perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap proses penyebaran dan penerimaan pesan dengan menggunakan aspek dari teori difusi inovasi, maka peneliti mendapatkan gambaran tentang proses keputusan inovasi Program Kampung Iklim pada masyarakat Kampung Sambirejo Kota Surakarta. Penyebaran dan penerimaan informasi program kampung iklim secara bertahap lewat peran Pokja Pengelola Kampung Iklim. Hal ini sekaligus menunjukkan peran pemuka pendapat yang besar dalam proses keputusan inovasi di Kampung Sambirejo dikarenakan dua hal, yaitu: tidak dipergunakanya media massa dalam penyebaran informasi, menjadikan BLH Kota Surakarta sebagai sumber informasi satu-satunya dari program dan Pokja Pengelola Kampung Iklim dan menjadi pembimbing masyarakat dalam mempraktikkan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan menguji coba inovasi atau ide-ide baru yang datang ke masyarakat. Proses keputusan inovasi melalui beberapa tahapan yakni: Penerapan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, pengenalan program kampung iklim, penilaian program kampung iklim, uji coba program kampung iklim, pengambilan keputusan dan inovasi. Hal ini berbeda dengan teori Rogers (1983) yang menyatakan bahwa proses keputusan inovasi selalu dimulai dari tahap pengetahuan. Di Kampung Sambirejo proses keputusan inovasi justru dimulai dari tahap implementasi. a. Penerapan Upaya Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Proses keputusan inovasi dimulai dari penerapan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Sebelumnya sudah ada upaya yang dilakukan meski belum disertai pengetahuan dasar tentang adaptasi dan mitigasi. Pada tahap ini BLH Kota Surakarta melakukan identifikasi upaya pengelolaan lingkungan apa commit to user 199 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 200 saja yang telah dilakukan dengan melakukan komunikasi interpersonal terlebih dahulu dengan Ketua RW setempat. b. Pengenalan Program Kampung Iklim Pada tahap ini, orang (atau unit pengambil keputusan lain) dihadapkan pada keberadaan inovasi dan mengerti bagaimana inovasi itu. Penyampaian dan penerimaan informasi berkisar pada empat hal yaitu: (1) Perubahan Iklim (principle knowledge); (2) upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim (how-to knowledge); (3) Program kampung iklim sebagai solusi mengatasi masalah lingkungan yang dihadapi (awareness knowledge). Alur penyampaian pesan bersifat top-down dan saluran komunikasi komunikasi kelompok dan saluran komunikasi interpersonal dalam kelompok berpengaruh besar tidak ada eksposure dari saluran media massa. c. Penilaian terhadap Program Kampung Iklim (Tahap Persuasi) Ditandai pembentukan Pokja Pengelola Kampung Iklim yang secara resmi dibekali dengan surat keputusan Lurah, beserta struktur pengurusnya. Penyampaian pesan berkaitan dengan atribut inovasi yang ditekankan pada beberapa atribut, yaitu manfaat relatif (relative advantage) dan kesesuaian program (compatibility), yang dikaitkan dengan permasalahan lingkungan yang selama ini dialami oleh warga Kampung Sambirejo. Saluran komunikasi kelompok dan saluran komunikasi interpersonal. Media massa dan internet cukup dominan dalam memperkuat sikap positif terhadap program kampung iklim.alur komunikasi cenderung top down. d. Uji Coba Upaya Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Untuk mempercepat keputusan inovasi, maka komunikator member bantuan berupa sarana upaya adaptasi dan mitigasi, pada skala kelompok dan rumah tangga. Adanya praktek uji coba secara parsial oleh pemuka pendapat yang kemudian diikuti warga. Yang menarik dalam tahap ini adalah, pihak Pokja Pengelola Kampung Iklim memanfaatkan budaya ewuh pakewuh yang masih kental di kalangan warga Sambirejo, nilai inilah yang mendorong mereka untuk cenderung mengikuti apa yang telah dilakukan oleh para pemuka pendapat. Alur commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 201 komunikasi sudah bersifat bottom up, dengan memanfaatkan saluran komunikasi kelompok dan saluran komunikasi interpersonal. e. Pengambilan Keputusan Program Kampung Iklim Terdapat dua tipe keputusan inovasi, keputusan inovasi yaitu keputusan inovasi kolektif, dan keputusan inovasi opsional. Pada tahap ini, mulai muncul beragam Informasi hambatan teknis khususnya pada pelaksanaan skala rumah tangga. bersifat bottom up. Penyebaran dan penerimaan informasi menggunakan saluran komunikasi interpersonal dan saluran komunikasi kelompok. f. Evaluasi Program Kampung Iklim Penyebaran dan penerimaan informasi dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi interpersonal, saluran komunikasi kelompok dan media internet. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan kondisi Kampung Sambirejo sebelum dan sesudah penerapan program kampung iklim. Selain itu konfirmasi juga dilakukan dengan penerimaan kunjungan-kunjungan baik yang bersifat studi banding ataupun evaluatif. Selain itu Pokja Pengelola Kampung Iklim juga aktif dalam menguji coba kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkan inovasiinovasi lain dalam program kampung iklim. Alur komunikasi lebih bersifat bottom up. Sedangkan faktor pendorong dan penghambat, dilihat dari unsur-unsur yang mempengaruhi cepat lambatnya unit adopsi dalam proses keputusan inovasi, yaitu: a. Karakteristik Inovasi Relative advantage, trialability dan compatibility menjadi tiga atribut yang mampu mendorong adanya adopsi program kampung iklim. Manfaat relatif (relative advantage) berupa bertambahnya pengetahuan, berkurangnya dampak banjir, penguatan ketahanan pangan lewat, dan pengurangan emisi gas rumah kaca; Praktek adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dapat diujicoba secara parsial (trialability); Program kampung iklim sesuai (compatibility) dengan permasalahan lingkungan yang dialami warga dan milai-nilai sosial yang ada. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 202 Sedangkan yang menjadi penghambat adalah segi kompleksitas dan observabilitas program kampung iklim. Dari segi kompleksitas (complexity), isu perubahan iklim dianggap masih jauh dari keseharian warga, cakupan program terlalu luas dan rumit, sulit untuk dipahami secara cepat; penghambat lain adalah secara umum praktek adaptasi dan mitigasi memerlukan proses dan waktu untuk memperlihatkan hasil (Observabilitas). b. Karakteristik sistem sosial Masih kentalnya nilai ewuh pakewuh yang dianut oleh sebagian besar warga dan masih adanya budaya jagongan terutama di wedangan yang menjadi sarana komunikasi interpersonal, keduanya menjadi pendorong dalam percepatan keputusan inovasi. Sedangkan karakteristik warga perkotaan dengan mobilitas sosial yang tinggi menjadi penghambat, karena waktu untuk berinteraksi secara social kurang maksimal. c. Saluran Komunikasi Kombinasi penggunaan saluran komunikasi interpersonal dan kelompok menjadi pendorong yang efektif dalam upaya perubahan perilaku. Sedangkan, tidak adanya media komunikasi cetak ataupun digital menjadi penghambat, terutama bagi masyarakat untuk memahami kompleksitas dari program kampung iklim. d. Tipe Keputusan inovasi Adanya keputusan inovasi kolektif mampu mendorong percepatan keputusan inovasi opsional. e. Peran agen perubahan Keaktifan Pokja Pengelola Kampung iklim dalam melaksanakan uji coba inovasi dan melakukan komunikasi interpersonal kepada warga menjadi factor pendorong dalam percepatan keputusan inovasi, namun hal ini terhambat karena kurangnya personel yang mampu menjadi motivator bagi warga sekitarnya. penghambat lain adalah munculnya sentimen negative terhadap pokja pengelola kampung iklim yang mampu mengancam keberlanjutan program di Kampung Sambirejo. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 203 B. IMPLIKASI B.1. Implikasi Teoritis Penelitian ini memiliki implikasi teoritis, khususnya terhadap kajian teori difusi inovasi. Difusi inovasi merupakan sebuah bentuk komunikasi khusus yang menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Inti dari sebuah proses difusi adalah diterima atau ditolaknya sebuah inovasi. Secara hakiki, teori Rogers memang tidak salah, namun kehadiran teori tersebut yang kemudian diadopsi secara total dan dianut secara kaku hingga diuniversalkan. Keputusan untuk menerima atau menolak sebuah inovasi tidak berlangsung begitu saja, namun melalui tahapan-tahapan tertentu. Menurut Rogers (1983) terdiri dari lima tahap yakni tahap pengetahuan, tahap persuasi, tahap pengambilan keputusan, tahap implementasi dan tahap konfirmasi. Dalam penelitian ini muncul beberapa temuan menarik yang berbeda dari teori proses adopsi yang dikemukakan oleh Rogers (1983). Diantaranya adalah adanya lompatan proses keputusan inovasi yang dimulai dari tahap penerapan dan karakter Laggard yang justru muncul dari pemuka pendapat. Hal ini menunjukkan bahwa teori Rogers bukan lah hal yang hakiki berlaku secara universal, dalam prakteknya di lapangan mungkin muncul beragam temuan yang berbeda dari teori difusi inovasi milik Rogers, baik dalam hal proses adopsi ataupun pada karakter adopter. Proses komunikasi yang efektif sangat berperan dalam kesuksesan penerimaan sebuah inovasi. Yang perlu disadari adalah, tidak semua teori komunikasi barat relevan dengan kondisi social masyarakat Indonesia. Penerapan teori-teori komunikasi yang ada di Indonesia sebaiknya perlu ditinjau kembali dan disesuaikan dikarenakan aspek relevansi terhadap kondisi sosial masyarakat Indonesia yang berbeda dengan kondisi masyarakat di negara barat. Tantangan inilah yang harus dihadapi para akademisi dan para pakar komunikasi untuk memberikan perspektif yang lebih baik terhadap kondisi dunia komunikasi Indonesia saat ini. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 204 B.2. Implikasi Praktis Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tahap proses keputusan inovasi memiliki karakteristik dan pola yang beragam. Berkaitan dengan isu perubahan iklim, diperlukan proses komunikasi yang intensif untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk mencegah dampak yang lebih buruk di saat mendatang. Perubahan iklim bagi masyarakat di negara berkembang belum menjadi isu yang menarik. Perubahan iklim melibatkan proses yang rumit dan aspek-aspek yang sangat luas. Karena itu penting bagi komunikator untuk menemukan dan menentukan startegi komunikasi yang tepat dalam memberikan penjelasan dan merubah pola hidup masyarakat agar lebih tahan terhadap dampak perubahan iklim. Perlu disadari bahwa penyebaran dan penerimaan informasi tentang sesuatu yang baru bukanlah hal yang sederhana. Berkaca dari teori difusi inovasi, proses untuk menerima sebuah inovasi melalui tahapan-tahapan tertentu. Hal ini penting diperhatikan khususnya bagi para pihak yang berperan sebagai inovator dan komunikator, untuk memilih strategi komunikasi yang tepat dan media komunikasi apa saja yang dapat digunakan untuk mempercepat proses keputusan inovasi. Penelitian ini pun menunjukkan peran pemuka pendapat yang cukup dominan dalam proses difusi inovasi meski saat ini media massa mampu menyediakan beragam informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun ada hal-hal yang tidak bisa dicapai oleh komunikasi massa namun berhasil dengan penggunaan saluran komunikasi interpersonal dan kelompok, dengan memanfaatkan beragam kearifan lokal. Penerapan program kampung iklim di Kampung Sambirejo dianggap telah berhasil di mata pemerintah ditunjukkan dengan diterimanya penghargaan di tingkat provinsi sebagai kampung iklim terbaik di kategori perkotaan, namun dari segi proses keputusan inovasi, faktanya di lapangan masih banyak yang perlu diperbaiki, khususnya bagi BLH Kota Surakarta selaku innovator yang memegang peran kunci sebagai komunikator dalam proses difusi program kampung iklim. Pendekatan tidak cukup hanya dilakukan kepada para pemuka pendapat setempat, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 205 namun juga harus menyentuh pada pemahaman di tingkat grassroot. Perencanaan yang matang dan kesiapan untuk menghadapi konsekuensi-konsekuensi negative yang mungkin muncul dari penerapan program merupakan hal yang harus diperhitungkan. B. SARAN Dari hasil analisis data mengenai temuan penelitian dan teori-teori yang dijadikan sebagai landasan operasional dan pembahasan penelitian ini, dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut : 1. Sebagai negara berkembang, kemampuan Indonesia dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim belumlah sebaik negara-negara maju. Oleh karena itu dikhawatirkan bahwa pembangunan yang sedang dilaksanakan pemerintah bisa terhambat karena dampak perubahan iklim. Golongan yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim adalah masyarakat miskin yang juga merupakan golongan yang paling terkena dampak terhambatnya pembangunan nasional. Dengan demikian, respon terhadap perubahan iklim harus mengikutsertakan program pengentasan kemiskinan. Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus menjadi agenda pembangunan nasional dalam rangka mengembangkan pola pembangunan yang tahan terhadap dampak perubahan iklim dan gangguan anomali cuaca yang terjadi saat ini dan antisipasi dampaknya ke depan. 2. Inovator dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta perlu memperkaya penggunaan media komunikasi yang dapat membantu mempermudah masyarakat dalam memahami konsep program kampung iklim. Media komunikasi dapat berupa booklet, brosur, video dan media komunikasi lain yang menarik minat masyarakat untuk memahami isu tentang perubahan iklim dan upaya adaptasi serta mitigasi perubahan iklim. Penggunaan saluran media massa juga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 206 diperlukan untuk membidik target audience yang lebih besar, bukan hanya di satu wilayah saja. 3. Memaksimalkan peran pemangku kepentingan tingkat kelurahan bekerjasama dengan jaringan terkait, untuk dapat ikut serta dalam mengembangkan berbagai strategi komunikasi dengan memanfaatkan beragam kearifan lokal yang dimiliki untuk menciptakan pemahaman dan kebutuhan di masyarakat tentang pentingnya untuk melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. 4. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan kajian perbandingan terhadap proses difusi inovasi program Kampung Iklim di wilayah Sambirejo berdasarkan system social yang berbeda, yakni masyarakat yang tinggal di RT I hingga RT V dengan kalangan TNI yang tinggal di RT VI dan RT VII, karena ada kemungkinan perbedaan proses dalam tahapan difusi inovasi. Ataupun dapat dilakukan perbandingan dengan penerapan program kampung iklim perkotaan di wilayah lain. commit to user