1 SIFAT MELAWAN HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh Dr. Eddy Rifai, SH, MH Dosen Bagian Hukum Pidana FH Unila Unsur melawan hukum dalam hukum pidana terdapat ajaran tentang “sifat melawan hukum” (SMH) terdiri dari SMH formil dan SMH materil. SMH formil, hukum adalah hukum tertulis yaitu peraturan perundang-undangan (wet). Terpenuhinya sifat melawan hukum apabila pelaku melanggar atu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (onwetmatigedaad). SMH materil, hukum tidak hanya hukum tertulis tetapi juga hukum yang tidak tertulis (unwritten law) hukum adalah recht. Terpenuhinya sifat melawan hukum apabila pelaku melanggar atau bertentangan dengan hukum (onrechtmatigedaad). SMH materil terdiri dari SMH materil dalam fungsinya yang positif dan SMH materil dalam fungsinya yang negatif. SMH materil dalam fungsinya yang negatif sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU 31/1999 jo UU No. 20/2001 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi (UUTPK) “Yang dimaksud dengan secara melawan hukum dalam pasal ini mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana”. Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UUTPK ini telah dicabut dengan putusan Mahkamah Konstitusi No.3 Tahun 2006, sehingga UUTPK tidak menganut ajaran sifat melawan hukum materil dalam fungsinya yang positif. Oleh karena itu, terpenuhinya unsur melawan hukum apabila perbuatan pelaku melanggar atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Sifat melawan hukum materil dalam fungsinya yang negatif terdapat dalam yurisprudensi, yaitu putusan MA No. 42/KR/1965 yang pada intinya menyatakan bahwa suatu perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana korupsi, dapat hilang sifat melawan hukumnya, sehingga pelaku tidak dapat dipidana apabila: 1. Negara tidak dirugikan; 2. Terdakwa tidak dapat untung; 3. Kepentingan umum dilayani. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur melawan hukum terpenuhi apabila perbuatan pelaku bertentangan atau melanggar peraturan perundang-undangan (onwetmatigedaad). Unsur melawan hukum tidak terpenuhi apabila 1. Negara tidak dirugikan; 2. Terdakwa tidak dapat untung; 3. Kepentingan umum dilayani. 2 KAJIAN KASUS KORUPSI Kasus tindak pidana korupsi yang didakwakan kepada Syukri Hidayat, mantan Kepala Kantor BPN Kabupaten Tulang Bawang cukup menarik perhatian untuk dikaji dalam kaitan dengan ada tidaknya unsur melawan hukum yang dilakukan terdakwa. Terdakwa didakwa melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal 12 huruf (e) atau Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UUTPK). Dalam dakwaannya Jaksa Penuntut Umum menyatakan bahwa terdakwa pada bulan Maret tahun 2008 sampai dengan bulan Oktober 2009 bertempat di Kantor BPN Kabupaten Tulang Bawang melakukan tindak pidana sebagaimana pasal-pasal tersebut di atas dengan cara terdakwa sebagai Petugas Pelaksana Program Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah dalam Rangka Pembuatan Sertifikat Hak Milik Transmigrasi Propinsi Lampung dengan tugas antara lain petugas survei lokasi, penyuluhan monitoring, penyelesaian akhir SK hak, penyelesaian akhir sertifikat, penyerahan sertifikat, koordinasi, pemeriksaan fisik lokasi dan menandatangani sertifikat. Kegiatan dibiayai dana DIPA APBN tahun 2008 sejumlah Rp.2.520.000.000. untuk kegiatan-kegiatan tersebut di atas, sedangkan kegiatan yang tidak dibiayai dana DIPA atau dibiayai sendiri oleh masing-masing peserta/pemohon sertifikat adalah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) atau Pajak Penghasilan (PPh) dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan bagi yang terkena dan biaya materi untuk leges alas hak. Karena adanya dana yang tidak dibiayai DIPA, terdakwa menghubungi 7 kepala kampung, dan para kepala kampung tersebut mengumpulkan dana dari masyarakat peserta/pemohon sertifikat. Dana-dana tersebut telah diserahkan terdakwa kepada atasannya Kepala Kanwil BPN Provinsi Lampung. Ketentuan Pasal 12 huruf (e) UUTPK adalah “Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri”. Unsur-unsur pasal Pasal 12 huruf (e) UUTPK adalah sebagai berikut: 1. Unsur pegawai negeri atau penyelenggara negara: Terdakwa adalah PNS/menjabat Kepala Kantor BPN Kabupaten Tulang Bawang. Oleh karena itu unsur pegawai negeri atau penyelenggara negara terpenuhi; 2. Unsur Menguntungkan diri sendiri atau orang lain: Pengumpulan dana dari masyarakat peserta/pemohon sertikat adalah karena terdapat adanya biayabiaya yang tidak terdapat dalam DIPA dan berdasarkan surat Kanwil BPN Provinsi Lampung yang menyatakan peserta/pemohon sertifikat dikenakan biaya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) atau Pajak Penghasilan (PPh) dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan bagi yang terkena dan biaya materi untuk leges alas hak. Dana yang terkumpul telah 3 diserahkan kepada atasannya sebagai biaya-biaya yang tidak dibiayai oleh DIPA, sehingga unsur Menguntungkan diri sendiri atau orang lain. 3. Unsur memaksa seseorang: Pengertian memaksa tidak terdapat dalam UUTPK. Pengertian memaksa terdapat dalam KUHP, antara lain dalam Pasal 285 dan 289 KUHP. Suatu perbuata dikategorikan memaksa, yaitu harus adanya perbuatan dalam bentuk tindakan kekerasan atau ancaman tindakan kekerasan. Pengumpulan dana yang dilakukan para kepala kampung kepada masyarakat peserta/pemohon sertifikat dilakukan secara sukarela, karena masyarakat peserta/pemohon sertifikat memahami bahwa terdapat adanya biaya-biaya yang tidak ditanggung oleh DIPA. 4. Unsur melawan hukum: Pengertian melawan hukum telah diuraikan di atas, yaitu suatu perbuatan memenuhi unsur melawan hukum apabila perbuatan terdakwa adalah bertentangan atau melanggar peraturan perundang-undangan (onwetmatigedaad). Berdasarkan kasus yang ada, tidak ada perbuatan terdakwa yang melanggar peraturan perundang-undangan, karena berdasarkan hasil pemeriksaan BPK tidak ada temuan adanya penyimpangan dalam kegiatan proyek sertifikat tersebut, dimana semua kegiatan telah dilaksanakan dengan baik, seluruh masyarakat peserta/pemohon sertifikat telah mendapat sertifikat sehingga tidak ada kerugian keuangan negara. Dengan pelaksanaan pekerjaan yang baik tersebut akan menghilangkan unsur melawan hukum sebagaimana yurisprudensi putusan MA yang menyatakan suatu perbuatan hilang sifat melawan hukumnya apabila negara tidak dirugikan, terdakwa tidak dapat untung dan kepentingan umum dilayani. 5. Unsur memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya: Tidak terpenuhi, karena tidak ada bukti terdakwa melakukan perbuatan sebagaimana unsur tersebut. Ketentuan Pasal 11 UUTPK adalah: “Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya”. Unsur-unsur Pasal 11 UUTPK adalah sebagai berikut: 1. Unsur pegawai negeri atau penyelenggara negara: Terdakwa adalah PNS/menjabat Kepala Kantor BPN Kabupaten Tulang Bawang. Oleh karena itu unsur pegawai negeri atau penyelenggara negara terpenuhi; 2. Unsur menerima hadiah atau janji: Pengumpulan dana masyarakat peserta/pemohon sertifikat oleh kepala-kepala kampung bukanlah berupa hadiah atau janji. Dana tersebut dikumpulkan sebagai dana yang tidak dibiayai oleh DIPA dan oleh terdakwa dana tersebut telah dierahkan kepada atasannya sebagai biaya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) atau Pajak Penghasilan (PPh) dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan bagi yang terkena dan biaya materi untuk leges alas hak. Oleh karena itu unsur menerima hadiah atau janji tidak terpenuhi. 4 3. Unsur diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atau yang menurut pikiran orang yang memberikan ada hubungan dengan jabatannya: Pemberian dana biaya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) atau Pajak Penghasilan (PPh) dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan bagi yang terkena dan biaya materi untuk leges alas hak adalah berhubungan dengan kewenangan yang berhubungan dengan jabatan terdakwa, tetapi karena pemberian bukan merupakan hadiah atau janji, maka unsur ini tidak terpenuhi.