i ANALISA PERSYARATAN PELAYANAN PUSKESMAS POST OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DALAM PELAYANAN KESEHATAN IBU DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG TAHUN 2017 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan NISA AFIFAH RAMADHANI D11.2013.01671 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017 ii © 2017 Hak Cipta Skripsi Ada pada Penulis ii iii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Nisa Afifah Ramadhani NIM : D11.2013.01671 Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas : Kesehatan Judul Tugas Akhir : Analisa Persyaratan Pelayanan Puskesmas PONED Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang Tahun 2017 Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, dan/atau pemalsuan data maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang menurut aturan yang berlaku. Semarang, 3 Agustus 2017 Nisa Afifah Ramadhani iii iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Nisa Afifah Ramadhani NIM : D11.2013.01671 Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas : Kesehatan Judul Tugas Akhir : Analisa Persyaratan Pelayanan Puskesmas PONED Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang Tahun 2017 Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Analisa Persyaratan Pelayanan Puskesmas PONED Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang Tahun 2017 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Dian Nuswantoro berhak untuk menyimpan, mengcopy ulang (memperbanyak), menggunakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan nama pembimbing saya. Saya bersedia untuk menanggung segala tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Semarang, 3 Agustus 2017 Nisa Afifah Ramadhani iv v PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR Nama : Nisa Afifah Ramadhani NIM : D11.2013.01671 Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas : Kesehatan Judul Tugas Akhir : Analisa Persyaratan Pelayanan Puskesmas PONED Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang Tahun 2017 Tugas akhir ini telah diperiksa dan disetujui : Semarang, 3 Agustus 2017 Menyetujui, Mengetahui, Dekan Fakultas Kesehatan Pembimbing Eti Rimawati, S.KM, M.Kes Dr. Guruh Fajar Shidik, S.Kom, M. Cs v vi HALAMAN PENGESAHAN Nama : Nisa Afifah Ramadhani NIM : D11.2013.01671 Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas : Kesehatan Judul Tugas Akhir : Analisa Persyaratan Pelayanan Puskesmas PONED Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang Tahun 2017 Tugas Akhir ini telah diajukan dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji pada Sidang Tugas Akhir tanggal 2 Agustus 2017. Menurut pandangan kami, Tugas Akhir ini memadai dari segi kualitas maupun kuantitas untuk tujuan penganugerahan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Semarang, 3 Agustus 2017 Dewan Penguji : Ketua Penguji Dyah Ernawati, S.Kep,Ns, M.Kes Penguji Pendamping Jaka Prasetya, S.Kep, M.Kes Eti Rimawati, S.KM, M.Kes vi vii HALAMAN PERSEMBAHAN Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barang siapa menghendaki kebaikan dunia, maka hendaknya ia menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki akhirat, maka hendaknya menggunakan ilmu. Kupersembahkan karya ini: 1. Allah SWT 2. Nabi Muhammad SAW 3. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan moril dan materil. Kupersembahankan karya kecil, ini untuk cahaya hidup, yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, saat kulemah tak berdaya Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memanjatkan doa kepada putri Mu tercinta dalam setiap sujudmu terimakasih serta Dosen-dosen yang senantiasa membantu dan membimbing 4. Teman dan sahabat yang mendukung dan memberi semangat selama penyusunan skripsi 5. Universitas Dian Nuswantoro vii viii RIWAYAT HIDUP Nama : Nisa Afifah Ramadhani Tempat, tanggal lahir : Semarang, 18 Februari 1996 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Jl. Kauman VI Rt09/1 No.42 Karang Roto Genuk Semarang Riwayat Pendidikan : 1. SDI AL-FATTAH Terboyo Semarang, tahun 2001 - 2007 2. SMP Negeri 20 Semarang, tahun 2007 - 2010 3. SMA Negeri 14 Semarang, tahun 2010 -2013 4. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang Tahun 2013 viii ix PRAKATA Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah dengan rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan pikiran dan kesehatan kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “ANALISA PERSYARATAN PELAYANAN PUSKESMAS PONED DALAM PELAYANAN KESEHATAN IBU DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG” ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas akhir ini, Penulis banyak mendapat pengarahan,bimbingan dan saran yang bermanfaat dari berbagai pihak. Maka dari itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Allah SWT, atas segala petunjuk-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan Tugas Akhir dengan baik dan lancar. 2. Prof.Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro 3. Dr.Guruh Fajar Shidik S.Kom., M.Cs selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. 4. Dr. M.G. Catur Yuantari S.KM, M.Kes. selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. 5. Eti Rimawati S.KM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dalam proses pelaksanaan Tugas Akhir dan penyusunan laporan ini. ix x 6. Orang Tua, yang tak pernah lelah memberikan dukungan moril materil dan pengawasan kepada Penulis dalam setiap proses yang dijalani oleh Penulis. 7. dr.Suryanto Setyo Priyadi selaku Kepala Puskesmas Bangetayu Kota Semarang dan staff yang telah bersedia memberikan masukan dan informasi mengenai penelitian. 8. Teman-teman Kesehatan Masyarakat , saudara, kerabat dan sahabat yang selalu memberikan suasana menjadi menyenangkan dalam penyusunan laporan serta memberikan banyak informasi, semangat dan doa untuk Penulis. Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir jauh dari sempurna,karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca sekalian. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang perancangan alat pada umumnya dan menjadi referensi bagi adik-adik kelas. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Semarang, 3 Agustus 2017 Nisa Afifah Ramadhani x xi PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017 ABSTRAK ANALISA PERSYARATAN PELAYANAN PUSKESMAS POST OBSTETRY NEONATAL EMERGENCY DASAR (PONED) DALAM PELAYANAN KESEHATAN IBU DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG XVII + 125 Hal + 25 Tabel AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Puskesmas PONED (Post Obstetry Neonatal Emergency Dasar) memiliki rawat inap, sarana yang memadai dan sesuai syarat pelayanan kesehatan untuk menurunkan AKI serta mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan syarat pelayanan Puskesmas PONED dalam pelayanan kesehatan Ibu. Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang menggunakan uji validitas, uji reliabilitas dan uji normalitas data. Kuesioner berisi lima syarat pelayanan kesehatan: (1) Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan, (2) Pelayanan kesehatan yang wajar, (3) Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai, (4) Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan (5) Pelayanan kesehatan yang bermutu. Sampel penelitian berjumlah 52 responden adalah total dari semua populasi, Hasil menunjukkan bahwa syarat pertama Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan berkategori cukup (62%) dan item pernyataan yang kurang tenaga medis yang sip saat keadaan darurat, Pelayanan kesehatan yang wajar berkategori cukup (56%) item yang kurang yaitu sikap petugas mau berkomunikasi dengan pasien, Syarat ketiga Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai berkategori cukup (68%), item kurang Jarak antara rumah dengan Puskesmas PONED >2Km, Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau berkategori cukup (66%), item kurang Tarif persalinan di Puskesmas PONED sesuai standar kelima Pelayanan kesehatan yang bermutu dengan kategori cukup (64%) item kurang Ketersediaan tempat tidur yang memadai. Puskesmas Bangetayu dapat meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, kemudahan akses untuk mencapai lokasi, penyediaan jaminan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu dan mutu pelayanan guna memberikan layanan terbaik. Kata Kunci : AKI, Pelayanan Kesehatan Ibu, Puskesmas, PONED Kepustakaan : 1996-2017 xi xii STUDY PROGRAM S1 COMMUNITY HEALTH FACULTY OF HEALTH UNIVERSITY DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017 ABSTRACT ANALYSIS OF THE TERMS OF SERVICE OF HEALTH POST OBSTETRY NEONATAL EMERGENCY BASIS (PONED) IN HEALTH CARE MOTHER IN HEALTH BANGETAYU SEMARANG CITY XIX + 125 Hal + 25 Tables MMR (MMR) in Indonesia showed a significant increase is 359 per 100,000 live births. PHC PONED (Post Obstetry Neonatal Emergency Basis) have hospitalization, means adequate and appropriate health care requirements for reducing the MMR and the health service closer to the community. The purpose of this study is to describe the condition of health center services in health care PONED mother. study was quantitative descriptive method with approach. cross sectional. The research instrument used a questionnaire that use validity, reliability test and test data normality. The questionnaire contains five terms of health care: (1) The health service provided and continuous, (2) Health services were reasonable, (3) health services within easy reach, (4) health services accessible and (5) health care quality , These samples included 52 respondents is the total of all the population, the results showed that the first requirement for health services provided and sustained categorized enough (62%) and the statement items are lacking medical personnel who sip during an emergency, health services were reasonable categorized enough (56% ) items that are less the attitude of the officers want to communicate with patients, the third condition health services within easy reach categorized enough (68%), the item is less distance between the houses with PHC PONED> 2km, health services within easy reach categorized enough (66%), item less Rates deliveries in health centers in accordance PONED fifth standard quality medical services with sufficient category (64%) less item availability of adequate bed. Bangetayu PHC can improve the availability of adequate infrastructure, ease of access to reach the site, provision of health insurance for the poor and the quality of services in order to provide the best service. Keywords: AKI, Maternal Health Services, Health Center, PONED Literature : 1996-2017 xii xiii DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................................ iii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................................................................................iv HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................................vii RIWAYAT HIDUP ................................................................................................................ viii PRAKATA .............................................................................................................................ix ABSTRAK..............................................................................................................................xi DAFTAR ISI ......................................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. xvii DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 A. Latar Belakang......................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian.................................................................................................. 6 E. Keaslian Penelitian .................................................................................................. 7 Faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan poned di puskesmas poned wilayah kota makassar 2016 .................................................................................. 9 F. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 14 A. Puskesmas PONED ................................................................................................ 14 B. Kesehatan Ibu ....................................................................................................... 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................... 69 A. Kerangka Konsep................................................................................................... 69 B. Alur Penelitian ....................................................................................................... 71 C. Jenis Penelitian...................................................................................................... 72 D. Variabel Penelitian ................................................................................................ 72 xiii xiv E. Definisi Operasional .............................................................................................. 73 F. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 74 G. Pengumpulan Data................................................................................................ 74 H. Pengolahan Data ................................................................................................... 75 Olah Data Kuesioner ............................................................................................. 75 BAB IV................................................................................................................................ 85 HASIL PENELITIAN ............................................................................................................. 85 A. Gambaran Umum Puskesmas Bangetayu ............................................................. 85 B. Karakteristik Responden ....................................................................................... 87 C. Hasil Analisis Univariat .......................................................................................... 89 a. Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan............................... 89 b. Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar .......................................... 92 c. Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai ........................................................... 94 d. Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau ....................................................... 96 e. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang bermutu ........................................ 98 BAB V............................................................................................................................... 100 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 100 A. Keterbatasan Penel ............................................................................................. 100 B. Pembahasan ........................................................................................................ 100 C. Analisis Univariat................................................................................................. 103 BAB VI.............................................................................................................................. 114 PENUTUP ......................................................................................................................... 114 A. Kesimpulan .......................................................................................................... 114 B. Saran ................................................................................................................... 115 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 116 LAMPIRAN ....................................................................................................................... 120 xiv xv DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 7 Tabel 2.2 Klasifikasi Nilai IMT .................................................................... 56 Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid............................ 58 Tabel 2.4 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu ...................... 61 Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 73 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Pernyataan ..................................................... 77 Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar .............................................................. 78 Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai.............................................................................. 79 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau.......................................................................... 80 Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai.............................................................................. 81 Tabel 4.1 Data Umum Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Puskesmas Bangetayu................................................................................... 86 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur .......................... 87 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pekerjaan ................... 88 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden menurut pendidikan.................. 88 Tabel 4.5 Distribusi Jumlah kunjungan ke Puskesmas PONED .................. 89 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan ........................................ 90 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang ......................................................... 91 xv xvi Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar. ................................................... 92 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang ......................................................... 93 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan yang mudah dicapai .................................................................. 94 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang ....................................................... 95 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau .............................................................. 96 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden Di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang ....................................................... 97 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan yang bermutu ............................................................................ 98 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang ....................................................... 99 xvi xvii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.2 Kerangka Teori .................................................................... 68 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................ 70 xvii xviii DAFTAR SINGKATAN AKI ……………………. ANGKA KEMATIAN IBU AKK …………………….ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN ANC …………………….ANTE NATAL CARE BKKBN …………………BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL BOR…………………….BED OCCUPANCY RATIO IMT …………………….INDEKS MASA TUBUH IPAL…………………….INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH KH………………………KELAHIRAN HIDUP KIE ……………………...KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI P4K………………………PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PONED …………………POST OBESTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR PUS ……………………..PASANGAN USIA SUBUR RS ………………………RUMAH SAKIT CRUDE BIRTH RATE SDGS …………………..SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS SDKI……………………. SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA xviii xix SMPFA………………….SAFE MOTHERHOOD PROJECT PARTNERSHIP AND FAMILY APPROACH SUPAS………………….SURVEI PENDUDUK ANTAR SENSUS TT………………………..TETANUS TOKSOID UGD…………………….UNIT GAWAT DARURAT VDRL……………………VENEREAL DISEASE RESEARCH LABORATORY WHO ……………………WORLD HEALTH ORGANIZATION WUS…………………….WANITA USIA SUBUR xix 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dari penyebab kematian (AKI) menggambarkan jumlah wanita meninggal terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan dan kasus insidentil) dalam kehamilan, melahirkan dan pada saat masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lamanya kehamilan per 100.000 KH. AKI dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator tersebut oleh dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikan AKI sebagai indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. 1 Menurut Data World Health Organization (WHO), pada tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia 289 per 100.000 kelahiran hidup, AKI di negara maju seperti Amerika Serikat mencapai 9300 jiwa, AKI di negara berkembang 230 per 100.000 kelahiran hidup dan AKI di negara maju 16 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Asia Timur 33 per 100.000 kelahiran hidup, Asia Selatan 190 per 100.000 kelahiran hidup, Asia Tenggara 140 per 100.000 kelahiran hidup dan Asia Barat 74 per 100.000 kelahiran hidup .2 1 2 Terdapat penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.3 Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukan bahwa kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah cukup menyedihkan apabila melihat peningkatan jumlah kasus dalam lima tahun terakhir. Jumlah kasus kematian ibu di Jawa Tengah berturut-turut pada periode 2010-2014 adalah 611 kasus, 668 kasus, 675 kasus, 668 kasus dan 711 kasus. Puncak angka kematian ibu di Jawa Tengah terjadi tahun 2014 dengan jumlah kematian ibu sebanyak 126 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH). 3 Berdasarkan data Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2015 sebanyak 35 kasus dari 27.334 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 128,05 per 100.000 KH. AKI terus mengalami lonjakan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu 107,95 per 100.000 KH pada tahun 2013, dan 122,25 per 100.000 KH pada tahun 2014. Jika dilihat dari jumlah kematian Ibu, juga terdapat peningkatan yaitu 33 kasus pada tahun 2014 menjadi 35 kasus di tahun 2015 dan 32 kasus di tahun 2016. 4 BKKBN menerangkan angka kematian ibu melahirkan terus mengalami peningkatan dibanding periode tahun 2000. Sekarang AKI pada saat persalinan berjumlah 359 per 100.000 kelahiran selamat. Berarti terdapat AKI di setiap 1,5 jam meninggal karena melahirkan. 6 3 Dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDG’s) angka kematian ibu menjadi salah satu indikatornya. AKI menjadi indikator ke-3 dalam SDG’S yaitu kesehatan yang baik dan kesejahteran dan pada tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 KH.7 Definisi kesehatan ibu dan anak Menurut WHO adalah kesehatan perempuan saat masa kehamilan, masa persalinan, dan pasca melahirkan. Pengertian kesehatan ibu dan anak, ini meliputi, kesehatan keluarga berencana, prakonsepsi, kehamilan, dan perawatan postnatal. Dasar kesehatan ibu dan anak lebih diutamakan dalam pelayanan umum, bagi perempuan, anak-anak dan beserta keluarga.8 Menurut Azwar (1996) syarat-syarat dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan, pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar, pelayanan kesehatan yang mudah dicapai, pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan pelayanan kesehatan yang bermutu.9 Pemerintah membentuk berbagai upaya untuk menurunkan AKI dengan membentuk program Puskesmas PONED di tiap Kota dan Puskesmas yang ditunjuk sebagai Puskesmas PONED adalah yang memiliki fasilitas rawat inap sarana dan prasarana yang memadai untuk masyarakat. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) ialah pelayanan untuk penanggulangan kasus gawat darurat obstetri dan neonatal yang diantaranya ibu hamil, ibu bersalin atau nifas dengan komplikasi obstetri yang mengancam jiwa ibu maupun janinnya. Sasaran pelayanan kegawatdaruratan diperkirakan 28% dari total keseluruhan ibu hamil. 4 Tetapi komplikasi yang dapat mengancam nyawa ibu bisa muncul secara tibatiba tidak selalu bisa diprediksi sebelumnya, oleh karena itu ibu hamil harus berada dekat pada sarana PONED. Agar dapat terpenuhinya kebutuhan pelayanan kegawatdaruratan di seluruh wilayah Kabupaten/Kota.10 Terdapat 6 Puskesmas di Kota Semarang dengan status Puskesmas mampu PONED, yaitu Puskesmas Puskesmas Halmahera, Puskesmas Bangetayu, Puskesmas Ngesrep, Gunungpati Puskesmas Mijen dan Puskesmas Mangkang. Puskesmas mampu PONED dengan sarana pertolongan persalinan yang lengkap dan diutamakan Puskesmas yang memiliki tempat perawatan serta Puskesmas dengan ruang rawat inap.1,2 Puskesmas Bangetayu merupakan Puskesmas mampu PONED yang terpilih menjadi salah satu Puskesmas PONED sejak tahun 2014 berada di Wilayah Semarang Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Demak dengan mayoritas penduduk menengah ke bawah. Dengan adanya hal ini Puskesmas Bangetayu menjadi pilihan utama masyarakat dalam pelayanan rawat inap. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah pasien rawat inap selama tahun 2016 sebanyak 510 pasien.11 Berdasarkan data di atas, penelitian terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas mampu PONED di Kota Semarang sangat diperlukan dan dilaksanakan supaya pelayanan yang kurang baik dan sarana prasarana yang belum memenuhi standar dapat dievaluasi supaya pelayanan dengan mutu yang baik dapat dilaksanakan. 5 Dengan melihat kondisi lapangan serta dengan di dukung informasi yang Peneliti dapat bersumber pada masyarakat di wilayah Puskesmas PONED Kota Semarang, maka untuk menyingkapi hal tersebut peneliti akan mengangkat permasalahan ini ke dalam penelitian ilmiah. Judul yang diangkat adalah: “Analisa Persyaratan Pelayanan Puskesmas PONED dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang” B. Rumusan Masalah Bagaimana Persyaratan Pelayanan Puskesmas Poned dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendeskripsikan pelayanan puskesmas PONED menurut syarat pelayanan kesehatan. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan. b. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar. c. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang mudah dicapai. d. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau. e. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang bermutu. 6 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini mengarah pada aspek berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teori hasil penelitian diharapkan mampu menambah bukti empiris mengenai bagaimana pelayanan PONED terhadap kesehatan ibu sehingga AKI dapat diturunkan. 2. Mahasiswa Penelitian ini berguna untuk bahan wacana pembelajaran bagi mahasiswa dapat menambah dan memperluas wawasan juga sebagai sarana mengaplikasikan ilmu mengenai pelayanan PONED terhadap kesehatan ibu. 3. Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan penelitian sejenis dan berkelanjutan mengenai pemannfaatan pelayanan Puskesmas PONED terhadap kesehatan ibu selain menambah wawasan ilmu pada Program Studi Kesehatan Masyarakat khususnya dalam peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK). 7 E. Keaslian Penelitian Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dalam penelitian ini dan menjadi dasar dari keaslian penelitian ditampilkan pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti 1 Judul Penelitian Metode dan Tahun Penelitian Lusia Atilda Faktor-Faktor Pattitianakotta yang Berhubungan dengan Rujukan Kasus Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal oleh Bidan Desa ke Puskesmas Poned di Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2012 Variabel dependen : Rujukan kasus kegawatdaruratan obstetri neonatal ke Puskesmas PONED Variabel Independen : Pendidikan, Pengetahuan tentang Puskesmas PONED, Pengetahuan tentang kegawatdaruratan obstetri neonatal dan sistem rujukan Analisis Data : Analisi univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square Hasil Penelitian Faktor yang berhubungan dengan rujukan kasus kegawatdarurat an obstetri neonatal ke Puskesmas PONED adalah pengetahuan, sarana dan prasarana, waktu tempuh dan dukungan keluarga.12 8 No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode dan Tahun Penelitian Hasil Penelitian 2 M. Ichsan Mustain, Alimin Maidin, Rini Anggraeni Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) Di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar Tahun 2013 Penelitian kualitatif pendekatan deskriptif (explanatory research) analisis data menggunakan content analysis disajikan dalam bentuk naratif Sarana dan prasarana lengkap, standar operasional prosedur pelayanan obstetric dan neonatal telah terpasang, sosialisasi tentang program PONED berjalan baik, sistem rujukan sesuai dengan alur, pencatatan pelaporan dibuat khusus untuk program PONED.13 3. Amrillah, Valentina Ayumy Fortunita Mia Analisis sistem pelayanan PONED di Puskesmas Sitanggal Kabupaten Brebes 2016 Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam Dalam pelaksanaan sistem PONED, dari aspek input belum ada ketegasan aturan serta belum ada SOP yang terpasang di PONED sebagai acuan, masih terjadi kekurangan jumlah petugas, masih merangkap sebagai 9 No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode dan Tahun Penelitian Hasil Penelitian karyawan Puskesmas, keadaan sarana dan prasarana belum mendukung terlaksananya PONED. Dari aspek proses, tidak ada dokumen tertulis tentang pengorganisa sian di PONED,masi h ada petugas yang tidak mematuhi aturan, komitmen petugas masih sulit, tidak ada dokumen pelaporan yang lengkap tentang pelaksanaan PONED di DKK.14 4 Arwiah , Ema Faktor faktor Al Asiry, Irfan yang Idris mempengaruhi pelaksanaan poned di puskesmas poned wilayah kota makassar 2016 Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan informan sebanyak 21 yang merupakan Tim Poned, yang diambil melalui pertimbangan peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Puskesmas PONED bahwa sarana/prasar ana sudah cukup memadai karena adanya bantuan dari pemerintah dan Dinas kesehatan namun pada 10 No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode dan Tahun Penelitian Hasil Penelitian PKM Minasa Upa, PKM Jumpandang Baru, dan PKM Pattingalloang ada beberapa alat yang tidak tersedia. Pada puskesmas Batua dan puskesmas Pattingaloang masih mengeluhkan tenaga sopir ambulance yang hanya satu dan tidak 24 jam siap. Tidak ada dana operasional khusus untuk kegiatan PONED di Puskesmas PONED, Sistem rujukan dari pelayanan swasta ke semua Puskesmas PONED mengalami peningkatan walaupun tidak maksimal dikarenakan pihak swasta langsung merujuk ke rumah sakit karena 11 No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode dan Tahun Penelitian Hasil Penelitian puskesmas PONED dekat dengan daerah pekotaan. Dari segi SDM jumlah Tim PONED perlu ditambah dan pelatihan. Kesimpulannya yaitu Puskesmas BaraBarayya, Jumpandang Baru, Mamajang, Minasa Upa, Batua, KassiKassi, dan Pattingaloang sudah mampu PONED baik dari SDM, sarana prasarana dana dan sistem rujukan.15 5. Sri Tanjung Rejeki¹, Muhammad Akhyar², Supriyadi Hari R³ Pelaksanaan Program Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) di Puskesmas Kabupaten Tegal 2017 Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode evaluasi CIPP (context, input, process, product yang dikemukakan oleh Stufflebeam & Shinkfield). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen Pelaksanan Program PONED dari aspek konteks yang terdiri dari kebijakan dan tujuan dari puskesmas PONED sudah sesuai, sumber daya manusia sudah memadai namun perawat belum 12 No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode dan Tahun Penelitian Hasil Penelitian di dilibatkan dalam puskesmas PONED, dokter belum mengikuti pelatihan USG, belum adanya dana khusus untuk pelaksanaan puskesmas PONED, ketersedian fasilitas sudah memadai, struktur organisasi hanya satu puskesmas yang masih bergabung dengan puskesmas rawat jalan. Dari aspek input yang terdiri dari upaya peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan dan driil emergensi sudah dilakukan dengan baik, upaya peningkatan Sarana dan prasarana di rencanakan di awal tahun dalam perencanaa awal. 13 No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode dan Tahun Penelitian Hasil Penelitian Dari aspek proses yang terdiri dari pelayanan puskesmas PONED sudah sesuai dengan SOP, petugas sudah melaksanaka n tugas sesuai dengan job description, Kerjasama lintas sektoral dan program sudah berjalan baik, belum menggunakan skor Poedji Rochyati dalam deteksi dini ibu risiko tinggi faktor penghambat dari segi biaya yaitu pengklaiman BPJS sangat lama, kesadaran masyarakat masih kurang.16 14 Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah tentang yang pelayanan kesehatan di Puskesmas PONED sedangkan perbedaannya dimaksud adalah faktor apa saja yang mempengaruhi ibu dalam pemanfaatan pelayanan Puskesmas PONED Perbedaan yang lain adalah subjek penelitian jika penelitian terdahulu adalah Tim PONED (dokter, bidan, perawat) sedangkan penelitian sekarang adalah ibu nifas di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini termasuk dalam kajian di bidang Manajemen Kesehatan. 2. Lingkup Materi Materi ini merupakan analisa pelayanan Puskesmas PONED dalam kesehatan ibu di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. 3. Lingkup Metode Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. 4. Lingkup Sasaran Sasaran dalam penelitian ini yaitu bagi ibu nifas yang telah memanfaatkan pelayanan di Puskesmas PONED. 5. Lingkup Lokasi Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas BangetayuSemarang. 6. Lingkup Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan Bulan Mei 2017. 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Puskesmas PONED 1. Pengertian Adalah Pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk (PONED) di tingkat Puskesmas. Kunci keberhasilan PONED adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang handal. Selain itu kurangnya pengetahuan dan sikap ibu hamil juga dapat mempengaruhi keberhasilan adanya Puskesmas PONED. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran dari setiap ibu hamil dalam memperoleh informasi yang baik tentang Pelayanan Puskesmas PONED.17 2. Langkah-Langkah Persiapan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Mampu PONED. Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED Kementrian Kesehatan RI 2013, langkah-langkah peningkatan puskesmas menjadi puskesmas mampu PONED adalah sebagai berikut: 1) Pengumpulan dan analisis data umum Apabila dinilai bahwa belum semua Puskesmas yang ditetapkan sebagai Puskesmas mampu PONED berfungsi dengan baik, atau bila di Kabupaten bersangkutan belum tercapai minimal 4 Puskesmas rawat inap yang sudah difungsikan dengan baik sebagai Puskesmas mampu PONED, maka Dinas Kesehatan kabupaten harus: 14 15 a. Memetakan wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sekaligus memberi gambaran tentang: a) Kondisi geografis, lingkungan wilayah, pemetaan/batas wilayah kerja Puskesmas/ batas administratif Kecamatan. b) Sarana, prasarana dan jalur transportasi dalam wilayah, untuk mendukung pelaksanaan rujukan. c) Keberadaan fasilitas kesehatan dalam peta fasyankes di wilayah Kota: Puskesmas, Dokter Praktik Swasta, Klinik Pratama, Puskesmas mampu PONED,Klinik Pratama mampu PONED, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, RS mampu PONEK dll, dalam jumlah dan persebaran lokasinya. d) Sarana, prasarana, SDM, kemampuan pelayanan, dari masing-masing fasyankes tersebut diatas. e) Puskesmas yang letaknya strategis terhadap Puskesmas di sekitarnya, yang dapat dikembangkan menjadi pusat rujukan-antara atau pusat rujukan regional wilayah Kota. f) Regionalisasi sistem rujukan medik wilayah Kabupaten/Kota dan berfungsinya regionalisasi tersebut. g) Data Puskesmas yang letaknya terpencil dan sulit untuk mengakses RS PONEK terdekat, maupun rujukan regional Puskesmas mampu PONED terdekat. 16 b. Data Jumlah Penduduk di setiap wilayah Puskesmas dirinci menurut: a) Kelompok umur, berdasarkan kepentingan sasaran program b) Jenis kelamin c) Jumlah rumah tangga d) Jumlah WUS dan PUS c. Data keberadaan Mitra Mitra yang dapat diperankan sebagai penggerak demand target sasaran dan keluarga, untuk memanfaatkan pelayanan PONED yang tersedia menurut kebutuhannya, antara lain: a) Lintas Sektor di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan/ Puskesmas b) LSM, Organisasi Profesi Kesehatan c) Media massa (cetak, elektronik) d) Masyarakat dalam wadah UKBM yang dapat berperan dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) e) Swasta, Badan Usaha, Penyandang dana lainnya (donor agency) 17 Pemd a DPR/ D Organisa si profesi LSM Lintas sektor PL Airbersih rmh sht Sarkes Swast a GIZI Donor P2M Pencapaian indikator MDG’s PPJK Binf er SDM BUK R Litban g BUKD Promke Gambar 2.1 Diagram Data Keberadaan Mitra d. Data tentang dukungan kebijakan dan sumber daya dari PEMDA dan DPRD Upaya-upaya kesehatan dan gerakan para mitra akan lebih berhasil apabila juga mendapatkan dukungan politis serta sumberdaya dari Pemerintah Daerah dan DPRD, khususnya dari tingkat Kabupaten/Kota: a) Peraturan Daerah Kabupaten b) Peraturan Daerah Provinsi 18 c) Peraturan Bupati d) Peraturan Gubernur e) APBD Kabupaten, khususnya untuk PONED dan yang terkait dengannya f) APBD Provinsi 2) Pengumpulan dan analisia data khusus a. Data sumberdaya, per unit Fasilitas Pelayanan Tingkat Dasar/ Puskesmas: a) Fisik gedung tempat pelayanan b) Fasilitas untuk pelayanan rawat jalan c) Fasilitas untuk pelayanan rawat inap serta tindakan medis dalam PONED d) Peralatan medis, non medis dan penunjang untuk PONED e) Sarana transportasi rujukan (Ambulan rujukan) f) Sarana komunikasi rujukan: Telephon, HP, Perangkat sistem rujukan Radio medik, e- Rujukan, dan lainnya g) Keberadaan Tim Teknis Pelaksana PONED yang sudah terlatih dan kompeten dalam PONED h) Dana operasional penyelenggaraan PONED dan sumber dananya b. Data cakupan pelayanan program KIA-Gizi pada sasaran maternal dan neonatal, yang dilayani sesuai standar dan pemetaannya menurut wilayah kerja/ target sasaran yang ditetapkan (PWS dll). 19 c. Data perhitungan/prediksi jumlah kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi dari wilayah kerja masing-masing berupa target penemuan, cakupan penemuan, besaran masalah kesehatan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi yang dihadapi daerah, serta kebutuhan PONED untuk masing-masing wilayah kerja/ tanggung jawab Puskesmas/ Fasyankes Tingkat Dasar mampu PONED. d. Data tentang kesenjangan pemenuhan kebutuhan PONED Menurut peta wilayah masalah/kendalanya, sekaligus dari latar aspek belakang fisik/geografi, transportasi,manajemen, dan sebagainya. e. Jumlah kasus kematian obstetri dan neonatal di Kabupaten/Kota, menurut wilayah tanggung-jawab Puskesmas dan sumber informasinya. f. Hasil surveillance masalah yang berkaitan dengan kesehatan maternal dan neonatal. 3) Pengumpulan data Puskesmas mampu PONED/ Calon Puskesmas mampu PONED a. Data Lokasi a) Letaknya: Strategis terhadap Puskesmas non PONED di sekitarnya. b) Merupakan jejaring sistem rujukan dalam fungsinya sebagai pusat rujukan antara/regional dan RS 20 c) Waktu tempuh/ jam dari masing-masing Puskesmas non perawatan dalam jejaringnya ke Puskesmas mampu PONED d) Waktu tempuh menuju RS rujukan PONEK terdekat sekitar 2 jam e) Merupakan Puskesmas terpencil dari semua fasilitas kesehatan yang ada (khusus daerah terpencil) b. Data Fasilitas a) Puskesmas mempunyai fasilitas rawat inap atau terbatas hanya fasilitas rawat inap untuk persalinan b) Kemampuan menyelenggarakan pelayanan rawat inap (umum dan persalinan) c) Ketersediaan alat kesehatan PONED set d) Ketersediaan sarana/ prasarana penunjang berkaitan dengan PONED e) Ketersediaan obat dan bahan habis pakai berkaitan dengan PONED c. Data Administrasi a) SK Bupati / Walikota tentang penetapan Puskesmas mampu PONED b) SK Dinas Kesehatan, tentang Penetapan Tim Teknis dan Tim Pendukung Puskesmas mampu PONED c) MoU pelaksanaan rujukan, antara Puskesmas dengan Fasyankes Rujukan atau RS mampu PONEK terdekat, tentang rujukan dan pembinaan teknis 21 d) MoU/ kontrak penyelenggaraan PONED antara Puskesmas dengan BPJS, Asuransi Kesehatan lainnya, untuk Puskesmas dengan persyaratan tertentu 4) Penyusunan rencana peningkatan fungsi Puskesmas mampu PONED atau calon Puskesmas mampu PONED. Dalam upaya merencanakan perbaikan, peningkatan, pemantapan dan pengembangan fungsi Puskesmas mampu PONED/ Calon Puskesmas mampu PONED, Dinas Kesehatan perlu membahas kembali bersama: a. Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator Puskesmasuntuk mendiskusikan: a) Masalah dan hambatan dalam pelaksanaan program yang berkaitan dengan kesehatan Ibu dan Anak dari berbagai aspek: 1. Ketersediaan Sumberdaya: (1) Ketersediaan, kemampuan dan kualitas SDM kemampuan dan kualitas SDM kesehatan termasuk SDM Kesehatan yang sudah terlatih Manajemen Puskesmas, PONED, PP GDON, Manajemen Asfiksia, Manajemen BBLR, dan lain-lain. (2) Ketersediaan fasilitas pelayanan dan pendukungnya (alat medis, non medis, obat dan bahan habis pakai, ruangan, ambulan dll) (3) Ketersediaan perangkat teknologi komunikasi dan informasi 22 (4) Dana operasional pelayanan, perawatan, pendukung pelayanan terkait PONED, dll 2. Pelaksanaan pelayanan dan rujukan kasus obstetri dan neonatal serta masalah/ hambatannya pada tingkat: (1) Masyarakat (UKBM: Posyandu, Polindes/Poskesdes, Desa Siaga) (2) Puskesmas non PONED (3) Puskesmas mampu PONED (4) RS non PONEK (5) RS PONEK 3. Pembinaan untuk Puskesmas mampu PONED,Calon Puskesmas mampu PONED, dan Non PONED, dalam aspek: (1) Pembinaan Teknis oleh Organisasi Profesi yang dikoordinir oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/kota (2) Pembinaan Teknis oleh RS PONEK yang dikoordinir oleh Dinas Kesehatan Kabupaten (3) Pembinaan Operasional dan Administrasi Manajemen PONED oleh Dinas Kesehatan dan BPJS (4) Pembinaan oleh Biro Keuangan Pemda tentang Pola Pengelola PPK-BLUD1 atau tim PPK-BLUD pemerintah daerah . 23 b) Kebutuhan dukungan dalam upaya perbaikan dan peningkatan fungsi penyelenggaraan: 1. Pelayanan KIA umumnya 2. PONED dan Rujukan PONED 3. Rujukan ke RS PONEK dan aspek pelayanannya c) Usulan/rencana pengembangan PONED dan pemantapan fungsi sistem rujukannya, untuk : 1. Lingkup regional dalam kabupaten, dengan pusat rujukannya adalah Puskesmas mampu PONED (Area sistem rujukan dalam cluster PONED) 2. Lingkup wilayah Kabupaten, dengan pusat rujukannya Rumah Sakit PONEK. b. Bersama Mitra kerja terkait dan pihak-pihak berkepentingan lainnya malakukan pembahasan masalah dan menyusun rencana perbaikan/peningkatannya melalui forum District Team Problem Solving (DTPS), antara lain dengan: (1) Lintas Sektor terkait (2) LSM/Masyarakat Peduli (3) Swasta dan Penyandang dana lainnya (4) Organisasi masyarakat: PKK, Dasa wisma, Muslimat, Aisyah, Kepemudaan (5) Media Massa: Cetak dan Elektronik (Pemred/ Wartawan: Surat Kabar Daerah, Majalah Daerah,Radio Daerah, TV Lokal, dll) 24 c. Bersama Penentu Kebijakan dan Pengambil Keputusan serta Para Pemangku Kepentingan: (a) Mendapatkan dukungan kebijakan dan sumberdaya, dari: a) Bupati , sebagai penanggung-jawab tercapainya target MDGs Kabupaten b) DPRD Kabupaten, sebagai wakil rakyat yang memperjuangkan kepentingan masyarakat, khususnya bidang kesehatan (b) Melibatkan para pemangku kepentingan, untuk realisasi operasional: a) Bappeda Kabupaten, pengusulan operasional berhubungan anggaran dan dengan pengembangan, pemeliharaan, baik untuk Puskesmas mampu PONED yang sudah ada maupun calon Puskesmas mampu PONED b) Rumah Sakit rujukan spesialistik/Rumah Sakit PONEK untuk rencana pengembangan sistem rujukan dan pembinaan teknis PONED c) Organisasi Profesi: IBI, PPNI, IDI, POGI, IDAI,IAKMI d) BKKBN atau sektor yang membidangi program KB dan kependudukan untuk upaya-upaya yang terkait dengan program KB dan penggerakan demand sasaran 25 5) Penyusunan Implementasi pengembangan fungsi Puskesmas mampu PONED/calon Puskesmas mampu PONED a. Persiapan Pengembangan Fungsi Puskesmas mampu PONED: (1) Menyusun rencana pemantapan fungsi Puskesmas mampu PONED yang ada a) Menetapkan Puskesmas sebagai calon Puskesmas mampu PONED yang akan dikembangkan b) Menyusun rencana pengembangan Puskesmas Calon Puskesmas mampu PONED dengan tahapannya (2) Mempersiapkan pemantapan fungsi Puskesmas mampu PONED yang sudah ada dan realisasi pengembangan fungsi Puskesmas menjadi Puskesmas mampu PONED, sesuai dengan tahapannya : a) Melengkapi kebutuhan sumberdaya (SDM, alat medis dan non medis, obat dan bahan habis pakai, ruangan, ambulan, biaya operasional dan pemeliharaan, dll) sesuai kebutuhan b) Melatih ulang SDM yang ada dan melatih baruSDM yang diperlukan c) Melakukan pembinaan teknis, manajemen, serta keuangan administrasi dan 26 b. Menetapkan realisasi sesuai dengan rencana dan tahapannya: a) Memantapkan fungsi Puskesmas mampu PONED yang sudah ada b) Mengembangkan Puskesmas yang dipilih untuk menjadi Puskesmas mampu PONED. 6) Penyusunan Indikator Kinerja Penyelenggaraan PONED. Keberhasilan penyelenggaran Puskesmas mampu PONED diukur berdasarkan rencana dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. a. Indikator Persiapan Puskesmas Mampu PONED: a) Adanya Tim Terlatih PONED bersertifikat dan kompeten b) Adanya Tim Pendukung PONED c) Tersedianya sarana, prasarana dan peralatan sesuai standar d) Tersedianya ruangan untuk: penerimaan pasien, pemeriksaaan, pelayanan/tindakan dan perawatan di fasilitas rawat inap untuk ibu dan bayinya e) Tersedianya sarana transportasi rujukan dengan kelengkapannya f) Tersedianya alat komunikasi dan informasi g) Tersusunnya rencana kegiatan yang disusun melalui pertemuan LP dan LS, dalam forum DTPS, yang disertai indikator pencapaiannya h) Tersedianya memadai biaya operasional dalam jumlah yang 27 i) Adanya SPO yang disusun Tim PONED dan ditandatangani oleh Kepala Puskesmas, dan sudah dikonsultasikan kepada POGI dan IDAI setempat j) Adanya MoU antara RS PONEK/RSSIB dengan Dinas Kesehatan Kabupaten, tentang Pembinaan Teknis PONED oleh RS PONEK, secara berkala dan teratur. b. Indikator untuk mengukur Kinerja Puskesmas mampu PONED: a) Cakupan pasien yang dirujuk dari masing-masing wilayah kerja Puskesmas yang tercakup dalam kluster regional sistem rujukan b) Cakupan pasien yang dapat ditangani di Puskesmas mampu PONED sesuai kewenangannya c) Cakupan pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit PONEK, melalui Puskesmas mampu PONED d) Jumlah Rujukan Balik pasien emergensi/komplikasi dari RS PONEK ke Puskesmas (Puskesmas mampu PONED dan atau Puskesmas jejaring) e) Jumlah kasus yang dirujuk balik dari Puskesmas mampu PONED Sesuai dengan perkembangan kemampuan Puskesmas dalam PONED, indikator penilaian kinerja PONED harus semakin diperluas dan dirinci lebih detail. 28 3. Langkah-langkah penetapan Puskesmas mampu PONED menurut Kementrian Kesehatan 2013. A. Manajemen penyusunan rencana penetapan puskesmas mampu poned a. Langkah Pertama : Dinas Kesehatan kabupaten/kota Memilih Puskesmas rawat inap yang ada di wilayahnya untuk dikembangkan menjadi Puskesmas mampu PONED Dinas kesehatan memilih Puskesmas rawat inap yang ada di wilayahnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan tindakan mengatasi kegawat-daruratan, sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya serta dilengkapi dengan sarana prasarana yang dibutuhkan. (2) Adanya komitmen dari para stakeholder yang berkaitan dengan upaya untuk memfungsikan Puskesmas mampuPONED (3) Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi dalam satu regional wilayah rujukan b. Langkah Kedua : Memperhitungkan jumlah pasien yang akan dilayani Memperhitungkan prakiraan jumlah pasien yang akan dilayani Contoh : Jumlah penduduk Puskesmas I (sebagai Puskesmas/calon Puskesmas mampu PONED) adalah 29.200 orang, PuskesmasPuskesmas II, III dan IV, sebagai Puskesmas Non PONED, 29 dengan jumlah penduduk masing-masing: 16.400 orang, 17.450 orang, dan 18.350 orang, sehingga jumlah penduduk ke-4 Puskesmas sebanyak: 81.400 orang. Bila Angka CBR Kabupaten bersangkutan: 1,9%; berapa prakiraan jumlah pasien emergensi/ komplikasi yang akan dirujuk ke Puskesmas mampu PONED dan dilayani tuntas atau dirujuk ke Rumah Sakit ? 30 Tabel 2.1 Prakiraan Jumlah Pasien yang Akan dilayani/dirurjuk di Puskesmas mampu PONED No. Puskesmas Jml pendk Sasaran ibu hamil Jumlah Maternal dengan EM/KOMP Perlu dirujuk ke PONED Sasaran neonatus Ditangani/ Rujuk ke Tangani PONED Rujuk rumkit Jumlah Neonatal dengan EM/ KOMP Perlu dirujuk ke PONED Ditangani / rujuk ke Tangani PONED Rujuk rumkit A B C D E F G H I J K L M 1 Pusk PONED 29.200 610 92 46 23 23 583 88 44 22 22 2 Pusk. I 16.400 343 52 26 13 13 327 49 25 12 12 3 Pusk.II 17.450 365 54 27 14 14 348 52 26 13 13 4 Pusk.III 18.350 384 58 29 14 15 366 55 28 14 14 Total 81.400 1.702 256 128 65 65 1.624 244 123 61 61 31 *) Kasus emergensi neonatal 80% dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar yang berkualitas sesuai standar, 20% perlu mendapatkan pelayanan rujukan yang berkualitas Keterangan : • Sasaran ibu hamil (D)diperoleh dari CBR x 1,1 x jumlah penduduk ( C ) (CBR bisa didapat dari BPS kabupaten) • EM/KOMP ( E ) didapatkan dari 15% dari sasaran ibu hamil • Sasaran Neonatus ( I ) diperoleh dari CBR x 1,05 x jumlah penduduk • EM/KOMP ( J ) neonatus diperoleh dari 15% x sasaran neonatus Berikut adalah penjelasan tentang cara menghitung untuk mendapatkan angka-angka di tabel 2 untuk prakiraan pasien yang memerlukan pelayanan dan tindakan di Puskesmas mampu PONED : a) Maternal dengan kondisi emergensi/komplikasi 1: 1) Prakiraan jumlah maternal dengan emergensi/komplikasi di Puskesmas mampu PONED termasuk dari Puskesmas sekitarnya, ± 256 orang: 15% x (11/10 x CBR) x (29.200 + 16.400 + 17.450 + 18.350) = 256 orang 2) Prakiraan ± 50% jumlah maternal dengan kondisi emergensi/komplikasi dari 4 Puskesmas tersebut, yang perlu dirujuk ke Puskesmas mampu PONED, diperkirakan ± 128 orang. (dilihat pada tabel 1 kolom F) 3) Prakiraan ± 50% dari jumlah maternal yang dirujuk ke Puskesmas mampu PONED, dapat tuntas dilayani: ± 65 orang (dilihat pada tabel 1 kolom G) 32 4) Prakiraan ± 50% dari jumlah maternal yang dirujuk ke Puskesmas mampu PONED, perlu dirujuk ke RS PONEK dengan persiapan, ± 65 orang (dilihat pada tabel 1 kolom H) Keterangan : poin ke 2,3 dan 4 prakiraan persentase jumlah maternal dapat berubah sesuai dengan kebijakan yang ada. b) Neonatal dengan komplikasi/emergensi:2 1) Prakiraan jumlah neonatal dengan emergensi/komplikasi di Puskesmas mampu PONED dan Puskesmas sekitarnya: 15% x (CBR) x (29.200 + 16.400 + 17.450 + 18.350) = 244 orang. 2) Prakiraan ±50% jumlah neonatal dengan emergensi/ komplikasi dari 4 Puskesmas tersebut, yang perlu dirujuk ke Puskesmas mampu PONED: ±123 orang. (dilihat pada tabel 1 kolom K) 3) Prakiraan ±50% dari jumlah neonatal yang dirujuk ke Puskesmas mampu PONED dapat tuntas dilayani: ±61 orang (dilihat pada tabel 1 kolom L) 4) Prakiraan ±50% dari jumlah neonatal yang dirujuk ke Puskesmas mampu PONED, perlu dirujuk ke RS PONEK dengan persiapan: ± 61 orang (dilihat pada tabel 1 kolom M) Keterangan : poin ke 2,3 dan 4 prakiraan persentase jumlah neonatal dapat berubah sesuai dengan kebijakan yang ada. Dari prakiraan jumlah kunjungan tersebut, maka Tim Tenaga Kesehatan yang bertanggung-jawab dalam pelayanan klinis PONED di Puskesmas, perlu menilai jumlah kunjungan/ rujukan kasus emergensi/komplikasi dan penanganannya di Puskesmas mampu PONED dan jumlah yang dirujuk ke RS mampu PONEK/RSSIB, dibandingkan dengan prakiraan yang 33 diperhitungkan. Sekaligus pula Puskesmas mampu PONED harus memberikan umpan-balik kepada Puskesmas di sekitarnya, tentang jumlah kasus emergensi/komplikasi yang dirujuk ke Puskesmasnya. 3. Langkah ketiga : Mempersiapkan kebutuhan sumberdaya kesehatan yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan PONED. Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, harus dapat menggali potensi-potensi sumberdaya khususnya SDM dengan perannya masingmasing, termasuk potensi para mitra kerja yang berada di wilayah kerja Puskesmasnya. Proses ini dapat dilakukan melalui Lokakarya Mini, baik yang diselenggarakan di Puskesmas maupun di tingkat Lintas Sektor. Penyiapan tenaga yang berperan dalam PONED di Puskesmas melalui pertemuan Lokakarya Mini Puskesmas. Perhitungan kebutuhan tenagatenaga dimaksud tidak dapat secara tegas dipisahkan dari kebutuhan pelayanan rawat inap lainnya, kecuali untuk kebutuhan Tim Inti PONED. Kebutuhan tenaga diperhitungkan berdasarkan beban kerja yang dihadapi dalam rangka mencakup pelayanan kasus yang seharusnya datang dilayani dan atau dirujuk melalui Puskesmas mampu PONED. Langkah-langkah untuk Mempersiapkan tenaga Puskesmas : (1) Menyiapkan Tim Kesehatan, terdiri atas: (a) Tim Inti sebagai pelaksana PONED: • Bila tenaga dalam Tim Inti tersebut pindah tugas, Dinas Kesehatan wajib untuk menggantikan dengan tenaga kesehatan (dokter, Bidan, dan Perawat) terlatih PONED melalui pelatihan atau rekrutmen tenaga kesehatan terlatih. 34 • Tim Inti PONED harus tinggal di kompleks Puskesmas, bila kondisi tidak memungkinkan bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi Puskesmas • Petugas yang berperan sebagai pengganti anggota Tim Inti Puskesmas mampu PONED yang pindah, atau karena kebutuhan tambahan juga harus mengikuti pelatihan. • Apabila kompetensi anggota Tim hasil pelatihan dirasa belum cukup (dari hasil monitoring dan evaluasi pelayanan), maka Dinas Kesehatan kabupaten/kota bersama RS PONEK dapat mengatur jadwal Tim Inti PONED magang di RS, dilanjutkan pembinaan berkala penyelenggaraan PONED, secara teknis oleh RS PONEK dan manajemen dari Dinas Kesehatan Kabupaten. • Tim Inti PONED terlatih dan bersetifikat, selanjutnya akan mendapat Surat Penugasan sebagai Tim Inti PONED oleh Kepala Dinas Kesehatan. Dalam Surat Penugasan tersebut harus disertai dengan uraian tugas, hak, wewenang dan tanggungjawabnya. (b) Tim Pendukung: • Untuk terselenggaranya PONED di Puskesmas dengan baik, diperlukan tenaga-tenaga kesehatan pendukung. Kepala Puskesmas, dibantu Dinas Kesehatan Kabupaten meyiapkan calon tenaga pendukung PONED. Tenaga kesehatan pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang ditugaskan di ruang rawat inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas difasilitas rawat jalan 35 • Tenaga-tenaga kesehatan harus dapat memenuhi kriteria tertentu untuk menjadi calon tenaga pendukung PONED. • Kebutuhan tenaga kesehatan sebagai Tim Pendukung Terdiri dari Dokter umum (minimal 1-2 orang), Perawat D3 (minimal 5 orang), Bidan D3 (minimal 5 orang), Analis Laboratorium (1 orang) dan Petugas administrasi (minimal 1 orang) • Calon-calon terpilih sebagai tenaga pendukung (memenuhi kriteria) akan memperoleh peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam mendukung PONED, melalui: - Proses pengkayaan/enrichment PONED untuk perannya di bidang profesi masingmasing, melalui magang berkala di RS PONEK, - On the job training di Puskesmas bersama Tim Inti PONED, sehingga kemudian tenaga-tenaga tersebut dapat diperankan sebagai tenaga kesehatan pendukung penyelenggaraan PONED. • Setelah selesai mengikuti magang dan on the job training, akan diberi Surat Penugasan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai petugas pendukung dengan ditegaskan rincian: tugas, hak, wewenang dan tanggung-jawabnya. • Tenaga pendukung tetap bertugas di posisinya masing-masing, sedangkan penugasannya dalam PONED diatur terjadwal oleh Kepala Puskesmas. • Secara berkala bidan desa yang bertugas di desa dan perawat di Puskesmas pembantu dilibatkan dalam PONED di Puskesmas, 36 sekaligus memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya (c) Tim promosi kesehatan: Selain kemampuan Komunikasi Informasi Edukasi/ Komunikasi Inter Personal dan Konseling (KIE/KIPK) dan pemberdayaan masyarakat dengan difasilitasi Kepala Puskesmas, kemampuan tenaga promosi kesehatan ditingkatkan dalam bidang: • Pemasaran/marketing dan Public Relation (PR), sebagaimana pernah dikembangkan melalui program Safe Motherhood a Partnership and Family Approach (SMPFA). Untuk kemampuan tersebut diperlukan pelatihan tambahan. • Penggerak demand target sasaran (Ibu dan keluarganya) untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan obstetri dan neonatal terutama dalam kondisi emergensi/komplikasi sekaligus akan diperankan secara aktif sebagai tenaga pendukung PONED untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan. • Kemampuan menjalin kerjasama dengan mitramitra Puskesmas di wilayah kerjanya. (2) Menyiapkan Tenaga-tenaga non kesehatan sebagai penunjang pelayanan: Diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan di fasilitas perawatan, sebagai tenaga penunjang untuk kelancaran penyelenggaraan PONED di Puskesmas. Tenaga penunjang dimaksud antara lain berupa: (a) Petugas dapur (b) Petugas laundry 37 (c) Penjaga malam (d) Cleaning service (e) Pengemudi Ambulan 1 orang (bertugas bergantian dengan pengemudi Puskesmas keliling) 4. Langkah ke empat : Mempersiapkan bangunan fasilitas pelayanan rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas mampu PONED dan kelengkapan sarana dan prasarananya: 1) Bangunan perawatan Puskesmas mampu PONED, dan UGD Puskesmas mampu PONED harus mempunyai akses mudah dengan jalan masuk dari luar kompleks bangunan Puskesmas. 2) Pelayanan PONED agar dapat berfungsi dengan baik, maka pelayanan ANC, PNC, KB post partum di unit rawat jalan Puskesmas harus difungsikan dengan baik sebagai tindak lanjut pelayanan PONED. 3) Fasilitas rawat inap di Puskesmas yang dapat digunakan untuk PONED, adalah: a) Area tindakan yang berada di area terbatas (restrictive area), merupakan area tindakan secara umum yang dapat digunakan untuk tindakan kasus dalam PONED, berupa: (1) Ruang tindakan pasien untuk melakukan tindakan obstetri dan neonatal dengan kondisi emergensi/komplikasi tertentu yang boleh dilakukan di Puskesmas mampu PONED (2) Ruang bersalin tanpa perlu tindakan khusus (3) Ruang pemulihan (Recovery Room) pasca tindakan PONED dan tindakan lainnya, 38 (4) Ruangan untuk sterilisasi, penyimpanan dan penyiapan alat-alat kesehatan. (5) Ruang Spool-hock, dimana limbah cair dibuang/ dialirkan ke septic tank khusus, terpisah dari septic tank WC (6) Tempat cuci tangan dengan keran sikut dan sabun/desinfektans khusus (7) Ruang perawatan bayi baru lahir: (a) Disediakan untuk: • Bayi baru lahir pasca tindakan, • Bayi baru lahir dengan: BBLR, asfi ksia dan kondisi lainnya yang masih boleh dirawat di Puskesmas mampu PONED, namun perlu perawatan khusus (b) Ruang perawatan bayi mempunyai akses langsung dengan kamar perawat jaga. (c) Ruangan dilengkapi box bayi yang terpelihara dengan spesifi kasi khusus, kelengkapan dan jumlah sesuai kebutuhan. b) Ruang kerja sekaligus sebagai kamar jaga untuk perawat/bidan jaga (nurse station), dengan syarat: (a) Mempunyai akses langsung ke ruang perawatan bayi baru lahir dengan masalah. (b) Dilengkapi washtafel, kamar mandi dan WC untuk petugas, 39 (c) Ada ruang linnen, tempat menyimpan linnen siap pakai c) Ruang perawatan pasien: (1) Perawatan pasien rawat inap umum, tidak dibahas disini. (2) Ruang rawat persalinan dengan 4 tempat tidur dewasa dan 3-4 box bayi yang akan digunakan sebagai Ruang rawat gabung (rooming in) untuk ibu dan neonatal: (a) Diperkirakan ± 30% persalinan normal dari wilayah Puskesmas ditolong di Puskesmas, dan dirawat di ruang rawat gabung dengan hari rawat ± 3 hari, sisanya di polindes/poskesdes. (b) Ibu pasca tindakan, bila sudah memungkinkan dikeluarkan dari tempat pemulihan pasca tindakan, dirawat di ruang rawat gabung dengan hari rawat ±5 hari (c) Bayi dari ruang perawatan khusus, bila kondisinya sudah memungkinkan, dapat dirawat bersama ibunya di ruang rawat gabung (d) Ruang rawat sementara kasus obstetric/ maternal komplikasi untuk stabilisasi/pra rujukan yang dipersiapkan untuk dirujuk ke RS PONEK, diperkirakan perlu dirawat sementara ± 1 hari (3) Pantry, ruang penyiapan makanan pasien (4) Kamar mandi dan WC pasien di luar kamar 40 (5) Gudang tempat penyimpanan persediaan perlengkapan untuk ruang rawat. Gudang ini BUKAN tempat barang bekas. 4). Yang belum tersedia dalam standar bangunan yang ada adalah ruangan/fasilitas pendukung, berupa: (a) Tempat khusus penerimaan kasus rujukan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi, namun Puskesmas dapat mempergunakan UGD yang ada (b) Dapur sederhana dengan kelengkapan memasak (c) Ruang cuci/laundry, tempat jemur dan setrika linen untuk ruang rawat inap dan rawat jalan. (d) Tersedia kamar bagi petugas jaga (perawat dan pengemudi) (e) Garasi ambulan (f) Tempat petugas penjaga malam Puskesmas (Satpam). (g) Perumahan Petugas, bagi petugas inti Puskesmas mampu PONED d) Untuk daerah-daerah yang sulit transportasi, sebaiknya Pemda menambahkan bangunan sebagai tempat singgah, yang dapat menampung kasus maternal berisiko, untuk datang lebih awal ke Puskesmas mampu PONED, dan menginap beberapa hari disana menunggu saat persalinannya tiba, sehingga sewaktu-waktu terjadi masalah, dapat cepat tertangani ataupun dirujuk ke RS Rujukan/ PONEK. 41 5) Agar memberikan rasa nyaman bagi pengguna layanan dan pemberi layanan, maka bangunan fasilitas rawat inap di Puskesmas mampu PONED, fasilitas pendukung dan area lingkungannya, harus terawat dan tertata baik, rapi, bersih, nyaman dan aman serta memperhatikan sirkulasi udara disetiap ruangan. Untuk mewujudkannya dapat mengacu pada pedoman yang sudah diterbitkan sebelumnya 5. Langkah ke lima : Mempersiapkan peralatan untuk penyelenggaraan PONED 1) Peralatan sesuai standar dalam jenis dan jumlahnya, harus selalu tersedia dalam keadaan bersih atau dalam keadaan steril dan siap pakai, antara lain untuk kelengkapan di: a. Fasilitas rawat inap b. Ruang tindakan/persalinan c. UGD obstetri/neonatal atau UGD Umum, d. Peralatan standar KIA di ruang rawat jalan Puskesmas Pengelolaan (manajemen) peralatan dapat mengacu pada buku pedoman manajemen peralatan di Puskesmas. 2) Peralatan medis dan perawatan di fasilitas rawat jalan Ibu dan Bayi, UGD, Klinik KB, sebagai bagian peralatan yang tidak terpisahkan dari peralatan khusus PONED harus tersedia lengkap dan terpelihara baik dan siap pakai. 3) Peralatan penunjang medis sesuai standar. 4) Peralatan non medis sesuai standar, terdiri atas: a) Perlengkapan tempat tidur pemeriksaan ibu hamil, bayi, gynecologis bed di klinik KB, berada di fasilitas rawat jalan, 42 masing-masing dilengkapi dengan meja dan kursi untuk pemberi pelayanan. b) Perlengkapan di UGD, berupa beberapa tempat tidur periksa, dan kelengkapan penunjangnya, berada di fasilitas khusus UGD. c) Perlengkapan di area terbatas (restrictive area), berupa: (1) Tempat tidur operatif sederhana di Ruang Tindakan (2) Ginekologis bed di ruang persalinan (3) Tempat tidur dewasa di ruang pemulihan (4) Lemari alat-alat medis di ruang penyimpanan alat (5) Meja Mayo tindakan/persalinan, untuk di tempat ruang alat tindakan medis dan saat ruang persalinan (6) Meja-meja khusus untuk penempatan peralatan tertentu siap pakai di ruang tindakan, persalinan dan lainnya (7) Lampu tindakan/operasi, di ruang tindakan dan persalinan (8) Oksigen dan kelengkapannya d) Perlengkapan di Ruang Perawatan Bayi Khusus, didekat ruangan perawat jaga: (1) Diperlukan Box bayi baru lahir dengan masalah, dan dapat dirawat di Puskesmas atau dipersiapkan untuk rujukan RS: (a) Apabila diperkirakan bayi dengan masalah dirawat rata-rata 5 hari, dengan BOR 80%, maka 43 kebutuhan Box Bayi bermasalah sebanyak=(61 x 5)/(80% x 365)= 1,04 Box Bayi dengan perlengkapan khusus, (b) Bila bayi lahir dengan masalah perlu dirujuk, maka sebelum dikirim perlu dilakukan tindakan/stabilisasi prarujukan. Kebutuhan Box bayi untuk persiapan pra rujukan adalah =(61x1)/(80%x365)= 0,21 TT. Untuk ini disediakan Box bayi dengan perlengkapan khusus. (c) Bila ibu melahirkan dengan tindakan, bayi baru lahir perlu dirawat di ruang perawatan bayi (2-3) hari, kebutuhan box bayi= (65x2,5)/(80%x365)= 0,56 Box (2) Jumlah Box Bayi dengan perlengkapan khusus/inkubator di ruang khusus perawatan bayi menjadi (1,04+ 0,21+0,56) = 1,8 = 2 Box Bayi dengan perlengkapan khusus/inkubator, sedangkan box bayi biasa tetap disediakan (1-2) box Keterangan : angka prakiraan jumlah bayi yang bermasalah, ibu yang melahirkan dengan ti ndakan dapat dilihat dari tabel 1 e) Perlengkapan meubelair bagi tenaga kesehatan pemberi layanan di rawat inap termasuk PONED dalam melaksanakan tugasnya, berupa: (1) Meja tulis dan kursi, (2) Rak obat dan kulkas untuk penyimpanan obat 44 (3) Lemari untuk: ATK, Arsip, Dokumen (status, register rawat inap, surat- dan lainnya). f) Perlengkapan ruang perawatan, berupa: (1) Kebutuhan jumlah tempat tidur (TT) perawatan maternal: mengacu pada contoh perhitungan jumlah pasien yang perlu pelayanan kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi dengan prakiraan hari rawat ratarata 5 hari, Persalinan normal 3 hari, dan persiapan rujukan diperhitungkan menggunakan TT 1 hari, maka: (a) Persalinan normal kebutuhan TT Hari (OH) untuk ketiga kategori pasien maternal diperhitungkan sebagai berikut: • Dari wilayah Puskesmas, hanya 30% melahirkan di Puskesmas, dirawat selama 3 hari, membutuhkan hari rawat: (175 x 3)=525 OH. angka 175 diperoleh dari 30%x(1,05xCBRx jml penduduk Puskesmas mampu PONED) • Maternal dengan masalah, yang dapat dilayani di Puskesmas mampu PONED: (65x5)= 325 (OH) • Maternal dengan masalah, yang perlu dirujuk lebih lanjut namun perlu persiapan rujukan (stabilisasi pra rujukan): (65x1)= 65 (OH) 45 (b) Jumlah kebutuhan hari rawat untuk ketiga kategori kasus maternal dimaksud, jumlahnya = 915 (OH). Dengan BOR 80%, maka kebutuhan Tempat Tidur = 915/(80%x365), akan memerlukan Tempat Tidur dewasa= 3,13 TT, dibulatkan menjadi 4 Tempat Tidur perawatan ibu (2) Kebutuhan meubeler sederhana untuk pasien di Ruang Rawat Inap, sebanyak tempat tidur untuk Ibu (3) Kursi tunggu keluarga pasien diluar ruangan rawat inap (teras fasilitas rawat inap), sebagai kelengkapan ruang rawat inap umumnya. g) Tempat dan perlengkapan ruangan cuci linen/laundry: (1) Letaknya harus jauh dari ruang dapur (2) Perlengkapan sederhana yang diperlukan: (a) Tempat mengumpulkan linnen kotor/infeksius (b) Perlengkapan cuci/laundry, jemuran dan setrika (c) Tempat membawa linnen bersih h) Kebutuhan perlengkapan kebersihan, untuk: (1) Ruangan di Restrictive area, disediakan tersendiri (2) Ruangan perawatan umumnya, (3) Ruangan dapur, ruang cuci (4) Area lingkungan Perlengkapan kebersihan digunakan sesuai peruntukannya, dibersihkan dan dikeringkan sesudah dipakai dan disimpan/diletakkan dengan rapi pada tempatnya masing-masing. 46 6. Langkah ke enam : Mempersiapkan obat dan bahan habis pakai 1) Disediakan obat dan bahan habis pakai, baik jenis dan jumlahnya harus cukup, dengan buff er stock minimal sesuai ketentuan (Lampiran jenis obat PONED). 2) Ketersediaan obat dan bahan habis pakai di fasilitas rawat inap sesuai dengan kebutuhan. 7. Langkah ke tujuh : Penataan Area Lingkungan: 1) Penataan lingkungan sesuai standar lingkungan bagi Fasyankes, ditanami tanaman pelindung dan tanaman hias, selalu tertata rapi, bersih dan kering, tersedia area resapan air hujan/biopori. 2) Ada akses jalan kendaraan pembawa pasien ke ruang UGD. 3) Tersedia area untuk parkir kendaraan R-4 pembawa pasien Gadar, dan kendaraan R-2 pengunjung. 4) Memiliki IPAL/SPAL yang dikelola dengan baik, sehingga tidak mengotori dan mencemari lingkungan sekitar fasyankes 8. Langkah ke delapan : Mempersiapkan sarana pendukung pelayanan PONED: 1) Sarana transportasi rujukan pasien berupa Ambulan Gadar/Emergensi 2) Ambulans dilengkapi sarana perlengkapan medis (kit emergensi, O2 portable, transportable incubator3) 3) Tersedia perangkat komunikasi (Radio medik/Tele rujukan): a) Yang dapat difungsikan setiap waktu dengan baik, untuk mendukung pelaksanaan rujukan. b) Status berada di ruang tindakan dan mobile di ambulans rujukan emergensi 47 9. Langkah ke Sembilan : Memfungsikan PONED di Puskesmas dan upaya pemantapan selanjutnya. a. Kepala Puskesmas dengan difasilitasi oleh Dinas Kesehatan: 1) Kepala Puskesmas melalui Lokakarya/forum Lintas sector- Lintas kecamatan melakukan : • Menginformasikan hasil analisis masalah PONED dan kelengkapan data penyelenggaraan PONED di wilayah regional Kabupaten • Membahas langkah pelaksanaan dan pengembangan Puskesmas mampu PONED • Pemantapan sistem rujukannya dan peran serta semua pihak untuk keberhasilan PONED 2) Menyepakati bersama, upaya-upaya untuk memfungsikan PONED dengan baik, melalui penguatan sisi supply pada sisi pelayanan dan peningkatan serta penggerakan demand masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan melalui peran bantu mitra kerja terkait. b. Kepala Puskesmas mengorganisasikan SDM Puskesmas dan menggerakkan Mitra Kerja beradasarkan perannya masingmasing: 1) SDM Puskesmas: a) Menugaskan dengan Surat Penugasan, seorang dokter sebagai penanggung-jawab Ruang rawat inap Puskesmas 48 b) Menugaskan dengan Surat Penugasan, seorang Perawat/Bidan senior sebagai penanggungjawab perawatan, yang akan mengatur pelayanan perawatan di Ruang Rawat Inap, antara lain mengatur jadwal tugas Tim Pendukung dan Tim Penunjang, c) Menugaskan Tim Inti Terlatih PONED dibantu Tim Pendukung untuk melayani kasus c. Kepala Puskesmas Memfungsikan semua sumberdaya untuk penyelenggaraan PONED. 1) Memperbaiki dan meningkatkan pelayanan dalam lingkup penguatan sisi supply (Maternal Neonatal Health Supply),melalui: a) Mendapatkan bimbingan, pendampingan dan pembinaan teknis medis dari RS PONEK untuk meningkatkan kualitas layanan, b) Pendampingan penyelenggaraan PONED manajemen oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota 2) Bersama Kepala Puskesmas dalam satu kluster, membangun sistem rujukan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi, dalam satu regional wilayah Kabupaten/ Kota 49 3) Melalui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,mengupayakan dukungan politis dan sumberdaya Pemda/ DPRD untuk PONED : a) Rancangan penyelenggaraan PONED yang telah disepakati bersama antara Puskesmas dalam satu kluster regional rujukan dan rumusan langkahlangkah penyelenggaraan PONED bersama mitra kerja, selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota b) Dengan rekomendasi Kepala Dinas Kesehatan, diusulkan untuk dukungan anggaran operasional dan sumberdaya lain yang diperlukan dalam upaya memfungsikan PONED di Puskesmas c. Kepala Puskesmas Puskesmas dalam memfungsikan penyelenggaraan PONED. 1) Mempersiapkan semua petugas Puskesmas dalam penyelenggaraan PONED, melalui forum Lokakarya mini Puskesmas: a) Semua petugas terlibat pelayanan, mengetahui tugas, hak, wewenang dan tanggung-jawabnya dalam PONED, yang 50 dicantumkan dalam Surat Penugasannya masing-masing b) Semua petugas sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya mempersiapkan masing-masing, kebutuhan sarana, prasarana dan perlengkapan pelayanan yang dibutuhkan dalam PONED. c) Kepala Puskesmas memberi arahan untuk mengintegrasikan pelayanan teknis dan pelaksanaan rujukan dengan pelayanan Non Teknisnya dalam upaya membangun citra yang baik dan layanan yang memuaskan. 2) Menginformasikan tentang kesiapan Puskesmas menyelenggarakan PONED kepada pihak yang berkepetingan: a) Kepala Dinas Kesehatan dan Pemda Kabupaten/Kota b) Puskesmas di sekitarnya, dalam lingkup regional wilayah rujukan kabupaten c) Semua pihak terlibat: mitra kerja dan masyarakat penerima manfaat, melalui pengumuman, poster, radio daerah, dll 51 3) Memberikan pelayanan kasus obstetri dan neonatal sesuai batas kewenangan yang didapat saat pelatihan, magang dan bimbingan. 4) Mengevaluasi hasil pelayanan untuk menyusun rencana tindak-lanjutnya kemudian, sampai akhirnya pasien (ibu, bayi) boleh pulang. 5) Mengumpulkan dan mengkompilasi data pelayanannya dan melaporkan kegiatannya secara periodik( bulanan, triwulanan dan tahunan) sesuai ketentuan B. Teknis Penyelenggaraan PONED Penyelenggaraan PONED di Puskesmas tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilaksanakan di pelayanan Puskesmas non PONED dengan jejaringnya, sehingga penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal perlu ditata secara baik dan berkualitas, sejak dari Fasyankes tingkat pertama lainnya serta jejaringnya. C. Mengevaluasi kinerja poned dan upaya tindak-lanjutnya a. Membandingkan kinerja penyelenggaraan PONED terhadap indikator yang ditetapkan. b. Menganalisis masalah, menetapkan kesenjangan, mengidentifikasi penyebab dan latar belakangnya, melakukan review kinerja teknis, non teknis dan manajemen, internal Puskesmas mampu PONED dan menyusun rencana tindaklanjutnya, termasuk upaya untuk meningkatkan kemampuan teknis medis, pemasaran/ PR dan lainnya. kemampuan KIE/KIPK, kemampuan 52 c. Menginformasikan hasil analisis masalah dalam penyelenggaraan PONED kepada semua yang terlibat melalui forum Lokakarya Mini Puskesmas bulanan, triwulanan dan tahunan, dan menyusun rencana perbaikan dan peningkatan kinerjanya d. Melaporkan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dalam rangka pembinaan manajemennya sekaligus memfasilitasi untuk pembinaan teknis dari RS Kabupaten, serta upaya untuk meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak terkait. e. Menginformasikan hasil analisis masalah kepada Puskesmas jejaringnya dan LS terkait dan masyarakat peduli, dalam forum Lokakarya Mini Lintas Sektoral-Lintas kecamatan; melibatkan Puskesmas Sekitar dan LS terkait, dalam periode triwulanan dan tahunan. f. Menyepakati rencana tindak-lanjut dalam upaya perbaikan dan peningkatan kinerja masing-masing Puskesmas dan penggerakan mitra kerja dalam peran sertanya B. Kesehatan Ibu Pengertian kesehatan ibu dan anak ialah kesehatan seorang perempuan ketika masa kehamilan, masa persalinan, dan pasca melahirkan. Dari pengertian kesehatan ibu dan anak, ini mencakup adanya dimensi, kesehatan keluarga berencana, prakonsepsi, kehamilan, dan perawatan postnatal. Pada dasarnya kesehatan ibu dan anak lebih diutamakan dalam pelayanan umum, bagi perempuan, anak-anak dan juga beserta keluarga.6 53 1. Faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam menjaga dan mengatasi masalah kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna . b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Ibu dalam membina balita dan anak prasekolah dalam lingkungan keluarga, yang mencakup pembinaan pertumbuhan, kesehatan, dan gizi.. c. Meningkatnya jangkauan dan kualitas / mutu pelayanan kesehatan bagi bayi, anak balita dan prasekolah, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui. d. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya dalam mengatasi berbagai masalah berkenaan dengan kesehatan ibu, anak balita dan prasekolah. Strandar Pelayanan pada Masa Kehamilan a. Antenatal Care 1) Pengertian Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah. 2) Tujuan kunjungan a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,maternal dan sosial ibu dan bayi. 54 c) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. 3) Jadwal kunjungan Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaandilakukan setiap 6 minggu sampai kehamilan. Sesudah itu, pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu. Dan sesudah 36 minggu. Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. b. a) Satu kali pada trimester pertama b) Satu kali pada trimester kedua c) Dua kali pada trimester ketiga Pelayanan antenatal terpadu Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil serta terpadu dengan program lain yang memerlukan intervensi selama kehamilannya. 55 Tujuan ANC terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. c. Standar asuhan kebidanan Standar asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "13T". 1) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ). Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan. Ada rumus tersendiri untuk menghitung IMT anda yakni : IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2 56 Tabel 2.2 Klasifikasi Nilai IMT Kategori IMT Rekomendasi (kg) Rendah < 19,8 12,5 – 18 Normal 19,8 – 26 11,5 – 16 Tinggi 26 – 29 7 – 11,5 Obesitas > 29 ≥7 Gemeli - 16 – 20,5 Sumber : (Gizi 2013) Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan bertahap, bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambha berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu: a) 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg b) 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg c) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg. (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015) Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul. 2) Ukur Tekanan Darah (T2) Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung. Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal 110/80 - 120/80 mmHg. 57 3) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3) Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT. 4) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4) Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin. 5) Pemberian Imunisasi TT (T5) Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Umur kehamilan mendapat imunisasi TT : a) Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap . b) TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan. 58 Jadwal Imunisasi TT : Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali (suntikan) selama kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan kedua pada empat minggu kemudian)Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu. Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid Antigen Interval TT 1 Pada Lama perlindungan kunjungan - % Perlindungan - antenatal pertama TT 2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80 5 tahun 95 TT 4 10 tahun 99 TT 5 25 6 bulan setelah TT2 TT 3 1 tahun setelah TT3 1 taun setelah TT4 tahun/seumur 99 hidup 6) Pemeriksaan Hb (T6) Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan dengan cara Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil. 59 7) Pemeriksaan Protein urine (T7) Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan protein urin ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia. 8) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T8) Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) adalah untuk mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil yang pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan postif, ibu hamil dilakukan pengobatan/rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah kematian janin pada kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan premature, cacat bawaan. 9) Pemeriksaan urine reduksi (T9) Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Melitus Gestasioal. Diabetes Melitus Gestasioal pada ibu dapat mengakibatkan adanya penyakit berupa pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar. 10) Perawatan Payudara (T10) Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu. 11) Senam Hamil ( T11 ) Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan persalinan. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat 60 dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi dan relaksasi. 12) Pemberian Obat Malaria (T12) Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapt terjadi abortus, partus prematurus juga anemia. 13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13) Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia. 61 Tabel 2.4 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jenis Trimester I Trimester II Pemeriksaan Keadaan Umum Suhu Badan Tekanan Darah Berat Badan LILA TFU Presentasi Janin DJJ Pemeriksaan HB Golongan Darah Protein Urin Gula Darah/reduksi Darah Malaria BTA Darah Sifilis Serologi HIV USG Sumber : (Kementrian Kesehatan RI, 2015) A. Syarat Pelayanan Kesehatan yang Trimester III Keterangan Rutin Rutin Rutin Rutin Rutin Rutin Rutin Rutin Rutin Rutin Rutin Atas indikasi Atas indikasi Atas indikasi Atas indukasi Atas indikasi Atas indikasi Tersedia dan Berkesinambungan (Available and Continue) Yaitu syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan serta keberadaannya dalam masyarakat selalu ada ketika dibutuhkan. B. Syarat Pelayanan Kesehatan yang Dapat diterima dan wajar (Acceptable and Apropiatae) Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat 62 istiadat, kebudayaan, keyakakinan, dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik. C. Syarat Pelayanan Kesehatan yang Mudah dicapai (Accesible) Lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Dengan demikian maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting, pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi pada perkotaan saja dan tidak ditemukan di daerah pedesaaan bukanlah pelayanan kesehatan yang baik. D. Syarat Pelayanan Kesehatan yang Mudah dijangkau (Affortable) Dapat dilihat dari segi biaya, untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemempuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan hanya bisa dijangkau oleh sebagian masyarakat bukanlah pelayanan kesehatan yang baik. Pola tarif nasional ditetapkan berdasarkan komponen biaya satuan pembiayaan dan dengn memperhatikan kondisi regional. Keterjangakauan merupakan salah satu syarat pokok pelayanan kesehatan. Keterjangkauan yang dimaksud disini adalah dari sudut biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat pelayanan kesehatan yang mahal dan karena itu hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukan pelayanan kesehatan yang baik . Nilai suatu jasa pelayanan yang didetapkan denegan ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien. Mendefinisikan tarif atau harga suatu produk/jasa sebagai interaksi antara jumlah demand dan supply di 63 pasar. Interaksi ini jika dituliskan dengan grafik, maka akan terjadi perpotongan antara garis demand dan garis supply. Garis perpotongan tersebut merupakan titik keseimbangan antara demand dan supply, yang kita sebut sebagai titik harga atau tarif. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggara pelayanan kesehatan di Rumah Sakit atau Puskemas yang dibebankan kepada pasien sebagai imbalan jasa atas pelayan yang diterima. Pengertian tarif tidaklah sama dengan harga. Sekalipun keduanya menunjuk pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen, tetapi pengertian tarif ternyata lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh jasa pelayanan, sedangkan penghargaan harga lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh barang. E. Syarat Pelayanan Kesehatan yang Bermutu (Quality) Mutu pelayanan kesehatan adalah kesesuaian pelayanan kesehatan dengan standar profesi dengan memanfaatkan sumber daya secara baik, sehingga semua kebutuhan pelanggan dan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dapat tercapai. Maksudnya menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan. Dan dipihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai kode etik serta standar yang telah ditetapkan. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ada dua cara : 1. Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan, perlengkapan dan material. 64 2. Memperbaiki metode atau penerapan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan pelayanan Ada tiga pendekatan hasil evaluasi mutu, yaitu : Struktur Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan perlatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya, manusia dan lainnya di fasilitas kesehatan. Struktur = Input, berdasar standar Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari : 1. Jumlah, besarnya input 2. Mutu struktur atau mutu input 3. Besarnya anggaran atau biaya 4. Kewajaran Outcomes 1. Outcomes adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesioanl terhadap pasien 2. Dapat berarti adanya perubahan deajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif 3. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindaka tertentu atau prosedur tertentu 4. Outcome jangkapanjang adalah status kesehatan dan kemapuan fungsinal pasien 65 Proses 1. Merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksi dengan pasien 2. Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus 3. Proses pelayanan, menilai tingkat kepatuhan terhadap standar 4. Output, berdasar upaya kesehatan, dengan indikator 5. Outcome, pengukuran tingkat kepuasan pengguna jasa Puskesmas Mutu pelayanan yang memuaskan akan menciptakan pelanggan yang loyal (customer loyalty). Persepsi masyarakat mengenai kualitas pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dapat ditinjau dari 5 (lima) dimensi Parasuraman et.all yaitu: tangible, reliability, responsibility, assurance dan emphaty.19 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN a. Menurut Moenir, terdapat beberapa faktor yang mendukung berjalannya suatu pelayanan dengan baik, yaitu20 : 1. Kesadaran para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam pelayanan. 2. Aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan. 3. Organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan. 4. Ketrampilan petugas. 66 5. Sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan. PRINSIP PENINGKATAN MUTU PELAYANAN: 1). Memenuhi kebutuhan pasien 1. Memenuhi pelayanan yang di inginkan pasien. 2. Memenuhi apa yang dipikirkan pasien tentang pelayanan yang anda berikan. 3. Membangun kebersamaan antara pasien dan petugas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. 2). Mengukur dan menilai pelayanan yang diberikan 1. Mengukur dan menilai apa yang dilakukan. 2. Mengukur pengaruh pelayanan yang diberikan terhadap kepuasan pasien. 3. Mengukur dan menilai variable yang penting guna perbaikan. 3). Memperbaiki proses pelayanan 1. Menyederhanakan memperbaiki proses terus menerus, sesuai standar pelayanan. 2. Mengurangi kesalahan dan hasil yang buruk. 4). Meningkatkan mutu pemberi pelayanan 1. Integrasi tim untuk mengurangiduplikasi hasil pekerjaan dan pemborosan sumberdaya. 2. Memberikan penghargaan, meningkatkan tanggung jawab, kerjasama dalam pelayanan kesehatan. 3. Membentuk dan mmberdayakan GKM atau kelompok budaya kerja. dan 67 5). Memenuhi (kuantitas) dan kualitas sarana dan prasarana yang digunakan untuk melakukan pelayanan kesehatan 68 F. Kerangka Teori Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan Pelayanan kesehatan yang dapat di terima dan wajar Pelayanan kesehatan yang mudah di capai Syarat pelayanan Puskesmas PONED dalam pelayanan kesehatan ibu di Puskesmas Bangetayu Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau Pelayanan kesehatan yang bermutu 1. 2. 3. 4. 5. Tangible Reliability Responsiveness Assurance Empaty Gambar 2.2 Kerangka Teori 69 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian berdasarkan kerangka teori dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran secara jelas mengenai jalannya penelitian dan mengarahkan peneliti dalam mencari data yang dibutuhkan. Semua indikator yang terdapat dalam kerangka teori dijadikan sebagai variabel penelitian karena semua variabel tersedia yang ada dalam sumber data sekunder sehingga variabel dependen yang diteliti adalah syarat pelayanan kesehatan PONED dalam kesehatan ibu di Puskesmas Bangetayu dan variabel independen adalah pelayanan kesehatan yang tersedia berkesinambungan, yang dapat diterima, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu. Maka disusun kerangka konsep sebagai berikut: 69 70 Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan Pelayanan kesehatan yang dapat di terima dan wajar Pelayanan kesehatan yang mudah di capai Syarat pelayanan Puskesmas PONED dalam pelayanan kesehatan ibu di Puskesmas Bangetayu Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau Pelayanan kesehatan yang bermutu s Gambar 3.1 Kerangka Konsep 71 B. Alur Penelitian Dalam sebuah penelitian diperlukan metode yang tepat melakukannya. Gambar 3.1 berikut merupakan flowchart dari penelitian ini. START STUDI LAPANGAN IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA a. Data Kuesioner b. Data Pengujian PENGOLAHAN DATA a. Editing b. Coding c. Entry Data ANALISIS DATA KESIMPULAN DAN SARAN END Gambar 3.2 Alur Penelitian untuk 72 C. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif jenis dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk melihat hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelayanan PONED terhadap kesehatan ibu menurut syarat pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan, pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar, pelayanan kesehatan yang mudah dicapai, pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau, pelayanan kesehatan yang bermutu pada ibu nifas di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. D. Variabel Penelitian Variabel dalam peneliitan ini adalah: 1. Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan 2. Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar 3. Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai 4. Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau 5. Pelayanan kesehatan yang bermutu 73 E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Skala, Kategori & Hasil ukur 1 Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan Pendapat ibu terhadap ketersediaan dan kesinambungan pelayanan meliputi pelayanan tidak sulit ditemukan dan selalu ada ketika dibutuhkan. 2 Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar Pendapat ibu terhadap pelayanan yang dapat diterima dan wajar sesuai dengan adat istiadat kebudayaan dan kepercayaan masyarakat 3 Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai Pendapat ibu terhadap kemudahan lokasi untuk dimanfaatkan Ordinal dengan kategori Cukup 1. Baik = Jika skor ≥18.85 2. Cukup = Jika skor 10.57 - 18.84 3. Kurang = Jika skor ≤10.58 4 Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau Pendapat ibu terhadap keterjangkauan pelayanan kesehatan menurut biaya 5. Pelayanan kesehatan yang bermutu Pendapat ibu terhadap kesesuaian mutu terhadap kode etik pelayanan kesehatan Ordinal dengan kategori Cukup 1. Baik = Jika skor ≥19.047 2. Cukup = Jika skor 10.754 - 19.046 3. Kurang = Jika skor ≤10.753 Ordinal dengan kategori Cukup 1. Baik = Jika skor ≥18.22 2. Cukup = Jika skor 10.38 -18.21 3. Kurang = Jika skor ≤10.39 Ordinal dengan kategori Cukup 1. Baik = Jika skor ≥18.41 2. Cukup = Jika skor 10.27 -18.40 3. Kurang = Jika skor ≤10.26 Ordinal dengan kategori Cukup 1. Baik = Jika skor ≥19.046 2. Cukup = Jika skor 11.195 – 19.045 3. Kurang = Jika skor ≤11.194 74 F. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Populasi penelitian adalah jumlah ibu nifas yang melahirkan di Puskesmas PONED Bangetayu selama periode Maret sampai Mei 2017 sebanyak 52 orang. 2. Sampel pada penelitian ini adalah total dari seluruh populasimeliputi 6 Kelurahan binaan Puskesmas Bangetayu. Hasil yang di dapatkan 52 orang ibu yang pernah menggunakan fasilitas Puskesmas PONED terdiri dari 6 Kelurahan diwilayah binaan Puskesmas Bangetayu Kriteria inklusi termasuk: 1. Ibu nifas 0-42 hari setelah melahirkan 2. Ibu sudah melakukan persalinan di Puskesmas PONED Bangetayu 3. Ibu sudah melakukan persalinan di Puskesmas PONED Bangetayu periode Maret-Mei 2017 4. Ibu melakukan pemeriksaan nifas rutin di Puskesmas PONED Bangetayu G. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan: 1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang berupa kuesioner. 2. Data sekunder yaitu sebagai referensi dalam penelitian yang berupa buku, jurnal dan daftar register pasien. 75 3. Data Kuesioner Dalam penelitian ini, pengumpulan data kuesioner dilakukan melalui satu tahap, yaitu Pengumpulan Data Kuesioner. Pada tahap ini dilakukan survey pendahuluan dengan membagikan kuesioner kepada 52 responden secara non acak, yaitu responden hanya ibu nifas yang telah memanfaatkan fasilitas PONED. Kuesioner awal ini dibagikan dengan tujuan untuk mengetahui Puskesmas PONED sesuai dengan syarat pelayanan kesehatan terhadap pelayanan kesehatan ibu. H. Pengolahan Data Olah Data Kuesioner Sebelum diolah menggunakan SPSS, hasil dari kuesioner diuji terlebih dahulu validitas reliabilitas dan normalitasnya. Berikut ini adalah hasil uji validitas reliabilitas dan normalitasnya. 1. Uji Kecukupan Data Dari hasil penyebaran kuesioner penelitian, dilakukan uji kecukupan data untuk mengetahui apakah data yang dibutuhkan cukup, sehingga dapat dilakukan pengolahan data pada proses selanjutnya. Uji kecukupan data dihitung dengan rumus: 𝑍𝛼 2 N’ = ( 2 ) 𝑝 (1−𝑝) 𝑒2 Dimana: N’ = Jumlah sampel minimum 𝑍𝛼 2 = Tingkat kepercayaan untuk distribusi normal 76 P = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap benar e = tingkat kesalahan N’ < N = Data cukup, N’ > N = Data tidak cukup. Dari hasil penyebaran sebanyak 52 kuesioner, kuesioner yang dapat diolah dan dianggap benar dalam pengisian sebanyak 50, maka: Zα/2 = 0.05/2 = 0.025 P = 52/50 e = 10% N’ = (1.96)2 (52/50) (1−(52/50)) 10%2 N’ = 14.75 N’ < N = 14.75 < 50, berarti data cukup. 2. Uji Validitas Validitas merupakan pernyataan tentang sejauh mana alat ukur (pengukuran tes instrumen) mengukur apa yang hendak diukur. Jika instrumen mengukur dengan benar, maka dikatakan valid)(29). Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan di Puskesmas Bangetayu dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang, kemudian dilakukan pengolahan hasil secara statistik. Setelah itu melihat uji korelasi antara skor pada pertanyaan dengan total skor kuesioner. Jika nilai signifikan (p) ≤ 0,05 menunjukkan hasil pengujian signifikan atau valid. 77 Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, didapatkan hasil kuesioner menunjukkan hasil pengujian valid (p) ≤ 0,05 dan hasil pengujian tidak valid (p) ≥ 0,05. a. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Pernyataan Nilai P Value Keterangan 0.000 0.010 0.027 0.207 0.022 0.139 0.019 0.013 0.032 0.025 Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Variabel Sikap Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10 Sumber : Data Primer, 2017 78 b. Hasil Uji Validitas Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar Variabel Sikap Nilai P Value Keterangan Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10 0.000 0.245 0.006 0.001 0.000 0.000 0.025 0.077 0.000 0.003 Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Sumber : Data Primer, 2017 79 c. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai Nilai P Value Keterangan 0.000 0.000 0.000 0001 0.000 0.000 0.035 0.272 0.204 0.010 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Variabel Sikap Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10 Sumber : Data Primer, 2017 Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan valid atau tidak. Pada uji validitas ini menggunakan software SPSS 16.0. Tabel berikut adalah hasil uji validitas. 80 d. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau Nilai P Value Keterangan 0.000 0.002 0.022 0.007 0.018 0.031 0064 0.481 0.019 0.019 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Variabel Sikap Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10 Sumber : Data Primer, 2017 Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan valid atau tidak. Pada uji validitas ini menggunakan software SPSS 16.0. Tabel berikut adalah hasil uji validitas. 81 e. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai Nilai P Value Keterangan 0.000 0.005 0.264 0.161 0.001 0.046 0.000 0.006 0.001 0.155 Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Variabel Sikap Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10 Sumber : Data Primer, 2017 Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan valid atau tidak. Pada uji validitas ini menggunakan software SPSS 16.0. Tabel berikut adalah hasil uji validitas. 82 3. Uji Reliabilitas Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui alat ukur yang digunakan jika digunakan untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula atau tidak. Tabel berikut adalah hasil uji reliabilitas. Hasil Uji Reliabilitas variabel A Dari hasil uji reliabilitas di atas, didapatkan nilai Cronbach’s Alpha = 0,847. Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,847 > 0,2787, maka hasil kuesioner tersebut adalah reliabel. Dari semua uji di atas, karena jumlah kuesioner sudah cukup dan hasil kuesioner sudah valid serta reliabel, maka dapat dilanjutkan ke pengolahan data selanjutnya. Hasil Uji Reliabilitas variabel B Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha = 0,818. Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,818 > 0,2787, maka hasil kuesioner tersebut adalah reliabel. Dari semua uji di atas, karena jumlah kuesioner sudah cukup dan hasil kuesioner sudah valid serta reliabel, maka dapat dilanjutkan ke pengolahan data selanjutnya. 83 Hasil Uji Reliabilitas variabel C Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha = 0,818. Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,818 > 0,2787, maka hasil kuesioner tersebut adalah reliabel. Dari semua uji di atas, karena jumlah kuesioner sudah cukup dan hasil kuesioner sudah valid serta reliabel, maka dapat dilanjutkan ke pengolahan data selanjutnya. Hasil Uji Reliabilitas variabel D Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha = 0,818. Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,818 > 0,2787, maka hasil kuesioner tersebut adalah reliabel. Dari semua uji di atas, karena jumlah kuesioner sudah cukup dan hasil kuesioner sudah valid serta reliabel, maka dapat dilanjutkan ke pengolahan data selanjutnya. Hasil Uji Reliabilitas variabel E Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha = 0,818. Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,818 > 0,2787, maka hasil kuesioner tersebut adalah reliabel. Dari semua uji di atas, karena jumlah kuesioner sudah cukup dan hasil kuesioner sudah valid serta reliabel, maka dapat dilanjutkan ke pengolahan data selanjutnya 84 4. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas data dapat menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov (>50) pada SPSS. Apabila signifikan p ≤ 0,05 maka data tersebut merupakan data yang tidak normal distribusinya. Sebaliknya apabila signifikan p > 0,05 maka data tersebut normal. Berdasrkan uji normalitas yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa keseluruhan data berdistribusi tidak normal yaitu variabel Sikap (p=0,0001), variabel Norma Subjektif (p=0,0001) dan variabel Norma Penting (p=0,0001) I. Analisis Data Dari data kuesioner syarat pelayanan Puskesmas PONED dalam pelayanan kesehatan yang telah disebar, diolah dalam bentuk tabel untuk mempermudah dalam uji SPSS. Selanjutnya akan dilakukan analisis data menggunakan Analisis Univariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat gambaran distribusi dalam setiap variabel penelitian. Data hasil analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel serta grafik dan digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik pelayanan PONED dalam pelayanan ibu nifas di Puskesmas Bangetayu Semarang yang meliputi pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan, diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah di jangkau dan pelayanan kesehatan yang bermutu dan melihat kepuasan terhadap pelayanan Puskesmas PONED. 85 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Puskesmas Bangetayu Puskesmas Bangetayu adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas Bangetayu berperan menjadi salah satu dari 6 Puskesmas PONED yang menyelenggarakan pelayanan Puskesmas PONED dalam melayani masyarakat di wilayah kerjanya Puskesmas Bangetayu terletak di Kecamatan Genuk , Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah kerja 11,66946 (km2) . Terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Bangetayu Kulon, Kelurahan Bangetayu Wetan, Kelurahan Sembungharjo, Kelurahan Penggaron Lor , Kelurahan Kudu dan Kelurahan Karangroto. Secara Geografis Puskesmas Bangetayu berada pada ketinggian tanah dari permukaan laut 1,5-2meter yang makin ke arah utara makin rendah sehingga bila hujan lebat beberapa daerah akan tergenang air. Luas wilayah Puskesmas Bangetayu 11,67km2, dengan jumlah penduduk 58015 jiwa. Yang mempunyai batas-batas sebagai berikut : 1. Bagian Utara : Kelurahan Banjardowo 2. Bagian Selatan : Kecamatan Pedurungan 3. Bagian Barat : Kelurahan Muktiharjo Lor 85 86 4. Bagian Timur : Kabupaten Demak Selain ini Puskesmas Induk Bangetayu juga mempunyai 2 Pustu (Puskesmas Pembantu) yaitu Pustu Kudu dan Pustu Karangroto juga memberikan pelayanan rawat inap sebagai Rujukan antara sebelum di rujuk ke Rumah Sakit. Dengan sumber daya yang ada / terbatas maka perlu mengadakan langkah-langkah yang tepat dengan perencanaan kesehatan agar tepat sasaran, waktu dengan dana yang cukup bisa berhasil dan berdaya guna. Tabel 4.1 berikut ini adalah data umum luas wilayah dan jumlah penduduk Puskesmas Bangetayu. Tabel 4.1 Data Umum Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Puskesmas Bangetayu No. Kelurahan Luas Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Wilayah RT RW KK Penduduk 1,7854 84 10 3706 15917 1,85296 69 6 3617 12638 (km2) 1. Bangetayu Kulon 2. Bangetayu Wetan 3. Sembungharjo 2,5035 62 8 2602 10428 4. Penggaron 1,54174 26 4 1472 5781 Lor 5. Kudu 1,8393 48 7 2045 6943 6. Karangroto 2,14656 81 11 3352 12209 JUMLAH 11,66946 370 46 16794 63916 87 1. VISI dan MISI Visi : Terwujudnya pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, serta masyarakat yang mandiri dalam bidang kesehatan. Misi : a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna bermutu, manusiawi, serta terjangkau oleh masyarakat. b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat c. Membangun citra masyarakat dengan memberlakukan pengguna layanan sebagai pusat perhatian. d. Membangun kemitraan dengan semua pihak terkait dalam pelayanan kesehatan dalam pengembangan kesehatan masyarakat. Motto: RAMAH, CERMAT, TANGGAP DAN IKHLAS Kebijakan Mutu : “TIADA HARI TANPA PELAYANAN PRIMA” B. Karakteristik Responden 1. Umur Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur Umur > 20 tahun <20 - 35 tahun >35tahun Jumlah Sumber: Data Primer, 2017 Distribusi Frekuensi Jumlah % 1 2 46 92 3 6 50 100 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar umur responden dala penelitian ini berada pada usia 20-35 tahun 92%. 88 2. Pekerjaan Responden Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pekerjaan Distribusi Frekuensi Jumlah % 20 40 5 10 25 50 Pekerjaan Buruh/tani Pedagang Lain-lain (IRT ) Jumlah Sumber: Data Primer, 2017 Berdasarkan tabel 50 distribusi 100 frekuensi responden menurut Pekerjaan, diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah lain-lain atau ibu rumah tangga 50% 3. Pendidikan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden menurut pendidikan Distribusi Frekuensi Jumlah % 3 6 22 44 25 50 Pendidikan SD SMP SMA Jumlah Sumber: Data Primer, 2017 Berdasarkan tabel 50 distribusi 100 frekuensi responden menurut pendidikan , diketahui bahwa jumlah kehamilan responden paling banyak SMA 50% 89 4. Distribusi Jumlah kunjungan ke Puskesmas PONED Tabel 4.5 Distribusi Jumlah kunjungan ke Puskesmas PONED Kunjungan 3 4 5 Jumlah Sumber: Data Primer, 2017 Distribusi Frekuensi Jumlah % 22 44 22 44 6 12 50 100 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi responden menurut Jumlah kunjungan ke Puskesmas PONED sebanyak 3 sampai 4 kali 22%. C. Hasil Analisis Univariat a. Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan Distribusi frekuensi responden mengenai pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan diperoleh dan uji normalitas KolomogorovSmirnov dan melalui rumus didapatkan hasil dibawah ini : 90 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan. Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Primer, 2017 Distribusi Frekuensi Jumlah % 10 31 9 50 20 62 18 100 Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa persentase responden yang mempunyai kategori Cukup sebesar (62%) lebih banyak jika dibandingkan dengan responden dengan kategori baik (20%) dan (18%). kurang 91 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden menurut Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan No. Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan S TS KS F % F % F % Puskesmas sulit ditemukan keberadaanya Puskesmas selalu ada ketika dibutuhkan masyarakat Adanya apotik yang berada di Puskesmas Ketersediaan obat yang lengkap di Puskesmas Ketersediaan tenaga kesehatan yang lengkap di Puskesmas Kerjasama pelayanan PONED dengan RS PONEK terdekat Tenaga medis Puskesmas siap saat keadaan darurat persalinan Puskesmas memiliki fasilitas pelayanan dan pendukung (alat medis dan non medis) 23 46 15 30 12 24 34 74 11 22 2 4 37 74 9 18 4 8 37 74 10 20 3 6 32 64 14 28 2 8 32 64 14 28 4 8 29 58 19 38 2 4 32 64 16 32 2 4 9. Puskesmas memiliki sarana transportasi rujukan (ambulans) 32 64 15 30 3 6 10. Ketersediaan penerimaan pasien (pelayanan/tindakan untuk ibu dan bayinya) 35 70 11 22 4 8 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 92 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang setuju dengan pernyataan Puskesmas sulit ditemukan keberadaanya terdapat 46%, Tenaga medis Puskesmas siap saat keadaan darurat persalianan responden kurang setuju terdapat 38%, Puskesmas memiliki sarana transportasi rujukan (ambulans) terdapat kurang setuju 30% b. Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar Distribusi frekuensi responden mengenai Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan diperoleh dan uji normalitas Kolomogorov-Smirnov dan melalui rumus didapatkan hasil dibawah ini : Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar. Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar. Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Primer, 2017 Distribusi Frekuensi Jumlah % 9 28 13 50 18 56 26 100 Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa persentase responden yang kategori cukup sebesar 56.0% lebih banyak jika dibandingkan dengan responden dengan kategori baik yaitu 18.0% kurang yaitu 26.0%. 93 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi pernyataan menurut pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar Pelayanan kesehatan No. yang dapat diterima dan wajar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 8. 9. 10. Ibu percaya bahwa untuk menolong persalinan yang aman adalah di Puskesmas PONED Pelayanan Puskesmas sesuai dengan adat istiadat masyarakat Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dikatakan sebagai persalinan yang sehat Keluarga mendukung dalam pemanfaataan persalinan di Puskesmas Fasilitas persalinan yang memiliki ruang rawat inap memadai Sikap petugas dalam pelayanan persalinan menghargai pasien Sikap petugas mau berkomunikasi dengan pasien Sikap petugas menjaga rahasia saat terjadi persalinan pada pasien Sikap petugas menghargai sikap petugas perbedaan keyakinan pasien saat persalinan S TS KS F % F % F % 31 62 15 30 4 8 26 52 17 34 7 14 38 76 9 18 3 6 35 70 12 24 3 6 29 58 16 32 5 10 26 52 21 42 3 6 24 48 23 46 3 6 17 34 28 56 5 10 28 56 17 34 5 10 Berdasarkan tabel diatas pernyataan responden Kurang setuju pada dalam sikap petugas pelayanan persalinan menghargai pasien sebesar 42%, Responden kurang setuju dengan sikap petugas mau berkomunikasi dengan 94 pasien sebesar 46%, Responden kurang setuju dengan sikap petugas menjaga rahasia saat terjadi persalinan pada pasien sebesar 56%. c. Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai Distribusi frekuensi responden mengenai Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan diperoleh dan uji normalitas Kolomogorov-Smirnov dan melalui rumus didapatkan hasil dibawah ini : Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan yang mudah dicapai Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Primer, 2017 Distribusi Frekuensi Jumlah % 11 34 5 50 22 68 10 100 Berdasarkan hasil tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa persentase responden yang mempunyai kategori cukup sebesar 68.0% lebih banyak jika dibandingkan dengan responden dengan kategori baik yaitu 22.0% kurang yaitu 10.0%. 95 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden menurut pelayanan kesehatan yang mudah dicapai No. Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai S KS TS F % F % F % 1. Lokasi Puskesmas mudah dijangkau 41 82 9 18 0 0 2. Letak Puskesmas strategis 40 80 8 16 2 4 3. Puskesmas dapat dijangkau dengan semua alat transportasi Lokasi Puskesmas berada di tepi jalan raya sehingga mudah diakses 33 66 11 22 6 12 38 76 8 16 4 8 Jarak mempengaruhi seseorang untuk bersalin di Puskesmas PONED Jarak antara rumah ke Puskesmas PONED >2KM Jarak terjauh untuk sampai ke Puskesmas PONED 30menit Jarak Puskesmas PONED dengan rumah dapat ditempuh dengan berjalan kaki Jarak tempuh yang lama mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi 31 62 13 26 6 12 19 38 20 40 11 22 17 34 20 40 13 26 32 64 12 24 6 12 37 74 9 18 4 8 4. 6. 7. 8. 9. 10. 96 Berdasarkan tabel diatas Responden beranggapan Jarak antara rumah ke Puskemas PONED lebih dari 2KM kurang setuju sebanyak 40%, Jarak terjauh untuk sampai ke Puskesmas PONED 30menit kurang setuju sebesar 40.0% , Jarak puskesmas PONED dengan rumah dapat ditempuh dengan berjalan kaki kurang setuju sebanyak 24%. d. Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau Distribusi frekuensi responden mengenai Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan diperoleh dan uji normalitas Kolomogorov-Smirnov dan melalui rumus didapatkan hasil dibawah ini : Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Primer, 2017 Distribusi Frekuensi Jumlah % 8 33 9 50 16 66 18 100 Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa persentase responden yang mempunyai kategori cukup sebesar 66.0% lebih banyak jika dibandingkan dengan responden dengan pernyataan baik 16.0% kurang yaitu 18.0%. 97 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden menurut pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau No. Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau S KS TS F % F % F % 1. Biaya persalinan terjangkau 32 64 14 28 4 8 2. Tarif pembayaran persalinan di Puskesmas PONED sesuai standar Adanya subsidi bagi masyarakat yang kurang mampu Tarif pembayaran persalinan di Puskesmas sesuai dengan pelayanan yang didapatkan Biaya persalinan dengan Program Jaminan Kesehatan Biaya persalinan dengan Program Kartu Indonesia Sehat Biaya persalinan dengan Program BPJS Biaya persalinan dengan Program JAMKESMAS/KOT Penarikan biaya persalinan bagi pasien di luar wilayah binaan Puskesmas PONED Biaya persalinan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat 28 56 17 34 5 10 32 64 15 30 3 6 32 64 13 26 5 10 29 58 16 32 5 10 31 62 15 30 4 8 29 58 19 38 2 4 32 64 16 32 2 4 21 42 26 52 3 6 29 58 14 28 7 14 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 98 Berdasarkan tabel diatas responden kurang setuju dengan pernyataan Penarikan biaya persalinan bagi pasien di luar wilayah binaan Puskesmas PONED sebesar 52%, Tarif pembayaran persalinan di Puskesmas PONED sesuai standar kurang setuju sebesar 34%, Biaya persalinan dengan program BPJS kurang setuju sebesar 38% e. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang bermutu Distribusi frekuensi responden mengenai Mendeskripsikan pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan diperoleh dan uji normalitas Kolomogorov-Smirnov dan melalui rumus didapatkan hasil dibawah ini : Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden menurut pelayanan kesehatan yang bermutu Pelayanan kesehatan yang bermutu Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Primer, 2017 Distribusi Frekuensi Jumlah % 9 32 8 50 18 64 16 100 Berdasarkan hasil tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa persentase responden yang mempunyai kategori cukup sebesar 64.0% lebih banyak jika dibandingkan dengan responden dengan pernyataan baik 18.0% kurang yaitu 16.0%. 99 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi pernyataan Responden menurut pelayanan kesehatan yang bermutu No. 1 2. 3. 4. 6. 7. 8. 9. 10. Pelayanan kesehatan bermutu S KS TS yang F % F % F % Pelayanan pada pendaftaran <15 menit Tersedianya kursi antrian yang memadai Ruang tunggu nyaman dan bersih 34 68 10 20 6 12 37 74 11 22 2 4 39 78 6 12 5 10 Ruang KIA memiliki fasilitas yang memadai Kebersihan dan kerapihan pakaian petugas kesehatan Kebersihan dan kerapihan ruangan rawat inap Ketersediaan tempat tidur yang memadai Ketersediaan ruang UGD untuk keadaan darurat Ketersediaan obat yang lengkap di Apotik Puskesmas 34 68 14 28 2 4 31 62 16 32 3 6 30 60 14 28 6 12 25 50 21 42 4 8 25 50 21 42 4 8 28 56 17 34 5 10 Berdasarkan tabel diatas Responden Pelayanan pada pendaftaran <15 menit beranggapan tidak setuju sebesar 12%, Ketersediaan tempat tidur yang memadai kurang setuju sebesar 42%, Ketersediaan ruang UGD untuk kedaan darurat Kurang setuju sebesar 42%. 100 BAB V PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan memiliki keterbatasan yaitu penelitian ini menggunakan Metode Cross Sectional yang artinya variabel terikat dan variabel bebas diukur pada waktu yang bersamaan dan hanya di observasi sekali saja sehingga sulit untuk menentukan perubahan yang terjadi pada objek penelitian. B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden a. Umur Menurut Winknjosastro (2005) dalam kaitannya dengan hamil dan melahirkan, mengelompokkan umur menjadi 2 yaitu umur aman untuk persalinan adalah 20-35 tahun dan umur yang tidak aman yaitu <20 tahun dan >35 tahun.(22) Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia 20-35 tahun mempunyai proporsi yang lebih banyak (92%) dibandingkan ibu hamil dengan usia <20 tahun (2%) dan usia >35 tahun (6%). Usia tersebut merupakan usia yang produktif bagi ibu hamil dan menyusui, selain sudah dianggap dewasa juga sudah matang secara biologis dan psikologis. Risiko yang terjadi pada kehamilan usia <20 tahun yaitu tekanan stres, psikologi dan sosial sehingga memudahkan terjadinya abortus. Sedangkan usia >35 tahun digolongkan dalam kehamilan risiko tinggi, karena pada usia ini kondisi tubuh dan kesehatan 100 101 wanita mengalami penurunan. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Spandoter, dkk (2004) bahwa semakin meningkat usia lanjut semakin berisiko terjadi abortus. b. Pekerjaan Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang menunjukkan adanya hubungan antara Pekerjaan dengan perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan. Dari hasil survei didapatkan data bahwa ibu dengan pekerjaan lain-lain atau ibu rumah tangga sebesar (50%) ibu dengan pekerjaan Buruh/tani (40%) dan pekerjaan pedagang (10%) Sejalan dengan penelitian Nurhapipa dkk (2015) dengan judul “Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I“ dengan presentase peekerjaan PNS (12.7%) Pegawai swasta (31.0%) Buruh/Petani (22,5%)dan terbesar Ibu rumah tangga (33.8%).(23) Pada umumnya ibu rumah tangga menganggap persalinan di Puskesmas harganya jauh relatif terjangkau daripada harus di Bidan atau Rumah sakit, selain itu ibu memperhatikan jarak yang harus ditempuh Puskesmas letaknya lebih dekat dengan lokasi tempat tinggal daripada harus ke Rumah sakit yang jaraknya lebih jauh. 102 c. Pendidikan Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan. Dari hasil survei didapatkan data bahwa ibu dengan pendidikan akhir yakni hanya tamat sekolah dasar (SD) sebesar (6%) berpendidikan SMP sebesar (44%) dan (50%) berpendidikan SMA. Sebagian besar wanita yang berpendidikan SMA memilih Puskesmas PONED sebagai penolong persalinanan karena mereka percaya bahwa Puskesmas memiliki NAKES yang mumpuni dan peralatan yang memadai. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Novi (2000) dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Hamil dengan Perilaku Ibu Dalam Memilih Penolong Persalinan “ yang menyatakan bahwa sebagian besar ibu di desa tersebut, yakni 74,47% masih berpendidikan rendah, yakni hanya tamat sekolah dasar (SD), 14,89% berpendidikan SLTP, dan 10,64% berpendidikan SLTA. Sebagian besar wanita yang berpendidikan rendah tersebut, yakni 38,30% memilih dukun sebagai penolong persalinan, 31,91% yang memilih bidan dan hanya 4,26% yang memilih dokter untuk menolong persalinannya.(24) 103 d. Jumlah kunjungan ke Puskesmas PONED Berdasarkan penelitian menunjukan Jumlah kunjungan ibu datang ke Puskesmas PONED sebesar 3 sampai 4x kunjungan dengan presentase sama yakni (44%) dan 5x kunjungan sebesar (12%) Menurut Depkes RI (2005), kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu.(25) C. Analisis Univariat a. Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan Berdasarkan penelitian menunjukkan mengenai pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan diperoleh data responden paling banyak yaitu pada kategori cukup sebesar (62%). Berdasarkan jawaban reponden yang setuju dengan item pernyataan Puskesmas yang sulit ditemukan sebesar 46%. Hal ini menujukkan bahwa responden masih beranggapan lokasi Puskesmas yang minim petunjuk arah atau denah lokasi sehingga merasa kesulitan saat menemukan Puskesmas. Sementara itu untuk item pernyataan Tenaga medis yang siap saat keadaan darurat persalinan kurang setuju 38%, artinya tenaga medis harus selalu siap saat keadaan darurat persalinan. Item pernyataan Puskesmas memiliki sarana transportasi rujukan (ambulans) 104 kurang setuju 30%, menunjukkan bahwa responden beranggapan ambulans belum difungsikan secara maksimal oleh masyarakat. Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan serta keberadaannya dalam masyarakat selalu ada ketika dibutuhkan. Berdasarkan data yang di dapat dari responden menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan di Puskesmas Bangetayu dirasa cukup memenuhi syarat pelayanan kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Andi dkk (2016) dengan judul “Pelaksanaan Program Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Kabupaten Karawang Tahun 2016” yang menyatakan ketersediaan obat (61.8%) serta a ketersediaan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (54.2%).(26) Namun, hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Anggereini Puspita Sari (2015) yang berjudul “Analisis Kualitas Pelayanan Persalinan di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED dan Tidak PONED Kota Batam” menyatakan bahwa kedua puskesmas mampu PONED belum 100% memenuhi standar ketersediaan peralatan persalinan. Fasilitas yang dimiliki Puskesmas Mampu PONED Belakang Padang dan Bulang belum sesuai dengan standar fasilitas Puskesmas PONED, ada beberapa alat yang seharusnya sesuai dengan standar tetapi masih kurang dan alat untuk peralatan Nasogastric tube dewasa 5 105 dan Nasogastric tube dewasa 8 tidak ada, alat penunjang lainya untuk penanganan emergensi juga tidak tersediaEkstraktor Vakum Manual dan Aspirator Vakum Manual. Berdasarkan deskripsi diatas dapat disimpulkan fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas PONED masih belum sesuai. (27) Hal ini sejalan dengan penelitian Mujiati dengan judul “Kesiapan Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) di Lima Regional Indonesia” yang menyatakan bahwa dari 1.446 Puskesmas PONED, sebanyak (88,7%) Puskesmas memberikan pelayanan 24 jam, melibatkan dokter (79,9%), bidan (96,1%), dan perawat 32,8%. Dari 17 jenis obat dan 26 alat kesehatan (alkes) standar pelayanan PONED, rata-rata angka ketersediaan di Puskesmas PONED hanya 6,06 jenis obat dan (14,12) alkes PONED, untuk angka kecukupan, rata-ratanya adalah (5,54) jenis obat dan (12,43) alkes PONED. Sebanyak(53,3%). Puskesmas PONED dan Keliling, 43,0% memiliki ambulans, dan hanya (3,7%) yang memiliki perahu bermotor. Berdasarkan lima regional di Indonesia, terdapat perbedaan kesiapan Puskesmas PONED dalam hal pelayanan 24 jam, Tim PONED terlatih, obat dan alkes, serta alat transportasi. Namun secara keseluruhan, regional Jawa-Bali lebih siap dibandingkan dengan regional lain. Perlu perhatian dan intervensi untuk meningkatkan kesiapan Puskesmas PONED, terutama meningkatkan ketersediaan dan kecukupan alat dan obat PONED, melibatkan tenaga bidan dan perawat dalam 106 pelayanan PONED, serta menyediakan dan memfungsikan pusling dan ambulans untuk pelayanan PONED.(28) b. Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar Berdasarkan penelitian menunjukkan mengenai pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar tersedia dan wajar diperoleh data responden paling banyak yaitu pada kategori cukup (56%). Berdasarkan responden yang kurang setuju dengan item pernyataan Sikap petugas persalinan dalam menghargai pasien sebesar 42%, hal ini menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran petugas akan hal pribadi yang dimiliki pasien. Sementara itu anggapan kurang setuju pada item pernyataan Sikap petugas mau berkomunikasi dengan pasien sebesar 46%. Dalam hal ini hendaknya petugas banyak melakukan komunikasi dengan pasien agar mengetahui keluhan dan kebutuhan pasien. Dan responden yang kurang setuju dengan item pernyataan Sikap petugas yang menjaga rahasia saat terjadi persalinan pasien sebesar 56%, artinya responden beranggapan para petugas persalinan kurang dapat dipercaya dalam menjaga rahasia pasien. Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Berdasarkan data yang di dapat dari responden menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar di 107 Puskesmas Bangetayu dirasa cukup memenuhi syarat pelayanan kesehatan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2005) dengan judul “Hubungan Antara Komunikasi, Sikap Dan Ketrampilan Perawat Dengan Kepuasan Pasien di RS ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO Surakata” yang menghasilkan kesimpulan bahwa ada korelasi antara ketrampilan perawat dengan kepuasan pasien.(29) Hal ini juga memberikan bukti sebagaimana yang diterangkan oleh Philip Kotler (1997), bahwa pengetahuan, kemampuan dan kesopanan pemberi jasa untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan yang berupa: pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan menetapkan problematic pasien, ketrampilan petugas dalam petugas, pelayanan yang sopan dan ramah, serta jaminan keamanan pelayanan dan kepercayaan terhadap pelayanan akan berdampak pada tingkat kepuasan pasien.(30) Hal ini sejalan dengan penelitian Heny dkk (2011) dengan judul Pelaksanaan Program Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Kabupaten Karawang Tahun 2016 yang menyatakan di distribusi frekuensi komunikasi bidan dalam pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas PONED Ujungjaya, yang paling banyak pada kategori baik yaitu (52.6%).(31) c. Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai Berdasarkan penelitian menunjukkan mengenai pelayanan kesehatan yang mudah dicapai diperoleh data responden paling banyak 108 yaitu pada kategori cukup sebesar (68%). Responden beranggapan untuk item pernyataan Jarak antara rumah ke Puskesmas PONED >2km kurang setuju sebesar 40%, hal ini dikarenakan enam wilayah binaan Puskesmas Bangetayu berlokasi cukup dekat dengan tempat tinggal masyarakat. Jarak terjauh untuk sampai ke Puskesmas PONED 30 menit kurang setuju sebesar 40%, karena banyaknya akses menuju Puskemas seperti menggunakan angkutan umum. Dan Jarak puskesmas PONED dengan rumah dapat ditempuh dengan berjalan kaki kurang setuju sebesar 24%, dikarenakan masyarakat cenderung memilih menggunakan alat transportasi dari pada berjalan kaki. Hal ini sejalan dengan penelitian Aris Triharyanto (2012) dengan judul “Studi Rawat Inap Di Puskesmas Baturetno Wonogiri” yang menyatakan secara kebetulan letak Puskesmas Baturetno memang sangat strategis, karena berada di tepi jalan utama Solo-Pacitan, sehingga sangat mudah sekali terjangkau oleh masyarakat sekitarnya. Letak Puskesmas Baturetno sangat mudah diakses oleh angkutan umum maupun mobil pribadi, sehingga tidak heran pasien di Puskesmas ini selalu berdatangan jika memerlukan pelayanan kesehatan. (32) Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Usi Erna Desita (2012) dengan “Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Karang Malang Semarang” yang menyatakan Untuk keterjangkauan lokasi masyarakat menuju rumah sakit PONEK masih terjangkau kurang dari 1 jam, tetapi kendala 109 yang dihadapi masyarakat adalah tidak adanya sarana transportasi umum yang melewati daerah Karang Malang sehingga masih susah bagi masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi.(33) Tidak sejalan dengan penelitian Anggereini Puspita Sari (2015) yang berjudul “Analisis Kualitas Pelayanan Persalinan di Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned dan Tidak Poned Kota Batam” Akses Transportasi dari Batam Ke Pulau Belakang Padang menggunakan jalur laut, yaitu dengan media transportasi perahu kayu boat (pancung) jarak tempuh ± 15 menit melalui pelabuhan domestik Sagulung jika kepulau Belakang Padang dan melalui Pelabuhan Sagulung jika hendak ke Pulau Buluh (Puskesmas Bulang).(34) d. Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau Berdasarkan penelitian menunjukkan mengenai pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau diperoleh data responden paling banyak yaitu pada kategori cukup sebesar (66%). Menurut responden akan item Pernyataan Penarikan biaya persalinan bagi pasien di luar wilayah binaan Puskesmas PONED sebesar 52% kurang setuju, hal ini dikarenakan responden dari luar wilayah binaan lebih memilih dikenai biaya yang sama dengan pasien yang lainnya. Untuk item pernyataan Tarif pembayaran persalinan di Puskesmas PONED sesuai standar kurang setuju sebesar 34%, hal ini karena tarif yang dikenakan adalah berdasarkan jenis jaminan kesehatan yang dimiliki. Dan untuk Biaya persalinan dengan Program BPJS kurang setuju sebesar 38%, karena terdapat kesenjangan sosial 110 antara Peserta Program BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) dan Peserta Program BPJS Non PBI. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan menyebutkan bahwa Pelayanan Kebidanan, Neonatal dan Keluarga Berencana Pasal 11 (1) Jasa pelayanan kebidanan, neonatal, dan Keluarga Berencana yang dilakukan oleh bidan atau dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf f ditetapkan sebagai berikut: a. pemeriksaan ANC sesuai standar diberikan dalam bentuk paket paling sedikit 4 (empat) kali pemeriksaan, sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah); b. dalam hal pemeriksaan ANC tidak dilakukan di satu tempat maka dibayarkan per kunjungan, sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah); c. persalinan pervaginam normal yang dilakukan oleh bidan, sebesar Rp700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah) dan yang dilakukan oleh dokter, sebesar Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah); d. persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar di Puskesmas PONED, sebesar Rp950.000,00 (sembilan ratus lima puluh ribu rupiah); e. pemeriksaan Post Natal Care (PNC)/neonatus sesuai standar dilaksanakan dengan 2 (dua) kali kunjungan ibu nifas dan neonatus pertama dan kedua (KF1-KN1 dan KF2-KN2), 1 (satu) kali kunjungan neonatus ketiga (KN3), serta 1 (satu) kali kunjungan ibu nifas ketiga (KF3), sebesar Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) untuk tiap kunjungan dan diberikan kepada pemberi pelayanan yang pertama dalam kurun waktu kunjungan; f. pelayanan tindakan pasca persalinan 111 di Puskesmas PONED, sebesar Rp175.000,00 (seratus tujuh puluh lima ribu rupiah); g. pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan/atau neonatal Rp125.000,00 (seratus dua puluh lima ribu rupiah).(35) Hal ini sejalan dengan peraturan Dinkes Kabupaten Rembang dan diterapkan di Puskesmas Rembang 1 yang menyatakan Dengan menggunakan kartu BPJS atau Jamkesmas pasien dapat dilayani persalinan tanpa di pungut biaya sepeserpun alias gratis. Meskipun gratis kami menjamin pelayan prima bagi pasien, demikian ungkap dr. Sri Yuliyanti selaku Kepala Puskesmas Rembang I. Untuk Pasien Umum juga dapat dilayani dengan biaya yang terjangkau.(36) Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Adriana (2011) dengan judul “Pelaksanaan Sistem Rujukan Kasus Ibu Hamil Risiko Tinggi oleh Bidan Desa ke Puskesmas PONED Kabupaten Banjar” (Studi Kasus di Puskesmas Sungkai Tahun 2011) yang menyatakan sebagian besar masyarakat menggunakan pembiayaan Jamkesmas, tetapi dari biaya dan ketersediaan transportasi/ambulan desa dan keperluan lain masih masih kurang memadai bagi pasien Jamkesmas. (37) e. Pelayanan kesehatan yang bermutu Berdasarkan penelitian menunjukkan mengenai pelayanan kesehatan yang bermutu diperoleh data responden paling banyak yaitu pada kategori cukup sebesar (64%). Untuk item pernyataan Pelayanan pada pendaftaran <15menit tidak setuju sebesar 12%, karena responden merasa antrian di loket pendaftaran lebih dari 15menit. Sedangkan untuk item pernyataan Ketersediaan tempat tidur yang 112 memadai kurang setuju sebesar 42%, berarti responden beranggapan tempat tidur dirasa sudah cukup memadai kecuali apabila di bulan-bulan tertentu terdapat wabah demam berdarah. Ketersediaan ruang UGD untuk keadaan darurat kurang setuju sebesar 42%, dikarenakan responden lebih memilih fasilitas UGD pada rumah sakit dari pada UGD pada Puskesmas. Faktor kualitas dan harga bukan jaminan untuk memuaskan pelanggan. Kualitas yang baik dan harga yang murah akan menjadi hal yang tidak bermakna bila pelayanan yang diberikan petugas pelayanan tidak baik (tidak ramah, prosedur yang susah dan pelayanan yang tidak nyaman). Kualitas pelayanan disokong oleh tiga hal yaitu sistem, teknologi dan manusia. Menurut konsep service quality yang populer, dinyatakan bahwa kualitas pelayanan memiliki lima dimensi, yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible (Pasuraman, 1985 dalam Rahmulyono 2008). Sementara itu, mutu pelayanan kesehatan itu sendiri adalah kesesuaian pelayanan kesehatan dengan standar.(38) Hasil Penelitian Yang Dilakukan Agus Hufron (2008) dengan Judul “Analisis Kesehatan Hubungan Dengan Persepsi Tingkat Pasien Tentang Kepuasan Pasien Mutu Pelayanan Di Puskesmas Penumping Kota Surakarta” membuktikan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi pasien tentang penampilan pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Penumping.(39) 113 Menurut Donabedian18 (1980) mutu pelayanan harus dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi petugas dan dari sisi pasien. Dari sisi pasien, mutu pelayanan dilihat dari terpenuhinya harapan pasien terhadap kualitas pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas, yang artinya diharapkan akan mempengaruhi pasien untuk memanfaatkan kembali pelayanan tersebut. Dari sisi petugas, mutu pelayanan berarti keleluasaan dalam melakukan tindakan yang tepat. Untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan standar teknis yang berlaku.(40) Penyedia jasa pelayanan kesehatan harus memperhatikan standar mutu pelayanan yang lebih baik dengan memperhatikan kriteria mutu yang ditetapkan oleh konsumen, jika fokusnya pada pengembangan pelayanan yang ditujukan untuk menjamin kepuasan konsumen sebagai pelanggan. (41) Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Adi dkk (2013) dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Mamajang Kota Makassar” yang menyatakan Ketersediaan sarana dan prasrana tidak tersedia baik, hal ini karena jarangnya kasus komplikasi obstetri dan neonatus yang ditangani sehingga obat dan alat kadaluarsa serta rusak.(42) 114 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Karakteristik responden sebagian besar berusia 20-35 tahun (92.%), tidak bekerja (50%), Pendidikan SMA (50%), jumlah kunjungan kehamilan 3-4 kali (44%). 2. Responden beranggapan Pelayanan kesehatan yang tersedia dan berkesinambungan di Puskesmas Bangetayu Cukup sebanyak (62%), baik (20%) dan masih kurang sebesar (18%). 3. Responden beranggapan Pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar di Puskesmas Bangetayu Cukup sebanyak (56%) baik (18%) dan masih kurang sebesar (26%). 4. Responden beranggapan Pelayanan kesehatan yang mudah dicapai di Puskesmas Bangetayu Cukup sebanyak (68%) baik (22%) dan masih kurang sebesar (10%). 5. Responden beranggapan Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau di Puskesmas Bangetayu Cukup sebanyak (66%) baik (16%) dan masih kurang sebesar (18%). 6. Responden beranggapan Pelayanan kesehatan yang bermutu di Puskesmas Bangetayu Cukup sebanyak (64%) baik (18%) dan masih kurang sebesar (16%). 114 115 B. Saran 1. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan kepada Puskesmas Bangetayu agar: a. Sebagai Puskesmas PONED perlu disediakan papan penunjuk arah lokasi Puskesmas dan jaminan pelayanan kegawat daruratan dengan ketersediaan sarana transportasi dan petugas kesehatan yang siap 24jam. b. Meningkatkan ketrampilan komunikasi petugas kesehatan melalui pelatihan karakter dan reward bagi petugas yang berprestasi. c. Mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat di setiap Kelurahan untuk menjamin transportasi (ambulans desa) untuk kelancaran dalam mempersiapkan persalinan ibu. d. Akses Jampersal bagi masyarakat kurang mampu untuk menjamin kemudahan pembayaran dalam melakukan persalinan e. Perbaikan saran dan prasarana sesuai dengan syarat pelayanan minimal. 2. Bagi Masyarakat Peran serta dari masyarakat dan tokoh masyarakat perlu ditingkatkan dalam berbagai kegiatan di bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan. Peranan tersebut sangat penting bagi ibu untuk menekan angka kematian ibu akibat terlambat mendapat pertolongan persalinan. 116 DAFTAR PUSTAKA 1. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2015 2. WHO, 2014. The world health report. Http://www.who.int./whr/2014/en/index.html Akses 5 Mei 2017 3. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 www.depkes.go.id/.../profil- kesehatan-Indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf (Diakses pada 5 Mei 2017) 4. Kohort Dinas Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2017 5. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2016 6. Http://Nasional.Republika.Co.Id/Berita/Nasional/Umum/16/09/15/Odj7k1384 -Bkkbn-Angka-Kematian-Ibu-Melahirkan-Meningkat (Diakses Pada 3 Maret 2017) 7. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals (Sdg’s). Sdgsindonesia.Or.Id (Diakses Pada 3 Maret 2017) 8. WHO, 2013. The world health report. Http://www.who.int./whr/2013/en/index.html Akses 3 Maret 2017 9. Azwar, Azrul.Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan.Jakarta : Sinar Harpan.1996 10. Handayani, Sri , Et All, Analisis Pelaksanaan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar(Poned) Di Puskesmas Poned Kabupaten Kendal.2013 11. Kohort Puskesmas Bangetayu Semarang. Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang.2017 117 12. pattianakotta, L. a.. Faktor-faktor yang berhubungan dengan rujukan kasus kegawatdaruratan obstetri neonatal oleh bidan desa ke Puskesmas PONED di Kabupaten Maluku Tengah .1. (2012) 13. M. Ichsan Mustain, A. M. . Evaluasi pelaksanaan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar di Puskesmas Jumpandang Kota Makassar. 1. (2013) 14. Valentina, Amrillah. Et All, Analisis pelaksanaan sistem pelayanan obstetri dan neonatal emegensi dasar di Puskesmas Sitanggal Kabupaten Brebes.1. (2016) 15. Al-siry, Ema , Irfan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan PONED di Puskesmas PONED Kota Makassar. (2016) 16. Rejeki, Sri , Et All. Pelaksanaan program pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar di Puskesmas Kabupaten Tegal. (2017) 17. Puspitasari,Noviana , Et All, Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar Kota Yogyakarta.2013 18. Balitbang Kemenkes Ri. Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes RI.Jakarta.2013 19. Parasuraman, A., V. A. Zeithaml, dan L.L. Berry, , SERVQUAL: A MultipleItem Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality, Journal of Retailing, Vol. 64, No. 1. 1998 20. Moenir, . Manajemen Pelayanan Umum Indonesia.Bumi Aksara. Jakarta. 2002 21. Oktaviana .Uji normalitas $erdasarkan Metode Anderson Darling. FMIPA UNY, Yogyakarta. 2013 118 22. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu kebidanan, Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005 23. Nurhapipa dkk, Faktor yang mempengaruhi Ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I.Stikes Hangtuah. Pekanbaru .2015 24. Novi. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan: UNIBRA. Malang .2000 25. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Indonesia: Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2015 26. Andi, heny, Pelaksanaan Program Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Karawang. 2016 27. Sari, Anggreini Puspita. Analisis kualitas Pelayanan Persalinan di Puskesmas Rawat inap mampu PONED dan Tidak PONED. Batam. 2015 28. Mujiati. Kesiapan Puskesmas PONED di lima regional Indonesia. . 2 29. Irawati. Hubungan antara komunikasi, sikap dan ketrampilan perawat dengan kepuasan pasien di R.S ORTOPEDI PROF.DR.R SOEHARSO. Surakarta. 2005 30. Kotler, Philip 31. Heny dkk. Pelaksanaan Program Obstetri dan neonatal emergensi dasar PONED. Karawang. 2016 32. Triharyanto, Aris. Studi Rawa Inap di Puskesmas Baturetno. Wonogiri. 2012 33. Desita, Ernasusi. Evaluasi Pelaksanaan Post Obstetri neonatal emergensi dasar (PONED) di Puskesmas Karang malang. Semarang. 2012 119 34. Sari, Anggreini Puspita. Analisis kualitas Pelayanan Persalinan di Puskesmas Rawat inap mampu PONED dan Tidak PONED. Batam. 2015 35. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA (PERMENKES). Hukor.depkes.go.id (diakses 17 Juli 2017) 36. Peraturan Dinas Kesehatan Rembang. Jdih.setjen.kemendagri.go.id (di akses 17 Juli 2017 37. Adriana, Pelaksanaan Sistem Rujukan Kasus Ibu Hamil Risiko tinggi oleh bidan desa ke Puskesmas PONED. Banjar. 2011 38. Rahmulyono. Kualitas pelayanan memiliki lima dimensi. 2008 39. Hufron, Agus. Analisis hubungan persepsi pasien tentang mutu pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Penumping. Surakarta. 2008 40. Donabedian. Mutu pelayanan harus dilihat dari dua sisi yaitu sisi petugas dan sisi pasien.1980 41. Adi dkk, Evaluasi Pelaksanaan pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi dasar PONED di Puskesmas Mamajang. Makassar. 2013 120 LAMPIRAN