BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kegiatan mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan (Suharsimi Arikunto, 2011:58). Penelitian ini menggunakan berbagai sumber dan literatur baik berupa buku maupun referensi lain sebagai dasar teori dalam analisis perhitungan. Informasi dari suatu perusahaan merupakan unsur yang penting sebelum investor melakukan investasi, berbagai analisis yang timbul akibat kebutuhan investor untuk mengetahui kinerja dari perusahaan. 2.1.1. Teori Keagenan Teori agensi melibatkan dua pihak yang disebut agen dan prinsipal. Agen dalam teori ini adalah manajer perusahaan, sedangkan prinsipal adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham. Pemilik memberikan tanggungjawab kepada manajer untuk menjalankan perusahaan dan mencapai target yang telah ditentukan oleh pemilik. Dalam menjalankan tugasnya, manajer cenderung untuk melakukan segala cara agar dapat memenuhi target. Agen diasumsikan bertanggungjawab untuk memiih sistem informasi yang digunakan. Informasi yang dipilih tersebut dibuat agar pemilik sebagai pembuat keputusan dapat membuat keputusan terbaik berdasarkan informasi yang tersedia bagi pemilik (Hendriksen dan Breda, 1991 dalam Dini, 2014) 27 28 Ketidakseimbangan pemilikan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dan pemegang saham sebagai pengguna informasi merupakan masalah inti dari asimetri informasi. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana informasi tidak lengkap, yaitu ketika tidak semua keadaan diketahui oleh kedua pihak. Asimetri informasi dalam teori keagenan terjadi karena pemilik tidak dapat mengawasi semua kegiatan manajer. Apa yang dilakukan oleh manajer bisa saja berbeda dengan keinginan pemiik. Hal ini dapat disebabkan karena manajer memiliki pilihan lain atau manajer sengaja untuk melalaikan tugas yang diberikan oleh pemilik. Jensen dan Meckling (dalam Vincentius, 2013) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Menurut Messier, et al., (dalam Enggar, 2013) hubungan keagenan ini mengakibatkan dua permasalahan yaitu : (a) terjadinya informasi asimetris (information asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarya dan posisi operasi entitas dari pemilik; dan (b) terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidaksamaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik. Untuk mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik oleh principal maupun agent. Jensen dan Meckling (dalam Miranty, 2012) membagi biaya keagenan ini 29 menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agent. Bonding cost merupakan biaya yang ditangung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal. Selanjutnya residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agent dan keputusan principal. Menurut Eisenhardt (dalam Miranty, 2012), teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: 1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest). 2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa Mendatang (bounded rationality). 3. manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Pihak agent termotivasi untuk memaksimalkan fee kontraktual yang diterima sebagai sarana dalam pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Sebaliknya, pihak principal termotivasi untuk mengadakan kontrak atau memaksimalkan returns dari sumber daya untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Konflik kepentingan ini terus meningkat karena pihak principal tidak dapat memonitor aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent 30 bekerja sesuai dengan keinginan para pemegang saham. Sebaliknya, agent sendiri memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang memicu timbulnya ketidakseimbangan informasi antara principal dan agent. Kondisi ini dinamakan dengan asimetri informasi. Menurut Scott (dalam Narsa, 2014) terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya pada dasarnya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pemegang saham atau pihak luar. Dan informasi yang mengandung fakta yang akan digunakan pemegang saham untuk mengambil keputusan tidak diberikan seutuhnya oleh manajer. 2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma tidak layak dilakukan. Adanya asimetri informasi dapat mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal untuk memaksimalkan keuntungan bagi agen. Agen dapat termotivasi untuk melaporkan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen (Ujiyantho, 2011). Hak pengendalian yang dimiliki oleh manajer memungkinkan untuk diselewengkan dan dapat menimbulkan masalah keagenan yang dapat diartikan 31 dengan sulitnya investor memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka investasikan dikelola dengan semestinya oleh manajer. Manajer memiliki kewenangan untuk mengelola perusahaan dan dengan demikian manajer memiliki hak dalam mengelola dana investor, Ujiyantho (2011). Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi internet baik informasi financial perusahaan ataupun informasi non-financial perusahaan tersebut. 2.1.2. Teori Sinyal Teori sinyal dikembangkan oleh Ross (dalam Miranty (2012), menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor agar harga saham perusahaannya meningkat. Hal positif dalam teori sinyal dimana perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus tidak akan dipercaya oleh pasar, Wolk dan Tearney (dalam Miranty, 2012). 32 Prinsip signalling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymetric information. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Tingkat asymetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah. Teori Sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dibanding pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan (Miranty, 2012). Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut baik maka harus dapat ditangkap pasar dan dipresepsikan baik serta tidak 33 mudah ditiru oleh perusahaan yang memliki kualitas yang buruk, Hartono (dalam Narsa, 2014). Menurut Jama’an (dalam Narsa, 2014) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori Sinyal menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi menyajikan keterangan, catatan atau proyeksi baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana efek gambaran dan catatan masa lalu itu terhadap perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat,tepat waktu dan dengan tingkat transparasi tinggi sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. 2.1.3. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh investor. Kemakmuran pemegang saham atau investor tersebut tercermin dari nilai perusahaan. Nilai perusahaan harus terus diperhatikan oleh perusahaan, manajemen akan selalu berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaannya karena 34 dengan nilai perusahaan yang semakin meningkat maka perusahaan juga akan meningkatkan kemakmuran para pemegang sahamnya dan perusahaan akan lebih memiliki kemudahan dalam mendapatkan pendanaan dari para investor karena melihat nilai perusahaan yang baik maka presepsi investor terhadap prospek perusahaan juga baik. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm), Salvatore (dalam Miranty, 2012). Semakin tinggi nilai suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham. Oleh karena itu, pemilik perusahaan selalu menginginkan nilai perusahaan yang tinggi. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang seringkali dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi mencerminkan nilai perusahaan juga tinggi (Nurchanifia 2012). Nilai perusahaan merupakan aspek yang cukup penting karena nilai perusahaan juga mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham (Anggitasari, 2012). Semakin tinggi nilai suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham. Oleh karena itu, pemilik perusahaan selalu menginginkan nilai perusahaan yang tinggi. Nilai perusahaan merupakan hal yang sangat penting yang benar-benar harus diperhatikan oleh perusahaan. Andri dan Hanung (2007) dalam Reny (2012) 35 menyatakan nilai perusahaan adalah nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Manajemen perusahaan pasti akan selalu meningkatkan nilai perusahaannya agar menjadi lebih baik. Jika nilai perusahaan tersebut terus meningkat, maka perusahaan juga akan meningkatkan kemakmuran pemegang sahamnya. Dengan demikan, perusahaan pun akan semakin mudah dalam mendapatkan pendanaan dari para investor sehingga perusahaan akan tetap bertahan dalam persaingan global. Para invesor tidak akan bersedia dalam melakukan investasi atau melakukan pendanaan pada perusahaan terkait apabila perusahaan tersebut tidak memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang karena investor ingin memiliki return yang sesuai dengan harapan mereka. Nilai perusahaan dapat diukur dengan beberapa rasio yang dapat digunakan, salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Tobin pada tahun 1967 dan dinilai dapat memberikan informasi yang paling baik, karena rasio ini dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan seperti terjadinya perbedaan crossectional dalam pengambilan keputusan investasi dan diversifikasi, hubungan antar kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan, hubungan antara kinerja manajemen dengan keuntungan dalam akuisisi dan kebijakan pendanaan, dividen dan kompensasi Sukamulja (dalam Enggar, 2013). Tobin’s Q memasukkan semua unsur utang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang 36 dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur Sukamulja (dalam Enggar, 2013) Herawaty (dalam Yeterina, 2012) menyatakan bahwa jika rasio tobin’s q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika ini di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Tobin Q ditemukan oleh seorang pemenang hadiah nobel dari Amerika Serikat yaitu James Tobin. Tobin Q dapat dirumuskan sebagai berikut (Narsa, 2014): Q= πΈππ+π· πΈπ΅π+π· Keterangan : Q = Nilai Perusahaan. EMV = Nilai Pasar Ekuitas (Equity Market Value), diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. EBV = Nilai buku dari total aset, diperoleh dari selisih total aset dengan total kewajiban. D = Nilai buku dari total hutang. 37 2.1.4. Good Coroporate Governance (GCG) Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para Investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Sutrisno, 2011). 2.1.4.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) Ada berbagai pengertian Corporate Governance yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Terdapat beberapa pengertian yang telah dikeluarkan mengenai GCG. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pula pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan degan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Menurut FCGI tujuan dari GCG adalah menciptakan nilai tambah untuk stakeholder. FCGI juga berpendapat, apabila perusahaan menerapkan GCG, maka 38 keuntungan yang bisa didapatkan oleh perusahaan antara lain perusahaan lebih mudah untuk mendapatkan tambahan modal; cost of capital menjadi lebih rendah; meningkatkan kinerja bisnis; dan mempunyai dampak yang baik terhadap harga saham perusahaan. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) mendefinisikan corporate governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. 2.1.4.2 Prinsip - Prinsip Good Corporate Governance Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang tertuang dalam Pedoman Umum GCG Indonesia (2006), terdapat 5 asas / prinsip yang menjadi pedoman dalam penerapan GCG yaitu antara lain : 1. Fairness (keadilan) Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing serta menjadi terlaksananya komitmen dengan para investor . 2. Transparency (transparansi) Mewajibkan adanya suatu sistem informasi yang terbuka, tepat waktu, jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan . 39 3. Accountability (akuntabilitas) Menjelaskan peran dan tanggung jawab serta mendukung usaha-usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana diawali oleh dewan komisaris. 4. Responsibility (pertanggungjawaban) Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. 5. Independency (independensi) Untuk melancarkan pelaksanaan corporate governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 2.1.4.3 Mekanisme Corporate Govenance Mekanisme corporate governance menurut Akhmad Syakhroza (dalam Vincentius, 2013) dapat diartikan sebagai suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang akan melakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut. Mekanisme CG dibagi menjadi dua, yaitu internal mechanism (mekanisme internal), seperti komposisi dewan direksi/komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Mekanisme yang kedua yaitu external mechanism (mekanisme eksternal), seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing. Mekanisme CG yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial karena keterbatasan data mekanisme yang lain. 40 2.1.4.4 Kepemilikan Manajerial Salah satu elemen GCG yang mempengaruhi insentif bagi manajemen untuk melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham adalah pemilikan saham oleh manajemen. Kepemilikan manajemen didefinisikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi komisaris dan direksi, Midiastuty dan Machfoedz (dalam Vincentius, 2013). Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai presentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan. Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005). Christiawan dan Tarigan (dalam Miranty, 2012) menyatakan kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh manajer atau dengan kata lain manajer perusahaan tersebut sekaligus sebagai pemegang saham. Kepemilikan manajerial berperan sebagai pihak yang menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham karena proporsi saham yang dimiliki manajer dan direksi mengindikasikan menurunnya kecenderungan adanya tindakan manipulasi oleh manajemen (Purwaningtyas, 2011). 41 Kepemilikan manajerial adalah proporsi pemegang saham dari pihak jajaran manajerial perusahaan dari jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu. Yang termasuk kedalam jajaran manejerial adalah dewan komisaris serta dewan direksi perusahaan. Jensen dan Meckeling (dalam Narsa, 2014) mengatakan bahwa memaksimalkan jumlah kepemilikan manajerial adalah salah satu cara untuk menekan terjadinya konflik agensi dalam perusahaan, dikarenakan manajemen akan berimbas langsung dengan keputusan yang diambil. Dengan meningkatnya jumlah kepemilkan manajerial, akan mempererat status kekayaan manajemen secara pribadi dengan kekayaan perusahaan, sehingga manajemen akan berusaha untuk mengurangi resiko atas kehilangan kekayaannya. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham, sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham karena pemegang sahamnya termasuk dirinya sendiri. Dengan adanya kepemilikan manajerial akan mendorong pihak manajer untuk bertindak sejalan dengan keinginan pemegang saham perusahaan dengan meningkatkan kinerja dan tanggung jawab dalam mencapai kemakmuran pemegang saham. Hal ini dikarenakan manajer akan merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambil dan juga kerugian yang timbul apabila membuat keputusan yang salah. Manajer akan lebih mengutamakan kepentingan 42 untuk mencapai gaji dan kompensasi yang tinggi dibanding berusaha untuk memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan. 2.1.4.5 Komite Audit Berdasarkan kerangka dasar hukum di Indonesia perusahaan-perusahaan publik diwajibkan untuk membentuk komite audit. Komite audit tersebut dibentuk oleh dewan komisaris. Oleh karena itu, semua perusahaan mempunyai kewajiban untuk membentuk komite audit. Ketentuan dan peraturan mengenai Komite Audit diantaranya : 1. Surat Edaran Bapepam No.SE-03/PM/2000, tentang pelaksanaan pembentukan Komite Audit bagi perusahaan yang go public. 2. Keputusan Direksi BEJ No.Kep-339/BEJ/07-2001, mengatur mengenai Komite Audit dalam jumlah dan kualifikasi keanggotaan. 3. Surat Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-412/PM/2003, tentang pedoman Pembentukan Komite Audit. 4. Kep-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan BUMN mempunyai Komite Audit. 5. Peraturan No.IX.1.5 tentang pembentukan dan pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No.29/PM/2004. Menurut Peraturan Nomor IX.1.5 dalam lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004 mengemukakan bahwa Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. 43 2.1.5. Internet Financial Reporting (IFR) IFR adalah pencantuman informasi keuangan perusahaan melalui internet atau website resmi perusahaan (Lai et al., 2010 dalam Narsa, 2014). Pelaporan keuangan yang diungkap melalui internet adalah informasi keuangan yang disampaikan oleh pihak manajemen perusahaan kepada pihak pemangku kepentingan (stakeholder), khususnya investor. Informasi yang disampaikan kepada pasar tersebut dapat mempengaruhi reaksi pasar atau reaksi investor. Selanjutnya investor akan merespon informasi tersebut sebagai sebuah sinyal terhadap adanya peristiwa (event) tertentu. Respon para investor terhadap pengungkapan pelaporan keuangan melalui internet dapat berupa respon positif atau respon negatif. Investor akan memberi sebuah respon positif jika informasi yang dipublikasi merupakan iinformasi baik (good news) dan sebaliknya investor akan memberi sebuah respon negatif jika informasi yang dipublikasi merupakan informasi bad news (Mooduto, 2013). Keuntungan penerapan IFR menurut Almilia (2013) antara lain adalah, pertama, penggunaan internet sebagai media penyampaian laporan keuangan merupakan suatu penghematan bagi perusahaan karena tidak perlu lagi mencetak laporan keuangan menggunakan kertas. Proses pendistribusian laporan keuangan kepada pihak yang berkepentingan juga lebih efisien dan real-time, karena pihak yang ingin melihat laporan keuangan dapat langsung memperolehnya melalui internet. Kedua, kemudahan dalam mengakses informasi terkini, yang mana setiap investor dapat mengakses informasi laporan keuangan dengan cepat dan mudah 44 dimanapun dan kapanpun mereka mau. Ketiga, menyediakan media komunikasi dua arah antara manajemen perusahaan dengan pengunjung website. Beberapa perusahaan bahkan telah mengijinkan pengunjung website mereka untuk mendafttar sebagai anggota agar dapat dikirimi email tentang berita-berita mengenai hal-hal terbaru tentang perusahaan (Narsa, 2014). Selain keunggulan, IFR juga memiliki kelemahan, yaitu informasi yang diungkap mungkin kurang akurat apabila perusahaan hanya mengandalkan kecepatan dalam menyampaikan laproran keuangan daipada kekauratannya. Selain itu, perusahaan kompetitor akan lebih mudah mengetahui informasi laporan keuangan perusahan, sehingga sangat berisiko dalam perebutan pangsa pasar (Damayanti dan Supatmi, 2012). Menurut Narsa (2014), IFR memilikki dua elemen yaitu tingkat pengungkapan informasi website dan lingkup pelaporan internet. 2.1.5.1 Tingkat Pengungkapan Informasi Website Website menyediakan informasi lebih cepat dibanding media informasi konvensional lainnya dan penginformasian melalui internet dapat mempengaruhi harga saham untuk berfluktuasi hingga saham tersebut mencapai posisi yang merefleksikan informasi yang baru masuk ke dalam pasar yang membuat sinyal terhadap investor sehinga akan terdapat respon positif maupun negatif dari sinyal yang didapat dari informasi website tersebut. Tingkat pelaporan informasi website ini berguna untuk mengetahui kuantitas informasi yang ada dalam website perusahaan. Semakin tinggi tingkat 45 pengungkapan informasi website perusahaan, makan semakin besar dampak dari pengungkapan tersebut terhadap keputusan investor. Ketika informasi yang diungkapkan oleh perusahaan lebih banyak maka sinyal positif akan kondisi perusahaan akan dinilai semakin besar dan semakin baik dibandingkan dengan perusahaan yang hanya memberikan informasi sedikit atau terbatas. Sehingga, reaksi pasar yang akan ditimbulkan pasti akan berbeda pula. Informasi yang ada pada website perusahaann terus berkembang sehingga tidak hanya faktor keuangan saja, melainkan juga faktor non keuangan seperti halhal yang berkaitan dengan sumber daya dan kinerja entitas pelaporan. Semakin banyak item pengungkapkan yang diungkapkan kepada publik, semakin tinggi pula nilai suatu perusahaan bagi investor, Afifurrahman dan Hapsoro (dalam Narsa, 2014). Jadi dapat dikatakan bahwa tingkat pengungkapan informasi yang lebih tinggi di website perusahaan akan menyebabkan investor memperoleh informasi yang relevan dalam waktu cepat. Hal tersebut akan membuat investor dapat lebih cepat bereaksi atau melakukan tindakan terhadap saham perusahaan yang membuat harga saham lebih cepat bergerak dan secara otomatis mempertinggi frekuensi perdagangan saham yang akan berpengaruh pada nilai perusahaan. 2.1.5.2 Lingkup Pelaporan Internet Lingkup pelaporan internet didefinisikan sebagai sejauh mana website perusahaan terkait pada website lain baik di dalam maupun di luar perusahaan (Narsa, 2014). Apakah suatu website pribadi perusahaan tersebut terdapat pada 46 website pemasoknya, anak perusahaannya, ataukah website lain. Semakin besar lingkup pelaporan internet perusahaan tersebut pada website lain, maka akan besar pengaruhunya terhadap respon investor. Lingkup pelaporan internet memiliki item-item yang digunakan dalam menganalisis seberapa luas lingkup pelaporan internet tersebut seperti website bursa saham, website anak perusahaan, website pemasok dan juga produsen. Menurut Narsa (2014), internet adalah sebagai informasi tambahan dalam website pusat yang dimiliki perusahaan. Lingkup pelaporan internet digunakan untuk melihat dan mengukur struktur website pusat yang dimiliki perusahaan terhubung dengan website lain baik yang ada di dalam perusahaan ataupun di luar perusahaan. Item-item yang ada dalam lingkup pelaporan internet adalah website bursa saham, website anak perusahaan dan divisi utama, website unit bisnis strategis, dan website milik perusahaan hulu seperti pemasok dan produsen, serta perusahaan hilir seperti distributor, pengecer, dan konsumen. 2.1.6. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah prestasi kerja atau hasil kerja yang telah diraih oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan hasil kerja tersebut dituangkan pada laporan keuangan perusahaan. Tujuan manajemen adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus memanfaatkan keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara terus menerus memperbaiki kelemahan – kelemahan yang ada. 47 Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan usahanya dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2012:2). Salah satu caranya adalah mengukur kinerja keuangan dengan menganalisa laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan. Hasil pengukuran terhadap capaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola perusahaan untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya dan dijadikan landasan pemberian reward and punishment terhadap manajer dan anggota organisasi. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri kepada para stakeholder. 2.1.6.1 Return on Asset (ROA) Menurut Suad Husnan (2011 : 63), ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan. 48 Return on Asset (ROA) adalah rasio yang termasuk kedalam rasio profitabilitas perusahaan. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang diperoleh sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Berikut adalah perhitungan ROA (Suad Husnan 2011 : 63 ) : πΈπ΄π ROA=πππ‘ππ π΄π π ππ‘π 2.1.6.2 Debt to Assets Ratio (DAR) Debt to Assets Ratio (DAR) adalah rasio yang termasuk kedalam rasio leverage perusahaan. Rasio Leverage merupakan suatu rasio yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi utang-utang yang dimiliki perusahaan tersebut. Rasio leverage dapat diukur dengan membandingkan antara kewajiban dengan total aset. Dengan utang yang dimiliki perusahaan, maka diharapkan perusahaan mampu mendanai dan mengelola aset yang dimiliki untuk mendapatkan laba sehingga nilai perusahaan akan semakin meningkat. Menurut Suad Husnan (2011 : 65) rasio ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu perusahaan membiayai dirinya. Rasio ini menyangkut jaminan, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang apabila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau kreditor. 49 Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa DAR sebagai rasio yang penting dalam suatu perusahaan karena sebagai alat analisis investor dalam berinvestasi pada perusahaan tersebut. Berikut adalah perhitungan DAR menurut Suad Husnan (2011 : 66 ) : πππ‘ππ ππ‘πππ Debt to Asset Ratio= πππ‘ππ π΄π ππ‘ x100% 2.1.7. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan perusahaan dapat dilihat dari keseluruhan aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan, semakin besar aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka manajemen dapat lebih leluasa untuk mengendalikan dan menggunakan aset perusahaan dalam rangka meningkatkan nilai dari perusahaan yang dikelolanya. Perusahaan besar memiliki agency cost yang tinggi daripada perusahaan yang kecil, karena perusahaan besar memiliki kewajiban yang lebih besar dalam menyampaikan laporan keuangan secara lengkap dan cepat kepada para shareholder. Secara umum perusahaan yang mempunyai total aset yang relatif besar dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang yang lebih tinggi dibandingkan dengan peusahaan yang total asetnya rendah. Oleh karena itu perusahaan dengan total aset yang lebih besar akan lebih mampu untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi (Marhamah, 2013). Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah alasan berbeda. Ukuran perusahaan 50 dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan dalam memperoleh dana dari pasar modal dan menentukan kekuatan tawar-menawar (bargaining power) dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk utang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang terlibat, semakin memungkinkan membuat kontrak yang dapat dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak, sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar utang, Agnes (2015). Moh’d, Perry, & Rimbey (dalam Agnes, 2015) mengemukakan bahwa perusahaan yang berukuran besar akan lebih mudah mengakses pendanaan melalui pasar modal. Kemudahan ini merupakan informasi baik bagi pengambilan keputusan investasi dan juga dapat me-refleksikan nilai perusahaan di masa mendatang. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih. Semakin besar total aktiva maupun penjualan, maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. 2.1.8. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah : 51 Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu No 1. Peneliti (Tahun) Narsa (2014) Tujuan Metode Kesimpulan Perbedaan Persamaan Tujuan penelitian ini untuk menguji, apakah ada perbedaan nilai perusahaan antara perusahaan yang menerapkan Internet Financial Reporting (IFR) dan perusahaan yang tidak menerapkan. Apakah ada pengaruh tingkat pengungkapan informasi website (TPIW) dan luas lingkup pengungkapan IFR (LPI) terhadap nilai perusahaan (Q). Untuk menguji kerobasan hasil, penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (SIZE) dan profitabilitas (ROA). Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 184 perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI selama tahun 2012. Model multiple regression Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan IFR terbukti memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan. Perbedaan ini secara statistik signifikan. Penelitian ini juga mendokumentasi bahwa TPIW, LPI, dan ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sementara SIZE berpengaruh negatif. Sampel penelitian menggunakan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI selama tahun 2012. Penelian ini tidak menggunakan variabel independen GCG dan DAR Metode yang dipakai yaitu regresi berganda, , variabel IFR,TPIW, LPI, SIZE dan variabel Nilai perusahaan 52 No 2. 3. Peneliti (Tahun) Dini, (2014) Mathius, (2014) Tujuan Metode Kesimpulan Perbedaan Persamaan This study aims to analyze the influence of Internet Financial Reporting (IFR) , Level Disclosure and Timeliness ( Timelines ) Submission of Financial Information Website On The Stock Market . Sample in this study consisted of 70 companies listed in the Jakarta Islamic Index ( JII ) from 20082012 Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh Internet Financial Reporting dan Tingkat Pengungkapan Informasi Berbasis Website terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013 secara parsial dan simultan Model multiple regression Hasil penelitian menunjukkan bahwa IFR berpengaruh positif terhadap abnormal return saham. Tingkat pengungkapan informasi berpengaruh negatif terhadap abnormal return saham. Timeliness tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap abnormal return saham. Sampel penelitian menggunakan Jakarta Islamic Index 2008-2012, variabel independen timeliness, variabel abnormal return,tidak menggunakan variabel GCG sebagai variabel independen dan variabel dependen nilai perusahaan. Metode regresi berganda yang digunakan dan variabel independen IFR Model Regresi berganda Hasil penelitian menunjukkan bahwa Internet Financial Reporting berpengaruh positif dan signifikan terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan, tingkat pengungkapan informasi berbasis website berpengaruh positif dan signifikan terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan, Internet Financial Reporting dan tingkat pengungkapan informasi berbasis website secara simultan berpengaruh frekuensi perdagangan saham perusahaan. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013 dan variabel dependen yang digunakan adalah frekuensi perdagangan saham. Tidak menggunakan GCG dan Kinerja Keuangan. Metode regresi berganda, variabel independen IFR dan variabe, tingkat pengungkapan informasi website. 53 No 4. 5. Peneliti (Tahun) Mellisa (2012) Emrinaldi, (2015) Tujuan Metode Kesimpulan Perbedaan Persamaan Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dan variabel umur perusahaan. Tidak menggunakan variabel GCG dan tidak menggunakan variabel nilai perusahaan sebagai variabel dependen. Metode dan sampel yang digunakan yaitu event study dan sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan variabel independen nilai saham, harga saham serta abnormal return.tidak menggunakan variabel GCG dan ukuran perusahaan serta kinerja keuangan sebagai variabel independen dan juga tidak menggunakan variabel dependen nilai perusahaan. Meetode yang digunakan, Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan umur perusahaan terhadap Internet Financial Reporting pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Regresi berganda Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap Internet Financial Reporting. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan mengkaji secara empiris bagaimana pengaruh IFR terhadap pasar yang diproksikan pada harga saham, nilai saham dan abnormal return saham dengan melihat pengaruh tersebut pada tingkatan dan keluasan ruang lingkup pengungkapan Event study Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaam harga saham, nilai saham dan abnormal return saham terhadap perusahaan yang menerapkan IFR dan yang tidak menerapkann IFR. Menggunakan variabel independen tingkat pengungkapan dan juga luas lingkup pengungkapan. 54 No 6. Peneliti (Tahun) Afifurrahman, (2008) Tujuan Metode Kesimpulan Perbedaan Persamaan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengungkapan sukarela melalui website terhadap nilai perusahaan. Membandingkan pengaruh pengungkapan sukarela melalui website dan pengungkapan sukarela yang tidak melalui web site terhadap nilai perusahaan. Membandingkan nilai perusahaan yang mengungkapkan informasi sukarela melalui website dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi sukarela melalui website. Regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan yang melakukan pengungkapan sukarela melalui website adalah lebih besar daripada nilai perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan sukarela melalui website. Sampel penelitian yang digunakan yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005, tidak menggunakan DAR dan ROA serta GCG sebagai variabel independen. Metode penelitian yang digunakan yaitu regresi berganda, variabel dependen yaitu nilai perusahaan serta variabel independen ROE, ukuran perusahaan dan DER. 55 No 7. 8. Peneliti (Tahun) Natalia, (2013) Geta, (2015) Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur modal yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di Indonesia, mengetahui struktur modal yang diukur dengan Debt to Aset Ratio(DAR) terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di Indonesia, mengetahui pengaruh secara bersama-sama struktur modal yang diukur dengan Debt to Equity Ratio dan Debt to AsetRatio terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris tingkat pengungkapan dalam laporan tahunan, dan niilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013. Metode Kesimpulan Perbedaan Persamaan Regresi berganda Hasil penelitian menunjukkan bahwa DER dan DAR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sampel penelitian yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur dan tidak menggunakan variabel independen ROA, GCG, dan IFR. Metode yang digunakan yaitu regresi berganda dan variabel DAR sebagai variabel independen. Regresi linear sederhana Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat pengungkapan informasi dalam laporan tahunan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Metode penelitian yang menggunakan regresi liniear dan sampel yang digunakan perusahaan manufaktur. Tidak menggunakan GCG, LPI, dan kinerja keuangan sebagai variabel independen. Variabel dependen yang digunakan yaitu nilai perusahaan. 56 No 9. 10. Peneliti (Tahun) Rifqi, (2015) Miranty, (2012) Tujuan Metode Kesimpulan Perbedaan Persamaan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdafatar di BEI tahun 2011-2013. Regresi Berganda Sampel yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur dan peenggunaan ROE sebagai variabel independen, tidak menggunakan ROA dan IFR serta GCG sebagai variabel independen. Penelitian ini untuk mengetahui efek dari ROE, Kepemilikan Manajerial dan pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan yang dihitung melalui Tobin’s Q pada perusahaan LQ45 tahun 2009-2011. Regresi Berganda Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh negatif namun tidak signifikan. Namun profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ROE, GCG dan CSR berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan sedangkan ssecara parsial hanya ROE saja yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan, Metode penelitian yang digunakan serta variabel independen yang digunakan yaitu ukuran perusahaan dan DAR serta Nilai perusahaan sebagai variabel dependen. Sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu perusahaan LQ45 serta variabel kepemilkan manajerial sebagai variabel dindependen dan nilai perusahaan sebagai variabel dependen. Menggunakan CSR dan ROE sebagai variabel independen. 57 No 11. Peneliti (Tahun) Jacinta, (2015) Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2005-2010. Metode Regresi Panel Kesimpulan Perbedaan Persamaan Hasil dari penilitian ini menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan keputusan keuangan, kebijakan dividen dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap niilai perusahaan hal ini sejalan dengan kebijakan investasi yang berpengaruh positif dan signifkan terhadap nilai perusahaan pada tingkat 10%. Aktivitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Metode yang digunakan yaitu metode regresi panel, serta variabel independen nya yaitu likuiditas, keputusan keuangan, kebijakan dividen dan kebijakan investasi dan juga vaiabel aktivitas. Tidak menggunakan GCG dan IFR sebagai variabel independen. Menggunakan ROA, ukuran perusahaan, sebagai variabel independen dan juga menggunakan nilai perusahaan sebagai variabel dependen. 58 No 12. Peneliti (Tahun) Michail, (2014) Tujuan Metode Kesimpulan Perbedaan Persamaan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari penerapan IFR pada perusahaan publik yunani dan perusahaan kontruksi. Regresi Berganda Leverage dan umur perusahaan memiliki hubungan negatif yang signifikan dari skor indeks dengan profitabilitas dan kepemilikan dispersi yang diamati. Selain itu , asosiasi sedikit signifikan dari nilai indeks dengan nilai pasar dengan nilai buku ditemukan . Di sisi lain karakteristik ukuran perusahaan dan ukuran perusahaan audit tidak ditemukan menjadi faktor signifikan untuk pelaporan internet dari Yunani dan perusahaan Siprus . Terdapat pada variabel independen yaitu dipersi kepemilikan, umur perusahaan, nilai pasar dan nilai buku, tidak menggunakan GCG dalam variabel independennya dan juga nilai perusahaan sebagai variabel dependen. Pelaporan internret menjadi variabel dependen. Menggunakan metode yang sama dan menggunakan variabel independen ukuran perusahaan. 59 No 13. 14. Peneliti (Tahun) Benyamin, (2015) Aly, (2009) Tujuan Metode Kesimpulan Perbedaan Persamaan Penelitian ini bertujuan untuk mrngatahui faktor-faktor yang berhubungan dengan IFR index pada level popuaritas website berdasarkan perusahaan asuransi. Korelasi Spearman Metode analisis yang digunakan yaitu korelasi spearman dan sampel penelitian pada perusahaan asuranso juga variabel dependen adalah popularitas website sedangkan variabel independen yaitu ketepatna waktu, teknologi, pengguna, IFR indeks, total aset, jumlah halaman web, dan konten. Sama-sama mengunakan IFR sebagai variabel independen. Penelitan ini bertujuan untuk menguji faktor potensial yangdapat mempengaruhi level pelaporan internet perusahaan pada perusahaan Mesir yang terdaftar pada bursa efek. Regresi Berganda Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan dengan satu sama lain antara indeks pelaporan keuangan internet ( isi , ketepatan waktu , teknologi dan dukungan pengguna ) dengan popularitas situs (peringkat dunia ), terdapat hubungan yang signifikan dengan satu sama lain antara jumlah halaman di web ( ukuran ) dengan situs popularitas ( peringkat dunia ) . terdapat perbedaan yang signifikan dengan satu sama lain antara asuransi jiwa dan asuransi umum, terdapat hubungan yang signifikan dengan satu sama lain antara IFRI dengan aset perusahaan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas , daftar asing dan sektor industri (Komunikasi dan jasa keuangan) merupakan faktor paling penting yang mempengaruhi jumlah dan format penyajian laporan internet di Mesir . Sampel yang digunakan adalah perusahaanperusahaan yang terdaftar padabursa efek Mesir, menggunakan ROE, CR, tipe industri, uukuran auditor, dan perusahaan asing sebagai variabel independen serta IFR sebagai variabel dependen. Tidak menggunakan GCG. Metode penelitian yang digunakan, lalu menggunakan DAR dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Penulis akan melakukan penelitain dengan menggunakan variabel yang akan diteliti pada indeks LQ45 BEI pada tahun 2012-2014 yaitu Good Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit), Internet Financial Reporting (Tingkat Pengungkapan informasi Website dan Lingkup Pelaporan Internet), Kinerja Keuangan (Return on Asset dan Debt to Asset Ratio) dan Ukuran Perusahaan sebagai variabel bebas, Nilai Perusahaan sebagai variabel terikat. Penulis menyajikan penelitian yang sama dengan beberapa penelitian terdahulu yaitu menggunakan analisis regresi berganda, sehingga akan mengetahui sejauh mana Nilai Perusahaan dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu Good Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit), Internet Financial Reporting (Tingkat Pengungkapan informasi Website dan Lingkup Pelaporan Internet), Kinerja Keuangan (Return on Asset dan Debt to Asset Ratio) dan Ukuran Perusahaan. 2.2. Kerangka Pemikiran 2.2.1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme GCG yang dapat mempengaruhi manajemen untuk melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham. GCG muncul dan berkembang dari teori agensi, yang menghendaki adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen akan berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan para pemegang saham. 60 61 Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen juga akan memperoleh keuntungan bila perusahaan memperoleh laba. Kepemilikan manajerial merupakan proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Struktur kepemilikan akan memiliki motivasi yang berbeda dalam memonitor perusahaan serta manajemen dan dewan direksinya. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dikarenakan kinerja manajer dan monitoring institusi dalam mengelola perusahaan menentukan nilai perusahaan tersebut (Mutiya, 2012). 2.2.2. Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan Komite audit menyebabkan peningkatan nilai perusahaan karena keberadaan komite audit dapat memberikan sinyal positif pada para investor. Komite audit merupakan salah satu mekanisme dari GCG, jika pelaksanaan mekanisme GCG dilakukan dengan baik, membuat investor memberikan respon positif terhadap perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2013), dengan keterlibatan kepemilikan saham, manajer diharapkan dapat bertindak dengan menpertimbangkan segala resiko yang ada serta memotivasi diri untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengelola perusahaan. 62 Penelitian yang dilakukan oleh Rachman (2012) menyatakan bahwa meningkatnya kepemilikan manajerial akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan karena dengan bertambahnya kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan maka kontrol pada aktivitas manajemen akan meningkat, sehingga setiap aktivitas dan keputusan perusahaan akan maksimal. 2.2.3. Pengaruh Tingkat Pengungkapan Informasi Website terhadap Nilai Perusahaan Semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi website dalam kuantitas transparansi, semakin besar dampak dari pengungkapan tersebut pada proses pengambilan keputusan investor. Berkurangnya asimetri informasi pada perusahaan dapat menyebabkan naiknya nilai perusahaan secara signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan apabila perusahaan mempunyai derajat transparansi yang tinggi melalui tingkat pelaporan informasi website, akan memberi manfaat pada tingginya nilai perusahaan karena berkurangnya asimetri informasi dan ketidakpastian prospek perusahaan di masa depan ( Narsa : 2014). 2.2.4. Pengaruh Lingkup Pelaporan Internet terhadap Nilai Perusahaan Lingkup pelaporan internet digunakan untuk melihat dan mengukur struktur website pusat yang dimiliki perusahaan terhubung dengan website lain baik yang ada di dalam perusahaan ataupun di luar perusahaan. Item-item yang ada dalam lingkup pelaporan internet adalah website bursa saham, website anak perusahaan dan divisi utama, website unit bisnis strategis, dan website milik 63 perusahaan hulu seperti pemasok dan produsen, serta perusahaan hilir seperti distributor, pengecer, dan konsumen (Narsa :2014). Lingkup Pelaporan Internet dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak luar. Pengungkapan informasi pada website tersebut merupakan suatu sinyal dari perusahaan pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Kadek : 2014). Semakin tinggi lingkup pelaporan internet, semakin besar dampak dari pelaporan tersebut pada proses pengambilan keputusan investor. Dengan hal tersebut, akan memberikan manfaat pada tingginya nilai perusahaan. 2.2.5. Pengaruh Return on Asset terhadap Nilai Perusahaan Return on Asset (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Para investor melakukan analisis pada suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan perusahaan salah satunya dari rasio profitabilitas mereka, karena rasio keuangan mencerminkan tinggi atau rendahnya nilai perusahaan. ROA menurut Kasmir (2012:201) adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas memperoleh pendapatan. manajemen dalam menggunakan aktiva untuk 64 Menurut Mardiyanto (2011 : 196) ROA adalah rasio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham perusahaan tersebut sehingga nilai perusahaan akan semakin baik pula dengan adanya peningkatan ROA. 2.2.6. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Nilai Perusahaan Debt to Assets Ratio (DAR) merupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. Menurut Sartono (2012 : 121) semakin tinggi DAR, semakin tinggi risiko yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Hal ini akan direspon negatif oleh para investor. Pada kondisi yang seperti itu harga saham akan menurun karena respon negatif investor sehingga menyebabkan penurunan harga saham dan juga penurunan nilai perusahaan. DAR merupakan ratio yang digunakan untuk menilai utang dengan aset. Rasio ini termasuk dari bagian rasio Leverage, yaitu rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Menurut Lukman (2011:54), 65 DAR mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Maka dari itu, DAR dapat mempengaruhi nilai perusahan karena dapat dijadikan dasar investor untuk menanamkan invesatasinya. 2.2.7. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Semakin besar total aset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aset menandakan bahwa perusahaan memiliki cukup sumber daya untuk mendanai kegiatan operasional serta melunasi kewajiban di masa yang akan datang. Dengan demikian maka perusahaan besar memiliki risiko yang lebih kecil jika dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan yang dihitung menggunakan logaritma natural dari nilai total asset perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik, dan dianggap lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil (Mellisa :2012). Kondisi tersebut menjadi penyebab atas naiknya harga saham perusahaan di pasar modal. Investor memiliki ekspektasi yang besar terhadap perusahaan besar. Peningkatan permintaan saham perusahaan akan dapat memacu pada peningkatan harga saham di pasar modal. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dianggap memiliki nilai yang lebih besar. 66 Berdasarkan pemikiran tersebut maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : VARIABEL INDEPENDEN Good Corporatae Governance Kepemilikan Manajerial Komite Audit VARIABEL DEPENDEN Internet Financial Reporting Tingkat pengungkapan Website Lingkup Pelaporan Internet NILAI PERUSAHAAN Kinerja Keuangan ROA DAR Ukuran Perusahaan Gambar 2. 1 Paradigma Penelitian 2.3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran, maka diajukan rumus hipotesis sebagai jawaban sementara yang akan di uji dan dibuktikan kebenarannya, pengujian hiptesis simultan dan parsial sebagai berikut : Good Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit), Internet Financial Reporting (Tingkat Pengungkapam Informasi Website dan Lingkup Pelaporan Internet), Kinerja Keuangan (Return on Asset dan Debt to 67 Asset Ratio) dan Ukuran Perusahan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Nilai Perusahaan.