Pendahuluan Pembelanjaan modal merupakan salah satu konsep dalam teori keuangan suatu perusahaan. Tingkat pembelanjaan modal suatu perusahaan mempengaruhi keputusan-keputusan produksi, seberapa besar dana yang akan dialokasikan untuk investasi aset tetap, selain itu juga akan mempengaruhi penentuan rencana strategik perusahaan. Pengambilan keputusan dalam pembelanjaan modal yang dilakukan oleh perusahaan dipengaruhi oleh dana yang tersedia dalam perusahaan untuk melakukan pembelanjaan modal (Myers & Brealy, 2000). Dana yang dibutuhkan untuk melakukan pembelanjaan modal dapat berasal dari sumber dana eksternal maupun sumber dana internal. Penentuan pendanaan yang akan digunakan sering kali terjadi konflik antara prinsipal dan agen, yang dijelaskan dalam teori keagenan. Dalam penelitian ini, pengambilan keputusan pembelanjaan modal yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dilihat dari sudut pandang teori keagenan yang berisi mengenai Pecking Order Hypotheses dan Managerial Hypotheses. Menurut Myers & Majluf dalam Hanafi (2004), Pecking Order Hypotheses menyatakan bahwa manajer cenderung untuk membuat keputusan pembelanjaan modal atas dasar aliran kas internal (internal cash flow) karena adanya asimetri informasi antara manajer dengan pihak luar (investor). Manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingkan dengan investor, investor yang mempunyai informasi yang lebih sedikit akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain, perilaku manajer termasuk dalam hal menentukan struktur modal, bisa dianggap sebagai signal oleh investor. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningsih (2004), menunjukkan aliran kas internal tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap belanja modal, hal ini disebabkan karena perusahaan dalam melakukan belanja modalnya mempertimbangkan faktor lain di luar pembelanjaan internal. Kepemilikan manajerial merupakan salah faktor dari penentu pembelanjaan modal. Kepemilikan manajerial (insider ownership) menyebabkan munculnya benefit namun disisi lain dapat pula menimbulkan cost bagi perusahaan yang bersangkutan, karena kepemilikan manajerial tersebut akan memberikan dampak pada perilaku pihak manajer. Dengan memberikan hak terhadap sebagian kepemilikan saham perusahaan kepada pihak manajer maka kepentingan pihak manajer yang bertindak sebagai agen dan kepentingan pemegang saham yang bertindak sebagai prinsipal akan menjadi sejajar, karena manajer menjadi bagian dari pemegang saham tersebut (Jensen dan Mecking, 1976). Managerial Hypotheses mengamsusikan bahwa kepemilikan manajerial diharapkan akan mengurangi kecenderungan manajer untuk melakukan investasi secara berlebihan, sehingga terlihat adanya hubungan yang negatif antara pembelanjaan modal dan kepemilikan sebagian saham perusahaan oleh pihak manajer (Chakraborty dkk, 1999). Menurut hasil penelitian yang dilakukan Ratnaningsih (2004), kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini disebabkan karena manajer cenderung membuat keputusan belanja modal yang memaksimalkan kemakmuran pemegang saham saat ini tanpa memperhatikan kepemilikan manajerial (insider ownership) atas saham perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Ratnaningsih (2004). Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penggunaan obyek penelitian. Pada penelitian sekarang dengan yang terdahulu memiliki perbedaan. Penelitian yang dilakukan sekarang menggunakan total saham yang dimiliki direksi dan komisaris sebagai pengukuran kepemilikan manajerial, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan total saham direksi dan komisaris dibagi total saham sebagai pengukuran kepemilikan manajerial. Berdasarkan uraian di atas, persoalan penelitian dapat dibagi menjadi: 1. Bagaimana pengaruh aliran kas internal terhadap pembelanjaan modal? 2. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap pembelanjaan modal? 3. Bagaimana pengaruh aliran kas internal dan kepemilikan manajerial terhadap pembelanjaan modal? Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan a. Memperoleh gambaran untuk meminimalisasi masalah keagenan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). b. Memperoleh masukan berdasarkan analisis yang menyeluruh serta pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pembelanjaan modal dan dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. 2. Bagi Akademisi a. Menambah referensi dan memperkaya penelitian terkait dengan masalah keagenan yang sering terjadi di perusahaan. b. Mampu memberikan manfaat empiris atas beberapa faktor yang mempengaruhi masalah pembelanjaan modal dan memberikan analisis yang tepat. Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis Teori Keagenan Teori keagenan terfokus pada hubungan antara dua pelaku ekonomi yang saling bertentangan yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal adalah pelaku ekonomi yang membayar orang lain untuk melakukan pekerjaan, sedangkan agen adalah pelaku ekonomi yang melakukan pekerjaan demi mendapatkan upah (Mathiesen, 2004). Teori ini mengasumsikan bahwa prinsipal maupun agen merupakan para pelaku ekonomi yang berpikiran rasional dan tindakannya semata-mata untuk kepentingan pribadi, akan tetapi mereka menemukan kesulitan membedakan perbedaan atas preferensi, kepercayaan, dan informasi. dalam Berbagai konflik kepentingan yang kemudian muncul antara prinsipal dan agen yang disebabkan adanya hubungan keagenan atau agency relationship. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberikan wewenang kepada agen untuk memberikan keputusan yang terbaik bagi prinsipalnya (Jensen & Meckling, 1976). Menurut Sartono dalam Junianto (2011), guna memperkecil masalah keagenan tersebut, perusahaan harus mengeluarkan biaya yang disebut dengan biaya keagenan atau agency cost. Secara umum, adalah tidak mungkin bagi prinsipal atau agen, pada tingkat biaya keagenan sebesar nol yang berarti tidak adanya pengeluaran perusahaan untuk mengatasi permasalahan akibat adanya hubungan agensi. Hal tersebut diartikan bahwa agen akan membuat keputusan optimal berdasarkan kepentingan prinsipal. Pecking Order Hypotheses Pecking Order Hypotheses menyatakan bahwa penggunaan dana didasarkan pada urutan tertentu. Teori ini tidak mengindikasikan target struktur modal. Menurut teori ini, manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh keputusan investasi. Jika ada kesempatan investasi, maka perusahaan akan mencari dana untuk mendanai kebutuhan investasi tersebut. Perusahaan akan mulai dengan dana internal dan sebagai pilihan terakhir dengan menerbitakan saham. Teori ini bisa menjelaskan kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil. Tingkat hutang yang kecil tersebut tidak dikarenakan perusahaan mempunyai target tingkat hutang kecil, tetapi karena mereka tidak membutuhkan dana ekternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana internal mereka cukup memenuhi kebutuhan investasi (Hanafi, 2004). Managerial Hypotheses Managerial Hypotheses membahas mengenai bagaimana hubungan kinerja keuangan manajemen dengan berbagai variabel mekanisme keuntungan yang diterima manajer (Mathiesen, 2004). Menurut teori ini, kepemilikan saham cenderung kecil karena untuk mengurangi risiko yang ditanggung oleh manajer. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa Managerial Hypotheses menyatakan adanya hubungan yang negatif antara pembelanjaan modal dan kepemilikan saham (insider ownership). Pembelanjaan Modal Pembelanjaan modal atau biasa disebut sebagai biaya modal atau pengeluaran untuk modal secara definitif diartikan sebagai pengorbanan ekonomis /yang dilakukan untuk memperoleh atau melakukan up-grade asset-asset tetap perusahaan (Investorword, 2004). Menurut McConnell & Muscarell dalam Ratnaningsih (2004), menyatakan semakin tinggi tingkat pembelanjaan modal yang dilakukan oleh perusahaan, maka tingkat kinerja perusahaan akan semakin tinggi atau dapat dikatakan semakin baik. Salah satu permasalahan yang banyak diangkat pada berbagai penelitian sehubungan dengan pembelanjaan modal adalah untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pembelanjaan modal dengan mengaitkan teori keagenan yang menyatakan mengenai Pecking Order Hypotheses dan Managerial Hypotheses. Aliran Kas Internal Aliran kas internal secara empiris terbukti sebagai salah satu variabel penentu pembelanjaan modal. Menurut teori Pecking Order Hypotheses dinyatakan bahwa manajer akan cenderung untuk membuat keputusan pembelanjaan modal berdasarkan aliran kas internal karena adanya asimetri informasi antara manajer tersebut dengan calon pemegang saham potensial (investor). Menurut Nuri dan Archer (2001), pengukuran aliran kas internal berdasarkan net income setelah pajak karena digunakan dengan pertimbangan angka tersebut mampu mewakili nilai aliran kas yang memiliki dan dapat dipergunakan oleh perusahaan pada periode tersebut atau merupakan excess cash flow. Selain itu equity agency conflict antara manajemen dengan pemegang saham dapat juga menyebabkan keputusan pembelanjaan modal berdasarkan aliran kas internal, terutama jika perusahaan memiliki excess cash flows (Jensen, 1986 dalam Ratnaningsih, 2004). Manajemen akan cenderung meningkatkan kekuasaannya melalui investasi berlebihan dan pengeluaran yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan dengan menggunakan excess cash flow tersebut. Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan hipotesis : H1 : Aliran kas internal berpengaruh positif terhadap pembelanjaan modal Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan. Pihak manajemen dapat memiliki saham perusahaan dengan cara membeli saham perusahaan tersebut. Menurut Mathiessen (2004), kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai distribusi ekuitas perusahaan dengan mempertimbangkan hak suara, dana yang dimiliki dan identitas dari pemilik ekuitas. Secara khusus didefinisikan sebagai persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan direksi suatu perusahaan. Secara empiris diperkirakan bahwa interaksi antara kebijakan keuangan perusahaan dan kepemilikan manajemen akan mempengaruhi karakter ekonomi dari perusahaan tersebut. Kepemilikan manajer tersebut akan dapat menyebabkan munculnya benefit maupun cost bagi perusahaan, karena insider ownership tersebut kemudian memberikan dampak pada perilaku pihak manajemen. Managerial Hypotheses menyatakan adanya insider ownership diharapkan akan mengurangi kecenderungan manajer untuk melakukan investasi yang berlebihan. Dalam teori ini menyatakan ada hubungan pengaruh dengan perbandingan terbalik atau bernilai koefisien negatif antara insider ownership dengan pembelanjaan modal (Griner dan Gordon, 1995). Selain itu adanya kepemilikan manajerial (internal ownership) terhadap saham akan menyejajarkan kepentingan pihak manajemen sebagai agen dengan kepentingan pemegang saham, karena manajer menjadi bagian dari pemegang saham tersebut, sehingga manajer harus menanggung akibat atas segala tindakan yang dilakukannya (Jansen dan Meckling, 1976). Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan hipotesis: H2 : Tingkat kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap pembelanjaan modal. Kedua variabel independen tersebut (aliran kas internal dan kepemilikan manajerial) masing-masing mempunyai pengaruh terhadap pembelanjaan modal yang dilakukan perusahaan. Maka penelitian ini juga memprediksikan kedua variabel independen tersebut akan dilihat pengaruhnya secara bersama-sama terhadap tingkat pembelanjaan modal perusahaan. Maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut H3 : Aliran kas internal dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pembelanjaan modal. Model Penelitian Aliran Kas Internal Pembelanjaan modal Kepemilikan Manajerial Variabel Dependen Variabel Independen Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis Metode Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan kumpulan elemen yang menjadi pengamatan dalam suatu atau seluruh kumpulan elemen penelitian yang dapat digunakan dalam membuat beberapa kesimpulan. Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009. Sampel penelitian ini diambil menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kriteria: 1. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada tahun 2010. 2. Perusahaan memiliki kelengkapan data yang berkaitan dengan proporsi aliran kas internal, dan kepemilikan manajerial tahun 2009 yang dilaporkan kepada publik. Berdasarkan kriteria tersebut maka didapat 33 sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan rincian sebagai berikut: Tabel 1 Kriteria Sampel Penelitian Kriteria Jumlah Perusahaan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 146 Perusahaan yang tidak memiliki data aliran kas data (0) pada tahun 2009 Perusahaan yang tidak memiliki data kepemilikan (113) manajerial pada tahun 2009 Total perusahaan yang memenuhi kriteria 33 Sumber: ICMD tahun 2010 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang berupa data mengenai aliran kas internal, data persentase kepemilikan manajerial terhadap keseluruhan saham yang ada, dan tingkat pembelanjaan modal dari perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010 dan annual report perusahaan manufaktur pada tahun 2009. Pengukuran Variabel Pembelanjaan Modal Pembelanjaan modal merupakan pengeluaran dana yang dilakukan manajemen untuk membiayai tambahan asset yang diperlukan guna mendukung pertumbuhan perusahaan. Variabel pembelanjaan modal dalam penelitian ini diproksi dari selisih aktiva tetap tahun ini dengan tahun sebelumnya (Nuri dan Archer, 2001). Secara matematis variabel pembelanjaan modal dirumuskan sebagai berikut: Capexpt = Fixed assett – Fixed assett-1 .....................................................(1) Dimana: Capexpt : Pembelanjaan modal pada tahun ke-t Fixed assett : Total aktiva tetap pada tahun ke-t Fixed assett-1 : Total aktiva tetap pada 1 tahun sebelum tahun ke-t Aliran Kas Internal Menurut Nuri dan Archer (2001), aliran kas internal merupakan aliran kas suatu perusahaan pada periode t yang diproksi oleh keuntungan bersih perusahaan setelah pembayaran hutang dan pajak (profit after tax). Kepemilikan Manajerial Menurut Sunarto (2004), kepemilikan manajerial diukur dari proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh direktur dan komisaris yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Kepemilikan manajerial secara matematis dirumuskan sebagai berikut: KM = Total saham dimiliki komisaris + Total saham yang dimiliki direktur ………………………..…(2) Teknik dan Langkah-langkah Analisis Pengujian penelitian ini dilakukan dengan menguji variabel-variabel independen yang mempengaruhi pembelanjaan modal sebagai variabel dependennya. Maka dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier berganda. Langkah-langkah analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengklasifikasikan perusahaan yang termasuk dalam kategori sampel penelitian. 2. Pengujian asumsi klasik a. Uji normalitas error Dasar pengambilan keputusan untuk uji Kolmogorov-Smirnov adalah jika signifikansi lebih dari 5% maka data berdistribusi normal. b. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Terjadi multikolinearitas apabila nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10 (Ghozali, 2005: 91-92). c. Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual tiap pengamatan. Cara untuk mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas Uji Glejser. 3. Analisis deskriptif Analisis deskriptif adalah penggambaran tentang statistik data seperti nilai maksimum, nilai minimum, mean serta standar deviasi (Ghozali, 2005: 19) 4. Analisis regresi linier berganda Untuk mengukur pengaruh kepemilikan manajerial dan aliran kas internal terhadap pembelanjaan modal, level of significancy sebesar 5%. Bentuk persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut: Y = a + β 1X1 + β 2X2 + e …………………….............(3) Dimana: Y = pembelanjaan modal a = konstanta β = koefisien regresi X1 = aliran kas internal X2 = kepemilikan manajerial e = error term 5. Pengujian hipotesis 5.1. Pengujian hipotesis secara parsial Dilakukan dengan uji t dengan kriteria: H0 diterima, maka Ha ditolak jika signifikansi > 0,05 berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2005). 5.2. Pengujian simultan (multivariate analysis) Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh secara serentak dari kombinasi beberapa variabel. Jika terbukti F-hitung < dari nilai signifikansi 0,05 berarti secara serempak variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya jika pada pengujian multivariate ini, jika terbukti bahwa F-hitung > dari nilai signifikansi 0,05 berarti secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh pada variabel dependen (Ghozali, 2005). Hasil Analisis Analisis Deskriptif Descriptive statistics memberikan gambaran melalui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Hasil Analisis Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PM 33 12973000000 -2888424242.42 7332402594.948 AKI 33 KM 33 26701000000 36216000000 63340 124612000000 14572969696.97 30568298465.777 1051093663 130743195.58 259398331.851 Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2012 Pembelanjaan modal mempunyai nilai minimum sebesar -26701000000, nilai maximum 12973000000, dan nilai mean sebesar -2888424242.42 dengan standar deviasi 7332402594.948. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi pembelanjaan modal yang dimilki perusahaan sebesar nilai meannya yaitu -2888424242.42. Aliran kas internal mempunyai nilai minimum sebesar -36216000000, nilai maximum 124612000000 dan nilai mean sebesar 14572969696.97 dengan standar deviasi sebesar 30568298465.777. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi aliran kas internal yang dimiliki perusahaan sebesar nilai meannya yaitu 14572969696.97. Kepemilikan manajerial yang diukur dari prosentase kepemilikan saham yang dimiliki manajemen mempunyai nilai minimum sebesar 63340, nilai maximum sebesar 1051093663 dan nilai mean sebesar 130743195.58 dengan standar deviasi sebesar 259398331.851. Hal ini menunjukkan bahwa pihak manajer memiliki saham perusahaan sebesar nilai meannya yaitu 130743195. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Error Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Error Uji Unstandardized Residual Kolmogrov-Smirnov Z 1,166 Asymp. Sig (2-tailed) 0,132 Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2012. Keterangan: tingkat signifikansi : 5% Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel di atas, dapat simpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal, karena nilai signifikansi lebih dari 5% atau 0,05. Uji Multikolinearitas Hasil dari uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Collinearity Statistics Independen Tolerance VIF 1,000 1,000 AKI 1,000 1,000 KM Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2012 Hasil pengujian menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Pada nilai Variance Inflation Factor (VIF), tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Hasil uji multikolinearitas menyimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada variabel independen dalam model regresi (Ghozali 2005: 91-92). Uji Heterokedastisitas Hasil dari uji heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel 5 berikut: Tabel 5 Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel Independen Sig AKI 0,599 0,101 KM Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2012. Berdasarkan hasil pada tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel independen yang signifikansi secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi ini tidak mengandung adanya Heterokedastisitas (Ghozali 2005: 109). Uji Hipotesis Hasil dari uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 6 berikut: Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial Variabel T Sig. (2-tailed) Sig. (one-tailed) Keputusan AKI 2,482 0,019 0,0095 diterima KM 0,762 0,452 0,226 ditolak Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2012. Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan Model 1 Regression Sum of Squares 3.16620 Df 2 Mean Square 1.58320 F Sig. 3,383 0,047 Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2012. Keterangan: tingkat signifikansi : 5% Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 6. Hasil uji hipotesis yang pertama menunjukkan bahwa aliran kas internal memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0095. Karena memiliki tingkat signifikansi kurang dari 0,05, maka hipotesis diterima, artinya aliran kas internal terbukti memiliki pengaruh positif terhadap pembelanjaan modal. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningsih (2004) yang menyatakan aliram kas internal tidak berpengaruh positif terhadap pembelanjaan modal, karena ada faktor-faktor dalam melakukan pembelanjaan modal. Hasil hipotesis yang pertama ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Myers & Majluf dalam Hanafi (2004) yang menemukan aliran kas internal berpengaruh positif terhadap pembelanjaan modal. Hal ini menunjukan adanya kelebihan aliran kas internal cenderung digunakan oleh manajemen untuk meningkatkan kekuasaannya dengan melakukan pembelanjaan modal perusahaan. Menurut pecking order hypotheses menyatakan bahwa manajer akan cenderung membuat keputusan pembelanjaan modal berdasarkan aliran kas internal karena adanya asimetri informasi antara manajer dengan investor. Implikasinya untuk membuat keputusan pembelanjaan modal perusahaan, manajer akan memilih tingkat pembelanjaan modal yang memaksimalkan kemakmuran pemegang saham saat ini tanpa memperhatikan kepemilikan manajer tersebut atas saham perusahaan. Dalam hal ini manajer berkedudukan sebagai pengelola yang mengatur perusahaan untuk dapat menarik investor untuk menanam saham pada perusahaan dengan meningkatkan kinerja perusahaan, salah satunya dengan memanfaatkan aliran kas internal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan. Hasil uji hipotesis yang kedua menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,226. Karena memiliki tingkat signifikansi lebih dari 0,05, maka hipotesis kedua ditolak, artinya kepemilikan manajerial terbukti tidak memiliki pengaruh terhadap pembelanjaan modal. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Griner dan Gordon (1995), yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap pembelanjaan modal. Menurut managerial hypotheses, menyatakan bahwa dengan adanya insider ownership diharapkan akan mengurangi kecenderungan manajer untuk berinvestasi berlebihan. Dalam hal ini manajer bertindak sebagai agen dan pemegang saham, sehingga manajer diharapkan mampu menyejajarkan kepentingan antara agen dan pemegang saham, dan bertanggung jawab atas segala resiko yang dilakukannya. Hasil hipotesis yang ketiga berdasarkan hasil uji Anova pada tabel 7, terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 3,383 dan signifikansi sebesar 0,047 kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa aliran kas internal dan kepemilikan manajerial secara bersama-sama berpengaruh terhadap pembelanjaaan modal. Analisis Regresi Linear Berganda Hasil pengujian regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel 8 berikut: Tabel 8 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Model Unstandardized Coefficiens Beta Constanta -4783852177.298 AKI 0,098 KM 3,554 Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2012. Dalam analisis ini untuk menginterpretasikan koefisien variabel independen digunakan unstandardized coefficiens melalui nilai beta. Hasil menunjukan nilai konstanta sebesar-4783852177.298. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika tidak ada variabel aliran kas internal dan kepemilikan manajerial maka nilai pembelanjaan modal adalah negatif sebesar -4783852177.298. Hasil regresi pengaruh aliran kas internal dan kepemilikan manajerial terhadap pembelanjaan modal, diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = -4783852177.298 + 0,098X1 + 3,554X2 + e Koefisien determinasi R pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2005: 83). Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi R R Square Adjusted R Square 0,429 0,184 0,130 Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2012 Std. Error of the Estimate 6,841-9 Dari tabel di atas diketahui nilai adjusted R2 sebesar 0,130, hal ini berarti 13% variasi pembelanjaan modal dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen aliran kas internal (AKI) dan kepemilikan manajerial (KM). Sedangkan sisanya (100% - 13% = 87%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui menguji pengaruh aliran kas internal dan kepemilikan manajerial terhadap pembelanjaan modal dengan menggunakan terjadinya pecking order hypotheses dan managerial hypotheses sebagai studi empirik dan menggunakan beberapa hipotesis penelitian. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen memiliki pengaruh yang berbeda terhadap pembelanjaan modal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aliran kas internal berpengaruh positif terhadap pembelanjaan modal. Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap pembelanjaan modal. Sedangkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Saran Bagi perusahaan, hasil penelitian ini bisa menjadi acuan dalam melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelanjaan modal. Dengan melihat faktor-faktor tersebut, diharapkan perusahaan dapat memilih faktor yang terbaik untuk menentukan keputusan pembelanjaan modal. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan menambahkan variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap pembelanjaan modal, seperti risiko bisnis (Kartika, 2009). Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian, keterbatasan pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar pada BEI, sehingga tidak dapat digeneralisasi ke seluruh perusahaan di Indonesia. Sehingga diharapkan untuk penelitian berikutnya memperluas populasi penelitian. Daftar Pustaka Chakraborty, Atreya, Mark Kazarosian, Emery A. Trahan, 1999, “Uncertainty in Executive Compensation an Capital Investment: A Panel Study.” Journal Financial Management. http://www.google.com. Diakses tanggal 5 November 2011. Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Griner, E. H dan L. A Gordon, 1995, “Internal Cash Flow, Insider Ownership, and Capital Expenditure: Attest of The Pecking Order and Manegerial Hypotheses.” Journal of Bussiness Finance of Accounting, Vol. 22. Hanafi, Mahmud, Manajemen Keuangan, Edisi 1, Badan Penerbit Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Investorwords, 2004, “Definition of Capital Expenditure.” http://www.investorwords.com/703/capital_expenditure.html Diakses tanggal 3 November 2011. Jensen, M. Dan W. H. Mecking, 1976, “Theory of The Firm, Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure.” Journal of Financial Economics. Vol. 3. Junianto, Felli, 2011, Pengaruh Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Keagenan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Kartika, Andi, 2009, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Persuhaan Manufaktur yang Go Public di BEI, Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 1. No. 2. Mathiesen, H, 2004, “Empirical Studies on Ownership Structure and Performance.” http://www.encycogov.com. Diakses tanggal 3 November 2011. Myers, Steward C. Dan Richard A Brealey, 2000, “Principles of Corporate Finance.” Sixth Edition. Irwin Mc Graw-Hill. USA. Nuri, Julinda dan Simon Acher, 2001, “Target Adjustment Against Pecking Order on Capital Structure.” Eropean FMA. Switzerland. Ratnaningsih, Stephana D. Ayu, 2004, “Pengaruh Aliran Kas Internal, Kepemilikan Manajer, Ukuran Perusahaan dan Intensitas Modal Terhadap Pembelanjaan Modal.” Fakultas Ekonomi Universitas Manajerial, Investment Diponegoro, Semarang. Sunarto, 2004, Analisis Pengaruh Kepemilikan Opportunity Set, Return on Asset dan Dept To Equity Ratio Terhadap Dividen Payout Ratio, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.