Ringkasan Khotbah - 25 Apr'10 Gal.1:6-10 Pdt. Andi Halim, S. Th. Jemaat Galatia adalah salah satu jemaat yang mengalami serangan ajaran-ajaran yang mengguncangkan, memutarbalikkan Firman. Pengajaran sesat sudah terjadi dari abad-abad pertama, bahkan mulai dari Perjanjian Lama. Siapa bilang kalau ajaran itu bukan dari Tuhan pasti akan habis lenyap? Ternyata ajaran sesat makin berkembang dan semakin lama semakin banyak. Kalau kita meneliti sejarah gereja dan sejarah ajaran-ajaran sesat hal ini banyak terjadi. Jikalau ada orang Kristen meremehkan hal ini, hanya menjadi orang Kristen nominal saja, datang dan pulang dari gereja, tidak mau belajar imannya dengan sungguh-sungguh, maka sudah terbukti dari sejarah akhirnya mereka menjadi korban ajaran sesat. Jaman sekarang pun banyak orang tidak peka akan ajaran yang tidak benar. Dulu saya ada teman yang berasal dari seminari yang benar tapi terlibat dalam pengajaran DOM (doa bagi orang mati) di mana orang mati rohnya dianggap masih gentayangan dan bisa hinggap pada orang yang masih hidup. Anaknya sendiri bisa melihat roh orang yang sudah mati yang lalu mereka doakan. Ada lagi teman saya yang kejar-kejaran dengan Iblis. Katanya Iblis sedanga menyerang daerah Bali. Lalu dikejar ke sana dan diusir. Ini mengherankan karena orang yang sudah mendapatkan ajaran Reformed pun bisa terpengaruh separah ini. Bahkan saya pun juga pernah diajak. Ini karena orang ini tidak mengerti dan tidak mempunyai dasar pengajaran yang teguh. Herannya banyak orang Kristen yang tidak waspada akan hal ini. Ada hamba Tuhan yang setelah pergi ke Korea dan mengunjungi salah satu gereja terbesar di sana di mana pendetanya sudah mengajarkan positive thinking dan berdoa meminta sesuatu dari Tuhan dengan membayangkan dengan detil pasti berhasil (yang jelas-jelas sudah tidak sesuai Alkitab) malah mengatakan kalau kita keliru kalau selama ini menilai mereka sesat karena buktinya mereka diberkati Tuhan luar biasa dan sebagainya. Ini karena dia hanya 1/6 Ringkasan Khotbah - 25 Apr'10 melihat fenomena gereja yang gedungnya sangat besar dan banyak orang yang datang ke sana. Lalu ia menilai kita sudah salah menghakimi. Orang Kristen sering terjebak hanya menilai pada fenomena dan tidak kembali kepada dasar iman. Jaman sekarang pun orang bisa menganggap bahwa ajaran Armenian tidak apa-apa asalkan tetap percaya pada Tuhan Yesus. Padahal di jaman Reformasi melalui konsili gereja, termasuk Synod of Dort Armenian sudah dianggap sebagai bidat, ajaran sesat, karena golongan ini tidak mau menerima kalau keselamatan hanya melalui iman saja, sola fide, melainkan harus ditambah dengan perbuatan baik. Dalam Alkitab siapa yang menambahkan perbuatan sebagai syarat keselamatan sudah dianggap bidat. Tapi jaman sekarang orang Kristen tidak peduli soal itu asal dianggap sama-sama menyembah Yesus Kristus. Rasul Paulus dalam menghadapi ajaran-ajaran yang menyimpang di Galatia sama sekali tidak berkompromi. Ia dengan tegas mengatakan bahwa orang yang memberitakan injil yang berbeda dengan yang telah mereka ajarkan itu terkutuk. Maka dalam memilih gereja, gereja yang mana yang kita pilih? Tidak bisa tidak selain gereja yang mau sesuai dengan Firman Tuhan. Itulah sebetulnya kriteria pertama yang paling mendasar bagi kita untuk bergereja. Janganlah kita sembarangan memilih gereja asal yang dekat dengan rumah saja, yang orangnya baik-baik, pendetanya ramah, kalau saya datang disambut luar biasa, atau saya banyak teman di sana. Jadi hanya alasan-alasan praktis saja. Tapi kalau kita mau kembali pada Firman maka gereja yang saya pilih harus kembali pada prinsip-prinsip Firman Tuhan. Dan hal ini tidak akan dapat kita mengerti kecuali kita mau belajar sungguh-sungguh. Kita patut bersyukur jikalau kita sudah berada dalam gereja yang mau kembali pada prinsip firman dan mengajarkannya. Akan tetapi kalau gereja kita adalah gereja yang sesat dan tidak benar maka kita yang tidak ada fondasi dasar akan manggut-manggut saja, amin amin karena selama ini menjadi orang Kristen tidak mau belajar memperlengkapi diri. Hal ini terus menerus ditekankan karena inilah ciri gereja Reformed, terus mau belajar dan terus mau diajar dan terus mau diperingatkan kalau kita salah. Jangan setelah diberitahu kesalahannya malah tersinggung dan tidak mau ke gereja. Itu sayang sekali. Diperingatkan adalah suatu berkat rohani. Jangan berpikir bahwa gereja yang baik adalah gereja yang selalu menyenangkan saya, tidak pernah menyinggung saya, selalu menuruti keinginan saya. Gereja semacam ini bukan gereja yang baik tetapi dipakai setan untuk menyesatkan kita. Gereja yang baik justru bisa menyinggung kita dan memakai Firman untuk membukakan kesalahan kita. Tapi justru itu adalah berkat yang besar. 2/6 Ringkasan Khotbah - 25 Apr'10 Jikalau Anda tidak mau ditegur dan hanya mau menjadi tuan di gereja maka silahkan cari gereja yang mempertuan Anda. Tetapi jikalau kita di sini mau belajar, dibentuk Firman, menajdi hamba-Nya, maka kita harus belajar taat. Gereja yang benar beritakan Firman yang setia dan kembali kepada Alkitab. Untuk tahu hal ini kita harus belajar. Injil yang benar dirumuskan oleh para reformator dalam 3 hal yang besar: sola fide, sola gratia, dan sola scriptura. Ini semua adalah fondasi bagi kita untuk mengetahui apakah suatu gereja itu benar atau tidak. Hal ini tidak bisa diganggu gugat. Sola fide menekankan hanya melalui iman bukan melalui perbuatan baik yang menentukan keselamatan. Jadi jikalau ada kotbah yang menekankan bahwa melalui perbuatan baik kita bisa diselamatkan dan dijamin oleh Tuhan maka itu adalah ajaran sesat. Alkitab mengatakan bahwa perbuatan baik kita seperti kain kotor (Yesaya 64:6). Tuhan melihat kita semua sebagai orang yang berdosa, yang najis dan yang tidak layak. Ini tidak berarti orang Reformed tidak mengajarkan perbuatan baik. Perbuatan baik bukanlah syarat kita untuk masuk surga melainkan sebagai ucapan syukur kepada Allah karena kita sudah diselamatkan di mana buah-buah yang kita hasilkan untuk kemuliaan Allah. Akan tetapi perbuatan baik inipun saya beri tanda petik karena banyak orang yang hanya melihat perbuatan baik dari kulit luar dan bukan esensinya. Semua kelihatan baik tapi hanya sandiwara. Perbuatan baik sejati adalah mereka yang sudah diselamatkan sadar dirinya orang berdosa dan bergumul jatuh dan bangun namun tetap belajar untuk taat kepada Allah. Semua inipun karena anugerah Allah bukan karena jasa kita sehingga kita bisa menyombongkan diri. Justru perbuatan baik menyadarkan kita bahwa aku tidak mungkin mampu. Jikalau aku mampu melakukan perbuatan baik, itu semua karena anugerahnya. Inilah yang dikatakan Paulus (1Kor. 15:10). Kesadaran akan kasih karunia Allah ini akan menolong kita bersikap pada waktu melihat orang yang jatuh dan terjebak dalam dosa sehingga kita tidak merasa diri kita begitu hebat dan saleh. Jikalau kita memiliki doktrin mengenai manusia dan dosa yang benar maka kita tidak akan melihat orang lain yang jatuh begitu berdosa dan menjijikkan. Maka kalau ada orang yang melihat kelemahan dan kekurangan orang lain atau hamba Tuhan di dalam gereja lalu merasa jijik dan kemudian meninggalkan gereja itu maka ia adalah orang yang merasa diri lebih baik, sempurna, layak di hadapan Allah daripada orang lain yang ia pandang jijik itu. Orang seperti ini justru patut dipertanyakan. Sebaliknya jikalau ia sadar bahwa dirinya pun seorang berdosa yang juga bergumul atas kelemahannya maka ia dapat memahami mereka yang sedang 3/6 Ringkasan Khotbah - 25 Apr'10 bergumul dalam kelemahan dan kekurangannya. Contoh di Perjanjian Lama adalah perjinahan Daud yang hebat itu dengan Batsyeba yang diijinkan, ditetapkan Tuhan dalam keadaan jaya-jayanya. Tapi tetap ada kasih karunia. Inilah pendidikan Allah bagi orang yang dikasihinya. Dalam kejatuhan itu Daud menyadari bahwa ia tidak lebih baik daripada orang lain. Dalam Mzm 47 ia menyadari bahwa sejak dalam kandungan ia sudah berdosa di hadapan Tuhan. Ini adalah doktrin yang luar biasa mengenai kesadaran diri seseorang di hadapan Tuhan: ia bahkan menyadari dosanya sejak dalam kandungan, bukan hanya pada waktu ia berjinah saja. Orang semacam ini tidak mungkin sombong. Maka kalau theologi Reformed menghasilkan orang-orang sombong adalah salah didik, karena yang menyadari dosa dan anugerah Allah tidak mungkin membanggakan diri dan menghina orang lain. Kita semua memang berbakat sombong tapi Tuhan menghajar kesombongan kita dengan masalah, peristiwa dan sebagainya. Inilah keteladanan, bukan perfeksionis tidak berdosa sama sekali, tapi bagaimana dalam kejatuhan dan ketidakberdayaan Allah tetap menaungi dan memberi kasih karunia agar kita dapat kembali kepada-Nya. Jikalau tidak pasti ia sudah memenggal nabi Nathan yang menegurnya. Ia raja dan dapat berlaku sekehendak hatinya. Tapi ia menyesal dan bertobat. Itulah keteladanan. Orang yang perfeksionis hanya menonjolkan kelebihannya tetapi menyembunyikan kelemahannya. Itulah kemunafikan. Maka kalau kita melihat kelemahan orang lain jangan terlalu kaget karena semua orang pasti memilikinya, termasuk Saudara dan saya. Sola gratia menekankan bahwa semua hanya karena anugerah dan bukan karena jasa manusia. Kalau Daud tidak diberikan anugerah oleh Allah maka ia akan keras kepala: misalnya Firaun yang berulangkali melihat tulah Allah yang mengerikan bukan bertobat dan datang kepada Tuhan tapi malah semakin mengeraskan hatinya. Maka hati-hatilah kita yang makin dengar Firman makin mengeraskan hati. Ini memang kecenderungan kita bahkan saat waktu kita ditegur firman yang sama berulang-ulang. Yang terus mengeraskan hati membuktikan bahwa kasih karunia Allah tidak ada di dalam kita. Anak Tuhan yang sejati tidak mengeraskan melainkan melembutkan hatinya, mau dibentuk oleh Allah dengan taat bagaikan tanah liat. Sola Scriptura menekankan bahwa hanya Alkitab saja yang menjadi landasan ajaran gereja. Gereja sekarang yang sudah begitu menyimpang justru ajarannya bukan dari Alkitab saja tapi Alkitab plus-plus. Ini sebenarnya termasuk bidat. Maka gereja yang menolak bahwa hanya melalui iman, hanya melalui anugerah saja dan hanya Alkitab saja sudah termasuk dalam bidat. Apa contohnya? Bukan hanya gereja yang ada tambahan dalam Kitab Suci saja. Gereja dalam sejarah melalui konsili-konsili sudah menetapkan hanya 66 kitab yaitu 39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru adalah 4/6 Ringkasan Khotbah - 25 Apr'10 kanon dan Kitab Suci yang sudah genap dan tidak boleh dikurangi ataupun ditambahkan. Meskipun mereka yang menetapkan hal ini hanyalah wakil jemaat akan tetapi Tuhan sudah memakai mereka di dalam sejarah untuk menetapkan kanon. Maka kanon bukan karena gereja yang menetapkan tetapi sudah ada sebelum gereja menetapkan. Gereja dalam kasih karunia Allah hanya menemukan dan meneguhkan hal itu dalam pimpinan Roh Kudus. Kita yang ragu-ragu mungkin berpikir kalau Alkitab kita masih bisa ditambah. Jaman sekarang masih ada gereja-gereja yang beranggapan bahwa masih ada nabi dan bahkan hamba Tuhannya bisa diangkat menjadi rasul segala. Jikalau benar maka saya menantang mereka untuk menambahkan semua perkataan itu ke dalam kanon Alkitab supaya jangan hanya 66 kitab saja. Tapi bukan hanya itu, gereja jaman sekarang juga banyak yang menafsirkan Alkitab dengan sembarangan. Dulu waktu hanya ada Katholik saja masih satu ajaran. Akan tetapi setelah Reformasi muncul berbagai aliran baru: baptis, methodis, Karismatik, Pentakosta. Sekarang gereja ada ratusan. Di jaman rasul Paulus tidak ada gereja dengan nama macam-macam. Yang ada hanyalah gereja di Korintus, gereja di Filipi, gereja di Kolose. Lalu bagaimana sikap kita? Bukankah di surga kita tidak akan ditanya berasal dari gereja mana? Apakah karena Reformed lalu kita masuk surga? Tapi spirit ini berbeda dengan spirit jaman rasul Paulus. Jikalau orang Kristen mengatakan bahwa nanti kita masuk surga tidak ditanyai dari gereja mana maksudnya adalah agar kita jangan mengutak-utik gerejanya, jangan mengoreksi ajarannya. Yang penting orang dari gereja mana punbisa masuk surga dan ajaran tidak penting. Lelu kenapa bisa muncul banyak aliran gereja? Jaman Paulus kan tidak ada? Sebetulnya bukan tidak ada, bibit-bibitnya suda ada tapi belum muncul saja. Jadi sebetulnya tidak berbeda jauh keadaan pada jaman itu dan jaman sekarang. Waktu itu masih ketat. Jaman Roma Katolik dulu juga ketat. Bahkan jikalau ada yang menyimpang langsung dihukum mati. jaman Reformasi pun masih begitu keras dalam menghadapi ajaran sesat. Bahkan golongan Armenian pun di dalam kelompok Remonstran dianggap sudah bidat oleh konsili gereja pada waktu itu. Akan tetapi makin lama makin luntur karena toleransi. Akibatnya muncul makin banyak tafsiran Alkitab yang salah. ini yang dikatakan Marthin Luther bahwa Roh Kudus juga memimpin orang percaya saat membaca Alkitab, bukan hanya para pejabat gereja saja. Maka Luther mengatakan bahwa semua orang Kristen boleh membaca Alkitab, suatu hal yang dianggap berbahaya waktu itu karena hanya para imam dan pejabat gereja yang boleh melakukannya. Ini karena takut pengertiannya bisa tidak karuan. Bagian jemaat waktu itu Cuma menurut saja. 5/6 Ringkasan Khotbah - 25 Apr'10 Luther menolak prinsip ini dan mengatakan bahwa semua orang Kristen dipimpin Roh Kudus sehingga dapat mengerti bagian-bagian Kitab Suci. Kalimat ini membuka peluang bagi semua orang Kristen untuk menafsirkan Alkitab semaunya sendiri. Inilah kesalahan terbesar gereja Protestan yang tidak menuntun jemaatnya dalam memahami Alkitab sampai mereka membuat aliran-aliran baru. Akibatnya makin lama alirannya makin banyak dan tidak terkontrol sampai hari ini. Akibatnya jaman sekarang tidak kontrol dan semua orang bisa punya pengertian sendiri-sendiri, lalu bisa membuat gereja sendiri. Misalnya jaman sekarang ada sekelompok orang Kristen yang mengatakan bahwa penggunaan kata Allah di dalam Alkitab tidak tepat. Ini karena penafsiran yang keliru. Ini memprihatinkan. Ini bukan membuat kita bersyukur karena gereja semakin banyak. Tuhan bukan pemikir marketing yang menawarkan seribu satu macam aliran bagi selera orang yang berbeda-beda. Itu ngawur. Banyaknya gereja justru mempermalukan orang Kristen karena ajarannya makin amburadul tidak karu-karuan. Padahal Luther tidak bermaksud begitu. Semua orang boleh membaca Alkitab tetapi tidak boleh keluar dari ajaran gereja yang solid dan prinsip. Kita boleh baca Alkitab tetapi tidak boleh mengartikan sendiri secara sembarangan melainkan harus tetap taat pada gereja yang setia memberitakan kebenaran. Kalau kita berada dalam gereja yang setia pada Firman tetapi keluar dan bikin ajaran sendiri maka kita layak dicap bidat, karena menentang ajaran gereja yang benar. Kiranya ini semuanya boleh memperlengkapi kita sebagai orang percaya. Amin. Belum diperiksa pengkotbah – BA. 6/6