BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian suber daya manusia ada berbagai macam pengertian manajemen sumber daya menurut para pakar manajemen. Seperti pengertian manajemen sumber daya manusia menurut mary parker follett, manjemen sumber daya manusia adalah suatu seni unuk mencapai tujuan – tujuan organisasi melalui pengaturan orang – orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan itu sendiri. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kontek bisnis, adalah orang yang bekerja dalam suatu organisasi yang sering pula disebut karyawan. Sumber Daya Manusia merupakan asset yang paling berharga dalam perusahaan, tanpa manusia maka sumber daya perusahaan tidak akan dapat menghasilkan laba atau menambah nilainya sendiri. Manajemen Sumber Daya Manusia didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia, bukanlah mesin, dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Selanjutnya menurut Hasibuan (2007), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 B. Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan Suatu organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuanya serta mampu memenuhi tanggung jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya (Pimpinanya). Apabila manajer mampu melaksanakan fungsi – fungsinya dengan baik, sangat mungkin orgaanisasi tersebut akan dapat mencapai sasarannya. Sebab itu organisasi membutuhkan pemimpin yag efektif,yang mempunyai kemampuan mempengaruhi prilaku anggotanya atau anak buahnya. Jadi, seorang pemimpin ataukepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahanya kearah pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan salah satu peranan yang sangat penting yang ada di dalam seiap organisasi. Pemimpin sangatlah dibutuhkan dalam setiap organisasi karna adanaya keterbatasan dalam kelebihan yang dimiliki oleh setiap manusia. Dengan adanya keterbatasan dan kelebihan ersebut timbul kebutuhan untuk dipimpin dan memimpin. Definisi kepemimpinan menurut Robbins (2008) adalah kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok unuk mencapai suatu visi atau serangkaian tujuan tertentu. Sumber pengaruh ini bisa jadi bersifat formal, seperti yang diberikan oleh pemangku jabatan manajerial dalam sebuah organisasi. Karena posisi manajemen memiliki tingkat otoritas yang diakui secara formal, seseorang bisa memperoleh peran pemimpin hanya karena posisinya dalam organisasi tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 Sedangkan Nawawi dan Hadari (2004) mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses atau rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lain, meskipun tidak mengikuti rangkaian yang sistematis. Rangkaian itu berisi kegiatan menggerakan, membimbing dan mengarahkan serta mengawasi orang lain dalam berbuat sesuatu, baik secara perseorangan maupun bersama– sama. 2. Pengertian Gaya Kepemimpinan Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para pengikutnya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau kepribadian. Seorang pemimpin merupakan seseorang yang memiliki suatu program dan yang berperilaku secara bersama-sama dengan anggota-anggota kelompok dengan mempergunakan cara atau gaya tertentu, sehingga kepemimpinan mempunyai peranan sebagai kekuatan dinamik yang mendorong, memotivasi dan mengkordinasikan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Kartono (2008) Menyatakan sebagai berikut :“Gaya kepemimpinan adalah sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian yang membedakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain” Menurut Thoha (2010) mengemukakan bahwa :“Gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain atau bawahan”Menurut Yayat M Herujito http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 (2006) mengartikan gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut :“Gaya kepemimpinan bukan bakat, oleh karena itu gaya kepemimpinan dipelajari dan dipraktekan dalam penerapannya harus sesuai dengan situasi yang dihadapi” Sedangkan menurut Supardo (2006), mengungkapkan bahwa :“Gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan porses kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas atau suatu sasaran dan mengarahkan organisasi dengan cara yang lebih masuk akal” Berdasarkan pengertian-pengertian gaya kepemimpinan diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah kemampuan seseorang pemimpin dalam mengarahkan, mempengaruhi, mendorong dan mengendalikan orang bawahan untuk bisa melakukan sesuatu pekerjaan atas kesadarannya dan sukarela dalam mencapai suatu tujuan tertentu. 3. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yang secara terinci dijabarkan lagi menjadi delapan pola. Ketiga pola dasar dalam gaya kepemimpinan menurut Nawawi dan Martini (2008) adalah 1. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal 2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan kerja sama 3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingan hasil yang dapat dicpai dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok/organisasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 Ketiga pola dasar mencerminkan gaya kepemimpinan seperti tersebut diatas, dalam proses kepemimpinan secara operasional tidaklah terpisah secara deskrit. Dalam kenyataannya satu dengan yang lain saling isi–mengisi dan saling menunjang, namun terlihat kecendrungan atau titik beratnya yang berbeda. Kepemimpinan merupakan aktivitas orang–orang, yang terjadi diantara orang–orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang–orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut. Proses kepemimpinan juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang di inginkan bersama ( Safara, 2004). Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas–kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tiak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin. Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara orang–orang yang menginginkan perubahan yang signifikan, dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan) ( Safara, 2004). Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi social dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing–masing,. yang mengisaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam dan bukan diluar situasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 4. Indikator Gaya Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2007) menyatakan gaya kepemimpinan terdiri dari kepemimpinan otoriter, kepemimpinan partisipatif dan kepemimpinan delegatif. Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan (wewenang) sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan ataukalau pimpinan itu menganut siatem sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan– kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran-saran, ide-ide dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Kepemimpinan partisipatif ialah bila seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi para bawahannya. Pemimpin memotivasi para bawahan, agar merasa ikut memiliki perusahaan. Kepemimpinan delegatif, bila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan lengkap, sehinggabawahan tersebut dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanaan pekerjaannya, Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan, dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan itu. Pada prinsipnya pemimpin bersikap, menyerahkan dan menyatakan kepada bawahan, “Inilah pekerjaan yang harus http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 saudarakerjakan, saya tidak peduli, terserah saudara bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik”. Dengan bermacam-macam bentuk gayakepemimpinan dalam mencapai tujuan perusahaan, cukup wajar bila dianggap bahwa seseorang mempunyai cukup kemampuan untuk mempengaruhi orang laindalam usaha mencapai tujuan dan mempunyai interaksi antara personal yang baik dan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi atau keadaan, meskipun tidak ada sifat yang mutlak yang dapat didefinisikan. C . Budaya Organisasi 1. Pengertia Budaya Organisasi Dalam kehiupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelomok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman prilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektifitas organisasi secara keseluruhan Berikut ini di kemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut para ahli. Ivancevich (2006) mendefinisikan bahwa budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan karyawn dan cara persepsi itu menciptakan ssuatu pola. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Robbins (2008:247) mengatakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang di anut oleh anggota – anggota organisasi. Menurut Schein (1992), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan mencegah masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota – anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggot termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir an merasakan masalah yng dihadapi. Menurut Drucker dalam Tika (2006) budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah–masalah eksternal dan internal yang pelaksanaanya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian di wariskan kepada anggota–anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah–masalah terkait Berdasarkan definisi dapat di simpulkan bahwa budaya organisasi merupakan suatu prinsip dasar ari suatu organisasi. Hal ini meliputi berbagai nilai, keyakinan, norma, dan prilaku yang di anut oleh organisasi da menjadi ciri khas dari organisasi tersebut. 2. Fungsi Budaya Organisasi Menurut Taka (2006) memilih beberapa fungsis yaitu Sebagai pembatas dan pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun kelompok lain sebagai perekat bagi staf dalam suatu organisasi. Mempromosikan stabilitas system social sebagai mekanisme control dalam memandu dan membentuk sikap serta prilaku staf Sebagai integrator. Membentuk prilaku bagi para staf Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah – masalah pokok organisasi Sebagai acuan dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 menyusun perencanaan perusahaan Sebagai alat komunikasi Sebagai penghambat berinovasi Menurut kreitner dan Kinicki (3003:83-86) yaitu: Member anggota indentitas organisasional, menjadikan perusahaan diakui sebagai perusahaan yang inovatif dengan mengembangkan produk. Identitas organisasi menunukkan ciri khas yang membedakan dengan organisasi lain yang mepunyai sifat khas yang berbeda memfasilitasi komitmen kolektif, perusahaan mampu membuat ekerjaan bangga menadi bagian daripadanya. Anggota organisasi mepunyai komitmen bersama norma – norma dalam organisasi yang harus diikuti dan tujuan bersama yang harus di capai meningkatkan stabilitas system social sehingga menerminkan bahwa lingkungan kerja dirasakan positif, konflik dan perubahan dapat di kelola secara efekif. Dengan kesepakatan bersama tentang budaya organisasi yang harus di jalani mampu membuat lingkungan dan interaksi social berjalan dengan stabil dan tanpa gejolak membentuk perilaku dengan membantu anggota menyadari atas lingkungannya. Budaya organisasi dapat menjadi ala untuk membuat orang berfikiran sehat dan masuk akal. Menurut Robbins (2008) mengemukakan pandangan tentang terciptanya dan kelangsungan suatu buaya organisasi terciptanya dan kelangsungan suatu buaya organisasi di turunkan dari filsafat pendirinya, kemudian nilai – nilai tersebut di pengaruhi secara kuat oleh kriteria – kriteria tertentu untuk di seleksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi budaya organisasi merupakan sebagai batas pembeda terhadap lingkungan organisasi maupun kelompok lain dan membentuk prilaku dengan membantu anggota menyadari atas lingkungannya. 3. Tipe - tipe Budaya Organisasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Para peneliti telah berusaha mengidentifikasi dan mengukur beberapa tipe budaya organisasi dalam rangka mempelajari hubungan antara tipe efektivitas dan organisasi. Pencarian ini didorong oleh kemungkinan bahwa budaya tertentu lebih efektif dibandingkan dengan yang lain. Menurut Kreitner dan Kinicki (2003) bahwa secara umumterdapat 3 (tiga) tipe budaya organisasi yaitu: a). Budaya konstruktif Budaya konstruktif adalah budaya dimana para karyawan didorong untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengerjakan tugas dan proyeknya dengan cara yang akan membantu mereka dalam memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang. Tipe budaya ini mendukung keyakinan normatif yang berhubungan dengan pencapaian tujuanaktualisasi diri, penghargaan yang manusiawi dan persatuan. b). Budaya pasif-defensif Budaya pasif-defensif bercirikan keyakinan yang memungkinkan bahwa karyawan berinteraksi dengan karyawanlain dengan cara yang tidak mengancam keamanan kerja sendiri. Budaya ini mendorong keyakinan normatif yang berhubungan dengan persetujuan, konvensional, ketergantungan, dan penghidupan. c). Budaya agresif -defensif Budaya agresif-defensif mendorong karyawannya untuk mengerjakan tugasnya dengan kerja keras untuk melindungi keamanan kerja dan status mereka. Tipe budaya ini lebih bercirikan keyakinan normatif yang mencerminkan oposisi, kekuasaan, kompetitif dan perfeksionis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 4. IndikatorBudaya Organisasi Menurut Robbins (2011), ada 10 indikator budaya organisasi yaitu: a) Inisiatif individual, tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi yang dipunyai individu b) Toleransi terhadap tindakan beresiko, sejauh mana pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko c) Arah, sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi d) Integrasi, tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi e) Dukungan dari manajemen, tingkat sejauh mana para manajer memberi komunikasi yang jelas, bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka f) Kontrol, jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai g) Identitas, tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau bidang keahlian profesional h) Sistem imbalan, tingkat sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih i) Toleransi terhadap konflik, tingkat sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik terbuka http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 j) Pola-pola komunikasi, tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. D. Kepuasan Kerja Karyawan 1. Pengertia Kepuasan Kerja Karyawan Menurut handoko (2008) menambahkan kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Departemen personalia atau menajemen harus senantias memonitor kepuasan kerja. Karena hal ini mempengaruhi tingkat absensi, perputaran tenaga kerja, semangat kerja, keluhan–keluhan, masalah–masalah personalia vital lainnya. Secara sederhana, kepuasan kerja dapat diartikan sebagai apa yang membuat orang – orang menginginkan dan menyenangi pekerjaan. Apa yang membuat mereka bahagia dalam pekerjaannya atau keluar dari pekerjaanya. Hary (1998) dalam Ruvendi (2005) dalam penelitian menyebutkan bahwa factor yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai secara signifikan adalah : factor yang berhubungan dengan pekerjaan, dengan konisi kerja, dengan teman sekerja, dengan pengawasan, dengan promosi jabatan dan dengan gaji. Dari ke enam factor tersebut yang paling dominan adalah factor yang berhubungan dengan kondisi kerja. Job satisfaction dapat diartikan sebagai apa yang membuat orang– http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 orang menginginkan dan menyenangi pekerjaan. Apa yang membuat mereka bahagia dalam pekerjaanya atau keluar dar pekerjaanya ( Ruvendi, 2005). Seseorang cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila kepuasan dapat diperolehnya dari pekerjaannya dan kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral, kedisipian, dan prestasi kerja karyawan alam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan (Hasibuan, dalam Prasetyo (2008). Kepuasan kerja yang tinggi atau baik akan membuat karyawan semakin loyal kepada perusahaan atau organisasi. Semakin termotivasi dalam bekerja, bekerja dengan rasa tenang, dan yang lebih penting lagi kepuasan kerja yang tinggi akan memperbesar kemungkinan tercapainya produktivitas dan motivasi yang tinggi pula. Karyawan yang tidak merasa pusa terhadap pekerjaannya, cenderung akan melakukan penarikan atau penghindaran diri dari situasi–situasi pekerjaan bik yang bersifat fisik maupun psikologis. Berkenaan dengan masalah kepuasan kerja karyawan, Ruvendi (2005) mengatakan banyak factor yang mempengaruhi ketiakpuasan karyawan dlam pekerjaanya diantaranya adalah : a) System imbalan Karena setiap karyawan akan selalu membandingkan antara rasio hasil enan input dirinya terhadap rasi hasil denan input orang lain. Perlakuan yag tidak sama baik dalam reward maupun punishment merupakan sumber kepuasan ata ketidak puasan b) System karir http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Tidak adanya penghargaan atas pengalaman dan keahlian serta promosi yang tidak dirancang dengan benar dapat menimbulkan sikap apatis dalam bekerja serta tidak memberikan harapan yang lebih baik di masa depan c) Isi dari pekerjaan itu sendiri Misalnya seorang yang tidak menyukai berhadapan dengan orang banyak justru diberikan jabtan pada public relation, orang yang tiak suka dengan pekerjaan yang hubungan dengan angka ditempatkan pada bagian anggaran atau perencanaan dan keuangan, tentu saja hal itu dapat menyebaban ketidakpuasan kerja Sejalan dengan itu, Martoyo dalam Prasetyo (2005) kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memandang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas jasa kerja karyawan ini, baik yang berupa finansial maupun yang nonfinansial. 2. Indikator Kepuasan Kerja Nelson and Quick (2006) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi 5 dimensi spesifik dari pekerjaan yaitu gaji, pekerjaan itu sendiri, kesempatan promosi, supervisi dan rekan kerja. a) Gaji : sejumlah upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa diangap sebagai hal yang pantas dibandingkan dengen orang lain di dalam organisasi. Karyawan memandang gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka terhadap perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 b) Promosi merupakan factor yang berhubungan dengan ada atau tidaknya kesempatan memperoleh peningkatan karier selama bekwerja. Kesempatan inilah yang memiliki pengaruh yang berbeda pada kepuasan kerja. c) Supervise merupakan kemampuan atasan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan prilaku kepada bawahan yang mengalami permasalahan dalam pekerjaan. d) Rekan Kerja merupakan tungakat dimana rekan kerja yang pandai dan mendukung secara social merupakan factor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dan atsannya dan dengan pegawai lainnya baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaan. Indikator kepuasan atau ketidakpuasan kerja pegawai atau karyawan dapat diperlihatkan oleh bebeapa aspek Ruvendi (2005) diantaranya: Jumlah kehadiran pegawai atau jumlah kemangkiran oleh beberapa aspek Ruvendi (2005) diantaranya: a) Jumlah kehadiran pegawai atau jumlah kemangkiran b) Perasaan senang atau tiadak senag dalam melaksanakan pekerjaan c) Perasaan adil atau tidak adil dalam menerima imbalan d) Suka atau tidak suka dengan jabatan yang dipegangnya e) Sikap menolak peerjaan atau menerima dengan penuh tanggung jawab f) Tingkat motivasi para pegawai yang tercermin dalam perilaku pekerjaan g) Reaksi positif atau negative terhadap kebijakan organisasi h) Unjuk rasa atau prilaku destruktif lainnya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 E. Penelitian Terdahulu Penggalian dari wacana penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya memperjelas tentang variabel-variabel dalam penelitian ini, sekaligus untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Umumnya kajian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kalangan akademis dan telah mempublikasikannya pada beberapajurnal cetakan dan jurnal online(internet). Penelitian mengenai kepemimpinan dan budaya organisasi yang dilakukan peneliti terdahulu antara lain: Maulvinizar (2011), Sinaga(2008) dan Rosita (2005). Maulvinizar (2011) melakukan penelitian tentang analisis “pengaruh kepemiminan dan budaya organisasi terhadap keuasa kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia (persero) cabang kudus”. Adapun metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah dengan metode sensus, dengan jumlah sampel 57 orang. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode kuesioner, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan metode literature dan internet. Metode analisis data yang igunakan adalah analisa regresi linier beganda, dengan menggunakan bantuan program SPSS. Budaya organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Sedangkan kepemimpinan juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Hasil nialai koefisien determinasi yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen (budaya organisasi dan kepemimpinan) dalam menjelaskan variabeldependen ( kepuasan kerja karyawan) sangat terbatas. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 Penelitian mengenai kepemimpinan dan budaya organisasi yang dilakukan peneliti terdahulu antara lain: Sinaga(2008) dan Rosita (2005). Sinaga (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Reward Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Soeloeng Laoet Medan”. Perusahaan ini merupakan perusahaan perkebunan swasta nasional. Kesamaan dalam penelitian tersebut adalah pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan model analisis data adalah regresi linier berganda. Sedangkan perbedannya adalah variabel bebas yang diteliti ada 2 (dua) yaitu budaya organisasi dan reward sedangkan dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah kepemimpinan dan budaya organisasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara serempak budaya organisasi dan reward berpengaruh high signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Soeloeng Laoet Medan dan secara parsial budaya organisasi dan reward berpengaruh igh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Soeloeng Laoet Medan. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah variabel budaya organisasi. Hal ini berarti budaya organisasi yang berlaku di PT. Soeloeng Laoet Medan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Rosita (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Tolan Tiga Indonesia”. Perusahaan ini merupakan perusahaan perkebunan swasta multinasional. Kesamaan dalam penelitian tersebut adalah pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan model analisis data adalah regresi linier berganda. Sedangkan perbedannya adalah variabel bebas yang diteliti ada 2 (dua) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 yaitu gaya kepemimpinan dan budaya organisasi sedangkan dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah kepemimpinan dan budayaorganisasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap budaya organisasi, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan dan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara budaya organisais terhadap kepuasan karyawan serta terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan budaya organisasi organisasi terhadap kepuasan karyawan. F. Kerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis 1. Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Kepuasn Kepemimpinan pada dasarnya adalah proses mempengaruhi orang lain. Selain itu kepemimpinan juga berarti kemampuan untuk mempengarui, menggerakkan, dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk tujuan tertentu. Dalam upaya mempengaruhi tersebut seorang pemimpin menerapkan gaya yang berbeda–beda dalam setiap situasi. Gaya kepemimpinan (leadership styles) merupakan berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarhkan dan mempengarui pekerja. Dari pengertian tersebut terungkap bahwa apa yang dilakukan oleh atasan mempunyai pengaruh terhadap bawahan, yang dapat membangkitkan semangat dan kegairahan kerja maupun sebaliknya.Sehingga karyawan merasakan kepuasan dalam bekerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Kepemimpinan yang diperankan dengan baik oleh seorang pemimpin mampu memotivasi karyawn untuk bekerja lebih baik, hal ini akan membuat karyawan lebih hati–hati berusaha mencapai target yang diharapkan perusahaan, hal tersebut berdampak pada kepuasan kerjan. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Gaya Kepemimpinan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan 2. Hubungan antara Budaya Organisasi dengan Kepuasan Karyawan Pada dasarnya manusia atau seseorang yang berada dalam kehidupan organisasi berusaha untuk menentukan dan membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasikan kepentingan semua pihak, agar dapat menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing – masing individu. Sesuatu yang dimaksud adalah budaya dimana individu berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan sebagainya. Budaya organisasi adalah nilai keyakinan bersama yang mendasari identitas perusahaan. Mengingat budaya organisasi merupakan suatu kesepakatan bersama para anggota dalam organisasi atau perusahaan sehingga empermudah lahirnya kesepakatan yang lebih luas untuk kepentingan perorangan. Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan organisasi. Budaya organisasi mempengaruhi organisasi atau perusahaan sehingga empermudah lahirnya kesepakatan yang lebih luas untuk kepentingan perorangan. Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 manusia yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan organisasi. Budaya organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan positif terhadap komitmen organisasi, kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Dukungan tinggi yang ditunjukkan oleh pemimpin perusahaan mampu memberikan motivasi yang tinggi dari karyawan untuk bekerja lebih baik dan mencpai target. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Budaya organisasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Dari penjelasan di atas, maka dapat digambarkan model penelitian sebagai berikut : Gaya Kepemimpinan Kepuasan Keja Budaya Organisasi Gambar 2.1. Model penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/