AKTIVITAS DAN INTENSITAS PENDAMPINGAN SUAMI DALAM

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan , hlm 10-26
AKTIVITAS DAN INTENSITAS PENDAMPINGAN SUAMI DALAM
KEBERHASILAN INISIASI MENYUSU DINI
Anggit Eka Ratnawati, Rizka Ayu Damayanti
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah
email : [email protected]
ABSTRAK : Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami dalam Keberhasilan Inisiasi
Menyusu Dini. Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami dalam Keberhasilan Inisiasi
Menyusu Dini. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara ibu
sesaat setelah bayi dilahirkan. Beragam manfaat dari IMD adalah agar bayi tetap hangat dan
mendukung keberhasilan menyusui. Oleh karena itu seorang suami mempunyai peran penting
dalam keberhasilan ibu menyusui terutama dalam pelaksanaan IMD. Aktivitas dan intensitas yang
dilakukan suami saat pendampingan IMD menambah rasa percaya diri ibu sehingga akan
mempengaruhi keberhasilan IMD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
dan intensitas pendampingan suami dalam lama waktu keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini di RS
Nur Hidayah Jetis Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan
desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RS
Nur Hidayah Bantul berjumlah 46 orang. Sampel yang digunakan berjumlah 27 orang dengan
teknik purposive sampling. Proses pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Hasil
penelitian dianalisis dengan analisis univariat. Karakteristik responden berdasarkan paritas
mayoritas adalah multigravida 16 orang (59,26%), pekerjaan mayoritas adalah IRT 13 orang
(48,13%), pendidikan mayoritas adalah SMP 14 orang (51,85%), umur mayoritas adalah usia 2035 tahun 21 orang (77,78%). Sebanyak 27 responden seluruhnya melakukan IMD dan didampingi
oleh suami (100%). Sebanyak 23 orang (85,19%) berhasil melakukan IMD ≤ 1 jam dan empat
orang (14,81%) berhasil melakukan IMD > 1 jam. Aktivitas dan intensitas yang banyak
dilakukan suami saat melakukan pendampingan adalah aktivitas yang berkaitan dengan istri
dalam bentuk membelai rambut istri pada responden dengan keberhasilan IMD < 1 jam serta
aktivitas dan intensitas yang dilakukan pada keberhasilan IMD > 1 Jam adalah mengajak istri
berkomunikasi.
Kata Kunci: Aktivitas suami, Intensitas Pendampingan Suami, Inisiasi Menyusu Dini,
keberhasilan IMD
ABSTRACK: Activities and intensity Assistance husband in the Old Time Early Initiation of
Breastfeeding Success. Early Initiation of Breastfeeding (IMD) is the mother's nipples search
behavior shortly after the baby is born. Various benefits of IMD is that babies warm and
successful breastfeeding. Therefore, a husband has an important role in the success of
breastfeeding mothers, especially in the implementation of the IMD. Activities and intensity that
made her husband when mentoring IMD mothers gain confidence that will affect the success of the
IMD. The purpose of this study was to determine the activity and intensity of assistance in the
husband's long time success of Early Initiation of Breastfeeding in RS Nur Hidayah Jetis Bantul,
Yogyakarta. This type of research is an analytic observational with cross sectional study design.
Sampling with purposive sampling technique. Results were analyzed by univariate analysis. A
total of 27 respondents completely do the IMD and was accompanied by her husband (100%). A
total of 23 people (85.19%) successfully IMD ≤ 1 hour and four (14.81%) successfully IMD> 1
hour. Activities and intensity that many husbands do when performing the facilitation of the long
time success of IMD ≤ 1 hour is the wife invite communicate 73.91% and for a long time success
IMD> 1 hour is the wife invite communicate 100%. Characteristics of respondents parity is
multigravida16 the majority (59.26%), the majority of the work is IRT 13 people (48.13%), the
majority of education is junior 14 (51.85%), the majority are aged 20-35 years old 21 people
(77.78%).
Keywords: Activities and Intensity Assistance husband, Early Initiation of Breastfeeding.
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 10 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012, sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Adapun Angka
Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup (BKKBN,
2013).Faktor penyebab utama kematian bayi di Indonesia adalah kematian neonatal
sebesar 46,2%, diare sebesar 15,0%, dan pneumonia sebesar 12,7%. Sedangkan faktor
penyebab kematian neonatal diakibatkan infeksi 36%, prematuritas 28%, dan asfiksia
23% (Sejatiningsih, 2013).
Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi di DIY
mempunyai angka yang relatif tinggi, yaitu sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup (target
MDG’s sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015). Apabila melihat angka
hasil SDKI 2012 tersebut, maka masalah kematian bayi merupakan hal yang serius yang
harus diupayakan penurunannya agar target MDGS’s dapat dicapai (Dinkes DIY, 2013).
Angka kematian bayi ini tidak berdiri sendiri melainkan terkait dengan faktorfaktor lain, terutama gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan, dan gizi bayi itu sendiri
sebagai faktor tidak langsung maupun langsung sebagai penyebab kematian bayi. Oleh
karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius.
Gizi untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah adalah ASI atau Air Susu Ibu
(Lusie, 2009).
Keberhasilan pemberian ASI didukung dengan upaya untuk melakukan inisiasi
menyusu dini (IMD). IMD diketahui sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah tingginya kematian neonatal. Perilaku yang diharapkan dari neonatal
saat inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat
setelah bayi lahir (Prasetyono, 2012).Tidak hanya itu, IMD juga besar manfaatnya
terhadap keberhasilan menyusui dan memberi bayi kesempatan untuk belajar menemukan
puting susu ibunya. IMD pun membantu bayi untuk menjaga kemampuan bertahan hidup
secara alami (Wulandari, 2009).
Berdasarkan penelitian WHO di enam negara berkembang, resiko kematian bayi
antara usia sembilan sampai 12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui.
Untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%.
Sekitar 40% kematian balita terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi
Menyusu Dini meningkatkan keberhasilan menyusui eksklusif dan lama menyusui
sampai dua tahun. Dengan demikian, dapat menurunkan kematian anak secara
keseluruhan (Syamsuriani, 2013).
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 11 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
Menurut penelitian di Ghana, dalam jurnal ilmiah Pediatric jika bayi diberi
kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu
(setidaknya selama satu jam) maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan.
16% bayi usia 28 hari dapat diselamatkan jika diberikan ASI pertama 24 jam pertama dan
di atas dua jam. Mengacu pada hasil penelitian ini, maka program Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia dalam bulan
pertama kelahiran (Roesli, 2008).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan penurunan persentase bayi yang menyusui
eksklusif sampai dengan enam bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI kurang dari satu jam
setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan terendah di Maluku
(13%) dan di Sulawesi Selatan hanya 30,1%. Sebagian besar proses Inisiasi Menyusu
Dini dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun masih ada 11,1 %
yang dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2010).
Berdasarkan penelitian jika bayi yang baru lahir dipisahkan dengan ibunya maka
hormon stres akan meningkat 50%. Otomatis, hal tersebut akan menyebabkan kekebalan
atau daya tahan tubuh bayi menurun. Bila dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi
maka hormon stres akan kembali turun. Sehingga bayi menjadi lebih tenang, tidak stres
pernafasan dan detak jantung lebih stabil (Wulandari, 2009).
Pada proses IMD dibutuhkan kesiapan mental ibu. Ibu tidak boleh merasa risih
ketika bayi diletakkan di atas tubuhnya. Saat inilah, dukungan dan pendampingan dari
keluarga, terutama suami, sangat dibutuhkan oleh ibu yang akan melakukan IMD usai
melahirkan. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan suami antara lain memberikan
perhatian kepada istri, misalnya mengelus-elus rambut disertai mengungkapkan kalimat
yang menenangkan hati (Prasetyono, 2012).
Suami merupakan keluarga yang paling dekat dengan ibu melahirkan.
Pendampingan suami akan mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
yang dilakukan ibu yang baru melahirkan. Kehadiran suami mendatangkan rasa tenang
dan aman bagi ibu, serta percaya diri sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan IMD.
Hal ini juga didukung dengan hasil yang menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan
suami dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada ibu post partum (Fitriana, 2015).
Seorang suami atau ayah mempunyai peran penting dalam keberhasilan ibu
menyusui. Perasaan dan semangat ibu untuk menyusui dan untuk terus memberikan yang
terbaik bagi anaknya sangat bergantung pada peran suami atau ayah untuk terus menjaga
suasana kondusif. Proses menyusui menjadi terhambat bila kondisi ayah dan ibu tidak
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 12 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
harmonis, ibu tidak mendapat dukungan dari suami, tidak bisa berkomunikasi dengan
baik dan perasaan ibu yang tidak aman dan nyaman (Sari, 2011).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RS
Nur Hidayah
didapatkan ibu yang bersalin pada bulan Desember 2015 sebanyak 46 orang. Dari jumlah
tersebut sebanyak 74 % sudah melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Peneliti juga
mewawancarai dua orang suami tentang manfaat Inisiasi Menyusu Dini dengan
pendampingan suami. Suami sudah melakukan pendampingan tetapi belum mengerti
tentang pendampingan yang benar dan manfaat dari Inisiasi Menyusu Dini. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dan intensitas pendampingan suami
dalam keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini.
METODE
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik observasional. Pendekatan waktu
yang digunakan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
bersalin di RS Nur Hidayah pada bulan Desember 2015. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi; Ibu bersalin dengan persalinan
normal maupun tindakan, keadaan umum baik ditunjukan dengan indikator tanda-tanda
vital normal, berat lahir bayi 2500 - 4000 gram, Apgar score > 7. Berdasakan hasil
observasi dari 46 ibu bersalin 27 orang yang memenuhi kriteria. . Instrumen
menggunakan lembar observasi untuk melihat aktivitas dan intensitas pendampingan
suami serta lama waktu keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini. Indikator keberhasilan IMD
dibagi menjadi dua kategori yaitu < 1 jam dan > 1 jam. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Karakteristik Responden
Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden disajikan pada tabel berikut
ini:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik
≤ 1 Jam
> 1 Jam
Total
n
%
n
%
n
%
Paritas
Primigravida
10
37,04
1
3,70
11
40,74
Multigravida
13
48,15
3
11,11 16
59,26
Total
23
85,19
4
14,81 27
100
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 13 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
Pekerjaan
IRT
Buruh
Wiraswasta
Karyawan
Total
Pendidikan
SMP
SMA
PT
Total
Umur
20-35
>35
Total
13
6
3
1
23
48,15
22,22
11,11
3,70
85,18
0
1
1
2
4
0
3,70
3,70
7,41
14,81
13
7
4
3
27
48,15
25,93
14,81
11,11
100
13
9
1
23
48,15
33,33
3,70
87,18
1
3
3,70
11,11
4
14,81
14
12
1
27
51,86
44,44
3,70
100
23
85,19
4
4
14,81
14,81
23
4
27
85,19
14,81
100
23
85,19
Berdasarkan tabel 1 karakteristik responden dalam waktu keberhasilan ≤ 1 jam
mayoritas paritas multigravida sebanyak 13 orang (48,15%), mayoritas pekerjaan IRT
sebanyak 13 orang (48,15%), mayoritas pendidikan SMP sebanyak 13 orang
(48,15%), mayoritas umur 20-35 tahun sebanyak 23 orang (85,19%). Sedangkan
karakteristik responden dalam waktu keberhasilan > 1 jam mayoritas paritas
responden multigravida sebanyak tiga orang (11,11%), mayoritas pekerjaan karyawan
sebanyak dua orang (7,41%), mayoritas pendidikan SMP sebanyak 14 orang
(51,86%), mayoritas umur >35 tahun sebanyak empat orang (14,81%).
2. Waktu Keberhasilan IMD
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini
Lama Inisiasi Menyusu Dini
N
%
≤1 Jam
23
85,19%
>1 Jam
4
14,81%
Jumlah
27
100
Berdasarkan tabel 2 sebagian besar responden dengan waktu keberhasilan
Inisiasi Menyusu Dini ≤ 1 Jam sebanyak 23 orang (85,19%) .
3. Aktivitas Pendampingan Suami
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Aktivitas Suami
Responden
1
Waktu
Keberhasilan
≤1
>1 jam
Jam
√
Aktivitas
Memperbaiki posisi bantal istri
Menyelimuti kaki istri
Mengajak istri berkomunikasi
n
%
4
14,81
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 14 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
2
3
√
√
4
√
5
6
7
8
9
10
√
√
√
√
√
√
11
12
13
14
√
√
√
√
Mencium kepala bayi
Memperbaiki posisi istri
Memberikan istri minum
Mengelus kepala bayi
Membelai rambut istri
Mengajak istri berkomunikasi
Memberikan istri minum
Memegang tangan istri
Memegang bayi
Mengusap keringat istri
Memberikan istri minum
Mengajak istri berkomunikasi
Mencium kening istri
Membelai rambut istri
Memperbaiki posisi bayi
Memegang tangan istri
Mengajak istri mengobrol
Memberikan istri minum
Mencium kepala bayi
Memegang tangan istri
Mengajak istri berkomunikasi
Mengusap keringat istri
Memberikan istri minum
Memperbaiki poisisi bayi
Memegang tangan istri
Mengajak istri berkomunikasi
Mengajak istri berkomunikasi
Menyentuh bayi
Menyentuh rambut istri
Memperbaiki selimut istri
Mengajak istri mengobrol
Mengelus rambut istri
Menyuapi istri makanan
Menyelimuti bayi
Mengelus kepala bayi
Memberikan istri minum
Memperbaiki selimut istri
Memperbaiki bantal istri
Memperbaiki bantal istri
Memperbaiki poisisi bayi
Memberikan istri minum
Mengajak istri berkomunikasi
Memperbaiki rambut istri
Memegang tangan istri
Mencium bayi
Memberikan istri minum
Memperbaiki posisi bantal istri
Memberikan istri minum
Memegang tangan istri
Mengajak istri berkomunikasi
Menyentuh bayi
Mencium kening istri
Mencium kepala bayi
Mengelus kepala istri
Berkomunikasi dengan bayi
5
18,51
3
11,11
3
11,11
5
18,51
4
14,81
5
18,51
3
11,11
5
18,51
3
11,11
5
18,51
5
18,51
4
14,81
4
14,81
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 15 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
15
√
16
√
17
√
18
√
19
√
20
21
22
23
24
25
26
27
√
√
√
√
√
√
√
√
Memberikan istri minum
Menyuapi istri makanan
Mencium kepala bayi
Memegang tangan istri
Mengajak istri berkomunikasi
Berkomunikasi dengan bayi
Mengusap keringat istri
Memperbaiki selimut istri
Memberikan istri minum
mengajak istri berkomunikasi
Memberikan istri minum
Memberikan istri minum
Menyuapi istri makanan
Mengajak istri berkomunikasi
Memperbaiki rambut istri
Memperbaiki selimut istri
Mencium kepala bayi
Mengajak istri berkomunikasi
Mengusap keringat istri
Memegang bayi
Memberikan istri minum
Mengelus kepala bayi
Mengajak istri berkomunikasi
Mengelus kepala bayi
Membelai rambut istri
Memberikan istri minum
Memegang tangan istri
Mengajak istri berkomunikasi
Memberikan istri minum
Memperbaiki poisisi ibu
Menyelimuti bayi
Memperbaiki selimut istri
Menyuapi istri makanan
Memegang bayi
Mengajak istri berkomunikasi
Membelai rambut istri
Mengajak istri berkomunikasi
Memberikan istri minum
Mengellus kepala bayi
Mengajak istri berkomunikasi
Memberikan istri minum
Mencium bayi
Membelai rambut istri
Mengajak istri berkomunikasi
Memegang tangan istri
Memberikan istri minum
2
7,40
4
14,81
3
11,11
2
7,40
6
22,22
4
14,82
1
3,70
5
18,51
4
14,81
5
18,51
3
11,11
4
14,81
3
11,11
Berdasarkan tabel 3 dalam melakukan aktivitas pendampingan Inisiasi Menyusu
Dini dalam lama waktu keberhasilan ≤ 1 jam satu responden paling banyak melakukan
enam aktivitas (22,22%) dan paling sedikit satu aktivitas (3,70%) sedangkan aktivitas
pendampingan Inisiasi Menyusu Dini dalam lama waktu keberhasilan > 1 jam satu
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 16 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
responden paling banyak melakukan lima aktivitas (18,51%) paling sedikit tiga aktivitas
(11,1%).
4. Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Aktivitas Pendampingan Suami dalam waktu
keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini ≤ 1 jam dan > 1 jam
≤ 1 Jam
> 1 Jam
Aktivitas
Intensitas
n
%
Intensitas
n
Mengelus kepala bayi
14
6
26,06
Mencium kepala bayi
3
7
30,42
Memegang tangan istri
10
7
30,42
3
2
Berkomunikasi dengan istri
21
17
73,92
11
4
Berkomunikasi dengan bayi
5
2
8,70
Memberikan istri minum
10
16
69,55
5
3
Menyuapi makanan
6
4
17,38
Membelai rambut istri
25
7
30,44
6
1
Memperbaiki posisi bantal istri
1
2
8,69
1
1
Mengusap keringat istri
2
3
13,04
1
1
Memperbaiki posisi bayi
2
1
4,35
5
2
Mencium kening istri
1
1
4,35
1
1
Memperbaiki selimut istri
3
6
26,08
Memegang bayi
14
5
21,74
Memperbaiki posisi istri
2
2
8,69
Menyelimuti bayi
2
2
8,69
Mengikat rambut istri
1
1
4,35
-
Berdasarkan tabel 4 aktivitas pendampingan suami dalam lama waktu ≤
1 jam yang paling banyak dilakukan adalah berkomukasi dengan istri sebanyak
17 responden (73,91%) dengan intensitas 21 kali dan paling sedikit adalah
memperbaiki posisi bayi, mencium kening istri dan mengikat rambut istri
masing-masing sebanyak satu responden (4,35%) dengan intensitas paling
sedikit satu kali. Sedangkan aktivitas pendampingan suami dalam lama waktu
> 1 jam yang paling banyak adalah berkomunikasi dengan istri sebanyak empat
responden (100%) dengan intensitas 11 kali dan paling sedikit adalah
mengusap keringat istri, memperbaiki posisi bantal istri, mencium kening istri
dan membelai rambut istri masing-masing sebanyak satu orang (25%) dengan
intensitas masing-masing satu kali dan enam kali.
Berdasarkan tabel 4 intensitas dari aktivitas pendampingan suami dalam
lama waktu keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini ≤ 1 jam yang paling banyak
adalah membelai rambut istri sebanyak 25 kali dan yang paling sedikit adalah
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 17 %
50
100
75
25
25
25
25
25
-
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
memperbaiki posisi bantal istri, mencium kening istri, mengikat rambut istri
masing-masing sebanyak satu kali. Sedangkan intensitas dari aktivitas
pendampingan suami dalam lama waktu keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini >1
jam paling banyak adalah mengajak istri berkomunikasi sebanyak 11kali dan
paling sedikit adalah memperbaiki posisi bantal, mencium kening istri,
mengusap keringat istri masing-masing sebanyak satu kali.
Aktivitas pendampingan suami yang berkaitan dengan dukungan kepada
istri adalah memegang tangan istri, berkomunikasi dengan istri, memberikan
istri minum, menyuapi makanan, membelai rambut istri, memperbaiki posisi
bantal istri, mengusap keringat istri, mencium kening istri, memperbaiki
selimut istri, memperbaiki posisi istri, mengikat rambut istri dengan intensitas
paling banyak adalah berkomunikasi dengan istri sebanyak 21 responden
(77,77%) dengan intensitas 31 kali. Sedangkan aktivitas pendampingan suami
yang berkaitan dengan dukungan kepada bayi adalah mengelus kepala bayi,
mencium kepala bayi, berkomunikasi dengan bayi, memperbaiki posisi bayi,
memegang bayi, menyelimuti bayi dengan intensitas paling banyak adalah
mencium kepala bayi sebanyak tujuh responden (25,93%) dengan intensitas
tiga kali. Jadi berdasarkan hasil penelitian didapatkan aktivitas dan intensitas
pendampingan suami yang paling banyak adalah aktivitas yang berkaitan
dengan istri
Pembahasan
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 mayoritas multigravida sebanyak 16
orang (59,26%). Pada lama waktu keberhasilan Insiasi Menyusu Dini ≤ 1 jam didapatkan
sebanyak 13 responden (48,15%) dengan paritas multigravida sedangkan pada waktu
keberhasilan > 1 jam didapatkan sebanyak tiga responden (11,11%) dengan paritas
multigravida.
Paritas berkaitan dengan arah pencarian informasi tentang pengetahuan ibu
dalam menyusui. Pengalaman yang diperoleh ibu dapat memperluas pengetahuan
seseorang dalam pemberian ASI. Paritas akan mempengaruhi keberhasilan Inisiasi
Menyusu Dini karena ibu sudah ada pengalaman pada persalinan sebelumnya (Nasihah,
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 18 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
2010). Hal ini sejalan dengan teori. Fauziah (2009) pada seorang ibu yang mengalami
laktasi kedua dan seterusnya cenderung untuk lebih baik daripada yang pertama. Laktasi
kedua yang dialami ibu berarti ibu telah memiliki pengalaman dalam menyusui anaknya.
Begitu pula dalam laktasi ketiga dan seterusnya. Sedangkan pada laktasi pertama ibu
belum mempunyai pengalaman dalam menyusui sehingga ibu tidak mengetahui
bagaimana cara yang baik dan benar unruk menyusui bayinya. Menurut penelitian Nelvi
(2009), bahwa ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak (primipara) masalahmasalah menyusui sering timbul, berbeda dengan ibu-ibu multipara yang sudah pernah
menyusui sebelumnya lebih baik daripada yang pertama. Dalam penelitian ini hasil yang
didapatkan sejalan dengan Fauziah (2009) pada seorang ibu yang mengalami laktasi
kedua dan seterusnya cenderung untuk lebih baik daripada yang pertama.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan yang terbanyak adalah IRT sebanyak 13 orang (48,15%). Dalam penelitian ini
didapatkan hasil bahwa ibu yang berkerja sebagai IRT angka keberhasilan dalam Inisiasi
Menyusu Dini lebih tinggi dibandingkan dengan yang berkerja yaitu sebanyak 13
responden (48,15%) mampu melakukan Inisiasi Menyusu Dini ≤ 1 jam, Sedangkan untuk
waktu keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini > 1 jam sebanyak satu responden (3,70%)
bekerja sebagai buruh, wiraswasta sebanyak satu responden (3,70%) dan karyawan
sebanyak dua responden (7,41%).Pekerjaan akan mempengaruhi keberhasilan Inisiasi
Menyusu Dini karena jika ibu sibuk berkerja akan sedikit informasi untuk menggali
manfaat dari pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (Zakarsyi, 2011). Hasil penelitian ini
sejalan dengan teori Zakarsyi (2011) bahwa pekerjaan akan mempengaruhi keberhasilan
Inisiasi Menyusu Dini karena jika ibu sibuk berkerja akan sedikit informasi untuk
menggali manfaat dari pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini.
Berdasarkan tabel
karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang
terbanyak adalah SMP sebanyak 14 orang (51,86%). Dengan pemahaman dan
pelaksanaan yang baik tentang Inisiasi Menyusu Dini, seorang ibu telah meletakkan dasar
yang baik dan kuat bagi tumbuh kembang anak (Roesli U, 2008). Hal ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Sirajuddin dan Lumula (2013) bahwa pendidikan
berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan p= 29,51. Pendidikan
yang cukup berpengaruh 5,9 kali lebih besar dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
dibandingankan dengan ibu yang berpendidikan kurang karena semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin tinggi juga daya penalaran terhadap informasi yang diberikan
sehingga lebih mudah melakukan tindakan. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 19 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
teori Amalia (2009) frekuensi menyusui lebih tinggi diantara wanita terpelajar. Ibu yang
terpelajar lebih menyadari keuntungan fisiologis dan psikologis dari menyusui. Ibu
terpelajar lebih termotivasi memiliki kesempatan lebih banyak untuk mendapat informasi
serta mempunyai fasilitas yang lebih baik dari posisi yang diperolehnya ditempat kerja.
Sehingga lebih memungkinkan untuk memberikan ASI secara baik dan benar dari wanita
kurang terpelajar.
Berdasarkan tabel 1 karakteristik responden berdasarkan umur yang terbanyak
adalah usia 20-35 tahun sebanyak 21 orang (77,77%). Berdasarkan hasil penelitian
kategori umur produktif (20-35 tahun) berhasil melakukan Inisiasi Menyusu Dini ≤ 1 jam
sebanyak 23 responden (85,19%) dan sebanyak empat responden (14,81%) dengan umur
>35 tahun melakukan Inisiasi Menyusu Dini > 1 jam Responden yang melakukan Inisiasi
Menyusu Dini berada direntang umur 20-35 tahun tahun, yang merupakan periode yang
paling baik untuk melahirkan dan menyusui, sehingga mendukung pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (Lucie, 2009). Hal tersebut juga sejalan dengan teori dari Prawiroharjo
(2008) bahwa responden dalam usia yang aman dalam mengatur kesuburan untuk proses
kehamilan, persalinan dan menyusui serta mendapat bayi sehat untuk hamil yaitu 20-35
tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Nelvi (2009) bahwa periode umur yang
baik untuk menyusui adalah sekitar 20 – 35 tahun karena bila umur kurang dari 20 tahun
wanita masih dalam masa pertumbuhan walaupun faktor biologisnya sudah siap namun
aspek psikologisnya belum matang. Begitu pula jika ibu menyusui pada umur lebuh dari
35 tahun maka masalah kesehatan akan sering timbul dengan komplikasi.
Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai
menyusu sendiri segera setelah lahir. Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi baru
lahir diatas perut ibu atau dada ibu, dalam waktu hampir satu jam bayi akan merangkak
mencari puting susu ibunya dan mulai menyusu sendiri (Roesli U, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 27 responden (100%) seluruhnya
didampingi oleh suami saat melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Sebanyak 23 responden
(85,19%) melakukan Inisiasi Menyusu Dini ≤ 1 jam dan sebanyak empat responden
(14,81%) melakukan Inisiasi Menyusu Dini > 1 jam. Satu jam pertama setelah bayi lahir
adalah kesempatan emas yang akan menentukan keberhasilan ibu untuk menyusui
bayinya secara optimal karena bayi sudah terlatih secara naluriah menemukan sendiri
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 20 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
puting susu ibunya. Bila bayi bisa menyusu dalam 20-30 menit akan membantu bayi
memperoleh ASI pertamanya, membangun ikatan kasih sayang ibu dan bayi, sehingga
dapat meningkatkan produksi ASI yang akhirnya proses menyusu berikutnya akan lebih
baik (Roesli U, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rukma (2009)
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan kecepatan
keluarnya ASI pada ibu post partum. ASI dapat dipercepat dengan cara menetekkan
langsung bayi yang baru lahir bahkan sebelum pemotongan tali pusat (Manuaba, 1998).
Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya,
emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu saat Inisiasi Menyusu Dini merangsang
pengeluaran hormon oksitosin yang akan merangsang pengaliran ASI dari payudara
(Roesli, 2012).
Aktivitas Pendampingan Suami
Berdasarkan tabel 3 dalam melakukan aktivitas pendampingan Inisiasi Menyusu
Dini dalam lama waktu keberhasilan ≤ 1 jam satu responden paling banyak melakukan
enam aktivitas (22,22%) dan paling sedikit satu aktivitas (3,70%) sedangkan aktivitas
pendampingan Inisiasi Menyusu Dini dalam lama waktu keberhasilan > 1 jam satu
responden paling banyak melakukan lima aktivitas (18,51%) paling sedikit tiga aktivitas
(11,11%).
Berdasarkan teori Edmon (2006) agar sukses dalam pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini, ayah harus ikut berpartisipasi aktif dalam
mengambil keputusan,
mempunyai sikap yang positif, dan mempunyai pengetahuan yang luas tentang
keuntungan Inisiasi Menyusu Dini. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori (Prasetyono)
2012 bahwa beberapa tindakan yang dapat dilakukan suami antara lain memberikan
perhatian kepada istri, misalnya mengelus-elus rambut disertai mengungkapkan kalimat
yang menenangkan hati dalam proses Inisiasi Menyusu Dini dapat memberikan kesiapan
mental ibu. Ibu tidak boleh merasa risih ketika bayi diletakkan di atas tubuhnya. Saat
inilah, dukungan dan pendampingan dari keluarga, terutama suami, sangat dibutuhkan
untuk keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini usai melahirkan.
Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami
Berdasarkan tabel 4 aktivitas pendampingan suami dalam lama waktu ≤ 1 jam
yang paling banyak adalah berkomukasi dengan istri sebanyak 17 responden (73,91%)
dengan intensitas 21 kali dan paling sedikit adalah memperbaiki posisi bayi, mencium
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 21 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
kening istri dan mengikat rambut istri masing-masing sebanyak satu responden (4,35%)
dengan intensitas paling sedikit satu kali
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin baik pendampingan yang
dilakukan oleh suami maka akan mempercepat keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini.
Pendampingan suami merupakan cara yang efektif yang dilakukan oleh suami untuk
membantu istri mempercepat keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini. Walaupun hanya
dengan mengajak istri untuk berkomunikasi ini sudah menunjukkan dukungan dari
pasangan hidup dan tidak dapat diabaikan karena pengaruhnya sangat besar terhadap
motivasi ibu dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini (Fitriana, 2012).
Pengaruh pendampingan suami pada keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini sesuai
dengan teori pada faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini salah satunya adalah pendampingan anggota keluarga terutama suami
(Aprilia, 2009). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani dan
Mularsih (2011) menyatakan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini pada ibu post partum dengan p value sebesar 0,004 (p value <
0,05). Hal ini membuktikan bahwa antara dukungan saat pendampingan Inisiasi Menyusu
Dini mempengaruhi terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sinclair et al dalam Rokhnawati (2009) bahwa
dukungan dari pasangan hidup tidak dapat diabaikan karena pengaruhnya sangat besar
terhadap motivasi dan pengambilan keputusan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
ibu yang mendapat dukungan dari pasangannya memberikan ASI pada bayinya 83%,
dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapat dukungan dari pasangannya yaitu hanya
21%.
Berdasarkan hasil penelitian aktivitas yang dilakukan suami dengan lama waktu
keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini > 1 jam lebih sedikit dibandingan dengan lama waktu
keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini ≤ 1 jam hanya delapan aktivitas diantaranya
mengajak istri berkomunikasi, memegang tangan istri, memberikan istri minum,
mengusap keringat istri, memperbaiki posisi bantal istri, memperbaiki posisi bayi,
mencium kening ibu, dan membelai rambut ibu. Dikatakan Inisiasi Menyusu Dini
berhasil jika bayi mencapai puting susu ibunya tanpa bantuan siapapun dalam satu jam
setelah kelahiran (Roesli, 2008). Untuk waktu keberhasilaan > 1 jam dikatakan masih
kurang karena dipengaruhi oleh aktivitas yang kurang dilakukan oleh suami saat
melakukan pendampingan Inisiasi Menyusu Dini, hal ini sejalan dengan teori yang
mengatakan bahwa dukungan suami akan menimbulkan rasa nyaman pada ibu sehingga
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 22 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
akan meningkatkan semangat dan rasa nyaman dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(Adiningsih, 2004).
Pada saat suami melakukan pendampingan Inisiasi Menyusu Dini, semakin
banyak aktivitas yang dilakukan istri lebih percaya diri dan semakin yakin untuk
melakukan Inisiasi Menyusu Dini karena merasa lebih dihargai sehingga akan berdampak
pada keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (Fitriana, 2012). Dukungan suami juga dapat
menjadi faktor pendukung keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini pasca persalinan. Bentuk
dukungan yang dapat dilakukan oleh suami antara lain dengan mendampingi ibu dalam
menghadapi proses persalinan (Roesli, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah “Pediatrics” terhadap 115 ibu postpartum, bahwa
suami yang mengerti ASI besar pengaruhnya terhadap keberhasilan menyusui, jadi peran
suami dalam keberhasilan menyusui sangat besar.
Pendampingan dari keluarga terutama suami sangat dibutuhkan oleh ibu yang
bersalin. Selain mendapatkan dukungan mental ibu juga akan merasa terbantu dengan
adanya suami pada saat proses persalinan dan proses Inisiasi Menyusu Dini (Fitriana,
2015). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lumula, dkk (2012)
dimana ibu yang mendapatkan dukungan keluarganya 6,8 kali lebih besar dapat
melakukan Inisiasi Menyusu Dini dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan
dukungan dari keluarganya. Jadi antara dukungan dari keluarga terutama suami sangat
besar pengaruhnya pada keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1.
Karakteristik responden berdasarkan paritas mayoritas adalah multigravida
sebanyak 16 orang (59,26%), berdasarkan pekerjaan mayoritas adalah IRT
sebanyak 13 orang (48,13%), berdasarkan pendidikan mayoritas adalah SMP
sebanyak 14 orang (51,85%), berdasarkan umur mayoritas adalah usia 20-35
tahun sebanyak 21 orang (77,78%).
2.
Seluruh responden melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan didampingi oleh suami
sebanyak 27 orang (100%), sebanyak 23 orang (85,19%) berhasil melakukan
Inisiasi Menyusu Dini ≤ 1 jam dan sebanyak empat orang (14,81%) berhasil
melakukan Inisiasi Menyusu Dini > 1 jam.
3.
Aktivitas yang paling banyak dilakukan suami dengan waktu keberhasilan
Inisiasi Menyusu Dini ≤ 1 jam adalah mengajak istri berkomunikasi sebanyak 17
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 23 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
responden (73,91%) dengan intensitas 21 kali sedangkan aktivitas yang banyak
dilakukan suami dengan waktu keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini > 1 jam
adalah mengajak istri berkomunikasi sebanyak empat orang (100%) dengan
intensitas 11 kali
4.
intensitas dari aktivitas pendampingan suami dalam lama waktu
keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini ≤ 1 jam yang paling banyak adalah
membelai rambut istri sebanyak
25 kali Sedangkan intensitas dari
aktivitas pendampingan suami dalam lama waktu keberhasilan Inisiasi
Menyusu Dini >1 jam paling banyak adalah mengajak istri berkomunikasi
sebanyak 11kali aktivitas dan intensitas pendampingan suami yang paling
banyak adalah aktivitas yang berkaitan dengan istri
Bagi RS, untuk meningkatkan konseling tentang manfaat pendampingan suami
pada pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada suami dan ibu bersalin dan
mempertahankan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini yang sudah berjalan.
Bagi Institusi Pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan
referensi guna meningkatkan atau mengembangkan penelitian selanjutnya terutama yang
berhubungan dengan Inisiasi Menyusu Dini.
Bagi Ibu
Bersalin,diharapkan sebelumnya responden pernah mendapatkan
informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini dari bidan pada saat ANC Trimester III sehingga
responden dapat kooperatif saat pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini.
Bagi Peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor
Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini.
DAFTAR RUJUKAN
Amalia. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Segera Pada
Bayi Baru Lahir di RSUD Kabupaten CianjurTesis FKM UI. Diakses pada
tanggal 06 Juni 2016
Aprillia, Y. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Kepada Bidan di Kabupaten Klaten. Tesis Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Program Pascasarjana UNDIP. dalamhttp://eprints.undip.ac.id.
Diakses pada tanggal 31 Desember 2015 pukul 16.00 WIB.
Dinas Kesehatan DIY.2013. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012.
Yogyakarta: Dinkes DIY.
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 24 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
Fauziah. 2009. Faktor – faktor yang berhubungan Dengan Menyusu Pertama Kali pada
Bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta Tesis Universitas Islam Negeri.
Diakses tanggal 06 Juni 2016
Fitriana. 2015. Hubungan Pendampingan Suami Pada Ibu Bersalin Serta Dukungan
Tenaga Kesehatan dengan Keberhasilan Inisiasi MenyusuDini.
https://digilib.uns.ac.id. Diakses tanggal 22 Oktober 2015 pukul 17.00 WIB.
Lumula, dkk. 2012. Determinan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Artikel
Penelitian Program Studi Gizi dan Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat
UNHAS. http://pasca.unhas.ac.id. Diakses tanggal 22 Oktober 2015.
Manuaba. 1998. Memahami Kesepro Wanita. Jakarta: Arcan.
Nasihah dan Muhaijiran. 2010. Hubungan Antara Paritas Dengan Pemberian Kolostrum
Pada Ibi Post Partum. Artikel Peneltian Universitas Muhammadiyah
Surakarta. https://www.google.co.id/url. Diakses tanggal 31 Mei 2016.
Nelvi. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Inisiasi Pemberian ASI di RB Puskesmas
Jakarta Pusat Tahun 2009 Tesis FKM UI. Diakses pada tanggal 06 Juni 2016.
Prasetyono, DS.
2012. Buku Pintar ASI Eksklusif: Pengenalan, Praktik, dan
Kemanfaatan-kemanfaatannya. Yogyakarta: DIVA Press.
Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif,.Jakarta: Pustaka Bunda.
Roesli. 2012. Panduan Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta :Pustaka Bunda.
Rukma Dwi. 2009. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kecepatan Keluarnya ASI
Pada Ibu Post Partum. Artikel Peneltian Universitas Muhammadiyah
Surakarta. https://www.google.co.id/url. Diakses tanggal 31 Mei 2016.
Sari. 2011. Hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap, dan dukungan ayah terhadap
pemberian ASI Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Takang Kabupaten
Solok tahun 2011.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan
Kebidanan Komunitas UI. http://lib.ui.ac.id. Diakses pada 13 Januari 2016
pukul 16.00 WIB.
Sejatiningsih, S dan Raksanagara, AS. 2013. Program Inisiasi Menyusu Dini dalam
rangka Menurunkan Angka Kematian Neonatal. Jurnal Program Studi
Magister
IKM
Pascasarjana
Fakultas
Kedokteran
UNPAD.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/02/Pustaka_unpa
d_Inisiasi_Menyusu_Dinipdf. Diakses tanggal 31 Desember 2015 pukul 17.00
WIB.
Syamsuriani. 2013. Pengaruh Pendidikan Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pengetahuan
Ibu
Hamil
Trimester
III.Jurnal
Stikes
Nani
HasanudinMakassar.http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/6/elibrary%20stik
es%20nani%20hasanuddin--syamsurian-271-1-25131051-1.pdf.
Diakses
tanggal 22 Oktober 2015 pukul 17.00 WIB.
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 25 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26
Wardani, L. 2009. Dinas Kesehatan Surabaya. Dikutip dari www.surabaya ehealt.org.
Diakses tanggal 22 Oktober 2015 pukul 18.00 WIB.
Wuldandari,
A.
2014.
Inisiasi
Menyusui
dini
untuk
awali
ASI
Eksklusifhttp://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol1.no2.Juli2009/IN.
Diakses tanggal 22 Oktober 17.10 WIB.
Anggit Eka, dkk, Aktivitas dan Intensitas Pendampingan Suami... 26 
Download