1 SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN

advertisement
SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
(Studi Evaluasi Efektivitas Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Kabupaten
Temanggung)
Mariza Rizqi Iriani
Sutopo JK
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
National Health Security or Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) is a form
of health protection in order to guarantee public health care benefit and
protection to meet basic health needs are given to every person who has paid dues
or dues paid by the government. JKN is part of the National Social Security
System (Sistem Jaminan Sosial Nasional) organized through insurance
mechanisms that are required by Act No. 40 of 2004 on Social Security. JKN
became effective on January 1, 2014, so it needs to be implemented socialization
in the success of the new program. Socialization is necessary to provide
knowledge about the importance of health insurance for everyone. With the
expected socialization of society aware of the importance of health insurance so
that participates in this government program by registering as a participant JKN.
This study aims to determine the effectiveness of socialization JKN conducted by
the Social Security Agency Health (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan) in Temanggung and the factors that influence the success or failure of
socialization.
This study used a qualitative approach. Data analysis methods used in this
research is the CIPP (Context, Input, Process, Product). Source of research data
consists of two interviews with executive and program participants. Writing this
thesis using purposive sampling method. Data collected through interviews,
observation, and documentation.
Dissemination JKN performed quite well as produce an effective program
that can be evidenced by the increase in participants JKN in Waterford. But with
the implementation of this socialization has not given a positive impact on the
imaging BPJS Kesehatan. Suggestions for implementing the program is to
increase cooperation between the parties in the dissemination and added
personnel to improve the effectiveness of implementing socialization socialization
JKN at Waterford District.
Keywords: National Health Security, Socialization, Effectiveness, CIPP Analysis
1
Pendahuluan
Salah satu tujuan negara Indonesia adalah memajukan kesejahteraan
umum sebagaimana yang dituangkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945. Tujuan tersebut merujuk pada gagasan negara kesejahteraan
(welfare state). Bentuk negara kesejahteraan awalnya diwujudkan untuk
pencapaian kesejahteraan sosial melalui prinsip kebersamaan untuk mewujudkan
rasa aman bagi kehidupan manusia. Hal itu kemudian dikenal sebagai sistem
jaminan sosial (Social Security System). Sistem jaminan sosial adalah upaya
mewujudkan kesejahteraan, memberikan rasa aman sepanjang hidup manusia
melalui pendekatan sistem.1
Pasal 34 ayat 2 UUD 1945 menyebutkan “Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Pasal tersebut
menegaskan jika pemerintah berkewajiban memberikan jaminan sosial dan rakyat
berhak untuk menerimanya. Demi mewujudkan hal tersebut, pemerintah
mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional yang ditujukan bagi rakyat atas
jaminan sosial untuk dapat memenuhi kehidupan dasar yang layak.
Program jaminan sosial yang telah beroperasi mulai 1 Januari 2014 adalah
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program ini ditangani oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. BPJS Kesehatan merupakan
perubahan dari PT ASKES (Persero) yang dulunya menangani asuransi kesehatan
bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). JKN di Indonesia merupakan bagian dari SJSN
melalui sistem asuransi kesehatan yang bersifat wajib. Tujuannya untuk
melindungi seluruh masyarakat agar terlindungi dalam sistem asuransi yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.
BPJS Kesehatan memiliki perwakilan di setiap kabupaten/kota. BPJS
Kesehatan di setiap daerah juga berkewajiban untuk melakukan sosialisasi
program jaminan kesehatan ini. Hal ini dimaksudkan agar JKN bisa berjalan
1
Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi (Jakarta: Rajawali Pers, 2008),
hal. 5.
2
merata di setiap daerah. BPJS Kesehatan di kabupaten Temanggung pun turut
berperan dalam pelaksanaan JKN di Kabupaten Temanggung. Hari kesembilan (9
Januari 2014) sejak dilaksanakannya JKN, masyarakat di Kabupaten Temanggung
yang mendaftar baru sebanyak 300 orang. Jumlah pendaftar baru tersebut masih
tergolong sangat rendah, rata-rata pendaftar hanya mencapai 50-60 orang setiap
harinya. 2 Jumlah penduduk Temanggung mencapai 733.148 orang, yang telah
terdaftar secara otomatis sebagai peserta JKN adalah 411.654 orang. Kelompok
tersebut di antaranya adalah peserta Askes tahun 2013, Jamkesmas, Jamsostek,
Jamkesda, dan asuransi TNI dan Polri. Rendahnya angka pendaftaran JKN di
Kabupaten Temanggung ini dipicu oleh kurangnya sosialisasi secara teknis
kepesertaan JKN.
Sosialisasi JKN akan terus gencar dilakukan oleh BPJS Kesehatan
Kabupaten Temanggung untuk menjamin kebutuhan kesehatan masyarakat. BPJS
Kesehatan Temanggung bekerja sama dengan Dinas Kesehatan kabupaten
Temanggung untuk terus melakukan sosialisasi JKN. Proses sosialisasi JKN yang
telah berlangsung di tahun 2014 menjadi kajian menarik untuk dievaluasi,
sehingga dapat diketahui kefektifan sosialisasi yang telah dilaksanakan. Evaluasi
ini juga dapat memberikan masukan positif terhadap pemerintah agar program
jaminan sosial dapat berjalan dengan baik.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana efektivitas sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
dilakukan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
Kabupaten Temanggung?
2. Apa sajakah faktor yang mendorong dan menghambat sosialisasi JKN yang
dilakukan oleh BPJS Kesehatan Kabupaten Temanggung?
2
http://radarsemarang.com/radar-kedu/temanggung/hari-ke-9-baru-300-pendaftar/ diakses pada
tanggal 15 April 2014.
3
Tujuan Penelitian
Mengetahui efektivitas sosialisasi JKN di Kabupaten Temanggung serta
mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat sosialisasi JKN oleh
BPJS Kesehatan Kabupaten Temanggung.
Kajian Teori
1. Komunikasi
Menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses di mana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka. 3 Definisi ini menekankan bahwa dalam
komunikasi ada sebuah pemrosesan ide, gagasan, lambang, dan di dalam
proses itu melibatkan orang lain.
Komunikasi berlangsung dalam suatu proses, yaitu komunikasi
merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan
serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu sehingga timbul
pengertian mengenai suatu hal. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor
atau unsur di dalamnya. Komunikasi dikatakan efektif jika di antara pemberi
dan penerima pesan terdapat suatu pengertian yang sama mengenai isi pesan.
2. Sosialisasi
Komunikasi berperan dalam sosialisasi nilai ke masyarakat. Hal ini
menunjukkan komunikasi sebagai proses yaitu
suatu kegiatan yang
berlangsung dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsurunsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis, dan tidak statis. 4
Komunikasi sebagai proses sosial merupakan bagian integral dari masyarakat.
3
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),
hal. 69.
4
Hafied Cangara, Pegantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 51, megutip
David K. Berlo, The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice (New
York: Holt, Rinehart and Winston, 1960).
4
Kegiatan penyuluhan atau sosialisasi merupakan kegiatan komunikasi,
ini ditandai dengan adanya proses penyebaran pengetahuan dari seorang
penyuluh (komunikator) kepada masyarakat sasaran (komunikan) dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan. 5 Dalam penyuluhan, pengetahuan yang
disampaikan dalam suatu penyuluhan adalah pengetahuan yang berkaitan
dengan konteks permasalahan yang dihadapi oleh khalayak masyarakat.
Penyuluhan akan memegang peranan di dalam menyebarluaskan informasi
yang
berkaitan
dengan
inovasi
atau
pengetahuan-pengetahuan
yang
berhubungan dengan inovasi, baik pengetahuan teknis maupun pengetahuan
prinsip.
3. Komunikasi Kesehatan
Definisi komunikasi kesehatan identik dengan pengertian komunikasi
dan kesehatan. Menurut Health Communication Partnership’s M/MC Health
Communication Material Database tahun 2004 yang dikutip oleh Alo Liliweri:
“Komunikasi kesehatan merupakan seni dan teknik penyebarluasan
informasi kesehatan yang bermaksud memengaruhi dan memotivasi
individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai
peraturan ataupun sebagai organisasi di kalangan audiens yang mengatur
perhatian terhadap kesehatan. Komunikasi kesehatan meliputi informasi
tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan
pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan, yang
sejauh mungkin mengubah dan membaharui kualitas individu dalam
suatu komunitas atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu
pengetahuan dan etika.”6
Kesehatan masyarakat menarik perhatian di muka bumi ini. Banyak
perjanjian atau kesepakatan yang memberikan perhatian lebih pada masalah
kesehatan masyarakat ini. Kesehatan masyarakat menjadi tanggung jawab
milik
bersama.
Komunikasi
kesehatan
membantu
masyarakat
untuk
mendapatkan informasi mengenai kesehatan secara lebih jelas agar masyarakat
5
Tommy Suprapto dan Fahrianoor, Komunikasi Penyuluhan Dalam Teori dan Praktek
(Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2004), hal. 10.
6
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 47.
5
meningkatkan kesadaran untuk lebih menjaga kesehatan bagi diri dan
lingkungannya.
Komunikasi kesehatan memberikan manfaat yang lebih bagi masyarakat,
seperti
misalnya
meningkatkan
kesadaran
tentang
isu-isu
kesehatan,
memberikan pemecahan solusi ketika ada masalah kesehatan, meningkatkan
layanan kesehatan di masa yang akan datang, dan mengarahkan perilaku
individu tentang pentingnya kesehatan. Secara ringkas, komunikasi kesehatan
dapat memberikan informasi kesehatan yang diharapkan dapat menambah
pengetahuan kesehatan bagi setiap individu. Dengan begitu diharapkan ada
perubahan dalam perilaku yaitu yang tadinya berperilaku tidak sehat menjadi
berperilaku sehat.
4. Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi
yang sifatnya wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 tahun
2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah.
Menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) RI
yang dikutip dalam Soeisno Djojosoedarso, asuransi atau pertanggungan
adalah:
“Suatu perjanjian dengan mana seorang menanggung mengikatkan diri
pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tak tertentu”7
Di beberapa negara juga sudah menerapkan sistem jaminan kesehatan.
Setiap negara memiliki sistem dan mekanisme yang berbeda satu sama lain.
Namun semuanya mengarah pada pencapaian tiga tujuan dasar sistem
7
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi (Jakarta: Salemba
Empat, 1999), hal. 71.
6
perawatan kesehatan yang relatif sama, yakni: menjaga agar orang tetap sehat,
merawat orang yang sakit, dan melindungi keluarga dari kebangkrutan
finansial akibat tagihan medis. 8
5. Evaluasi
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program.9 Evaluasi program
dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh target program yang telah dicapai.
Dalam evaluasi program ini, tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap
perencanaan kegiatan menjadi suatu tolak ukur.
Model evaluasi CIPP ini merupakan model yang paling dikenal dan
banyak digunakan oleh para evaluator. Model CIPP ini dikembangkan oleh
Stufflebeam di Ohio University pada tahun 1965. CIPP merupakan singkatan
dari huruf awal empat buah kata, yaitu: context evaluation (evaluasi konteks),
input evaluation (evaluasi masukan), process evaluation (evaluasi proses), dan
product evaluation (evaluasi hasil). Model evaluasi CIPP merupakan suatu
proses siklus jadi desain evaluasi ini dipandang sebagai suatu proses bukan
produk. Model evaluasi CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi10, yaitu:
a. Context Evaluation (Evaluasi Konteks)
Evaluasi konteks untuk menjawab pertanyaan: apa yang perlu dilakukan
(what needs to be done?). Evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai
kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program.
b. Input Evaluation (Evaluasi Masukan)
Evaluasi masukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apa yang harus
dilakukan? (what should be done?). Evaluasi ini mengidentifikasi
problem, aset, dan peluang untuk membantu para pengambil keputusan
mendefinisikan tujuan, prioritas-prioritas, dan membantu kelompokkelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan, prioritas, dan manfaatmanfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana tindakan,
rencana staf, dan anggaran untuk fleksibilitas dan potensi cost
effectiveness untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan.
c. Process Evaluation (Evaluasi Proses)
8
Edi Suharto, Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia: Menggagas Model Jaminan Sosial
Universal Bidang Kesehatan (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 81.
9
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 299.
10
Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
hal. 92-94.
7
Evaluasi proses berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apakah
program sedang dilaksanakan? (is it being done?). Evaluasi ini berupaya
mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program
melaksanakan aktivitas dan kemudian membantu kelompok pemakai yang
lebih luas menilai program dan menginterpretasikan manfaat.
d. Product Evaluation (Evaluasi Hasil)
Evaluasi produk berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan
manfaat, baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Keduanya untuk membantu staf menjaga
upaya memfokuskan pada mencapai manfaat yang penting dan akhirnya
untuk membantu kelompok-kelompok pemakai lebih luas mengukur
kesuksesan upaya dalam mencapai kebutuhan-kebutuhan yang ditargetkan.
Metodologi
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui efektivitas pencapaian tujuan, hasil, atau dampak
suatu kegiatan atau program dan juga mengenai proses pelaksanaan suatu
kebijakan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu.11 Dalam penelitian evaluasi ini disajikan dengan data kualitatif. Dalam
metode kualitatif mengizinkan evaluator untuk mempelajari suatu kejadian secara
mendalam.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam (indepth
interview) dan observasi sebagai sumber data primer, serta dokumentasi sebagai
sumber data sekunder. Untuk mendapatkan validitas data dianalisis menggunakan
triangulasi data (sumber).
Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Dalam purposive sampling, informan penelitian yang dipilih adalah
informan yang dianggap mengetahui nformasi dan permasalahan secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang mantap.12 Informan
penelitian ini terdiri dari: Kepala Operasional BPJS Kesehatan Temanggung, staf
pemasaran BPJS Kesehatan KCU Magelang, Kepala Bidang Pengembangan
Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Temanggung, Kepala Seksi Promosi
11
H. B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002),
hal. 113.
12
Ibid, hal. 56.
8
Kesehatan dan Peran Serta Masyarakat beserta stafnya, dan masyarakat umum
sebagai sasaran sosialisasi.
Pengambilan data di lapangan dilakukan oleh peneliti melalui penyusunan
interview guide. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan
model Interaktif Miles dan Huberman yang menurut Pawito Memiliki tiga alur
tindakan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penerikan kesimpulan atau
verifikasi.13
Sajian dan Analisis Data
1. Analisis dan Pembahasan Data Konteks (Context)
a. Latar Belakang
Latar belakang pelaksanaan kegiatan sosialisasi JKN yang dilakukan
oleh BPJS Kesehatan adalah untuk mengenalkan program JKN ini yang
merupakan program baru pemerintah. Sosialisasi ini untuk membuat
masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu sehingga masyarakat yang sudah
paham bisa mengubah perilaku sesuai dengan arahan yang telah diberikan.
b. Tujuan Program
Tujuan utama dilaksanakannya kegiatan sosialisasi JKN adalah
mengenalkan sasaran sosialisasi terhadap program jaminan kesehatan
beserta ketentuan program ini.
c. Sasaran Program
Sasaran program pelaksanaan kegiatan sosialisasi JKN adalah semua
penduduk Temanggung tanpa terkecuali. JKN ditujukan untuk semua
masyarakat Indonesia sehingga semua lapisan masyarakat di Kabupaten
Temanggung juga menjadi sasaran dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi
ini.
d. Perencanaan Program
BPJS Kesehatan membuat perencanaan awal untuk melakukan
kegiatan sosialisasi kepada pemegang kartu Askes terdahulu yang
kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi kepada pemangku-pemangku
kepentingan (stakeholders) yang berada di Kabupaten Temanggung. Hal
13
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LkiS, 2008), hal. 105.
9
itu seperti yang dijelaskan oleh Nur Khusaini selaku Kepala Operasional
BPJS Kesehatan Kabupaten Temanggung berikut:
“Kalau yang pertama itu kita memberitahukan dulu kepada peserta
Askes kalau mulai 1 Januari 2014 akan berubah menjadi BPJS
Kesehatan. Kami beritahukan itu ke pegawai negeri ataupun para
pensiunan bahwa PT Askes akan bertransformasi menjadi BPJS
Kesehatan.” (Wawancara Kamis, 25 September 2014)
e. Kesesuaian Program dengan Tugas Pokok BPJS Kesehatan
Program yang dilaksanakan ini sudah sesuai dengan tugas pokok
BPJS Kesehatan. Hal itu juga disebutkan dalam misi BPJS Kesehatan yang
berbunyi “Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)”.
2. Analisis dan Pembahasan Data Masukan (Input)
a. Pelaksana Program
Pelaksana kegiatan sosialisasi JKN tidak hanya melibatkan BPJS
Kesehatan Kabupaten Temanggung saja namun juga dibantu oleh BPJS
Kesehatan
KCU
Magelang
serta
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Temanggung.
b. Pembagian Tugas dan Persiapan
Kegiatan sosialisasi JKN tidak ada pembagian tugas yang tetap dan
khusus bagi pelaksana programnya. Semua pelaksana program terlibat
dalam kegiatan sosialisasi dan secara bergantian menjadi penyaji materi
dalam sosialisasi. Hal tersebut diperoleh dari wawancara dengan Diena
Puji Anasti selaku Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Peran Serta
Masyarakat Dinas Kesehatan berikut:
“Tugasnya ya menyampaikan materi saat sosialisasi ya. Nanti juga
biasanya ada diskusi, ada tanya jawab, ya terus menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan peserta sosialisasi.” (Wawancara Kamis, 25
September 2014)
c. Sarana
Sarana atau fasilitas merupakan suatu hal yang digunakan untuk
menunjang pelaksanaan program. Sarana atau fasilitas mampu mendukung
10
kelancaran jalannya kegiatan sosialisasi ini. Dengan adanya sarana yang
memadai maka kegiatan sosialisasi JKN tersebut dapat berhasil dengan
baik dan berjalan lancar. Adapun beberapa sarana yang dibutuhkan antara
lain:
1) Laptop dan software
2) LCD proyektor
3) Alat tulis kantor
4) Seperangkat sound system, seperti microphone dan speaker (pengeras
suara)
5) Leaflet atau brosur
6) Kendaraan Operasional
3. Analisis dan Pembahasan Data Proses (Process)
a. Bentuk Kegiatan
1) Sosialisasi dengan Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung merupakan bentuk komunikasi yang
dilakukan dengan cara bertatap muka (face to face) antara komunikator
dan komunikan. Keterangan tersebut diperoleh melalui wawancara
dengan Ikhwan Fadlirahman selaku staf pemasaran BPJS Kesehatan
KCU Magelang:
“Sosialisasi yang langsung, kami datang ke suatu tempat dan kami
sosialisasi secara langsung, menjelaskan program JKN dan
nantinya ada sesi tanya jawab.” (Wawancara Jumat, 3 Oktober
2014)
2) Sosialisasi dengan Komunikasi Tidak Langsung
Sosialisasi dengan komunikasi tidak langsung merupakan bentuk
sosialisasi dengan menggunakan fasilitas dari media komunikasi
eksternal, yaitu media massa. Media yang digunakan dalam sosialisasi
JKN antara lain: memasang Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di radio,
menyebarkan brosur atau leaflet, serta memasang poster, banner,
spanduk, papan nama di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan.
b. Fokus Kegiatan
11
Fokus kegiatan sosialisasi JKN adalah sosialisasi langsung bertatap
muka dengan sasaran program seperti yang disampaikan oleh Etty
Wahyuningsih sebagai Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya
Kesehatan berikut:
“Fokus kegiatannya ya lebih ke sosialisasi langsung ya, face to face.
Jadi kami menjelaska seluk beluk materi JKN, terus nanti masyarakat
mengajukan pertanyaan. Cara itu jadi lebih bagus karena masyarakat
jadi lega kan kalau sudah dijawab pertanyaannya, jadi sudah nggak
penasaran lagi.” (Wawancara Jumat, 26 September 2014)
c. Kelancaran Pelaksana Program
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi JKN berjalan lancar dengan
dukungan dari masyarakat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan
sosialisasi, masyarakat memperhatikan materi sosialisasi dan bila ada
sesuatu yang tidak dipahami masyarakat mengajukan pertanyaan kepada
pelaksana program. Durasi sosialisasi bahkan dirasakan kurang karena
tingkat keaaktifan masyarakat yang tinggi.
d. Continuity dan Consistency Program
Kontinuitas pelaksanaan kegiatan sosialisasi JKN masih perlu
dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Kegiatan sosialisasi ini perlu
terus dilakukan agar masyarakat bisa lebih paham dan sadar untuk
mendaftarkan dirinya dalam JKN.
e. Pendukung Kelancaran Program
Pendukung kelancaran sosialisasi JKN antara lain:
1) Dukungan dari pihak-pihak lain yang memperlancar jalannya
sosialisasi
2) Sikap aktif masyarakat yang berpartisipasi dalam sosialisasi
f. Hambatan Program
Adapun hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
sosialisasi antara lain:
1) Wilayah Kabupaten Temanggung yang luas sehingga jarak yang
ditempuh untuk menjangkau semua wilayah cukup jauh.
12
2) Sikap masyarakat yang belum sadar akan pentingnya jaminan
kesehatan
3) Sikap masyarakat yang tidak memperhatikan sosialisasi sehingga
membuat pelaksana sosialisasi sering mengulangi materi yang
disampaikan
4) Keberatan masyarakat menyisihkan sedikit pendapatannya sebagai
tabungan jaminan kesehatan yang dapat meringankan beban biaya saat
sakit
5) Keberatan masyaraat dengan peraturan baru yang mengharuskan
pendaftaran JKN diikuti oleh satu keluarga
6) Kesibukan pelaksana sosialisasi yang bukan saja bertugas dalam
mengatur kegiatan sosialisasi saja, melainkan masih memiliki tugas
lain di luar sosialisasi
7) Adanya beberapa pihak yang tidak menyukai program JKN karena
merasa dirugikan dengan adanya program ini
4. Analisis dan Pembahasan Data Hasil (Product)
a. Pencapaian Tujuan
JKN sudah dikenal oleh hampir semua masyarakat. Bahkan JKN ini
lebih menonjolkan nama badan penyelenggaranya yaitu BPJS. Bahkan
setiap masyarakat yang menyebutkan nama BPJS biasanya merujuk pada
BPJS Kesehatan. Keterangan tersebut diperoleh melalui wawancara
dengan Ikhwan Fadlirahman:
“Karena banyak salah tafsir di masyarakat, tahunya program BPJS
padahal sebenarnya adalah program JKN. Jadi kalau BPJS ya hanya
sebagai badan penyelenggara. Jadi saya merasa kalau BPJS Kesehatan
boleh lebih percaya diri karena kalau masyarakat menyebutkan BPJS,
itu pasti rujukannya ke BPJS Kesehatan.” (Wawancara Jumat, 3
Oktober 2014)
b. Parameter Keberhasilan Program
Jumlah peserta JKN sampai dengan bulan September adalah 369.651
dengan rincian jumlah peserta Jamkesmas 291. 968 dan peserta eks Askes
sebanyak 31.703. dengan rincian tersebut, jumlah pendaftar baru program
13
JKN sudah mencapai 12.824 orang. Jumlah pendaftar baru program JKN
memang bertambah signifikan setelah dilaksanakan kegiatan sosialisasi.
Jumlah yang siginifikan tersebut didukung dengan tingkat penyampaian
yang dilakukan oleh pelaksana program.
5. Analisis dan Pembahasan Data Dampak
a. Dampak Internal
Kegiatan sosialisasi JKN bisa menjadi jembatan antara masyarakat
dengan pelaksana program. Bukan hanya itu saja, kegiatan sosialisasi juga
mampu mengangkat nama BPJS Kesehatan di tengah-tengah masyarakat
terlebih lagi BPJS Kesehatan merupakan suatu instansi baru. Dengan
masyarakat sudah sangat mengenal BPJS Kesehatan nantinya mampu
membuat masyarakat sadar untuk ikut mendaftar sebagai peserta JKN
sehingga mampu mencapai target tahun 2019 jaminan kesehatan bisa
terpenuhi untuk setiap warga.
Sosialisasi JKN bukan hanya menimbulkan dampak positif bagi
pelaksana program, namun dampak negatif juga dirasakan oleh pelaksana
terutama pihak BPJS Kesehatan. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah
BPJS Kesehatan sering dianggap sebagai pemegang dalam keputusan
ketentuan dan kebijakan yang berlaku dalam JKN. Pada kenyataannya,
BPJS Kesehatan hanya melakukan tugasnya untuk melaksanakan layanan
jaminan kesehatan saja.
b. Dampak Eksternal
Dampak pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini dapat dilihat dari adanya
perubahan opini dan pengetahuan, pandangan dan ide, sikap dan tingkah
laku serta kepercayaan dan citra. Hal ini bisa dijabarkan sebagai berikut:
1) Dampak Kognitif
Dampak kognitif ini merupakan dampak yang timbul pada komunikan
sehingga meningkatkan pengetahuan komunikan. Dampak kognitif
yang timbul dari kegiatan sosialisasi bagi masyarakat adalah
masyarakat yang awalnya tidak tahu mengenai JKN, dengan adanya
14
sosialisasi menyebabkan masyarakat menjadi tahu mengenai informasi
JKN.
2) Dampak Afektif
Dampak afektif dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi dapat dilihat dari
kesadaran peserta sosialisasi mengenai manfaat dari jaminan kesehatan
bagi diri mereka. Setelah adanya kegiatan sosialisasi ini dapat
menyadarkan masyarakat untuk menyisihkan pendapatannya yang
berguna sebagai jaminan di saat masyarakat sakit.
3) Dampak Behavioral
Dampak behavioral yang timbul pada komunikan adalah perubahan
tingkah laku, tindakan, dan kegiatan dati masyarakat. Dengan adanya
kegiatan sosialisasi, masyarakat bersedia mendaftarkan diri mengikuti
program JKN. Banyak masyarakat yang akhirnya mendaftarkan diri ke
dalam sistem jaminan kesehatan ini baik itu melalui tempat bekerjanya
ataupun mendaftar secara mandiri.
Kesimpulan
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dan analisis yang telah
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan dan juga jawaban dari pertanyaan yang telah
diajukan Adapun kesimpulan yang didapat sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan dasar analisis model evaluasi CIPP dan Dampak dari
pelaksanaan sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), maka dapat
diketahui mengenai efektivitas dari program tersebut. Ditinjau dari
pelaksanaan program, maka program sosialisasi JKN ini bisa dikategorikan
cukup efektif, karena mampu menjaring para peserta baru yang mendaftarkan
diri ke dalam JKN. Bentuk komunikasi yang digunakan oleh pelaksana
program sudah tepat yaitu bentuk komunikasi langsung (tatap muka)
mengingat materi program masih dianggap awam dan baru bagi sebagian
masyarakat. Materi program pun memuat ketentuan dan kebijakan yang perlu
dijelaskan secara lebih mendetail oleh pelaksana program. Cara klasik seperti
15
penyuluhan di tingkat RT maupun berupa gathering, efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan yang akan disampaikan dalam sosialisasi JKN.
2. Faktor yang mendukung dalam pelaksanaan sosialisasi Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) antara lain:
a. Adanya dukungan dari stakeholders atau pemangku kepentingan yang
berada di wilayah Kabupaten Temanggung.
b. Adanya dukungan dari fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan
kesehatan seperti: rumah sakit, Puskesmas, dan dokter keluarga.
c. Adanya kerja sama dengan media massa yang mampu menyebarkan
informasi mengenai JKN kepada masyarakat secara luas.
d. Sikap masyarakat yang terbuka dan peran aktif masyarakat dengan adanya
program jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk
memberikan perlindungan jaminan kesehatan bagi masyarakat.
3. Faktor yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan sosialisasi JKN antara lain:
a. Wilayah Kabupaten Temanggung yang luas sehingga jarak yang ditempuh
untuk menjangkau smua wilayah cukup jauh.
b. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya jaminan kesehatan
sebagai proteksi dini.
c. Sikap masyarakat tidak memperhatikan pelaksana program saat sosialisasi.
d. Adanya beberapa pihak yang tidak menyukai JKN karena merasa
dirugikan dengan berlakunya JKN.
Saran
1. Meningkatkan hubungan kerja sama dalam melaksanakan sosialisasi JKN di
Kabupaten Temanggung agar sosialisasi bisa direncanakan dengan baik.
2. Lebih mematangkan perencanaan awal yang digunakan untuk merencanakan
kegiatan sosialisasi bisa berjalan dengan baik dan lancar.
3. Meningkatkan kemampuan public sepaking guna mendukung tugas pelaksana
dalam menjalankan kegiatan sosialisasi.
16
4. Menambahkan personil pelaksana sosialisasi untuk BPJS Kesehatan
Kabupaten Temanggung yang mempunyai tugas utama dalam pelaksanaan
JKN, mengingat petugas inti sosialisasi yang berasal dari BPJS Kesehatan
Kabupaten Temanggung hanya terdiri dari satu orang saja.
5. Tanggap terhadap kritik dan saran serta opini publik yang terbentuk di
kalangan
masyarakat
agar
digunakan
sebagai
pembenahan
dalam
keberlanjutan program.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Cangara, Hafied. (2009). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Djojosoedarso, Soeisno. 1999. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi.
Jakarta: Salemba Empat.
Liliweri, Alo. (2013). Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Pawito. (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS.
Suharto, Edi. (2013). Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia:
Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. Bandung:
Alfabeta.
Sulastomo. (2008). Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Intoduksi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Suprapto, Tommy dan Fahrianoor. (2004). Komunikasi Penyuluhan Dalam Teori
dan Praktek. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Sutopo, H.B. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Wirawan. (2011). Evaluasi: Teori, Model, Standarm Aplikasi, dan Profesi.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
http://radarsemarang.com/radar-kedu/temanggung/hari-ke-9-baru-300-pendaftar/
diakses pada tanggal 15 April 2014.
17
Download