Surat 2 Yohanes - RADIO GPT OMER

advertisement
Surat 2 Yohanes
(Bagian 33)
-
-
Friday, April 1, 2016
Kita harus mengerjakan keselamatan yang sudah kita terima dengan berpegang kepada Firman
kehidupan, supaya kita berbeda dengan angkatan yang bengkok hatinya (gelap).
Seperti pada jaman Ezra, anak-anak Tuhan dalam kesesakan, di dalam gelap, tetapi Tuhan tetap
menyertai. Tuhan masih meluputkan mereka (Ezr.9:15) dan kehidupan kita berhadapan dengan
Tuhan saat kita mendengar Firman-Nya (Ezr.10:2-3). Anak-anak Tuhan yang bersekutu dengan Izebel
(jemaat Tiatira), mereka dalam keadaan gelap.
Secara jasmani, keadaan Israel yang mengusir perempuan dan anak-anaknya itu sangat berat,
itulah gambaran ikatan kita yang sangat berat untuk kita tinggalkan, tetapi Ezra dan jemaat
bersama-sama bangkit, bangsa Israel menerima Kemurahan Tuhan (Ezr.10:4).
Mengasihi di dalam Kebenaran
2 Yoh. 1:1-3
1:1 Dari penatua kepada Ibu yang terpilih dan anak-anaknya yang benar-benar aku kasihi. Bukan aku saja yang mengasihi kamu,
tetapi juga semua orang yang telah mengenal kebenaran, 1:2 oleh karena kebenaran yang tetap di dalam kita dan yang akan
menyertai kita sampai selama-lamanya. 1:3 Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa, dan dari Yesus Kristus, Anak
Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih.
-
-
-
-
Yang bisa diberikan oleh seorang penatua kepada sidang jemaat adalah Kasih, sebab seorang
penatua adalah seorang yang telah mengalami Kasih Allah dan bahkan tetap tinggal di dalam Kasih
Allah. Dia dipanggil oleh Allah, dipilih oleh Allah, bahkan dipakai oleh Allah.
Seorang penatua adalah seorang raja dan imam, kehidupannya hanya dipakai untuk beribadah dan
melayani Tuhan. Di hadapan Tuhan, seorang penatua memiliki suatu kegiatan yang sangat indah,
sebab kehidupannya senantiasa bersekutu dengan Allah, kehidupan yang sesungguhnya.
Rasul Petrus juga seorang penatua yang dipilih dan ditahbiskan oleh Allah. Dia adalah saksi dari
penderitaan Kristus (1 Pet. 5:1). Perkataan ‘saksi penderitaan Kristus’ menunjuk kepada kurban darah.
Jadi, seorang penatua adalah seorang yang memiliki kurban darah Kristus.
Kurban Darah Kristus menunjuk kepada Kasih dan Kebenaran. Untuk mentahbiskan seseorang
supaya menjadi ‘hamba Allah’, pertama-tama dibutuhkan kurban darah (Kel. 29:1):
1. Kurban lembu jantan muda  Kurban pendamaian atau Kurban penebus dosa (Kasih Karunia)
2. Kurban domba jantan pertama  Kurban penyerahan atau Kurban bakaran (Rahmat)
3. Kurban domba jantan kedua  Kurban tahbisan (Damai Sejahtera)
Kel. 29:10-11
Kurban Penghapus Dosa
29:10 Kemudian haruslah kaubawa lembu jantan itu ke depan Kemah Pertemuan, lalu haruslah Harun dan anak-anaknya meletakkan
tangannya ke atas kepala lembu jantan itu.29:11 Haruslah kausembelih lembu jantan itu di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah
Pertemuan. 29:12 Haruslah kauambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan kaububuh dengan jarimu pada tanduk-tanduk mezbah,
dan segala darah selebihnya haruslah kaucurahkan pada bagian bawah mezbah.
-
-
Page
1
-
Kurban lembu jantan menunjuk kepada Kasih Karunia Allah kepada manusia yang berdosa. Manusia
yang sudah jatuh dalam dosa dan hidup dikuasai oleh dosa, seharusnya dihukum mati, tetapi Allah
menyediakan suatu kurban, yaitu lembu jantan muda, supaya manusia yang berdosa bisa diangkat
dan dibebaskan dari dosa (dihidupkan).
Allah tidak hanya mengampuni dosa, tetapi lebih dari itu Allah ingin membawa kehidupan yang
sudah diampuni ini untuk dipakai sebagai alat yang berharga dan berguna bagi kemuliaan Allah.
Jadi, seorang yang dipakai oleh Allah, sedikitnya adalah orang yang selamat.
Pada kurban penghapus dosa, di mana lembu jantan muda harus disembelih, yang Allah kehendaki
adalah darah. Penumpahan darah yang paling banyak adalah melalui penyembelihan. Darah lembu
jantan muda merupakan permulaan wujud dari Kasih dan Kebenaran Allah.
-
-
Lembu jantan muda menunjuk kepada pribadi Kristus Yesus. Jika rasul Petrus mengatakan bahwa
seorang penatua adalah saksi penderitaan Kristus, berarti seorang penatua adalah seorang yang
sudah mengalami pendamaian, mengalami penebusan – pengampunan dari Allah.
Kehidupan yang mempunyai titik balik yang sangat jelas, dari kehidupan yang berdosa menjadi
kehidupan yang dibenarkan. Dari kehidupan yang berada dalam kegelapan, menjadi kehidupan
yang berada di dalam terang-Nya yang ajaib.
Kegiatan di dalam terang
▫ Sementara tinggal di dalam terang, Allah membawa orang-orang ketebusan-Nya masuk dalam
kegiatan terang, kegiatan yang disediakan oleh Allah.
1. Kegiatan perut, berhubungan dengan makanan (Firman Allah, ibadah Pendalaman Alkitab dan
Perjamuan Kudus)
2. Kegiatan umbai hati, berhubungan dengan darah – penyangkalan daging (Kasih Allah, ibadah Doa
Penyembahan)
3. Kegiatan ginjal, berhubungan dengan air (Roh Kudus, ibadah Persekutuan)
29:13 Kemudian kauambillah segala lemak yang menutupi isi perut, umbai hati, kedua buah pinggang dan segala lemak yang
melekat padanya, dan kaubakarlah di atas mezbah. 29:14 Tetapi daging lembu jantan itu, kulitnya dan kotorannya haruslah kaubakar
habis dengan api di luar perkemahan, itulah korban penghapus dosa.
-
-
-
-
▫
▫
Ketiga kegiatan ini harus dibawa ke atas mezbah untuk mengalami pembakaran sampai habis,
sehingga melalui ketiga kegiatan itu seorang hamba memiliki ‘pikiran dan perasaan’ yang ada pada
Yesus Kristus.
Melalui ketiga kegiatan itu, Allah ingin menguji batin dan hati manusia. Pikiran yang sia-sia dengan
segala pengertiannya yang gelap, harus dibakar. Perasaan yang tumpul yang sering membawa
manusia menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan keserakahan, juga harus dibakar habis sampai
Allah melihat bahwa hamba-Nya benar-benar memiliki pikiran dan perasaan seperti yang ada pada
Yesus – pikiran dan perasaan yang ditandai tanda darah.
Perhatikan: selain ada kegiatan di atas mezbah, juga ada kegiatan di luar perkemahan. Daging,
kulit, dan kotoran harus dibakar di luar perkemahan. Untuk membuktikan bahwa seorang hamba
sudah memiliki pikiran dan perasaan Yesus, Allah mengijinkan untuk menanggung penderitaan
yang dialami oleh Kristus Yesus.
Hanya orang yang memiliki pikiran dan perasaan Kristus, yang siap dan sanggup menerima Kasih
Karunia dari Allah (kemuliaan Allah) yang berupa menderita bersama dengan Kristus. Rasul Paulus
katakan  Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya. (Ibr. 13:13)
Ada iman – keselamatan yang diuji dengan menderita bersama Yesus.
Seorang hamba yang benar-benar memiliki pikiran dan perasan Kristus, mempunyai gairah,
mempunyai kekuatan untuk menyambut penderitaan bersama dengan Kristus, bukan menghindar
atau menyangkali. Seorang yang memiliki pikiran dan perasaan Yesus, mempunyai pandangan yang
benar tentang pengalaman salib.
Rasul Paulus katakan bahwa pengalaman salib bagaikan seseorang yang menantikan atau mencari
kota yang akan datang. Seperti Abraham (Ibr.11:9), ada iman yang disertai dengan penyangkalan
daging, seperti Sarah yang setia dalam penantian (ayat 11-12). Sementara hidup dalam penantian,
dia hidup dalam ucapan syukur sekalipun harus masuk dalam penderitaan bersama Kristus. Dia
adalah saksi penderitaan Kristus, sebab dia benar-benar berada dalam pengalaman bersama Kristus
Page
2
(Ibr. 13:14-16).
Kel. 29:15-18
Kurban Penyerahan atau Kurban Bakaran
29:15 Kemudian haruslah kauambil domba jantan yang satu, lalu haruslah Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya ke atas
kepala domba jantan itu.
-
-
-
-
-
-
▫
▫
▫
▫
Perhatikan baik-baik: dalam ketiga kurban yang disediakan oleh Allah (ayat 10, 15 dan 19), pertamatama Harun dan anak-anaknya harus meletakkan tangannya ke atas kepala (lembu jantan muda atau
domba jantan). Hal ini menjadi suatu ketetapan yang harus dikerjakan oleh seorang imam.
Seorang imam harus terlebih dahulu ada hubungan dengan Kristus Yesus secara pribadi.
Meletakkan tangan di atas kepala bagaikan menyerahkan atau mempercayakan seluruh kehidupan
yang ditandai dengan dosa, kepada Kristus Yesus sebagai Kepala.
Tidak akan terjadi suatu pengampunan jika kita tidak terlebih dahulu mengakui atau menyerahkan
seluruh dosa kepada Tuhan. Tidak akan terjadi keubahan jika kita tidak terlebih dahulu
menyerahkan kehidupan yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita. Jadi, seorang yang
menerima tahbisan dari Allah adalah seseorang yang tahu menempatkan Kristus sebagai Kepala
atas kehidupannya.
Demikian pula pada kurban penyerahan atau kurban bakaran, seorang imam harus tetap
menempatkan Yesus sebagai Kepala atas hidupnya. Mengapa? Supaya terjadi suatu keubahan. Di
dalam kurban bakaran, yang dikehendaki Allah adalah ASAP dan BAU.
Asap terjadi sebab adanya penyembelihan, pemotongan, dan pembakaran. Di dalam pembakaran,
daging dan tulang tidak lagi berbentuk daging atau tulang, tetapi sudah berubah menjadi asap yang
berbau harum di hadapan Allah.
Asap adalah suatu keubahan yang sangat mendasar, bukan saja bentuknya yang berubah, tetapi
sampai kepada sifat dan tabiat. Bahasa Alkitab menyebut ‘keubahan’ dengan istilah
‘pembaharuan’.
Selama kita mempercayakan hidup kepada Tuhan dan menempatkan Tuhan sebagai Kepala atas
kehidupan kita, maka keselamatan yang kita miliki ini awet. Dan di dalam keselamatan ini, Allah
mengerjakan pembaharuan demi pembaharuan.
Jadi, seorang imam bukan saja seorang yang selamat, tetapi seorang yang senantiasa mengerjakan
keselamatannya dengan masuk dalam kegaiatan-kegiatan yang disediakan oleh Allah. Melalui
kegiatan ibadah dan pelayanan, seorang imam mengalami pembakaran-pembakaran yang
mengubahkan kehidupannya.
Proses penyembelihan, pemotongan, dan pembakaran, merupakan penderitaan bagi daging, tetapi
sifat penderitaan itu hanya seketika lamanya. Dan penderitaan yang seketika itu mengerjakan
kemuliaan yang kekal.
Dari ketiga proses di atas, yang memakan waktu paling lama adalah pembakaran. Pembakaran
berlangsung semalam-malaman. Untuk itu, keberadaan api harus dijaga supaya jangan sampai api
menjadi padam.
Ima. 6:8-9, 12-13
Menjaga Api
6:8 TUHAN berfirman kepada Musa: 6:9 "Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban bakaran.
Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah
dipelihara menyala di atasnya.
6:12 Api yang di atas mezbah itu harus dijaga supaya terus menyala, jangan dibiarkan padam. Tiap-tiap pagi imam harus menaruh
kayu di atas mezbah, mengatur korban bakaran di atasnya dan membakar segala lemak korban keselamatan di sana.
6:13 Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan padam."
-
Page
3
-
-
Inilah ketetapan Tuhan sehubungan dengan kurban bakaran, di mana kurban bakaran harus tetap
tinggal di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dengan api yang tetap terjaga (tidak padam).
Selama kita hidup di dunia yang dikuasai kegelapan, kita harus tetap berada di atas mezbah untuk
mengalami pembakaran, mengalami keubahan terus menerus sampai pagi.
Perkataan pagi berarti sampai terang itu datang dan menguasai kehidupan kita. Roh Kudus itu api,
Firman Allah itu api, Kasih Allah itu api. Kasih Allah dinyatakan oleh Tuhan di hari-hari ini melalui
kuasa Roh Kudus, yang menyatakan Firman Allah jangan sampai padam.
Yang bisa kita alami sekarang adalah terang benar-benar bercahaya dalam hati kita (2 Kor.4:6).
-
-
Perhatikan: saat kurban domba jantan itu terkena api, yang terjadi adalah keubahan, yang terjadi
adalah asap dan bau harum yang naik di hadirat Tuhan. Setiap kita mendengar Firman Allah,
sebenarnya pada saat itu kita sedang mengalami pembakaran.
Dalam pembakaran memang ada jeda waktu dari daging sampai jadi abu dan asap: mendengar,
menerima, dan berpegang kepada Firman Allah.
Seharusnya pada saat itu terjadi suatu keubahan yang dikerjakan oleh Firman Allah. Keubahan
merupakan asap dan bau harum di hadirat Tuhan. Jadi, dimulai dari mendengar Firman Allah,
sebenarnya kehidupan kita sudah bisa menyenangkan hati Tuhan.
2 Kor. 3:18
Proses diubah – mendengar, menerima Firman Allah
3:18 Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya
dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.
-
-
Dengan muka yang tidak terselubung (sebab terlebih dahulu sudah berdamai dengan Tuhan) kita bisa
melihat wujud gambar kemuliaan Allah melalui Firman-Nya. Di saat kita memandang Firman-Nya,
api Tuhan yang adalah Roh, mengubah kita menjadi serupa dengan gambar-Nya.
Kita diubah dan diubah dalam kemuliaan yang semakin besar, sampai pagi hari, atau sampai Tuhan
Yesus datang kembali. Jadi, proses keubahan harus terus berlangsung sampai Tuhan Yesus datang
kali kedua. Pada saat itu, kita sudah dalam keadaan sulung, murni, dan tidak bercacat cela.
2 Kor. 4:10-11 Proses diubah – berpengalaman Firman Allah
4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh
kami. 4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus
menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.
-
-
-
▫
Inilah proses pembakaran. Perhatikan kata ‘senantiasa’ dan ‘terus menerus’, itulah api yang harus
selalu membakar kehidupan kita. Kita tidak hanya diijinkan untuk mendengar Firman Allah, tetapi
juga mengalami pengalaman Firman.
Senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh sama artinya masuk dalam pembakaran.
Yang dihasilkan dari pembakaran adalah kehidupan Yesus, itulah kehidupan yang sebenarnya.
Terjadi suatu keubahan yang sangat mendasar. Jika dulu hidup kita adalah kehidupan daging, tetapi
setelah mengalami pembakaran, diubah menjadi kehidupan Yesus.
Terus menerus diserahkan kepada maut, itulah api yang membakar, supaya terjadi suatu
pembaharuan yang nyata di dalam tubuh ini. Tubuh yang awalnya dikuasai oleh dosa, sekarang
dikuasai oleh Yesus. Sekalipun kita masih mempergunakan tubuh yang fana, tetapi kehidupan Yesus
sudah menjadi nyata.
Inilah yang dikehendaki oleh Yesus, bukan hanya selamat, tetapi menjadi kehidupan yang
senantiasa mengalami pembaharuan-pembaharuan. Jadi, seorang penatua yang menjadi saksi
penderitaan Kristus adalah seorang imam yang bukan hanya selamat, tetapi terus menerus
mengalami keubahan sampai Tuhan Yesus datang kali kedua.
1 Pet. 5:1
5:1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan
mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.
-
Page
4
-
Rasul Petrus menulis dengan suatu kepastian. Seorang yang menjadi saksi penderita Kristus, pasti
akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan oleh Kristus Yesus. Arah
penderitaan atau pembakaran bersama Kristus adalah menuju kemuliaan kekal.
Setiap pembakaran yang mengasilkan keubahan, mengerjakan kemuliaan. Saat kita dibakar, saat
kita diubah, sebenarnya pada saat itu kita sedang dipermuliakan oleh Tuhan. Hal ini yang harus kita
jaga, supaya pembakaran – keubahan – pembaharuan yang menuju kepada kemuliaan kekal ini
jangan sampai padam, sampai Yesus datang menyatakan kemuliaan-Nya.
Download