PEMBAHASAN UMUM Pregnancy-associated glygoprotein (PAG) merupakan famili aspartik proteinase yang disekresikan oleh sel binukleat trofoblastik sesaat menjelang implantasi. Konsentrasi PAG sejalan dengan semakin berkembangnya plasenta yang mengindikasikan bahwa perkembangan embrio berjalan baik sehingga PAG merupakan indikator kebuntingan maupun kesehatan feto-plasental. Konsentrasi PAG dapat terdeteksi dalam darah induk pada awal kebuntingan dengan akurasi 76,6 – 100% (Szafranska et al. 2006). Diagnosa kebuntingan yang yang mempertimbangkan beberapa aspek yaitu kemudahan mendapatkan bahan bakunya; mudah dilakukan; cepat diperleh hasilnya, dan akurat. Berdasarkan kelebihan di atas maka dilakukan purifikasi terhadap kotledon plasenta sebagai tempat pertukaran nutrisi antara induk dan foetus. Dlam perkembangannya ovPAG disekresikan sepanjang usia kebuntingan yang konsentrasinya meningkat sesaat menjelang partus, kemudian akan mencapai basal kembali setelah 4,5 hari kelahiran. Proses purifikasi diperlukan untuk meningkatkan rasio aktivitas enzim terhadap protein yang dielusi. Pemanfaatan kolom Sephadex-G75 memisahkan protein berdasarkan ukuran proteinnyaantara 3 – 80 kDa sedangkan kolom DEAE-cellulose dimanfaatkan untuk pertukaran anion dengan menggunakan konsentrasi NaCl yang bertingkat sebagai upaya untuk mendapatkan protein yang mempunyai ikatan ion yang paling kuat. Penggunaaan NaCl pada kromatografi pertukaran anion karena ion Cl-1 dalam kondisi fisiologis normal banyak tersedia dalam membran plasma. Sementara monogel SDS-PAGE diperlukan untuk memisahkan protein berdasarkan kemampuan protein untuk bergerak yang setara dengan nilai logaritmik berat molekulnya. Berat molekul protein yang paling spesifik yang berhasil dimurnikan berada di sekitar 30 kDa. Konsentrasi ovPAG berdasarkan pelarut yang digunakan untuk mengelusi ada lima yang memberikan nilai positif atau lebih tinggi dari standar yaitu berturut-turut 181; 171; 2,67; 44,33 dan 86 ng/µL (S; DT; DN8; DN16, dan DN32) yang akan dipergunakan sebagai stok isolat murni ovPAG sebagai hasil purifikasi ekstrak kotiledon. 77 Selanjutnya isolat yang diperoleh dipergunakan untuk memproduksi antibodi poliklonal. Produksi antibodi dilakukan dengan mengimunisasi isolat pada bagian punggung kelinci. Kelinci dipilih sebagai hewan percobaan karena memiliki tingkat kekerabatan yang jauh dengan ruminansia sedangkan kelinci monogastrik sebagai salah satu persyaratan agar diperoleh respon imun yang tinggi dalam produksi antibodi poliklonal. Selain belum pernah adanya paparan ovPAG terhadap kelinci yang dipergunakan. Ada sembilan ekor yang dapat dipergunakan sebagai sumber antibodi yaitu S1 dan S2 (kolom Sephadex-G75), DT1, DT2, DN8.2, DN16.1 dan 16.2, DN32.1 dan 32.2. Sementara DN8.1 tidak dipergunakan pada uji selanjutnya karena telah menunjukan absorbansi yang tinggi dalam plasma darah baseline sehingga dimungkinkan akan banyak reaksi silang akan terjadi. Pada kelompok kontrol absorbansi sangat rendah, hal ini dapat terjadi karena disuntik plasebo (NaCl Fisiologis 0,9 %). Hasil ini penting untuk menunjukan bahwa ekstrak kotiledon plasenta, yang didalamnya mengandung ovPAG berhasil diisolasi. Berdasarkan pita protein yang terbentuk, konsentrasi ovPAG serta respon imunnya ada kesamaan antara DN16 dan DN32 akan tetapi DN32 mempunyai beberapa kelebihan yaitu intensitas pita protein yang lebih tebal; konsentrasi ovPAG DN32 sebesar 86 ng/ml sedangkan DN16 sebesar 44,33 ng/ml, serta respon imun yang lebih tinggi. Uji spesifikasi Rabbit anti-ovPAG DN32 dilakukan dengan menggunakan teknik Western Blot yang dikenal sebagai Gold Standard. Determinasi Rabbit anti-ovPAG DN32 Negatif terhadap protein ovPAG pada K tidak terbentuk pita protein, berarti dalam kelinci tersebut tidak ada reaksi terhadap NaCl 0,9%. Sementara pada DN32, DN16 dan S terdapat pita protein pada 71 kDa. Akan tetapi pada S 71 kDa masih ada dua pita protein 34 dan 14 kDa. Pita protein pada DT berada pada sekitar 31 dan 14 sedangkan DN8 tidak mempunyai pita protein setelah reaksi berakhir. Uji konfirmasi Rabbit α-ovPAG DN32 positif menunjukan bahwa pita protein 71 kDa terdapat di semua sumber ovPAG (K; DN32; DN16; DN8; DT, dan S). OvinePAG DN32 dan DN16 memiliki dua pita pada 71 dan 62 kDa (2 pita) tetapi DN32 masih memiliki satu pita lagi yaitu 14 kDa. 78 Protein pada 71 kDa dapat diikat oleh Rabbit anti-ovPAG negatif maupun positif, hal ini menunjukan bahwa protein ini merupakan protein umum, sedangkan protein lainnya masih perlu dilakukan determinasi lebih lanjut. OvinePAG S dan DT memberikan reaksi terhadap Rabbit anti-ovPAG negatif maupun positif sehingga tidak dipergunakan sebagai sumber Rabbit anti-ovPAG karena banyak mempunyai reaksi silang. Hal ini menunjukan bahwa RabbitantiαovPAG memberikan reaksi yang lebih spesifik terhadap OvinePAG DN32. Oleh karena Rabbit anti-ovPAG merupakan antibodi poliklonal maka selain ovPAG DN32, juga dapat mengenali protein dengan epitop sama dari ovPAG lainnya. Berdasarkan hasil tersebut, Rabbit anti-ovPAG DN32 dapat dipergunakan sebagai sumber Rabbit anti-ovPAG . Urin domba bunting menunjukan adanya pita protein pada 71 dan 31 kDa berdasarkan perhitungan migrasi protein. Temuan menarik terjadi pada saat Ab+ DN32 beraksi dengan ovPAG dalam urin domba tidak bunting, pita protein yang muncul hanya satu yaitu pada 71 kDa sedangkan pada 31 kDa tidak ada pita protein yang terbentuk. Hasil ini menunjukan bahwa rabbit anti-ovPAG secara spesifik berikatan dengan ovPAG dalam urin, kemungkian besar penanda kebuntingan dini pada domba garut terpapar pada protein dengan berat molekul sekitar 31 kDa. Dengan demikian dimungkinkan untuk dilakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap pengembangan metode deteksi kebuntingan dini menggunakan metode Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA). Teknik ini perlu dikembangkan agar lebih aplikatif di lapangan. Meskipun demikian, konsentrasi ovPAG terukur baik pada sampel urin maupun plasma, dan hasil didapat sesuai dengan hipotesis bahwa urin bunting yang diduga mengandung ovPAG memberikan reaksi terhadap Ab+ tetapi hasilnya kurang memuaskan karena tidak konsensisten. Antibodi negatif dapat bereaksi dengan ovPAG dalam urin, hal ini menunjukan bahwa ada epitop dari ovPAG yang dapat dikenali oleh Ab+ maupun Ab-. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh pemanfaatan antibodi poliklonal sebagai antibodi primer. Pada dasarnya antibodi poliklonal mempunyai spesifisitas yang luas sehingga dimungkinkan untuk berinteraksi dengan protein PAG dalam sampel yang diuji. 79 Pada sampel plasma dari hewan yang sama perbedaan konsentrasi ovPAG yang duji menggunakan Ab+ dan Ab- memperlihatkan hasil yang konsisten karena kandungan ovPAG dalam darah mencerminkan level yang sama dengan kondisi fisiologis saat diukur. Pemakaian sampel darah merupakan metode invasive, meskipun memberikan hasil yang lebih baik tetapi sulit dikembangkan pada saat sampel yang akan diuji merupakan serial (saat dikawinkan sampai melahirkan). Oleh sebab itu urin masih merupakan pilihan yang paling baik karena dengan menggunakan teknik ELISA, hasil yang diperoleh akan memberikan gambaran yang sama dengan darah hanya berbeda dalam masa pengukuran (time lag). Konsentrasi ovPAG dalam urin domba tidak bunting (Tabel 4) yang diukur menggunakan standar ovPAG DN32 pada sembilan individu domba memperlihatkan adanya tiga individu yang mempunyai konsentrasi berbeda nyata (P 0,05) yaitu B3; C1; C2 dan dua individu berbeda sangat nyata (P 0,01) yaitu C3 dan E1. Namun rerata konsentrasi kesembilan individu tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata (P 0,05). Hal ini menunjukan bahwa teknik ELISA termodifikasi yang dipergunakan dapat dipergunakan untuk mengukur konsentrasi konsentrasi ovPAG ovPAG dalam urin. Namun untuk membedakan pada domba bunting dan tidak bunting, tingkat keberhasilannya masih rendah (55,56 %) dari sembilan individu yang diuji. Pengembangan teknik ELISA Termodifikasi, masih perlu optimasi dalam pemurnian ovPAG DN32 sebagai standar, karena hal ini erat kaitannya dengan kespesifikan rabbit anti-ovPAG yang diproduksi. Tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan kit yang dapat diproduksi secara masal maka perlu dilakukan pemurnian ulang terhadap ovPAG DN32 dengan sumber pembanding ovPAG DN16. Fraksi yang dielusi difokuskan pada fraksi yang mengandung protein dengan berat molekul sekitar 30 kDa. Penyuntikan ovPAG yang lebih spesifik diharapkan akan menghasilkan antibodi poliklonal yang lebih spesifik pula. Imunisasi isolat ovPAG DN32 maupun DN16 dilakukan dengan mempertimbangkan dosis penyuntikan; jumlah kelinci sebagai ulangan; adjuvant yang akan dipilih, serta kemungkian dicari hewan coba yang dapat memproduksi antibodi yang lebih banyak seperti kambing sehingga antibodi yang dihasilkan 80 akan lebih banyak lagi. Selanjutnya dilakukan purifikasi terhadap antibodi yang dihasilkan. Antibodi poliklonal (rabbit anti-ovPAG) diuji spesifisitas terhadap ovPAG urin domba saat estrus; bunting, dan setelah melahirkan. Optimasi teknik ELISA Termodifikasi akan sangat bermanfaat dalam pembuatan prototipe kit deteksi kebuntingan dini.