Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1
Laporan Keuangan
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan untuk
memperoleh informasi mengenai posisi dan kondisi keuangan, kinerja serta hasilhasil yang telah yang telah dicapai oleh perusahaan. Selain itu, laporan keuangan
juga berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan lain terhadap perusahaan
yaitu untuk memberikan informasi keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Metode-metode penilaian (valuation) dan pengukuran (measurement) yang
mendasari penyusunan laporan-laporan keuangan tersebut diatur dalam Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
Untuk lebih jelas mengenai definisi laporan keuangan, berikut ini akan
dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian laporan keuangan, antara
lain :
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan
(2009:2):
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan
arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan
yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh
perubahan harga.”
Menurut Warren, Reeve & Fees (2005:24), pengertian laporan keuangan
adalah :
“Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan laporan
bagi pemakai. Laporan akuntasi yang menghasilkan informasi
demikian disebut laporan keuangan. Laporan keuangan yang utama
bagi perusahaan perorangan adalah laporan laba rugi, laporan
ekuitas pemilik, neraca, dan laporan arus kas.”
5
Menurut Soemarso (2002:34), pengertian laporan keuangan adalah :
“Laporan keuangan (financial statement) adalah laporan yang
dirancang untuk pembuat keputusan, terutama pihak di luar
perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan
arus kas”
Dari pengertian – pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
laporan keuangan adalah merupakan proses pelaporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (biasanya satu
tahun) yang dapat dipergunakan oleh pihak – pihak yang membutuhkan baik
pihak peusahaan maupun pihak luar perusahaan dan bermanfaat untuk
pengambilan keputusan keuangan suatu perusahaan yang sedikitnya terdiri dari
Neraca (Balance Sheet) dan Laporan Laba-Rugi (Income Statement), sedangkan
laporan keuangan lainnya hanya merupakan laporan pelengkap yang bersifat
membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut.
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:17) menjelaskan bahwa tujuan
laporan keuangan itu adalah sebagai berikut :
1.
Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2.
Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang
timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3.
Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai
laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4.
Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam
aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas
pembiayaan dan investasi.
5.
Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan
dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan,
seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
6
APB Statement No. 4 (AICPA) menggambarkan tujuan laporan keuangan
dengan membagi duanya :
Tujuan Umum :
“Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi
keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima.”
Tujuan khusus adalah :
“Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih,
proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya
yang relevan.”
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:5) tujuan dari penyusunan
laporan keuangan adalah:
“Memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus
kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusankeputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban
(stewardship) manajeman atas penggunaan sumber-sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.”
2.1.3. Sifat dan Keterbasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dan dibuat dengan maksud untuk memberikan
gambaran mengenai kondisi perusahaan dan laporan kemajuan (progress report)
secara periodik yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Laporan keuangan
bersifat historis dan menyeluruh sebagai suatu progress report dari laporan
keuangan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 1), sifat dan keterbatasan
laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat. Oleh karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap
sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai dan
bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja.
7
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran
dan berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula
dengan halnya penerapan prinsip akuntansi terhadapa suatu fakta atau pos
tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini dianggap tidak material
atau tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan
laporan keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat koservatif dalam menghadapi ketidakpastian,
bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti
mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang paling
yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya (substance form).
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan
pemakai laporan keuangan diasumsikan dapat memahami bahasa teknis
akuntansi dan sifat dari informasi tersebut.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan
tingkat kesuksesan antar perusahaan.
9. Informasi
yang
bersifat
kualitatif
dan
fakta
yang
tidak
dapat
dikuantitatifkan umumnya diabaikan.
2.1.4. Proses Akuntansi
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 47) pengertian akuntansi adalah:
“ Akuntansi atau ada juga yang menyebut akunting adalah
merupakan bahasa bisnis yang dapat memberikan informasi atau
mengkomunikasikan kondisi bisnis dan hasil usahanya pada suatu
waktu atau pada suatu periode tertentu.”
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 49) proses akuntansi adalah
proses pengolahan data. Kemudian akuntansi dalam proses pengolahan datanya
menggunakan arus, siklus atau proses akuntansi yang dimulai dari transaksi,
pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, sampai pada tahap pelaporan.
8
Proses akuntansi ini dijelaskan sebagai berikut :
a. Transaksi
Yang dimaksud dengan transaksi adalah setiap kejadian yang
mengubah posisi keuangan atau hasil usaha entity yang dilaporkan
(perusahaan/lembaga). Kejadian yang terjadi dalam perusahaan yang
tidak mempengaruhi posisi harta/utang/modal dan hasil usaha
perusahaan merupakan transaksi yang dicatat dalam akuntansi.
Kejadian yang dicatat dan dibukukan hanya kejadian yang dapat
dikategorikan sebagai transaksi. Setiap transaksi harus mempunyai
bukti (evidence), baik dari luar misalnya faktur pembelian, rekening
listrik maupun bukti dari dalam misalnya daftar gaji, alokasi
penyusutan, dan sebagainya.
b. Buku Harian/Jurnal
Dalam menggunakan jurnal ini perusahaan dapat menempuh 2 (dua)
cara :
1. Perusahaan hanya memiliki satu jenis jurnal yang disebut general
journal. Dalam sistem ini semua jenis transaksi dimasukkan ke
buku jurnal ini saja. Perusahaan yang belum memiliki banyak
transaksi dapat menggunakan jurnal ini.
2. Perusahaan menggunakan dua jenis jurnal :
Jika perusahaan sudah besar dan transaksinya banyak, maka terlalu
rumit jika hanya menggunakan satu jurnal. Ia disarankan membuka
beberapa jurnal khusus yang mencatat berbagai transaksi dalam
kelompok buku jurnal yang sama.
Jurnal dapat dikelompokkan menjadi :
a. Jurnal khusus.
b. Jurnal umum (serba-serbi)
Jurnal khusus berfungsi sebagai jurnal untuk mencatat
transaksi-transaksi
sejenis
yang
banyak
ditemukan
dalam
perusahaan. Transaksi sejenis yang mempengaruhi perkiraan yang
sama dikelompokkan dalam satu jurnal yang disebut jurnal khusus.
9
Buku jurnal khusus ini biasanya adalah untuk :
1. Mencatat transaksi penjualan kredit saja dibuat jurnal penjualan
(Salas Journal).
2. Mencatat transaksi pembelian kredit saja dibuat jurnal
pembelian (Purchases Journal).
3. Mencatat transaksi penerimaan kas dibuat jurnal penerimaan
kas (Cash Receipts Journal).
4. Mencatat transaksi pengeluaran kas dibuat jurnal pengeluaran
kas (Cash Disbursment Journal).
5. Apabila diluar jurnal khusus ini ada lagi transaksi yang tidak
tertampung maka dapat dibuat jurnal tersendiri yang disebut
jurnal umum atau jurnal serba-serbi.
Dalam
melakukan
pemindahbukuan
kita
banyak
menghemat waktu dan tenaga karena yang dipindahkan hanyalah
akumulasi dari transaksi itu bukan satu per satu. Setelah jurnal
maka kita menuju kegiatan memindahkan jurnal ke masing-masing
perkiraan yang sering disebut ledger, item, account, pos atau buku
besar.
c. Buku Besar (Ledger)
Buku besar sering juga disebut perkiraan, akun (di Malaysia), item
pos dan lain-lain. Buku ini adalah merupakan tempat menampung
seluruh transaksi yang telah diklasifikasikan melalui jurnal.
Beberapa jenis perkiraan dapat dijelaskan sebagai berikut :
I. Dikelompokkan menurut laporan keuangan :
1. Perkiraan Neraca, semua perkiraan yang terdapat di neraca
misalnya kas, aktiva tetap, utang dan modal.
2. Perkiraan Laba Rugi, semua perkiraan yang terdapat di laba rugi
seperti hasil penjualan, biaya produksi, biaya iklan, dan lain-lain.
II. Dari segi elemen, laporan keuangan perkiraan dibagi :
1. Perkiraan Aktiva yaitu semua perkiraan yang mencatat aktiva
(asset accounts).
10
2. Perkiraan Utang/kewajiban (Liabilities accounts).
3. Perkiraan modal (Capital accounts).
4. Perkiraan Biaya (Expense accounts).
5. Perkiraan Penghasilan (Revenue accounts).
III. Klasifikasi menurut perlakuan jurnal :
Perkiraan aktiva dan perkiraan biaya dapat dikelompokkan dalam
satu golongan apabila ditinjau dari segi perlakuan jurnal. Apabila
perkiraan ini bertambah, maka dibukukan sebelah debet dan
sebaliknya apabila berkurang, dibukukan sebelah kredit.
Perkiraan
Utang,
Perkiraan
Modal
dan
Perkiraan
Penghasilan diperlakukan sebaliknya. Jika apabila perkiraan ketiga
jenis ini bertambah harus dibukukan ke sebelah kredit, dan
sebaliknya apabila berkurang harus dibukukan sebelah debet.
IV. Dilihat dari segi pemecahannya, perkiraan dibagi dua :
1.
Perkiraan kontrol (Controlling/General Ledger Account).
2.
Perkiraan Pembantu (Subsidiary Account/Individual Account).
General/Controlling Account adalah perkiraan induk yang
dapat dibagi/dipecah ke beberapa perkiraan pembantu.
Perkiraan ini mengontrol perkiraan-perkiraan pembantu.
V. Lain-lain
Nominal account disebut juga temporary account adalah perkiraan
yang terdapat dalam daftar Laba Rugi seperti Penjualan, Biaya
Kantor dan lain-lain, karena memang perkiraan ini bersifat
sementara hanya sampai pada penyusunan laporan keuangan.
Sering juga kita mengenal perkiraan sementara. Perkiraan ini
merupakan perkiraan yang tidak sampai disajikan ke laporan
keuangan. Dia hanya dipakai sewaktu proses akuntansi berlangsung,
ia hanya sebagai perkiraan yang dipakai dalam proses penyusunan
laporan keuangan.
11
d. Neraca Lajur (Worksheet)
Untuk memudahkan menyusun laporan keuangan biasanya
dibuat neraca lajur. Dalam neraca lajur ini semua perkiraan dijumlahkan
dan didaftar, dan kemudian dilakukan pernjurnalan, baik jurnal
penyesuaian maupun jurnal penutup. Dari hasil penjurnalan ini, maka
akan diperoleh angka yang menggambarkan posisi keuangan dan hasil
usaha yang up to date. Dari angka-angka inilah disusun laporan
keuangan. Neraca lajur juga bisa mempunyai beberapa lajur yang
masing-masing dapat dipakai, yaitu ada 8 lajur (kolom neraca saldo,
kolom ayat jurnal penyesuaian, kolom laba rugi, dan kolom neraca,
masing-masing 2 kolom), 10 lajur (ditambah dua kolom, misalnya
necara percobaan, neraca sebelum dihitung saldo) atau 12 lajur
(ditambah lagi kolom manufacturing).
1. Neraca Percobaan (Trial Balance)
Yaitu Neraca yang manggambungkan seluruh perkiraan dengan
memasukkan penjumlahan debet, kredit setiap buku besar. Disebut
neraca karena di sini merupakan tempat pertama untuk mencoba
apakah proses pemindahbukuan benar atau salah.
2. Neraca Saldo
Neraca saldo adalah neraca yang memuat semua perkiraan buku
besar tapi yang dimasukkan hanya saldo akhirnya saja. Sama seperti
neraca percobaan, bedanya dalam neraca saldo setiap perkiraan
memiliki saldo akhir, saldo debet atau saldo kredit. Perkiraan aset
dan biaya biasanya bersaldo debet, perkiraan utang, modal, dan hasil
biasanya bersaldo kredit.
3. Jurnal Penyesuaian (Adjustment)
Di kolom ini dimuat semua jurnal yang digunakan untuk
menyesuaikan/meng-up to date-kan posisi masing-masing perkiraan
sehingga sesuai dengan posisi dan akumulasinya pada tanggal
laporan. Di sini dicatat transaksi yang accrue atau defferd yang
belum masuk dalam jurnal sebelumnya. Misalnya biaya yang belum
12
dibayar, hasil yang belum earned, biaya penyusutan, amortisasi,
suplies yang dikonsumsi, bunga yang terutang, dan lain sebagainya.
Jurnal penutup tidak perlu dimasukkan dalam kertas kerja ini, cukup
di buku besar masing-masing.
4. Lajur Laba Rugi
Semua perkiraan yang mempengaruhi perhitungan laba rugi
perusahan (perkiraan laba rugi/temporary account) ditempatkan di
lajur ini. Jika ada lajur untuk menampung perkiraan untuk
menghitung harga pokok produksi, dimasukkan dalam lajur
manufacturing.
5. Lajur Laba Ditahan
Lajur ini boleh ada boleh tidak. Di lajur ini semua perkiraan dan
angka yang mempengaruhi laba ditahan dibuat di lajur ini. Laba
ditahan ini dapat juga dioper langsung ke neraca.
6. Lajur Neraca
Semua perkiraan neraca dioper ke lajur ini, termasuk saldo laba rugi.
Jika pemindahan semua benar, maka kolom neraca akan otomatis
seimbang, artinya debit dan kredit akan sama. Jika ternyata belum
sama, maka coba di-review lagi untuk melihat kemungkinan
kesalahan.
7. Manufacturing
Lajur ini memuat semua perkiraan yang berkaitan dengan
perhitungan harga pokok produksi, seperti Biaya Bahan Langsung.
Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead Pabrik.
2.1.5. Jenis – Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebenarnya banyak, namun laporan keuangan utama
menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 1) hanya ada tiga, yaitu :
1. Neraca ( Balance Sheet )
Menurut Warren, Reeve & Fess (2005 : 24), pengertian neraca adalah :
13
“Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajibann dan ekuitas pemilik
pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun.”
Menurut Soemarso (2002:34), pengertian neraca adalah :
“Neraca (balance sheet) adalah laporan keuangan yang dapat member
informasi tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan
sumber pembelanjaan untuk memperolehnya. Laporan ini
menyajikan posisi keuangan perusahaan.”
Neraca merupakan laporan yang terdiri dari 3 (tiga) bagian utama aktiva,
hutang dan ekuitas, definisi dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
a. Aktiva (Assets)
Pengertian aktiva menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:13)
mendefinisikan bahwa:
“Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat
ekonomi di masa depan akan diperoleh perusahaan.”
Menurut Soemarso (2002:54), pengertian aktiva adalah :
“Aktiva (assets) adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan
(harta).
Aktiva
merupakan
sumber
daya
(resource)
bagi
perusahaan untuk melakukan usaha.”
Aktiva merupakan harta yang dimiliki oleh perusahaan dan biasanya
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian utama, yaitu:
• Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah uang dan kas aktiva lainnya yang dapat
diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai,
dijual/dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu
tahun dalam perputaran kegiatan perusahaan normal).
• Aktiva Tidak Lancar
Aktiva tidak lancar atau aktiva tetap adalah aktiva yang
mempunyai umur kegiatan relatif permanen/jangka panjang
(mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun/tidak akan habis
dalam satu kali perputaran kegiatan operasional perusahaan).
14
b. Kewajiban/Hutang (Liabilities)
Definisi
dari
kewajiban/hutang
menurut
Standar
Akuntansi
Keuangan (2009:13) adalah sebagai berikut:
“Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang
timbuk dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus kas keluar dari sumber daya perusahaan
yang mengandung manfaat ekonomi.”
Kewajiban diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu :
•
Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek/kewajiban lancar adalah kewajiban
keuangan perusahaan yang jangka pelunasan/pembayarannya akan
dilakukan dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar
yang dimiliki oleh perusahaan.
• Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban keuangan perusahaan
yang jangka waktu pembayarannya lebih dari 1 tahun sejak tanggal
neraca.
c. Ekuitas/Modal
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:19) pengertian dari
modal adalah sebagai berikut:
“Modal adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi kewajibannya.”
Menurut Soemarso (2002:34) pengertian dari modal adalah sebagai
berikut :
“Modal (capital) adalah sumber pembelanjaan perusahaan yang
berasal dari pemilik.”
2. Laporan Laba/Rugi
Pengertian laporan laba rugi menurut Warren, Reeve & Fees (2005:24)
adalah :
“Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban
selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.”
15
Menurut Soemarso (2002:55) pengertian dari laporan laba rugi adalah
sebagai berikut :
“Laporan laba rugi (income statement) adalah ikhtisar
pendapatan dan beban suatu perusahaan untuk suatu jangka
waktu tertentu. Laporan laba rugi menunjukkan hasil usaha
suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu.”
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menurut Warren, Reeve & Fees (2005:25), adalah :
“Suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama
periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.”
Menurut Donald E. Kieso (2002:237) tujuan laporan arus kas adalah :
“Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi
yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah
perusahaan selama suatu periode.”
Menurut Donald E. Kieso (2002:238) isi dan format laporan arus kas
diklasifikasikan menjadi tiga aktivitas berbeda. Klasifikasi ini didefinisikan
sebagai berikut :
1. Aktivitas Operasi (operating activities) meliputi pengaruh kas dari
transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih.
2. Aktivitas Investasi (investing activities) meliputi pemberian dan
penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik hutang
maupun ekuitas) serta properti, pabrik dan peralatan.
3. Aktivitas
Pembiayaan
(financing
activities)
melibatkan
pos-pos
kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi (a) perolehan sumber
daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian
atas dari investasinya, dan (b) pinjaman uang dari kreditor serta
pelunasannya.
2.1.6. Komponen – Komponen Laporan Keuangan Menurut Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP)
Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan
pokok adalah :
16
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah
pusat/daerah
yang
menunjukkan
ketaatan
terhadap
APBN/APBD. Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah dalam suatu periode pelaporan.
Laporan realisasi anggaran menyajikan sekurang-kurangnya unsurunsur sebagai berikut :
1. Pendapatan;
2. Belanja;
3. Transfer;
4. Surplus/defisit;
5. Pembiayaan;
6. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos sebagai berikut :
1. kas dan setara kas;
2. investasi jangka pendek;
3. piutang pajak dan bukan pajak;
4. persediaan;
5. investasi jangka panjang;
6. aset tetap;
7. kewajiban jangka pendek;
8. kewajiban jangka panjang;
9. ekuitas dana
Pos-pos selain yang yang disebutkan di atas disajikan dalam
Neraca jika Standar Akuntansi Pemerintah mensyaratkan, atau jika
penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara wajar posisi
keuangan suatu entitas pelaporan.
17
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode
akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus
masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi,
investasi aset nonkeuangan, pembiayaan dan nonanggaran.
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan
Atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya disajikan dengan susunan
sebagai berikut :
a) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Undang-undang APBN /Perda APBD, berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
b) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
c)
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian panting lainnya;
d) pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan;
e)
pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang
timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan
dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
f)
informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
g) daftar dan skedul.
Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan untuk mengubah
susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Misalnya informasi tingkat bunga dan penyesuaian nilai
18
wajar dapat digabungkan dengan informasi jatuh tempo surat-surat
berharga.
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap
entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan.
2.2.
Sifat Kualitatif Laporan Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:141) sifat kualitatif laporan
keuangan ini menggambarkan kriteria untuk :
a. Memilih alternatif prinsip akuntansi dan metode pelaporan yang
digunakan, serta
b. Persyaratan pengungkapannya.
Sifat-sifat kualitatif tersebut adalah :
a. Kualitas Utama
1. Relevance
Informasi tersebut relevan apabila informasi itu mampu dan
berguna dalam mempengaruhi keputusan manajer dengan mengubah
atau menguatkan pengharapannya tentang hasil dan akibat tindakan atas
kejadiannya. Dengan kata lain agar informasi relevan maka informasi
itu harus memiliki predictie value (meramalkan nilai masa yang akan
datang), feedback value (menguatkan atau mendoreksi pengharapan
yang sudah lalu) pada saat yang sama dan harus disampaikan pada
waktu yang tepat.
2. Reliability
Reliability menyangkut “kualitas yang menyebabkan pemakai data
bergantung pada kepercayaannya pada data yang disajikan dan yang
dimaksudkan untuk disajikan”. Reliability tergantung pada tingkat
kepercayaannya dalam menyajikan informasi tentang suatu kejadian.
Kepercayaan terhadap laporan berbeda antara seorang dengan orang
lain. Biasanya untuk meningkatkan reliability maka laporan keuangan
harus dapat diperiksa (verifiability).
19
3. Verifiability
Adalah suatu sarana yang dapat memberi kesempatan kepada
orang-orang tertentu yang bekerja secara terpisah antara satu dengan
yang lain untuk mengembangkan ukuran-ukuran yang sama atas bukti,
data, dan catatan yang sama.
4. Completeness
Adalah menjelaskan kelengkapan dan kesesuaian antara data
akuntansi dan kejadian yang dimaksudkan untuk disajikan. Neutrality
berarti bahwa akuntansi bebas dari bias (prasangka yang tidak berdasar)
dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan. Jangan sampai tujuan
mengatur/mempengaruhi laporan yang disajikan.
b. Kualitas Sekunder
1. Comparability
Comparability berarti bahwa dalam menyusun laporan keuangan
harus digunakan metode yang sama sepanjang waktu oleh perusahaan
tertentu, agar bisa diperbandingkan.
2. Consistency
Consistency berarti bahwa metode-metode akuntansi tidak dapat
diubah apabila telah dipilih.
Namun dalam prinsip akuntansi disebutkan bahwa boleh mengubahnya
apabila alternatif lain yang juga sesuai dengan prinsip akuntansi yang
lazim dianggap lebih baik. Perubahan itu harus diungkapkan dan
termasuk diungkapkan alasan mengapa prinsip alternatif itu dipilih.
c. Pertimbangan Cost Benefit
1. Cost Benefit
Informasi akuntansi akan diungkapkan apabila keuntungan yang
dapat diperoleh dari informasi itu melebihi biayanya. Jadi sebelum
menyajikan informasi maka harus dikaji terlebih dahulu perbandingan
untuk ruginya.
20
2. Materiality
Materiality adalah sesuatu yang secara relatif dianggap penting.
Pada dasarnya pertimbangan harus diberikan dalam hal apakan
informasi itu mungkin bersifat penting (significant) atau material atau
tidak penting pengaruhnya terhadap keputusan. Yang selalu menjadi
pertanyaan siapa dan bagaimana menentukannya?
Pendapat FASB dalam hal ini adalah :
“Tidak ada prinsip umum tentang materiality yang dapat dirumuskan
untuk dijadikan sebagai ukuran seluruh pertimbangan yang dilakukan oleh
pertimbangan manusia yang berpengalaman. Namun pendapat ini bukan
dimaksudkan untuk menyebutkan FASB tidak dapat mengoreksi
kesimpulan itu di masa yang akan datang atau pedoman kuantitatif tentang
materiality perusahaan tertentu tidak dapat ditaksir dalam prinsip akuntansi
dari waktu ke waktu (yang sudah pernah dilakukan seperti dalam membuat
laporan segmen perusahaan). FASB mengakui bahwa pendekatan
kuantitatif sebagai pedoman kadang-kadang perlu. Namun apabila FASB
atau badan lain yang berwenang mengeluarkan peraturan tentang
materiality , maka hal itu akan menggantikan “judgment kolektif” yang
umum untuk “judgment pribadi yang khusus” dan tidak ada alasan untuk
menganggap bahwa judgment kolektif selalu lebih baik”.
2.3. Kerangka Teori Akuntansi
Media komunikasi yang biasa digunakan perusahaan untuk pihak luar
adalah laporan keuangan (Financial Statement). Di dalamnya tercantum sebagian
besar informasi keuangan yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Banyak pihak luar yang menggunakan informasi keuangan. Misalnya
pemegang saham, calon pemegang saham, kreditur, Bank, pajak, dan lain-lain.
Pada umumnya, pihak-pihak ini tidak dapat secara bebas memperoleh informasi
yang diinginkan. Informasi yang mereka peroleh terbatas pada laporan yang
disediakan manajemen perusahaan.
Informasi akuntansi harus bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan.
Atas dasar pemikiran tersebut, perlu diciptakan suatu kerangka tentang dasar
penilaian, penyusunan dan penafsiran informasi akuntansi. Ini penting karena
adanya perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan yang menyusun
21
informasi dengan pihak-pihak di luar perusahaan sebagai pemakai laporan.
Adanya standar memungkinkan penyaji dan pemakai laporan berkomunikasi
dengan bahasa yang sama.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:66) kerangka teori akuntansi
merupakan elemen yang saling berkait yang menjadi pedoman pengembangan
teori dan penyusunan teknik-teknik akuntansi.
Struktur kerangka teori akuntansi berisi elemen sebagai berikut :
1. Rumusan tentang tujuan laporan keuangan.
2. Rumusan tentang postulat yang dirumuskan dari tujuan laporan keuangan.
3. Konsep teoritis akuntansi yang berhubungan dengan asumsi-asumsi dan
sifat-sifat akuntansi. Postulat dan konsep teoritis ini dijabarkan dari
rumusan tujuan laporan keuangan.
4. Rumusan prinsip akuntansi utama yang didasarkan pada postulat dan
konsep teoritis tadi.
5. Standar atau teknik akuntansi sebagai pedoman penyusunan laporan
keuangan sesuai kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip
akuntansi utama.
2.4. Akuntansi Keuangan
Menurut Donald E. Kieso (2002:3) akuntansi keuangan (financial
accounting) adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan
keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh
pihak-pihak internal maupun pihak eksternal.
Pemakai laporan keuangan meliputi investor, kreditor, manajer, serikat
pekerja,
dan
(managerial
badan-badan
accounting)
pemerintah.
adalah
proses
Sebaliknya
akuntansi
pengidentifikasian,
manajerial
pengukuran,
penganalisisan, dan pengkomunikasian informasi keuangan yang dibutuhkan oleh
manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi, dan mengendalikan operasi
sebuah organisasi.
Informasi yang dihasilkan akuntansi keuangan tidak terbatas pada laporan
keuangan saja, akan tetapi termasuk juga informasi-informasi lain baik yang
22
bersifat keuangan maupun yang tidak. Secara umum semua informasi yang
dihasilkan suatu sistem akuntansi disebut informasi akuntansi. Walaupun
diharapkan dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi namun
informasi keuangan bukan satu-satunya informasi yang diperlukan. Pengambilan
keputusan ekonomi dipengaruhi banyak faktor, misalnya keadaan perekonomian,
politik, dan prospek industri.
Secara khusus kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
2.5. Konsep-Konsep Akuntansi Keuangan
Menurut Leslie Chadwick (1993:7) konsep akuntansi adalah suatu
peraturan atau petunjuk tentang bagaimana caranya menghitung angka-angka
yang disajikan dalam laporan keuangan. Perlu juga dipahami sejak awal bahwa
penerapan konsep-konsep tertentu tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan
yang subyektif sehingga walaupun menggunakan data mentah yang sama, dua
akuntan bisa menghasilkan dua laporan keuangan yang berbeda. Adapun beberapa
konsep akuntansi keuangan yang harus kita pahami adalah sebagai berikut :
1. Konsep Pengukuran dengan Mata Uang
Laporan keuangan hanya menyajikan hal-hal yang bisa dinilai
dengan mata uang. Hal-hal lain yang bersifat kualitatif, walaupun
merupakan faktor yang bisa membawa perusahaan/organisasi ke tingkat
keberhasilan yang lebih tinggi, hal tersebut tidak tergambarkan di dalam
laporan
keuangan.
Contohnya
adalah
kemampuan
manajemen,
hubungan bisnis yang baik dan sebagainya.
Di sisi lain perlu juga diingat bahwa nilai uang itu sendiri bukanlah
pengukuran yang stabil. Terjadinya inflasi menyebabkan pembandingan
laporan keuangan dari periode yang berbeda menjadi sulit. Misalnya
angka penjualan tahun ini meningkat 10% dibandingkan dengan tahun
23
lalu. Jika tingkat inflasi yang terjadi pada periode tersebut 15%,
peningkatan penjualan tersebut adalah peningkatan semu. Untuk
mendapatkan angka perbandingan yang realistis, kita harus membuat
penyesuaian atas adanya inflasi.
2.
Konsep Realisasi
Konsep ini memastikan kapan saatnya kita mengakui adanya
penjualan barang dan jasa untuk tujuan perhitungan rugi-laba.
Seandainya barang tersebut dijual secara tunai, penjualan dapat segera
diakui pada saat tunai (kas) diterima.
3. Konsep Konservatisme (kehati-hatian)
Konsep ini mengajarkan bahwa kita jangan memperhitungkan
keuntungan yang belum bisa dipastikan. Di lain pihak kita harus
memperhitungkan kemungkinan terjadinya kerugian/biaya. Konsep ini
mencerminkan sifat kehati-hatian dari para akuntan, namun penerapan
konsep ini dapat mengakibatkan perhitungan laba perusahaan terlalu
rendah/understated.
Contoh penerapannya adalah sebagai berikut :
-
Jangan memperhitungkan laba untuk suatu tahun buku dari
suatu kontrak kerja jangka panjang yang hasil akhirnya
meragukan.
-
Membuat penyisihan untuk piutang ragu walaupun belum ada
indikasi piutang yang tidak bisa ditagih.
4. Konsep Materialistis
Perlaukan akuntansi terhadap berbagai transaksi perusahaan akan
tergantung pula kepada apakah nilai transaksi tersebut besar atau tidak.
Berikut contoh bagaimana konsep ini diterapkan.
Suatu perusahaan juga membeli sebuah komputer ‘mainframe’
seharga Rp 120.000.000 yang diperkirakan akan dapat dipakai selama
10 tahun. Pada akhir tahun ke 10 nilainya diperkirakan sudah habis.
Karena nilainya cukup besar dan masa manfaatnya lebih dari satu tahun
maka tidaklah wajar kalau nilai Rp 120.000.000 itu dibebankan pada
24
tahun pertama saja. Hal ini bisa menyebabkan perhitungan laba pada
tahun tersebut terlalu rendah (bahkan bisa rugi). Perusahaan seharusnya
membebankan biaya pemakaian komputer tersebut selama 10 tahun
sebesar Rp 12.000.000 per tahun. Pembebanan tersebut dinamakan
biaya penyusutan.
5.
Konsep Perpadanan
Tujuan diterapkannya konsep ini adalah untuk membebankan biaya
pada periode biaya tersebut dikonsumir. Untuk tujuan tersebut unsur
biaya dapat diklasifikasikan sebagai biaya yang sudah terpakai/expired
costs dan biaya yang belum terpakai/unexpired costs. Biaya yang sudah
terpakai adalah biaya yang sudah dimanfaatkan pada suatu periode,
terlepas dari apakah biaya tersebut sudah dibayar atau belum. Apabila
belum dibayar, biaya tersebut seringkali dinamakan sebagai biaya
terutang atau biaya yang belum dibayar/accrued expenses. Biaya yang
belum terpakai adalah biaya yang sudah dibayar pada periode yang
bersangkutan namun belum dimanfaatkan. Biaya semacam ini seringkali
disebut sebagai biaya dibayar dimuka.
Selain biaya, konsep perpadanan juga ditujukan untuk mengatur
pencatatan pengakuan pendapatan/revenue untuk periode tertentu.
Dengan memperbandingkan pendapatan dan biaya secara tepat dan
sepadan, pengukuran laba atau rugi dari suatu periode dapat dilakukan
dengan tepat dan sepadan pula.
6.
Konsep Biaya
Aktiva-aktiva
yang
disajikan
di
dalam neraca
cenderung
merupakan nilai historis setelah dikurangi nilai yang didepresiasikan.
Nilai historis adalah fakta yang objektif sedangkan nilai-nilai lainnya
cenderung bersifat subjektif.
7.
Konsep Kelangsungan Usaha
Konsep ini menyatakan bahwa perkiraan-perkiraan akuntansi
hendaknya dipersiapkan berdasarkan asumsi bahwa perusahaan akan
beroperasi terus dan tidak dimaksudkan untuk dilikuidasi. Nilai likuidasi
25
biasanya berbeda daripada nilai yang disusun berdasarkan asumsi
kelangsungan usaha.
8.
Konsep Entitas
Konsep ini menyatakan bahwa transaksi perusahaan tidak boleh
dicampur-adukkan dan harus dipisahkan secara tegas dari transaksi
pribadi para pemiliknya.
9.
Konsep Konsistensi
Untuk dapat membandingkan suatu laporan keuangan dengan
laporan keuangan yang lain (dari perusahaan yang sama tetapi
periodenya berbeda atau dari perusahaan yang lain tetapi periodenya
sama) maka catatan-catatan akuntansi hendaknya dibuat dengan metode
akuntansi yang konsisten.
10. Konsep Keterbukaan
Konsep ini mengharuskan pihak-pihak yang menyusun laporan
keuangan untuk memberikan penjelasan mengenai hal-hal penting untuk
melengkapi informasi yang diberikan oleh laporan keuangan. Penjelasan
tersebut misalnya mengenai metode akuntansi yang dipergunakan,
perubahan dari satu metode ke metode lain, kejadian-kejadian sesudah
tanggal neraca yang bisa merubah keputusan seseorang atau sesuatu
pihak.
11. Konsep Objektivitas
Mereka yang bertanggung jawab untuk menyusun laporan
keuangan
haruslah
berusaha
untuk
mengurangi
penyimpangan-
penyimpangan yang timbul karena pertimbangan pribadi. Memang,
karena
banyaknya
hal-hal
yang
memerlukan
pertimbangan-
pertimbangan subjektif, usaha ini tidaklah selalu mudah.
Norma Pemeriksaan Akuntansi menyiratkan bahwa laporan
keuangan haruslah disusun secara wajar/fair sesuai dengan Prinsip
Akuntansi Indonesia.
26
12. Konsep Dualitas
Konsep ini didasarkan kepada sistem pencatatan berpasangan.
Contoh, apabila kita hendak mencatat transaksi pemabayaran biaya
transport maka perkiraan biaya transport didebet dan perkiraan kas
dikredit sebesar biaya transport yang dibayarkan. Kalau kita menjual
barang secara kredit maka perkiraan Piutang Dagang didebit dan
perkiraan penjualan dikredit. Setiap transaksi mempunyai efek
ganda/dual effect terhadap perkiraan akuntansi. Setiap pendebetan suatu
perkiraan harus diikuti dengan perkreditan perkiraan lainnya.
13. Konsep Daya Uji
Setiap
perkiraan
akuntansi
harus
dapat
dibuktikan
kebenaran/kewajarannya secara independen. Kegiatan pemeriksaan ini
biasanya dilakukan oleh auditor.
2.6. Pemakai dan Kebutuhan Informasi
Menurut Leslie Chadwick (1993:3) pemakai laporan keuangan meliputi
para pemilik atau pemegang saham, pemimpin perusahaan atau manajemen,
kreditur (pemberi pinjaman), dan investor.
Para pemakai laporan keungan ini menggunakan laporan keuangan
untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda meliputi :
1. Pemilik atau Pemegang Saham
Para pemilik atau pemegang saham menggunakannya untuk
melihat apakah mereka memperoleh hasil yang memuaskan dari
investasi yang mereka lakukan, dan untuk menilai kesehatan keuangan
dari perusahaan/bisnis mereka.
2. Pemimpin Perusahaan
Direktur/manager menggunakan informasi laporan keuangan
tersebut untuk membuat perbandingan internal maupun eksternal dalam
usahanya
untuk
mengevaluasi
prestasi.
Mereka
mungkin
membandingkan analisa keuangan perusahaan mereka sendiri dengan
angka-angka dari industrinya untuk mendapatkan gambaran kekuatan
27
dan kelemahan perusahaan. Manajemen juga ingin memastikan bahwa
uang yang ditanamkan dalam perusahaan/organisasi memberikan hasil
yang cukup dan bahwa perusahaan/organisasi dapat membayar hutanghutangnya dan untuk seterusnya bisa tetap begitu.
3. Kreditur (Pemberi Pinjaman)
Mereka ingin tahu apakah mereka akan dibayar, dan dengan secara
khusus memperhatikan likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan atau
organisasi untuk membayar hutang pada saat jatuh tempo.
4. Investor
Para investor menggunakannya untuk menilai apakah mereka
pantas atau tidak menanamkan uangnya dalam perusahaan/organisasi itu.
2.7. Asumsi Dasar
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:17), penyusunan dan
penyajian laporan keuangan mendasarkan diri pada 2 (dua) asumsi dasar, yaitu
dasar akrual dan kelangsungan usaha.
2.7.1. Dasar Akrual
Dengan dasar akrual ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada
saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada
periode yang bersangkutan. Dengan dasar ini, laporan keuangan tidak hanya
memberikan informasi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran
kas, melainkan juga memberi informasi tentang kewajiban pembayaran kas dan
sumber daya yang mewujudkan kas yang akan diterima di masa depan.
2.7.2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kalangsungan usaha
perusahaan, yang berarti perusahaan akan tetap melanjutkan usahanya di
masa depan. Ini berarti bahwa perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan untuk melikuidasi atau mengurangi secara material skala
usahanya.
28
Download