BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct
Investment).
Krugman dalam Sondakh (2009), menjelaskan bahwa yang dimaksud FDI
adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan
atau memperluas perusahaannya ke negara lain. Oleh karena itu tidak hanya
terjadi pemindahan sumberdaya, tetapi juga pemberlakuan kontrol terhadap
perusahaan di luar negeri.
Investasi asing merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah
modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri. Sedangkan
dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal,
penanaman modal asing didefinisikan sebagai kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri dengan tujuan antara lain
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kemampuan
daya saing dunia usaha dalam negeri, meningkatkan kapasitas dan kemampuan
teknologi nasional, mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan, mengolah
ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana
yang berasal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
11
Investasi dibedakan atas investasi asing langsung (foreign direct
investment) dan investasi portofolio (portofolio investment). Investasi asing
langsung meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata yaitu berupa
pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal,
pembelian tanah untuk keperluan produksi, pembelanjaan berbagai peralatan
inventaris dan sebagainya, dan biasanya dibarengi dengan penyelenggaraan
fungsi-fungsi manajemen, dan pihak investor sendiri tetap mempertahankan
kontrol terhadap dana-dana yang telah ditanamkannya. Sedangkan investasi
portofolio adalah investasi yang melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti
obligasi dan saham, yang didenominasikan atau ternilai dalam mata uang
nasional. Kegiatan-kegiatan investasi portofolio atau finansial ini biasanya
berlangsung melalui lembaga-lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana
investasi, yayasan pensiun dan sebagainya (Salvatore,1997).
Dibandingkan dengan investasi portofolio, penanaman modal asing lebih
banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya jangka panjang, banyak
memberikan andil dalam alih teknologi, alih ketrampilan manajemen, membuka
lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini sangat penting bagi negara sedang
berkembang seperti Indonesia, mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah
untuk menyediakan lapangan pekerjaan.
2.2.
Landasan Teori Investasi
Dalam analisis teori neoklasik tradisional dan teori pertumbuhan endogen,
penanaman modal asing (PMA) mempunyai peranan yang positif bagi negara
12
berkembang. Dengan adanya investasi asing, maka diharapkan dapat mengisi
kesenjangan antara persediaan tabungan, cadangan devisa, penerimaan pemerintah
dan keahlian manajerial yang terdapat di negara penerimanya dengan tingkat
persediaan yang dibutuhkan untuk mencapai target-target pertumbuhan dan
pembangunan.
Model pertumbuhan Harrod-Domar mengungkapkan adanya suatu bentuk
hubungan langsung antara tingkat tabungan neto suatu negara (s) dengan tingkat
pertumbuhan outputnya (g) dengan persamaan g = s/k dimana k adalah rasio
modal-output. Jika pertumbuhan output nasional (g) ditargetkan sebesar 7 persen
per tahun dan rasio modal-output sama dengan 3, maka tingkat tabungan yang
dibutuhkan negara tersebut adalah sebesar 21 persen yang diperoleh dari
persamaan s=gk. Tetapi jika jumlah tabungan domestik yang dapat dimobilisasi
hanya 16 persen dari GDP, maka terdapat kesenjangan tabungan (saving gap)
sebesar 5 persen. Negara tersebut dapat mengisi kesenjangan tabungan dengan
sumber-sumber finansial dari luar negeri agar dapat mencapai sasaran
pertumbuhannya (Todaro dan Smith, 2006)
Pos pendapatan nasional membagi Produk Domestik Bruto (Gross
Domestik Product) menjadi empat kelompok pengeluaran dan investasi
merupakan salah satu komponennya. Produk Domestik Bruto merupakan
penjumlahan dari keempat komponen yang dituliskan dengan persamaan :
Y = C + I + G + NX
Dimana :
Y
= Pendapatan nasional
13
C
= Konsumsi
I
= Investasi
G
= Belanja pemerintah
NX
= Ekspor netto
Persamaan ini disebut persamaan pos pendapatan nasional (national income
accounts identity).
(a) Keynessian Cross
Pengeluaran, E
Y=E
E2=C+I+G+NX
E1=C+I+G+NX
Y1
(b) Kurva Investasi
Suku bunga,
r
Suku bunga,
r
r1
r1
r2
I2
Output, Y
Output, Y
(c) Kurva IS
r2
I(r)
I1
Y2
IS
Y1
Y2
Output, Y
Sumber : Mankiw, 2006
Gambar 2.1. Hubungan investasi dan pertumbuhan ekonomi
Gambar 2.1. menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dan investasi yang
dapat dituliskan dalam fungsi investasi dengan persamaan sebagai berikut :
I = I(r)
14
Tingkat bunga merupakan biaya dari investasi, maka penurunan suku bunga dari
r1 ke r2 akan meningkatkan jumlah investasi, dengan demikian slope fungsi
investasi negatif yang ditunjukkan oleh grafik panel a. Pada Keynessian cross
peningkatan investasi yang terjadi menggeser fungsi pengeluaran yang
direncanakan (E1) keatas dari E1 ke E2. Pergeseran fungsi pengeluaran akan
meningkatkan pendapatan (output) dari Y1 ke Y2. Penurunan tingkat bunga akan
menaikkan investasi yang kemudian berdampak pada kenaikan output
(pendapatan).
Kurva IS menghubungkan tingkat bunga dengan pendapatan yang berasal
dari fungsi investasi dan Keynessian cross. Semakin rendah tingkat bunga akan
mendorong peningkatan investasi, selanjutnya akan menyebabkan meningkatnya
pendapatan yang juga berarti terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jadi
adanya peningkatan investasi di suatu negara akan mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.
Pengeluaran untuk konsumsi barang bertujuan untuk menyediakan
kebutuhan rumah tangga pada saat sekarang, sedangkan pengeluaran untuk barang
investasi bertujuan untuk meningkatkan standar hidup di tahun-tahun yang akan
datang. Tetapi belanja investasi ini mempunyai peran yang penting tidak hanya
pada jangka panjang saja, namun juga pada siklus bisnis jangka pendek karena
investasi merupakan unsur dari GDP yang paling sering berubah.
Ada tiga jenis pengeluaran investasi yaitu investasi tetap bisnis (business
fixed investment) mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk
proses produksi. Investasi residensial (residential investment) mencakup rumah
15
baru yang dibeli orang untuk tempat tinggal dan yang dibeli tuan tanah untuk
disewakan. Investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang–barang
yang disimpan perusahaan digudang termasuk bahan-bahan dan persediaan,
barang dalam proses dan barang setengah jadi (Mankiw, 2006).
2.3.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing
Pilihan investor asing untuk menanamkan investasinya dalam bentuk
penanaman modal asing langsung dibanding modal lainnya di suatu Negara
dipengaruhi oleh kondisi dari negara penerima penanaman modal asing (pull
factor) yang dapat terdiri dari kondisi pasar, sumber daya, daya saing, kebijakan
yang terkait dengan perdagangan dan industri serta kebijakan penanaman modal
asing itu sendiri. Selain itu juga kondisi dan strategi dari penanam modal asing
(push factor) dari investor.
Dengan adanya perubahan global pendekatan penanaman modal asing
yang dilakukan oleh negara industri maju berbeda dengan pendekatan yang
dilakukan oleh negara berkembang yang besar. Negara industri maju lebih
mempertimbangkan kebijakan pemerintah yang transparan serta dukungan
infrastruktur. Sementara itu, aliran penanaman modal asing langsung dari negara
berkembang yang besar masih tergantung pada determinan tradisional seperti
market size, tingkat pendapatan, ketrampilan tenaga kerja (labour skill),
infrastruktur dan sumber-sumber lainnya yang dapat memfasilitasi spesialisasi
produksi yang efisien, serta stabilitas politik dan ekonomi yang terjaga.
Disamping itu insentif untuk investasi dalam bentuk kebijakan selektif pemerintah
16
(misalnya keringanan pajak dan penghapusan hambatan untuk masuk)
diperkirakan dapat memengaruhi aliran penanaman modal asing baik secara
langsung maupun tidak langsung (Kurniati, 2007) Adapun faktor-faktor ekonomi
yang memengaruhi aliran masuk penanaman modal asing adalah :
a.
Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi (BPS, 2008). Menurut Dumairy (1996), penghitungan PDRB dapat
dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan yaitu :
1.
Pendekatan Produksi.
Menurut pendekatan produksi PDRB merupakan jumlah nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu
negara dalam jangka waktu setahun. Unit-unit produksi dimaksud secara
garis besar dipilah-pilah menjadi sembilan sektor atau lapangan usaha
yaitu (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri
pengolahan, (4) listrik, gas dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan,
(7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaa dan jasa
perusahaan, dan lainnya, dan (9) jasa-jasa.
2.
Pendekatan Pendapatan.
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksiyang turut serta dalam produksi di wilayah suatu Negara dalam
17
jangka waktu setahun. Balas jasa produksi dimaksud meliputi upah dan
gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semuanya dihitung
sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Dalam definisi ini PDRB juga mencakup penyusutan dan pajak-pajak tak
langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut
nilai tambah bruto sektoral. Oleh sebab itu PDRB menurut pendekatan
pendapatan merupakan penjumlahan dari nilai tambah bruto seluruh sektor
atau lapangan usaha.
3.
Pendekatan pengeluaran.
PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1)
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari keuntungan, (2) pembentukan modal tetap domestik bruto dan
perubahan stok, (3) pengeluaran konsumsi pemerintah dan (4) ekspor neto,
dalam jangka waktu setahun.
Salah satu faktor yang mendorong investor melakukan investasi di suatu
daerah adalah karena faktor ekonomi di daerah tujuan, seperti potensi pasar,
sumber daya alam dan daya saing. Potensi pasar digambarkan dengan besarnya
pendapatan daerah tersebut yang dicerminkan oleh nilai Produk Domestik Bruto
(PDRB).
Peranan pendapatan daerah (PDRB) terhadap investasi sangat penting,
karena pendapatan yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan
selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi akan memperbesar permintaan
terhadap barang dan jasa. Tingginya permintaan juga akam meningkatkan
18
keuntungan perusahaan dan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi.
Dengan kata lain, apabila PDRB meningkat maka investasi akan bertambah tinggi
juga. Dengan demikian investasi mendapat pengaruh dari pendapatan daerah
(PDRB).
b.
Inflasi
Inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga umum secara
terus menerus. Sedangkan tingkat inflasi menggambarkan perubahan harga-harga
dalam suatu tahun tertentu. Indikator yang digunakan untuk mengukur inflasi
adalah indeks harga konsumen, dengan perhitungan sebagai berikut :
Dimana :
: Tingkat inflasi pada periode t
: Indeks Harga Konsumen pada periode t
: Indeks Harga Konsumen pada periode t-1
Inflasi secara tidak langsung mempengaruhi penanaman modal asing,
inflasi yang tinggi membuat harga barang dan jasa menjadi mahal sehingga biaya
input produksi menjadi meningkat. Kondisi ini menyebabkan pelaku usaha harus
meningkatkan harga output sehingga daya saing menjadi rendah. Inflasi juga
mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi rendah, permintaan terhadap barang
dan jasa menurun, akibatnya kegiatan perdagangan lesu dan investor sulit untuk
mendapatkan return dan keuntungan.
19
c.
Keterbukaan Ekonomi
Derajat keterbukaan yang merefleksikan kesediaan suatu Negara/daerah
untuk menerima investasi asing merupakan faktor yang penting untuk menarik
investasi. Globalisasi telah mendorong setiap Negara untuk melonggarkan aturan
mengenai mobilitas barang dan jasa, tenaga kerja, teknologi dan modal. Sehingga
negara menjadi lebih terbuka terhadap ekonomi luar, dimana penanaman modal
asing dan perdagangan menjadi faktor pendorong yang tidak dapat dihindari
(Moosa, 2002).
d.
Upah Minimum Provinsi
Upah minimum provinsi adalah standar upah yang ditetapkan oleh
pemerintah provinsi dalam rangka melindungi kepentingan kaum buruh dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketika terjadi kenaikan
upah maka biaya faktor produksi perusahaan semakin meningkat, jika tidak
diimbangi dengan kenaikan produktivitas pekerja maka keuntungan yang
diperoleh investor berkurang dan investasi akan menurun.
2.4.
Penelitian terdahulu
Asiedu (2002) yang melakukan penelitian tentang determinan FDI pada
negara berkembang khususnya negara-negara di sub Sahara Afrika menghasilkan
bahwa tingginya tingkat pengembalian investasi (return of investment) atau
keuntungan dari investasi dan fasilitas infrastruktur yang baik mempunyai
hubungan yang positif di negara-negara selain negara-negara sub Sahara Afrika
20
tetapi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan di negara-negara sub Sahara
Afrika. Kedua bahwa margin keuntungan (maginal benefit) dari peningkatan
keterbukaan ekonomi lebih kecil untuk negara-negara di sub Sahara Afrika. Jadi
dari penelitian ini bisa ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan dari kebijakankebijakan untuk menarik FDI di negara-negara lain belum tentu juga berhasil bila
diterapkan di Afrika.
Azam dan Lukman dalam penelitiannya tentang determinan FDI di India,
Pakistan dan Indonesia dengan pendekatan kuantitatif dan data periode tahun
1971 sampai tahun 2005 menggunakan model log regresi linier (log linier
regression) menyimpulkan bahwa di Pakistan ukuran pasar, infrastuktur,
keterbukaan ekonomi, ekspektasi investasi domestik mempunyai hubungan yang
positif dan berpengaruh signifikan terhadap FDI pada tingkat 1 persen, sedangkan
hubungan hutang luar negeri dan pajak langsung terhadap aliran FDI mempunyai
hubungan yang negatif. Namun meskipun tingkat inflasi dan konsumsi pemerintah
dalam penelitian ini tidak signifikan bukan berarti variabel tersebut tidak
mempunyai pengaruh pada aliran FDI. Untuk kasus di India hutang luar negeri
mempunyai pengaruh signifikan yang tinggi dan berhubungan negatif pada tingkat
5 persen, infrastruktur signifikan dan positif pada tingkat 1 persen, investasi
domestik berpengaruh signifikan yang tinggi dan positif pada tingkat 5 persen.
Sedangkan tingkat inflasi dan konsumsi pemerintah sama dengan kasus di
Pakistan. Sedangkan hasil penelitian untuk Indonesia mempunyai hasil yang
berbeda dengan studi empiris pada Pakistan dan India. Di Indonesia hampir semua
hasil tidak signifkan secara statistik, hal ini dikarenakan tidak tersedianya data dan
21
data yang digunakan diambil dari indikator pembangunan internasional, sementara
untuk Pakistan dan India data yang digunakan bersumber dari survei ekonomi
yang dilakukan di negara masing-masing.
Jadi dari penelitian ini bisa disimpulkan bahwa hutang luar negeri
mempunyai hubungan yang negatif dengan arus masuk FDI, fasilitas infrastruktur
berpengaruh positif dan signifikan, pada kasus Pakistan efek dari pajak langsung
berpengaruh negatif dan signifikan, sesuai dengan kenyataan bahwa perusahaan
multinasional bertujuan untuk memperoleh keuntungan lebih, sehingga bisa
diasumsikan bahwa perusahaan ini sensitif terhadap pajak dikarenakan pajak
mempunyai dampak langsung terhadap keuntungannya. Investasi domestik
memperlihatkan hubungan yang positif dan signifikan. Keterbukaan ekonomi
berpengaruh secara signifikan dan ini menunjukkan liberalisasi yang mana
kondusif dalam memengaruhi arus masuk FDI.
Untuk meningkatkan FDI di Pakistan, India dan Indonesia, otoritas
manajemen pada negara masing-masing dibutuhkan untuk menjamin stabilitas
ekonomi dan politik, perlengkapan fisik kualitas infrastruktur, menjaga tingkat
inflasi, menarik investasi domestik, membatasi hutang luar negeri, insentif
keuangan, mengurangi bea cukai, kedamaian dan keamanan, hukum dan
kebijakan pemerintah yang konsisten merupakan faktor kunci yang potensial
untuk investor dalam membuat keputusan investasi.
Kurniati,
et.al
(2007)
dalam
penelitiannya
tentang
faktor-faktor
determinan masuknya aliran modal FDI di Asia dan Indonesia serta menguji
dampak investasi yang masuk ke China terhadap FDI yang masuk ke Indonesia
22
menggunakan series data tahun 1992 sampai dengan 2006 menyimpulkan bahwa
determinan emerging Asia, khususnya Indonesia memperkuat hasil survey yang
telah dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional seperti World Economic
Forum, JICA dan lain-lain mengenai motif dari investor asing menanamkan
modalnya di Asia dan Indonesia, dimana investor menaruh perhatian besar
terhadap potensi pasar, masalah efisiensi terkait dengan tenaga kerja dan
infrastruktur serta stabilitas finansial yang tercermin dari stabilitas nilai tukar serta
adanya insentif investasi yang dapat tercermin dari terlibatnya home dan host
country dalam perjanjian investasi bilateral ataupun regional.
Dalam penelitian tersebut untuk kasus Indonesia, kestabilan politik
menjadi faktor yang sangat dipertimbangkan oleh investor disamping faktorfaktor yang telah disebutkan diatas. Oleh karena itu untuk dapat lebih
meningkatkan daya tarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia,
maka pemerintah Indonesia harus meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya,
menjaga stabilitas politik dan keuangan serta memacu penyediaan sarana
infrastruktur (transportasi, listrik, komunikasi), sehingga peningkatan investasi
asing yang masuk akan meningkatkan manfaat yang diperoleh Indonesia sebagai
host country untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih sustainable.
Demikian juga investor sebagai home country akan memperoleh manfaat ekonomi
dari perluasan usaha dan profit usaha. Sedangkan upah buruh tidak signifikan
pengaruhnya terhadap aliran modal FDI ke Indonesia. Diperkirakan bahwa
investor sudah cenderung mempertimbangkan produktivitas tenaga kerja, dengan
demikian penting bagi Indonesia untuk mendorong peningkatan ketrampilan dan
23
pendidikan agar dapat menyediakan tenaga kerja yang memiliki produktivitas
yang tinggi.
Selanjutnya, model gravity yang digunakan dalam penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh positif dari setiap peningkatan FDI ke China
terhadap masuknya investasi ke Indonesia. Hasil ini menunjukkan kesesuaian
dengan teori production networking, dimana tumbuhnya investasi di China
menyebabkan peningkatan produksi dan negara-negara yang melakukan ekspor
bahan baku ke China.
Sutarsono (2010), melakukan penelitian menggunakan data time series
triwulanan dari tahun 1990-2010 tentang determinant foreign direct investment di
Indonesia menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek determinan domestik tidak
signifikan terhadap aliran FDI, tetapi variabel lag, PDB, infrastruktur dan nilai
tukar berkorelasi positif terhadap FDI sedangkan ekspor dan keterbukaan ekonomi
berkorelasi negatif. Dalam jangka panjang aliran FDI secara positif dan signifikan
dipengaruhi oleh PDB, infrastruktur, keterbukaan ekonomi dan nilai tukar,
sedangkan ekspor dan krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap FDI.
Sodik dan Nuryadin (2008), yang melakukan penelitian dengan judul
determinan investasi di daerah : studi kasus provinsi di Indonesia periode tahun
1993 sampai dengan 2003 dengan menggunakan metode panel dinamik. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa indikator market size yaitu laju PDRB
berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah tetapi dengan arah
yang negatif. Hal ini berarti laju pertumbuhan PDRB yang tinggi belum tentu
24
menarik bagi investor. Indikator infrastruktur yaitu daya listrik terpasang tidak
berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah.
Indikator ketenagakerjaan yaitu angkatan kerja dan upah, hanya angkatan
kerja saja yang berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi meskipun dengan
arah yang negatif. Untuk variabel upah tidak berpengaruh terhadap pilihan lokasi
berinvestasi,
ini
dikarenakan
investor
sekarang
ini
sudah
tidak
lagi
mempertimbangkan upah yang murah, tetapi lebih ke hal efisiensi biaya produksi
dan optimalisasi produktivitas sumberdaya yang ada. Adapun indikator
keterbukaan ekonomi (openness) yaitu ekspor berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah.
Sarwedi (2002), melakukan penelitian tentang investasi asing langsung di
Indonesia dan faktor yang memengaruhinya, menggunakan perhitungan kuadrat
terkecil sederhana Ordinary Least Square (OLS) dengan mengaplikasikan model
koreksi kesalahan (error correction model) dan uji kausalitas Granger. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa variabel ekonomi (GDP, growth, wage dan
ekspor) mempunyai hubungan positif dengan FDI, sedangkan variabel
nonekonomi yaitu stabilitas ekonomi mempunyai hubungan negatif.
Phytaloka (2010), melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor
yang memengaruhi penanaman modal asing dan peluang investasi : studi kasus
Kota Cimahi, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model
analisis regresi linier berganda OLS dan analisis shift share. Hasil dari penelitian
ini adalah variabel PDRB, tenaga kerja dan dummy peraturan
berpengaruh
signifikan, sedangkan jalan dan inflasi tidak berpengaruh pada taraf nyata.
25
2.5.
Kerangka Pemikiran
Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang bahwa penanaman
modal asing (PMA) merupakan modal pembangunan dan salah satu sumber
pembiayaan pembangunan yang cukup penting bagi Indonesia khususnya Provinsi
Jawa Timur. Dalam perkembangannya aliran penanaman modal asing yang masuk
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti determinan domestik, krisis ekonomi dan
regulasi. Dalam penelitian ini digunakan determinan domestik utama yang secara
teoritis berkaitan erat dengan aliran penanaman modal asing yaitu Produk
Domestik Bruto (PDRB), keterbukaa ekonomi, inflasi dan upah minimum
provinsi.
Provinsi Jawa Timur dipilih karena nilai investasi masih terbilang rendah
dibandingkan dengan investasi asing yang masuk di provinsi-provinsi lain di
Pulau Jawa. Digunakan determinan domestik sebagai variabel karena secara
teknis variabel tersebut dapat digunakan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur
dalam pengambilan kebijakan untuk menarik investor asing.
Secara skematis kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan dalam
gambar 2.5.
26
Rendahnya
Penanaman Modal Asing
di Provinsi Jawa Timur
Determinan Domestik
PDRB
Keterbukaan
ekonomi
Inflasi
Upah
Minimum
Gambaran Perkembangan PMA
di Provinsi Jawa Timur
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
2.6. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini variabel penanaman modal asing di Provinsi Jawa
Timur merupakan variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi. Sedangkan
PDRB, keterbukaan ekonomi, inflasi dan upah minimum provinsi merupakan
variabel yang memengaruhi atau variabel independen. Berdasarkan teori dan
penelitian terdahulu hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah bahwa
27
PDRB dan keterbukaan ekonomi berpengaruh positif terhadap penanaman modal
asing, sedangkan inflasi dan upah minimum provinsi mempunyai hubungan
negatif terhadap penanaman modal asing.
Download