Surat 3 Yohanes - RADIO GPT OMER

advertisement
Surat 3 Yohanes
(Bagian 17)
Wednesday, November 9, 2016
3 Yoh. 1:1-4
1:1 Dari penatua kepada Gayus yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran. 1:2 Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga
engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja. 1:3 Sebab aku sangat bersukacita,
ketika beberapa saudara datang dan memberi kesaksian tentang hidupmu dalam kebenaran, sebab memang engkau hidup dalam
kebenaran. 1:4 Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.
-
-
-
Hidup dalam Kebenaran adalah jenis kehidupan yang tidak dapat dimengerti oleh dunia, sebab
dunia tidak mengenal Kebenaran. Jika Gayus dinyatakan oleh Firman Allah bahwa dia hidup dalam
kebenaran, maka itu suatu mujizat (terlebih dia adalah seorang kafir).
Pada hakekatnya, hidup dalam Kebenaran bisa dimiliki oleh setiap manusia, termasuk (terutama)
bangsa kafir. Saat Yesus datang ke dunia, secara pribadi Yesus menunjukkan apa yang dimaksud
dengan ‘Kebenaran’ atau ‘hidup dalam Kebenaran’.
Saat Yesus berhadapan dengan Pilatus, Yesus berkata  "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja.
Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang
kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." (Yoh. 18:37)
-
-
▫
▫
▫
Yesus datang ke dunia untuk memberi kesaksian tentang Kebenaran. Kesaksian yang diberikan oleh
Yesus bukan kesaksian yang disampaikan secara lisan (teori), tetapi kesaksian yang disertai dengan
praktek yang nyata dan bisa dinikmati oleh semua orang.
Sebagai hakim agung, Pilatus menyatakan bahwa tidak ada kesalahan pada Yesus, tetapi Yesus
harus dikorbankan untuk menggantikan seorang penyamun yang bernama Yesus Barabas (Yoh.
18:40). Hal ini sudah menjadi ketetapan Bapa, bahwa Yesus harus disalibkan.
Penyamun adalah gambaran kehidupan kita. Penyamun adalah seorang yang amat sangat jahat, dia
tidak hanya merampok korbannya habis-habisan, tetapi dia juga memukulnya sampai setengah
mati (Luk. 10:30). Apa yang dirampok? Rumah Allah (Mat. 21:13).
Rumah Allah menunjuk kepada kehidupan kita. Pada kita ada dua manusia: manusia rohani dan
manusia jasmani. Manusia rohani = rumah Allah. Manusia rohani inilah yang seringkali menjadi
korban kejahatan penyamun, seringkali dikorbankan untuk kepentingan manusia jasmani, seperti
meninggalkan ibadah pelayanan demi mengejar mammon. Jika Tuhan memberikan kita hidup dan
sekarang Tuhan ijinkan untuk hidup di dunia, seharusnya kita hidup sebagai anak-anak Allah,
sebagai raja-raja yang menang, sebagai pribadi yang menyaksikan tentang Kebenaran.
Sama seperti Yesus, DIA datang ke dunia hanya untuk hidup dalam Kebenaran, yaitu hidup dalam
kehendak Bapa. Kehidupan yang kita terima ini sebenarnya hanya untuk Tuhan atau hidup di dalam
Kebenaran, tetapi perhatikan apa yang sudah kita lakukan terhadap kehidupan kita sendiri. Sudah
terlalu banyak waktu yang kita sia-siakan dengan hidup sebagai penyamun, yaitu dengan cara
merampok milik Allah (milik Allah adalah tubuh – jiwa – roh. Tubuh adalah sesuatu yang nampak, jiwa
Page
▫
Kita menjadi perampok dengan cara hidup mengikuti jalan dunia. Kita hidup dengan tidak taat
kepada Tuhan, tetapi taat kepada penguasa kerajaan angkasa. Kita hidup sebagai orang durhaka
yang senantiasa mendurhaka kepada Tuhan. Di hadapan Allah, kita tidak lebih dari seorang
penyamun.
Dengan pola kehidupan semacam ini, seharusnya kita layak untuk didatangi dengan pedang dan
pentung, lalu diseret untuk dihakimi dan menerima hukuman mati. Tetapi Yesus Kristus sudah
mengambil posisi itu. Yesus diperlakukan sebagai seorang penyamun, dan menerima hukuman
sebagai seorang penyamun (Luk.14:48).
1
adalah penyembahan, roh adalah hati).
▫




Saat Yesus mati di atas kayu salib, dari mulut seorang bangsa kafir keluar suatu pengakuan 
"Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." (Mat. 27:54) atau "Sungguh, orang ini adalah orang benar!" (Luk.
23:47). Yesus menyatakan kebenaran dengan mati di atas kayu salib (dengan Kasih). Kebenaran
dinyatakan dengan Kasih.
Yesus Kristus adalah Anak Allah. Yesus Kristus adalah Raja. Yesus Kristus adalah Orang Benar. Di
atas kayu salib, dia membuktikan bahwa DIA adalah Anak Allah (Raja), DIA orang benar yang hidup
dalam Kebenaran.
Jadi, hidup dalam Kebenaran adalah hidup sebagai ‘Anak Allah’, hidup sebagai ‘Raja’, hidup dalam
kehendak Bapa, di mana daging tidak lagi bersuara. Inilah hidup dalam Kebenaran, di mana daging
tidak lagi bersuara!
Tangan Bapa telah membawa Yesus Kristus turun ke bumi. Tangan Bapa juga yang telah membawa
Yesus Kristus sampai kepada puncak kehendak Bapa, yaitu mati di atas kayu salib. Dengan matinya
Yesus di atas kayu salib, DIA telah menyatakan Kasih dan Kebenaran Bapa.
Pintu Sempit
▫ Bapa telah membawa Yesus Kristus keluar dari Kerajaan Surga untuk turun ke dunia. Saat Bapa
membawa keluar, apa yang ditunjukkan Bapa kepada Yesus Kristus? Pintu Sempit. Pintu sempit
yang ditunjukkan oleh Bapa, harus dilalui oleh Yesus.
Fil. 2:5-7
Pintu Gerbang
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 2:6 yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
-
-
-
-
-
▫
Bagi kita, pintu ini adalah Pintu Gerbang. Untuk bisa percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai
Kepala atas hidup kita, yang dibutuhkan adalah bagaimana kita mau mendengar dengan
menghampakan diri, yaitu dengan cara menaruh pikiran dan perasaan pada Firman Allah.
2
-
Inilah Pintu Sempit pertama yang harus dilalui oleh Yesus Kristus. DIA yang adalah Allah, harus
menjadi manusia, bahkan seorang manusia yang berkedudukan sebagai seorang hamba. Suatu
jabatan yang paling rendah, sebab pada DIA hanya ada kewajiban.
DIA seorang ‘Hamba Allah’ yang hanya tahu untuk melakukan apa yang menjadi kehendak BapaNya. DIA tidak berhak atas hidup-Nya, tetapi yang berhak atas hidup-Nya adalah Bapa yang
memiliki-Nya. Tubuh-Nya, Jiwa-Nya, dan Roh-Nya, dipakai untuk melakukan kehendak Bapa.
Menghadapi Pintu Sempit, apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus? Mengosongkan diri-Nya, untuk
diisi dengan kehendak Allah. DIA tidak mempertahankan pikiran-Nya dan perasaan-Nya. Bukti
bahwa Yesus Kristus tidak mempertahankan pikiran-Nya dan perasaan-Nya adalah DIA tidak
menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai miliki yang harus dipertahankan.
Bukti awal bahwa Yesus tidak mempertahankan kesetaraan-Nya dengan Allah adalah saat Yesus
masuk dalam Baptisan Air. Jika kita perhatikan, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru, Baptisan Air hanya disediakan untuk manusia berdosa.
Dalam Kel. 30:19-20 disebutkan bahwa Harun dan anak-anaknya harus dibasuh supaya jangan mati.
Itu berarti, Harun dan anak-anaknya masih ditandai dengan dosa (kematian), itu sebabnya mereka
harus dibasuh dengan air.
Dalam Luk. 3:3, nabi Yohanes berseru  "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan
mengampuni dosamu, Di sini jelas bahwa pertobatan dan Baptisan Air disediakan oleh Allah hanya
untuk orang berdosa.
Yesus tidak berdosa dan bahkan tidak mengenal dosa, tetapi sebagai manusia DIA, harus disamakan
seperti manusia yang berdosa, itu sebabnya Yesus mau memberikan diri-Nya untuk dibaptis. DIA
menghampakan diri-Nya dan dijadikan sama seperti manusia yang berdosa.
Page
-
▫
▫
▫
▫
Fil. 2:8a
Selama kita mempertahankan pikiran yang sia-sia dan perasaan yang bodoh dan gelap, kita tidak
akan pernah bisa menerima karunia Iman. Iman adalah berkat, tetapi jika kita mengandalkan
kekuatan sendiri, bukan berkat (Iman) yang kita terima, tetapi kutuk. Yer.17:5 -- hati tidak diisi
dengan Iman, malah menjauh dari Allah. Tetapi jika kita mau menaruh pikiran dan perasaan pada
Tangan Allah, maka DIA yang akan menempatkan Iman pada hati kita.
Jangan ada satu pun yang kita pertahankan saat kita mendengar Firman Allah, sebab apapun yang
kita pertahankan, itu hanya sesuatu yang mati yang mampu menyeret kita kepada penghukuman
kekal. Tetapi jika kita mau menyerahkan pikiran dan perasaan, maka Tuhan akan ganti dengan
‘Iman’.
Iman merupakan kekayaan Surgawi (1 Kor. 12:9). Iman merupakan Kasih karunia yang diberikan oleh
Allah. Iman yang merupakan karunia Allah adalah Iman yang disertai dengan meterai. Meterai
pertama adalah darah, atau menderita bersama dengan Kristus.
Wujud penderitaan bersama dengan Kristus adalah bertobat (mengakui, menyerahkan, meninggalkan
dosa, dan kembali kepada Tuhan) dan memberi diri dibaptis (menguburkan manusia lama) untuk
menerima Roh Kudus. Menjadi anak-anak Allah yang dipimpin oleh Roh Allah.
Pintu Kemah
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
-
-
-
Ciri kehidupan anak Allah adalah merendahan diri. Pribadi yang mau merendahkan diri, tidak sulit
untuk taat. Bukti bahwa Yesus taat adalah DIA tidak berkuasa atas perkataan-Nya dan perbuatanNya sendiri. Segala apa yang DIA katakan dan DIA perbuat, semuanya dilakukan menurut kehendak
Bapa (bukan menurut kehendak-Nya sendiri).
Taat merupakan pintu sempit yang juga dilalui oleh Yesus. Sebagai Hamba, Yesus adalah Hamba
yang taat dalam segala hal, dan menyenangkan hati Bapa. DIA tidak berbantah, tidak curang, tetapi
dengan tulus dan setia DIA mengerjakan perintah Bapa (Tit. 2:9-10).
Bukti ketaatan Yesus terhadap kehendak Bapa adalah saat Yesus memberi diri kepada Yohanes
Pembaptis untuk dibaptis. Dalam hal ini, Bapa mengakui ketaatan Yesus  "Inilah Anak-Ku yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
-
1. Tidak Dapat Binasa (Meja Rati Sajian)
- Dalam pengalaman di padang gurun, kita bisa melihat bagaimana persekutuan Yesus dengan
Firman Allah. Saat Yesus menghadapi masalah perut, Yesus tidak binasa hanya karena lapar, tetapi
Yesus kembali kepada kebenaran Firman Allah.
- Kepada iblis, Yesus katakan  "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman
yang keluar dari mulut Allah." Yesus tahu resikonya, bahwa jika DIA tetap berpegang kepada Firman
Allah, DIA akan lapar.
- Secara jasmani, Yesus tidak punya pilihan, Yesus harus mengubah batu menjadi roti, supaya
perutnya jangan lagi kelaparan dan mati. Tetapi Yesus telah membuktikan bahwa dengan hidup
dengar-dengaran, DIA tidak akan binasa.
3
-
Dengan ketaatan inilah Yesus mulai melayani, baik melayani Bapa maupun melayani sesama
manusia. Perhatikan: orang yang taat adalah orang yang hidup dalam Kebenaran. DIA menurut, DIA
berpegang, dan melakukan kehendak Bapa.
Orang semacam ini tidak bisa binasa, tidak bisa cemar, dan tidak bisa layu, oleh apapun. Sekalipun
harus menghadapi halangan, rintangan, dan godaan, bahkan maut sekalipun, Yesus tetap taat
kepada ketetapan Bapa (kualitas kehidupan yang taat).
Bahkan sampai DIA harus kehilangan nyawa-Nya, DIA tahu bahwa DIA akan menerimanya kembali.
Kehidupan yang taat atau kehidupan yang berada dalam Kebenaran adalah kehidupan yang penuh
pengharapan. Yesus telah membuktikan hal itu.
Page
-
-
Melalui jawaban Yesus atas iblis ini kita tahu, bahwa kandungan yang ada pada hati Yesus adalah
Firman Allah. Sekalipun secara jasmani Yesus dalam keadaan sangat lapar, Firman Allah telah
memberi kekuatan kepada Yesus. Buktinya, Yesus tidak mati karena kelaparan dan Yesus juga tidak
mati di hadapan Bapa, sebab Yesus tidak tunduk kepada setan. 1 Kor.10:13-14 -- dalam pencobaan,
IA setia, IA memberi jalan keluar. Supaya kita bisa terima jalan keluar, maka jauhi berhala (ayat 14 –
berhala = pikiran dan perasaan sendiri).
▫
Saat Yesus dihadapkan dengan kedudukan yang tinggi, Yesus juga tidak jatuh dan binasa oleh
karena tawaran iblis. Dengan tegas Yesus menjawab kepada iblis  "Ada pula tertulis: Janganlah
engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
▫
▫
▫

Kedudukan bisa menjadi suatu pencobaan dari iblis. Tujuan iblis memberi kedudukan adalah
memisahkan kita dari Firman Allah. Berapa banyak manusia yang jatuh karena kedudukan? Dengan
kedudukan yang dia terima, iblis telah menjauhkan dia dari Firman Allah.
Ingat, bahwa kedudukan Yesus di dalam dunia adalah seorang hamba (kedudukan yang sangat
rendah). Sekarang iblis datang untuk menawarkan kedudukan yang sangat tinggi, dan kedudukan
yang sangat tinggi ini dikait-kaitkan oleh iblis dengan Firman Allah. Tetapi Yesus tidak binasa hanya
karena tawaran iblis.
Bagaimana dengan kita? Seringkali, manusia baru menerima kedudukan yang belum terlalu tinggi,
sudah binasa, sebab terpisah dari Firman Allah. Sebagai anak-anak Allah, kita harus memiliki pikiran
dan perasaan yang ada pada Yesus.
Yang terakhir adalah saat Yesus dihadapkan dengan segala kemegahan dan kemuliaan serta
kekuasaan dunia, tetapi Yesus tidak dapat binasa. Perhatikan jawaban Yesus  "Enyahlah, Iblis!
Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti!" Yesus menghardik iblis berarti Yesus menghardik semua tawaran-tawaran iblis.



Yesus tahu bahwa iblis adalah seorang pendusta dan pembunuh. Jadi, apapun yang ditawarkan
oleh iblis, semua adalah tipuan, dan tujuan iblis memberikan semua itu hanya untuk memisahkan
kita dari Allah. Terpisah dari Allah sama dengan binasa.
Yesus tidak melepaskan diri atau terpisah dari Firman Allah hanya karena lapar, kedudukan, atau
harta benda. Dalam keadaan apapun, Yesus tetap menyembah dan tetap berbakti kepada Bapa.
Yesus tetap menurut, berpegang, dan melalukan Firman Allah.
Kehidupan yang memiliki Firman Allah adalah kehidupan yang menyembah Firman Allah. Dia hidup
dalam Kebenaran. Sekalipun secara jasmani Yesus hanya seorang hamba (budak), tetapi Yesus tidak
dapat binasa, melainkan tersimpan di dalam Surga.
Page
4
2. Tidak Dapat Cemar (Kaki Dian Emas)
▫ Selain memiliki persekutuan dengan Firman Allah, Yesus juga memiliki persekutuan dengan Roh
Allah, itu sebabnya Yesus dikatakan ‘taat’. Sifat tabiat dari Roh Allah adalah taat, tunduk, atau
dengar-dengaran kepada Bapa.
▫ Dalam Tabernakel, pemuncakan persekutuan dengan Roh Kudus digambarkan sebagai tongkat
Harun. Tongkat yang diletakkan di hadapan Tuhan semalam-malaman, dan dipilih oleh Tuhan.
Tongkat itu menjadi bertunas, mengeluarkan kuntum, berbunga, dan berbuahkan buah badam.
▫ Tongkat Harun ditampilkan untuk menghapuskan persungutan dan kedurhakaan yang terjadi di
antara bangsa Israel. Persungutan dan pendurhakaan adalah suatu kecemaran yang tidak berkenan
di hadapan Allah.
Yoh. 6:41
6:41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga."
6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun
dari sorga?" 6:43 Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut.
-
-
-
-
-
-
Inilah yang seringkali terjadi pada orang Kristen, yaitu bersungut-sungut saat berhadapan dengan
Firman Allah. Persungutan dan perbantahan adalah noda atau aib di hadapan Allah. Jika sampai
terjadi suatu persungutan dan perbantahan saat mendengar Firman Allah, maka itu bukti dia tidak
menerima ‘kemauan dan kerelaan’ dari Roh Allah. Orang semacam ini tidak bisa berpegang dan
tidak bisa menjadi bintang.
Itu sebabnya, persekutuan dengan Roh Allah meniadakan persungutan dan perbantahan. Selama
masih ada persungutan dan perbantahan, kita tidak bisa menjadi bintang. Persungutan dan
perbantahan juga mengakibatkan kita tidak bisa menerima pengampunan dari Tuhan.
Saat Yesus menyembuhkan orang lumpuh dengan berkata "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah
diampuni." Dalam hati ahli Taurat bersungut (Mat. 9:2-3). Mereka yang bersungut, tidak bisa melihat
pengampunan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus.
Perhatikan cara orang Israel saat berhadapan dengan Firman Allah. Yang mereka pandang bukan
Firman yang disampaikan oleh Yesus Kristus, tetapi latar belakang Yesus secara jasmani, itu yang
diperhatikan. Tidak bisa dipungkiri bahwa Yusuf dan Maria adalah orang tua Yesus, sama seperti
kami hamba-hamba Tuhan yang masih hidup dalam dosa.
Selama hati ini tidak dikuasai oleh kemauan dan kerelaan Allah, manusia akan gagal dalam
mendengar Firman Allah, sehingga manusia juga akan gagal untuk berdamai dan menerima
pengampunan dari Allah. Mereka menyalahkan yang mengampuni dan yang diampuni, mereka
merasa benar.
Orang yang suka bersungut dan berbantah, dia hanya suka menyalahkan dan mencari kesalahan
orang lain, bahkan sampai menyalahkan Firman Allah. Bagi orang semacam ini, hakim sudah ada
diambang pintu (Yak. 5:9 dan Bil. 11:1).
SEBAGAI TONGKAT MATI
▫ Menghadapi segala persungutan dan perbantahan umat Israel, Yesus Kristus memposisikan diri-Nya
sebagai tongkat yang mati di hadapan Allah. Dalam 1 Pet. 2:23 disebutkan  Ketika Ia dicaci maki, Ia
tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia,
yang menghakimi dengan adil.
▫
Perkataan ‘Ia menyerahkannya’ mempunyai dua pengertian, yaitu;
a. DIA menyerahkan umat-Nya kepada Bapa  "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat." (Luk. 23:34)
b. DIA menyerahkan diri-Nya kepada Bapa  "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku."
(Luk. 23:46)
5
▫
Memintakan ampun adalah bahasa Kasih saat melihat orang yang berbuat dosa.
Jadi, saat Yesus menghadapi persungutan yang berupa caci makian, fitnahan, aniaya bangsa Israel
terhadap diri-Nya, Yesus tidak mencemarkan diri-Nya dengan membalas atau mengancam, tetapi
DIA sibuk untuk menguduskan diri-Nya, sebab dengan cara itulah DIA juga bisa menguduskan umatNya.
Hal inilah yang juga harus kita kerjakan, saat kita mendengar dan melihat saudara kita berbuat
dosa, sebab di sana kita rawan dengan kecemaran. Saat mendengar atau mengetahui saudara kita
berbuat dosa, kita mulai membicarakan, menyalahkan, menuduh, menghakimi, dan sejenisnya.
Orang semacam ini tidak mungkin bisa berdoa bagi saudaranya yang berdosa, sebab tidak mungkin
dari mulut ini keluar dua sumber (berdoa dan mencaci).
Page
▫
▫
▫
▫
▫
▫
▫
▫
▫
Demikian juga saat kita berhadapan dengan orang yang bersalah kepada kita, pada saat itu kita juga
rawan akan kecemaran. Kapan kita cemar? Saat kita merasa benar. Pada saat kita merasa benar,
pada saat itulah kita cemar, dan dalam keadaan paling bahaya, sebab pada saat itulah Kebenaran
tidak ada pada kita.
Jika dalam nikah, pelayanan, dan ibadah, ada ketidak cocokan atau kesalah pahaman  taruh
hidup ini di hadapan Allah. Kita tidak perlu membela diri dengan kekuatan kita, tetapi mari kita
meletakkan diri bagai tongkat yang mati di hadapan Allah.
Sama seperti Yesus, saat DIA berhadapan dengan Pilatus, DIA diam dan hanya menaruh hidup-Nya
di hadapan Bapa. Saat DIA mati di hadapan Bapa, DIA dipilih, DIA bangkit, dan hidup untuk
selamanya. DIA bangkit untuk menyelesaikan semua dosa. Inilah kehidupan yang tidak cemar.
Tidak dapat cemar dimulai dari dibenarkan (dosa diampuni), kemudian disucikan oleh Roh Kudus,
sehingga kita menjadi orang yang suci yang dengar-dengaran. Pada saatnya, kita tidak dapat
dikuasai oleh daging dan tidak dapat berbuat dosa lagi.
Kehidupan yang tidak cemar adalah kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus. Kehidupan
semacam ini adalah kehidupan dalam penyembahan. Hidup hanya untuk melakukan kehendak
Allah, sampai daging tidak lagi bersuara (mati).
Dalam Rom. 8:14 -- menjadi anak Allah yang tidak cemar = menyerahkan seluruh hidup,
mengampuni, menerima kehendak Allah, dan memuliakan Allah. Rom. 8: 15 -- anak Allah berhak
menyebut Ya Abba Ya Bapa, jika dia hidup jauh dari kejahatan (2 Tim. 2:19).
Kualitas hidup semacam ini yang akan tersimpan di dalam Surga. Dengan demikian, tinggal satu
‘Pintu’ lagi yang harus dilalui, itulah PINTU TIRAI, di mana daging sudah dalam keadaan mati dan
diganti dengan tabiat-tabiat Allah.
3. Tidak Dapat Layu (Mezbah Dupa Emas)
▫ Suatu kehidupan yang tekun dalam penyembahan merupakan suatu kehidupan yang tidak dapat
layu. Ini nanti kelanjutannya, yaitu menjadi kehidupan yang berbuah-buah (seperti tongkat Harun
yang berbuah-buah). Hukum ke-10 dalam Perjanjian Baru adalah hidup yang berbuah-buah.
▫ Dari kehidupan yang tidak dapat layu, kehidupan itu nanti dapat berbuah. Sementara kehidupan
yang layu, tidak mungkin berbuah. Sekalipun kita masih di dunia, tetapi suasana atau sistem
Kerajaan Surga, yaitu bertekun dalam doa, bisa kita nikmati. Hingga pada saatnya nanti, kita akan
masuk dalam kehidupan yang berbuah-buah.
Surat Kolose
▫ Dalam Tabernakel, Surat Kolose berbicara tentang ‘Doa atau Penyembahan’ (Surat yang berada
dalam tanda ‘Doa Penyembahan’). Pada Kol. 2:6-7, kita akan mendapatkan suatu kehidupan yang tidak
dapat layu, dan kehidupan semacam inilah yang akan berbuah.
▫ Orang yang hidupnya dalam penyembahan, dia berbuah-buah. Kehidupannya sangat kuat dan tidak
bisa dikalahkan oleh apapun. Dalam keadaan apapun, dia tidak bisa layu, tetapi tetap hidup
mengasihi Tuhan.
Kol. 2:6-7
1. Tinggal di dalam DIA
-
Perhatikan kalimat ‘hidupmu tetap di dalam Dia’. Jika kita mau tidak layu dan menghasilkan buahbuah, dalam Yoh. 15:5 Yesus mengatakan → Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, Yang ditulis oleh rasul Paulus, seirama dengan ajaran Tuhan.
Berbuah banyak = benih ditabur, roti dimakan (tinggal tetap dalam Firman Allah) = berbuat, Firman
Allah dikerjakan (2 Kor. 9:10).
Page
-
6
2:6 Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.
-
Hidup tetap di dalam DIA adalah kehidupan yang tidak layu, bahkan menghasilkan buah. Sekalipun
harus masuk dalam dukacita dan berbagai-bagai pencobaan, hal itu tidak membuatnya layu, tetapi
malah membuahkan ketekunan (Luk. 8:15 dan Yak. 1:2-3).
Yoh. 15:4
15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia
tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
-
-
-
-
-
Kita tidak mungkin bisa berbuah jika tidak tinggal di dalam Tuhan. Jangankan untuk berbuah, untuk
hidup pun kita masih tidak bisa, sebab jika carang terlepas dari pokok, dia pasti akan mati. Dipotong
dan layu, dibuang dan dikumpulkan, untuk dibakar.
Jadi, yang pertama di sini adalah TINGGAL DI DALAM DIA. Tuhan Yesus mengajarkan kepada muridmuridNya supaya tetap tinggal di dalam DIA, supaya kehidupan kita bisa berbuah-buah. Sekarang
kepada kita bangsa kafir, melalui rasul Paulus, Tuhan juga ajarkan kepada kita.
Rasul Paulus adalah rasul untuk bangsa kafir (orang Kolose adalah orang kafir), dia mengajarkan
seperti Tuhan Yesus mengajar kepada murid-muridNya. Semua murid Yesus adalah orang Israel.
Injil Yoh. 15 adalah ajaran Tuhan kepada 12 rasul yang semuanya adalah orang Israel.
Sekarang Tuhan ajarkan kepada kita, melalui rasul Paulus → Kamu telah menerima Kristus Yesus,
Tuhan kita (Pintu Gerbang). Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Itu sebabnya, bukti
penerimaan kita akan Kristus Yesus (Firman dalam urapan Roh) harus nyata.
Mendengar sampai kita menerima Firman Allah di dalam hati, untuk selanjutnya DIA yang akan
membuat kita untuk bisa tinggal di dalam DIA, sehingga dalam keadaan apapun, kita tetap di dalam
DIA. Kita tidak layu, tetapi justru akan menghasilkan buah-buah Kebenaran.
Kol. 2:7a
2. Berakar, dibangun, dan diteguhkan
2:7 Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah
diajarkan kepadamu, …
-
-
-
-
Inilah yang kita dapatkan jika kita tinggal di dalam DIA, kita tidak layu, tetapi:
1) Berakar di dalam DIA (bertumbuh ke bawah  Iman)
2) Dibangun di atas DIA dan (bertumbuh ke atas  Pengharapan)
3) Bertambah Teguh dalam iman (kuat  Kasih)
Jadi:
1) Bagian Pertama: Tinggal di dalam DIA
2) Bagian Kedua: Berakar → Dibangun → Bertambah teguh (jangan goyang-goyang lalu roboh)
Berakar supaya bertumbuh, dibangun, supaya ada modelnya, dan modelnya itu teguh (tidak
gampang goyah atau berubah), inilah kehidupan yang berbuah. Jadi kita berakar di dalam DIA, supaya
bertumbuh, dibangun di atas DIA, supaya ada modelnya, model yang sesuai dengan Kerajaan Surga.
Tabernakel dibangun menurut teladan yang ada dalam Kerajaan Surga. Suatu kehidupan yang
dibangun seperti contoh kehidupan Surga. Kita menjadi kehidupan yang BERTUMBUH dan
DIBANGUN dan DITEGUHKAN.
Kol. 2:7b
3. Melimpah dengan syukur
………….. dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
7
Jadi, dalam 2 ayat ini kita mendapatkan 3 bagian penting. Satu sistem kehidupan yang tidak layu,
melainkan bertumbuh dan menghasilkan buah tetap.
I. Tetap di dalam DIA. Jika kehidupan ini mau menjadi kehidupan yang tidak dapat layu, kita harus
tetap di dalam DIA.
Page
-
II. A. Berakar di dalam DIA → Bertumbuh
B. Dibangun di dalam DIA → Dibangun menurut peta dan teladan-Nya, seperti Musa yang
membangun Tabernakel menurut peta dan teladan Kerajaan Surga. Jangan dibangun menurut
teladan lain, tetapi dibangun kembali. Ibadah kita juga menurut ‘peta dan teladan’ Allah (Ibr. 8:5).
C. Diteguhkan di dalam iman
Ibr. 8:5
8:5 Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa,
ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh
yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."
-
-
Tabernakel dibangun menurut apa yang ada dalam Kerajaan Surga. Di dalamnya ada ibadah dan
pelayanan para imam. Suatu ibadah yang berpola Kerajaan Surga. Kita harus membangun suatu
ibadah yang berpola Kerajaan Surga.
Ibadah yang bertumbuh, ibadah yang berakar, ibadah yang dibangun sesuai dengan peta dan
teladan Kerajaan Surga, dia juga diteguhkan.
III. Melimpah dengan ucapan syukur
- Hati yang melimpah dengan ucapan syukur adalah hati yang tidak layu. Sekalipun dia harus
mengalami panas terik penderitaan, cacian, penindasan, fitnahan, dia tetap mengucap syukur.
Ucapan syukur adalah ucapan yang mampu membangun orang lain (1 Kor. 14:16-17) .
Kembali ke: Fil. 2:8
Fil. 2:8-11
Pintu Tirai
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 2:10 supaya dalam
nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 2:11 dan segala lidah
mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
-
Jadi, saat Yesus datang ke dunia, Yesus melalui Pintu Sempit
1. Pintu sempit pertama: menghampakan diri
2. Pintu sempit kedua: merendahkan diri dan taat (hidup dalam Kebenaran: tidak dapat binasa,
tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu)
-
8
-
Page
-
3. Pintu sempit ketiga: taat sampai mati di atas kayu salib
Puncak dari hidup dalam Kebenaran adalah daging tidak bersuara. Dalam Yoh. 10:17, Yesus berkata
 Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Yesus
memiliki pandangan yang benar tentang Kasih Allah, itu sebabnya DIA tidak ragu untuk
menyerahkan nyawa-Nya.
Yesus mati di atas kayu salib sebagai wujud Kasih dan Kebenaran Allah. DIA mati bukan untuk
kehilangan nyawa-Nya, tetapi untuk menerimanya kembali. DIA tidak binasa, tidak cemar, dan tidak
layu, tetapi tersimpan di dalam Kerajaan Surga.
Demikian juga kehidupan kita yang tergembala, yang mengikuti jejak-Nya, kita akan tersimpan di
dalam Kerajaan Surga bersama-sama dengan DIA. Dalam Wah. 14:1-5, kita bisa menemukan
kehidupan dengan kualitas hidup yang tidak cemar, tidak binasa, dan tidak layu. Mereka tersimpan
di dalam Kerajaan Surga.
Download