i. pendahuluan - Konsultasi Kanker

advertisement
I. PENDAHULUAN
Graves disease (Peny. Basedow, Goiter toksik difus),
merupakan gangguan tiroid autoimun paling sering dijumpai
ditandai dengan hipertiroid.
Graves disease pertama kali ditemukan oleh Robert J.
Graves,MD sekitar tahun 1830.
II.Anatomi tiroid
Tiroid adalah suatu kelenjar endokrin sangat vaskuler, merah
kecoklatan yang dibentuk oleh :
(1) Isthmus: menutupi cincin trakea ke-2 & 3
(2) lobus lateral-memanjang dari kartilago
tyroidea
sampai cincin trakhea keenam,
(3) Lobus piramidalis-jika ada, menonjol ke
atas,
biasanya dari isthmus bagian kiri.
Pada kelenjar ini terdapat 3 arteri yang dan 3 vena, yaitu
A.tiroidea superior, a.tiroidea inferior, a.tiroidea ima.
Vena tiroidea superior, v.tiroidea media, dan v.tiroidea
inferior.
III.ETIOLOGI
• Penyebab graves disease adalah autoimun,
dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor genetik dan
lingkungan.
IV. INSIDENS
Graves disease dapat terjadi pada semua usia, tetapi
lebih banyak terjadi pada dekade ke-3 & 4
Rasio antara laki-laki dan perempuan adalah 7-8 : 1
V. PATOGENESIS
Dalam serum pasien ditemukan antibodi imunoglobulin
(IgG).Antibodi ini bereaksi dengan TSH atau membran
plasma tiroid. Sebagai akibat interaksi ini dapat merangsang
fungsi tiroid tanpa tergantung dari TSH hipofisis, yang dapat
mengakibatkan hipertiroid.
Imunoglobulin yang merangsang tiroid ini (TSI)
mungkin diakibatkan karena suatu kelainan imunitas
yang bersifat herediter, yang menungkinkan
kelompokan limfosit tertentu dapat bertahan,
berkembang biak dan mensekresi imunoglobulin
stimulator sebagai respon terhadap beberapa faktor
perangsang.
VI. GEJALA KLINIS
1.Secara umum /Metabolik : trjadi peningkatan metabolik
dasar, peningkatan keringat, kegelisahan, cemas,
iritabilitas, insomnia, kehilangan berat badan walaupun
nafsu makan meningkat, mudah lelah.
2.Dermatologi: onikolisis, vitiligo, alopecia, pretibial
myxedema.
3.Neuromuskuler : tremor, kelemahan otot proksimal,
hiperaktif refleks tendon dalam, paralisis periodik
hipokalemia
4. Skeletal : osteoporosis, akropati
5. Kardiovaskuler : takikardi, palpitasi, peningkatan cardiac
output, atrium fibrilasi, hipertrofi ventrikel kiri angina
pectoris.
6.Respirasi : dispneu, kelemahan otot pernafasan
7.Gastrointestinal : hiperdefekasi, penurunan waktu
pengosongan gastrointestinal.
8. Oftalmopati : kelopak mata lamban berkedip, retraksi
kelopak mata, proptosis, diplopia,
9. Ginjal : peningkatan GFR, poliuri, dan polidipsi
10.Endokrin : Periode menstruasi yang tidak
teratur,ginekomastia, impotensi, peningkatan hormon
seks, penurunan level testosteron bebas
11. Hematologi : Peningkatan volume darah, anemia
normositik,
12. Metabolisme lipid : Penurunan level kolesterol total dan
trigliserida
VII. DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Gambaran klinis
• Laboratorium : TSHs tidak terukur, peninggian
penyerapan radioaktif oleh kelenjar tiroid, adanya
antibodi antityroglobulin atau antibodi peroksidase
antityroidal, FT4 meningkat
• Pemeriksaan penunjang:
1. CT Scan
2. MRI
VIII. DIAGNOSIS BANDING
•
Tyroiditis Subakut
•
•
•
•
•
Tyroiditis Silent
Adenoma Toksik
Tyrotoksikosis yang dibuat-buat
Tyrotoksikosis Iatrogenik
Tyrotoksikosis yang diinduksi yodium
IX. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan dengan Obat Anti Tiroid
Indikasi :
- Memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap
- Mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau
sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium
radioaktif.
- Persiapan tiroidektomi
- Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia.
• Obat anti tiroid yang sering digunakan :
1. PTU (Propilthiouracil), dosis awal 30-60 mg/hr, dosis
pemeliharaan 5-20 mg/hr
2. Metimazol, dosis awal : 30-60 mg/hr, dosis pemeliharaan
: 5-20 mg/hr
3. Karbimazol, dosis awal : 300-600 mg/hr, dosis
pemeliharaan 50-200 mg/hr
2. Pengobatan dengan Yodium Radioaktif
Indikasi :
- umur 35 tahun atau lebih
- Hipertiroid yang kambuh sesudah dioperasi
- Gagal mencapai remisi sesudah pemberian
obat antityroid
- Tidak mampu / mau dengan pengobatan anti
tiroid
Digunakan I131 dengan dosis 5-15mCi
3. Operasi
Indikasi :
- Pasien umur muda dengan struma yang besar serta
tidak mempan dengan obat antitiroid
- Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan
obat antitiroid dosis besar
- Alergi terhadap obat antitiroid
Tiroidektomi Subtotal
• Kepala ekstensi, insisi transversa kurvilinear 3 cm, di
atas caput clavicula, setelah elevasi flat, fascia cervicalis
dipotong dalam garis tengah
• M.Sternohyoideus dan m.sternotyroideus dielevasi,
ishmus dan lobus terpapar, lig.suspensorium dipotong
setinggi cartilago tyroidea.
Tiroidektomi subtotal
• Ruang cricotiroidea dibuka
• Cabang pembuluh darah thyroidea superior dipotong
bebas dan diklem
• Glandula thyroidea dirotasi anterior. Cabang terminal
a.thyroidea inferior dipotong setelah n.laryngeus dikenali
dan dilindungi.
• Potong lig.Berry. Lobus dan isthmus elevasi ke garis
tengah
Komplikasi Tiroidektomi
•
•
•
•
Perdarahan
Terbukanya vena besar menyebabkan embolisme udara
Trauma pada n.laryngeus recurren
Memaksa sekresi glandula dalam jumlah abnormal ke
dalam sirkulasi dengan tekanan
• Sepsis yang meluas ke mediastinum
• Hipotiroidisme pasca bedah
X. Komplikasi Graves Disease
- Pada jantung dapat terjadi Congestif Heart Failure
(CHF)
- Krisis tiroid
- Resiko peningkatan osteoporosis
- Suara parau
- Level kalsium rendah karena rusaknya glandula
paratiroid
XI. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis Graves disease baik.Sekitar 40%
pasien dapat baik kembali setelah pemberian obat single
antitiroid, tapi rekurens dapat terjadi pada waktu kapanpun.
Yodium radioaktif sangat efektif, tapi hasilnya sering
menyebabkan level hormon tiroid rendah (hipotiroid)
sebagai efek sampingnya.
TERIMA KASIH
Download