Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pemilihan Judul
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-
menerus
dan
berkesinambungan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual.Untuk dapat merealisasikan
tujuan tersebut perlu banyak memerhatikan masalah pembiayaan pembangunan.
Pembangunan merupakan merupakan kegiatan penting bagi seluruh Negara di
dunia, selain demi meningkatkan kesejahteraan warganya pembangunan tersebut
juga dapat menentukan apakah Negara tersebut mengalami perkembangan,
khususnya pada Negara-negara yang sedang berkembangdan sedang giat
melakukan pembangunan di segala bidang guna mewujudkan masyarakat adil dan
makmur. Oleh karena itu, untuk mewujudkannya Negara memerlukan dana atau
penerimaan yang cukup besar bagi kas negara.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang
keuangan negara, penerimaan negara dan hibah adalah semua penerimaan negara
yang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak yang
meliputi penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam, penerimaan yang
bersumber dari pengelolaan dana pemerintah, penerimaan dari hasil-hasil
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, penerimaan dari pelayanan yang
dilaksanakan pemerintah, serta penerimaan hibah dari dalam dan luar negeri.
Penerimaan pajak mempunyai kontribusi yang cukup tinggi dalam
pendapatan negara.Pada beberapa tahun terakhir ini, penerimaan dari sektor fiskal
mempunyai proporsi lebih dari 50% penerimaan dalam APBN. Berbagai
kebijakan dalam ektensifikasi dan intensifikasi telah dibuat oleh pemerintah untuk
mencapai target penerimaan pajak. Kebijakan ini membawa pengaruh trhadap
masyarakat, dunia usaha, dan pihak pihak yang berkaitan dengan pajak.Self
assessment
system
1
yang
2
mengharuskan Wajib Pajak secara proaktif menghitung menyetor, dan
melaporkan pajak sendiri, menuntut semua pihak (termasuk pemungut/pemotong
pajak) untuk mampu memahami dan mengaplikasi setiap peraturan perpajakan
secara aktif (Siti Resmi, 2012).
Menurut Rochmad Soemitro yang dikutip oleh Diana Sari ( 2013;34) pajak
merupakan iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Pengertian pajak penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun
2008 tentang pajak penghasilan menyebutkan bahwa :
“Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.”
Sedangkan pengerian pajak penghasilan menurut PSAK 46 :
“Pajak
Penghasilan
adalah
pajak
yang dihitung
berdasarkan
peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas laba kena pajak
entitas.”
Pajak yang potensial adalah Pajak Penghasilan (PPh).Pajak Penghasilan
merupakan pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak (Siti Resmi, 2012).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 pasal 4 ayat (1) yang menjadi
objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima oleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan
nama dan dalam bentuk apapun.
Dilihat dari jenis pajak yang dipungut, terdiri dari pajak pusat dan pajak
daerah. Pajak Pusat terdiri dari Pajak Penghasilan(PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak penghasilan dikenakan
terhadap subjek berkenaan dengan penghasilan yang diterimaatau diperoleh dalam
tahun pajak. Pajak penghasilan terdiri dari PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal
23, PPh pasal 25, dan PPh pasal 26 (www.pajak.go.id).
3
Salah satu jenis pajak yang kita kenal yaitu Pajak Penghasilan (PPh) pasal
23. Ada dua unsur pemotongan pajak penghasilan pasal 23 yaitu dari jumlah bruto
untuk penghasilan berupa dividen, bunga termasuk premium, diskonto, imbalan
sehubungan dengan pengembalian hutang, royalty, hadiah dan perkiraan
penghasilan neto untuk penghasilan berupa sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan jasa selain
yang telah dipotong Pajak Penghasilan pasal 21 (Diana Sari, 2013).
Direktur Jendral Pajak, Sigit Priadi Pramudito menegaskan kebijakan Pajak
Penghasilan (PPh) pasal 23 di sektor usaha jasa bukan kebijakan baru karena
sudah diterapkan sejak lama. Namun, ekstensifikasi atau perluasan objek PPh
pasal 23 dinilai perlu dilakukan dengan makin kompleksnya lini transaksi bisnis
di sektor jasa.Semakin banyaknya jenis usaha yang lolos dari ketentuan pajak
membuat pengenaan PPh pasal 23 menjadi tidak merata dan kurang adil.
Pernyataan tersebut merupakan penjelasan atas diterbitkannya Peraturan Menteri
Keuangan 141/PMK.03/2015, yang menjadikan 62 sektor jasa utama dan 120 jasa
turunannya sebagai objek PPh pasal 23 (http://cnnindonesia.com/)
Salah satu jenis jasa yang dikenakan Pajak Penghasilan pasal 23 adalah jasa
angkutan. Jasa angkutan menjalankan kegiatan transportasi dalam kegiatan
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Jasa angkutan ini sering
dibutuhkan dan dimanfaatkan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan
keefektivitasan dan efesiensi dalam menjalankan aktivitas perusahaan yang
khususnya bergerak pada bidang logistik.Salah satu perusahaan yang dalam
menjalankan
perusahaannya
sangat
membutuhkan
jasa
angkutan
untuk
memperlancar kegiatan usahanya adalah BULOG, jasa angkutan ini sangat
dibutuh oleh BULOG untuk menjamin kelancaran penyebaran komoditas pangan
yang dikelola oleh Perum BULOG.Dengan adanya jasa angkutan ini sangat
membantu BULOG dalam mempercepat penyebaran stok pangan.
BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang
logistik pangan.Hal ini disesuaikan dengan karakteristik, tugas dan fungsi dari
BULOG itu sendiri yang secara garis besar mengelola sarana dan kepentingan
umum atau public. BULOG merupakan perusahaan yang taat akan pajak dan
4
berkewajiban untuk melakukan perhitungan dan pelaporan pajak sesuai dengan
ketentuan yang mengacu pada Undang-ndang Perpajakan yang berlaku khususnya
Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 23.
Dalam rangka menjamin kelancaran penyebaran komoditas pangan yang
dikelola oleh Perum BULOG diperlukan persediaan yang cukup dan tersebar
maka sejak terbitnya Peraturan Direksi No. PD-13/DS000/10/13 tentang Pedoman
Pengadaan Jasa Angkutan Barang dalam Negeri di Lingkungan Perusahaan
Umum BULOG, penyebaran stok nasional dapat dipercepat dan pengadaan jasa
angkutannya dapat dilakukan dengan baik di Divre maupun kantor pusat. Hal ini
meningkatkan fleksibilitas Divre dan kantor pusat dalam memenuhi kebutuhan
penyebarannya dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk memastikan
penyebaran stok yang lebih merata. Kehadiran PT. Jasa Prima Logistik (JPL)
sebagai anak perusahaan yang kemudian memiliki kantor cabang di divre ikut
berandil dalam peningkatan kecepatan dan efesiensi penyebaran stok nasional
maupun regional di Divre-Divre (www.bulog.co.id).
PT. Jasa Prima Logistik (atau biasa disingkat JPLogistic) adalah anak
perusahaan dari Perum BULOG yang melakukan usaha dibidang Freight
forwarding, Warehousing dan Project Shipment, Jasa logistik dan angkutan serta
usaha pendukung lainnya
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan kerja praktik pada BULOG Sub Divre Bandung, dengan objek yang
difokuskan pada penerapan dan ketentuan Pajak Penghasilan pasal 23. Oleh
karena itu, penulis dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir mengambil judul
penelitian “TINJAUAN ATAS PEMOTONGAN , PENYETORAN DAN
PELAPORAN
PAJAK
PENGHASILAN
PASAL
23
ANGKUTAN PADA PT. JASA PRIMA LOGISTIKBULOG”
ATAS
JASA
5
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis mengidentifikasikan
masalah sebagaiberikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak
Penghasilan pasal 22 atas jasa angkutan pada PT. Jasa Prima
LogistikBulog.
2. Apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pemotongan,
penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan pasal 23 atas jasa angkutan
pada PT. Jasa Prima Logistik Bulog.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan
pelaporan Pajak Penghasilan pasal 23 pada PT. Jasa Prima Logistik Bulog.
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan pasal 23 pada
PT. Jasa Prima Logistik Bulog.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dihasilkan dari penelitian ini
diantaranya :
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
serta memperoleh gambaran nyata khususnya mengenai penerapan dan
pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan
pasal 23 atas jasa angkutan pada PT. Jasa Prima Logistik Bulog.
2. Bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan menjadi dokumen dan bahan rujukan mengenai
penerapan dan pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak
6
Penghasilan pasal 23 atas jasa angkutan pada PT. Jasa Prima Logistik
Bulog.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan tambahan dan juga
meningkatkan pemahaman pembaca mengenai maslah penerapan dan
pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan
pasal 23 atas jasa angkutan pada PT. Jasa Prima LogistikBulog.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dan waktu penelitian ini dilakukan dimana peneliti memperoleh dan
mengumpulkan data serta informasi yang diperlukan pada PT. Jasa Prima Logistik
Bulog.Waktu pelaksanaan penelitian mulai pada bulan Maret 2016.
Download