PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

advertisement
i
ANALISA PERSYARATAN PELAYANAN PUSKESMAS
POST OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED)
DALAM PELAYANAN KESEHATAN IBU
DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG TAHUN 2017
SKRIPSI
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan
Administrasi Kebijakan Kesehatan
NISA AFIFAH RAMADHANI
D11.2013.01671
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017
ii
©
2017
Hak Cipta Skripsi Ada pada Penulis
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Nisa Afifah Ramadhani
NIM
: D11.2013.01671
Program Studi
: S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas
: Kesehatan
Judul Tugas Akhir
: Analisa Persyaratan Pelayanan Puskesmas PONED
Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu
Kota Semarang Tahun 2017
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila di
kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, dan/atau pemalsuan data
maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari
Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang menurut aturan
yang berlaku.
Semarang, 3 Agustus 2017
Nisa Afifah Ramadhani
iii
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Nisa Afifah Ramadhani
NIM
: D11.2013.01671
Program Studi
: S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas
: Kesehatan
Judul Tugas Akhir
: Analisa Persyaratan Pelayanan Puskesmas PONED
Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu
Kota Semarang Tahun 2017
Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Analisa Persyaratan
Pelayanan Puskesmas PONED Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang Tahun 2017 beserta perangkat yang diperlukan (bila
ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Dian Nuswantoro
berhak untuk menyimpan, mengcopy ulang (memperbanyak), menggunakan,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya
dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan nama pembimbing
saya.
Saya bersedia untuk menanggung segala tuntutan hukum yang timbul atas
pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Semarang, 3 Agustus 2017
Nisa Afifah Ramadhani
iv
v
PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Nama
: Nisa Afifah Ramadhani
NIM
: D11.2013.01671
Program Studi
: S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas
: Kesehatan
Judul Tugas Akhir
: Analisa Persyaratan Pelayanan Puskesmas PONED
Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu
Kota Semarang Tahun 2017
Tugas akhir ini telah diperiksa dan disetujui :
Semarang, 3 Agustus 2017
Menyetujui,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan
Pembimbing
Eti Rimawati, S.KM, M.Kes
Dr. Guruh Fajar Shidik, S.Kom, M. Cs
v
vi
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Nisa Afifah Ramadhani
NIM
: D11.2013.01671
Program Studi
: S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas
: Kesehatan
Judul Tugas Akhir
: Analisa Persyaratan Pelayanan Puskesmas PONED
Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu
Kota Semarang Tahun 2017
Tugas Akhir ini telah diajukan dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
pada Sidang Tugas Akhir tanggal 2 Agustus 2017. Menurut pandangan kami,
Tugas Akhir ini memadai dari segi kualitas maupun kuantitas untuk tujuan
penganugerahan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Semarang, 3 Agustus 2017
Dewan Penguji :
Ketua Penguji
Dyah Ernawati, S.Kep,Ns, M.Kes
Penguji
Pendamping
Jaka Prasetya, S.Kep, M.Kes
Eti Rimawati, S.KM, M.Kes
vi
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Barang siapa menghendaki kebaikan dunia, maka hendaknya ia menggunakan ilmu, dan barang siapa
menghendaki akhirat, maka hendaknya menggunakan ilmu.
Kupersembahkan karya ini:
1. Allah SWT
2. Nabi Muhammad SAW
3. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan moril dan materil.
Kupersembahankan karya kecil, ini untuk cahaya hidup, yang senantiasa
ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, saat kulemah tak
berdaya Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memanjatkan doa kepada
putri Mu tercinta dalam setiap sujudmu terimakasih serta Dosen-dosen
yang senantiasa membantu dan membimbing
4. Teman dan sahabat yang mendukung dan memberi semangat selama
penyusunan skripsi
5. Universitas Dian Nuswantoro
vii
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nisa Afifah Ramadhani
Tempat, tanggal lahir
: Semarang, 18 Februari 1996
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kauman VI Rt09/1 No.42 Karang Roto Genuk
Semarang
Riwayat Pendidikan :
1.
SDI AL-FATTAH Terboyo Semarang, tahun 2001 - 2007
2.
SMP Negeri 20 Semarang, tahun 2007 - 2010
3.
SMA Negeri 14 Semarang, tahun 2010 -2013
4.
Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian
Nuswantoro Semarang Tahun 2013
viii
ix
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah dengan rahmat dan
hidayah-Nya telah memberikan kekuatan pikiran dan kesehatan kepada Penulis
sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir yang berjudul
“ANALISA PERSYARATAN PELAYANAN PUSKESMAS PONED DALAM
PELAYANAN KESEHATAN IBU DI PUSKESMAS BANGETAYU
KOTA
SEMARANG” ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas akhir ini,
Penulis banyak mendapat pengarahan,bimbingan dan saran yang bermanfaat
dari berbagai pihak. Maka dari itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Allah SWT, atas segala petunjuk-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan
Tugas Akhir dengan baik dan lancar.
2. Prof.Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.kom selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro
3. Dr.Guruh Fajar Shidik S.Kom., M.Cs selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro.
4. Dr. M.G. Catur Yuantari S.KM, M.Kes. selaku ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro.
5. Eti Rimawati S.KM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dalam proses
pelaksanaan Tugas Akhir dan penyusunan laporan ini.
ix
x
6. Orang Tua, yang tak pernah lelah memberikan dukungan moril materil dan
pengawasan kepada Penulis dalam setiap proses yang dijalani oleh Penulis.
7. dr.Suryanto Setyo Priyadi selaku Kepala Puskesmas Bangetayu Kota
Semarang dan staff yang telah bersedia memberikan masukan dan informasi
mengenai penelitian.
8. Teman-teman Kesehatan Masyarakat , saudara, kerabat dan sahabat yang
selalu memberikan suasana menjadi menyenangkan dalam penyusunan laporan
serta memberikan banyak informasi, semangat dan doa untuk Penulis.
Penulis
menyadari
bahwa
laporan
Tugas
Akhir
jauh
dari
sempurna,karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca
sekalian. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang perancangan alat pada umumnya dan menjadi referensi
bagi adik-adik kelas. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 3 Agustus 2017
Nisa Afifah Ramadhani
x
xi
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017
ABSTRAK
ANALISA PERSYARATAN PELAYANAN PUSKESMAS POST OBSTETRY
NEONATAL EMERGENCY DASAR (PONED) DALAM PELAYANAN
KESEHATAN IBU DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG
XVII + 125 Hal + 25 Tabel
AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia menunjukkan peningkatan yang
signifikan yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Puskesmas PONED (Post
Obstetry Neonatal Emergency Dasar) memiliki rawat inap, sarana yang memadai
dan sesuai syarat pelayanan kesehatan untuk menurunkan AKI serta
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan syarat pelayanan Puskesmas PONED dalam pelayanan
kesehatan Ibu.
Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang
menggunakan uji validitas, uji reliabilitas dan uji normalitas data. Kuesioner berisi
lima syarat pelayanan kesehatan: (1) Pelayanan kesehatan yang tersedia dan
berkesinambungan, (2) Pelayanan kesehatan yang wajar, (3) Pelayanan
kesehatan yang mudah dicapai, (4) Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau
dan (5) Pelayanan kesehatan yang bermutu.
Sampel penelitian berjumlah 52 responden adalah total dari semua
populasi, Hasil menunjukkan bahwa syarat pertama Pelayanan kesehatan yang
tersedia dan berkesinambungan berkategori cukup (62%) dan item pernyataan
yang kurang tenaga medis yang sip saat keadaan darurat, Pelayanan kesehatan
yang wajar berkategori cukup (56%) item yang kurang yaitu sikap petugas mau
berkomunikasi dengan pasien, Syarat ketiga Pelayanan kesehatan yang mudah
dicapai berkategori cukup (68%), item kurang Jarak antara rumah dengan
Puskesmas PONED >2Km, Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau
berkategori cukup (66%), item kurang Tarif persalinan di Puskesmas PONED
sesuai standar kelima Pelayanan kesehatan yang bermutu dengan kategori
cukup (64%) item kurang Ketersediaan tempat tidur yang memadai.
Puskesmas Bangetayu dapat meningkatkan ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai, kemudahan akses untuk mencapai lokasi, penyediaan
jaminan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu dan mutu pelayanan guna
memberikan layanan terbaik.
Kata Kunci
: AKI, Pelayanan Kesehatan Ibu, Puskesmas, PONED
Kepustakaan : 1996-2017
xi
xii
STUDY PROGRAM S1 COMMUNITY HEALTH
FACULTY OF HEALTH UNIVERSITY DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE TERMS OF SERVICE OF HEALTH POST OBSTETRY
NEONATAL EMERGENCY BASIS (PONED) IN HEALTH CARE MOTHER IN
HEALTH BANGETAYU SEMARANG CITY
XIX + 125 Hal + 25 Tables
MMR (MMR) in Indonesia showed a significant increase is 359 per 100,000 live
births. PHC PONED (Post Obstetry Neonatal Emergency Basis) have
hospitalization, means adequate and appropriate health care requirements for
reducing the MMR and the health service closer to the community. The purpose
of this study is to describe the condition of health center services in health care
PONED mother.
study was quantitative descriptive method with approach. cross sectional. The
research instrument used a questionnaire that use validity, reliability test and test
data normality. The questionnaire contains five terms of health care: (1) The
health service provided and continuous, (2) Health services were reasonable, (3)
health services within easy reach, (4) health services accessible and (5) health
care quality ,
These samples included 52 respondents is the total of all the population, the
results showed that the first requirement for health services provided and
sustained categorized enough (62%) and the statement items are lacking medical
personnel who sip during an emergency, health services were reasonable
categorized enough (56% ) items that are less the attitude of the officers want to
communicate with patients, the third condition health services within easy reach
categorized enough (68%), the item is less distance between the houses with
PHC PONED> 2km, health services within easy reach categorized enough
(66%), item less Rates deliveries in health centers in accordance PONED fifth
standard quality medical services with sufficient category (64%) less item
availability of adequate bed.
Bangetayu PHC can improve the availability of adequate infrastructure, ease of
access to reach the site, provision of health insurance for the poor and the quality
of services in order to provide the best service.
Keywords: AKI, Maternal Health Services, Health Center, PONED
Literature : 1996-2017
xii
xiii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
............................................................................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................................vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................................ viii
PRAKATA .............................................................................................................................ix
ABSTRAK..............................................................................................................................xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang......................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C.
Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
D.
Manfaat Penelitian.................................................................................................. 6
E.
Keaslian Penelitian .................................................................................................. 7
Faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan poned di puskesmas poned
wilayah kota makassar 2016 .................................................................................. 9
F.
Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 14
A.
Puskesmas PONED ................................................................................................ 14
B.
Kesehatan Ibu ....................................................................................................... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................... 69
A.
Kerangka Konsep................................................................................................... 69
B.
Alur Penelitian ....................................................................................................... 71
C.
Jenis Penelitian...................................................................................................... 72
D.
Variabel Penelitian ................................................................................................ 72
xiii
xiv
E.
Definisi Operasional .............................................................................................. 73
F.
Populasi dan Sampel ............................................................................................. 74
G.
Pengumpulan Data................................................................................................ 74
H.
Pengolahan Data ................................................................................................... 75
Olah Data Kuesioner ............................................................................................. 75
BAB IV................................................................................................................................ 85
HASIL PENELITIAN ............................................................................................................. 85
A.
Gambaran Umum Puskesmas Bangetayu ............................................................. 85
B.
Karakteristik Responden ....................................................................................... 87
C.
Hasil Analisis Univariat .......................................................................................... 89
a.
Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan............................... 89
b.
Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar .......................................... 92
c.
Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai ........................................................... 94
d.
Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau ....................................................... 96
e.
Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang bermutu ........................................ 98
BAB V............................................................................................................................... 100
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 100
A.
Keterbatasan Penel ............................................................................................. 100
B.
Pembahasan ........................................................................................................ 100
C.
Analisis Univariat................................................................................................. 103
BAB VI.............................................................................................................................. 114
PENUTUP ......................................................................................................................... 114
A.
Kesimpulan .......................................................................................................... 114
B.
Saran ................................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 116
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 120
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 7
Tabel 2.2 Klasifikasi Nilai IMT .................................................................... 56
Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid............................ 58
Tabel 2.4 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu ...................... 61
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 73
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Pernyataan ..................................................... 77
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang
dapat diterima dan wajar .............................................................. 78
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang
mudah dicapai.............................................................................. 79
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang
mudah dijangkau.......................................................................... 80
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang
mudah dicapai.............................................................................. 81
Tabel 4.1 Data Umum Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Puskesmas
Bangetayu................................................................................... 86
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur .......................... 87
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pekerjaan ................... 88
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden menurut pendidikan.................. 88
Tabel 4.5 Distribusi Jumlah kunjungan ke Puskesmas PONED .................. 89
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pelayanan kesehatan
yang tersedia dan berkesinambungan ........................................ 90
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang ......................................................... 91
xv
xvi
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan
yang dapat diterima dan wajar. ................................................... 92
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang ......................................................... 93
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan
yang mudah dicapai .................................................................. 94
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang ....................................................... 95
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan
yang mudah dijangkau .............................................................. 96
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden Di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang ....................................................... 97
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan
yang bermutu ............................................................................ 98
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang ....................................................... 99
xvi
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Kerangka Teori .................................................................... 68
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................ 70
xvii
xviii
DAFTAR SINGKATAN
AKI ……………………. ANGKA KEMATIAN IBU
AKK …………………….ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
ANC …………………….ANTE NATAL CARE
BKKBN …………………BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA NASIONAL
BOR…………………….BED OCCUPANCY RATIO
IMT …………………….INDEKS MASA TUBUH
IPAL…………………….INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KH………………………KELAHIRAN HIDUP
KIE ……………………...KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI
P4K………………………PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN
PENCEGAHAN KOMPLIKASI
PONED …………………POST OBESTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR
PUS ……………………..PASANGAN USIA SUBUR
RS ………………………RUMAH SAKIT CRUDE BIRTH RATE
SDGS …………………..SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
SDKI……………………. SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA
xviii
xix
SMPFA………………….SAFE MOTHERHOOD PROJECT PARTNERSHIP AND
FAMILY APPROACH
SUPAS………………….SURVEI PENDUDUK ANTAR SENSUS
TT………………………..TETANUS TOKSOID
UGD…………………….UNIT GAWAT DARURAT
VDRL……………………VENEREAL DISEASE RESEARCH LABORATORY
WHO ……………………WORLD HEALTH ORGANIZATION
WUS…………………….WANITA USIA SUBUR
xix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu
dari
penyebab
kematian
(AKI) menggambarkan jumlah wanita meninggal
terkait
dengan
gangguan
kehamilan
atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan dan kasus insidentil) dalam
kehamilan, melahirkan dan pada saat masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa memperhitungkan lamanya kehamilan per 100.000 KH. AKI dapat
digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator
tersebut oleh dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan
pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan menjadikan AKI sebagai indikator keberhasilan
pembangunan sektor kesehatan. 1
Menurut Data World Health Organization (WHO), pada tahun 2014 Angka
Kematian Ibu (AKI) di dunia 289 per 100.000 kelahiran hidup, AKI di negara maju
seperti Amerika Serikat mencapai 9300 jiwa, AKI di negara berkembang 230 per
100.000 kelahiran hidup dan AKI di negara maju 16 per 100.000 kelahiran hidup.
AKI di Asia Timur 33 per 100.000 kelahiran hidup, Asia Selatan 190 per 100.000
kelahiran hidup, Asia Tenggara 140 per 100.000 kelahiran hidup dan Asia Barat
74 per 100.000 kelahiran hidup .2
1
2
Terdapat penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai
dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012
menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) 2015.3
Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukan bahwa
kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah cukup menyedihkan apabila melihat
peningkatan jumlah kasus dalam lima tahun terakhir. Jumlah kasus kematian ibu
di Jawa Tengah berturut-turut pada periode 2010-2014 adalah 611 kasus, 668
kasus, 675 kasus, 668 kasus dan 711 kasus. Puncak angka kematian ibu di
Jawa Tengah terjadi tahun 2014 dengan jumlah kematian ibu sebanyak 126 per
100.000 Kelahiran Hidup (KH). 3
Berdasarkan data Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota
Semarang pada tahun 2015 sebanyak 35 kasus dari 27.334 jumlah kelahiran
hidup atau sekitar 128,05 per 100.000 KH. AKI terus mengalami lonjakan apabila
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu 107,95 per 100.000 KH
pada tahun 2013, dan 122,25 per 100.000 KH pada tahun 2014. Jika dilihat dari
jumlah kematian Ibu, juga terdapat peningkatan yaitu 33 kasus pada tahun 2014
menjadi 35 kasus di tahun 2015 dan 32 kasus di tahun 2016. 4
BKKBN menerangkan angka kematian ibu melahirkan terus mengalami
peningkatan dibanding periode tahun 2000. Sekarang AKI pada saat persalinan
berjumlah 359 per 100.000 kelahiran selamat. Berarti terdapat AKI di setiap 1,5
jam meninggal karena melahirkan. 6
3
Dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDG’s) angka
kematian ibu menjadi salah satu indikatornya. AKI menjadi indikator ke-3 dalam
SDG’S yaitu kesehatan yang baik dan kesejahteran dan pada tahun 2030
mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 KH.7
Definisi kesehatan ibu dan anak Menurut WHO adalah kesehatan
perempuan saat masa kehamilan, masa persalinan, dan pasca melahirkan.
Pengertian kesehatan ibu dan anak, ini meliputi, kesehatan keluarga berencana,
prakonsepsi, kehamilan, dan perawatan postnatal. Dasar kesehatan ibu dan
anak lebih diutamakan dalam pelayanan umum, bagi perempuan, anak-anak dan
beserta keluarga.8
Menurut Azwar (1996) syarat-syarat dalam pelayanan kesehatan adalah
pelayanan
kesehatan yang
tersedia dan berkesinambungan, pelayanan
kesehatan yang dapat diterima dan wajar, pelayanan kesehatan yang mudah
dicapai, pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan pelayanan kesehatan
yang bermutu.9
Pemerintah membentuk berbagai upaya untuk menurunkan AKI dengan
membentuk program Puskesmas PONED di tiap Kota dan Puskesmas yang
ditunjuk sebagai Puskesmas PONED adalah yang memiliki fasilitas rawat inap
sarana dan prasarana yang memadai untuk masyarakat.
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) ialah pelayanan
untuk penanggulangan kasus gawat darurat obstetri dan neonatal yang
diantaranya ibu hamil, ibu bersalin atau nifas dengan komplikasi obstetri yang
mengancam jiwa ibu maupun janinnya. Sasaran pelayanan kegawatdaruratan
diperkirakan 28% dari total keseluruhan ibu hamil.
4
Tetapi komplikasi yang dapat mengancam nyawa ibu bisa muncul secara tibatiba tidak selalu bisa diprediksi sebelumnya, oleh karena itu ibu hamil harus
berada dekat pada sarana PONED. Agar dapat terpenuhinya kebutuhan
pelayanan kegawatdaruratan di seluruh wilayah Kabupaten/Kota.10
Terdapat 6 Puskesmas di Kota Semarang dengan status Puskesmas
mampu PONED, yaitu Puskesmas
Puskesmas
Halmahera, Puskesmas
Bangetayu, Puskesmas
Ngesrep,
Gunungpati Puskesmas Mijen dan
Puskesmas Mangkang. Puskesmas mampu PONED dengan sarana pertolongan
persalinan yang lengkap dan diutamakan Puskesmas yang memiliki tempat
perawatan serta Puskesmas dengan ruang rawat inap.1,2
Puskesmas Bangetayu merupakan Puskesmas mampu PONED yang
terpilih menjadi salah satu Puskesmas PONED sejak tahun 2014 berada di
Wilayah Semarang Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Demak
dengan mayoritas penduduk menengah ke bawah. Dengan adanya hal ini
Puskesmas Bangetayu menjadi pilihan utama masyarakat dalam pelayanan
rawat inap. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah pasien rawat inap selama
tahun 2016 sebanyak 510 pasien.11
Berdasarkan data di atas, penelitian terhadap kualitas pelayanan
kesehatan di Puskesmas mampu PONED di Kota Semarang sangat diperlukan
dan dilaksanakan supaya pelayanan yang kurang baik dan sarana prasarana
yang belum memenuhi standar dapat dievaluasi supaya pelayanan dengan mutu
yang baik dapat dilaksanakan.
5
Dengan melihat kondisi lapangan serta dengan di dukung informasi yang
Peneliti dapat bersumber pada masyarakat di wilayah Puskesmas PONED Kota
Semarang, maka untuk menyingkapi hal tersebut peneliti akan mengangkat
permasalahan ini ke dalam penelitian ilmiah. Judul yang diangkat adalah:
“Analisa Persyaratan Pelayanan Puskesmas PONED dalam Pelayanan
Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang”
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Persyaratan Pelayanan Puskesmas Poned dalam Pelayanan
Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan
pelayanan
puskesmas
PONED
menurut
syarat
pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan
pelayanan
kesehatan
yang
tersedia
dan
berkesinambungan.
b. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan
wajar.
c. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang mudah dicapai.
d. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau.
e. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini mengarah pada aspek berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teori hasil penelitian diharapkan mampu menambah bukti empiris
mengenai bagaimana pelayanan PONED terhadap kesehatan ibu
sehingga AKI dapat diturunkan.
2. Mahasiswa
Penelitian
ini
berguna
untuk
bahan
wacana
pembelajaran
bagi
mahasiswa dapat menambah dan memperluas wawasan juga sebagai
sarana mengaplikasikan ilmu mengenai pelayanan PONED terhadap
kesehatan ibu.
3. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
penelitian sejenis dan berkelanjutan mengenai pemannfaatan pelayanan
Puskesmas PONED terhadap kesehatan ibu selain menambah wawasan
ilmu pada Program Studi Kesehatan Masyarakat khususnya dalam
peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK).
7
E. Keaslian Penelitian
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dalam penelitian ini dan
menjadi dasar dari keaslian penelitian ditampilkan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
1
Judul Penelitian Metode
dan Tahun
Penelitian
Lusia Atilda Faktor-Faktor
Pattitianakotta yang
Berhubungan
dengan Rujukan
Kasus
Kegawatdaruratan
Obstetri Neonatal
oleh Bidan Desa
ke
Puskesmas
Poned
di
Kabupaten
Maluku
Tengah
Tahun 2012
Variabel
dependen
:
Rujukan
kasus
kegawatdaruratan
obstetri neonatal
ke
Puskesmas
PONED
Variabel
Independen :
Pendidikan,
Pengetahuan
tentang
Puskesmas
PONED,
Pengetahuan
tentang
kegawatdaruratan
obstetri neonatal
dan
sistem
rujukan
Analisis Data :
Analisi univariat
dan
bivariat
menggunakan uji
chi-square
Hasil
Penelitian
Faktor
yang
berhubungan
dengan rujukan
kasus
kegawatdarurat
an
obstetri
neonatal
ke
Puskesmas
PONED adalah
pengetahuan,
sarana
dan
prasarana,
waktu tempuh
dan dukungan
keluarga.12
8
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
dan Tahun
Penelitian
Hasil
Penelitian
2
M.
Ichsan
Mustain,
Alimin Maidin,
Rini
Anggraeni
Evaluasi
Pelaksanaan
Pelayanan
Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar
(Poned)
Di
Puskesmas
Jumpandang Baru
Kota
Makassar
Tahun 2013
Penelitian
kualitatif
pendekatan
deskriptif
(explanatory
research)
analisis
data
menggunakan
content analysis
disajikan dalam
bentuk naratif
Sarana
dan
prasarana
lengkap,
standar
operasional
prosedur
pelayanan
obstetric dan
neonatal telah
terpasang,
sosialisasi
tentang
program
PONED
berjalan baik,
sistem
rujukan
sesuai
dengan alur,
pencatatan
pelaporan
dibuat khusus
untuk
program
PONED.13
3.
Amrillah,
Valentina
Ayumy
Fortunita Mia
Analisis
sistem
pelayanan
PONED
di
Puskesmas
Sitanggal
Kabupaten
Brebes 2016
Jenis penelitian
ini
adalah
penelitian
kualitatif dengan
wawancara
mendalam
Dalam
pelaksanaan
sistem
PONED, dari
aspek
input
belum
ada
ketegasan
aturan serta
belum
ada
SOP
yang
terpasang di
PONED
sebagai
acuan, masih
terjadi
kekurangan
jumlah
petugas,
masih
merangkap
sebagai
9
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
dan Tahun
Penelitian
Hasil
Penelitian
karyawan
Puskesmas,
keadaan
sarana
dan
prasarana
belum
mendukung
terlaksananya
PONED. Dari
aspek proses,
tidak
ada
dokumen
tertulis
tentang
pengorganisa
sian
di
PONED,masi
h ada petugas
yang
tidak
mematuhi
aturan,
komitmen
petugas
masih
sulit,
tidak
ada
dokumen
pelaporan
yang lengkap
tentang
pelaksanaan
PONED
di
DKK.14
4
Arwiah , Ema Faktor
faktor
Al Asiry, Irfan yang
Idris
mempengaruhi
pelaksanaan
poned
di
puskesmas
poned wilayah
kota makassar
2016
Jenis penelitian
ini
adalah
kualitatif dengan
informan
sebanyak
21
yang merupakan
Tim Poned, yang
diambil
melalui
pertimbangan
peneliti.
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
wawancara
mendalam.
Puskesmas
PONED
bahwa
sarana/prasar
ana
sudah
cukup
memadai
karena
adanya
bantuan dari
pemerintah
dan
Dinas
kesehatan
namun pada
10
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
dan Tahun
Penelitian
Hasil
Penelitian
PKM Minasa
Upa,
PKM
Jumpandang
Baru,
dan
PKM
Pattingalloang
ada beberapa
alat
yang
tidak tersedia.
Pada
puskesmas
Batua
dan
puskesmas
Pattingaloang
masih
mengeluhkan
tenaga sopir
ambulance
yang
hanya
satu dan tidak
24 jam siap.
Tidak
ada
dana
operasional
khusus untuk
kegiatan
PONED
di
Puskesmas
PONED,
Sistem
rujukan dari
pelayanan
swasta
ke
semua
Puskesmas
PONED
mengalami
peningkatan
walaupun
tidak
maksimal
dikarenakan
pihak swasta
langsung
merujuk
ke
rumah
sakit
karena
11
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
dan Tahun
Penelitian
Hasil
Penelitian
puskesmas
PONED dekat
dengan daerah
pekotaan. Dari
segi
SDM
jumlah
Tim
PONED perlu
ditambah dan
pelatihan.
Kesimpulannya
yaitu
Puskesmas
BaraBarayya,
Jumpandang
Baru,
Mamajang,
Minasa Upa,
Batua, KassiKassi,
dan
Pattingaloang
sudah mampu
PONED baik
dari
SDM,
sarana
prasarana
dana
dan
sistem
rujukan.15
5.
Sri Tanjung
Rejeki¹,
Muhammad
Akhyar²,
Supriyadi Hari
R³
Pelaksanaan
Program
Pelayanan
Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar
(Poned)
di
Puskesmas
Kabupaten Tegal
2017
Penelitian
kualitatif dengan
menggunakan
metode evaluasi
CIPP
(context,
input,
process,
product
yang
dikemukakan
oleh Stufflebeam
&
Shinkfield).
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
wawancara
mendalam,
observasi
dan
studi dokumen
Pelaksanan
Program
PONED dari
aspek konteks
yang
terdiri
dari kebijakan
dan
tujuan
dari
puskesmas
PONED
sudah sesuai,
sumber daya
manusia
sudah
memadai
namun
perawat
belum
12
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
dan Tahun
Penelitian
Hasil
Penelitian
di dilibatkan
dalam
puskesmas
PONED,
dokter belum
mengikuti
pelatihan
USG, belum
adanya dana
khusus untuk
pelaksanaan
puskesmas
PONED,
ketersedian
fasilitas sudah
memadai,
struktur
organisasi
hanya
satu
puskesmas
yang
masih
bergabung
dengan
puskesmas
rawat
jalan.
Dari
aspek
input
yang
terdiri
dari
upaya
peningkatan
kualitas SDM
melalui
pelatihan dan
driil
emergensi
sudah
dilakukan
dengan baik,
upaya
peningkatan
Sarana
dan
prasarana di
rencanakan di
awal
tahun
dalam
perencanaa
awal.
13
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
dan Tahun
Penelitian
Hasil
Penelitian
Dari
aspek
proses yang
terdiri
dari
pelayanan
puskesmas
PONED
sudah sesuai
dengan SOP,
petugas
sudah
melaksanaka
n
tugas
sesuai
dengan
job
description,
Kerjasama
lintas sektoral
dan program
sudah
berjalan baik,
belum
menggunakan
skor
Poedji
Rochyati
dalam deteksi
dini ibu risiko
tinggi
faktor
penghambat
dari
segi
biaya
yaitu
pengklaiman
BPJS sangat
lama,
kesadaran
masyarakat
masih
kurang.16
14
Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah tentang yang pelayanan
kesehatan di Puskesmas PONED sedangkan perbedaannya dimaksud adalah
faktor apa saja yang mempengaruhi ibu dalam pemanfaatan pelayanan
Puskesmas PONED Perbedaan yang lain adalah subjek penelitian jika penelitian
terdahulu adalah Tim PONED (dokter, bidan, perawat) sedangkan penelitian
sekarang adalah ibu nifas di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam kajian di bidang Manajemen Kesehatan.
2. Lingkup Materi
Materi ini merupakan analisa pelayanan Puskesmas PONED dalam
kesehatan ibu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang.
3. Lingkup Metode
Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
cross sectional.
4. Lingkup Sasaran
Sasaran dalam penelitian ini yaitu bagi
ibu nifas yang telah
memanfaatkan pelayanan di Puskesmas PONED.
5. Lingkup Lokasi
Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas BangetayuSemarang.
6. Lingkup Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan Bulan Mei 2017.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Puskesmas PONED
1. Pengertian
Adalah Pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar merupakan upaya
penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu
dalam bentuk (PONED) di tingkat Puskesmas. Kunci keberhasilan
PONED
adalah
ketersediaan
tenaga
kesehatan
yang
sesuai
kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang handal. Selain itu
kurangnya pengetahuan dan sikap ibu hamil juga dapat mempengaruhi
keberhasilan adanya Puskesmas PONED. Untuk itu diperlukan adanya
kesadaran dari setiap ibu hamil dalam memperoleh informasi yang baik
tentang Pelayanan Puskesmas PONED.17
2. Langkah-Langkah
Persiapan
Peningkatan
Puskesmas
Menjadi
Puskesmas Mampu PONED.
Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED
Kementrian
Kesehatan
RI
2013,
langkah-langkah
peningkatan
puskesmas menjadi puskesmas mampu PONED adalah sebagai berikut:
1) Pengumpulan dan analisis data umum
Apabila dinilai bahwa belum semua Puskesmas yang ditetapkan
sebagai Puskesmas mampu PONED berfungsi dengan baik, atau
bila di Kabupaten bersangkutan belum tercapai minimal 4
Puskesmas rawat inap yang sudah difungsikan dengan baik
sebagai Puskesmas mampu PONED, maka Dinas Kesehatan
kabupaten harus:
14
15
a. Memetakan wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sekaligus memberi gambaran tentang:
a) Kondisi geografis, lingkungan wilayah, pemetaan/batas
wilayah kerja Puskesmas/ batas administratif Kecamatan.
b) Sarana, prasarana dan jalur transportasi dalam wilayah,
untuk mendukung pelaksanaan rujukan.
c) Keberadaan fasilitas kesehatan dalam peta fasyankes di
wilayah Kota: Puskesmas, Dokter Praktik Swasta, Klinik
Pratama, Puskesmas mampu PONED,Klinik Pratama
mampu PONED, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, RS
mampu PONEK dll, dalam jumlah dan persebaran
lokasinya.
d) Sarana, prasarana, SDM, kemampuan pelayanan, dari
masing-masing fasyankes tersebut diatas.
e) Puskesmas yang letaknya strategis terhadap Puskesmas di
sekitarnya, yang dapat dikembangkan menjadi pusat
rujukan-antara atau pusat rujukan regional wilayah Kota.
f)
Regionalisasi
sistem
rujukan
medik
wilayah
Kabupaten/Kota dan berfungsinya regionalisasi tersebut.
g) Data Puskesmas yang letaknya terpencil dan sulit untuk
mengakses RS PONEK terdekat, maupun rujukan regional
Puskesmas mampu PONED terdekat.
16
b. Data Jumlah Penduduk di setiap wilayah Puskesmas dirinci
menurut:
a) Kelompok
umur,
berdasarkan
kepentingan
sasaran
program
b) Jenis kelamin
c) Jumlah rumah tangga
d) Jumlah WUS dan PUS
c. Data keberadaan Mitra
Mitra yang dapat diperankan sebagai penggerak demand target
sasaran dan keluarga, untuk memanfaatkan pelayanan PONED
yang tersedia menurut kebutuhannya, antara lain:
a) Lintas Sektor di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan/
Puskesmas
b) LSM, Organisasi Profesi Kesehatan
c) Media massa (cetak, elektronik)
d) Masyarakat dalam wadah UKBM yang dapat berperan
dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K)
e) Swasta, Badan Usaha, Penyandang dana lainnya (donor
agency)
17
Pemd
a
DPR/
D
Organisa
si profesi
LSM
Lintas
sektor
PL
Airbersih
rmh sht
Sarkes
Swast
a
GIZI
Donor
P2M
Pencapaian
indikator
MDG’s
PPJK
Binf
er
SDM
BUK
R
Litban
g
BUKD
Promke
Gambar 2.1 Diagram Data Keberadaan Mitra
d. Data tentang dukungan kebijakan dan sumber daya dari
PEMDA dan DPRD
Upaya-upaya kesehatan dan gerakan para mitra akan lebih
berhasil apabila juga mendapatkan dukungan politis serta
sumberdaya dari Pemerintah Daerah dan DPRD, khususnya
dari tingkat Kabupaten/Kota:
a) Peraturan Daerah Kabupaten
b) Peraturan Daerah Provinsi
18
c) Peraturan Bupati
d) Peraturan Gubernur
e) APBD Kabupaten, khususnya untuk PONED dan yang
terkait dengannya
f) APBD Provinsi
2) Pengumpulan dan analisia data khusus
a. Data sumberdaya, per unit Fasilitas Pelayanan Tingkat Dasar/
Puskesmas:
a) Fisik gedung tempat pelayanan
b) Fasilitas untuk pelayanan rawat jalan
c) Fasilitas untuk pelayanan rawat inap serta tindakan medis
dalam PONED
d) Peralatan medis, non medis dan penunjang untuk PONED
e) Sarana transportasi rujukan (Ambulan rujukan)
f) Sarana komunikasi rujukan: Telephon, HP, Perangkat sistem
rujukan Radio medik, e- Rujukan, dan lainnya
g) Keberadaan Tim Teknis Pelaksana PONED yang sudah
terlatih dan kompeten dalam PONED
h) Dana operasional penyelenggaraan PONED dan sumber
dananya
b. Data cakupan pelayanan program KIA-Gizi pada sasaran
maternal dan neonatal, yang dilayani sesuai standar dan
pemetaannya menurut wilayah kerja/ target sasaran yang
ditetapkan (PWS dll).
19
c. Data perhitungan/prediksi jumlah kasus obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi
dari
wilayah
kerja
masing-masing
berupa target penemuan, cakupan penemuan, besaran
masalah
kesehatan
obstetri
dan
neonatal
emergensi/komplikasi yang dihadapi daerah, serta kebutuhan
PONED untuk masing-masing wilayah kerja/ tanggung jawab
Puskesmas/ Fasyankes Tingkat Dasar mampu PONED.
d. Data tentang kesenjangan pemenuhan kebutuhan PONED
Menurut
peta
wilayah
masalah/kendalanya,
sekaligus
dari
latar
aspek
belakang
fisik/geografi,
transportasi,manajemen, dan sebagainya.
e. Jumlah
kasus
kematian
obstetri
dan
neonatal
di
Kabupaten/Kota, menurut wilayah tanggung-jawab Puskesmas
dan sumber informasinya.
f.
Hasil surveillance masalah yang berkaitan dengan kesehatan
maternal dan neonatal.
3) Pengumpulan
data
Puskesmas
mampu
PONED/
Calon
Puskesmas mampu PONED
a. Data Lokasi
a) Letaknya: Strategis terhadap Puskesmas non PONED di
sekitarnya.
b) Merupakan jejaring sistem rujukan dalam fungsinya
sebagai pusat rujukan antara/regional dan RS
20
c) Waktu tempuh/ jam dari masing-masing Puskesmas non
perawatan dalam jejaringnya ke Puskesmas mampu
PONED
d) Waktu tempuh menuju RS rujukan PONEK terdekat sekitar
2 jam
e) Merupakan Puskesmas terpencil dari semua fasilitas
kesehatan yang ada (khusus daerah terpencil)
b. Data Fasilitas
a) Puskesmas mempunyai fasilitas rawat inap atau terbatas
hanya fasilitas rawat inap untuk persalinan
b) Kemampuan menyelenggarakan pelayanan rawat inap
(umum dan persalinan)
c) Ketersediaan alat kesehatan PONED set
d) Ketersediaan sarana/ prasarana penunjang berkaitan
dengan PONED
e) Ketersediaan obat dan bahan habis pakai berkaitan
dengan PONED
c. Data Administrasi
a) SK Bupati / Walikota tentang penetapan Puskesmas
mampu PONED
b) SK Dinas Kesehatan, tentang Penetapan Tim Teknis dan
Tim Pendukung Puskesmas mampu PONED
c) MoU pelaksanaan rujukan, antara Puskesmas dengan
Fasyankes Rujukan atau RS mampu PONEK terdekat,
tentang rujukan dan pembinaan teknis
21
d) MoU/
kontrak
penyelenggaraan
PONED
antara
Puskesmas dengan BPJS, Asuransi Kesehatan lainnya,
untuk Puskesmas dengan persyaratan tertentu
4) Penyusunan rencana peningkatan fungsi Puskesmas mampu
PONED atau calon Puskesmas mampu PONED.
Dalam
upaya
merencanakan
perbaikan,
peningkatan,
pemantapan dan pengembangan fungsi Puskesmas mampu
PONED/ Calon Puskesmas mampu PONED, Dinas Kesehatan
perlu membahas kembali bersama:
a. Kepala
Puskesmas
dan
Bidan
Koordinator
Puskesmasuntuk mendiskusikan:
a) Masalah dan hambatan dalam pelaksanaan program
yang berkaitan dengan kesehatan Ibu dan Anak dari
berbagai aspek:
1. Ketersediaan Sumberdaya:
(1) Ketersediaan, kemampuan dan kualitas SDM
kemampuan dan kualitas SDM kesehatan termasuk
SDM Kesehatan yang sudah terlatih Manajemen
Puskesmas, PONED, PP GDON, Manajemen
Asfiksia, Manajemen BBLR, dan lain-lain.
(2)
Ketersediaan
fasilitas
pelayanan
dan
pendukungnya (alat medis, non medis, obat dan
bahan habis pakai, ruangan, ambulan dll)
(3) Ketersediaan perangkat teknologi komunikasi
dan informasi
22
(4)
Dana
operasional
pelayanan,
perawatan,
pendukung pelayanan terkait PONED, dll
2. Pelaksanaan pelayanan dan rujukan kasus obstetri
dan neonatal serta masalah/ hambatannya pada
tingkat:
(1)
Masyarakat
(UKBM:
Posyandu,
Polindes/Poskesdes, Desa Siaga)
(2) Puskesmas non PONED
(3) Puskesmas mampu PONED
(4) RS non PONEK
(5) RS PONEK
3. Pembinaan
untuk
Puskesmas
mampu
PONED,Calon Puskesmas mampu PONED, dan
Non PONED, dalam aspek:
(1) Pembinaan Teknis oleh Organisasi Profesi yang
dikoordinir oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
(2) Pembinaan Teknis oleh RS PONEK yang
dikoordinir oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
(3)
Pembinaan
Operasional
dan
Administrasi
Manajemen PONED oleh Dinas Kesehatan dan
BPJS
(4) Pembinaan oleh Biro Keuangan Pemda tentang
Pola Pengelola PPK-BLUD1 atau tim PPK-BLUD
pemerintah daerah .
23
b) Kebutuhan dukungan dalam upaya perbaikan dan
peningkatan fungsi penyelenggaraan:
1. Pelayanan KIA umumnya
2. PONED dan Rujukan PONED
3. Rujukan ke RS PONEK dan aspek pelayanannya
c) Usulan/rencana
pengembangan
PONED
dan
pemantapan fungsi sistem rujukannya, untuk :
1. Lingkup regional dalam kabupaten, dengan pusat
rujukannya adalah Puskesmas mampu PONED
(Area sistem rujukan dalam cluster PONED)
2. Lingkup
wilayah
Kabupaten,
dengan
pusat
rujukannya Rumah Sakit PONEK.
b. Bersama
Mitra
kerja
terkait
dan
pihak-pihak
berkepentingan lainnya malakukan pembahasan masalah
dan menyusun rencana perbaikan/peningkatannya melalui
forum District Team Problem Solving (DTPS), antara lain
dengan:
(1) Lintas Sektor terkait
(2) LSM/Masyarakat Peduli
(3) Swasta dan Penyandang dana lainnya
(4) Organisasi masyarakat: PKK, Dasa wisma, Muslimat,
Aisyah, Kepemudaan
(5) Media
Massa:
Cetak
dan
Elektronik
(Pemred/
Wartawan: Surat Kabar Daerah, Majalah Daerah,Radio
Daerah, TV Lokal, dll)
24
c. Bersama Penentu Kebijakan dan Pengambil Keputusan
serta Para Pemangku Kepentingan:
(a) Mendapatkan dukungan kebijakan dan sumberdaya,
dari:
a) Bupati , sebagai penanggung-jawab tercapainya
target MDGs Kabupaten
b) DPRD Kabupaten, sebagai wakil rakyat yang
memperjuangkan
kepentingan
masyarakat,
khususnya bidang kesehatan
(b) Melibatkan
para
pemangku
kepentingan,
untuk
realisasi operasional:
a) Bappeda
Kabupaten,
pengusulan
operasional
berhubungan
anggaran
dan
dengan
pengembangan,
pemeliharaan,
baik
untuk
Puskesmas mampu PONED yang sudah ada
maupun calon Puskesmas mampu PONED
b) Rumah Sakit rujukan spesialistik/Rumah Sakit
PONEK untuk rencana pengembangan sistem
rujukan dan pembinaan teknis PONED
c) Organisasi
Profesi:
IBI,
PPNI,
IDI,
POGI,
IDAI,IAKMI
d) BKKBN atau sektor yang membidangi program KB
dan kependudukan untuk upaya-upaya yang
terkait dengan program KB dan penggerakan
demand sasaran
25
5) Penyusunan Implementasi pengembangan fungsi Puskesmas
mampu PONED/calon Puskesmas mampu PONED
a. Persiapan
Pengembangan
Fungsi
Puskesmas
mampu
PONED:
(1) Menyusun
rencana
pemantapan
fungsi
Puskesmas
mampu PONED yang ada
a) Menetapkan Puskesmas sebagai calon Puskesmas
mampu PONED yang akan dikembangkan
b) Menyusun rencana pengembangan Puskesmas Calon
Puskesmas mampu PONED dengan tahapannya
(2) Mempersiapkan pemantapan fungsi Puskesmas mampu
PONED yang sudah ada dan realisasi pengembangan
fungsi Puskesmas menjadi Puskesmas mampu PONED,
sesuai dengan tahapannya :
a) Melengkapi kebutuhan sumberdaya (SDM, alat medis
dan non medis, obat dan bahan habis pakai, ruangan,
ambulan, biaya operasional dan pemeliharaan, dll)
sesuai kebutuhan
b) Melatih ulang SDM yang ada dan melatih baruSDM
yang diperlukan
c) Melakukan
pembinaan
teknis,
manajemen, serta keuangan
administrasi
dan
26
b. Menetapkan
realisasi
sesuai
dengan
rencana
dan
tahapannya:
a) Memantapkan fungsi Puskesmas mampu PONED yang
sudah ada
b) Mengembangkan Puskesmas yang dipilih untuk menjadi
Puskesmas mampu PONED.
6) Penyusunan Indikator Kinerja Penyelenggaraan PONED.
Keberhasilan penyelenggaran Puskesmas mampu PONED diukur
berdasarkan rencana dan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
a. Indikator Persiapan Puskesmas Mampu PONED:
a) Adanya Tim Terlatih PONED bersertifikat dan kompeten
b) Adanya Tim Pendukung PONED
c) Tersedianya sarana, prasarana dan peralatan sesuai
standar
d) Tersedianya
ruangan
untuk:
penerimaan
pasien,
pemeriksaaan, pelayanan/tindakan dan perawatan di
fasilitas rawat inap untuk ibu dan bayinya
e) Tersedianya
sarana
transportasi
rujukan
dengan
kelengkapannya
f)
Tersedianya alat komunikasi dan informasi
g) Tersusunnya rencana kegiatan yang disusun melalui
pertemuan LP dan LS, dalam forum DTPS, yang disertai
indikator pencapaiannya
h) Tersedianya
memadai
biaya
operasional
dalam
jumlah
yang
27
i)
Adanya
SPO
yang
disusun
Tim
PONED
dan
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas, dan sudah
dikonsultasikan kepada POGI dan IDAI setempat
j)
Adanya MoU antara RS PONEK/RSSIB dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten, tentang Pembinaan Teknis PONED
oleh RS PONEK, secara berkala dan teratur.
b. Indikator untuk mengukur Kinerja Puskesmas mampu PONED:
a) Cakupan pasien yang dirujuk dari masing-masing wilayah
kerja Puskesmas yang tercakup dalam kluster regional
sistem rujukan
b) Cakupan pasien yang dapat ditangani di Puskesmas
mampu PONED sesuai kewenangannya
c) Cakupan pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit PONEK,
melalui Puskesmas mampu PONED
d) Jumlah Rujukan Balik pasien emergensi/komplikasi dari
RS PONEK ke Puskesmas (Puskesmas mampu PONED
dan atau Puskesmas jejaring)
e) Jumlah kasus yang dirujuk balik dari Puskesmas mampu
PONED
Sesuai
dengan
perkembangan
kemampuan
Puskesmas dalam PONED, indikator penilaian kinerja
PONED harus semakin diperluas dan dirinci lebih detail.
28
3. Langkah-langkah penetapan Puskesmas mampu PONED menurut
Kementrian Kesehatan 2013.
A. Manajemen penyusunan rencana penetapan puskesmas mampu poned
a. Langkah Pertama : Dinas Kesehatan kabupaten/kota Memilih
Puskesmas
rawat
inap
yang
ada
di
wilayahnya
untuk
dikembangkan menjadi Puskesmas mampu PONED Dinas
kesehatan memilih Puskesmas rawat inap yang ada di wilayahnya
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(1) Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan tindakan mengatasi
kegawat-daruratan,
sesuai
dengan
kompetensi
dan
kewenangannya serta dilengkapi dengan sarana prasarana yang
dibutuhkan.
(2) Adanya komitmen dari para stakeholder yang berkaitan
dengan upaya untuk memfungsikan Puskesmas mampuPONED
(3) Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetri dan
neonatal emergensi/komplikasi dalam satu regional wilayah
rujukan
b. Langkah Kedua : Memperhitungkan jumlah pasien yang akan
dilayani
Memperhitungkan prakiraan jumlah pasien yang akan dilayani
Contoh :
Jumlah penduduk Puskesmas I (sebagai Puskesmas/calon
Puskesmas mampu PONED) adalah 29.200 orang, PuskesmasPuskesmas II, III dan IV, sebagai Puskesmas Non PONED,
29
dengan jumlah penduduk masing-masing: 16.400 orang, 17.450
orang, dan 18.350 orang, sehingga jumlah penduduk ke-4
Puskesmas sebanyak: 81.400 orang. Bila Angka CBR Kabupaten
bersangkutan: 1,9%; berapa prakiraan jumlah pasien emergensi/
komplikasi yang akan dirujuk ke Puskesmas mampu PONED dan
dilayani tuntas atau dirujuk ke Rumah Sakit ?
30
Tabel 2.1 Prakiraan Jumlah Pasien yang Akan dilayani/dirurjuk di Puskesmas mampu PONED
No.
Puskesmas
Jml
pendk
Sasaran
ibu hamil
Jumlah Maternal dengan
EM/KOMP
Perlu
dirujuk
ke
PONED
Sasaran
neonatus
Ditangani/ Rujuk
ke
Tangani
PONED
Rujuk
rumkit
Jumlah Neonatal dengan
EM/
KOMP
Perlu
dirujuk
ke
PONED
Ditangani / rujuk
ke
Tangani
PONED
Rujuk
rumkit
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
1
Pusk
PONED
29.200
610
92
46
23
23
583
88
44
22
22
2
Pusk. I
16.400
343
52
26
13
13
327
49
25
12
12
3
Pusk.II
17.450
365
54
27
14
14
348
52
26
13
13
4
Pusk.III
18.350
384
58
29
14
15
366
55
28
14
14
Total
81.400
1.702
256
128
65
65
1.624
244
123
61
61
31
*) Kasus emergensi neonatal 80% dapat ditangani di tingkat pelayanan
dasar yang berkualitas sesuai standar, 20% perlu mendapatkan
pelayanan rujukan yang berkualitas
Keterangan :
• Sasaran ibu hamil (D)diperoleh dari CBR x 1,1 x jumlah penduduk ( C )
(CBR bisa didapat dari BPS kabupaten)
• EM/KOMP ( E ) didapatkan dari 15% dari sasaran ibu hamil
• Sasaran Neonatus ( I ) diperoleh dari CBR x 1,05 x jumlah penduduk
• EM/KOMP ( J ) neonatus diperoleh dari 15% x sasaran neonatus
Berikut adalah penjelasan tentang cara menghitung untuk mendapatkan
angka-angka di tabel 2 untuk prakiraan pasien yang memerlukan
pelayanan dan tindakan di Puskesmas mampu PONED :
a) Maternal dengan kondisi emergensi/komplikasi 1:
1)
Prakiraan
jumlah
maternal
dengan
emergensi/komplikasi
di
Puskesmas mampu PONED termasuk dari Puskesmas sekitarnya, ± 256
orang:
15% x (11/10 x CBR) x (29.200 + 16.400 + 17.450 + 18.350) = 256
orang
2)
Prakiraan
±
50%
jumlah
maternal
dengan
kondisi
emergensi/komplikasi dari 4 Puskesmas tersebut, yang perlu dirujuk ke
Puskesmas mampu PONED, diperkirakan ± 128 orang. (dilihat pada tabel
1 kolom F)
3) Prakiraan ± 50% dari jumlah maternal yang dirujuk ke Puskesmas
mampu PONED, dapat tuntas dilayani: ± 65 orang (dilihat pada tabel 1
kolom G)
32
4) Prakiraan ± 50% dari jumlah maternal yang dirujuk ke Puskesmas
mampu PONED, perlu dirujuk ke RS PONEK dengan persiapan, ± 65
orang (dilihat pada tabel 1 kolom H) Keterangan : poin ke 2,3 dan 4
prakiraan persentase jumlah maternal dapat berubah sesuai dengan
kebijakan yang ada.
b) Neonatal dengan komplikasi/emergensi:2
1) Prakiraan jumlah neonatal dengan emergensi/komplikasi di Puskesmas
mampu PONED dan Puskesmas sekitarnya:
15% x (CBR) x (29.200 + 16.400 + 17.450 + 18.350) = 244 orang.
2) Prakiraan ±50% jumlah neonatal dengan emergensi/ komplikasi dari 4
Puskesmas tersebut, yang perlu dirujuk ke Puskesmas mampu PONED:
±123 orang. (dilihat pada tabel 1 kolom K)
3) Prakiraan ±50% dari jumlah neonatal yang dirujuk ke Puskesmas
mampu PONED dapat tuntas dilayani: ±61 orang (dilihat pada tabel 1
kolom L)
4) Prakiraan ±50% dari jumlah neonatal yang dirujuk ke Puskesmas
mampu PONED, perlu dirujuk ke RS PONEK dengan persiapan: ± 61
orang (dilihat pada tabel 1 kolom M) Keterangan : poin ke 2,3 dan 4
prakiraan persentase jumlah neonatal dapat berubah sesuai dengan
kebijakan yang ada.
Dari prakiraan jumlah kunjungan tersebut, maka Tim Tenaga Kesehatan
yang bertanggung-jawab dalam pelayanan klinis PONED di Puskesmas,
perlu menilai jumlah kunjungan/ rujukan kasus emergensi/komplikasi dan
penanganannya di Puskesmas mampu PONED dan jumlah yang dirujuk
ke RS mampu PONEK/RSSIB, dibandingkan dengan prakiraan yang
33
diperhitungkan. Sekaligus pula Puskesmas mampu PONED harus
memberikan umpan-balik kepada Puskesmas di sekitarnya, tentang
jumlah kasus emergensi/komplikasi yang dirujuk ke Puskesmasnya.
3. Langkah ketiga : Mempersiapkan kebutuhan sumberdaya kesehatan yang
dibutuhkan untuk penyelenggaraan PONED.
Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya, harus dapat menggali potensi-potensi sumberdaya khususnya
SDM dengan perannya masingmasing, termasuk potensi para mitra kerja yang
berada di wilayah kerja Puskesmasnya. Proses ini dapat dilakukan melalui
Lokakarya Mini, baik yang diselenggarakan di Puskesmas maupun di tingkat
Lintas Sektor. Penyiapan tenaga yang berperan dalam PONED di Puskesmas
melalui pertemuan Lokakarya Mini Puskesmas. Perhitungan kebutuhan tenagatenaga dimaksud tidak dapat secara tegas dipisahkan dari kebutuhan pelayanan
rawat inap lainnya, kecuali untuk kebutuhan Tim Inti PONED. Kebutuhan tenaga
diperhitungkan berdasarkan beban kerja yang dihadapi dalam rangka mencakup
pelayanan kasus yang seharusnya datang dilayani dan atau dirujuk melalui
Puskesmas mampu PONED. Langkah-langkah untuk Mempersiapkan tenaga
Puskesmas :
(1) Menyiapkan Tim Kesehatan, terdiri atas:
(a) Tim Inti sebagai pelaksana PONED:
• Bila tenaga dalam Tim Inti tersebut pindah tugas, Dinas
Kesehatan wajib untuk menggantikan dengan tenaga kesehatan
(dokter, Bidan, dan Perawat) terlatih PONED melalui pelatihan
atau rekrutmen tenaga kesehatan terlatih.
34
• Tim Inti PONED harus tinggal di kompleks Puskesmas, bila
kondisi tidak memungkinkan bertempat tinggal tidak jauh dari
lokasi Puskesmas
• Petugas yang berperan sebagai pengganti anggota Tim Inti
Puskesmas mampu PONED yang pindah, atau karena kebutuhan
tambahan juga harus mengikuti pelatihan.
• Apabila kompetensi anggota Tim hasil pelatihan dirasa belum
cukup (dari hasil monitoring dan evaluasi pelayanan), maka Dinas
Kesehatan kabupaten/kota bersama RS PONEK dapat mengatur
jadwal Tim Inti PONED magang di RS, dilanjutkan pembinaan
berkala penyelenggaraan PONED, secara teknis oleh RS PONEK
dan manajemen dari Dinas Kesehatan Kabupaten.
• Tim Inti PONED terlatih dan bersetifikat, selanjutnya akan
mendapat Surat Penugasan sebagai Tim Inti PONED oleh
Kepala Dinas Kesehatan. Dalam Surat Penugasan tersebut harus
disertai dengan uraian tugas, hak, wewenang dan tanggungjawabnya.
(b) Tim Pendukung:
• Untuk terselenggaranya PONED di Puskesmas dengan baik,
diperlukan
tenaga-tenaga
kesehatan
pendukung.
Kepala
Puskesmas, dibantu Dinas Kesehatan Kabupaten meyiapkan
calon tenaga pendukung PONED. Tenaga kesehatan pendukung
tersebut dapat diambil dari tenaga yang ditugaskan di ruang rawat
inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas difasilitas
rawat jalan
35
• Tenaga-tenaga kesehatan harus dapat memenuhi kriteria
tertentu untuk menjadi calon tenaga pendukung PONED.
• Kebutuhan tenaga kesehatan sebagai Tim Pendukung Terdiri
dari Dokter umum (minimal 1-2 orang), Perawat D3 (minimal 5
orang), Bidan D3 (minimal 5 orang), Analis Laboratorium (1 orang)
dan Petugas administrasi (minimal 1 orang)
• Calon-calon terpilih sebagai tenaga pendukung (memenuhi
kriteria)
akan
memperoleh
peningkatan
pengetahuan
dan
kemampuan dalam mendukung PONED, melalui:
- Proses pengkayaan/enrichment PONED untuk perannya
di bidang profesi masingmasing, melalui magang berkala
di RS PONEK,
- On the job training di Puskesmas bersama Tim Inti
PONED, sehingga kemudian tenaga-tenaga tersebut dapat
diperankan
sebagai
tenaga
kesehatan
pendukung
penyelenggaraan PONED.
• Setelah selesai mengikuti magang dan on the job training, akan
diberi Surat Penugasan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
sebagai petugas pendukung dengan ditegaskan rincian: tugas,
hak, wewenang dan tanggung-jawabnya.
• Tenaga pendukung tetap bertugas di posisinya masing-masing,
sedangkan penugasannya dalam PONED diatur terjadwal oleh
Kepala Puskesmas.
• Secara berkala bidan desa yang bertugas di desa dan perawat di
Puskesmas pembantu dilibatkan dalam PONED di Puskesmas,
36
sekaligus
memberikan
kesempatan
untuk
meningkatkan
pengetahuan dan kemampuannya
(c) Tim promosi kesehatan:
Selain kemampuan Komunikasi Informasi Edukasi/ Komunikasi
Inter Personal dan Konseling (KIE/KIPK) dan pemberdayaan
masyarakat dengan difasilitasi Kepala Puskesmas, kemampuan
tenaga promosi kesehatan ditingkatkan dalam bidang:
• Pemasaran/marketing dan Public Relation (PR), sebagaimana
pernah dikembangkan melalui program Safe Motherhood a
Partnership and Family Approach (SMPFA). Untuk kemampuan
tersebut diperlukan pelatihan tambahan.
• Penggerak demand target sasaran (Ibu dan keluarganya) untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan obstetri dan neonatal
terutama dalam kondisi emergensi/komplikasi sekaligus akan
diperankan secara aktif sebagai tenaga pendukung PONED untuk
mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan.
• Kemampuan menjalin kerjasama dengan mitramitra Puskesmas
di wilayah kerjanya.
(2) Menyiapkan Tenaga-tenaga non kesehatan sebagai penunjang
pelayanan:
Diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan di fasilitas perawatan,
sebagai tenaga penunjang untuk kelancaran penyelenggaraan PONED di
Puskesmas. Tenaga penunjang dimaksud antara lain berupa:
(a) Petugas dapur
(b) Petugas laundry
37
(c) Penjaga malam
(d) Cleaning service
(e) Pengemudi Ambulan 1 orang (bertugas bergantian dengan pengemudi
Puskesmas keliling)
4. Langkah ke empat : Mempersiapkan bangunan fasilitas pelayanan rawat jalan
dan rawat inap di Puskesmas mampu PONED dan kelengkapan sarana dan
prasarananya:
1) Bangunan perawatan Puskesmas mampu PONED, dan UGD
Puskesmas mampu PONED harus mempunyai akses mudah dengan
jalan masuk dari luar kompleks bangunan Puskesmas.
2) Pelayanan PONED agar dapat berfungsi dengan baik, maka pelayanan
ANC, PNC, KB post partum di unit rawat jalan Puskesmas harus
difungsikan dengan baik sebagai tindak lanjut pelayanan PONED.
3) Fasilitas rawat inap di Puskesmas yang dapat digunakan untuk
PONED, adalah:
a) Area tindakan yang berada di area terbatas (restrictive area),
merupakan area tindakan secara umum yang dapat digunakan
untuk tindakan kasus dalam PONED, berupa:
(1) Ruang tindakan pasien untuk melakukan tindakan
obstetri dan neonatal dengan kondisi emergensi/komplikasi
tertentu yang boleh dilakukan di Puskesmas mampu
PONED
(2) Ruang bersalin tanpa perlu tindakan khusus
(3) Ruang pemulihan (Recovery Room) pasca tindakan
PONED dan tindakan lainnya,
38
(4) Ruangan untuk sterilisasi, penyimpanan dan penyiapan
alat-alat kesehatan.
(5) Ruang Spool-hock, dimana limbah cair dibuang/
dialirkan ke septic tank khusus, terpisah dari septic tank
WC
(6)
Tempat
cuci
tangan
dengan
keran
sikut
dan
sabun/desinfektans khusus
(7) Ruang perawatan bayi baru lahir:
(a) Disediakan untuk:
• Bayi baru lahir pasca tindakan,
• Bayi baru lahir dengan: BBLR, asfi ksia
dan kondisi lainnya yang masih boleh
dirawat di Puskesmas mampu PONED,
namun perlu perawatan khusus
(b) Ruang perawatan bayi mempunyai akses
langsung dengan kamar perawat jaga.
(c) Ruangan dilengkapi box bayi yang terpelihara
dengan spesifi kasi khusus, kelengkapan dan
jumlah sesuai kebutuhan.
b) Ruang kerja sekaligus sebagai kamar jaga untuk perawat/bidan
jaga (nurse station), dengan syarat:
(a) Mempunyai akses langsung ke ruang perawatan bayi
baru lahir dengan masalah.
(b) Dilengkapi washtafel, kamar mandi dan WC untuk
petugas,
39
(c) Ada ruang linnen, tempat menyimpan linnen siap pakai
c) Ruang perawatan pasien:
(1) Perawatan pasien rawat inap umum, tidak dibahas
disini.
(2) Ruang rawat persalinan dengan 4 tempat tidur dewasa
dan 3-4 box bayi yang akan digunakan sebagai Ruang
rawat gabung (rooming in) untuk ibu dan neonatal:
(a) Diperkirakan ± 30% persalinan normal dari
wilayah Puskesmas ditolong di Puskesmas,
dan dirawat di ruang rawat gabung dengan hari
rawat ± 3 hari, sisanya di polindes/poskesdes.
(b) Ibu pasca tindakan, bila sudah memungkinkan
dikeluarkan dari tempat pemulihan pasca tindakan,
dirawat di ruang rawat gabung dengan hari rawat
±5 hari
(c) Bayi dari ruang perawatan khusus, bila
kondisinya sudah memungkinkan, dapat dirawat
bersama ibunya di ruang rawat gabung
(d) Ruang rawat sementara kasus obstetric/
maternal komplikasi untuk stabilisasi/pra
rujukan yang dipersiapkan untuk dirujuk ke RS
PONEK, diperkirakan perlu dirawat sementara ± 1
hari
(3) Pantry, ruang penyiapan makanan pasien
(4) Kamar mandi dan WC pasien di luar kamar
40
(5) Gudang tempat penyimpanan persediaan perlengkapan
untuk ruang rawat. Gudang ini BUKAN tempat barang
bekas.
4). Yang belum tersedia dalam standar bangunan yang ada
adalah ruangan/fasilitas pendukung, berupa:
(a) Tempat khusus penerimaan kasus rujukan obstetri dan
neonatal emergensi/komplikasi, namun Puskesmas dapat
mempergunakan UGD yang ada
(b) Dapur sederhana dengan kelengkapan memasak
(c) Ruang cuci/laundry, tempat jemur dan setrika linen
untuk ruang rawat inap dan rawat jalan.
(d) Tersedia kamar bagi petugas jaga (perawat dan
pengemudi)
(e) Garasi ambulan
(f) Tempat petugas penjaga malam Puskesmas (Satpam).
(g) Perumahan Petugas, bagi petugas inti Puskesmas
mampu PONED
d) Untuk daerah-daerah yang sulit transportasi, sebaiknya Pemda
menambahkan bangunan sebagai tempat singgah, yang dapat
menampung kasus maternal berisiko, untuk datang lebih awal ke
Puskesmas mampu PONED, dan menginap beberapa hari disana
menunggu saat persalinannya tiba, sehingga sewaktu-waktu
terjadi masalah, dapat cepat tertangani ataupun dirujuk ke RS
Rujukan/ PONEK.
41
5) Agar memberikan rasa nyaman bagi pengguna layanan dan pemberi
layanan, maka bangunan fasilitas rawat inap di Puskesmas mampu
PONED, fasilitas pendukung dan area lingkungannya, harus terawat dan
tertata baik, rapi, bersih, nyaman dan aman serta memperhatikan
sirkulasi udara disetiap ruangan. Untuk mewujudkannya dapat mengacu
pada pedoman yang sudah diterbitkan sebelumnya
5. Langkah ke lima : Mempersiapkan peralatan untuk penyelenggaraan PONED
1) Peralatan sesuai standar dalam jenis dan jumlahnya, harus selalu
tersedia dalam keadaan bersih atau dalam keadaan steril dan siap pakai,
antara lain untuk kelengkapan di:
a. Fasilitas rawat inap
b. Ruang tindakan/persalinan
c. UGD obstetri/neonatal atau UGD Umum,
d. Peralatan standar KIA di ruang rawat jalan Puskesmas
Pengelolaan (manajemen) peralatan dapat mengacu pada buku
pedoman manajemen peralatan di Puskesmas.
2) Peralatan medis dan perawatan di fasilitas rawat jalan Ibu dan Bayi,
UGD, Klinik KB, sebagai bagian peralatan yang tidak terpisahkan dari
peralatan khusus PONED harus tersedia lengkap dan terpelihara baik
dan siap pakai.
3) Peralatan penunjang medis sesuai standar.
4) Peralatan non medis sesuai standar, terdiri atas:
a) Perlengkapan tempat tidur pemeriksaan ibu hamil, bayi,
gynecologis bed di klinik KB, berada di fasilitas rawat jalan,
42
masing-masing dilengkapi dengan meja dan kursi untuk pemberi
pelayanan.
b) Perlengkapan di UGD, berupa beberapa tempat tidur periksa,
dan kelengkapan penunjangnya, berada di fasilitas khusus UGD.
c) Perlengkapan di area terbatas (restrictive area), berupa:
(1) Tempat tidur operatif sederhana di Ruang Tindakan
(2) Ginekologis bed di ruang persalinan
(3) Tempat tidur dewasa di ruang pemulihan
(4) Lemari alat-alat medis di ruang penyimpanan alat
(5)
Meja
Mayo
tindakan/persalinan,
untuk
di
tempat
ruang
alat
tindakan
medis
dan
saat
ruang
persalinan
(6)
Meja-meja khusus untuk
penempatan peralatan
tertentu siap pakai di ruang tindakan, persalinan dan
lainnya
(7) Lampu tindakan/operasi, di ruang
tindakan dan
persalinan
(8) Oksigen dan kelengkapannya
d) Perlengkapan di Ruang Perawatan Bayi Khusus, didekat
ruangan perawat jaga:
(1) Diperlukan Box bayi baru lahir dengan masalah, dan
dapat dirawat di Puskesmas atau dipersiapkan untuk
rujukan RS:
(a) Apabila diperkirakan bayi dengan masalah
dirawat rata-rata 5 hari, dengan BOR 80%, maka
43
kebutuhan Box Bayi bermasalah sebanyak=(61 x
5)/(80%
x
365)=
1,04
Box
Bayi
dengan
perlengkapan khusus,
(b) Bila bayi lahir dengan masalah perlu dirujuk,
maka
sebelum
dikirim
perlu
dilakukan
tindakan/stabilisasi prarujukan. Kebutuhan Box bayi
untuk
persiapan
pra
rujukan
adalah
=(61x1)/(80%x365)= 0,21 TT. Untuk ini disediakan
Box bayi dengan perlengkapan khusus.
(c) Bila ibu melahirkan dengan tindakan, bayi baru
lahir perlu dirawat di ruang perawatan bayi (2-3)
hari, kebutuhan box bayi= (65x2,5)/(80%x365)=
0,56 Box
(2)
Jumlah
Box
Bayi
dengan
perlengkapan
khusus/inkubator di ruang khusus perawatan bayi menjadi
(1,04+
0,21+0,56)
=
1,8
=
2
Box
Bayi
dengan
perlengkapan khusus/inkubator, sedangkan box bayi biasa
tetap disediakan (1-2) box Keterangan : angka prakiraan
jumlah bayi yang bermasalah, ibu yang melahirkan dengan
ti ndakan dapat dilihat dari tabel 1
e) Perlengkapan meubelair bagi tenaga kesehatan pemberi
layanan di rawat inap termasuk PONED dalam melaksanakan
tugasnya, berupa:
(1) Meja tulis dan kursi,
(2) Rak obat dan kulkas untuk penyimpanan obat
44
(3) Lemari untuk: ATK, Arsip, Dokumen (status, register
rawat inap, surat- dan lainnya).
f) Perlengkapan ruang perawatan, berupa:
(1) Kebutuhan jumlah tempat tidur (TT) perawatan
maternal: mengacu pada contoh perhitungan jumlah
pasien yang perlu pelayanan kasus obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi dengan prakiraan hari rawat ratarata 5 hari, Persalinan normal 3 hari, dan persiapan
rujukan diperhitungkan menggunakan TT 1 hari, maka:
(a) Persalinan normal kebutuhan TT Hari (OH)
untuk
ketiga
kategori
pasien
maternal
diperhitungkan sebagai berikut:
• Dari wilayah Puskesmas, hanya 30%
melahirkan di Puskesmas, dirawat selama 3
hari, membutuhkan hari rawat: (175 x
3)=525 OH. angka 175 diperoleh dari
30%x(1,05xCBRx jml penduduk Puskesmas
mampu PONED)
• Maternal dengan masalah, yang dapat
dilayani di Puskesmas mampu PONED:
(65x5)= 325 (OH)
• Maternal dengan masalah, yang perlu
dirujuk lebih lanjut namun perlu persiapan
rujukan (stabilisasi pra rujukan): (65x1)= 65
(OH)
45
(b) Jumlah kebutuhan hari rawat untuk ketiga
kategori kasus maternal dimaksud, jumlahnya =
915 (OH). Dengan BOR 80%, maka kebutuhan
Tempat Tidur = 915/(80%x365), akan memerlukan
Tempat Tidur dewasa= 3,13 TT, dibulatkan menjadi
4 Tempat Tidur perawatan ibu
(2) Kebutuhan meubeler sederhana untuk pasien di Ruang
Rawat Inap, sebanyak tempat tidur untuk Ibu
(3) Kursi tunggu keluarga pasien diluar ruangan rawat inap
(teras fasilitas rawat inap), sebagai kelengkapan ruang
rawat inap umumnya.
g) Tempat dan perlengkapan ruangan cuci linen/laundry:
(1) Letaknya harus jauh dari ruang dapur
(2) Perlengkapan sederhana yang diperlukan:
(a) Tempat mengumpulkan linnen kotor/infeksius
(b) Perlengkapan cuci/laundry, jemuran dan setrika
(c) Tempat membawa linnen bersih
h) Kebutuhan perlengkapan kebersihan, untuk:
(1) Ruangan di Restrictive area, disediakan tersendiri
(2) Ruangan perawatan umumnya,
(3) Ruangan dapur, ruang cuci
(4) Area lingkungan Perlengkapan kebersihan digunakan
sesuai
peruntukannya,
dibersihkan
dan
dikeringkan
sesudah dipakai dan disimpan/diletakkan dengan rapi
pada tempatnya masing-masing.
46
6. Langkah ke enam : Mempersiapkan obat dan bahan habis pakai
1) Disediakan obat dan bahan habis pakai, baik jenis dan jumlahnya
harus cukup, dengan buff er stock minimal sesuai ketentuan (Lampiran
jenis obat PONED).
2) Ketersediaan obat dan bahan habis pakai di fasilitas rawat inap sesuai
dengan kebutuhan.
7. Langkah ke tujuh : Penataan Area Lingkungan:
1) Penataan lingkungan sesuai standar lingkungan bagi Fasyankes,
ditanami tanaman pelindung dan tanaman hias, selalu tertata rapi, bersih
dan kering, tersedia area resapan air hujan/biopori.
2) Ada akses jalan kendaraan pembawa pasien ke ruang UGD.
3) Tersedia area untuk parkir kendaraan R-4 pembawa pasien Gadar,
dan kendaraan R-2 pengunjung.
4) Memiliki IPAL/SPAL yang dikelola dengan baik, sehingga tidak
mengotori dan mencemari lingkungan sekitar fasyankes
8. Langkah ke delapan : Mempersiapkan sarana pendukung pelayanan PONED:
1) Sarana transportasi rujukan pasien berupa Ambulan Gadar/Emergensi
2) Ambulans dilengkapi sarana perlengkapan medis (kit emergensi, O2
portable, transportable incubator3)
3) Tersedia perangkat komunikasi (Radio medik/Tele rujukan):
a) Yang dapat difungsikan setiap waktu dengan baik, untuk
mendukung pelaksanaan rujukan.
b) Status berada di ruang tindakan dan mobile di ambulans
rujukan emergensi
47
9. Langkah ke Sembilan : Memfungsikan PONED di Puskesmas dan upaya
pemantapan selanjutnya.
a. Kepala Puskesmas dengan difasilitasi oleh Dinas Kesehatan:
1) Kepala Puskesmas melalui Lokakarya/forum Lintas sector- Lintas
kecamatan melakukan :
• Menginformasikan hasil analisis masalah PONED dan
kelengkapan data penyelenggaraan PONED di wilayah
regional Kabupaten
• Membahas langkah pelaksanaan dan pengembangan
Puskesmas mampu PONED
• Pemantapan sistem rujukannya dan peran serta semua
pihak untuk keberhasilan PONED
2) Menyepakati bersama, upaya-upaya untuk memfungsikan
PONED dengan baik, melalui penguatan sisi supply pada sisi
pelayanan
dan
peningkatan
serta
penggerakan
demand
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan melalui peran bantu
mitra kerja terkait.
b.
Kepala
Puskesmas
mengorganisasikan
SDM
Puskesmas dan menggerakkan Mitra Kerja beradasarkan
perannya masingmasing:
1) SDM Puskesmas:
a) Menugaskan dengan Surat Penugasan,
seorang dokter sebagai penanggung-jawab
Ruang rawat inap Puskesmas
48
b) Menugaskan dengan Surat Penugasan,
seorang
Perawat/Bidan
senior
sebagai
penanggungjawab perawatan, yang akan
mengatur pelayanan perawatan di Ruang
Rawat Inap, antara lain mengatur jadwal
tugas Tim Pendukung dan Tim Penunjang,
c) Menugaskan Tim Inti Terlatih PONED
dibantu Tim Pendukung untuk melayani
kasus
c. Kepala Puskesmas Memfungsikan semua sumberdaya
untuk penyelenggaraan PONED.
1) Memperbaiki dan meningkatkan pelayanan
dalam lingkup penguatan sisi supply (Maternal
Neonatal Health Supply),melalui:
a) Mendapatkan bimbingan, pendampingan
dan pembinaan teknis medis dari RS
PONEK
untuk
meningkatkan
kualitas
layanan,
b)
Pendampingan
penyelenggaraan
PONED
manajemen
oleh
Dinas
Kesehatan kabupaten/kota
2) Bersama Kepala Puskesmas dalam satu kluster,
membangun sistem rujukan obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi, dalam satu regional wilayah
Kabupaten/ Kota
49
3)
Melalui
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota,mengupayakan dukungan politis
dan sumberdaya Pemda/ DPRD untuk PONED :
a) Rancangan penyelenggaraan PONED
yang
telah
disepakati
bersama
antara
Puskesmas dalam satu kluster regional
rujukan
dan
rumusan
langkahlangkah
penyelenggaraan PONED bersama mitra
kerja, selanjutnya dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan kabupaten/kota
b) Dengan rekomendasi Kepala Dinas
Kesehatan,
diusulkan
untuk
dukungan
anggaran operasional dan sumberdaya lain
yang
diperlukan
dalam
upaya
memfungsikan PONED di Puskesmas
c.
Kepala
Puskesmas
Puskesmas
dalam
memfungsikan
penyelenggaraan
PONED.
1) Mempersiapkan semua petugas
Puskesmas dalam penyelenggaraan
PONED, melalui forum Lokakarya
mini Puskesmas:
a)
Semua
petugas
terlibat
pelayanan,
mengetahui tugas, hak, wewenang dan
tanggung-jawabnya dalam PONED, yang
50
dicantumkan dalam Surat Penugasannya
masing-masing
b) Semua petugas sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya
mempersiapkan
masing-masing,
kebutuhan
sarana,
prasarana dan perlengkapan pelayanan
yang dibutuhkan dalam PONED.
c) Kepala Puskesmas memberi arahan
untuk mengintegrasikan pelayanan teknis
dan pelaksanaan rujukan dengan pelayanan
Non Teknisnya dalam upaya membangun
citra
yang
baik
dan
layanan
yang
memuaskan.
2) Menginformasikan tentang kesiapan Puskesmas
menyelenggarakan PONED kepada pihak yang
berkepetingan:
a) Kepala Dinas Kesehatan dan Pemda
Kabupaten/Kota
b) Puskesmas di sekitarnya, dalam lingkup
regional wilayah rujukan kabupaten
c) Semua pihak terlibat: mitra kerja dan
masyarakat
penerima
manfaat,
melalui
pengumuman, poster, radio daerah, dll
51
3) Memberikan pelayanan kasus obstetri dan
neonatal sesuai batas kewenangan yang didapat
saat pelatihan, magang dan bimbingan.
4) Mengevaluasi hasil pelayanan untuk menyusun
rencana
tindak-lanjutnya
kemudian,
sampai
akhirnya pasien (ibu, bayi) boleh pulang.
5)
Mengumpulkan
dan
mengkompilasi
data
pelayanannya dan melaporkan kegiatannya secara
periodik( bulanan, triwulanan dan tahunan) sesuai
ketentuan
B. Teknis Penyelenggaraan PONED
Penyelenggaraan PONED di Puskesmas tidak terlepas dari upaya-upaya yang
dilaksanakan di pelayanan Puskesmas non PONED dengan jejaringnya,
sehingga penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal perlu
ditata secara baik dan berkualitas, sejak dari Fasyankes tingkat pertama lainnya
serta jejaringnya.
C. Mengevaluasi kinerja poned dan upaya tindak-lanjutnya
a.
Membandingkan kinerja penyelenggaraan PONED terhadap indikator
yang ditetapkan.
b.
Menganalisis
masalah,
menetapkan
kesenjangan,
mengidentifikasi
penyebab dan latar belakangnya, melakukan review kinerja teknis, non
teknis dan manajemen, internal Puskesmas mampu PONED dan
menyusun rencana tindaklanjutnya, termasuk upaya untuk meningkatkan
kemampuan
teknis
medis,
pemasaran/ PR dan lainnya.
kemampuan
KIE/KIPK,
kemampuan
52
c.
Menginformasikan hasil analisis masalah dalam
penyelenggaraan
PONED kepada semua yang terlibat melalui forum Lokakarya Mini
Puskesmas bulanan, triwulanan dan tahunan, dan menyusun rencana
perbaikan dan peningkatan kinerjanya
d.
Melaporkan
secara
berkala
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota, dalam rangka pembinaan manajemennya sekaligus
memfasilitasi untuk pembinaan teknis dari RS Kabupaten, serta upaya
untuk meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak terkait.
e.
Menginformasikan hasil analisis masalah kepada Puskesmas jejaringnya
dan LS terkait dan masyarakat peduli, dalam forum Lokakarya Mini Lintas
Sektoral-Lintas kecamatan; melibatkan Puskesmas Sekitar dan LS terkait,
dalam periode triwulanan dan tahunan.
f.
Menyepakati rencana
tindak-lanjut dalam upaya perbaikan dan
peningkatan kinerja masing-masing Puskesmas dan penggerakan mitra
kerja dalam peran sertanya
B. Kesehatan Ibu
Pengertian kesehatan ibu dan anak ialah kesehatan seorang perempuan
ketika masa kehamilan, masa persalinan, dan pasca melahirkan. Dari
pengertian kesehatan ibu dan anak, ini mencakup adanya dimensi,
kesehatan keluarga berencana, prakonsepsi, kehamilan, dan perawatan
postnatal. Pada dasarnya kesehatan ibu dan anak lebih diutamakan dalam
pelayanan umum, bagi perempuan, anak-anak dan juga beserta keluarga.6
53
1. Faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam menjaga dan
mengatasi masalah
kesehatan
diri
dan
keluarganya
dengan
menggunakan teknologi tepat guna .
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Ibu dalam membina
balita dan anak prasekolah dalam lingkungan keluarga, yang
mencakup pembinaan pertumbuhan, kesehatan, dan gizi..
c. Meningkatnya jangkauan dan kualitas / mutu pelayanan kesehatan
bagi bayi, anak balita dan prasekolah, ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, dan ibu menyusui.
d. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga
dan seluruh anggotanya dalam mengatasi berbagai masalah
berkenaan dengan kesehatan ibu, anak balita dan prasekolah.
Strandar Pelayanan pada Masa Kehamilan
a.
Antenatal Care
1)
Pengertian
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil
untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu
apakah ibu hamil normal atau bermasalah.
2)
Tujuan kunjungan
a)
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi.
b)
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,maternal
dan sosial ibu dan bayi.
54
c)
Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d)
Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan
dengan selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
e)
Mempersiapkan
ibu
agar
nifas
berjalan
normal
dan
pemberian ASI eksklusif.
f)
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3)
Jadwal kunjungan
Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika haidnya
terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaandilakukan
setiap 6 minggu sampai kehamilan. Sesudah itu, pemeriksaan
dilakukan setiap 2 minggu. Dan sesudah 36 minggu.
Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan.
b.
a)
Satu kali pada trimester pertama
b)
Satu kali pada trimester kedua
c)
Dua kali pada trimester ketiga
Pelayanan antenatal terpadu
Pelayanan
antenatal
terpadu
adalah
pelayanan
antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil serta
terpadu dengan program lain yang memerlukan intervensi selama
kehamilannya.
55
Tujuan ANC terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan
melahirkan bayi yang sehat.
c.
Standar asuhan kebidanan
Standar asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "13T".
1)
Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ).
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum
hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg
dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal
adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk
ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu
sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara
tinggi badan dan berat badan. Ada rumus tersendiri untuk
menghitung IMT anda yakni :
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2
56
Tabel 2.2 Klasifikasi Nilai IMT
Kategori
IMT
Rekomendasi (kg)
Rendah
< 19,8
12,5 – 18
Normal
19,8 – 26
11,5 – 16
Tinggi
26 – 29
7 – 11,5
Obesitas
> 29
≥7
Gemeli
-
16 – 20,5
Sumber : (Gizi 2013)
Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan bertahap,
bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III perempuan dengan gizi
baik dianjurkan menambha berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan gizi kurang
0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk
mengetahui penambahan optimal, yaitu:
a)
20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg
b)
20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
c)
Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg. (Sari, Ulfa, &
Daulay, 2015)
Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor
resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga
panggul.
2)
Ukur Tekanan Darah (T2)
Diukur
dan
diperiksa
setiap
kali
ibu
datang
dan
berkunjung.
Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar
normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal 110/80 - 120/80
mmHg.
57
3)
Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di
bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan
kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan
UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
4)
Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang
diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi
kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan
kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat besi ini penting
untuk mengkompensasi penigkatan volume darah yang terjadi selama
kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin.
5)
Pemberian Imunisasi TT (T5)
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu
toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan
terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
Umur kehamilan mendapat imunisasi TT :
a)
Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk
mendapatkan imunisasi TT lengkap .
b)
TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya
diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan.
58
Jadwal Imunisasi TT :
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan
imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali
(suntikan) selama kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan kedua
pada empat minggu kemudian)Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan
TT 2 minimal 4 minggu.
Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Antigen
Interval
TT 1
Pada
Lama perlindungan
kunjungan -
% Perlindungan
-
antenatal pertama
TT 2
4 minggu setelah TT1
3 tahun
80
5 tahun
95
TT 4
10 tahun
99
TT 5
25
6 bulan setelah TT2
TT 3
1 tahun setelah TT3
1 taun setelah TT4
tahun/seumur 99
hidup
6)
Pemeriksaan Hb (T6)
Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan
dengan cara Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil
pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah
salah satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil.
59
7)
Pemeriksaan Protein urine (T7)
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin
ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan
pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema.
Pemeriksaan
protein
urin
ini
untuk
mendeteksi
ibu
hamil
kearah
preeklampsia.
8)
Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T8)
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory
(VDRL) adalah
untuk mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit menular seksual,
antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil yang pertama kali datang
diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan postif, ibu
hamil dilakukan pengobatan/rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah
kematian janin pada kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat
menyebabkan premature, cacat bawaan.
9)
Pemeriksaan urine reduksi (T9)
Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti
pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Melitus
Gestasioal. Diabetes Melitus Gestasioal pada ibu dapat mengakibatkan
adanya penyakit berupa pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.
10) Perawatan Payudara (T10)
Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2
kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
11) Senam Hamil ( T11 )
Senam
hamil
bermanfaat
untuk
membantu
ibu
hamil
dalam
mempersiapkan persalinan. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat
60
dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamentum, otot
dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi
dan relaksasi.
12) Pemberian Obat Malaria (T12)
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada
ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan
hasil apusan darah yang positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut
kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapt terjadi abortus, partus
prematurus juga anemia.
13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah
endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia.
61
Tabel 2.4 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Jenis
Trimester I
Trimester II
Pemeriksaan
Keadaan Umum
Suhu Badan
Tekanan Darah
Berat Badan
LILA
TFU
Presentasi Janin
DJJ
Pemeriksaan HB
Golongan Darah
Protein Urin
Gula
Darah/reduksi
Darah Malaria
BTA
Darah Sifilis
Serologi HIV
USG
Sumber : (Kementrian Kesehatan RI, 2015)
A. Syarat
Pelayanan
Kesehatan
yang
Trimester III
Keterangan
Rutin
Rutin
Rutin
Rutin
Rutin
Rutin
Rutin
Rutin
Rutin
Rutin
Rutin
Atas indikasi
Atas indikasi
Atas indikasi
Atas indukasi
Atas indikasi
Atas indikasi
Tersedia
dan
Berkesinambungan (Available and Continue)
Yaitu syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah
pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat
berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
oleh masyarakat tidak sulit ditemukan serta keberadaannya dalam masyarakat
selalu ada ketika dibutuhkan.
B. Syarat Pelayanan Kesehatan yang Dapat diterima dan wajar
(Acceptable and Apropiatae)
Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat
62
istiadat, kebudayaan, keyakakinan, dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat
tidak wajar bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
C. Syarat Pelayanan Kesehatan yang Mudah dicapai (Accesible)
Lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Dengan demikian maka
pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting, pelayanan
kesehatan yang terlalu terkonsentrasi pada perkotaan saja dan tidak ditemukan
di daerah pedesaaan bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
D. Syarat Pelayanan Kesehatan yang Mudah dijangkau (Affortable)
Dapat dilihat dari segi biaya, untuk dapat mewujudkan keadaan yang
seperti ini harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kemempuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan hanya
bisa dijangkau oleh sebagian masyarakat bukanlah pelayanan kesehatan yang
baik.
Pola tarif nasional ditetapkan berdasarkan komponen biaya satuan
pembiayaan dan dengn memperhatikan kondisi regional. Keterjangakauan
merupakan salah satu syarat pokok pelayanan kesehatan. Keterjangkauan yang
dimaksud disini adalah dari sudut biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini
harus dapat diupayakan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat pelayanan kesehatan yang mahal dan karena itu hanya
dapat dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukan pelayanan
kesehatan yang baik .
Nilai suatu jasa pelayanan yang didetapkan denegan ukuran sejumlah
uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah
rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien. Mendefinisikan tarif atau
harga suatu produk/jasa sebagai interaksi antara jumlah demand dan supply di
63
pasar. Interaksi ini jika dituliskan dengan grafik, maka akan terjadi perpotongan
antara garis demand dan garis supply. Garis perpotongan tersebut merupakan
titik keseimbangan antara demand dan supply, yang kita sebut sebagai titik
harga atau tarif.
Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggara pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit atau Puskemas yang dibebankan kepada pasien
sebagai imbalan jasa atas pelayan yang diterima. Pengertian tarif tidaklah sama
dengan harga. Sekalipun keduanya menunjuk pada besarnya biaya yang harus
dikeluarkan oleh konsumen, tetapi pengertian tarif ternyata lebih terkait pada
besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh jasa pelayanan,
sedangkan penghargaan harga lebih terkait pada besarnya biaya yang harus
dikeluarkan untuk memperoleh barang.
E. Syarat Pelayanan Kesehatan yang Bermutu (Quality)
Mutu pelayanan kesehatan adalah kesesuaian pelayanan kesehatan
dengan standar profesi dengan memanfaatkan sumber daya secara baik,
sehingga semua kebutuhan pelanggan dan tujuan untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal dapat tercapai.
Maksudnya menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
pelayanan. Dan dipihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai kode etik serta
standar yang telah ditetapkan.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ada dua cara :
1. Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan,
perlengkapan dan material.
64
2. Memperbaiki metode atau penerapan teknologi yang dipergunakan dalam
kegiatan pelayanan
Ada tiga pendekatan hasil evaluasi mutu, yaitu :
Struktur
Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan perlatan, organisasi dan
manajemen, keuangan, sumber daya, manusia dan lainnya di fasilitas
kesehatan.
Struktur = Input, berdasar standar
Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :
1. Jumlah, besarnya input
2. Mutu struktur atau mutu input
3. Besarnya anggaran atau biaya
4. Kewajaran
Outcomes
1. Outcomes adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan
profesioanl terhadap pasien
2. Dapat berarti adanya perubahan deajat kesehatan dan kepuasan baik
positif maupun negatif
3. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindaka tertentu
atau prosedur tertentu
4. Outcome jangkapanjang adalah status kesehatan dan kemapuan
fungsinal pasien
65
Proses
1. Merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh
tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksi
dengan pasien
2. Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan,
prosedur dan penanganan kasus
3. Proses pelayanan, menilai tingkat kepatuhan terhadap standar
4. Output, berdasar upaya kesehatan, dengan indikator
5. Outcome, pengukuran tingkat kepuasan pengguna jasa Puskesmas
Mutu pelayanan yang memuaskan akan menciptakan pelanggan yang loyal
(customer loyalty). Persepsi masyarakat mengenai kualitas pelayanan Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dapat ditinjau dari 5 (lima) dimensi
Parasuraman et.all yaitu: tangible, reliability, responsibility, assurance dan
emphaty.19
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN
a. Menurut Moenir, terdapat beberapa faktor yang mendukung berjalannya
suatu pelayanan dengan baik, yaitu20 :
1. Kesadaran para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam
pelayanan.
2. Aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan.
3. Organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan
berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan.
4. Ketrampilan petugas.
66
5. Sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan.
PRINSIP PENINGKATAN MUTU PELAYANAN:
1). Memenuhi kebutuhan pasien
1. Memenuhi pelayanan yang di inginkan pasien.
2. Memenuhi apa yang dipikirkan pasien tentang pelayanan yang anda
berikan.
3. Membangun
kebersamaan
antara
pasien
dan
petugas
terhadap
pelayanan kesehatan yang diberikan.
2). Mengukur dan menilai pelayanan yang diberikan
1. Mengukur dan menilai apa yang dilakukan.
2. Mengukur pengaruh pelayanan yang diberikan terhadap kepuasan
pasien.
3. Mengukur dan menilai variable yang penting guna perbaikan.
3). Memperbaiki proses pelayanan
1. Menyederhanakan memperbaiki proses terus menerus, sesuai standar
pelayanan.
2. Mengurangi kesalahan dan hasil yang buruk.
4). Meningkatkan mutu pemberi pelayanan
1. Integrasi tim untuk mengurangiduplikasi hasil pekerjaan dan pemborosan
sumberdaya.
2. Memberikan
penghargaan,
meningkatkan
tanggung
jawab,
kerjasama dalam pelayanan kesehatan.
3. Membentuk dan mmberdayakan GKM atau kelompok budaya kerja.
dan
67
5). Memenuhi (kuantitas) dan kualitas sarana dan prasarana yang digunakan
untuk melakukan pelayanan kesehatan
68
F. Kerangka Teori
Pelayanan kesehatan
yang tersedia dan
berkesinambungan
Pelayanan kesehatan
yang dapat di terima
dan wajar
Pelayanan kesehatan
yang mudah di capai
Syarat pelayanan
Puskesmas PONED
dalam pelayanan
kesehatan ibu di
Puskesmas Bangetayu
Pelayanan kesehatan
yang mudah dijangkau
Pelayanan kesehatan
yang bermutu
1.
2.
3.
4.
5.
Tangible
Reliability
Responsiveness
Assurance
Empaty
Gambar 2.2 Kerangka Teori
69
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian berdasarkan kerangka teori dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran secara jelas mengenai jalannya
penelitian dan mengarahkan peneliti dalam mencari data yang dibutuhkan.
Semua indikator yang terdapat dalam kerangka teori dijadikan sebagai
variabel penelitian karena semua variabel tersedia yang ada dalam sumber
data sekunder sehingga variabel dependen yang diteliti adalah syarat
pelayanan
kesehatan
PONED
dalam
kesehatan
ibu
di
Puskesmas
Bangetayu dan variabel independen adalah pelayanan kesehatan yang
tersedia berkesinambungan, yang dapat diterima, mudah dicapai, mudah
dijangkau, dan bermutu. Maka disusun kerangka konsep sebagai berikut:
69
70
Pelayanan kesehatan
yang tersedia dan
berkesinambungan
Pelayanan kesehatan
yang dapat di terima
dan wajar
Pelayanan kesehatan
yang mudah di capai
Syarat pelayanan
Puskesmas PONED
dalam pelayanan
kesehatan ibu di
Puskesmas Bangetayu
Pelayanan kesehatan
yang mudah dijangkau
Pelayanan kesehatan
yang bermutu
s
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
71
B. Alur Penelitian
Dalam
sebuah
penelitian
diperlukan
metode
yang
tepat
melakukannya. Gambar 3.1 berikut merupakan flowchart dari penelitian ini.
START
STUDI LAPANGAN
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
STUDI PUSTAKA
PENGUMPULAN DATA
a. Data Kuesioner
b. Data Pengujian
PENGOLAHAN DATA
a. Editing
b. Coding
c. Entry Data
ANALISIS DATA
KESIMPULAN DAN SARAN
END
Gambar 3.2 Alur Penelitian
untuk
72
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif jenis dengan pendekatan
cross sectional yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow
up, untuk melihat hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan
variabel dependen (efek).
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
pelayanan
PONED
terhadap kesehatan ibu menurut syarat pelayanan kesehatan yang tersedia
dan berkesinambungan, pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar,
pelayanan kesehatan yang mudah dicapai, pelayanan kesehatan yang mudah
dijangkau, pelayanan kesehatan yang bermutu pada ibu nifas di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam peneliitan ini adalah:
1. Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan
2. Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar
3. Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai
4. Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau
5. Pelayanan kesehatan yang bermutu
73
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Skala, Kategori &
Hasil ukur
1
Pelayanan kesehatan yang
tersedia dan
berkesinambungan
Pendapat ibu terhadap
ketersediaan dan
kesinambungan pelayanan
meliputi pelayanan tidak sulit
ditemukan dan selalu ada
ketika dibutuhkan.
2
Pelayanan kesehatan yang
dapat diterima dan wajar
Pendapat ibu terhadap
pelayanan yang dapat diterima
dan wajar sesuai dengan adat
istiadat kebudayaan dan
kepercayaan masyarakat
3
Pelayanan kesehatan yang
mudah dicapai
Pendapat ibu terhadap
kemudahan lokasi untuk
dimanfaatkan
Ordinal dengan
kategori Cukup
1. Baik = Jika skor
≥18.85
2. Cukup = Jika skor
10.57 - 18.84
3. Kurang = Jika skor
≤10.58
4
Pelayanan kesehatan yang
mudah dijangkau
Pendapat ibu terhadap
keterjangkauan pelayanan
kesehatan menurut biaya
5.
Pelayanan kesehatan yang
bermutu
Pendapat ibu terhadap
kesesuaian mutu terhadap
kode etik pelayanan kesehatan
Ordinal dengan
kategori Cukup
1. Baik = Jika skor
≥19.047
2. Cukup = Jika skor
10.754 - 19.046
3. Kurang = Jika skor
≤10.753
Ordinal dengan
kategori Cukup
1. Baik = Jika skor
≥18.22
2. Cukup = Jika skor
10.38 -18.21
3. Kurang = Jika skor
≤10.39
Ordinal dengan
kategori Cukup
1. Baik = Jika skor
≥18.41
2. Cukup = Jika skor
10.27 -18.40
3. Kurang = Jika skor
≤10.26
Ordinal dengan
kategori Cukup
1. Baik = Jika skor
≥19.046
2. Cukup = Jika skor
11.195 – 19.045
3. Kurang = Jika skor
≤11.194
74
F. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Populasi penelitian adalah jumlah ibu nifas yang melahirkan di
Puskesmas PONED Bangetayu selama periode Maret sampai Mei
2017 sebanyak 52 orang.
2. Sampel pada penelitian ini adalah total dari seluruh populasimeliputi 6
Kelurahan binaan Puskesmas Bangetayu. Hasil yang di dapatkan 52
orang ibu yang pernah menggunakan fasilitas Puskesmas PONED
terdiri dari 6 Kelurahan diwilayah binaan Puskesmas Bangetayu
Kriteria inklusi termasuk:
1. Ibu nifas 0-42 hari setelah melahirkan
2. Ibu sudah melakukan persalinan di Puskesmas PONED
Bangetayu
3. Ibu sudah melakukan persalinan di Puskesmas PONED
Bangetayu periode Maret-Mei 2017
4. Ibu melakukan pemeriksaan nifas rutin di Puskesmas PONED
Bangetayu
G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian
yang berupa kuesioner.
2. Data sekunder yaitu sebagai referensi dalam penelitian yang berupa
buku, jurnal dan daftar register pasien.
75
3. Data Kuesioner
Dalam penelitian ini, pengumpulan data kuesioner dilakukan melalui satu
tahap, yaitu Pengumpulan Data Kuesioner. Pada tahap ini dilakukan survey
pendahuluan dengan membagikan kuesioner kepada 52 responden secara
non acak, yaitu responden hanya ibu nifas yang telah memanfaatkan fasilitas
PONED. Kuesioner awal ini dibagikan dengan tujuan untuk mengetahui
Puskesmas PONED sesuai dengan syarat pelayanan kesehatan terhadap
pelayanan kesehatan ibu.
H. Pengolahan Data
Olah Data Kuesioner
Sebelum diolah menggunakan SPSS, hasil dari kuesioner diuji terlebih
dahulu validitas reliabilitas dan normalitasnya. Berikut ini adalah hasil uji
validitas reliabilitas dan normalitasnya.
1. Uji Kecukupan Data
Dari hasil penyebaran kuesioner penelitian, dilakukan uji kecukupan data
untuk mengetahui apakah data yang dibutuhkan cukup, sehingga dapat
dilakukan pengolahan data pada proses selanjutnya.
Uji kecukupan data dihitung dengan rumus:
𝑍𝛼 2
N’ =
( 2 ) 𝑝 (1−𝑝)
𝑒2
Dimana:
N’ = Jumlah sampel minimum
𝑍𝛼
2
= Tingkat kepercayaan untuk distribusi normal
76
P = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap benar
e = tingkat kesalahan
N’ < N = Data cukup, N’ > N = Data tidak cukup.
Dari hasil penyebaran sebanyak 52 kuesioner, kuesioner yang
dapat diolah dan dianggap benar dalam pengisian sebanyak
50, maka:
Zα/2 = 0.05/2 = 0.025
P = 52/50
e = 10%
N’ =
(1.96)2 (52/50) (1−(52/50))
10%2
N’ = 14.75
N’ < N = 14.75 < 50, berarti data cukup.
2. Uji Validitas
Validitas merupakan pernyataan tentang sejauh mana alat ukur
(pengukuran tes instrumen) mengukur apa yang hendak diukur. Jika
instrumen mengukur dengan benar, maka dikatakan valid)(29). Pada
penelitian ini, uji validitas dilakukan di Puskesmas Bangetayu dengan
jumlah sampel sebanyak 52 orang, kemudian dilakukan pengolahan
hasil secara statistik. Setelah itu melihat uji korelasi antara skor pada
pertanyaan dengan total skor kuesioner. Jika nilai signifikan (p) ≤
0,05 menunjukkan hasil pengujian signifikan atau valid.
77
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, didapatkan
hasil kuesioner menunjukkan hasil pengujian valid (p) ≤ 0,05 dan
hasil pengujian tidak valid (p) ≥ 0,05.
a. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan
yang tersedia dan berkesinambungan
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Pernyataan
Nilai P Value
Keterangan
0.000
0.010
0.027
0.207
0.022
0.139
0.019
0.013
0.032
0.025
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Variabel Sikap
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Pertanyaan 8
Pertanyaan 9
Pertanyaan 10
Sumber : Data Primer, 2017
78
b. Hasil Uji Validitas Pelayanan kesehatan yang dapat diterima
dan wajar
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan
yang dapat diterima dan wajar
Variabel Sikap
Nilai P Value
Keterangan
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Pertanyaan 8
Pertanyaan 9
Pertanyaan 10
0.000
0.245
0.006
0.001
0.000
0.000
0.025
0.077
0.000
0.003
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Sumber : Data Primer, 2017
79
c. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Pelayanan kesehatan yang
mudah dicapai
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan
yang mudah dicapai
Nilai P Value
Keterangan
0.000
0.000
0.000
0001
0.000
0.000
0.035
0.272
0.204
0.010
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Variabel Sikap
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Pertanyaan 8
Pertanyaan 9
Pertanyaan 10
Sumber : Data Primer, 2017
Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.Uji
validitas dimaksudkan untuk mengukur apakah instrumen
yang digunakan valid atau tidak. Pada uji validitas ini
menggunakan software SPSS 16.0. Tabel berikut adalah hasil
uji validitas.
80
d. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Pelayanan kesehatan yang
mudah dijangkau
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan
yang mudah dijangkau
Nilai P Value
Keterangan
0.000
0.002
0.022
0.007
0.018
0.031
0064
0.481
0.019
0.019
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Variabel Sikap
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Pertanyaan 8
Pertanyaan 9
Pertanyaan 10
Sumber : Data Primer, 2017
Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.Uji
validitas dimaksudkan untuk mengukur apakah instrumen
yang digunakan valid atau tidak. Pada uji validitas ini
menggunakan software SPSS 16.0. Tabel berikut adalah hasil
uji validitas.
81
e. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Pelayanan kesehatan yang
mudah dicapai
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan
yang mudah dicapai
Nilai P Value
Keterangan
0.000
0.005
0.264
0.161
0.001
0.046
0.000
0.006
0.001
0.155
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Variabel Sikap
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Pertanyaan 8
Pertanyaan 9
Pertanyaan 10
Sumber : Data Primer, 2017
Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.Uji
validitas dimaksudkan untuk mengukur apakah instrumen
yang digunakan valid atau tidak. Pada uji validitas ini
menggunakan software SPSS 16.0. Tabel berikut adalah hasil
uji validitas.
82
3. Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas. Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan
dengan pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel.
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui alat ukur yang
digunakan jika digunakan untuk mengukur obyek yang sama
akan menghasilkan data yang sama pula atau tidak. Tabel
berikut adalah hasil uji reliabilitas.
Hasil Uji Reliabilitas variabel A
Dari hasil uji reliabilitas di atas, didapatkan nilai Cronbach’s
Alpha = 0,847. Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,847 > 0,2787,
maka hasil kuesioner tersebut adalah reliabel.
Dari semua uji di atas, karena jumlah kuesioner sudah cukup
dan hasil kuesioner sudah valid serta reliabel, maka dapat
dilanjutkan ke pengolahan data selanjutnya.
Hasil Uji Reliabilitas variabel B
Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha =
0,818. Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,818 > 0,2787, maka
hasil kuesioner tersebut adalah reliabel.
Dari semua uji di atas, karena jumlah kuesioner sudah cukup
dan hasil kuesioner sudah valid serta reliabel, maka dapat
dilanjutkan ke pengolahan data selanjutnya.
83
Hasil Uji Reliabilitas variabel C
Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha =
0,818. Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,818 > 0,2787, maka
hasil kuesioner tersebut adalah reliabel.
Dari semua uji di atas, karena jumlah kuesioner sudah cukup
dan hasil kuesioner sudah valid serta reliabel, maka dapat
dilanjutkan ke pengolahan data selanjutnya.
Hasil Uji Reliabilitas variabel D
Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha =
0,818. Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,818 > 0,2787, maka
hasil kuesioner tersebut adalah reliabel.
Dari semua uji di atas, karena jumlah kuesioner sudah cukup
dan hasil kuesioner sudah valid serta reliabel, maka dapat
dilanjutkan ke pengolahan data selanjutnya.
Hasil Uji Reliabilitas variabel E
Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha =
0,818. Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,818 > 0,2787, maka
hasil kuesioner tersebut adalah reliabel.
Dari semua uji di atas, karena jumlah kuesioner sudah cukup
dan hasil kuesioner sudah valid serta reliabel, maka dapat
dilanjutkan ke pengolahan data selanjutnya
84
4. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas
data dapat menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov (>50) pada SPSS.
Apabila signifikan p ≤ 0,05 maka data tersebut merupakan data yang
tidak normal distribusinya. Sebaliknya apabila signifikan p > 0,05 maka
data tersebut normal.
Berdasrkan uji normalitas yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa
keseluruhan data berdistribusi tidak normal yaitu variabel Sikap
(p=0,0001), variabel Norma Subjektif (p=0,0001) dan variabel Norma
Penting (p=0,0001)
I. Analisis Data
Dari data kuesioner syarat pelayanan Puskesmas PONED dalam pelayanan
kesehatan yang telah disebar, diolah dalam bentuk tabel untuk mempermudah
dalam uji SPSS. Selanjutnya akan dilakukan analisis data menggunakan Analisis
Univariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat gambaran distribusi dalam
setiap variabel penelitian.
Data hasil analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel serta grafik dan
digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik pelayanan PONED dalam
pelayanan ibu nifas di Puskesmas Bangetayu Semarang yang meliputi
pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan, diterima dan wajar,
mudah dicapai, mudah di jangkau dan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
melihat kepuasan terhadap pelayanan Puskesmas PONED.
85
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Bangetayu
Puskesmas Bangetayu adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kota Semarang yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang,
Puskesmas Bangetayu berperan menjadi salah satu dari 6 Puskesmas PONED
yang menyelenggarakan pelayanan Puskesmas PONED dalam melayani
masyarakat di wilayah kerjanya
Puskesmas Bangetayu terletak di Kecamatan Genuk , Semarang,
Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah kerja 11,66946 (km2) . Terdiri dari 6
kelurahan yaitu Kelurahan Bangetayu Kulon, Kelurahan Bangetayu Wetan,
Kelurahan Sembungharjo, Kelurahan Penggaron Lor , Kelurahan Kudu dan
Kelurahan Karangroto.
Secara Geografis Puskesmas Bangetayu berada pada ketinggian tanah
dari permukaan laut 1,5-2meter yang makin ke arah utara makin rendah
sehingga bila hujan lebat beberapa daerah akan tergenang air.
Luas wilayah Puskesmas Bangetayu 11,67km2, dengan jumlah penduduk
58015 jiwa.
Yang mempunyai batas-batas sebagai berikut :
1. Bagian Utara : Kelurahan Banjardowo
2. Bagian Selatan : Kecamatan Pedurungan
3. Bagian Barat : Kelurahan Muktiharjo Lor
85
86
4. Bagian Timur : Kabupaten Demak
Selain ini Puskesmas Induk Bangetayu juga mempunyai 2 Pustu (Puskesmas
Pembantu) yaitu Pustu Kudu dan Pustu Karangroto juga memberikan pelayanan
rawat inap sebagai Rujukan antara sebelum di rujuk ke Rumah Sakit. Dengan
sumber daya yang ada / terbatas maka perlu mengadakan langkah-langkah yang
tepat dengan perencanaan kesehatan agar tepat sasaran, waktu dengan dana
yang cukup bisa berhasil dan berdaya guna.
Tabel 4.1 berikut ini adalah data umum luas wilayah dan jumlah penduduk
Puskesmas Bangetayu.
Tabel 4.1
Data Umum Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Puskesmas Bangetayu
No. Kelurahan
Luas
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Wilayah
RT
RW
KK
Penduduk
1,7854
84
10
3706
15917
1,85296
69
6
3617
12638
(km2)
1.
Bangetayu
Kulon
2.
Bangetayu
Wetan
3.
Sembungharjo 2,5035
62
8
2602
10428
4.
Penggaron
1,54174
26
4
1472
5781
Lor
5.
Kudu
1,8393
48
7
2045
6943
6.
Karangroto
2,14656
81
11
3352
12209
JUMLAH
11,66946
370
46
16794
63916
87
1. VISI dan MISI
Visi :
Terwujudnya pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, serta
masyarakat yang mandiri dalam bidang kesehatan.
Misi :
a. Menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
paripurna
bermutu,
manusiawi, serta terjangkau oleh masyarakat.
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
c. Membangun citra masyarakat dengan memberlakukan pengguna
layanan sebagai pusat perhatian.
d. Membangun kemitraan dengan semua pihak terkait dalam pelayanan
kesehatan dalam pengembangan kesehatan masyarakat.
Motto: RAMAH, CERMAT, TANGGAP DAN IKHLAS
Kebijakan Mutu : “TIADA HARI TANPA PELAYANAN PRIMA”
B. Karakteristik Responden
1. Umur
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur
Umur
> 20 tahun
<20 - 35 tahun
>35tahun
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2017
Distribusi Frekuensi
Jumlah
%
1
2
46
92
3
6
50
100
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar
umur responden dala penelitian ini berada pada usia 20-35 tahun 92%.
88
2. Pekerjaan Responden
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden menurut Pekerjaan
Distribusi Frekuensi
Jumlah
%
20
40
5
10
25
50
Pekerjaan
Buruh/tani
Pedagang
Lain-lain (IRT )
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan
tabel
50
distribusi
100
frekuensi
responden
menurut
Pekerjaan, diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian
ini adalah lain-lain atau ibu rumah tangga 50%
3. Pendidikan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden menurut pendidikan
Distribusi Frekuensi
Jumlah
%
3
6
22
44
25
50
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan
tabel
50
distribusi
100
frekuensi
responden
menurut
pendidikan , diketahui bahwa jumlah kehamilan responden paling banyak
SMA 50%
89
4. Distribusi Jumlah kunjungan ke Puskesmas PONED
Tabel 4.5
Distribusi Jumlah kunjungan ke Puskesmas PONED
Kunjungan
3
4
5
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2017
Distribusi Frekuensi
Jumlah
%
22
44
22
44
6
12
50
100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi responden menurut Jumlah
kunjungan ke Puskesmas PONED sebanyak 3 sampai 4 kali 22%.
C. Hasil Analisis Univariat
a. Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan
Distribusi frekuensi responden mengenai pelayanan kesehatan yang
tersedia dan berkesinambungan diperoleh dan uji normalitas KolomogorovSmirnov dan melalui rumus didapatkan hasil dibawah ini :
90
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden menurut Pelayanan kesehatan
yang tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan
kesehatan yang
tersedia dan
berkesinambungan.
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2017
Distribusi Frekuensi
Jumlah
%
10
31
9
50
20
62
18
100
Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa persentase
responden yang mempunyai kategori Cukup sebesar (62%) lebih banyak jika
dibandingkan dengan responden dengan kategori baik (20%) dan
(18%).
kurang
91
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi pernyataan Responden menurut Pelayanan kesehatan
yang tersedia dan berkesinambungan
No.
Pelayanan
kesehatan
yang
tersedia
dan
berkesinambungan
S
TS
KS
F
%
F
%
F
%
Puskesmas sulit
ditemukan
keberadaanya
Puskesmas selalu
ada ketika
dibutuhkan
masyarakat
Adanya apotik yang
berada di
Puskesmas
Ketersediaan obat
yang lengkap di
Puskesmas
Ketersediaan
tenaga kesehatan
yang lengkap di
Puskesmas
Kerjasama
pelayanan PONED
dengan RS PONEK
terdekat
Tenaga medis
Puskesmas siap
saat keadaan
darurat persalinan
Puskesmas memiliki
fasilitas pelayanan
dan pendukung (alat
medis dan non
medis)
23
46
15
30
12
24
34
74
11
22
2
4
37
74
9
18
4
8
37
74
10
20
3
6
32
64
14
28
2
8
32
64
14
28
4
8
29
58
19
38
2
4
32
64
16
32
2
4
9.
Puskesmas memiliki
sarana transportasi
rujukan (ambulans)
32
64
15
30
3
6
10.
Ketersediaan
penerimaan pasien
(pelayanan/tindakan
untuk ibu dan
bayinya)
35
70
11
22
4
8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
92
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang setuju
dengan pernyataan Puskesmas sulit ditemukan keberadaanya terdapat 46%,
Tenaga medis Puskesmas siap saat keadaan darurat persalianan responden
kurang setuju terdapat 38%, Puskesmas memiliki sarana transportasi rujukan
(ambulans) terdapat kurang setuju 30%
b. Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar
Distribusi frekuensi responden mengenai Mendeskripsikan pelayanan
kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan diperoleh dan uji
normalitas Kolomogorov-Smirnov dan melalui rumus didapatkan hasil
dibawah ini :
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan
yang dapat diterima dan wajar.
Pelayanan kesehatan
yang dapat diterima
dan wajar.
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2017
Distribusi Frekuensi
Jumlah
%
9
28
13
50
18
56
26
100
Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa persentase
responden yang kategori cukup sebesar 56.0% lebih banyak jika
dibandingkan dengan responden dengan kategori baik yaitu 18.0%
kurang yaitu 26.0%.
93
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi pernyataan menurut pelayanan kesehatan
yang dapat diterima dan wajar
Pelayanan
kesehatan
No. yang dapat diterima dan
wajar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
9.
10.
Ibu percaya bahwa untuk
menolong persalinan yang
aman adalah di
Puskesmas PONED
Pelayanan Puskesmas
sesuai dengan adat
istiadat masyarakat
Persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan
dikatakan sebagai
persalinan yang sehat
Keluarga mendukung
dalam pemanfaataan
persalinan di Puskesmas
Fasilitas persalinan yang
memiliki ruang rawat inap
memadai
Sikap petugas dalam
pelayanan persalinan
menghargai pasien
Sikap petugas mau
berkomunikasi dengan
pasien
Sikap petugas menjaga
rahasia saat terjadi
persalinan pada pasien
Sikap petugas
menghargai sikap petugas
perbedaan keyakinan
pasien saat persalinan
S
TS
KS
F
%
F
%
F
%
31
62
15
30
4
8
26
52
17
34
7
14
38
76
9
18
3
6
35
70
12
24
3
6
29
58
16
32
5
10
26
52
21
42
3
6
24
48
23
46
3
6
17
34
28
56
5
10
28
56
17
34
5
10
Berdasarkan tabel diatas pernyataan responden Kurang setuju pada
dalam sikap petugas pelayanan persalinan menghargai pasien sebesar 42%,
Responden kurang setuju dengan sikap petugas mau berkomunikasi dengan
94
pasien sebesar 46%, Responden kurang setuju dengan sikap petugas menjaga
rahasia saat terjadi persalinan pada pasien sebesar 56%.
c. Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai
Distribusi frekuensi responden mengenai Mendeskripsikan pelayanan
kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan diperoleh dan uji
normalitas Kolomogorov-Smirnov dan melalui rumus didapatkan hasil
dibawah ini :
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan
yang mudah dicapai
Pelayanan
kesehatan
yang
mudah dicapai
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2017
Distribusi Frekuensi
Jumlah
%
11
34
5
50
22
68
10
100
Berdasarkan hasil tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa persentase
responden yang mempunyai kategori cukup sebesar 68.0% lebih banyak
jika dibandingkan dengan responden dengan kategori baik yaitu 22.0%
kurang yaitu 10.0%.
95
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi pernyataan Responden menurut pelayanan
kesehatan yang mudah dicapai
No.
Pelayanan
kesehatan
yang
mudah dicapai
S
KS
TS
F
%
F
%
F
%
1.
Lokasi Puskesmas
mudah dijangkau
41
82
9
18
0
0
2.
Letak Puskesmas
strategis
40
80
8
16
2
4
3.
Puskesmas dapat
dijangkau dengan
semua alat
transportasi
Lokasi Puskesmas
berada di tepi jalan
raya sehingga
mudah diakses
33
66
11
22
6
12
38
76
8
16
4
8
Jarak
mempengaruhi
seseorang untuk
bersalin di
Puskesmas PONED
Jarak antara rumah
ke Puskesmas
PONED >2KM
Jarak terjauh untuk
sampai ke
Puskesmas PONED
30menit
Jarak Puskesmas
PONED dengan
rumah dapat
ditempuh dengan
berjalan kaki
Jarak tempuh yang
lama
mempengaruhi
kesehatan ibu dan
bayi
31
62
13
26
6
12
19
38
20
40
11
22
17
34
20
40
13
26
32
64
12
24
6
12
37
74
9
18
4
8
4.
6.
7.
8.
9.
10.
96
Berdasarkan tabel diatas Responden beranggapan Jarak antara rumah
ke Puskemas PONED lebih dari 2KM kurang setuju sebanyak 40%, Jarak terjauh
untuk sampai ke Puskesmas PONED 30menit kurang setuju sebesar 40.0% ,
Jarak puskesmas PONED dengan rumah dapat ditempuh dengan berjalan kaki
kurang setuju sebanyak 24%.
d. Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau
Distribusi frekuensi responden mengenai Mendeskripsikan pelayanan
kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan diperoleh dan uji
normalitas Kolomogorov-Smirnov dan melalui rumus didapatkan hasil
dibawah ini :
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan yang
mudah dijangkau
pelayanan
kesehatan
yang
mudah dijangkau
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2017
Distribusi Frekuensi
Jumlah
%
8
33
9
50
16
66
18
100
Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa persentase
responden yang mempunyai kategori cukup sebesar 66.0% lebih banyak
jika dibandingkan dengan responden dengan pernyataan baik 16.0%
kurang yaitu 18.0%.
97
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi pernyataan Responden menurut pelayanan kesehatan
yang mudah dijangkau
No.
Pelayanan
kesehatan
yang
mudah dijangkau
S
KS
TS
F
%
F
%
F
%
1.
Biaya persalinan
terjangkau
32
64
14
28
4
8
2.
Tarif pembayaran
persalinan di
Puskesmas PONED
sesuai standar
Adanya subsidi bagi
masyarakat yang
kurang mampu
Tarif pembayaran
persalinan di
Puskesmas sesuai
dengan pelayanan
yang didapatkan
Biaya persalinan
dengan Program
Jaminan Kesehatan
Biaya persalinan
dengan Program
Kartu Indonesia
Sehat
Biaya persalinan
dengan Program
BPJS
Biaya persalinan
dengan Program
JAMKESMAS/KOT
Penarikan biaya
persalinan bagi
pasien di luar
wilayah binaan
Puskesmas PONED
Biaya persalinan
sesuai dengan
kemampuan
ekonomi
masyarakat
28
56
17
34
5
10
32
64
15
30
3
6
32
64
13
26
5
10
29
58
16
32
5
10
31
62
15
30
4
8
29
58
19
38
2
4
32
64
16
32
2
4
21
42
26
52
3
6
29
58
14
28
7
14
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
98
Berdasarkan tabel diatas responden kurang setuju dengan pernyataan
Penarikan biaya persalinan bagi pasien di luar wilayah binaan Puskesmas
PONED sebesar 52%, Tarif pembayaran persalinan di Puskesmas PONED
sesuai standar kurang setuju sebesar 34%, Biaya persalinan dengan program
BPJS kurang setuju sebesar 38%
e. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang bermutu
Distribusi frekuensi responden mengenai Mendeskripsikan pelayanan
kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan diperoleh dan uji
normalitas Kolomogorov-Smirnov dan melalui rumus didapatkan hasil
dibawah ini :
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan yang
bermutu
Pelayanan
kesehatan
yang
bermutu
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2017
Distribusi Frekuensi
Jumlah
%
9
32
8
50
18
64
16
100
Berdasarkan hasil tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa
persentase responden yang mempunyai kategori cukup sebesar
64.0% lebih banyak jika dibandingkan dengan responden dengan
pernyataan baik 18.0% kurang yaitu 16.0%.
99
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi pernyataan Responden menurut pelayanan kesehatan
yang bermutu
No.
1
2.
3.
4.
6.
7.
8.
9.
10.
Pelayanan
kesehatan
bermutu
S
KS
TS
yang
F
%
F
%
F
%
Pelayanan pada
pendaftaran <15
menit
Tersedianya kursi
antrian yang
memadai
Ruang tunggu
nyaman dan bersih
34
68
10
20
6
12
37
74
11
22
2
4
39
78
6
12
5
10
Ruang KIA memiliki
fasilitas yang
memadai
Kebersihan dan
kerapihan pakaian
petugas kesehatan
Kebersihan dan
kerapihan ruangan
rawat inap
Ketersediaan
tempat tidur yang
memadai
Ketersediaan ruang
UGD untuk
keadaan darurat
Ketersediaan obat
yang lengkap di
Apotik Puskesmas
34
68
14
28
2
4
31
62
16
32
3
6
30
60
14
28
6
12
25
50
21
42
4
8
25
50
21
42
4
8
28
56
17
34
5
10
Berdasarkan
tabel
diatas
Responden
Pelayanan pada pendaftaran <15 menit
beranggapan
tidak
setuju
sebesar 12%, Ketersediaan
tempat tidur yang memadai kurang setuju sebesar 42%, Ketersediaan ruang
UGD untuk kedaan darurat Kurang setuju sebesar 42%.
100
BAB V
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan memiliki keterbatasan yaitu penelitian ini
menggunakan Metode Cross Sectional yang artinya variabel terikat dan variabel
bebas diukur pada waktu yang bersamaan dan hanya di
observasi sekali saja
sehingga sulit untuk menentukan perubahan yang terjadi pada objek penelitian.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Menurut Winknjosastro (2005) dalam kaitannya dengan hamil dan
melahirkan, mengelompokkan umur menjadi 2 yaitu umur aman
untuk persalinan adalah 20-35 tahun dan umur yang tidak aman
yaitu <20 tahun dan >35 tahun.(22)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia 20-35
tahun mempunyai proporsi yang lebih banyak (92%) dibandingkan
ibu hamil dengan usia <20 tahun (2%) dan usia >35 tahun (6%).
Usia tersebut merupakan usia yang produktif bagi ibu hamil dan
menyusui, selain sudah dianggap dewasa juga sudah matang
secara biologis dan psikologis.
Risiko yang terjadi pada kehamilan usia <20 tahun yaitu tekanan
stres, psikologi dan sosial sehingga memudahkan terjadinya
abortus. Sedangkan usia >35 tahun digolongkan dalam kehamilan
risiko tinggi, karena pada usia ini kondisi tubuh dan kesehatan
100
101
wanita mengalami penurunan. Hal ini sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Spandoter, dkk (2004) bahwa semakin meningkat
usia lanjut semakin berisiko terjadi abortus.
b. Pekerjaan
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bangetayu Kota
Semarang menunjukkan adanya hubungan antara Pekerjaan
dengan perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan. Dari hasil
survei didapatkan data bahwa ibu dengan pekerjaan lain-lain atau
ibu rumah tangga sebesar (50%) ibu dengan pekerjaan Buruh/tani
(40%) dan pekerjaan pedagang (10%)
Sejalan dengan penelitian Nurhapipa dkk (2015) dengan judul
“Faktor
yang
Mempengaruhi
Ibu
dalam
Memilih
Penolong
Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I“ dengan presentase
peekerjaan PNS (12.7%) Pegawai swasta (31.0%) Buruh/Petani
(22,5%)dan terbesar Ibu rumah tangga (33.8%).(23)
Pada umumnya ibu rumah tangga menganggap persalinan di
Puskesmas harganya jauh relatif terjangkau daripada harus di
Bidan atau Rumah sakit, selain itu ibu memperhatikan jarak yang
harus ditempuh Puskesmas letaknya lebih dekat dengan lokasi
tempat tinggal daripada harus ke Rumah sakit yang jaraknya lebih
jauh.
102
c. Pendidikan
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bangetayu Kota
Semarang
menunjukkan
adanya
hubungan
antara
tingkat
pendidikan ibu dengan perilaku ibu dalam memilih penolong
persalinan. Dari hasil survei didapatkan data bahwa ibu dengan
pendidikan akhir yakni hanya tamat sekolah dasar (SD) sebesar
(6%) berpendidikan SMP sebesar (44%) dan (50%) berpendidikan
SMA. Sebagian besar wanita yang berpendidikan SMA memilih
Puskesmas PONED sebagai penolong persalinanan karena mereka
percaya bahwa Puskesmas memiliki NAKES yang mumpuni dan
peralatan yang memadai.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Novi (2000) dengan judul
“Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Hamil dengan Perilaku
Ibu Dalam Memilih Penolong Persalinan “ yang menyatakan bahwa
sebagian besar ibu di desa tersebut, yakni 74,47% masih
berpendidikan rendah, yakni hanya tamat sekolah dasar (SD),
14,89% berpendidikan SLTP, dan 10,64% berpendidikan SLTA.
Sebagian besar wanita yang berpendidikan rendah tersebut, yakni
38,30% memilih dukun sebagai penolong persalinan, 31,91% yang
memilih bidan dan hanya 4,26% yang memilih dokter untuk
menolong persalinannya.(24)
103
d. Jumlah kunjungan ke Puskesmas PONED
Berdasarkan penelitian menunjukan Jumlah kunjungan ibu datang
ke Puskesmas PONED sebesar 3 sampai 4x kunjungan dengan
presentase sama yakni (44%) dan 5x kunjungan sebesar (12%)
Menurut Depkes RI (2005), kunjungan ibu hamil adalah
kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah
kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang
mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu.(25)
C. Analisis Univariat
a. Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan
Berdasarkan
penelitian
menunjukkan
mengenai
pelayanan
kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan diperoleh data
responden paling banyak yaitu pada kategori cukup sebesar (62%).
Berdasarkan jawaban reponden yang setuju dengan item pernyataan
Puskesmas yang sulit ditemukan sebesar 46%. Hal ini menujukkan
bahwa responden masih beranggapan lokasi Puskesmas yang minim
petunjuk arah atau denah lokasi sehingga merasa kesulitan saat
menemukan Puskesmas.
Sementara itu untuk item pernyataan Tenaga medis yang siap
saat keadaan darurat persalinan kurang setuju 38%, artinya tenaga
medis harus selalu siap saat keadaan darurat persalinan. Item
pernyataan Puskesmas memiliki sarana transportasi rujukan (ambulans)
104
kurang setuju 30%, menunjukkan bahwa responden beranggapan
ambulans belum difungsikan secara maksimal oleh masyarakat.
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah
pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta
bersifat berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan oleh masyarakat
tidak sulit ditemukan serta
keberadaannya dalam masyarakat selalu ada ketika dibutuhkan.
Berdasarkan data yang di dapat dari responden menyatakan
bahwa pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan di
Puskesmas Bangetayu dirasa cukup memenuhi syarat pelayanan
kesehatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Andi dkk (2016) dengan judul
“Pelaksanaan Program Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar
(PONED)
di
Kabupaten
Karawang
Tahun
2016”
yang
menyatakan ketersediaan obat (61.8%) serta a ketersediaan alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai (54.2%).(26)
Namun, hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Anggereini
Puspita Sari (2015) yang berjudul “Analisis Kualitas Pelayanan
Persalinan di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED dan Tidak
PONED Kota Batam” menyatakan bahwa kedua puskesmas mampu
PONED belum 100% memenuhi standar ketersediaan peralatan
persalinan. Fasilitas yang dimiliki Puskesmas Mampu PONED Belakang
Padang dan Bulang belum sesuai dengan standar fasilitas Puskesmas
PONED, ada beberapa alat yang seharusnya sesuai dengan standar
tetapi masih kurang dan alat untuk peralatan Nasogastric tube dewasa 5
105
dan Nasogastric tube dewasa 8 tidak ada, alat penunjang lainya untuk
penanganan emergensi juga tidak tersediaEkstraktor Vakum Manual
dan Aspirator Vakum Manual. Berdasarkan deskripsi diatas dapat
disimpulkan fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas PONED masih belum
sesuai. (27)
Hal ini sejalan dengan penelitian Mujiati dengan judul “Kesiapan
Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) di
Lima Regional Indonesia” yang menyatakan bahwa dari 1.446
Puskesmas PONED, sebanyak (88,7%) Puskesmas memberikan
pelayanan 24 jam, melibatkan dokter (79,9%), bidan (96,1%), dan
perawat 32,8%. Dari 17 jenis obat dan 26 alat kesehatan (alkes) standar
pelayanan PONED, rata-rata angka ketersediaan di Puskesmas PONED
hanya 6,06 jenis obat dan (14,12) alkes PONED, untuk angka
kecukupan, rata-ratanya adalah (5,54) jenis obat dan (12,43) alkes
PONED. Sebanyak(53,3%).
Puskesmas PONED dan Keliling, 43,0% memiliki ambulans, dan
hanya (3,7%) yang memiliki perahu bermotor. Berdasarkan lima regional
di Indonesia, terdapat perbedaan kesiapan Puskesmas PONED dalam
hal pelayanan 24 jam, Tim PONED terlatih, obat dan alkes, serta alat
transportasi. Namun secara keseluruhan, regional Jawa-Bali lebih siap
dibandingkan dengan regional lain. Perlu perhatian dan intervensi untuk
meningkatkan
kesiapan
Puskesmas
PONED,
terutama
meningkatkan ketersediaan dan kecukupan alat dan obat PONED,
melibatkan
tenaga
bidan
dan
perawat
dalam
106
pelayanan PONED, serta menyediakan dan memfungsikan pusling dan
ambulans untuk pelayanan PONED.(28)
b. Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar
Berdasarkan
penelitian
menunjukkan
mengenai
pelayanan
kesehatan yang dapat diterima dan wajar tersedia dan wajar diperoleh
data responden paling banyak yaitu pada kategori cukup (56%).
Berdasarkan responden yang kurang setuju dengan item pernyataan
Sikap petugas persalinan dalam menghargai pasien sebesar 42%, hal
ini menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran petugas akan hal pribadi
yang dimiliki pasien.
Sementara itu anggapan kurang setuju pada item pernyataan
Sikap petugas mau berkomunikasi dengan pasien sebesar 46%. Dalam
hal ini hendaknya petugas banyak melakukan komunikasi dengan
pasien agar mengetahui keluhan dan kebutuhan pasien. Dan responden
yang kurang setuju dengan item pernyataan Sikap petugas yang
menjaga rahasia saat terjadi persalinan pasien sebesar 56%, artinya
responden beranggapan para petugas persalinan kurang dapat
dipercaya dalam menjaga rahasia pasien.
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah
pelayanan kesehatan tersebut harus Pelayanan kesehatan tersebut
tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
Berdasarkan data yang di dapat dari responden menyatakan
bahwa pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar di
107
Puskesmas Bangetayu dirasa cukup memenuhi syarat pelayanan
kesehatan.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2005)
dengan judul “Hubungan Antara Komunikasi, Sikap Dan Ketrampilan
Perawat Dengan Kepuasan Pasien di RS ORTOPEDI PROF. DR. R.
SOEHARSO Surakata” yang menghasilkan kesimpulan bahwa ada
korelasi antara ketrampilan perawat dengan kepuasan pasien.(29)
Hal ini juga memberikan bukti sebagaimana yang diterangkan oleh
Philip Kotler (1997), bahwa pengetahuan, kemampuan dan kesopanan
pemberi jasa untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan yang
berupa: pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan menetapkan
problematic pasien, ketrampilan petugas dalam petugas, pelayanan
yang sopan dan ramah, serta jaminan keamanan pelayanan dan
kepercayaan terhadap pelayanan akan berdampak pada tingkat
kepuasan pasien.(30)
Hal ini sejalan dengan penelitian Heny dkk (2011) dengan judul
Pelaksanaan Program Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) di Kabupaten Karawang Tahun 2016 yang menyatakan
di distribusi frekuensi komunikasi bidan dalam pelayanan pertolongan
persalinan di Puskesmas PONED Ujungjaya, yang paling banyak pada
kategori baik yaitu (52.6%).(31)
c. Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai
Berdasarkan
penelitian
menunjukkan
mengenai
pelayanan
kesehatan yang mudah dicapai diperoleh data responden paling banyak
108
yaitu pada kategori cukup sebesar (68%). Responden beranggapan
untuk item pernyataan Jarak antara rumah ke Puskesmas PONED >2km
kurang setuju sebesar 40%, hal ini dikarenakan enam wilayah binaan
Puskesmas Bangetayu berlokasi cukup dekat dengan tempat tinggal
masyarakat.
Jarak terjauh untuk sampai ke Puskesmas PONED 30 menit
kurang setuju sebesar 40%, karena banyaknya akses menuju
Puskemas
seperti
menggunakan
angkutan
umum.
Dan
Jarak
puskesmas PONED dengan rumah dapat ditempuh dengan berjalan
kaki kurang setuju sebesar 24%, dikarenakan masyarakat cenderung
memilih menggunakan alat transportasi dari pada berjalan kaki.
Hal ini sejalan dengan penelitian Aris Triharyanto (2012) dengan
judul “Studi Rawat Inap Di Puskesmas Baturetno Wonogiri” yang
menyatakan secara kebetulan letak Puskesmas Baturetno memang
sangat strategis, karena berada di tepi jalan utama Solo-Pacitan,
sehingga
sangat
mudah
sekali terjangkau
oleh
masyarakat
sekitarnya. Letak Puskesmas Baturetno sangat mudah diakses oleh
angkutan umum maupun mobil pribadi, sehingga tidak heran pasien
di Puskesmas ini selalu berdatangan jika memerlukan pelayanan
kesehatan. (32)
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Usi Erna Desita (2012)
dengan “Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Karang Malang Semarang”
yang menyatakan Untuk keterjangkauan lokasi masyarakat menuju
rumah sakit PONEK masih terjangkau kurang dari 1 jam, tetapi kendala
109
yang dihadapi masyarakat adalah tidak adanya sarana transportasi
umum yang melewati daerah Karang Malang sehingga masih susah
bagi masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi.(33)
Tidak sejalan dengan penelitian Anggereini Puspita Sari (2015)
yang berjudul “Analisis Kualitas Pelayanan Persalinan di Puskesmas
Rawat Inap Mampu Poned dan Tidak Poned Kota Batam” Akses
Transportasi dari Batam Ke Pulau Belakang Padang menggunakan jalur
laut, yaitu dengan media transportasi perahu kayu boat (pancung) jarak
tempuh ± 15 menit melalui pelabuhan domestik Sagulung jika kepulau
Belakang Padang dan melalui Pelabuhan Sagulung jika hendak ke
Pulau Buluh (Puskesmas Bulang).(34)
d. Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau
Berdasarkan
penelitian
menunjukkan
mengenai
pelayanan
kesehatan yang mudah dijangkau diperoleh data responden paling
banyak yaitu pada kategori cukup sebesar (66%). Menurut responden
akan item Pernyataan Penarikan biaya persalinan bagi pasien di luar
wilayah binaan Puskesmas PONED sebesar 52% kurang setuju, hal ini
dikarenakan responden dari luar wilayah binaan lebih memilih dikenai
biaya yang sama dengan pasien yang lainnya.
Untuk
item
pernyataan
Tarif
pembayaran
persalinan
di
Puskesmas PONED sesuai standar kurang setuju sebesar 34%, hal ini
karena tarif yang dikenakan adalah berdasarkan jenis jaminan
kesehatan yang dimiliki. Dan untuk Biaya persalinan dengan Program
BPJS kurang setuju sebesar 38%, karena terdapat kesenjangan sosial
110
antara Peserta Program BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) dan
Peserta Program BPJS Non PBI.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
52 Tahun 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan menyebutkan bahwa
Pelayanan Kebidanan, Neonatal dan Keluarga Berencana Pasal 11 (1)
Jasa pelayanan kebidanan, neonatal, dan Keluarga Berencana yang
dilakukan oleh bidan atau dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) huruf f ditetapkan sebagai berikut: a. pemeriksaan ANC sesuai
standar diberikan dalam bentuk paket paling sedikit 4 (empat) kali
pemeriksaan, sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah); b. dalam
hal pemeriksaan ANC tidak dilakukan di satu tempat maka dibayarkan
per kunjungan, sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah); c.
persalinan pervaginam normal yang dilakukan oleh bidan, sebesar
Rp700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah) dan yang dilakukan oleh dokter,
sebesar Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah); d. persalinan
pervaginam dengan tindakan emergensi dasar di Puskesmas PONED,
sebesar Rp950.000,00 (sembilan ratus lima puluh ribu rupiah); e.
pemeriksaan
Post
Natal
Care
(PNC)/neonatus
sesuai
standar
dilaksanakan dengan 2 (dua) kali kunjungan ibu nifas dan neonatus
pertama dan kedua (KF1-KN1 dan KF2-KN2), 1 (satu) kali kunjungan
neonatus ketiga (KN3), serta 1 (satu) kali kunjungan ibu nifas ketiga
(KF3), sebesar Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) untuk tiap
kunjungan dan diberikan kepada pemberi pelayanan yang pertama
dalam kurun waktu kunjungan; f. pelayanan tindakan pasca persalinan
111
di Puskesmas PONED, sebesar Rp175.000,00 (seratus tujuh puluh lima
ribu rupiah); g. pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan
dan/atau neonatal Rp125.000,00 (seratus dua puluh lima ribu rupiah).(35)
Hal ini sejalan dengan peraturan Dinkes Kabupaten Rembang dan
diterapkan di Puskesmas Rembang 1 yang menyatakan Dengan
menggunakan kartu BPJS atau Jamkesmas pasien dapat dilayani
persalinan tanpa di pungut biaya sepeserpun alias gratis. Meskipun
gratis kami menjamin pelayan prima bagi pasien, demikian ungkap dr.
Sri Yuliyanti selaku Kepala Puskesmas Rembang I. Untuk Pasien
Umum juga dapat dilayani dengan biaya yang terjangkau.(36)
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Adriana (2011) dengan
judul “Pelaksanaan Sistem Rujukan Kasus Ibu Hamil Risiko Tinggi oleh
Bidan Desa ke Puskesmas PONED Kabupaten Banjar” (Studi Kasus di
Puskesmas Sungkai Tahun 2011) yang menyatakan sebagian besar
masyarakat menggunakan pembiayaan Jamkesmas, tetapi dari biaya
dan ketersediaan transportasi/ambulan desa dan keperluan lain masih
masih kurang memadai bagi pasien Jamkesmas. (37)
e. Pelayanan kesehatan yang bermutu
Berdasarkan
penelitian
menunjukkan
mengenai
pelayanan
kesehatan yang bermutu diperoleh data responden paling banyak yaitu
pada kategori cukup sebesar (64%). Untuk item pernyataan Pelayanan
pada pendaftaran <15menit tidak setuju sebesar 12%, karena
responden merasa antrian di loket pendaftaran lebih dari 15menit.
Sedangkan untuk item pernyataan Ketersediaan tempat tidur yang
112
memadai kurang setuju sebesar 42%, berarti responden beranggapan
tempat tidur dirasa sudah cukup memadai kecuali apabila di bulan-bulan
tertentu terdapat wabah demam berdarah. Ketersediaan ruang UGD
untuk keadaan darurat kurang setuju sebesar 42%, dikarenakan
responden lebih memilih fasilitas UGD pada rumah sakit dari pada UGD
pada Puskesmas.
Faktor kualitas dan harga bukan jaminan untuk memuaskan
pelanggan. Kualitas yang baik dan harga yang murah akan menjadi hal
yang tidak bermakna bila pelayanan yang diberikan petugas pelayanan
tidak baik (tidak ramah, prosedur yang susah dan pelayanan yang tidak
nyaman). Kualitas pelayanan disokong oleh tiga hal yaitu sistem,
teknologi dan manusia.
Menurut konsep service quality yang populer, dinyatakan bahwa
kualitas
pelayanan
memiliki
lima
dimensi,
yaitu
reliability,
responsiveness, assurance, empathy dan tangible (Pasuraman, 1985
dalam Rahmulyono 2008). Sementara itu, mutu pelayanan kesehatan itu
sendiri adalah kesesuaian pelayanan kesehatan dengan standar.(38)
Hasil Penelitian Yang Dilakukan Agus Hufron (2008) dengan Judul
“Analisis
Kesehatan
Hubungan
Dengan
Persepsi
Tingkat
Pasien
Tentang
Kepuasan
Pasien
Mutu
Pelayanan
Di
Puskesmas
Penumping Kota Surakarta” membuktikan bahwa ada hubungan positif
dan signifikan antara persepsi pasien tentang penampilan pelayanan
kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas
Penumping.(39)
113
Menurut Donabedian18 (1980) mutu pelayanan harus dilihat dari
dua sisi, yaitu dari sisi petugas dan dari sisi pasien. Dari sisi pasien,
mutu pelayanan dilihat dari terpenuhinya harapan pasien terhadap
kualitas pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas, yang artinya
diharapkan akan mempengaruhi pasien untuk memanfaatkan kembali
pelayanan tersebut. Dari sisi petugas, mutu pelayanan berarti
keleluasaan dalam melakukan tindakan yang tepat. Untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan standar teknis
yang berlaku.(40)
Penyedia jasa pelayanan kesehatan harus memperhatikan
standar mutu pelayanan yang lebih baik dengan memperhatikan kriteria
mutu
yang
ditetapkan
oleh
konsumen,
jika
fokusnya
pada
pengembangan pelayanan yang ditujukan untuk menjamin kepuasan
konsumen sebagai pelanggan. (41)
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Adi dkk (2013) dengan judul
“Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) di Puskesmas Mamajang Kota Makassar” yang menyatakan
Ketersediaan sarana dan prasrana tidak tersedia baik, hal ini karena
jarangnya kasus komplikasi obstetri dan neonatus yang ditangani
sehingga obat dan alat kadaluarsa serta rusak.(42)
114
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Karakteristik responden sebagian besar berusia 20-35 tahun (92.%), tidak
bekerja (50%), Pendidikan SMA (50%), jumlah kunjungan kehamilan 3-4
kali (44%).
2. Responden beranggapan Pelayanan kesehatan yang tersedia dan
berkesinambungan di Puskesmas Bangetayu Cukup sebanyak (62%),
baik (20%) dan masih kurang sebesar (18%).
3. Responden beranggapan Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan
wajar di Puskesmas Bangetayu Cukup sebanyak (56%) baik (18%) dan
masih kurang sebesar (26%).
4. Responden beranggapan Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai di
Puskesmas Bangetayu Cukup sebanyak (68%) baik (22%) dan masih
kurang sebesar (10%).
5. Responden beranggapan Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau di
Puskesmas Bangetayu Cukup sebanyak (66%) baik (16%) dan masih
kurang sebesar (18%).
6. Responden beranggapan Pelayanan kesehatan yang bermutu di
Puskesmas Bangetayu Cukup sebanyak (64%) baik (18%) dan masih
kurang sebesar (16%).
114
115
B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan kepada Puskesmas Bangetayu agar:
a. Sebagai Puskesmas PONED perlu disediakan papan penunjuk
arah lokasi Puskesmas dan jaminan pelayanan kegawat daruratan
dengan ketersediaan sarana transportasi dan petugas kesehatan
yang siap 24jam.
b. Meningkatkan ketrampilan komunikasi petugas kesehatan melalui
pelatihan karakter dan reward bagi petugas yang berprestasi.
c. Mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat di setiap Kelurahan
untuk menjamin transportasi (ambulans desa) untuk kelancaran
dalam mempersiapkan persalinan ibu.
d.
Akses
Jampersal
bagi
masyarakat
kurang
mampu
untuk
menjamin kemudahan pembayaran dalam melakukan persalinan
e. Perbaikan saran dan prasarana sesuai dengan syarat pelayanan
minimal.
2. Bagi Masyarakat
Peran serta dari masyarakat dan tokoh masyarakat perlu ditingkatkan
dalam
berbagai
kegiatan
di
bidang
kesehatan
dalam
rangka
meningkatkan derajat kesehatan. Peranan tersebut sangat penting bagi
ibu untuk menekan angka kematian ibu akibat terlambat mendapat
pertolongan persalinan.
116
DAFTAR PUSTAKA
1.
Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinas Kesehatan Kota
Semarang. 2015
2.
WHO,
2014.
The
world
health
report.
Http://www.who.int./whr/2014/en/index.html Akses 5 Mei 2017
3.
Profil
Kesehatan
Indonesia
Tahun
2015
www.depkes.go.id/.../profil-
kesehatan-Indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf (Diakses pada 5
Mei 2017)
4.
Kohort Dinas Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinas Kesehatan
Kota Semarang. 2017
5.
Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinas Kesehatan Kota
Semarang. 2016
6.
Http://Nasional.Republika.Co.Id/Berita/Nasional/Umum/16/09/15/Odj7k1384
-Bkkbn-Angka-Kematian-Ibu-Melahirkan-Meningkat (Diakses Pada 3 Maret
2017)
7.
Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals (Sdg’s).
Sdgsindonesia.Or.Id (Diakses Pada 3 Maret 2017)
8.
WHO,
2013.
The
world
health
report.
Http://www.who.int./whr/2013/en/index.html Akses 3 Maret 2017
9.
Azwar,
Azrul.Menjaga
Mutu
Pelayanan
Kesehatan.Jakarta
:
Sinar
Harpan.1996
10.
Handayani, Sri , Et All, Analisis Pelaksanaan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar(Poned) Di Puskesmas Poned Kabupaten Kendal.2013
11.
Kohort Puskesmas Bangetayu Semarang. Semarang : Dinas Kesehatan
Kota Semarang.2017
117
12.
pattianakotta, L. a.. Faktor-faktor yang berhubungan dengan rujukan kasus
kegawatdaruratan obstetri neonatal oleh bidan desa ke Puskesmas
PONED di Kabupaten Maluku Tengah .1. (2012)
13.
M. Ichsan Mustain, A. M. . Evaluasi pelaksanaan pelayanan obstetri
neonatal emergensi dasar di Puskesmas Jumpandang Kota Makassar. 1.
(2013)
14.
Valentina, Amrillah. Et All, Analisis pelaksanaan sistem pelayanan obstetri
dan neonatal emegensi dasar di Puskesmas Sitanggal Kabupaten
Brebes.1. (2016)
15.
Al-siry, Ema , Irfan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan PONED
di Puskesmas PONED Kota Makassar. (2016)
16.
Rejeki, Sri , Et All. Pelaksanaan program pelayanan obstetri neonatal
emergensi dasar di Puskesmas Kabupaten Tegal. (2017)
17.
Puspitasari,Noviana , Et All, Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar Kota Yogyakarta.2013
18.
Balitbang
Kemenkes
Ri.
Riset
Kesehatan
Dasar.
Kemenkes
RI.Jakarta.2013
19.
Parasuraman, A., V. A. Zeithaml, dan L.L. Berry, , SERVQUAL: A MultipleItem Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality, Journal
of Retailing, Vol. 64, No. 1. 1998
20.
Moenir, . Manajemen Pelayanan Umum Indonesia.Bumi Aksara. Jakarta.
2002
21.
Oktaviana .Uji normalitas $erdasarkan Metode Anderson Darling. FMIPA
UNY, Yogyakarta. 2013
118
22.
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu kebidanan, Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005
23.
Nurhapipa dkk, Faktor yang mempengaruhi Ibu dalam memilih penolong
persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I.Stikes Hangtuah. Pekanbaru
.2015
24.
Novi. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan perilaku ibu
dalam memilih penolong persalinan: UNIBRA. Malang .2000
25.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Indonesia: Dinas Kesehatan
Kota Semarang. 2015
26.
Andi, heny, Pelaksanaan Program Obstetri Neonatal Emergensi Dasar.
Karawang. 2016
27.
Sari, Anggreini Puspita. Analisis kualitas Pelayanan Persalinan di
Puskesmas Rawat inap mampu PONED dan Tidak PONED. Batam. 2015
28.
Mujiati. Kesiapan Puskesmas PONED di lima regional Indonesia. . 2
29.
Irawati. Hubungan antara komunikasi, sikap dan ketrampilan perawat
dengan kepuasan pasien di R.S ORTOPEDI PROF.DR.R SOEHARSO.
Surakarta. 2005
30.
Kotler, Philip
31.
Heny dkk. Pelaksanaan Program Obstetri dan neonatal emergensi dasar
PONED. Karawang. 2016
32.
Triharyanto, Aris. Studi Rawa Inap di Puskesmas Baturetno. Wonogiri.
2012
33.
Desita, Ernasusi. Evaluasi Pelaksanaan Post Obstetri neonatal emergensi
dasar (PONED) di Puskesmas Karang malang. Semarang. 2012
119
34.
Sari, Anggreini Puspita. Analisis kualitas Pelayanan Persalinan di
Puskesmas Rawat inap mampu PONED dan Tidak PONED. Batam. 2015
35.
PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
(PERMENKES). Hukor.depkes.go.id (diakses 17 Juli 2017)
36.
Peraturan Dinas Kesehatan Rembang. Jdih.setjen.kemendagri.go.id (di
akses 17 Juli 2017
37.
Adriana, Pelaksanaan Sistem Rujukan Kasus Ibu Hamil Risiko tinggi oleh
bidan desa ke Puskesmas PONED. Banjar. 2011
38.
Rahmulyono. Kualitas pelayanan memiliki lima dimensi. 2008
39.
Hufron, Agus. Analisis hubungan persepsi pasien tentang mutu pelayanan
kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Penumping.
Surakarta. 2008
40.
Donabedian. Mutu pelayanan harus dilihat dari dua sisi yaitu sisi petugas
dan sisi pasien.1980
41.
Adi dkk, Evaluasi Pelaksanaan pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
dasar PONED di Puskesmas Mamajang. Makassar. 2013
120
LAMPIRAN
Download