Judul Nama/NPM Pembimbing : Makna Hidup Pada Pria Dewasa Awal yang Mengalami Putus Cinta : Adhi fajar kurnia/10503003 : Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, Msi ABSTRAKSI Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran makna hidup pada individu melalui pengalaman putus cinta yang dialami oleh subjek, untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan subjek dapat mememukan kebermaknaan hidupnya setelah putus cinta dan untuk mengetahui bagaimana proses subjek dalam memperoleh kebermaknaan hidupnya melalui pengalaman putus cinta.Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena metode kualitatif sesuai digunakan pada masalah-masalah yang bertujuan untuk mengeksplorasi kehidupan seseorang atau tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari, dengan menggunakan metode kualitatif juga diperoleh pemahaman yang mendalam tentang berbagai gejala-gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang, dengan kriteria seorang pria dewasa muda berusia 24 tahun dan pernah mengalami putus cinta.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara dan observasi dengan subjek dan significant others. Dalam proses wawancara ini, untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan alat perekam.Setelah dilakukan penelitan maka didapat hasil bahwa terjadi perubahan makna cinta dan makna hidup subjek sebelum dan sesudah subjek putus cinta. Hal ini dikarenakan subjek memperoleh pemahaman diri, kesadaran diri, menemukan makna baru, pengubahan sikap dan kegiatan subjek yang sudah mulai tertata dari pengalaman putus cintanya. Untuk memperoleh makna hidup yang baru ini subjek melewati beberapa tahap, dimulai dari tahap derita, tahap penerimaan diri, tahap temuan makna, tahap realisasi makna dan tahap kehidupan bermaknna. Kata kunci: Makna hidup, putus cinta BAB I dimilikinya A. Pendahuluan akan mengembangkan hubungannya ke dalam suatu hubungan Fitrah bagi setiap manusia yang cinta yang sakral dan suci yang diikat oleh telah tumbuh menjadi dewasa untuk pernikahan untuk memperoleh merasakan cinta dalam hidup ini, kebahagiaan yang diharapkan setiap insan mencintai dan juga dicintai. Cinta dapat melalui cinta yang ada dalam dirinya dan memasuki diri setiap manusia dan setiap manusia pun menyadari bahwa menjadikan manusia menjadi lebih baik manusia tidak bisa hidup sendiri di dunia untuk ini. membuktikan keteguhan dan membentuk menjadi identitas diri yang Tetapi cinta jarang tanpa konflik, lebih baik (Erikson dalam Santrock, hampir-hampir tidak pernah sepenuhnya 2006). Setiap individu mendambakan tidak mementingkan diri sendiri dan hubungan-hubungan intim yang akrab memberikan diri sendiri kepada orang ( i ntima te r e la tion shi p) ser t a si ap lain. Dorongan ke arah memiliki dan men gemba n gka n da ya-d aya yan g menguasai dapat dinyatakan secara halus dibutuhkan untuk memenuhi komitmen- tetapi kuat dalam cinta (Naylor et. al., komitmen ini meskipun ada kemungkinan 1996). Koflik-konflik dalam hubungan harus berkorban (Hall & Linzey, 1993). seperti, Intimate relationship terbina diantara mempertahankan hubungan, dan juga pribadi-pribadi dengan melibatkan emosi penyelesaian konflik yang tidak baik yang mendalam. Relasi ini ditandai secara nyata dapat menyebabkan dengan tingginya derajat saling percaya- ketidakbahagiaan dalam menjalani mempercayai, dan kesediaan saling me n c ur a h ka n p e r a s aa n t e r d a l a m (Bastaman, 1996). kesulitan-kesulitan dalam hubungan percintan, ketidaksetiaan (affair), perbedaan yang tidak dapat disatukan, ketidakpuasan dalam menjalani Sebagai insan yang telah mencapai hubungan percintaan, (Regan; 2003, usia dewasa, individu akan mengalami Beckers; 1992) adalah hal-hal yang sering masa transisi peran sosial, individu dijadikan alasan untuk mengakhiri suatu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan percintaan. hubungan dengan pasangannya dengan Akhir yang menyakitkan dari menikah dan membentuk keluarga yang hubungan percintaan adalah ketika dari baru (Hurlock, 2004). Karena itu setiap satu pihak ingin mengakhiri tetapi pihak orang tentulah memiliki keinginan untuk yang lain ingin tetap mempertahankan memperoleh cinta dari pasangannya dan hubungan percintaannya. Putus cinta kemudian dengan cinta itu diharapkan (breakup) biasanya menjadi faktor akan terciptanya suatu hubungan yang kehilangan yang dialami dalam hubungan lekat diantara pribadi dan pasangannya percintaan, dan jika hal ini terjadi, putus (intimate relationship). Manusia pun cinta akhirnya berharap dengan berkembangnya tertanggungkan (Beckers, 1992), tentulah hubungan yang dilandasi oleh cinta yang keadaan ini membuat individu akan terasa mengerikan dan tidak merasakan penderitaan. Penderitaan mudah menangis, dan juga pikiran-pikiran adalah ketakutan akan kehampaan yang e ks i s t en s i man u s i a . P e nd e r i t a a n pasangannya mengenai peristiwa- merupakan mendasar, peristiwa yang pernah dialami bersama, mendalam, dan universal pada eksistensi seperti saat-saat indah dengan pasangan, manusia (Lavine, 2003). Penderitaan peristiwa mengenai saat-saat terjadinya akibat putus cinta adalah suatu bentuk pemutusan hubungan oleh pasangannya, penderitan yang tidak dapat dihindari oleh dan sebagainya. Keluhan-keluhan negatif siapa pun juga. Jika seseorang sangat yan g diala mi oleh i ndi v idu ya ng mencintai pasangannya, tapi ternyata mengalami putus cinta adalah dampak dari kondisi yang pasanganya tidak memiliki rasa sayang dan cinta lagi, atau kemudian memutuskan hubungan percintaannya, maka siapa pun y an g men g a la mi i ni akan s a n gat menderita. Putusnya hubungan percintaan jelaslah menyebabkan penderitaan, karena yang terpenting dari suatu hubungan percintaan adalah bukan cinta itu sendiri, berhubungan dengan mantan penderitaan yang dialami oleh individu akibat dari ketidakbermaknaan akan arti dari dirinya dan juga hidupnya sehingga akan menghantarkan individu tersebut akan menjalani kehidupan yang tanpa arti dan mungkin dapat menyebabkan individu tersebut menjadi menderita karenanya. Tetapi hal itu tidak akan berlangsung selamanya. melainkan timbal-balik dari cinta. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh Baumeister (1992) yang menyatakan bahwa bukan cinta itu sendiri yang membawa pemenuhan, melainkan timbalbaliknya cinta (yang membawa kepada kebahagiaan). Berakhirnya hubungan percintaan ini dapat saja menyebabkan seseorang kehilangan penghayatan dari arti cinta dan dapat pula menghilangkan kebahagiaan dalam hidupnya, atau yang lebih memprihatinkan ialah dengan berakhirnya hubungan percintaan dapat menyebabkan seseorang kehilangan Masih dalam penelitian Priharani (2004), individu yang mengalami putus cinta akan menemukan pemahaman baru terhadap kenyataan yang ada. Dari peristiwa putusnya hubungan percintaan dengan pasangannya, individu akan menemukan makna baru bagi dirinya. Dengan ini jelaslah bahwa dengan memperoleh pemahaman baru yang positif, cepat atau lambat individu akan memperoleh makna hidup yang baru. Akan tetapi dalam penemuan makna baru ini juga dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti (1) pengalaman putusnya makna hidupnya. hubungan percintaanya pada masa lalu, (2) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Priharani (2004) peristiwa putusnya hubungan cinta yang dialami oleh individu dapat menyebabkan individu yang mengalami peristiwa tersebut (putus cinta) mendapatkan keluhan fisik dan mental seperti letih, berkurangnya nafsu makan, kesulitan tidur, bermimpi buruk, persepsi alasan mengenai putusnya suatu hubungan, (3) kondisi dari hubungan yang pernah terbina bersama pasangan, (4) kondisi lingkungan sosial seperti adanya dukungan sosial atau pun budaya, dan (5) banyaknya masalah yang di hadapi 2. individu setelah peristiwa putus cinta. dapat menyebabkan subjek dapat mememukan makna hidup setelah Dari penelitian yang dilakukan putus cinta. Priharani (2004) dapat dibuat kesimpulan bahwa peristiwa putus cinta yang dialami Untuk mengetahui faktor-faktor yang 3. Untuk mengetahui bagaimana proses oleh individu akan berdampak pada subjek dalam memperoleh makna kondisi fisik dan mental seseorang. Jika hidup melalui pengalaman putus dampak dari peristiwa putus cinta itu cinta. bersifat negatif maka individu tersebut akan mengalami kehidupan yang tidak D. Manfaat Penelitian 1. bermakna, tetapi hal itu tidak berlagsung Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat selamanya. Pada saatnya baik cepat memberikan gambaran mengenai maupun lambat individu tersebut akan proses pencarian makna hidup bagi menemukan pemahaman dan makna baru setiap oran g ya ng men galami bagi hidupnya. Jika makna baru yang penderitaan, khususnya derita yang diperoleh individu tersebut dihayati dan dirasakan melalui putusnya hubungan menjadi landasan baru bagi hidupnya, dengan maka individu tersebut telah memperoleh seseorang yang sangat disayanginya. Kiranya juga penelitian makna hidup melalui peristiwa putus cinta ini diharapkan dapat memberikan yang telah dialaminya. masukan bagi setiap orang khususnya yang mengalami putus cinta untuk B. Pertanyaan Penelitian mendapat kan insi ght dalam Beberapa pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini antara lain: 1. 2. Apa gambaran makna hidup subjek yang diperoleh melalui putus cinta? dan dapat mengurangi derita akibat Faktor-faktor apa yang menyebabkan hidup yang baru. subjek memperoleh makna hidup setelah putus cinta? 3. menemukan makna hidup yang baru Ba ga i ma n a proses subjek memperoleh makna hidup melalui pengalaman putus cinta? putus cinta melalui pencarian makna 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu-il mu psikologi khususnya yang membahas C. Tujuan Penelitian mengenai hubungan interpersonal, Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah: terutama yang berhubungan dengan 1. Untuk mengetahui gambaran makna menjalin suatu hubungan percintaan hidup pada subjek melalui dan segala sesuatu yang berkaitan pengalaman putus cinta yang dialami dengan cinta dan makna hidup. oleh subjek. interaksi antara pria dan wanita dalam BAB II a. A. Cinta Intimacy (kedekatan) adalah kemampuan untuk dapat dekat 1. Pengertian Cinta orang lain (Erikson dalam Cinta merupakan getaran emosional dan ketertarikan baik secara fisik Boeree, 2004). b. Passion (nafsu atau hasrat) maupun emosional terhadap orang menandakan suatu dorongan lain yang didalamnya terdapat sikap yang mengarahkan ketertarikan yang intim, saling berbagi, dan juga terhadap orang lain baik secara saling membutuhkan dan dalam fisik maupun secara seksual perkembangannya dengan mencintai dalam hubungan percintaan. individu akan dapat memahami Commitment (komitmen) dalam c. indiviu lain hingga kepribadian yang cinta terdiri dari dua aspek, yang paling dalam. pertama adalah aspek jangka pendek (short term), dan yang 2. Makna Cinta kedua adalah aspek jangka Cinta tidak ditafsiran sebagai panjang ( long term ). Aspek sekedar fenomena tempelan jangka pendek adalah keputusan (ephiphenomenon) akibat dorongan seseorang untuk mencintai orang seksual dan naluri dalam kaitannya lain. sesuatu yang lazim dekenal sebagai sublimasi. Seperti seks, cinta 4. Jenis-Jenis Cinta merupakan sebuah fenomena. Secara Jenis-jenis cinta ini merupakan umum seks, dianggap sebagai kombinasi dari komponen-komponen ungkapan cinta. Seks dibenarkan, cinta yang di ke mu ka kan oleh bahkan disyaratkan segera setelah Stenberg (1988). Terdapat tujuh jenis (menikah), hanya selama seks cinta berdasarkan kombinasi antara dianggap sebagai ungkapan dari cinta. komponen-komponen cinta, yaitu: Karena itu cinta tidak sekedar a. dipahami sebagai efek samping dari Menyukai (liking) adalah jenis cinta yang hanya di landasi atas seks; sebaliknya seks merupakan cara komponen kedekatan (intimacy) mengungkapkan sebuah kebersamaan saja, tanpa ada komponen hasrat yang pe nti ng dar i s uat u yan g ( passion ) maupun komitmen dinamakan cinta (Frankl, 2004). (commitment). 3. Komponen-Komponen Cinta b. Cinta infatuasi (infatuated love) adalah jenis cinta yang dilandasi Stenberg (1988) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen dari cinta atas hanya komponen hasrat (passion) saja, tanpa ada berdasarkan teori segitiga cinta (the triangular theory) yaitu: komponen komitmen. kedekatan dan c. d. Cinta kosong (empty love), cinta a. Cinta persaudaraan adalah cinta yang kosong ini merupakan terhadap sesama umat manusia. wujud dari Ciri yang khas dari cinta ini seseorang mencintai orang lain adalah tidak adanya ekslusifitas. (dalam cinta) ketika komponen Jika kedekatan dan hasrat tidak mengembangkan kemampuan terdapat didalamnya. untuk mencintai, berarti mau Cinta romantis (romantic love) tidak mau set iap individu diperoleh dari kombinasi dari mencintai saudara-saudaranya. dari keputusan komponen, yaitu kedekatan dan individu b. C i n t a keibuan komponen hasrat dalam cinta. e. f. g. telah merupakan Bentuk dari romantic love ini peneguhan tanpa syarat terhadap sama seperti menyukai (liking) hidup dan kebutuhan-kebutuhan tetapi didalamnya juga terdapat seorang anak. Tetapi ada yang ketertarikan secara fisik maupun perlu ditambahkan disini, yakni yang lainnya. peneguhan atas kehidupan anak Companionate love, cinta jenis mempunyai dua aspek: yang i ni me r up a k a n h a s i l d a r i pertama adalah pemeliharaan dan kombinasi antara kedekatan dan tanggung jawab, yang mana hal komitmen. Hubungan cinta ini mutlak diperlukan demi seperti ini merupakan hubungan kelanjutan persahabatan perkembangan dan anak, dan yang telah hidup dan berlangsung lama. yang kedua adalah penanaman Fatous love merupakan bentuk cinta kepada jiwa sang anak yang dari kombinasi antara hasrat dan mana hal ini akan memberikan komitmen dengan sedikit atau rasa syukur atas kehidupan yang tidak adanya kedekatan. diterimanya. Consummate love bisa juga di c. Cinta erotis, Cinta erotis berbeda sebut cinta yang sempurna, di dengan cinta persaudaraan dan dalam consummate love semua cinta komponen mendambakan peleburan total, dalam cinta, keibuan, cinta erotis kedekatan, hasrat, dan komitmen penyatuan dengan pribadi lain. terdapat didalamnya. Pada hakekatnya, cinta erotis 5. Objek-Objek Cinta Dalam buku yang berjudul The Art of Loving , Fromm (2003) mengungkapkan beberapa objek dari cinta, yaitu: bersifat ekslusif dan tidak universal. Cinta erotis bersifat eksklusif selama individu dapat meleburkan dirinya pada satu diri pribadi. Cinta erotis bersifat tertutup bagi masalah peleburan erotis dan penyerahan diri sepenuhnya dalam segala aspek kehidupan. karunia ini dan menghayati diri d. Cinta diri yang dikemukakan berdaya dan tidak ada perbuatan oleh Fromm bukanlah bentuk yang dapat mempengaruhi cinta Tuhan, atau membuat Tuhan diri seperti sebagai yang kecil dan tidak yang mencintai kita. diungkapkan oleh Freud (narsistik) yang dimana cintadiri 6. Putus Cinta merupakan pengalihan libido Putusnya hubungan percintaan pada diri sendiri. narsisme adalah sering terjadi, hal ini dikarenakan ada permulaan dalam perkembangan perasaan kecewa dengan pasangannya umat manusia, dan orang yang atau pun kecewa dengan hubungan perkembangan hidupnya terhenti yang telah terjalin. Berdasarkan atau kembali kepada tahap ini penelitian beberapa alasan mengapa tidak memiliki kemampuan untuk suatu hubungan percintaan dapat mencintai. Bagi Fromm , harus berakhir seperti, hubungan gelap ada sikap mencintai diri sendiri (affair), meperdebatkan perbedaan, dalam mencintai orang lain. Pada penarikan diri secara pasif, sering prinsipnya cinta tidak akan terjadinya krisis dalam hubungan, terbagi sejauh hubungan antara pengungkapan diri, perubahan objek dan diri sendiri diprthatikan. Cinta merupakan produktifitas meliputi l i ng k un g an s os i a l d a n f a kt or sejati perubahan situasional. Walaupun ungkapan seseorang faktor-faktor diatas terjadi di dalam yang beberapa hubungan percintaan, tetapi perhatian, bagi penghormatan, tanggung jawab, pasangan cukup merasakan satu saja atau beberapa dan pemahaman. Cinta sejati dari faktor di atas untuk menyebabkan bukan perasaan yang ditimbulkan hubungan percintaan gagal atau oleh orang lain melainkan suatu berakhir. Bagi kebanyakan pasangan, usaha aktif demi perkembangan peristiwa putus cinta adalah suatu dan kebahagiaan orang yang p r o s es y a ng l a ma d a n s a n ga t dicintai. Oleh karena itu diri kompleks (Beckers 1992; Regan sendiri hendaknya dijadikan 2003). sebagai objek cinta sama seperti orang lain. sebagian 7. Derita Akibat Putus cinta e. Cinta Tuhan merupakan bentuk Putusnya hubungan percintaan religius dari cinta. Cinta ini juga jelaslah menyebabkan penderitaan, berasal dari kebutuhan untuk karena yang terpenting dari suatu meraih kesatuan. Cinta Tuhan hubungan percintaan adalah bukan adalah karunia, dan sikap religius cinta itu sendiri, melainkan timbal- yang tepat adalah mempercayai balik dari cinta. ). Individu yang nilai-nilai tersebut diterapkan dalam mengalami putus cinta berarti akan kehidupan dan juga terpenuhi. Ketiga kehilangan timbal balik dari cinta, nilai (values) itu adalah creative bukan cinta itu sendiri. individu akan values yang dapat diaktualisasikan kehilangan interaksi, perhatian, kasih denga melakukan tindakan-tindakan sayang, fisik, yang kreatif. Expriental values yang keakraban yang pernah terjalin, merupakan penghayatan akan nilai- keterikatan emosional, dan perasaan nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, saling mempercayai. Bentuk timbal keimanan, keagamaan serta cinta balik dari cinta yang seperti inilah kasih. yang menyebabkan individu merupakan sikap penerimaan diri, menderita bukan karena kehilangan penuh ketabahan, kesabaran dan cintanya, karena cinta itu bisa saja keberanian tetap tersimpan dalam hati individu penderitaan yang tidak dapat dihindari walaupun hubungan percintaan yang lagi. Bastaman (2007) juga dijalaninya telah berakhir. Cinta bagi menambahkan, selain ketiga nilai individu tidak bisa dipaksakan, cinta tersebut harapan (hope) juga dapat itu tumbuh dan datang sendirinya, ini secara potensial mengarahkan juga berarti bahwa cinta juga tidak seseorang untuk memperoleh makna bisa dihapuskan dan dihilangkan hidupnya, karena harapan merupakan begitu saja, cinta itu sungguh indah keyakinan akan terjadinya hal-hal bagi siapa pun yang mengalaminya. b a i k y a n g me n g u n t un g k a n di kedekatan secara Attitudinal untuk values yang menghadapi kemudian hari. B. Makna Hidup 1. 3. Pengertian Makna Hidup Karakteristik Makna hidup makna hidup adalah sesuatu yang Bastaman (1996) dalam bukunya sifatnya unik, personal dan pribadi y a n g b er j ud u l Mer ai h Hi dup yang didalamnya terdapat tujuan Bermakna hidup, sesuatu yang dianggap penting karakteristik makna hidup. bagi individu dan dapat diterima oleh a. orang lain sebagai sesuatu yang sah. mengungkapkan Unik dan personal. Hal ini menunjukan bahwa apa yang dianggap penting oleh seseorang 2. Sumber-Sumbar Makna Hidup belum tentu berarti oleh orang lain. Frankl (dalam Bastaman, 2007) menyatakan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi sumber bagi makna b. Spesifik dan konkrit. Artinya, makna hidup dapat ditemukan hidup seseorang yang mengandung dalam nilai-nilai yang secara potensial kehidupan sehari-hari dan tidak memungkinkan harus selalu berkaitan dengan seseorang dapat menemukan makna hidup apa bila pengalaman tujuan-tujuan idelais, dan nilai akademis yang tinggi, atau hasil renungan filosofis yang kreatif. c. diwujudkan dalam perilaku yang tampak sebagai “tindakan positif” Memberikan pedoman dan arah. dan dapat diterapkan dalam Ini menunjukkan bahwa makna kehidupan sehari-hari. hidup seseorang dapat c. Pengakraban hubungan. Sebagai memberikan pedoman dan arah mahkluk sosial, manusia secara terhadap kegiatan-kegiatan yang nyata bahwa manusia tidak dapat dilakukan sehingga makna hidup hidup sendiri dalam menjalani seakan-akanmenantang hidupnya. hubungan dengan (challenging) dan mengundang sesama manusia adalah sesuatu (inviting) ya n g a sa s i , ma ka d e n ga n seseorang untuk memenuhinya. pengakraban dengan sesama d. dapat memberikan makna. 4. Metode-Metode Menemukan Makna Hidup Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara pribadi dengan Bastaman (1996) mengemukakan pribadi yang lainnya yang lima metode dalam menemukan dihayati sebagai hubungan yang makna dalam (erat), mendalam, saling hidup yang merupakan modifikasi dan penyederhanaan dari metode logoanalisis rancangan Crumbaugh. a. memahami dan saling mempercayai, selain itu juga dirasakan sangat berarti bagi Pemahaman pribadi, dengan masing-masing pihak. Yang pemahaman pribadi diutamakan dalam metode ini dan mengenali diri sendiri individu akan manfaat, memperoleh banyak diantaranya mengembangkan dapat kelebihan ( b a kat ) ya n g d i mil i ki da n adalah bukan komunikasi yang terjalin antara masing-masing pihak, melainkan perasaan kedekatan yang harus selalu dijaga dan ditingkatkan. mengurangi kekurangan yang dimilikinya. Hasil lain yang dapat d. Pendlaman yang dirasakan dengan memperoleh pemahaman diri adalah individu dapat merencanakan hal-hal yang diinginkan dan realistis untuk dimasa yang akan mendatang. dimaksid dengan “pendalaman tri-nilai” adalah usaha untuk benar-benar menghayati nilainilai berkarya (creative values), nilai-nilai b. Bertindak positif, dalam hal ini individu hendaknya menanamkan pola “berfikir positif”. Diharapkan dengan begitu dapat memberikan manfaat yang dapat tri-nilai, penghayatan (experiental values ), dan nilainilai bersikap (attituduonal values ) yang dapat menjadi sumber makna bagi seseorang. e. Ibadah. badah dalam metode ini adalah ritual untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dengan caracara yang diajarkan agama dan dilakukan secara khidmat dan tulus sehingga hidup yang telah ditemukan dan ditetapkan. e. Kegiatan (directed perasaan tentram, mantap, dan activities), merupakan kegiatan tabah. yang terarah yang dilakukan 5. Komponen-Komponen Menentukan yang Keberhasilan dengan sadar dan sengaja berupaya untuk mengembangkan potensi-potensi pribadi (baik Memperoleh Makna hidup bakat, Bastaman (1996) mengungkapkan mengenai komponen-komponen yang dapat menentukan berhasilnya perubahan dalam penghayatan hidup menjadi lebih bermakna. Komponen- kemampuan, keterampilan) yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup. dengan meningkatkan kesadaran terhadap kondisi diri (Social Support ), yakni menandakan bahwa dengan kehadiran pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke Makna hidup ( the meaning of life), merupakan seseorang atau orang lain yang dekat dengan individu, yang arah yang lebih baik. b. Sosial Pemahaman diri ( self insight ), yakni atau f. Dukungan komponen itu adalah: a. terarah menimbulkan nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan pengarah kegiatan-kegiatannya. dapat dipercaya dan selalu bersedia memberikan bantuan dapat membantu individu dalam keberhasilan individu dalam memperoleh kebermaknaan hidup. Dalam proses perubahan dari penghayatan hidup tidak bermakna c. Pengubahan sikap ( changing atitude), yakni perubahan dari menjadi lebih bermakna dapat digambarkan tahapan-tahapan sikap yang tidak tepat menjadi yang lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan masalah yang tidak bisa dielakkan lagi. d. Keikatan diri (self commitment), berarti memiliki keterikatan diri terhadap makna hidup dan tujuan pe n g al aman ter te nt u. H al i n i merupakan konstruksi teoritis yang dalam realitas sebenarnya tidak selalu mengikuti urutan tersebut (Bastaman, 1996). Tahap-tahap ini dapat digolongkan menjadi lima tahapan sebagai berikut: a. Tahap Derita (peristiwa tragis, penghayatan tanpa makna) b. T a h a p Penerimaan Diri (penerimaan diri, pengubahan sikap) c. Tahap Temuan Makna d. Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosional. e. Masa dewasa awal sebagai masa keterasingan sosial. f. Masa erwasa awal sebagai masa komitmen. g. Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan. h. Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai. i. Masa dewasa awal sebagai masa (penemuan makna dan penentuan tujuan hidup) d. Tah ap realisasi Makna (keterikatan diri, kegiatan terarah untuk pemenuhan makna hidup) e. Tahap Kehidupan Bermakna (penghayatan makna, kebahagiaan) C. Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal penyesuaian diri dengan cara Individu dewasa awal adalah individu yang telah menyelesaikan hidup baru. j. Masa dewasa awal sebagai masa kreatif. pertumbuhannya dan siap dalam masyarakat bersama dengan individu dewasa lainnya (Hurlock, 2004). Secara fisik, individu dewasa awal menampilkan profil yang sempurna, 3. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal Havinghrust (dalam Dariyo, 2004) dalam arti bahwa pertumbuhan dan menyatakan perkembangan aspek-aspek fisiologis perkembangan dewasa awal adalah telah mencapai posisi puncak. Individu dewasa awal memiliki daya a. Mencari dan pasangan hidup. b. Membina kehidupan rumah tangga. c. Meniti karir dalam rangka tampak inisiatif, kreatif, enerjik, cepat dan proaktif. Individu yang tergolong memantapkan dewasa awal adalah individu yang d. Ciri-Ciri Dewasa Awal Hurlock (2004) b. c. kehidupan Menjadi warga negara yang bertanggung jawab. memberikan beberaa ciri-ciri yang mencolok pada masa dewasa awal: a. menemukan ekonomi keluarga. berusia antara 20 sampai 40 tahun. 2. tugas-tugas sebagai berikut: tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan kegiatan bahwa Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan. Masa dewasa awal sebagai masa usia produktif. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah. 4. Dasar-Dasar Hubungan yang Akrab dalam Masa Dewasa Awal Papalia, olds dan Fieldman (dalam Dariyo, 2004) mengemukakan tiga tope dasar hubungan akrab (intimate relationship) yaitu: BAB III a. Persahabatan Persahabatan merupakan METODE PENELITIAN Penelitian hubungan emosional antara dua ini menggunakan individu atau lebih, baik antara pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah sejenis maupun lawan jenis, yang pria dewasa awal yang berusia 24 tahun dan didasari pernah mengalami putus cinta. saling pengertian, menghargai, mempercayai satu dan yang lainnya. mendalam (in-depth interview) dan observasi. b. Seksual itas Kehidupan seksual, jika tidak diperhatikan dengan baik akan memicu pertengkaran bahkan perceraian dalam keluarga. Pemenuhan kebutuhan seksual yang seimbang dapat mempererat tali pernikahan dan membawa dampak positif, yaitu terciptanya kehidupan harmonis dan bahagia. Tetapi kadang pada kaum remaja dan dewasa awal yang sedang berpacaran melakukan perilaku seksual tersebut, bahkan ada yang melakukan hubungan seksual se b e l u m me n i k a h ( s ex u al intercourse pre-marital). Akan tetapi tidak menutup kemungkinan mereka yang menikah pun dapat melanggar nilai-nilai sosial, misalnya melakukan Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara perselingkuhan de n ga n or a n g y a n g b uk a n BAB IV A.HASIL OBSERVASI Subjek Subjek adalah seorang pria, memiliki tinggi badan sekitar 168 cm, memiliki kulit sawo matang, berambut hitam di potong pendek, subjek juga memiliki mata yang berwarna coklat. Subjek pada saat itu menggunakan kaus oblong berwarna putih dan celana pendek yang hampir menutup lututnya. Pada saat wawancara subjek bercerita banyak dan sesekali subjek menganalogikan apa yang subjek maksud dengan benda yang ada disekitar (misal gelas kosong yang dianalogikan sebagai diri), sesekali subjek juga merokok. Beberapa kali subjek mengganti posisi tubuhnya ketika wawancara, pada saat awal wawancara posisi peneliti dan subjek saling berhadapan tetapi kemudian menjadi saling bersebelahan dan bersandar pada dinding. pasangannya secara sah. c. Cinta kasih B. Pembahasan sejak 1. Gambaran makna hi dup pada dilahirkan pernah merasakan subjek yang mengalami putus cinta Setiap individu yang cinta kasih dari orang tua. Cinta Terjadi perubahan pandangan merupakan suatu persaan emosi hidup, pandangan cinta, aktifitas yang yan g bersifat po sit if yan g bermakna dan juga menemukan makna memiliki pengaruh positif bagi hidup yang baru. Sebelum putus individu. pandangan (makna) hidup bagi subjek Bastaman (1996) yaitu makna kehidupan. hidup seseorang dapat memberikan Pandangan cinta subjek mengenai cinta pedoman dan arah terhadap kegiatan- adalah bahwa cinta itu tidak lebih dari kegiatan yang dilakukan sehingga makna persahabatan yang dilegalkan. Aktifitas hidup seakan-akan menantang yang bermakna bagi subjek pada saat itu (challenging) dan mengundang (inviting) adalah aktifitas dan kedekatannya seseorang untuk memenuhinya. adalah mencar esensi dengan pacar subjek (secara fisik). Setelah putus hal pandangan subjek menjadi berubah. Pandangan hidup 2. Faktor-faktor yang menyebabkan subjek memperoleh makna hidup yang baru subjek yang baru adalah subjek menyadari betapa pentingnya esensi kehidupan bagi subjek. Pandangan cinta subjek yang baru ialah bahwa dalam cinta harus terdapat tiga unsur utama yaitu, kedekatan fisik, kedekatan personal dan juga komitmen. Aktifitas yang bermakna bagi subjek yang baru adalah dengan membaca buku-buku filsafat. Subjek juga setelah putus cinta memperoleh tujuan hidup yang baru yaitu mengejar cita-citany untuk menjadi seorang filsuf. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adler (2004) yang menyatakan bahwa makna yang diberikan adalah makna pribadi. faktor-faktor yang menyebabkan subjek memperolah makna hidup baru diantaranya adalah pemahaman diri mengenai pentingnya mencari tujuan h i d u p. S ela i n i t u j u g a su b j e k memperoleh kesadaran diri bahwa pendidikan menjadi sangat penting ba gi subjek dan subje k juga menyadari bahwa dalam cinta harus terdapat tiga unsur (kedekatan fisik, kedekatan personal, dan komitmen). Selain itu juga perubahan sikap dan pembelajaran terhadap pengalaman juga menjadi faktor yang menunjang bagi subjek dalam mendapatkan makna hidup. Terjadi pula perubahan aktivitas yang bermakna bagi subjek Bastaman (1996) yang menyatakan bahwa makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan seharihari dan tidak harus selalu berkaitan dengan tujuan-tujuan idelais, nilai akademis yang tinggi, atau hasil renungan filosofis yang kreatif. karena subjek memaknai memaknai sebuah peristiwa pada saat subjek subjek masih berpacaran. memperoleh makna hidup dan tujuan hidupnya maka tujuan hidupnya subjek akan memeberikan pedoman dan arah kepada subjek. Hal ini terlihat adi Di samping itu juga Frankl (dalam Bastaman, 2007) menyatakan bahwa ada tiga sebagai sumbar makna hidup yaitu, creative values, expriental values, dan attitudinal values aktivitas subjek yang sudah mulai tertata. Selain itu juga subjek memperoleh hikmah dari pengalamannya yaitu dlam mencintai subjek tidak boleh terlalu mengikiti dorongan dan hawa nafsu saja. dimulai dari tahap derita, yaitu subjek Hal ini ses uai de n gan yang mengalami peristiwa tragis dimulai diungkapka oleh Bastaman (1996) semenjak orang tua subjek yang menyatakan bahwa dengan mengetahui dan melarang subjek memahami dan mengenali diri sendiri berpacaran dengan pacar subjek individu akan memperoleh banyak dikarenakan subjek dan pacar subjek sekali manfaat. Manfaat lain yang berbeda keyakinan. Selain itu juga didapat adalah untuk menyadari sebebnarnya subjek telah mengetahui segala kebaikan dan kelebihan yang bahwa pacar subjek telah memiliki dimiliki oleh individu tetapi sering terlupakan dan luput dari perhatian. Subjek memperoleh makna hidup pacar lain selain subjek. Yang paling menyakitkan adalah ketika subjek Bastaman (1996) yang menyatakan me nge tahui dan me nghadiri sumber makna hidup salah satunya penikahan pacar subjek dengan orang adalah experiental values merupakan lain. Pada akhirnya subjek merasa p e n g h a ya t a n a k a n ni l ai - ni l ai menjalani hidup yang tanpa makna. kebenaran, kebajikan, keindahan, Subjek merasakan perasaan hampa keimanan, keagamaan, serta cinta sedih dan sakit hati di dalam dirinya. kasih. Dengan menghayati nilai-nilai Akhi rnya s ub jek me nem uka n tersebut individu dapat menjadikan pemahaman diri. Subjek memahami hidupnya lebih berarti. bahwa ketika berpacaran dengan Bastaman (1996) yang menyatakan pacar subjek, subjek merasa dalam bahwa sumber makna hidup salah kondisi eksistential vacuum hal ini satunya adalah attitudinal values, dikarenakan subjek merasa bahwa merupakan penerimaan diri, penuh subjek belum memahami arti cinta ketabahan, kesabaran, dan keberaian dan hanya mengikuti dorongan dalam untuk menghadapi penderitaan yang diri s ubje k saj a. Subje k juga tidak dapat dihindari lagi setelah memahami bahwa dalam kehidupan segala upaya telah dilakukan dengan selalu ada hambatan dan mau tidak semaksimal Dengan mau subjek merasa harus dapat memperoleh makna atau hikmah dari mungkin. menerima masa lalunya sebagai derita yang telah diala mi nya, bagian dari hidupnya. Selain itu walaupun keadaan tragis yang telah menurut subjek segala sesuatu yang dialaminya tidak akan berubah, terjadi dalam diri subjek dikendalikan individu dapat menerima keadaannya oleh pikiran bukan oleh tindakan, oleh tersebut dan dapat mengambil sikap karena itu subjek merasa bahwa positif dengan penuh tanggung jawab subjek dapat menentukan hidupnya sendiri. Setelah itu subjek mengubah 3. Proses hingga subjek memperoleh makna hidup baru sikapnya dimulai dari subjek merubah pola berfikir dan konsep subjek dalam berpacaran. Bagi subjek dalam sikap. Pemahaman diri ditandai dengan menjalin hubungan dengan lawan meningkatkan kesadaran terhadap kondisi jenis (pacar) subjek merasa harus diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk dapat berperan sebagai layaknya laki- melakukan perubahan ke arah yang lebih laki. Subjek juga telah menemukan baik, sedangkan pengubahan sikap tujuan hidupnya yang baru. Saat ini ditandai dengan perubahan dari sikap yang aktivitas yang bermakna bagi subjek tidak tepat menjadi yang lebih tepat dalam adalah dengan mewujudkan cita- menghadapi masalah, kondisi hidup dan citanya. Subjek merasa dengan begitu masalah yang tidak bisa dielakkan lagi. aktivitasnya akan lebih terarah dan Bastaman (1996) yaitu makna s u b j e k j u ga b i sa f o ku s d al am hidup seseorang dapat memberikan mewujudkan Untuk pedoman dan arah terhadap kegiatan- mencapai cita-citanya, yang dilakukan kegiatan yang dilakukan sehingga makna oleh subjek salah satunya adalah hidup seakan-akan menantang dengan membaca dan menelaah buku. (challenging) dan mengundang (inviting) Subjek juga merasa bahwa setelah seseorang untuk memenuhinya. Begitu memperoleh makna hidup subjek makna hidup ditemukan dan tujuan hidup merasa puas dan bangga dengan ditentukan, maka seseorang akan dirinya sendiri karena subjek merasa terpanggil me lewa ti pe nderita a nya da n memenuhinya dan kegiatan-kegiatannya memperoleh kebahagiaan pun akan menjadi terarah. cita-citanya. Hal ini sesuai dengan Frankl (dalam Schultz, 1991) yang menyatakan untuk melaksanakan dan BAB V A. Kesimpulan bahwa noogenic neurosis atau exitential vacuum dapat dicirikan dengan keadaan hidup yang tanpa arti, tanpa tujuan, tanpa 1. Gambaran pada subjek mengalami putus cinta yang Terjadi perubahan hal-hal yang maksud dan hampa. Menurut Frankl (1973) dan Iriana (2005) perasaan sedih yang subjek rasakan itu akibat dari penolakan terhadap penderitaan yang subjek alami. Semakin besar penolakan terhadap penderitaan akan menimblkan ketidaknyamanan fisik mental atau spirital, hingga kecemaasan bermakna pada subjek sebelum dan sesudah putus cinta. Sebelum putus hal yang bermakna bagi subjek adalah dengan mencari tujuan hidupnya dan subjek ingin mencari eksistensinya. Sebelum putus pandangan subjek mengenai cinta hanya memandang cinta sebagai sebuah bentuk dari yang berlebihan. persahabatan yang dilegalkan atau Bastaman (1996) bahwa terdapat komponen-komponen yang dapat menentukan keberhasilan dalam menemukan makna hidup yang baru yaitu dengan pemahaman diri dan pengubahan yang diresmikan lewat pacaran, sedang pandangan hidup subjek sebelum putus menurut subjek adalah mencari esensi kehidupan. Setelah subjek putus dengan pacarnya, semua yang bermakna bagi subjek sebagai itu mengalami perubahan dari subjek suatu pembelajaran. Setelah putus memaknai perubahan dengan pacar subjek, aktivitas yang pandangan mengenai cinta, hingga bermakna bagi subjek adalah dengan perubahan mengenai membaca buku-buku filsafat tentang kehidupan. Setelah putus hal yang para filsuf yang memiliki pengalaman bermakna bagi subjek adalah mencari cinta yang tragis. Selain itu juga esensi dari kehidupannya karena aktivitas yang bermakna bagi subjek subjek tidak mau terjebak oleh system adalah mengartikan kehidupannya, yang yang telah ada. Selain itu juga membuat sistem pribadi untuk dirinya subjek mengalami perubahan nilai- dan bersikap terbuka terhadap orang nilai yang ditanamkan oleh orang tua lain. Setelah memperoleh makna subjek seperti perubahan nilai-nilai hidup baru merasa lega dan merasa religius dan perubahan nilai-nilai terlepas dari beban. Setelah putus pendidikan yang akhirnya subjek subjek merasa, aktivitasnya kini merasakan bahwa pendidikan adalah menjadi lebih terarah, yaitu dengan sesuatu yang penting bagi subjek. mengejar cita-citanya. Setelah putus Pandangan subjek mengenai cinta juga subjek menjadi lebih banyak setelah putus adalah bahwa dalam membaca buk u da n ke mudia n cinta seharusnya terdapat tiga unsur diaplikasikan dengan tidakan subjkek yang penting yaitu kedekatan dalam kehidupannya. Subjek merasa personal, kedekatan fisik, dan juga apa yang dilakukannya itu komitmen. Sedang pandangan subjek membuahkan hasil. Hasil yang subjek yang baru mengenai kehidupan adalah rasakan itu adalah perasaan semangat bahwa dalam kehidupan harus diisi dan memberikan motivasi pribadi dengan cinta yang memiliki tiga unsur kepada subjek. Subjek juga merasa ut a ma ( di g a b u n g ka n d e n g a n adanya rasa keterbukaan dari masalah pandangan subjek tentang cinta yang yang subjek pendam selama ini. Dan baru) dan subjek merasakan bahwa hasil akhirnya adalag perasaan puas manusia tidak bisa hidup sendiri. dan kebanggaan diri. sesuatu, pandangan Terjadi pula perubahan aktivitas yang bermakna bagi subjek sebelum dan 2. Faktor-faktor yang menyebabkan subjek memperoleh makna hidup setelah putus cinta. Sebelum putus cinta, aktivitas yang bermakna bagi subjek adalah padanya rasa kebersatuan antara subjek dengan pacarnya secara jiwa dan raga. Setelah putus dengan pacar subjek, aktivitas ynag bermakna bagi subjek berubah. Subjek memaknai aktivitas Setelah putus subjek memperoleh pamahaman diri bahwa mencari tujuan hidup itu penting bagi subjek, subjek juga memahami bahwa selama ini subjek merasa telah dukiasai oleh sistem luar diri subje k ya ng menyebabkan kondisi eksistensial vacuum bagi subjek. Sebjek juga puas dan bangga terhadap diri sendiri) akhirnya memiliki kesadaran diri dengan melakukan penerimaan bahwa pendidikan menjadi suatu yang terhadap hal-hal yang tidak dapat penti ng bagi subjek dan akan ditolak oleh subjek dan mau tidak me ma l u k a n b a g i s u b j ek j i k a ma u i t u ak a n m en j a d i b a g i a n pendidikan subjek akhirnya gagal hidupnya subjek. setelah putus dengan pacar subjek. Subjek juga akhirnya menyadari bahwa dalam cinta harus terdapat 3. Proses tercapainya makna hidup pada subjek yang mengalami putus cinta ketiga unsur (kedekatan personal, kedekatan fisik, dan komitmen), karena menurut subjek jika dalam cinta tidak terdapat satu saja unsure dari ketiga unsur ini maka cintanya itu akan raih. Terjadi pula perubahan aktivitas yang bermakna bagi subjek. Hal ini dikarenakan oleh pemaknaan peristiwa yang dulunya bermakna bagi subjek. Saat ini aktivitas yang bermakna bagi subjek adalah dengan membaca buku-buku filsafat, karena dengan begitu subjek merasa bahwa subjek dapat merasa lebih terbuka dan dapat membedakan antara rasa cinta dan kagum. Faktor yang lain adalah penerimaan kenyataan ata apa yang terjadi pada subjek dimasa lalu, dengan begitu subjek dapat merasa lebih lega. setelah putus aktivitas Proses tercapainya makna hidup subjek diawali oleh peristiwa tragis. Hubungan subjek dengan pacarnya ditentang oleh orang tua subjek, subjek juga tahu bahwa subjek adalah orang ketiga ketika berhubungan dengan pacarnya (pacar subjek memiliki pacar selain subjek) dan pada akhirnya pun subjek putus dengan pacarnya, semenjak itu pula subjek tidak pernah bertemu dan berkomunikasi dengan mantan pacar subjek hingga akhirnya subjek mendengar bahwa mantan pacar subjek menikah. Pengalaman putus cinta subjek ini menyebabkan subjek sedih dan sakit hati, selain itu juga subjek merasakan bahwa pengalaman putus cintanya membuat hidup subjek merasa hampa. subjek mulai lebih terarah. Hal ini dikarenakan subjek merasa sudah memperoleh tujuan hidupnya yaitu menjadi orang sukses. Selain itu juga subjek memperoleh hikmah dalam cinta, yaitu jangan sampai terbawa oleh dorongan dan hawa nafsu dan harus mampu berpikir sehat dan rasional. Subjek merasa mendapatkan hasil (semangat, motivasi pribadi, perasaan terlepas dari beban, perasaan Subjek akhirnya menemukan pemahaman akan dirinya mengenai pengalaman putus cintanya. Subjek merasa ketika masih berpacaran dengan pacar subjek, subjek berada dalam keadaan eksistensial vakuum karena pada saat itu subjek merasa belum memahami arti dari cinta dan hanya mengikuti dorongan diri saja. Subjek juga memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup mengalami putus cinta, maka saran yang subjek dikendalikan oleh pikiran diajukan terhadap penelitian ini adalah bukan tindakan subjek sehingga sebagai berikut: subjek merasa bahwa subjek dapat 1. Bagi subjek diharapkan setelah menentukan hidupnya sendiri. Subjek memperoleh makna hidupnya yang juga akhirnya menyadari bahwa baru subjek dapat mengenali diri dalam hidup itu selalu ada hambatan subjek lagi sehingga subjek tidak dan pengalaman masa lalu yang melakukan kesalahan-kesalahan pada pernah terjadi dengan subjek mau masa lalu yang menurut subjek adalah tidak mau harus subjek terima karena sebuah kesalahan besar dan tidak itu telah menjadi bagian dari hidup akan terulang untuk yang berikutnya. subjek dan langkah yang paling tepat Diharapkan subjek dapat menggali adalah dengan mengambil hikmah makna dan hikmah dari pengalaman dan pelajaran dari pengalamannya masa lalunya sehingga pengalaman tersebut. yang subjek alami menjadi sesuatu Subjek kemudian bisa merasa memiliki keikatan diri dengan citacitanya, karena dengan begitu subjek merasa dapat mengaktualisasikan apa yang ada dalam pikirannya. Dengan begitu kegiatan subjek pun menjadi yang bermakna dan subjek tidak lagi tenggelam eksistensial vakum (kehampaan). Selain itu juga dengan telah memeperoleh tujuan hidup yang baru bagi subjek, diharapkan subjek bisa lebih konsisten dalam terarah, fokus tujuan subjek saat inin mew uju d kan t uj uan hi d upn ya adalah menyelesaikan pendidikannya sehingga kegiatan-kegiatan yang untuk mencapai cita-citanya menjadi subjek lakukan akhirnya lebih terarah seorang subjek dan menghasilkan sesuatu bagi menemukan makna hidub yang baru, subjek. Sedangkan bagi individu lain subjek merasa seperti terlepas dari yang juga mengalami putus cinta beban, seperti terlepas dari batu yang diharapkan untuk tidak tenggelam menganjal dihatinya. Menurut subjek, dalam pengalaman putus cintanya dan subjek semua juga melakukan pelarian-pelarian pan gala man da n ma sala h dan yang akhirnya akan merugikan diri menjadikannya sebagai bagian dari sendiri dan juga orang lain. Selain itu hidup subjek dan subjek merasakan juga bagi setiap individu mau belajar kepuasan dan kebanggan diri karena dari pengalaman putus cintanya dapat mengarungi penderitaan dan dengan merenung dan mengambil akhirnya memperoleh kebahagiaan. hikmah dan pelajaran dari filsuf. telah Setelah menerima pengalaman putus cintanya sehingga B. Saran Dari hasil penelitian mengenai makna hidup pada pria dewasa awal yang pengalaman putus cintanya itu memiliki arti dan juga pembelajaran bagi setiap individu yang mempelajarinya. Jika juga ada khususnya psikologi eksistensi dan individu yang akhirnya merasakan fenomenologi. Dalam menerapkan eksistensial vakum (kehampaan) metode penelitian diharapkan agar langkah utama yang harus dilakukan menggunakan adalah dengan mencari makna kualitatif fenomenologis sehingga kehidupan bagi individu tersebut, juga hasil penelitian dapat lebih autentik mencari tujuan hidupnya sehingga (asli, menampilkan suatu fenonomena individu akhirnya memiliki tujuan yang apa adanya). Dalam penelitian yang harus dicapai dan membuat selanjutnya diharapkan menggunakan hidup inndividu tersebut menjadi catatan lapangan, hal ini karena bermakna kembali, tidak ada salahnya observasi terhadap subjek sangat sulit juga bertanya kepada teman, keluarga, dilakukan. Hal ini karena atau bahkan bantuan seorang ahli kenermaknaan hidup tidak bersifat untuk membantu mencari pemecahan empiris (dapat diamati oleh panca masalah yang dihadapi. Tetapi yang indera). metode penelitian harus dii n gat adala h i ndi vid u menentukan arah kehidupannya C. Kekurangan Penelitian Kelemahan dalam penelitian ini sendiri. Hal yang terpenting bagi adalah rentang waktu antara pengalaman putus individu yang mengalami putus cinta cinta subjek dengan waktu wawancara subjek adalah penerimaan pengalaman putus terlalu lama (sekitar dua tahun) sehingga dapat cintanya tersebut menjadi bagian menimbulkan bias bahwa penemuan makna hidupnya yang tidak bisa dihilangkan hidup baru subjek bisa saja bukan lagi berasal begitu saja karena itu adalah sesuatu dari pengalaman putus cinta subjek tetapi dari hal yang tidak mungkin bisa dihapus pengalaman-pengalaman unik subjek yang apalagi dihilangkan dari kehidupan. lain. tersebutlah yang akhirnya 2. Bagi orang tua diharapkan dapat bersikap lebih terbuka, toleransi dan dapat memahami keputusan subjek DAFTAR PUSTAKA dalam menentukan pasangan yang terbaik bagi subjek, selain itu juga diharapkan orang tua mau dan dapat Adler, A. (2004). What life should mean to you: jadikan hidup lebih bermakna . Yogyakarta: Alenia mendukung apa yang menjadi tujuan hidup subjek. 3. Untuk peneli yang ingin mengembangkan atau melanjutkan penelitian, diharapkan untuk dapat lebih memahami konsep logotherapi atau pun makna hidup dan juga lebih dapat memahami ilmu-ilmu psikologi Bastaman, H. D. (1996). Meraih hidup bermakna: Kisah pribadi dengan pengalaman tragis . Jakarta: Paramadina Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi: Psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Basuki, H. (2006). Penelitian kualitatuf: Untuk Lathief, S. I. (2008). Psikologi fenomenologi ilmu-ilmu kemanusiaandaneksistensialisme . Lamongan: budaya. Jakarta:PenerbitPustaka Ilalang Gunadarma Marshall, C., & Rossman G., B. (1990). Baumeister, R. F. & Wotman, S. R. (1992). Designing qualitative research. Breaking hearts: The two side of Califonina: SAGA Publication Inc. unrequi red love . New York: Guilford Lavine, T. Z. (2003). Jean Paul Sartre: Filsafat eksistensialisme humanis. Yogyakarta: Penerbit Jendela. Beckers, C. S. (1992). Living and relating : An introdicing to phenomenology . Mappiare, A. (1983). Psikologi orang dewasa. California: Sage Publication Surabaya: Usaha nasional Boeree, C. G. (2004). Personality theories: Melacak kepribadian anda bersama May, R. (1953). Man’s search for himself . psikolog dunia . Yogyakarta: New York: W. W. Norton & Prismasophie Company Inc. Buscaglia, L. (1988). Love . New York: Fawcett Crest Dariyo, A. (2003). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: Grasindo Flick, U. (1998). An introduction to qualitative research. London: SAGE Publications Frankl. V. E. (2004). Mencari makna hidup: M an ’ s s e ar c h f or m e a ni n g . Bandung: Penerbit Nuansa Frankl, V. E. (1973). Psychotherapy and existentialism: Selected paper on logotherapy. Great Britain: Pelican Book Fromm, E. (2003). The art of loving. Jakarta: Fresh Book Hall, C. S. & Linzey, G. (1993). Teori-teori psikodinamik (klinis). Yogyakarta: Kanisius Hurlock, E. B. (2004). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan . Jakartta: Penerbit Erlangga Iriana. S. (2005). Derita cinta tak terbalas: Proses pencarian makna hidup . Bandung: Jalasutra Kohnemen, D., Dienar E. D., & Norbert S. (1999). Well being: The fondation of hedonic psychology. New York: Russel Sage Fondation Moleong, L. J. (2004). Metoode penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Minichello, V. dkk. (1996). In-depth interview 2nd Edition. Australia :Longman Naylor, T. H., Willimon, W. H. & Naylor M. R. (1996). Pencarian makna s e bu a h k e hi du p an . J a kar ta : Binapura Aksara Patton, M. Q. (1990). Qualitative evaluation and research methods 2 nd edition. New York : SAGE Publications Inc. Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitaif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Priharani, U. A. (2004). Gambaran proses grieving dan cara coping pada orang dewasa muda yang mengalami putus cinta. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tidak Dipublikasikan Regan, P. (2003). The mating game: A primer o n l o v e , s e x a n d m a r r ia ge . California: Sage Publication Santrock, J. W. (2006). Life-span development. New York: Mc-Graw Hil Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan: Model-model kepribadian ehat . Yogyakarta: Kanisius Stenberg, R. J. & Barnes, M. L. (1988). The psychology of love . New Heaven and London: Yale University Press