INTISARI Obat telah memberikan manfaat yang besar

advertisement
INTISARI
Obat telah memberikan manfaat yang besar bagi kesehatan. Hal tersebut
dapat terjadi hanya jika obat tersebut aman, berkhasiat, bermutu dan digunakan
dengan benar. Namun demikian, dewasa ini terdapat sebagian masyarakat yang
menyalahgunakan obat berdasarkan efek sampingnya. Salah satu contohnya
adalah penyalahgunaan obat keras yang mengandung hormon prostagladin
sebagai media aborsi. Padahal di Indonesia sendiri, aborsi merupakan tindakan
ilegal. Dengan demikian perlu adanya identifikasi bagaimana kebijakan dan
sistem pengawasan yang dilakukan oleh BPOM dan Dinas Kesehatan sebagai
stakeholder yang bertanggung jawab mengenai obat dalam mengawasi obat secara
umum dan obat yang mengandung hormon prostagladin secara khususnya untuk
mengetahui apakah terdapat ruang yang memungkinkan terjadinya
penyalahgunaan obat, khusunya sebagai media aborsi ilegal di Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang gap atau kesenjangan
dari kebijakan pemerintah yang memjungkinkan adanya ruang yang dapat
disalahgunakan oleh masyarakat terkait peredaran dan pengunasalahan obat keras
yang mengandung hormon prostagladin sebagai media aborsi ilegal, khususnya di
Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat gap atau celah yang
memungkinkan masyarakat dapat mengakses dan menyalahgunakan obat keras
yang mengandung hormon prostagaldin yaitu dikarenakan adanya perbedaan
penafsiran terhadap Undang-Undang No 419 tahun 1949 tentang Ordonasi Obat
Keras dan belum adanya metode pengawasan obat secara online yang efektif
dimana pada era teknologi seperti saat ini penjualan obat dengan metode online
pharmacies marak digunakan. Dengan demikian saran atas permasalahan tersebut
adalah : (1) Pemerintah hendaknya melakukan revisi terhadap Undang-undang
yang sudah lebih dari 50 tahun tidak direvisi, seperti Undang-Undang No 419
tahun 1949 tentang Ordonasi Obat Keras karena sudah tidak sesuai dengan situasi
dan kondisi saat ini. (2) Perlu adanya kerjasama dengan Kementerian Komunikasi
dan Informatika untuk melakukan pengawasan terhadap situs-situs ilegal seperti
situs-situs yang menjual obat aborsi. (3) Apoteker dan Dokter harus memberikan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat tentang khasiat,
dosis, efek samping yang mungkin timbul serta bahaya penyalahgunaan obat
kepada masyarakat.
Kata Kunci : Pengawasan, Obat, Aborsi, BPOM, Dinas Kesehatan
xv
ABSTRACT
The drug has been of great benefit to health. It can happen only if the drug
is safe, efficacious, quality and used correctly. However, today there are some
people who abuse drugs by side effects. One example is the abuse of prescription
drugs containing the hormone prostagladin as media abortion. While in Indonesia,
abortion is illegal. Thus the need for identification of how policies and systems
supervision carried out by BPOM and the Department of Health as a stakeholder
in charge of the drug in monitoring the drugs in general and drugs containing the
hormone prostagladin in particular to determine whether there is a space that
allows the abuse of drugs, especially as illegal abortions media in Yogyakarta.
The aim of this study was to analyze about the gap or gaps of government policies
that allow for space that can be abused by people related to trafficking and abuse
of prescription drugs containing the hormone prostagladin as a medium of illegal
abortions, especially in Yogyakarta. This study uses qualitative data collection
techniques using interviews and observation.
The results showed that there is a gap or gaps that allow the public to
access and misuse hard drugs that contain hormones prostagaldin that because of
differences in the interpretation of Act No. 419 of 1949 on Ordonasi Drug Hard
and lack of supervision methods medication online effective where the technology
era like today the sale of drugs by online pharmacies prevalent method used. Thus
the advice on these issues are : (1) The government should revise the laws that
already more than 50 years are not revised, such as Act No. 419 of 1949 on Hard
Drugs Ordonasi because it was not appropriate to the situation and current
conditions. (2) Keep in cooperation with the Ministry of Communications and
Information Technology to monitor the illegal sites such as sites that sell the
abortion drug. (3) Pharmacists and Physicians should provide communications,
information and education (IEC) to the public about the efficacy, dosage, side
effects that may arise as well as the dangers of drug abuse to society.
Keywords:
Monitoring,
Drugs,
Abortion,
BPOM,
Health
Departmen
xvi
1
Download