Penggunaan Pestisida Sintetik Di Dalam Tambak

advertisement
This page was exported from Karya Tulis Ilmiah [ http://karyatulisilmiah.com ]
Export date: Tue Jul 18 7:17:18 2017 / +0000 GMT
Penggunaan Pestisida Sintetik Di Dalam Tambak
LINK DOWNLOAD [21.71 KB]
Pestisida adalah racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petambak karena memiliki kemampuan
membasmi organisme target . penggunaan pestisida sintetikdi dalam tambak ditujukan untuk membunuh
organisme predator dan kompetitor atau pengganggu lainnya, antara lain: kepiting, ikan buas, ikan penyaing,
udang-udangan, siput-siputan, dan lain-lain(Kordi, 2004). Contoh pestisida sintetik yang sering digunakan di
Indonesia yaitu Thiodan 35 EC, Dekasulfan 350 EC, Akodhan 350 EC serta Indodan 350 EC .
Penggunaan pestisida sintetikdapat memberikanpengaruh negatif terhadap ikan, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pengaruh secara langsung adalah terakumulasinya pestisida sintetik dalam organ-organ tubuh,
misalnya akibat tertelan bersama-sama makanan yang terkontaminasi, atau akibat rusaknya organ-organ
pernafasan sehingga dapat mematikan ikan budidaya dalam jangka waktu tertentu, sedangkan pengaruh secara
tidak langsung adalah menurunnya kekebalan tubuh ikan terhadap penyakit dan terhambatnya pertumbuhan .
Pestisida nabati merupakan jenis pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan, contohnya: senyawa bioaktif saponin yang terdapat dalam biji teh, senyawa bio-aktif nikotin yang terdapat dalam daun tembakau , dan
juga senyawa bio-aktif rotenone (C23H22O6) paling banyak terdapat pada akar tuba (Derris elliptica).
Pimental dan Goodman (1974) menyatakan bahwa setiap organisme dalam suatu lingkungan mempunyai
kepekaan yang berbeda-beda terhadap berbagai jenis pestisida, sehingga dapat menyebabkan kematian pada
individu yang paling rentan dari suatu populasi. Menurut Clarke dan Clarke (1975), pestisida dapat masuk ke
dalam tubuh ikan melalui saluran pernafasan, pestisida dapat menyebabkan kerusakan pada bagian insang dan
organ-organ yang berhubungan dengan insang. Alabaster dan Lloyd (1980) menyatakan bahwa kerusakan insang
dapat berupa penebalan lamella, degradasi sel atau bahkan kerusakan dan kematian jaringan insang. Hal ini
menyebabkan fungsi insang menjadi tidak wajar dan mengganggu proses respirasi, akibatnya mengganggu
pernafasan dan akhirnya menyebabkan kematian.
Post date: 2014-07-19 07:23:01
Post date GMT: 2014-07-19 07:23:01
Post modified date: 2016-05-14 11:00:31
Post modified date GMT: 2016-05-14 11:00:31
Powered by [ Universal Post Manager ] plugin. MS Word saving format developed by gVectors Team www.gVectors.com
Download