tinjauan pustaka

advertisement
4
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Anggrek Dendrobium Secara Umum
Anggrek memiliki morfologi tanaman yang sama dengan jenis tanaman
yang lain yaitu terdiri dari batang, akar, daun, dan bunga. Sutiyoso dan Sarwono
(2002) menyatakan bahwa batang anggrek terdiri dari dua macam tipe
pertumbuhan yaitu monopodial dan simpodial. Anggrek monopodial memiliki
batang utama yang ujungnya terus tumbuh dan tidak terbatas panjangnya seperti
anggrek jenis Vanda, Phalaenopsis, Renanthera, dan Arachnis. Berbagai jenis
anggrek yang termasuk batang simpodial yaitu Dendrobium, Cattleya, dan
Oncidium. Gunawan (2006) menyatakan bahwa anggrek sympodial yaitu anggrek
dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Batang ini tumbuh terus akan berhenti
setelah mencapai batas maksimum. Pertumbuhan ini akan dilanjutkan oleh anakan
baru (pseudobulb) yang tumbuh disampingnya.
Akar pada tanaman anggrek memiliki ciri-ciri yaitu lunak, mudah patah,
agak licin, dan lengket. Akar anggrek ini dapat berfungsi untuk fotosintesis karena
mengandung klorofil. Bunga anggrek terdiri dari dua tipe yaitu tumbuh di ujung
tanaman
(Acranthe)
dan
tumbuh
diantara
helai
daun
(Pleuranthe)
(Redaksi Agromedia, 2006). Subhan (2011) menyatakan bahwa bunga
Dendrobium terdiri dari (Gambar 1):

Sepal (kelopak bunga) berjumlah 3 helai, berbentuk lanset, meruncing, bulat
dengan ukuran bervariasi tergantung spesiesnya. Sepal tengah disebut dengan
sepallum dorsalis atau kelopak punggung. Sementara dua sepal samping
disebut sepallum lateralis atau kelopak samping.

Petal (mahkota bunga) berjumlah tiga helai. Petal ke tiga di bagian tengah
adalah bagian yang menyatu dan membentuk bibir bunga. Warna petal hampir
sama dengan sepal, kecuali petal ketiga warnanya lebih cerah.

Pollinia atau polen (alat kelamin jantan) berjumlah 4, tersusun dalam 2
rostellum kecil dan berbentuk bulat dengan ukuran beragam mulai besar, kecil
bahkan sangat halus, berwarna kuning pucat hingga kuning cerah.

Gymnostemium atau putik (alat kelamin betina), putik berada dibalik dalam
tugu.
5

Ovary (bakal buah).

Bibir (labellum) bagian ini merupakan perkembangan dari petal ke tiga. Pada
beberapa spesies ukuran bibir biasanya membesar dan berwarna lebih cerah.
Gambar 1. Struktur Bunga Anggrek Dendrobium
Daun anggrek muncul pada ruas-ruas batang dengan posisi berhadapan
atau berpasangan. Bentuk daun anggrek ada yang berukuran kecil memanjang dan
bulat lebar. Anggrek dengan daun lebar lebih cepat berbunga karena fotosintesis
berlangsung lebih cepat (Redaksi Agromedia, 2006).
Purwantoro et al. (2005) menyatakan bahwa variasi pada anggrek
merupakan
salah
satu
keunggulan
yang
memungkinkan
untuk
dibuat
hibrida-hibrida baru. Variasi yang ada pada anggrek terletak pada bentuk bunga,
ada yang mirip kalajengking (Arachnis), kupu-kupu (Phalaenopsis) dan kantung
(Paphiopedilum), selain itu jumlah kuntum, ukuran dan warna kuntum juga
memperlihatkan keragaman yang cukup banyak.
Botani dan Syarat Tumbuh
Setiawan (2005) menyatakan bahwa Dendrobium berasal dari kata dendro
yang artinya pohon dan bios yang berarti hidup. Subhan (2011) menyatakan
bahwa Dendrobium adalah jenis anggrek yang memiliki tidak kurang dari 1 700
spesies, menyebar dari Jepang dan sebagian Cina, India, Semenanjung Malaka,
Papua Nugini, Australia sampai Selandia Baru. Dendrobium banyak ditemukan di
6
Indonesia di hampir semua pulau-pulau besar, Papua menyimpan kurang lebih
450 species dan Kalimantan 150 species.
Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ adalah jenis bunga yang banyak
dimanfaatkan sebagai bunga potong, dengan karakteristik bunga berwarna putih
batang daunnya yang kuat. Berikut taksonomi anggrek Dendrobium sp. menurut
Sutiyoso dan Sarwono (2002) sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Family
: Orchidaceae
Subfamily
: Epidendroideae
Tribe
: Epidendrae dendrobieae
Subtribe
: Dendrobiinae
Genus
: Dendrobium sp.
Anggrek dapat tumbuh pada berbagai ketinggian tempat. Kencana (2007)
menyatakan bahwa anggrek Dendrobium dapat tumbuh pada ketinggian
0-650 mdpl (meter di atas permukaan laut), dengan suhu siang 26-30ºC dan suhu
malam 21ºC. Anggrek Dendrobium termasuk jenis epifit, dengan intensitas
cahaya matahari berkisar 50-60%. Anggrek Dendrobium memerlukan kelembaban
sekitar 50% (Redaksi Agromedia, 2006).
Ashari (1995) menyatakan bahwa berdasarkan tempat tumbuhnya, anggrek
dibagi menjadi dua jenis yaitu epifit dan terestrial. Anggrek epifit yaitu anggrek
yang tumbuh menumpang pada batang tanaman lainnya tetapi tidak merugikan
pada tanaman yang ditumpanginya. Genus anggrek yang termasuk epifit adalah
Aerides, Angraecum, Cattleya, Brassavola, Dendrobium, Epidendrum, Laelia,
Odontoglossum, Oncidium, Phalaenopsis, dan Vanda. Terestrial yaitu anggrek
yang seluruh perakarannya berkembang di dalam tanah, rawa atau daratan. Genus
anggrek yang termasuk terrestrial adalah Arachnis, Arundina, Calanthe,
Cymbidium, Paphiopedilum, dan Spathoglottis.
7
Bahan Organik
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui,
dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur-unsur yang dapat digunakan
oleh tanaman. Bahan organik dapat berasal dari limbah tanaman, hewan, dan
beberapa biota laut (Redaksi Agromedia, 2007b).
Sutanto (2002) menyatakan bahwa bahan organik yang berada di dalam
tanah seperti mikroorganisme tanah (fungi, aktinomisetes dan bakteri)
bertanggungjawab dalam proses dekomposisi residu organik. Tanah yang kaya
bahan organik lebih sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah
mengalami pemadatan, warna tanah lebih kelam, serta sedikit hara yang terfiksasi
mineral tanah.
Ma’shum et al. (2003) menyatakan bahwa bahan organik dapat berasal
dari jaringan tanaman dan binatang. Bahan organik yang berasal dari jaringan
binatang lebih mudah terdekomposisi daripada yang berasal dari jaringan tanaman
disebabkan karena perbedaan komposisi bahan penyusun sel masing-masing
organisme. Sel binatang mengandung senyawa N tinggi sehingga mudah
terdekomposisi, sedangkan pada sel tanaman tersusun atas senyawa karbon dalam
bentuk selulosa, hemisellulosa, lignin, dan kandungan protein 10 %.
Chitosan
Sugita et al. (2009) menyatakan bahwa chitosan adalah poli-(2-amino-2deoksi-B-(1-4)-D-glukopiranosa) dengan rumus molekul (C6H11NO4)n yang dapat
diperoleh dari deasetilasi kitin. Chitosan diperoleh secara komersial melalui
proses deasetilasi kitin, yang merupakan elemen struktur dalam exoskeleton
krustasea (kepiting, udang dll).
Kadar kitin dalam berat udang berkisar 60-70% dan bila diproses menjadi
chitosan menghasilkan 15-20%. Chitosan mempunyai bentuk mirip selulosa, dan
bedanya terletak pada gugus rantai C-2. Ma’shum et al. (2003) menyatakan bahwa
selulosa adalah senyawa penyusun dinding sel tumbuhan. Proses utama dalam
pembuatan chitosan meliputi penghilangan protein dan kandungan mineral
melalui proses kimiawi yang disebut deproteinasi dan demineralisasi yang
masing-masing dilakukan dengan menggunakan larutan basa dan asam.
8
Sugita et al. (2009) menyatakan bahwa dalam bidang pertanian chitosan dapat
digunakan untuk pestisida, herbisida, deasidifikasi buah-buahan, sayuran dan
penjernih sari buah. Chitosan dapat larut pada berbagai asam organik diantaranya
HCl (konsentrasi 0.15%-1.1%), HNO3 (0.15%-1.1%), asam asetat 10%.
Nurrachman (2004) menyatakan bahwa pelapisan chitosan 1.5% dapat
memberikan hasil yang terbaik dalam mempertahankan kualitas apel dan
memperpanjang masa simpan buah. Suzatmika (2008) menyatakan bahwa aplikasi
chitosan 2% memberikan mortalitas rendah dibandingkan 4 dan 6% dengan
persentase rata-rata mortalitas rayap Coptotermes curvignathus yang tinggi dan
meningkatkan ketahanan pada kayu P. merkusii. Boonlertnirun et al. (2008)
menyatakan bahwa aplikasi chitosan polimer 80 ppm, dengan merendam benih
sebelum penanaman diikuti dengan aplikasi tanah selama empat kali pada seluruh
musim tanam, dapat merangsang pertumbuhan dan hasil padi secara signifikan.
Pupuk
Hadisuwito (2007) menyatakan bahwa pupuk merupakan bahan yang
ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi
pertumbuhan tanaman. Penggolongan pupuk didasarkan pada sumber bahan yang
digunakan, cara aplikasi, bentuk, dan kandungan unsur haranya.
Gunawan (2006) menyatakan bahwa pupuk menyediakan unsur-unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk majemuk yang dibutuhkan oleh anggrek
mengandung 10% N, 4% P, 6% K, 15% S, dan 7% Ca. Pertumbuhan
anggrek muda lebih baik diberikan pupuk N lebih tinggi misalnya pupuk daun
dengan komposisi unsur hara 30-10-10 selama 6 bulan sampai 1 tahun. Setelah
tanaman berbunga untuk kesinambungan kesehatan tanaman dan bunga, pupuk
yang diberikan adalah pupuk yang mengandung N, P, dan K seimbang misalnya
pupuk daun dengan komposisi unsur hara 20-20-20.
Pupuk Guano
Hadisuwito (2007) menyatakan bahwa berdasarkan bentuknya pupuk
organik dibagi menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat. Pupuk cair merupakan
larutan yang mudah larut berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan
9
oleh tanaman. Kelebihan dari pupuk cair adalah dapat memberikan hara sesuai
dengan kebutuhan tanaman, pemberiannya lebih merata dan kepekatannya dapat
diatur sesuai dengan kebutuhannya.
Pupuk guano yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk guano
dalam bentuk cair. Sugianto (2010) menyatakan bahwa pupuk guano merupakan
pupuk yang berasal dari kotoran kelelawar, sudah mengendap lama di dalam gua
dan telah bercampur dengan tanah dan bakteri pengurai. Pupuk Guano
mengandung nitrogen, fosfor dan kalium yang sangat bagus untuk mendukung
pertumbuhan, merangsang akar serta kekuatan batang tanaman. Komposisi unsur
hara yang terkandung dalam pupuk guano adalah 0.93% N, 2.13% P, 2.80% Ca,
1.73% Mg, 1.11% K. Suwarno dan Idris (2007) menyatakan bahwa komponen
utama guano adalah unsur N, P, Ca dan komponen tambahannya K, Mg, serta S.
Manfaat pupuk guano menurut Seta (2009) adalah aktifator pembuatan
kompos, mengendalikan nematoda yang ada di dalam tanah, kaya unsur makro
fosfor (P) dan nitrogen (N), mengandung mikrobiotik flora dan bakteri yang
bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman, memperbaiki struktur tanah, fungisida
alami, daya kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi sehingga tanaman mudah
menyerap unsur hara, mengoptimalkan pertumbuhan daun muda, dapat digunakan
pada semua jenis tanaman yang berada di dalam atau di luar ruangan, produk
pupuk ramah lingkungan, baik digunakan untuk pertumbuhan rumput, rendah
kandungan mercuri dan zat berbahaya lain.
Sasmito (2007) menyatakan bahwa aplikasi pupuk guano pada konsentrasi
2.5 % (w/w), 5% (w/w), dan 10% (w/w) berturut-turut dapat meningkatkan tinggi
tanaman, pembungaan, mempercepat peningkatan buah pada tomat. Hal lain
dikemukakan oleh Munawaroh (2010) bahwa pemberian Plant Growth Promoting
Rizhobacteria (PGPR), khamir antagonis, dan pupuk guano dengan dosis 10 ml/l
dapat menekan keparahan penyakit karat putih dan meningkatkan pertumbuhan
tinggi pada tanaman krisan.
Media Tanam
Darmono (2007) menyatakan bahwa media tumbuh yang baik untuk
anggrek adalah media yang tahan lama, tidak menjadi sumber penyakit, aerasi dan
10
drainase baik, mampu menyimpan dan mengikat hara dengan baik. Media yang
berongga menyimpan banyak oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi.
Jenis media tanam yang dapat digunakan untuk menanam anggrek antara lain
moss, pakis, sabut kelapa, dan pecahan arang (Redaksi Agromedia, 2007a).
Gunawan (2006) menyatakan bahwa moss adalah media tanam yang
berasal dari akar paku-pakuan. Media ini mempunyai banyak rongga sehingga
akar anggrek tumbuh dan berkembang dengan lebih leluasa. Sifat moss adalah
tidak cepat lapuk, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, daya mengikat dan
menyimpan air yang baik.
Media tanam yang digunakan untuk Dendrobium adalah media tanam
pakis Alsophilaglauca. Pakis tersebut memiliki daya mengikat air, aerasi, dan
drainase yang baik (Redaksi Agromedia, 2007a). Gunawan (2006) menyatakan
bahwa media tanam sabut kelapa mempunyai daya simpan air yang baik, mudah
lapuk, perlu disterilkan sebelum digunakan agar tidak ditumbuhi mikroorganisme,
dan busuk, sehingga dikhawatirkan menyebabkan busuk akar terutama di musim
penghujan. Media tanam arang memiliki sifat-sifat antara lain tahan lama, tidak
mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, cocok untuk daerah yang kelembaban tinggi
tetapi kurang mampu mengikat air.
Metabolisme Asam Crassulacean (CAM)
Lakitan (2004) menyatakan bahwa anggrek termasuk jenis tanaman CAM.
Tumbuhan CAM umumnya merupakan tumbuhan jenis sukulen yang tumbuh di
daerah kering. Setyamidjaja (1986) menyatakan bahwa mekanisme masuknya
unsur hara melalui daun berhubungan dengan menutup dan membukanya stomata.
Pupuk yang diaplikasikan pada saat stomata banyak terbuka, akan lebih
meningkatkan efektivitas pemupukan.
Fitriansyah (2011) menyatakan bahwa berdasarkan tipe fotosintesis,
tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4, dan CAM.
Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan
dengan tumbuhan C3, tetapi tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan
CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian, seperti gandum, kentang,
kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3.
11
Lakitan (2004) menyatakan bahwa tanaman yang membuka stomata pada
malam hari sedangkan menutup stomata pada siang hari mempengaruhi
metabolisme CO2, sehingga CO2 akan diserap pada malam hari disebut dengan
Metabolisme Asam Crassulacean (CAM). Contoh tanaman yang termasuk CAM
seperti Cactaceae, Orchidaceae, Bromeliaceae, Liliaceae, dan Euphorbiaceae.
Campbell et al. (2002) menyatakan bahwa selama malam hari ketika
stomata tumbuhan ini terbuka, tumbuhan ini mengambil CO2 dan memasukannya
ke dalam berbagai asam organik. Sel mesofil tumbuhan CAM menyimpan asam
organik yang dibuatnya selama malam hari di dalam vakuolanya hingga pagi,
ketika stomata tertutup. Pada siang hari, ketika reaksi terang dapat memasok ATP
dan NADPH untuk siklus Calvin, CO2 dilepas dari asam organik yang dibuat pada
malam hari dimasukan ke dalam gula dalam kloroflas.
Download