1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang memperhatikan hubungan antara
pihak principal (pemegang saham) dengan agen-agennya (manajer peusahaan). Teori
keagenan mengemukakan, bahwa hubungan antara pihak principal (pemegang saham)
dengan agen-agennya (manajer peusahaan), memiliki kepentingan maupun tujuan
berbeda, sehingga muncul konflik yang dinamakan Agency Conflict. (Richardson, (1998);
DuCharme et. al., (2000), Theresia, (2005)).
Menurut Berle dan Means (1932) dalam Him el berg et.al (1999) bahwa rendahnya
pengawasan terhadap para manajer di perusahaan oleh pemegang saham mengakibatkan
asset perusahaan digunakan oleh manajer untuk kepentingan sendiri dan bukan untuk
memaksimumkan kekayaan pemegang saham (shareholder value).
Menurut Brigham (2002); Theresia (2005) untuk mengatasi dan meredam “Agency
Conflict” antara manajer dan pemegang saham ada mekanisme tersendiri, antara lain
seperti: kompensasi manajer, adanya intervensi langsung dari pemilik perusahaan, adanya
ancaman akan kehilangan pekerjaan bagi manajer, dan ancaman takeover. Sedangkan
menurut Jensen & Meckling (1976); Theresia (2005), ada beberapa metode yang dapat
meredakan “agency problem” yaitu mekanisme kontrol eksternal dan mekanisme
pemberian motivasi, pada kedua metode ini yang dapat meredakan konflik antara manajer
dan pemilik perusahaan adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham manajer dalam
perusahaan, sehingga manajer tidak dapat bebuat sesuka hati dalam pengambilan
1
keputusan seperti berinvestasi, ekspansi maupun aktivitas lain yang berhubungan dengan
perluasan dan peningkatan laba dalam perusahaan. Karena manajer juga sebagai
pemegang saham, sehingga ia juga tidak mau dirugikan dalam pembagian deviden.
Shleifer dan Vishny (1986) dan Syamsuri (2003) menyatakan bahwa pemegang
saham terbesar mempunyai arti penting dalam memonitoring pelaku manajer dalam
perusahaan. Shleifer dan Vishny (1986) dan Syamsuri (2003) dengan adanya konsentrasi
kepemilikan, maka para pemegang saham besar seperti institusional investor akan dapat
memonitoring tim manajemen secara efektif, dan dapat meningkatkan nilai perusahaan
jika terjadi takeover. Dengan demikian, tingkat kepemilikan intitusional yang tinggi dari
persentase saham yang dimiliki oleh institusional investor akan menyebabkan tingkat
monitor lebih efektif (Gier & Zychowicz (1994); Syamsuri (2003)), yang dapat
meningkatkan perilaku entrepreneurship.
Mitra (2002), Koh (2003), Midiastuty & Machfoedz (2003); Sylvia & Siddartha
(2005) juga menemukan bahwa kehadiran kepemilikan intitusional yang tinggi
membatasi manajer untuk melakukan pengelolaan laba. Menurut teori hipotesis
monitoring, kepemilikan saham suatu lembaga mempunyai tujuan untuk memonitoring
dengan manajer dalam mengambil keputusan untuk pertumbuhan dan peningkatan
perusahaan itu sendiri Pound, (1988); Bushee, (1998). Tujuan Government share
ownership itu adalah mendorong perusahaan untuk tumbuh dan melakukan investasi
sehingga memiliki pertumbuhan ekuitas dan aktiva yang besar.
Lembaga publik bersama dengan pemerintah berhak memonitoring manajemen
perusahaan. Dengan ini pemerintah mempunyai tujuan agar manajer tidak semena-mena
dalam mengambil keputusan, perusahaan tidak hanya mementingkan profit atau
2
kemakmuran perusahaan itu sendiri melainkan juga seperti memajukan kesejahteraan
bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
1945 yang selanjutnya lebih rinci diatur dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945
merupakan tugas konstitusional bagi seluruh komponen bangsa. Dalam kaitan di atas,
dirasa perlu untuk meningkatkan penguasaan seluruh kekuatan ekonomi nasional baik
melalui regulasi sektoral maupun melalui kepemilikan negara terhadap unit-unit usaha
tertentu dengan maksud untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh atau sebagian besar modalnya
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku ekonomi
dalam sistem perekonomian nasional, di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam
menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, swasta dan koperasi melaksanakan peran saling
mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. Penyamaan visi tersebut penting agar setiap
unsur yang terkait dalam kegiatan Badan Usaha mempunyai persepsi yang sama tentang
arah dan kebijakan pembinaan dan pengembangan usaha di masa depan.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menyamakan persepsi tersebut
adalah menyelenggarakan koordinasi internal Kementerian BUMN dan melakukan
monitoring dan pertemuan antara manajemen dan Pemegang Saham secara periodik,
sesuai dengan Sistem Perencanaan dan Pengendalian BUMN yang telah ditetapkan oleh
Kementerian BUMN. masalah kepemilikan, peran dan fungsi BUMN, dalam
perekonomian nasional, dalam Undang-Undang BUMN tersebut akan diatur pula
ketentuan tentang privatisasi.
3
Kerangka regulasi terdiri dari pedoman dan kebijakan yang mengatur perilaku
perusahaan, misalnya : (Kementerian BUMN, 2002).
1) Mengenai Harga dan Standar Kualitas.
2) Pemberlakuan dan pengawasan implementasi UU No.5 / 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
3) Peraturan perlindungan keselamatan konsumen dan kualitas produk.
4) Peraturan keselamatan kerja termasuk didalamya perlindungan terhadap pemutusan
kerja yang tidak adil.
5) Kewajiban pelayanan masyarakat atau Public Service Obligations (PSOs) akan
ditetapkan oleh Pemerintah pada industri yang produk dan harganya tidak seluruhnya
ditentukan berdasarkan persaingan.
Selain government ownership, tingkat pertumbuhan juga mempengaruhi kebijakan
pendanaan. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, baik secara internal perusahaaan
yaitu: manajemen maupun eksternal perusahaan seperti investor dan kreditur.
Pertumbuhan ini diharapkan dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan
seperti adanya suatu kesempatan berinvestasi di perusahaan tersebut (Nugroho, 2002).
Prospek perusahaan yang akan bertumbuh bagi investor merupakan prospek yang
menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan diharapkan akan memberi return yang
tinggi, menurut Smith dan Watts (1992); dalam Nugroho, (2002).
Menurut Smith dan Watts, (1992); Subekti dan Indra (2001) bahwa Perusahaan yang
bertumbuh akan mendapat respon positif oleh pasar, sehingga peluang pertumbuhan
4
perusahaan tersebut terlihat pada kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai
macam kombinasi nilai set kesempatan investasi atau Investment Opportunity Set (IOS).
Nilai IOS dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai
aktiva ditempat (berupa nilai buku aktiva maupun ekuitas perusahaan). Oleh karena itu
berbagai jenis proksi IOS telah digunakan oleh banyak peneliti empirisnya secara tidak
seragam. Semakin banyak proksi IOS yang digunakan maka hal ini akan menunjukkan
semakin tepat dalam menentukan kelompok atau karakteristik perusahaan dan dapat
mengurangi kesalahan dalam penentuan klasifikasi tingkat pertumbuhan perusahaan
(Sami dkk. (1999), Gaver dan Gaver (1993); Subekti dan Indra, (2001)). Menurut Gaver
dan Gaver (1993), Hamidi, (2003); Theresia, (2005) opsi investasi dimasa yang akan
datang tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang
didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan kesempatan investasi dibanding dengan perusahaan yang setara
dalam suatu kelompok industrinya.
Cara lain untuk meredakan agency problem adalah dengan meningkatkan utang
perusahaan sebagai pengganti kapasitas modal. Peningkatan utang ini tidak hanya dapat
menyatukan kepentingan manajer dan pemilik tetapi juga dapat meningkatkan resiko
perusahaan akan bangkrut dan meningkatkan resiko manajer kehilangan pekerjaan.
Dengan meningkatnya resiko maka akan membuat manajer mengurangi tingkat konsumsi
yang tidak bermanfaat dan meningkatkan efisiensi (Grossman & Hart, (1982); Theresia
(2005)).
Kebijakan pendanaan merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen
dalam rangka memperoleh sumber dana sehingga dapat digunakan untuk aktivitas
5
operasional perusahaan. Keputusan yang diambil oleh manajemen dalam pencarian
sumber dana tersebut sangat dipengaruhi oleh para pemegang saham. Sesuai dengan
tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang
saham, maka setiap kebijakan yang akan diambil oleh pihak manajemen selalu
dipengaruhi oleh keinginan para pemegang saham, sehingga akan mempengaruhi juga
nilai perusahaan.
Menurut Jung, et. al. (1995), Hamidi (2003): Faizal (2004) mendukung bahwa para
manajer yang menghendaki atau berorientasi pada pertumbuhan lebih cenderung
melakukan peningkatan modal dengan memanfaatkan ekuitas karena dengan ekuitas
memberikan mereka kewenangan dalam peningkatan dana dari menggunakan utang
(Survai yang dilakukan Pinegar dan Wilbricht, (1989), Hamidi, (2003); Faizal (2004).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barclay et.al. (1999);Gul (1999) mengemukakan
bahwa perusahaan dengan pertumbuhan tinggi membutuhkan lebih banyak dana karena
terdapat banyak investment opportunity sehingga deviden yang dibayarkan lebih rendah
dari perusahaan dengan pertumbuhan rendah. Salah satu pengembangan usaha sebuah
pendanaan dapat dilakukan dengan cara investasi melalui diversifikasi usaha baru,
sehingga investasi dapat diartikan sebagai pengelolaan dana supaya dapat memberi nilai
tambah bagi perusahaan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini akan melakukan untuk
pengujian kembali “Pengaruh Government Share Ownership dan Investment Opportunity
Set terhadap Kebijakan Pendanaan” di Bursa Efek Jakarta.
6
1.2. Perumusan Masalah
Sebagaimana
diuraikan
dimuka,
bahwa
pertumbuhan
suatu
perusahaan
akan
mempengaruhi kebijakan pendanaan dan utang. Sehingga perumusan masalahnya adalah
“Apakah Government Share Ownership dan Investment Opportunity Set mempengaruhi
Kebijakan Pendanaan” study empiris pada perusahaan yang memiliki saham pemerintah
dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 1999-2004.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian antara lain adalah:
a. Untuk menguji secara empiris reaksi “Pengaruh Government Share Ownership dan
Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Pendanaan” dalam perusahaan yang
memiliki saham pemerintah dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
1.4. Kontribusi Penelitian
Kontribusi penelitian ini adalah
a.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Investor dalam
menentukan keputusan investasi dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
Kebijakan Pendanaan dilihat dari IOS, Government Share Ownership dan
Profitabilitas. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan teori Gul (1998), Yeye
(2002), serta Imam (2005), dengan tujuan untuk mengetahui apakah argument
mereka dapat diterapkan di Indonesia, ketika dilihat dari pertumbuhan perusahaan
terhadap Kebijakan Pendanaan.
7
b.
Untuk mengukur pertumbuhan perusahaan, proksi yang lebih tepat digunakan untuk
menjelaskan pengaruh Investment Opportunity Set terhadap kebijakan pendanaan
adalah Market Value Equity To Book Value Equity (MVEBVE).
c.
Menambahkan variabel profitabilitas sebagai variabel control yang diduga dapat
menjelaskan pengaruh Government Share Ownership dan Investment Opportunity
Set terhadap Kebijakan Pendanaan.
1.5. Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan dalam pembahasan terhadap obyek yang diteliti, sehingga
obyek yang akan diteliti tidak terlalu luas oleh karena itu peneliti perlu lebih fokus
terhadap masalah yang ada, oleh karena itu peneliti perlu membatasi penelitian ini pada:
a.
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan yang memiliki saham pemerintah dan
terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selam tahun 1999-2004, dimana pemerintah
mempunyai modal saham. Perusahaan yang secara trasparan dalam mengumumkan
laporan keuangan tahunan secara konsisten melakukan perdagangan saham dalam
jangka waktu 6 Tahun berturut-turut yaitu 1999-2004.
b.
Sampel perusahaan yang digunakan peneliti sebanyak 16 perusahaan.
c.
Proksi yang digunakan untuk menentukan sampel sebagai perusahaan yang
memiliki IOS tinggi dan rendah adalah Market Value Equity To Book Value Equity
(MVEBVE) untuk Government Share Ownership, Kebijakan Pendanaan untuk dan
Debt to Equity Ratio (DER).
8
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Investor
Bagi investor dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat
untuk pengambilan, ketika mengetahui IOS dan kepemilikan saham pemerintah
yang mempengaruhi kebijkan pendanaan, mengetahui kesejahteraan pemegang
saham, baik buruknya perusahaan serta nilai perusahaan.
b. Emiten
Bagi emiten dapat dipergunakan sebagai informasi serta pertimbangan seberapa besar
pengaruh Kebijakan Pendanaan terhadap pertumbuhan perusahaan dan campur tangan
pemerintah.
c. Pemerintah
Bagi pemerintah, dapat memberi wawasan dan pengetahuan mendalam tentang IOS
dan kepemilikan saham pemerintah yang mempengaruhi kebijkan pendanaan untuk
mengambil keputusan berinvestasi.
d. Akademik
Bagi akademis penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai faktorfaktor IOS dan kepemilikan saham pemerintah yang mempengaruhi kebijkan
pendanaan serta sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih
9
mendalam serta sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang pengambilan keputusan
untuk berinvestasi di Bursa Efek Jakarta
10
Download