
𝐸𝐴𝑇
ROA=π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠
2.1.6.2 Debt to Assets Ratio (DAR)
Debt to Assets Ratio (DAR) adalah rasio yang termasuk kedalam rasio
leverage perusahaan. Rasio Leverage merupakan suatu rasio yang digunakan
untuk menggambarkan bagaimana kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi
utang-utang yang dimiliki perusahaan tersebut. Rasio leverage dapat diukur
dengan membandingkan antara kewajiban dengan total aset. Dengan utang yang
dimiliki perusahaan, maka diharapkan perusahaan mampu mendanai dan
mengelola aset yang dimiliki untuk mendapatkan laba sehingga nilai perusahaan
akan semakin meningkat.
Menurut Suad Husnan (2011 : 65) rasio ini pada dasarnya menggambarkan
bagaimana suatu perusahaan membiayai dirinya. Rasio ini menyangkut jaminan,
yang mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang apabila pada
suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Rasio ini menunjukkan
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau kreditor.
49
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa DAR sebagai rasio
yang penting dalam suatu perusahaan karena sebagai alat analisis investor dalam
berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Berikut adalah perhitungan DAR menurut Suad Husnan (2011 : 66 ) :
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘”
Debt to Asset Ratio= π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑒𝑑 x100%
2.1.7.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan perusahaan dapat dilihat dari keseluruhan aset yang
dimiliki oleh suatu perusahaan, semakin besar aset yang dimiliki oleh suatu
perusahaan maka manajemen dapat lebih leluasa untuk mengendalikan dan
menggunakan aset perusahaan dalam rangka meningkatkan nilai dari perusahaan
yang dikelolanya. Perusahaan besar memiliki agency cost yang tinggi daripada
perusahaan yang kecil, karena perusahaan besar memiliki kewajiban yang lebih
besar dalam menyampaikan laporan keuangan secara lengkap dan cepat kepada
para shareholder.
Secara umum perusahaan yang mempunyai total aset yang relatif besar
dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang yang lebih tinggi dibandingkan
dengan peusahaan yang total asetnya rendah. Oleh karena itu perusahaan dengan
total aset yang lebih besar akan lebih mampu untuk menghasilkan tingkat
keuntungan yang lebih tinggi (Marhamah, 2013).
Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan
dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah alasan berbeda. Ukuran perusahaan
50
dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan dalam memperoleh dana dari
pasar modal dan menentukan kekuatan tawar-menawar (bargaining power) dalam
kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari
berbagai bentuk utang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang terlibat,
semakin memungkinkan membuat kontrak yang dapat dirancang sesuai dengan
preferensi kedua pihak, sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar utang,
Agnes (2015).
Moh’d, Perry, & Rimbey (dalam Agnes, 2015) mengemukakan bahwa
perusahaan yang berukuran besar akan lebih mudah mengakses pendanaan
melalui pasar modal. Kemudahan ini merupakan informasi baik bagi pengambilan
keputusan investasi dan juga dapat me-refleksikan nilai perusahaan di masa
mendatang. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang dapat dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih. Semakin
besar total aktiva maupun penjualan, maka semakin besar pula ukuran suatu
perusahaan.
2.1.8.
Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan
dan referensi dalam penelitian ini adalah :
51
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No
1.
Peneliti
(Tahun)
Narsa (2014)
Tujuan
Metode
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
Tujuan penelitian ini untuk
menguji, apakah ada perbedaan
nilai
perusahaan
antara
perusahaan yang menerapkan
Internet Financial Reporting
(IFR) dan perusahaan yang
tidak menerapkan. Apakah ada
pengaruh
tingkat
pengungkapan
informasi
website (TPIW) dan luas
lingkup pengungkapan IFR
(LPI) terhadap nilai perusahaan
(Q). Untuk menguji kerobasan
hasil,
penelitian
ini
menggunakan variabel kontrol
yaitu
ukuran
perusahaan
(SIZE)
dan
profitabilitas
(ROA). Jumlah sampel yang
diteliti
sebanyak
184
perusahaan non keuangan yang
terdaftar di BEI selama tahun
2012.
Model
multiple
regression
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
perusahaan
yang
melakukan
IFR
terbukti
memiliki nilai perusahaan yang
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak
melakukan.
Perbedaan ini
secara
statistik
signifikan.
Penelitian
ini
juga
mendokumentasi bahwa TPIW,
LPI, dan ROA berpengaruh
positif
terhadap
nilai
perusahaan, sementara SIZE
berpengaruh negatif.
Sampel
penelitian
menggunakan
perusahaan
non-keuangan yang terdaftar
di BEI selama tahun 2012.
Penelian
ini
tidak
menggunakan
variabel
independen GCG dan DAR
Metode yang dipakai
yaitu
regresi
berganda, , variabel
IFR,TPIW,
LPI,
SIZE dan variabel
Nilai perusahaan
52
No
2.
3.
Peneliti
(Tahun)
Dini, (2014)
Mathius,
(2014)
Tujuan
Metode
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
This study aims to analyze the
influence of Internet Financial
Reporting (IFR) , Level
Disclosure and Timeliness (
Timelines ) Submission of
Financial Information Website
On The Stock Market . Sample
in this study consisted of 70
companies listed in the Jakarta
Islamic Index ( JII ) from 20082012
Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh
bukti
secara
empiris mengenai pengaruh
Internet Financial Reporting
dan Tingkat Pengungkapan
Informasi Berbasis Website
terhadap
Frekuensi
Perdagangan
Saham
Perusahaan pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2010-2013 secara parsial
dan simultan
Model
multiple
regression
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa IFR berpengaruh positif
terhadap
abnormal
return
saham. Tingkat pengungkapan
informasi berpengaruh negatif
terhadap
abnormal
return
saham.
Timeliness
tidak
mempunyai
pengaruh
signifikan terhadap
abnormal return saham.
Sampel
penelitian
menggunakan Jakarta Islamic
Index 2008-2012, variabel
independen
timeliness,
variabel
abnormal
return,tidak
menggunakan
variabel
GCG
sebagai
variabel independen dan
variabel
dependen
nilai
perusahaan.
Metode
regresi
berganda
yang
digunakan
dan
variabel independen
IFR
Model
Regresi
berganda
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
Internet
Financial
Reporting berpengaruh positif
dan
signifikan
terhadap
frekuensi perdagangan saham
perusahaan,
tingkat
pengungkapan
informasi
berbasis website berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
frekuensi perdagangan saham
perusahaan, Internet Financial
Reporting
dan
tingkat
pengungkapan
informasi
berbasis
website
secara
simultan berpengaruh frekuensi
perdagangan
saham
perusahaan.
Sampel
penelitian
yang
digunakan adalah perusahaan
pertambangan yang terdaftar
di BEI tahun 2010-2013 dan
variabel dependen
yang
digunakan adalah frekuensi
perdagangan saham. Tidak
menggunakan GCG dan
Kinerja Keuangan.
Metode
regresi
berganda,
variabel
independen IFR dan
variabe,
tingkat
pengungkapan
informasi website.
53
No
4.
5.
Peneliti
(Tahun)
Mellisa
(2012)
Emrinaldi,
(2015)
Tujuan
Metode
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
Sampel
penelitian
yang
digunakan adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
BEI, dan
variabel umur
perusahaan.
Tidak
menggunakan variabel GCG
dan tidak menggunakan
variabel nilai perusahaan
sebagai variabel dependen.
Metode dan sampel yang
digunakan yaitu event study
dan sampel yang digunakan
adalah
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
BEI dan variabel independen
nilai saham, harga saham
serta abnormal return.tidak
menggunakan variabel GCG
dan ukuran perusahaan serta
kinerja keuangan sebagai
variabel independen dan juga
tidak menggunakan variabel
dependen nilai perusahaan.
Meetode
yang
digunakan, Variabel
ukuran perusahaan,
profitabilitas
dan
leverage
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
likuiditas, leverage, dan umur
perusahaan terhadap Internet
Financial
Reporting
pada
perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia.
Regresi
berganda
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
variabel
ukuran
perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap Internet
Financial Reporting.
Penelitian ini bertujuan untuk
meneliti dan mengkaji secara
empiris bagaimana pengaruh
IFR terhadap pasar yang
diproksikan pada harga saham,
nilai saham dan abnormal
return saham dengan melihat
pengaruh
tersebut
pada
tingkatan dan keluasan ruang
lingkup pengungkapan
Event
study
Hasil penelitian menunjukkan
terdapat
perbedaam
harga
saham, nilai saham dan
abnormal
return
saham
terhadap
perusahaan yang
menerapkan IFR dan yang tidak
menerapkann IFR.
Menggunakan
variabel independen
tingkat
pengungkapan dan
juga luas lingkup
pengungkapan.
54
No
6.
Peneliti
(Tahun)
Afifurrahman,
(2008)
Tujuan
Metode
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
Penelitian ini bertujuan untuk
menguji
pengaruh
pengungkapan sukarela melalui
website
terhadap
nilai
perusahaan. Membandingkan
pengaruh
pengungkapan
sukarela melalui website dan
pengungkapan sukarela yang
tidak melalui web site terhadap
nilai
perusahaan.
Membandingkan
nilai
perusahaan
yang
mengungkapkan
informasi
sukarela
melalui
website
dengan perusahaan yang tidak
mengungkapkan
informasi
sukarela melalui website.
Regresi
berganda.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan
bahwa nilai perusahaan yang
melakukan
pengungkapan
sukarela melalui website adalah
lebih besar daripada nilai
perusahaan
yang
tidak
melakukan
pengungkapan
sukarela melalui website.
Sampel
penelitian
yang
digunakan yaitu perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta pada tahun 2005,
tidak menggunakan DAR dan
ROA serta GCG sebagai
variabel independen.
Metode
penelitian
yang digunakan yaitu
regresi
berganda,
variabel
dependen
yaitu
nilai
perusahaan
serta
variabel independen
ROE,
ukuran
perusahaan dan DER.
55
No
7.
8.
Peneliti
(Tahun)
Natalia,
(2013)
Geta, (2015)
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui struktur modal
yang diukur dengan Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap
nilai perusahaan manufaktur
yang go publik di Indonesia,
mengetahui struktur modal
yang diukur dengan Debt to
Aset Ratio(DAR) terhadap nilai
perusahaan manufaktur yang
go publik di Indonesia,
mengetahui pengaruh secara
bersama-sama struktur modal
yang diukur dengan Debt to
Equity Ratio dan Debt to
AsetRatio terhadap nilai
perusahaan manufaktur yang
go publik di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui secara empiris
tingkat pengungkapan dalam
laporan tahunan, dan niilai
perusahaan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2011-2013.
Metode
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
Regresi
berganda
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa DER dan DAR tidak
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Sampel
penelitian
yang
digunakan yaitu perusahaan
manufaktur
dan
tidak
menggunakan
variabel
independen ROA, GCG, dan
IFR.
Metode
yang
digunakan
yaitu
regresi berganda dan
variabel
DAR
sebagai
variabel
independen.
Regresi
linear
sederhana
Hasil
penelitian
mengungkapkan bahwa tingkat
pengungkapan informasi dalam
laporan tahunan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Metode
penelitian
yang
menggunakan regresi liniear
dan sampel yang digunakan
perusahaan
manufaktur.
Tidak menggunakan GCG,
LPI, dan kinerja keuangan
sebagai variabel independen.
Variabel dependen
yang digunakan yaitu
nilai perusahaan.
56
No
9.
10.
Peneliti
(Tahun)
Rifqi, (2015)
Miranty,
(2012)
Tujuan
Metode
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh ukuran
perusahaan, leverage dan
profitabilitas terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan
manufaktur yang terdafatar di
BEI tahun 2011-2013.
Regresi
Berganda
Sampel yang digunakan
yaitu perusahaan manufaktur
dan
peenggunaan
ROE
sebagai variabel independen,
tidak menggunakan ROA dan
IFR serta GCG sebagai
variabel independen.
Penelitian ini untuk mengetahui
efek dari ROE, Kepemilikan
Manajerial dan pengungkapan
CSR terhadap nilai perusahaan
yang dihitung melalui Tobin’s
Q pada perusahaan LQ45 tahun
2009-2011.
Regresi
Berganda
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan
dan
leverage
berpengaruh negatif namun
tidak
signifikan.
Namun
profitabilitas
berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa ROE,
GCG dan CSR berpengaruh
secara simultan terhadap nilai
perusahaan sedangkan ssecara
parsial hanya ROE saja yang
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan,
Metode
penelitian
yang digunakan serta
variabel independen
yang digunakan yaitu
ukuran perusahaan
dan DAR serta Nilai
perusahaan sebagai
variabel dependen.
Sampel
yang
digunakan
dalam
penelitian
yaitu
perusahaan
LQ45
serta
variabel
kepemilkan
manajerial
sebagai
variabel dindependen
dan nilai perusahaan
sebagai
variabel
dependen.
Menggunakan CSR dan ROE
sebagai variabel independen.
57
No
11.
Peneliti
(Tahun)
Jacinta,
(2015)
Tujuan
Penelitian ini untuk mengetahui
faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
bursa efek Indonesia pada
tahun 2005-2010.
Metode
Regresi
Panel
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
Hasil dari penilitian ini
menunjukkan bahwa likuiditas
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan
sedangkan
keputusan keuangan, kebijakan
dividen
dan
profitabilitas
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
niilai
perusahaan hal ini sejalan
dengan kebijakan investasi
yang berpengaruh positif dan
signifkan
terhadap
nilai
perusahaan pada tingkat 10%.
Aktivitas
dan
ukuran
perusahaan tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Metode yang digunakan yaitu
metode regresi panel, serta
variabel independen nya
yaitu likuiditas, keputusan
keuangan, kebijakan dividen
dan kebijakan investasi dan
juga vaiabel aktivitas. Tidak
menggunakan GCG dan IFR
sebagai variabel independen.
Menggunakan ROA,
ukuran perusahaan,
sebagai
variabel
independen dan juga
menggunakan nilai
perusahaan sebagai
variabel dependen.
58
No
12.
Peneliti
(Tahun)
Michail,
(2014)
Tujuan
Metode
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran dari
penerapan IFR pada perusahaan
publik yunani dan perusahaan
kontruksi.
Regresi
Berganda
Leverage dan umur perusahaan
memiliki hubungan negatif
yang signifikan dari skor indeks
dengan
profitabilitas
dan
kepemilikan dispersi yang
diamati. Selain itu , asosiasi
sedikit signifikan dari nilai
indeks dengan nilai pasar
dengan nilai buku ditemukan .
Di sisi lain karakteristik ukuran
perusahaan
dan
ukuran
perusahaan
audit
tidak
ditemukan
menjadi
faktor
signifikan untuk pelaporan
internet dari Yunani dan
perusahaan Siprus .
Terdapat
pada
variabel
independen yaitu dipersi
kepemilikan,
umur
perusahaan, nilai pasar dan
nilai
buku,
tidak
menggunakan GCG dalam
variabel independennya dan
juga nilai perusahaan sebagai
variabel dependen. Pelaporan
internret menjadi variabel
dependen.
Menggunakan
metode yang sama
dan
menggunakan
variabel independen
ukuran perusahaan.
59
No
13.
14.
Peneliti
(Tahun)
Benyamin,
(2015)
Aly, (2009)
Tujuan
Metode
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
Penelitian ini bertujuan untuk
mrngatahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan IFR index
pada level popuaritas website
berdasarkan perusahaan
asuransi.
Korelasi
Spearman
Metode
analisis
yang
digunakan yaitu korelasi
spearman
dan
sampel
penelitian pada perusahaan
asuranso
juga
variabel
dependen adalah popularitas
website sedangkan variabel
independen yaitu ketepatna
waktu, teknologi, pengguna,
IFR indeks, total aset, jumlah
halaman web, dan konten.
Sama-sama
mengunakan
IFR
sebagai
variabel
independen.
Penelitan ini bertujuan untuk
menguji faktor potensial
yangdapat mempengaruhi level
pelaporan internet perusahaan
pada perusahaan Mesir yang
terdaftar pada bursa efek.
Regresi
Berganda
Hasil penelitian menunjukan
terdapat
hubungan
yang
signifikan dengan satu sama
lain antara indeks pelaporan
keuangan internet ( isi ,
ketepatan waktu , teknologi dan
dukungan pengguna ) dengan
popularitas situs (peringkat
dunia ), terdapat hubungan
yang signifikan dengan satu
sama lain antara jumlah
halaman di web ( ukuran )
dengan situs popularitas (
peringkat dunia ) . terdapat
perbedaan yang signifikan
dengan satu sama lain antara
asuransi jiwa dan asuransi
umum, terdapat hubungan yang
signifikan dengan satu sama
lain antara IFRI dengan
aset perusahaan .
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa profitabilitas , daftar
asing dan sektor industri
(Komunikasi
dan
jasa
keuangan) merupakan faktor
paling
penting
yang
mempengaruhi jumlah dan
format
penyajian
laporan
internet di Mesir .
Sampel yang digunakan
adalah
perusahaanperusahaan yang terdaftar
padabursa
efek
Mesir,
menggunakan ROE, CR, tipe
industri, uukuran auditor, dan
perusahaan asing sebagai
variabel independen serta
IFR
sebagai
variabel
dependen.
Tidak
menggunakan GCG.
Metode
penelitian
yang digunakan, lalu
menggunakan DAR
dan
ukuran
perusahaan sebagai
variabel independen.
Penulis akan melakukan penelitain dengan menggunakan variabel yang
akan diteliti pada indeks LQ45 BEI pada tahun 2012-2014 yaitu Good Corporate
Governance (Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit), Internet Financial
Reporting (Tingkat Pengungkapan informasi Website dan Lingkup Pelaporan
Internet), Kinerja Keuangan (Return on Asset dan Debt to Asset Ratio) dan
Ukuran Perusahaan sebagai variabel bebas, Nilai Perusahaan sebagai variabel
terikat.
Penulis menyajikan penelitian yang sama dengan beberapa penelitian
terdahulu yaitu menggunakan analisis regresi berganda, sehingga akan
mengetahui sejauh mana Nilai Perusahaan dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu
Good Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit),
Internet Financial Reporting (Tingkat Pengungkapan informasi Website dan
Lingkup Pelaporan Internet), Kinerja Keuangan (Return on Asset dan Debt to
Asset Ratio) dan Ukuran Perusahaan.
2.2. Kerangka Pemikiran
2.2.1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme GCG yang
dapat mempengaruhi manajemen untuk melaksanakan kepentingan terbaik dari
pemegang saham. GCG muncul dan berkembang dari teori agensi, yang
menghendaki
adanya
pemisahan
antara
kepemilikan
dan
pengendalian
perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen
akan berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan para pemegang saham.
60
61
Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen juga akan memperoleh keuntungan bila
perusahaan memperoleh laba.
Kepemilikan manajerial merupakan proporsi pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
(direktur dan komisaris). Struktur kepemilikan akan memiliki motivasi yang
berbeda dalam memonitor perusahaan serta manajemen dan dewan direksinya.
Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dikarenakan kinerja
manajer dan monitoring institusi dalam mengelola perusahaan menentukan nilai
perusahaan tersebut (Mutiya, 2012).
2.2.2. Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan
Komite audit menyebabkan peningkatan nilai perusahaan karena
keberadaan komite audit dapat memberikan sinyal positif pada para investor.
Komite audit merupakan salah satu mekanisme dari GCG, jika pelaksanaan
mekanisme GCG dilakukan dengan baik, membuat investor memberikan respon
positif terhadap perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2013), dengan keterlibatan
kepemilikan
saham,
manajer
diharapkan
dapat
bertindak
dengan
menpertimbangkan segala resiko yang ada serta memotivasi diri untuk
meningkatkan kinerjanya dalam mengelola perusahaan.
62
Penelitian yang dilakukan oleh Rachman (2012) menyatakan bahwa
meningkatnya kepemilikan manajerial akan berdampak positif terhadap nilai
perusahaan karena dengan bertambahnya kepemilikan saham oleh pihak
manajemen perusahaan maka kontrol pada aktivitas manajemen akan meningkat,
sehingga setiap aktivitas dan keputusan perusahaan akan maksimal.
2.2.3. Pengaruh Tingkat Pengungkapan Informasi Website terhadap Nilai
Perusahaan
Semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi website dalam kuantitas
transparansi, semakin besar dampak dari pengungkapan tersebut pada proses
pengambilan keputusan investor. Berkurangnya asimetri informasi pada
perusahaan dapat menyebabkan naiknya nilai perusahaan secara signifikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan apabila perusahaan mempunyai derajat
transparansi yang tinggi melalui tingkat pelaporan informasi website, akan
memberi manfaat pada tingginya nilai perusahaan karena berkurangnya asimetri
informasi dan ketidakpastian prospek perusahaan di masa depan ( Narsa : 2014).
2.2.4. Pengaruh Lingkup Pelaporan Internet terhadap Nilai Perusahaan
Lingkup pelaporan internet digunakan untuk melihat dan mengukur
struktur website pusat yang dimiliki perusahaan terhubung dengan website lain
baik yang ada di dalam perusahaan ataupun di luar perusahaan. Item-item yang
ada dalam lingkup pelaporan internet adalah website bursa saham, website anak
perusahaan dan divisi utama, website unit bisnis strategis, dan website milik
63
perusahaan hulu seperti pemasok dan produsen, serta perusahaan hilir seperti
distributor, pengecer, dan konsumen (Narsa :2014).
Lingkup Pelaporan Internet dapat mengurangi asimetri informasi antara
perusahaan dengan pihak luar. Pengungkapan informasi pada website tersebut
merupakan suatu sinyal dari perusahaan pada pihak luar, salah satunya berupa
informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Kadek : 2014).
Semakin tinggi lingkup pelaporan internet, semakin besar dampak dari
pelaporan tersebut pada proses pengambilan keputusan investor. Dengan hal
tersebut, akan memberikan manfaat pada tingginya nilai perusahaan.
2.2.5. Pengaruh Return on Asset terhadap Nilai Perusahaan
Return on Asset (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan
secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Para investor melakukan
analisis pada suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan perusahaan salah
satunya dari rasio profitabilitas mereka, karena rasio keuangan mencerminkan
tinggi atau rendahnya nilai perusahaan.
ROA menurut Kasmir (2012:201) adalah rasio yang menunjukan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA
memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukan
efektivitas
memperoleh pendapatan.
manajemen
dalam
menggunakan
aktiva
untuk
64
Menurut Mardiyanto (2011 : 196) ROA adalah rasio digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari
aktivitas investasi. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai oleh perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. Peningkatan
daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh
investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan
berdampak pada harga saham perusahaan tersebut sehingga nilai perusahaan akan
semakin baik pula dengan adanya peningkatan ROA.
2.2.6. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Nilai Perusahaan
Debt to Assets Ratio (DAR) merupakan ukuran yang dipakai dalam
menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang
tersedia untuk kreditor.
Menurut Sartono (2012 : 121) semakin tinggi DAR, semakin tinggi risiko
yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin
tinggi. Rasio yang tinggi menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk
membiayai aktiva. Hal ini akan direspon negatif oleh para investor. Pada kondisi
yang seperti itu harga saham akan menurun karena respon negatif investor
sehingga menyebabkan penurunan harga saham dan juga penurunan nilai
perusahaan.
DAR merupakan ratio yang digunakan untuk menilai utang dengan aset.
Rasio ini termasuk dari bagian rasio Leverage, yaitu rasio untuk mengukur
seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Menurut Lukman (2011:54),
65
DAR mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur.
Semakin tinggi rasio ini, semakin besar modal pinjaman yang digunakan dalam
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Maka dari itu, DAR dapat
mempengaruhi nilai perusahan karena dapat dijadikan dasar investor untuk
menanamkan invesatasinya.
2.2.7. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Semakin besar total aset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Semakin besar aset menandakan bahwa perusahaan memiliki
cukup sumber daya untuk mendanai kegiatan operasional serta melunasi
kewajiban di masa yang akan datang. Dengan demikian maka perusahaan besar
memiliki risiko yang lebih kecil jika dibandingkan perusahaan kecil.
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan yang dihitung
menggunakan logaritma natural dari nilai total asset perusahaan. Perusahaan yang
memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki
prospek yang baik, dan dianggap lebih mampu menghasilkan laba dibanding
perusahaan dengan total aset yang kecil (Mellisa :2012).
Kondisi tersebut menjadi penyebab atas naiknya harga saham perusahaan di
pasar modal. Investor memiliki ekspektasi yang besar terhadap perusahaan besar.
Peningkatan permintaan saham perusahaan akan dapat memacu pada peningkatan
harga saham di pasar modal. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan dianggap memiliki nilai yang lebih besar.
66
Berdasarkan pemikiran tersebut maka kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
VARIABEL INDEPENDEN
Good Corporatae Governance
Kepemilikan Manajerial
Komite Audit
VARIABEL
DEPENDEN
Internet Financial Reporting
Tingkat pengungkapan Website
Lingkup Pelaporan Internet
NILAI PERUSAHAAN
Kinerja Keuangan
ROA
DAR
Ukuran Perusahaan
Gambar 2. 1
Paradigma Penelitian
2.3.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka diajukan rumus hipotesis sebagai
jawaban sementara yang akan di uji dan dibuktikan kebenarannya, pengujian
hiptesis simultan dan parsial sebagai berikut :
Good Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit),
Internet Financial Reporting (Tingkat Pengungkapam Informasi Website dan
Lingkup Pelaporan Internet), Kinerja Keuangan (Return on Asset dan Debt to
67
Asset Ratio) dan Ukuran Perusahan berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap Nilai Perusahaan.
Download