Bab 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA

advertisement
Bab 2
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Kajian Pustaka
Kota mulai berkompetisi untuk membuat orang tertarik untuk datang ke kota
itu seperti Singapore yang membuat indentitas kota seperti Marina Bay Hotel, Patung
Merlion, atau Universal Studio ataupun Seoul yang mempunyai N Seoul Tower,
Gyeongbokgung, atau Myeong-dong sehingga setiap kota memiliki keunikan
masing-masing. Sehingga keunikan sebuah Kota perlu dikomunikasikan melalui
sebuah strategi untuk dapat meningkatkan citra kota sehingga melalui citra kota yang
kuat dapat menarik wisatawan asing untuk datang dan mengeluarkan uang mereka
untuk pariwisata.
17
18
2.2
Grand Theory of Marketing
Pemasaran adalah gabungan dari seni dan ilmu pengetahuan yang terus
berkembang. Banyak orang yang masih berpikir marketing hanya menjual dan iklan,
pengertian marketing adalah menjual merupakan pengertian marketing lama dan
berkembang menjadi memuasakan kebutuhan pelanggan dengan cara memahani
kebutuhan konsumen, mengembangkan produk yang memberikan nilai yang lebih
unggul, penetapan harga yang sesuai, promosi secara efektif. Menurut Peter Drucker
tujuan dari pemasaran adalah untuk membuat penjualan yang tidak perlu karena
pelanggan yang akan mencari produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sehingga menjual dan iklan hanya sebagian kecil dari pemasaran masih banyak
pengembangan marketing seperti place branding, digital marketing, dan personal
branding.
Pengertian pemasaran secara luas meliputi proses sosial dan manajerial
dimana individu dan organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan dan pertukaran nilai. Dalam konteks bisnis, pemasaran berarti
memberikan keuntungan untuk perusahaan, mengembangkan hubungan pertukaran
nilai dengan pelanggan.
Kotler & Armstrong (2012:5) Mendefinisikan pemasaran sebagai suatu
proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari
pelanggan sebagai imbalannya. AMA (The American Marketing Association)
mendefinisikan pemasaran adalah kegiatan, kumpulan dari lembaga, dan proses
untuk menciptakan, berkomunikasi, mengirimkan, dan bertukar penawaran yang
memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya.
(American Marketing Association, 2013). Kotler, Kartajaya & Setiawan (2010)
mendefinisikan pemasaran tentang mendefinisikan dengan jelas identitas unik Anda
dan memperkuatnya dengan intergritas yang otentik untuk membangun citra yang
kuat. Marketing 3.0 adalah juga perihal marketing of meaning yang tertanam dalam
misi, visi, dan nilai-nilai perusahaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses
mendefinisikan dengan jelas identitas unik perusahaan dengan membuat,
komunikasi, mengirimkan, membangun hubungan dan bertukar penawaran dengan
19
intergritas yang otentik untuk membangun citra yang kuat yang memberikan nilai
bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarat pada umumnya.
Dalam mengambarkan identitas unik perusahaan dibutuhkan sekumpulan
manfaat yang dibutuhkan oleh pelanggan dalam bentuk berwujud dan tidak berwujud
dengan pertimbangan biaya yang disebut customer value. Bentuk berwujud seperti
fungsi produk, bentuk produk, dan kemasaran produk sementara untuk manfaat tidak
berwujud seperti rasa senang, aman, dan peningkatan kelas sosial. Dalam
mengirimkan value kepada pelangga diperlukan strategy marketing untuk mencapat
tujuan perusahaan.
Strategy marketing terdiri dari analisis, strategy development, dan
pelaksanaan kegiatan dalam mengembangkan visi tentang pasar yang menarik bagi
organisasi, memilih strategi target pasar, pengaturan tujuan, dan pengembangan,
implementasi, dan mengelola strategi positioning program pemasaran yang dirancang
untuk memenuhi persyaratan nilai pelanggan di setiap pasar sasaran. (Cravens &
Piercy, 2013)
Sementara strategic marketing adalah proses market-driven dari strategi
pengembangan, dengan mempertimbangkan bisnis yang terus berubah dan butuh
untuk mengirimkan superior customer value. Fokus pada strategic marketing pada
kinerja organisasi dibandingkan dengan peningkatkan penjualan. Marketing strategy
berusaha untuk mengirimkan superior customer value dengan mengkombinasikan
customer-influencing strategies menjadi sekumpulan tindakan terkoordinasi berbasis
pasar.
Dalam mengembangkan strategy marketing, terdapat sebuah proses yang
terdiri dari analisis, perencanaan, implementasi, dan manajemen proses.
20
Pada tahap market segments, and customer value mengandung analisis pasar dan
pesaing, segmentasi pasar, strategy customer relationship management, dan
pembelajaran keberlanjutan tentang pasar. Designing market-driven strategy
memeriksa customer targeting dan positioning strategy, rencana marketing
relationship, dan inovasi dan pengembangan product baru. Market-driven program
development terdiri dari merek, value-chain, penetapan harga, dan promosi dan
rencana penjualan dan diimplementasikan sesuai dengan nilai yang dibutuhkan oleh
target pembeli. Implementiing and managing market-drive strategy mengandung
desain organisasi dan implementasi dan control strategy pemasaran.
2.3
Segmenting, Targeting, Positioning, dan Differentiation
Dalam membuat strategy kita harus menentukan segmenting, Targeting,
Positioning, Differentiation (STPD). Karena pada dasarnya setiap pemasar tidak
dapat memenuhi needs, wants and demand seluruh konsumen di pasar karena adanya
keterbatasan kapasitas, teknologi, sumber daya manusia, modal, dan sebagainya.
Jumlah pembeli serta kebutuhannya yang sangat beragam membuat perusahaan harus
jeli dalam memasarkan produk atau jasanya sehingga dapat mendatangkan profit
yang maksimal bagi perusahaan. Perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut dengan
melakukan STPD sebagai berikut:
2.3.1 Segmentation
Strategi Market segmentation adalah membagi pasar menjadi segmen kecil
sesuai kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang mungkin membutuhkan
21
marketing strategy atau bauran pemasaran yang berbeda. (Kotler & Armstrong,
2012: 190)
Market segmentasi digunakan untuk menganalis setiap peluang yang terdapat dalam
segmen yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk ditargetkan
sebagai pembeli potensial yang diberikan marketing strategy atau marketing mix
agar menarik pelanggan untuk membeli barang. Sehingga dengan market segmentasi
kita bisa membuat produk/service yang fokus kepada kebutuhan pembeli potensial
agar kita tidak membuang banyak biaya untuk mempromosikan atau menjual barang
kepada konsumen yang bukan target potensial karena.
Dari market segmentasi kita bisa membuat positioning yang bertujuan untuk
menanamkan keunggulan produk/service kita di pikiran konsumen. Misalnya kita
membuat segmen terbesar kita adalah konsumen dengan perilaku suka jalan-jalan
atau hangout maka kita bisa membuat positioning yang tidak kaku dan fresh
sehingga dengan segmentasi adalah dasar untuk membuat targeting dan positioning.
Kotler dan Armstrong (2012:191) membagi segmentasi berdasarkan:
1.
Geographic Segmentation, membagi pasar berdasarkan unit geografi seperti
bangsa, negara, daerah, kabupaten, kota, atau bahkan lingkungan.
2.
Demographic segmentation, membagi pasar menjadi menjadi segmen
berdasarkan variable seperti umur, gender, ukuran keluarga, family life cylcle,
pendapatan, pekerjaan, pedidikan, agama, ras, generasi, dan kebangsaan.
3.
Age and life-cycle segmentation, membagi pasar menjadi umur dan group
life-cycle (anak-anak, anak muda, dan orang tua).
4.
Gender segmentation, membagi pasar menjadi segmen yang berbeda
berdasarkan gender. Contoh Nivea for Men yang dibuat berdasarkan segmentasi
gender laki dan kebiasaan laki-laki dalam menggunakan produk.
5.
Income segmentation, membangi pasar menjadi segmentasi pendapatan yang
berbeda.
6.
Psychographic segmentation, membagi pasar menjadi segmen berbeda
berdasarkan sosial class, lifestyle, atau karakteristik kepribadian.
7.
Behavioral segmentation, membagi pembeli menjadi segmen besarkan
pengetahuan, attitude, penggunaan, atau respon terhadap suatu produk. Banyak
22
pemasaran percaya bahwa variable perilaku adalah point terbaik untuk memulai
membuat market segmentasi.
8.
Occasion segmentation, membagi pasar menjadi segment berdasarkan kepada
kesempatan ketika pembeli mendapatkan ide untuk memberi, actual membuat
mereka membeli, dan mengunakan item pembelian. Bertujuan untuk membuat
penggunakan produk.
9.
Benefit segmentation, membagi pasar menjadi segmen berdasarkan perbedaan
benefit yang pelanggan cari dari produk.
10.
Intermarket segmentation (Cross-Market Segmentation) membuat segmen
dari pelanggan yang mempunyai kesamaan kebutuhan dan perilaku pembelian
walaupun lokasi mereka di berbeda Negara.
Perusahaan yang ingin melakukan expansi ke luar negeri dapat memperkuat sistem,
sop, dan karyawan agar dapat bersaing dengan perusahaan asing, segmentasi
international dapat dilakukan dengan mencari segmen yang mempunyai kebutuhan
dasar dan perilaku yang sama dengan segmen local karena perilaku di Negara sendiri
atau domestic pasti akan ada perilaku yang sama dengan perilaku di Negara lain
sehingga saat perusahaan pertama kali expansi ke luar negeri tidak perlu membuat
segmen baru tetepi diperlukan marketing mix dan program yang sesuai dengan
segmen di Negara tersebut. Sehingga banyak perusahaan Indonesia melakukan
expansi ke Malaysia karena melihat perilaku orang di Malaysia dan Indonesia sama.
Cara membuat effective segmentation
1.
Measurable
: Ukuran, kekuatan pembeli, dan profile dari segmen bisa
Accessible
: Segmen dapat dicapai dengan effective dan dapat dilayanani
diukur.
2.
dengan baik.
3.
Substantial
: Market sgemen adalah besar dan cukup mengguntungkan
untuk dilayanani.
4.
Differentiable : Segmen secara konsep dapat diberdakan dan respon dengan
cara yang berbeda untuk element marketing mix dan program yang berbeda.
5.
Actionable
: effective program dapat di desain untuk menarik dan
melayani setiap segmen.
23
2.3.2 Targeting
Dalam tahap ini, pemasar mengevaluasi setiap segmen pasar yang ada
kemudian memilih segmen mana yang akan dilayani dan hanya berfokus pada
segmen tersebut. Target pasar mengandung sekumpulan pembeli yang berbagi
kebutuhan umum atau karakteristik yang perusahaan memutuskan untuk melayani.
Target pasar dapat dibagi ke dalam beberapa level:
Target pasar yang sangat luas (undifferentiated marketing), perusahaan memutuskan
untuk menghilangkan perbedaan antara kelompok dan target adalah pasar yang besar
dengan satu penawaran yang sama. Sehingga strategy berfokus pada kebutuhan dasar
daripada kebutuhan khusus.
Berdasarkan kelompok (segmented marketing), perusahaan memutuskan
untuk memilih beberapa target pasar dan membuat penawaran yang berbeda kepada
setiap segmen.
Kelompok memiliki kebutuhan khusus (niche marketing), strategy yang
memutuskan untuk melayani permintaan yang besar untuk satu atau beberapa
segmen yang kecil. Melayani individu atau local (micromarketing), menyesuaikan
produk dan program pemasaran untuk mempertemukan keinginan dan kebutuhan
khusus individu atau pelanggan lokal.
Ketika memutuskan untuk mentargetkan pada segmen tertentu perusahaan
harus memperhatikan ukuran dan pertumbuhan segmen, daya tarik segmen, serta
tujuan dan sumber daya perusahaan. Ukuran dan pertumbuhan segmen yang tinggi
mengindikasikan semakin banyak konsumen yang berada di dalamnya sehingga
dapat meningkatkan potensi penjualan produk. Daya tarik segmen adalah ketika
dalam segmen tersebut pesaing dan substitusinya sedikit. Tujuan dan sumber daya
perusahaan adalah kekuatan yang dimiliki perusahaan. Perusahaan tentunya melayani
segmen pasar yang sesuai dengan kapasitas perusahaan.
2.3.3 Positioning
Sebelum memutuskan segmen yang akan di target, perusahaan harus
menenukan value proposition- bagaimana menciptakan nilai yang berbeda untuk
segmen yang ditargetkan dan apa posisi yang ingin ditempatkan di segmen tersebut.
Dari value proposition yang ditawarkan akan menjadi sebuah produk positioning.
Produk positioning adalah cara produk dapat dibedakan konsumen melalui atribut
24
yang penting yang dapat membedakan dengan pesaing. Produk yang dibuat di
pabrik-pabrik, namun merek dibuat di pikiran konsumen. Positioning juga dapat
“diperkuat” melalui slogan yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dan brand
positioning seharusnya di ringkasan dalam sebuah positioning statement, pertanyaan
seharusnya diikuti dengan kepada (target dan kebutuhan) kita (merek) adalah
(konsep) yang (point yang membedakan dengan pesaing).
2.3.4 Differentiation
Differentiation penting dilakukan karena begitu banyak produk dan jasa di
dalam pasar, sehingga perusahaan perlu memiliki “keunikan” dengan para pesaing.
Differentiation dapat dibuat melalui product design, service quality, harga dan sistem
distribusi. Misalnya untuk produk handphone, diferensiasi yang dapat dilakukan
adalah model yang tipis, ringan, colorful dll.
Setelah mengembangkan dan melakukan strategy STPD, pemasar dapat
menjalankan setiap marketing efforts dengan efektif dan efisien karena perusahaan
benar-benar mengetahui dan memahami siapa pelanggan mereka, bagaimanan
karakteristik mereka, apa saja kebutuhan mereka, dan bagaimanan cara
mengaplikasikan marketing strategy yang sesuai untuk target pasar. Dalam penelitian
ini segmentasi dan target adalah wisatawan yang ingin berkunjung ke kota Jakarta
sehingga pengembangan selanjutnya adalah strategy positioning.
2.4
Strategi Positioning
Strategi Positioning adalah kombinasi dari produk, value chain, harga, dan
promosi strategy perusahaan untuk memposisikan dirinya melawan pesaing utama
dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli di pasar yang dituju. (Cravens &
Piercy, 2013) Strategy positioning berusaha untuk memposisikan brand di mata dan
pikiran dari pembeli dan membedakan produk dari pesaing.
2.4.1 Inisiatif strategy positioning
1.
Positioning Concept
: positioning yang diinginkan oleh manajemen
akan bagaimana target pasar melihat dan memikirkan sebuah produk (brand).
25
2.
Positioning Strategy
: kombinasi dari strategi marketing program
(mix) yang digunakan untuk menggambarkan positioning yang diinginkan oleh
manajemen kepada target pasar.
3.
Positioning Effectiveness
: seberapa baik positioning dari manajemen
diterima oleh target pasar.
2.4.2 Memilih konsep positioning
Konsep positioning menunjukan bagaimana manajemen ingin pembeli untuk
menerima brand perusahaan Memilih konsep positioning adalah kunci strategy
keputusan marketing dan bisnis dan langkah pertama dalam merancang positioning
strategy. Positioning strategy adalah kombinasi dari tindakan dari bauran pemasaran
dimaksudkan untuk menerapkan posisi yang diinginkan dari konsep merek untuk
mendapat posisi yang spesifik dengan target pembeli.
1.
Positioning Concept
Berhubungan dengan persyaratan nilai pembeli; Aspek yang merupakan fokus dari
konsepnya adalah:
1.
Functional
Berlaku untuk produk yang memecahkan masalah terkait dengan konsumsi untuk
kebutuhan konsumsi secara eksternal. Contoh : Pepsodent (memutihkan gigi),
Domestos Nomos (membersihkan dengan efektif)
2.
Symbolic
Berhubungan dengan pembeli kebutuhan internal untuk peningkatan diri, kedudukan,
keanggotaan kelompok, atau identifikasi ego. Contoh : Rolex atau Louis Vuitton
3.
Experiental
Digunakan untuk positioning produk yang memberikan kenikmatan sensorik, variasi,
dan simulasi kognitif. Contoh: BMW menekankan kepada driving experience
2.
Positioning Decision
Memutuskan cara mempositioningkan sebuah brand. Tujuannya adalah untuk
mencoba menentukan posisi yang lebih disukai pembeli di setiap segmen pasar dan
kemudian membandingkan posisi pilihan ini dengan posisi yang sebenarnya dari
merek pesaing
26
2.4.3 Mengembangkan strategy positioning
Strategi positioning mengintegrasikan komponen marketing program (mix)
kepada suatu set inisiatif yang terkoordinasi yang didesain untuk mencapai objektif
dari objective positioning perusahaan.
1.
Scope of Positioning Strategy
Strategi positioning biasanya berfokus pada single brand (Pocari Sweat) atau lini dari
produk yang berkaitan (Food and Beverages). Faktor pertimbangan dalam pemilihan
ini adalah: ukuran dari pasar produk tersebut, karakteristik dari barang atau jasa,
jumlah dari produk terkait, dan keterkaitan produk dalam situasi penggunaan
konsumen
2.
Marketing Program Decision
1.
Product Strategy
Menentukan fitur-fitur dan benefit produk yang ingin ditekankan kepada konsumen
2.
Value Chain Strategy
Menentukan sales channel dan value chain
3.
Pricing Strategy
Menetapan strategi harga yang sesuai dengan target pasar
4.
Promotion Strategy
Bagaimana menerapkan strategi promosi yang sesuai dan tepat dalam menjangkau
target pasar
5.
Competitive Advantage
Meningkatkan competitive advantage menerapkan positioning yang spesifik,
melakukan strategic alliance, dll
6.
Designing the Positioning Strategy
Menentukan major strategy guidelines untuk setiap komponen dari program
marketing; apa role darisetiap komponen dan objektif positioning? Apa inisiatif
strategi signifikan dan unit organisasi mana yang bertanggung jawab? Berapa
penerapan biayanya?
7.
Cross Functional Relationship
Tanggung jawab dari penanganan komponen strategi positioning (marketing mix)
biasa diterapkan kepada berbagai unit fungsional di dalam perusahaan atau unit
bisnis.
Pemecahan
tanggung
jawab
mengkoordinasi strategi positioning
dan
budget
menekankan
pentingnya
27
2.4.4 Menentukan efektivitas positioning
Mengestimasi bagaimana target market merespon kepada suatu rencana
program marketing dan setelah diimplementasikan, menentukan apakah program
tersebut efektif merupakan hal yang penting dalam menentukan dan memanage
strategi marketing. Evaluasi positioning harus termasuk customer analysis,
competitor analysis, dan internal analysis
1.
Customer and Competitor Research
Melakukan riset atas informasi konsumen dan kompetitor yang dapat membantu
pembentukan strategi positioning dan mengevaluasi hasil implementasi strategi.
Sebagai contoh, preference maps bisa memandu analisis berkaitan dengan alternatif
dari program strategi marketing dengan memapping preferensi konsumen terhadap
berbagai merek kompetitor dibandingkan dengan preferensi ideal konsumen
2.
Test Marketing
Menghasilkan informasi tentang kelayakan komersial dari produk baru yang
menjanjikan atau tentang strategi positioning baru untuk produk baru. Metode riset
juga bisa digunakan untuk mengetes perubahan yang mungkin terjadi dari komponen
program marketing
3.
Analytical Positioning Techniques
Memperoleh informasi tentang pelanggan dan prospek, menganalisanya, dan
kemudian mengembangkan strategi berdasarkan informasi yang disertai dengan
pertimbangan manajemen adalah inti dari analisis positioning
4.
Determining Positioning Effectiveness
Menentukan apakah strategi positioning yang kita terapkan baik atau tidak,
diperlukan informasi (sales, market share, profit, dll) untuk melihat apakah strategi
tepat dan efektif. Dalam positioning terdapat beberapa positioning errors seperti:
a.
Underpositioning: ketika konsumen hanya memiliki bayangan yang kabur
mengenai produk dan perusahaan, dan tidak menilai sesuatu yang unik di dalamnya.
b.
Overpositioning: ketika konsumen hanya memiliki pemahaman yang terlalu
sempit terhadap produk atau perusahaan. Contoh : Mont Blanc membuat pulpen
premium dan yang affordable, namun konsumen hanya mengenal Mont Blanc
sebagai penjual pulpen premium.
28
c.
Confused Positioning: perubahan yang sering dan pesan yang kontradiktif
menyebabkan konsumen bingung akan positioning suatu brand.
d.
Doubtful Positioning: ketika statement/klaim yang dibuat perusahaan atau
brand tidak dianggap berkredibilitas oleh konsumen.
2.5
Strategi Repositioning
Repositioning mereka adalah strategy pemasaran untuk mengubah persepsi
konsumen terhadap produk atau jasa di pasar seperti update merek, diferensiasi,
relevansi dan meningkatkan atribut. (Ryan, Moroney , Geoghegan, & Cunningham,
2007). Sementara Sementara menurut Chackoa dan Marcella dalam (Owolabi, 2013)
mengambarkan respotioning mereka sebagai strategi yang diambil untuk mengubah
atau mempertahankan citra merek kepada konsumen. (Trout, Repositioning, 2010)
mengatakan respositioning adalah bagaiaman kamu dapat menyesuaikan persepsi,
apakah itu persepsi tentang kamu atau tentang pesaing. Sehingga kamu harus
mengerti bagaiaman pikiran bekerja dan bagaimana orang berpikir. Sehingga
repositioning adalah strategy untuk memperkuat persepsi di dalam pikiran
konsumen. Dalam melakukan repositioning ada tiga alasan untuk melakukan
repositioning:
1.
Repositioning dalam mengatasi perubahan, repositioning diperlukan ketika
perusahaan ingin menjadi invotator dalam mengembangkan inovasi atau menghadapi
perubahan teknologi yang begitu cepat, sehingga menjadi musuh bagi teknologi yang
sudah mapan dan pendukung bisnis.
2.
Repositioning dalam mengatasi krisis, repositioning diperlukan ketika terjadi
krisis baik secara makro atau mikro.
3.
Repositioning dalam melawan pesaing, setiap program repositioning dimulai
dengan persaingan di pikiran konsumen. Repositioning diperlukan untuk menghadapi
persaingan akan mencoba untuk mengambil bisnis kamu. Kamu tidak perlu
melakukan repositioning kamu mempunyai penemuan yang luar biasa bagus atau
dalam bisnis monopoli.Dalam mengembangkan repositioning diperlukan untuk
mencari kekuatan pemimpin pasar dan bukan kelemahan pemimpin, karena
kelemahan hanya kelemahan dan bukan bagian dari kekuatan yang dipertimbangkan.
29
Mengembangkan repositioning terdengar mudah tetapi tidak. Menyesuaikan persepsi
dibutuhkan waktu yang lama, dan kadang-kadang membutuhkan negosiasi yang baik
dengan top manager. Mereka perlu menyakinkan mereka sendiri, karyawan, dan
kadang-kadang board of directors. Dan CEO perlu memimpin perubahan dan
bertindak sebagai pendukung. Perusahaan juga harus berpikir optimis untuk sukses.
Untuk melakukan repositioning diperlukan:
1.
Repositioning diperlukan waktu, untuk merubah pikirkan adalah tindakan
yang sulit sehingga diperlukan waktu untuk merubah dengan meluncurkan produk
baru, iklan, dan event.
2.
Repositioning memerlukan kerja keras dan bukan dengan lembut karena
untuk merubahan marketing strategy dari atas kepada semua management.
3.
Repositioning memerlukan CEO dari awal hingga akhir karena mereka akan
bertindak sebagai pemimpin dan pendukung untuk menjalankan strategy
repositioning.
4.
Repistioning adalah nyata, karena masalah yang dihadapi nyata dan solusi
dari masalah adalah nyata. Karena Orang tidak mau bertindak ketika tidak melihat
yang nyata.
2.6
Branding
Perbedaan product dan brand. Di dalam praktek mereka kadang-kadang digunakan
bergantian, walaupun mereka berbeda secara arti. Sebuah product ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pembeli di pasar-product. Itu dapat mengandung object,
service, organisasi, tempat, orang, dan ide. Gambaran dari produk mencakup situasi
yang besar termasuk benda tangible dan intangible service. Demikian, kadidat politik
adalah produk seperti service travel, medical service, kulkas, gas turbin, dan
computer.
Sebuah merek adalah produk yang ditawarkan oleh specific company. The American
Marketing Association defines a brand as follows
Sebuah nama, istilah, desaim, symbol, atau beberapa fiture lainnya yang menunjukan
suatu penjual barang atau service sebagai berbeda dari penjual lain. Istilah hukum
untuk merek dagang adalah. Sebuah merek dapat mengidentifikasi satu item,
keluarga item, atau semua item dari penjual itu. Jika digunakan untuk perusahaan
secara keseluruhan, istilah yang lebih disukai adalah nama dagang.
30
2.6.1 The strategic role of brands
Manajemen merek strategis adalah isu kunci dalam banyak organisasi dan bukan
domain hanya dari konsumen perusahaan barang dalam kemasan. Brand penting
untuk membedakan antara fungsi merek bagi pembeli dan penjual. Untuk pembeli,
brand mengurangi:
Biaya pencarian customer, dengan mengidentifikasi product secara cepat dan akurat.
Resiko yang dirasakan pembeli, dengan memberikan asuransi dan kualitas dan
konsistensi (yang kemudian dapat ditransfer ke produk baru)
Bahaya sosial dan psikologis diasosikan dengan kepemilikan dan pengunaan
“kesalahan” product, dengan memberikan imbalan psikologis untuk pembelian
merek yang melambangkan status dan prestise.
Untuk penjual, brand bermain fungsi dari fasilitas, dengan membuat beberapa lebih
mudah tugas penjual harus melakukan. Merek memfasilitasi:
1.
Pembelian ulang yang meningkatkan kinerja keuangan perusahaan karena
merek memungkinkan pelanggan untuk mengidentifikasi dan mengidentifikasi ulang
produk dibandingkan dengan alternatif,
2.
Pengenalan produk baru, karena pelanggan akrab dengan merek dari
pengalaman membeli sebelumnya,
3.
Efektivitas promosi dengan memberikan titik fokus,
4.
Harga premium dengan menciptakan tingkat dasar diferensiasi dibandingkan
dengan pesaing,
5.
Segmentasi pasar dengan mengkomunikasikan pesan yang koheren untuk
target audiens, mengatakan kepada mereka untuk siapa merek dimaksudkan dan
untuk siapa tidak,
6.
Loyalitas merek, penting tertentu dalam kategori produk di mana membeli
setia adalah fitur penting dari perilaku pembelian.
2.6.2 Brand Management Challenges
Kekuatan internal dan eksternal menciptakan rintangan untuk manajer merek produk
dalam inisiatif membangun merek mereka:
1.
Intense Price and Other Competitive Pressures. Memutuskan bagaimana
merespon tekanan ini menggeser perhatian manajer dari tanggung jawab manajemen
merek
31
2.
Fragmentation of Markets and Media, Banyak pasar telah menjadi sangat
berbeda dalam hal kebutuhan pelanggan. Demikian pula, media (Iklan dan sale
promotion) kemampuan untuk menakses segmen pasar telah menjadi sangat
terfragmentasi dan spesialisasi. Internet telah diperparah pasar targeting dan akses
kompleksitas.
3.
Complex Brand Strategies and Relationships, Beberapa penambahan merek-
merek inti telah menciptakan situasi manajemen merek yang kompleks.
Kompleksitas ini dapat encourge manajer untuk mengubah strategi yang agak bahwa
bangunan pada strategi yang ada.
4.
Bias Against Innovation, Kepuasan Brand dapat menghasilkan kegagalan
inovasi. Inovasi dapat dihindari untuk mencegah kanibalsme dari produk yang sudah
ada.
5.
Pressure to Invest Elsewhere, Sebuah merek yang kuat dapat menghasilkan
kesenangan dan menyebabkan management berpindah ke inisiatif baru.
6.
Short-Term Pressures, Manager menghadapi banyak tekanan jangka pendek
yang mengalihkan perhatian dan sumber daya mereka jauh dari penting program
membangun brand. Kebutuhan manajemen puncak untuk mencapai target keuangan
triwulanan adalah ilustrasi.
2.6.3 Responsibility for Managing Products
1.
Product/Brand Management, Merencanakan, mengelola, dan
mengkoordinasikan strategi untuk produk atau merek tertentu.
2.
Product Group/Marketing Management, Direktur Produk, kelompok
manajer, atau manajer pemasaran.
3.
Product Portfolio Management, Chief executive at SBU dan Team of top
executives
2.6.4 Strategic Brand Management
Keputusan manajemen merek strategis yang relevan untuk semua bisnis, termasuk
pemasok, produsen, grosir, distributor, dan pengecer.
Strategic brand analysis, Analisis menyediakan esensial informasi untuk mengambil
keputusan
untuk
setiap
aktivistas
brand
pasar/customer, pesaing, dan informasi merek.
management.
Analisis
termasuk
32
Brand Equity measurement and management, Setiap strategi brand management,
mempunyai positif dan negative impact pada nilai dari brand portofolio.
Brand identity strategy, maksud dari ekuitas merek adalah untuk menentukan "yang
unik dari asosiasi merek yang ahli strategi merek bercita-cita untuk menciptakan atau
mempertahankan". Identitas dapat diasosiasikan dengan produk, organisasi, orang,
atau symbol. Brand positioning statement mendeskripsikan indentitas informasi yang
dapat digunakan untuk posisi brand di mata dan pikiran pembeli yang ditargetkan.
Managing brand strategy, Sebuah brand harus dapat mengelola dari peluncuran awal
sepanjang siklus hidup merek. Ketika brand strategy diubah dari waktu ke waktu,
tujuannya adalah untuk mengejar inisiatif yang konsisten, membangun kekuatan
merek, dan menghindari kerusakan merek.
Managing the brand portfolio, inisiatif mengandung kordinasi portofolio organisasi
atau sistem merek dengan tujuan untuk mencapai perstasi sistem yang optimal.
Leveraging the brand, leveraging melibatkan memperluas identitas merek inti untuk
tambahan baru untuk lini produk, atau produk kategory baru.
2.6.5 Brand identity strategies
Brand indentifikasi seharusnya dalam rentang horizon waktu yang lama,
menyediakan landasan untuk membangun brand equity:
Identitas merek adalah sejumlah asosiasi merek yang unik bahwa strategi merek
bercita-cita untuk menciptakan atau mempertahankan. Asosiasi ini mewakili apa
singkatan merek untuk dan menyiratkan janji kepada pelanggan dari anggota
organisasi.
Brand focus
Product-line branding, strategi yang menempatkan nama merek pada satu atau lebih
produk yang berhubungan dengan representing produk categori yang berbeda. Opsi
ini menyediakan fokus dan menawarkan keuntungan biaya dengan mempromosikan
seluruh baris daripada masing-masing produk. Salah satu ciri produk-line branding
adalah bahwa item tambahan (ekstensi line) dapat diperkenalkan utizing yang
membangun nama merek.
33
Corporate branding, strategi untuk membangun brand identity menggunakan
corporate name untuk mengidentifikasi sejumlah produk yang ditawarkan. Contoh
termasuk IBM di komputer, BMW dalam mobil, dan Victoria Secret di pakaian
dalam.
Combiation branding, perusahaa dapat menggunakan kombinasi dari product line
dan corporate branding. Contoh Toyota Corolla dan Toyota Crown. Combinasi
branding memberi keuntungan dari pembeli asosiasi nama perusahaan dengan
produk atau lini nama merek.
Private Branding, Retailer membangun brand name seperti save pack dari carefour,
kontrak dengan produsen untuk memproduksi dan menempatkan retailer brand name
pada produk dan dijual oleh retailers.
Managing the brand portfolio
Perusahaan yang punya beberapa brand dan produk category seharusnya mengatur
mereka menjadi sebuah portfolio dibandingkan mengejar strategi merek independen:
Strategi portofolio merek menentukan struktur portofolio merek dan ruang lingkup,
peran, dan hubungan merek portofolio. Tujuan adalah untuk menciptakan sinergi.
leverage. kejelasan dalam portofolio dan merek yang relevan, dibedakan, dan
berenergi.
2.6.6 Building Strong Brand
Menurut Keller (2012) untuk membangun brand yang kuat dibutuhkan 4 langkah
untuk membangun brand
1. Pastikan indentitas dari brand dengan konsumen and asosiasi dari brand di
pikiran konsumen dengan specific product class, product benefit, atau
customer need.
2. Tegas menetapkan totalitas brand di pikiran konsumen oleh secara strategis
berhubungan dengan sejumlah nyata dan tidak nyata asosiasi brand.
3. Memperoleh tanggapan-tanggapan pelanggan yang tepat untuk brand.
4. Mengkonversi respon brand to menciptakan brand resonance and intense,
hubungan aktiv yang loyal antara konsumen and brand.
4 pertanyaan yang menjadi dasar konsumen yang selalu ditanyakan tentang brand.
34
Who are you? (brand identity)
What are you? (brand meaning)
What about you? What do I think or feel about you? (brand responses)
What about you and me? What kind of association and how much of connection
would I like to have with you? (Brand relationships)
Melihat urutan langkah-langkah dalam branding ladder, dari identitas menjadi arti
untuk merespon kepada hubungan.
2.6.6.1 Brand Salience
Menurut Keller (2012) mendapatkan identitas brand yang benar membuat brand
salience dengan customers. Brand salience mengukur beberapa aspek dari awareness
of the brand dan bagaimana mudah dan sering kali brand ditimbulkan dalam berbagai
situasi atau keadaan.
Mengukur berbagai aspek kesadaran merek:
1. Sampai sejauh mana merek top-of-pikiran dan mudah diingat atau dikenali.
2. Apa jenis isyarat atau pengingat yang diperlukan?
3. Bagaimana meresap kesadaran merek ini?
Brand awareness mengacu kepada kemampuan konsumen untuk memangil dan
mengenali brand dibawah beberapa kondisi and berhubungan dengan nama brand,
logo, symbol, dan sebagainya untuk asosiasi tertentu dalam memori.
Breadth and depth of awareness mengukur seberapa besar kemungkinan elemen
merek untuk datang ke pikiran dan kemudahan yang ia melakukannya.
Keluasan - Rentang pembelian dan penggunaan situasi di mana elemen merek datang
ke pikiran. Dan kedalaman - Kemudahan dengan mana elemen merek dapat
dipanggil.
Product category structure : Bagaimana kategori produk diatur dalam memori
konsumen.
Implikasi strategis
35
Keluasan adalah pertimbangan yang sering diabaikan, walaupun brand adalah
category leader. Beberapa brand, pertanyaan kuncinya adalah bukan “Apakah
konsumen dapat mengingat merek” tetapi:
1. Di mana konsumen berpikir tentang sebuah merek?
2. Ketika konsumen berpikir dari sebuah merek?
3. Seberapa sering konsumen berpikir dari sebuah merek?
2.6.6.2 Brand Performance
Menurut Keller (2012) brand performance mendeskripsikan bagaimana baik produk
atau service bertemu konsumen lebih dari funsi dasar. Seberapa baik tingkat merek
pada penilaian obyektif kualitas? Sejauh mana merek memenuhi kebutuhan
pelanggan utilitarian, asesthic, dan keinginan ekonomi pelanggan dalam produk atau
layanan catergory.
5 hal penting atribut dan benefit yang kadang-kadang mendasari kinerja merek.
1. Bahan utama dan fitur tambahan.
2. Keandalan produk, daya tahan, dan serviceability.
a. Keandalan: Mengukur konsistensi kinerja dari waktu ke waktu dan
dari pembelian untuk membeli.
b. Daya Tahan: Apakah kehidupan ekonomi diharapkan produk.
c. Servis: Kemudahan perbaikan produk jika diperlukan.
3. Efektifitas pelayanan, efisiensi, dan empati, pelanggan sering memiliki
asosiasi terkait kinerja dengan layanan
a. Efektivitas: Mengukur seberapa baik merek memenuhi persyaratan
layanan pelanggan.
b. Efisiensi: Menggambarkan kecepatan dan respon dari layanan.
c. Empati: Apakah sejauh mana penyedia layanan dilihat sebagai
percaya, peduli, dan memiliki kepentingan pelanggan dalam pikiran.
4. Gaya dan desain, desain mempunyai aspek fungsi dalam hal bagaimana
sebuah produk bekerja yang mempengaruhi kinerja yang mempengaruhi
kinerja asosiasi.
5. Harga, kebijakan harga untuk mereka dapat dibuat asosiasi di pikiran
konsumen tentang bagaimana relative mahal atau tidak mahal. Konsumen
36
dapat mengatur kategori produk pengetahuan mereka dalam hal tingkatan
harga dari berbagai merek.
2.6.6.3 Brand Imagery
Menurut Keller (2012) brand imagery tergantung pada sifat ekstrinsik dari produk
atau layanan, termasuk cara di mana merek mencoba untuk memenuhi pelanggan
psikologis atau kebutuhan sosial. Imagery menunjukan kepada aspek intangible dari
brand dan konsumen dapat membentuk asosiasi citra langsung dari pengalaman
mereka sendiri atau tidak langsung mengunakan iklan atau oleh beberapa sumber
informasi lain, seperti dari mulut ke mulut.
1. User profile / citra
a. Tipe orang atau organisasi yang menggunakan merek.
b. Hasil Imagery menghasilakan gambaran mental pelanggan pengguna
yang sebenarnya atau lebih aspiratif , pengguna ideal.
c. Konsumen dapat mendasarkan asosiasi pengguna merek khas atau
ideal pada faktor-faktor demografis deskriptif atau lebih faktor
psikografis abstrak.
i. Faktor demografi : Gender, usia, ras , pendapatan.
ii. Faktor psikografis : Sikap terhadap hidup , karir , harta ,
masalah sosial , atau lembaga-lembaga politik.
2. Pembelian dan penggunaan situasi / citra
a. Asosiasi yang memberitahu konsumen dalam kondisi atau situasi apa
yang mereka dapat atau harus membeli dan menggunakan merek .
b. Asosiasi untuk situasi penggunaan khas dapat berhubungan dengan
waktu untuk menggunakan merek , lokasi , dan jenis kegiatan di mana
untuk menggunakan merek.
3. Kepribadian merek dan nilai-nilai
a. Melalui pengalaman konsumen atau kegiatan pemasaran , merek
dapat mengambil ciri-ciri kepribadian atau nilai kemanusiaan.
b. Lima dimensi kepribadian merek :
i. Ketulusan ( down-to -earth , jujur , sehat , dan ceria )
ii. Semangat ( berani , bersemangat , imajinatif , dan up-to -date )
iii. Kompetensi ( handal , cerdas, sukses )
iv. Kecanggihan ( kelas atas dan menawan )
37
v. Kekasaran ( outdoorsy dan tangguh )
4. Sejarah merek , warisan dan pengalaman
Asosiasi merek dengan masa lalu dan dengan peristiwa-peristiwa penting
tertentu dalam sejarah merek. Beberapa tipe asosiasi dapat diingat jelas
pengalaman pribadi, episode atau kebiasaan masa lalu dan pengalaman
teman, keluarga, dll.
2.6.6.4 Brand Judgments
Menurut Keller (2012) brand judgements adalah opini personal konsumen tentang
dan evaluasi dari brand, yang membentuk pelanggan dengan menyusun semua
kinerja merek dan citra asosiasi yang berbeda.
1. Kualitas merek
a. Atribut tertentu dan manfaat dari merek yang membantu
mengembangkan sikap konsumen terhadap merek.
b. Sikap konsumen penting berhubungan dengan kualitas yang dirasakan
dan nilai pelanggan dan kepuasan.
c. Tindakan persepsi kualitas yang melekat di banyak pendekatan untuk
ekuitas merek.
2. kredibilitas merek
a. Sejauh mana pelanggan melihat brand sebagai kredibel dalam hal
dirasakan:
i. Keahlian - Kompetensi, inovasi, dan kemampuan untuk
memimpin.
ii. Kepercayaan - Keteguhan dan menjaga kepentingan pelanggan
dalam pikiran.
iii. Likability - Fun, menarik, dan layak menghabiskan waktu
bersama.
3. pertimbangan merek
a. Bagaimana pribadi pelanggan yang relevan menemukan merek.
b. Krusial penyaring dalam hal membangun ekuitas merek.
4. keunggulan merek
a. Sejauh mana pelanggan melihat merek sebagai yang unik dan lebih
baik dari merek lain.
38
b. Penting untuk membangun hubungan intens dan aktif dengan
pelanggan.
c. Tergantung pada tingkat yang besar pada jumlah dan sifat dari
asosiasi merek yang unik yang membentuk citra merek.
2.6.6.5 Brand Feelings
Menurut Keller (2012) brand feelings adalah respon dan reaksi emosi konsumen
kepada merek. Berikut ada 6 tipe penting dari brand-building feelings.
1. Kehangatan - Menenangkan perasaan yang membuat konsumen merasa rasa
tenang atau kedamaian.
2. Fun - perasaan optimis yang membuat konsumen merasa geli, ringan,
gembira, menyenangkan, dan ceria.
3. Semangat - Kemampuan merek untuk membuat konsumen merasa berenergi
dan pengalaman sesuatu yang istimewa.
4. Keamanan - Kemampuan merek untuk menghasilkan rasa keamanan,
kenyamanan, dan keyakinan diri.
5. Persetujuan sosial - Memberikan konsumen keyakinan bahwa orang lain
terlihat baik pada penampilan dan perilaku mereka.
6. Self-respect - Merek membuat konsumen merasa lebih baik tentang diri
mereka sendiri.
Ada 6 perasaan dapat dibagi menjadi 2 categori. Pertama 3 jenis perasaan ada
pengalaman dan langsung, meningkatkan tingkat intensitas, yang terakhir perasaan
pribadi dan abadi, peningkatan tingkat gravitasi.
2.6.6.6 Brand resonance
Menurut Keller (2012) brand resonance mendeskripsikan hubungan alami and sejauh
mana pelanggan merasa bahwa mereka adalah "sinkron" dengan merek.
1. Resonance adalah karakteristik dalam hal intensitas, atau kedalaman yang
ditimbulkan dari psikologis bahwa pelanggan memiliki ikatan dengan merek,
serta tingkat aktivitas yang ditimbulkan oleh loyalitas.
2. Loyalitas perilaku: diukur dalam bentuk pembelian berulang dan pangsa
kategori volume yang dikaitkan dengan merek.
39
3. Sikap lampiran - lampiran pribadi yang kuat dengan produk.
4. Rasa komunitas - Rasa afiliasi dengan orang lain yang terkait dengan merek.
5. Keterlibatan aktif - Penegasan terkuat loyalitas merek terjadi ketika
pelanggan terlibat, atau bersedia untuk menginvestasikan waktu, energi,
uang, atau sumber daya lainnya dalam merek luar yang dikeluarkan selama
pembelian atau konsumsi merek.
2.6.7 Digital Branding
Digital media adalah cara perusahaan melakukan interaksi dengan pelanggan melalui
kanal-kanal digital yang tersedia, melalui digital media percakapan sekarang tidak
lagi dalam satu arah tetapi perusahaan dapat menantang, bertanya, dan
mengembangkan gambaran tentang merek. Jonathan MacDonald mengatakan brand
democracy ketika brand tidak lagi hanya perusahaan yang mengatakan tetapi
kumpulan dari beberapa orang yang berkata lain tentang brand (Rowles, 2014).
Secara tradisional marketing ketika kita mempertimbangkan tujuan bisnis dan tujuan
target pasar kita dapat melihat irisan berupa value. Ketika perusahaan masuk ke
dalam lingkungan digital menggunakan value potensial saja tidak cukup. Jika
perusahaan ingin terlibat dengan pelanggan, digital branding dapat menjadi jembatan
antara celah tujuan bisnis dan target pasar yang kita ingin terlibat dengan mereka.
(Rowles, 2014)
Cara lama dalam mengembangkan destination marketing kebanyakan konten dibuat
dalam bentuk brosur yang dicetak secara berkala tetapi ketika kontek dipindahkan
secara online pemasaran dapat menghemat biaya cetak. Secara umum media digital
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1.
Owned Media termasuk websiter pribadi dan semua website yang komunikasi
dengan pelanggan. Optimalisasi seharusnya berfokus pada keberadaan web dan
pengembangan di arena ini berfokus strategi eCRM.
2.
Bought media mencakup apapun yang perusahaan bayar untuk mendapat
kehadiran perusahaan di media dan keberhasilan yang bergantung pada
perencanaan media yang baik, efisiensi, dan optimalisasi yang kehadiran media.
3.
Earned media diperoleh dengan mendekatkan diri, mendengarkan dan membuat
percakapan dalam komunitas tersebut. Untuk sukses dalam ruang media, merek
perlu menunjukkan keberadaan web yang dapat menghasilkan orang-orang yang
40
dapat menghasilkan konten bagi brand seperti menulis tentang brand kita di
sosial media atau blog. Kehadiran web perusahaan kemudian menjadi platform
dari mana merek dapat mendengarkan, memfasilitasi, dan terlibat dengan
percakapan terjadi di sekitar mereka serta mengarahkan lalu lintas dari mereka.
2.7 Strategi Rebranding
Rebranding didefinisikan sebagai penciptaan nama baru, istilah, simbol,
desain atau kombinasi untuk merek yang sudah mapan dengan tujuan
mengembangkan perbedaan posisi di benak stakeholder dan pesaing. Muzellec et al
(2006) dalam (Tevi & Otubanjo, 2013). Rebranding secara definisi berarti perubahan
identitas, yang harus dilihat sebagai sebuah keputusan strategis dengan rencana yang
matang. (Daly & Moloney, 2004). Sehingga rebranding adalah membuat perubahan
identitas seperti nama, istilah, symbol, dan kombinasi antar itu untuk mengembarkan
sebuah strategis yang matang untuk menjadi pembeda di benak stakeholder.
2.7.1 Tingkatan Rebranding
Rebranding dapat terjadi pada 3 level yang berbeda dalam sebuah organisasi
yaitu: corporate, business unit, dan product levels. Corporate Rebranding berarti
penamaan kembali corporate identity secara keseluruhan, yang
sering
kali
mengindikasikan perubahan besar dalam level strategis atau repositioning.
Sedangkan dalam level bisnis unit berarti, sebuah situasi dimana subsidiary
atau divisi dalam satu perusahaan besar diberikan nama yang berbeda sebagai
identitas yang berbeda dari perusahaan induknya. Untuk level individual produk,
rebranding relatif jarang terjadi dan lebih kepada pergantian nama produk.
(Muzellec, Doogan, & Lambkin, 2003)
2.7.2 Faktor Pendorong Rebranding
Terdapat 4 faktor utama yang mendorong proses rebranding. Faktor-faktor
tersebut antara lain: (Muzellec, Doogan, & Lambkin, 2003)
41
Gambar 2.1 Drivers of Rebranding
Sumber: Corporate Rebranding – Exploratory Review
Dari ke 4 faktor tersebut faktor perubahan in competitive position
merupakan penyebab utama dari proses rebranding dan alasan yang sangat kuat
untuk mendorong terjadinya sebuah proses rebranding. Pendorong rebranding
didorong oleh brand image sebagai penyebab ke-3 terbanyak sebagai alasan yang
kuat untuk melakukan rebranding.
2.7.3 Proses Rebranding
Sedangkan proses dalam sebuah rebranding sendiri menurut Muzellec,
Doogan, & Lambkin (2003) dapat terjadi dalam 4 tahap yaitu: repositioning,
renaming, redesign, dan relaunching.
42
Gambar 2. 2 The Rebranding Mix
Sumber: Corporate Rebranding – Exploratory Review
Brand Repositioning lebih dinamis, merupakan proses inkremental dimana
harus selalu di adjust setiap waktu untuk selalu siap dengan perubahan
market trend dan tekanan kompetitif dalam eksternal event yang lebih luas.
Untuk brand renaming merupakan yang paling komprehensif dan paling
beresiko dalam proses rebranding. Untuk renaming sendiri dapat dibedakan ke
dalam beberapa kategori seperti:
Gambar 2. 3 Type of Brand Names
Sumber: Corporate Rebranding – Exploratory Review
Sedangkan untuk Brand Redesign adalah sebuah inti dari filosofi
perusahaan atau atribut utama dari produk yang digambarkan ke dalam sebuah
simbol.
Brand Relaunching adalah pemberitaan atau pemberitahuan brand baru ke
dalam internal dan eksternal perusahaan. Untuk internal dapat dilakukan dengan
brosur atau buletin, internal meeting, dan juga melalui workshop atau intranet.
Sedangkan untuk eksternal dapat melalui press relase, advertising untuk
menarik perhatian akan brand baru tersebut dan juga dapat memfasilitasi proses
adopsi dari nama baru tersebut kepada para stakeholder.
Download