PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 PERBAIKAN KESENTRISAN PENCEKAM MESIN BUBUT ALPIN DI PTRKN-BA TAN Edy Karyanta, Abdul Hafid, Dedy Haryanto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN ABSTRAK PERBAIKAN KESENTRISAN PENCEKAM MESIN BUBUT ALPIN 01 PTRKNBA TAN. Telah dilakukan perbaikan kesentrisan pencekam pada mesin bubut Alpin di PTRKN-BA TAN. Mesin bubut ini merupakan salah satu mesin perkakas di laboratorium mekanik di Bidang Operasi Fasilitas. Mesin bubut tersebut digunakan untuk membuat komponen-komponen mekanik untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan. Kesentrisan pencekam sebesar 0,02 mm menyebabkan hasil kerja bubut tidak silindris. Oleh karena itu perbaikan terhadap pencekam mesin bubut dilakukan dengan membubutulang flens pencekam. Dari hasil perbaikan diperoleh kesentrisan pencekam mesin bubut menjadi 0,005 mm. Dengan nilai ini kesentrisan gerak pencekam telah masuk kategori dapat diterima. Kata Kunc; : Mesin bubut, pencekam, perbaikan. ABSTRACT CHUCK CENTRICITY REPAIRING OF ALPIN LA THE IN PTRKN-BA TAN. The chuck centricity of the Alpin lathe in PTRKN-BA TAN was repaired. The lathe machine is one of the tool machines in mechanical laboratory at Operating Facility Division. The machine is used to make mechanical components needed for research and development activities. The result of lathe work is not cylindrical since the chuck centricity is 0,02 mm. The chuck on the machine should then be repaired by smoothing the cross section of the chuck flange. After repairing, the lathe chuck centricity become 0,005 mm. This value is acceptable. Keyword: Lathe, chuck, repairing. PENDAHULUAN Pusat Teknologi Reaktor (PTRKN) mempunyai dan Keselamatan beberapa fasilitas Nuklir untuk melakukan penelitian dan pengembangan teknologi reaktor dan keselamatan nuklir. Salah satu fasilitas pendukung yaitu bengkel mekanik yang di dalamnya terdapat mesin bubut. Mesin bubut dapat digunakan untuk membuat komponen mekanik terutama komponen-komponen yang berbentuk silinder seperti poros, tlens dan ulir. Mesin bubut harus dapat dioperasikan dengan baik agar didapat hasil pembubutan yang sesuai dengan gambar perencanaan. Hal yang paling penting dalam menilai hasil pembubutan adalah ketepatan ukuran, karena ketepatan ukuran hasil pembubutan akan mempengaruhi unjuk kerja susunan komponen mekanik apabila telah dirakit. Terdapat ketidaktelitian hasil pembubutan dengan mesin bubut Alpin di laboratorium mekanik 366 PTRKN-BA TAN, yaitu perbedaan ukuran diameter pada hasil pembubutan memanjang atau biasa disebutkerucut dan koaksialitas atau biasa disebut kesentrisan sumbu yang dapat diketahui apabila pencekaman benda kerja yang berupa silinder dibalik maka pembubutan tidak akan mencapai diameter yang sarna. Kedua hal tersebut dapat ditunjukkan seperti pada gambar I. Gambar I. Kerucut dan koaksialitas Setelah melalui pengamatan dan pengukuran temyata kesentrisan pada pencekam ISSN 1410 - 8178 Edy Karyanta, dkk. PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 yang membahas TEORI Oitentukan 18 kualitas toleransi yaitu IT 0 I, IT 0, IT I sampai dengan IT 16. IT 5 sampai dengan IT II dipakai dalam bidang pemesinan umum, untuk mesin bubut umumnya diambil IT 7. Untuk diameter silinder 30 mm sampai dengan 50 mm toleransi standar IT 5 adalah 11 mikron dan untuk IT 11 adalah 160 mikronP] Kerja bubut merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda ketja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding). Poros spindel akan memutar benda kerja melalui pencekam. Melalui roda gigi penghubung di dalam kepala tetap, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros uHr. Oleh klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pad a eretan yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan. Gerak translasi pada eretan pembawa pahat juga dapat dilakukan secara manual dengan memutar engkol. Mesin bubut terdiri dari meja (bed) dan kepala tetap (head stock). Oi dalam kepala tetap terdapat roda-roda gigi transmisi penukar putaran yang akan memutar poros spindel. Spindel menyalurkan daya gerak motor sebagai daya sayat pada benda kerja [I]. Poros spindel akan memutar benda kerja melalui pencekam (chuck). Sebuah tlens menghubungkan an tara spindel dan pencekam. Eretan utama (appron) akan bergerak sepanjang meja sambil membawa eretan Iintang (cross slide) _._._._._._._. dan eretan atas (upper cross slide) dan dudukan L, pahat. Sumber utama dari semua gerakkan tersebut berasal dari motor listrik untuk memutar puli melalui sabuk (belt). Mesin bubut paling banyak digunakan untuk membuat benda berbentuk silinder. Keselindrisan yaitu bidang yang sebenamya terletak an tara dua silinder koaksial betjarak radial t [2]. Kesilindrisan dapat dilihat pada gambar 2. tentang limit dan suaian (ISO mencapai 0,02 mm. Sehingga perlu dilakukan perbaikan kesentrisan pencekam mesin bubut. System of Limits and Fits). Toleransi standar ini disebut International Tolerance atau disingkat IT. TAT A KERJA Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati benda kerja hasil pembubutan dengan mengukur dimensi benda kerja dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer, melakukan pemeriksaan dan pengukuran pad a pencekam mesin bubut Alpin untuk memastikan kesentrisan dengan menggunakan dial indicator, membuat rencana proses perbaikan, melakukan perbaikan dadukan pencekam dengan membubut ulang flens dudukan pencekam dan membubut rahang bagian dalam pencekam serta mengukur nilai kesentrisan setelah dilakukan perbaikan. Selanjutnya melakukan pembubutan paska perb3ikan dan mengukur dimensi benda kerja. HASIL DAN PEMBAHASAN d, d2 --'-'-.-'L2 <i< -.- -.-.-.- _.- . Gambar 3. Pengukuran benda kerja menggunakan mikrometer dengan Nilai kesentrisan pencekam dapat diukur dengan menggunakan dial indicator. Sedangkan ukuran panjang dan diameter silinder diukur dengan jangka sorong dan mikrometer. Gambar pengukuran benda kerja dapat dilihat pada gambar 3, pengukuran pencekam dapat dilihat pada gambar 4 dan pengukuran tlens dapat dilihat pada gambar 5. Dan hasil pengukuran seperti terlihat pada tabel I. Gambar 2. Kesilindrisan[2 Ketidaktelitian ukuran pada proses pembuatan tidak dapat dihindari. Agar persyaratannya dapat dipenuhi, ukuran yang sebenarnya pada benda kerja boleh terletak antara dua batas ukuran yang diizinkan. Perbedaan batas ukuran tersebut disebut toleransi. Untuk menghindari keraguan dan untuk keseragaman nilai toleransi standar telah ditentukan oleh ISO/R286 Edy Karyanta, dkk. ___ .__ ::---- Rahang pencekam oia/ indica/or Gambar 4. Pengukuran pencekam menggunakan dial indicator ISSN 1410 - 8178 dengan 367 PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 Tabel I. Hasil pengukuran benda kerja bubut, pencekam dan flens Hasil Pengukuran 100 80 0,065 Dial indicator Mikrometer 80 100 Kerataan Dial flens indicator 47,091 47,026 0,012 47,027 ,116 0,00 0,03 0,02 47,014 Setelah perbaikan (mm) 47,026 46,910 47,015 0,005 Nama Bagian Jangka sorong Jangka sorong Benda kerja bubut Kesentrisan pencekam Alat Ukur No LI flens spindel Dial indicator Gambar 5. Pengukuran flens dengan menggunakan dial indicator Dari tabel hasil pengukuran dimensi benda kerja hasil pembubutan sebelum perbaikan pad a panjang 80 mm terlihat adanya perbedaan ukuran antara dl dan d2 sebesar 0,065 mm. Dan pad a panjang 100 mm perbedaan ukuran antara d) dan d4 sebesar 0,116 mm. Padahal benda kerja dengan diameter antara 30 mm hingga 50 mm pada IT 7 nilai toleransinya adalah 0,025 mm. Dengan demikian penyimpangan hasil pembubutan terse but tidak memenuhi standard dan tidak dapat diterima. Dengan kata lain benda kerja dikatakan tidak silindris. Perbedaan ukuran yang terdapat pada benda kerja tersebut disebabkan karena kesentrisan pencekam sebesar 0,02 mm, dan evaluasi lebih lanjut mengantarkan kepada dugaan bahwa flens pencekam merupakan penyebab ketidaksentrisan pencekam mesin bubut. Atas dasar dugaan tersebut pencekam dilepas dan kemudian dilakukan pengukuran kerataan flens dengan dial indicator seperti terlihat pada Gambar 5 di atas. Temyata kerataan flens saat diputar menunjukkan nilai 0,03 mm. Permukaan melintang flens seharusnya menunjukkan 0,00 mm. 368 Untuk memperbaiki kerataan flens tersebut maka dilakukan pembubutan permukaan melintang flens. Setelah pembubutan tersebut nilai kerataan permukaan flens yang ditunjukkan oleh dial indicator menjadi 0,00 mm. Pencekam dipasang kembali kemudian dilakukan pengukuran dan di didapat nilai kesentrisan pencekam telah berubah menjadi 0,005 mm. Kemudian dilakukan pembubutan tipis pada rahang pencekam yaitu permukaan pencekam yang langsung berhubungan dengan benda kerja seperti ditunjukkan pada Gambar 4 di atas. Uji coba pembubutan dilakukan kembaJi. Pasca perbaikan terlihat adanya perubahan pada dimensi benda kerja hasil pembubutan, yaitu ditunjukkan dengan ukuran dI, d2, d) dan d4 menjadi rata-rata 47.015 mm dengan perbedaan diameter rata-rata 0,012 seperti terlihat pada table 1. Penyimpangan ukuran diameter tersebut dapat diterima karena masih di bawah 0,025 mm pada kualitas toleransi IT 7. Dengan demikian benda kerja dapat dikatakan silindris. Hasil pengukuran dI, d2, d) dan d4 setelah dilakukan perbaikan terJihat tidak sarna persis, hal ini dimungkinkan karena penggunaan m ikrometer yang kurang terampil dan teliti, kesalahan penglihatan dan atau pengaruh kehalusan permukaan hasil pembubutan. KESIMPULAN Telah dilakukan perbaikan kesentrisan pencekam mesin bubut Alpin di PTRKN-BATAN yang disebabkan karena pengaruh ketidaksentrisan flens penghubung antara spindle utama dan pencekam. Perbaikan yang dilakukan adalah membubut permukaan melintang flens hingga rata dan permukaan rahang pada pencekam. Hasil ISSN 1410 - 8178 Edy Karyanta, did<. PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 perbaikan menunjukkan kesentrisan pencekam menjadi 0,005 mm dari nilai sebelum perbaikan yaitu 0,02 mm. Dengan perbaikan ini mesin bubut dapat menghasilkan benda kerja yang silindris. DAFT AR PUST AKA I. SCHONMETZ, dengan Mesin, dkk. Khairul H >- Sejak kapan adanya ketisaksentrisan pada mesin bubut terse but? pencekam Edy Karyanta dkk, Pengerjaan Logam Angkasa, JI. Merdeka 6 Bandung, 1985. 2. TAKESHI SATO DAN SUGIARTO HART ANTO, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, PT Pradnya Paramita, JI. Kebon Sirih 46, Jakarta, 1986. Edy Karyanta, TANYA JAWAB ~ Adanya ketidaksentrisan pencekan pada mesin bubut tersebut diperkirakan sejak tahun 1987 yaitu sejak pertama kaIi mesin tersebut diinsta/l, tahun 2008 ini telah diteIiti/diperiksa dan telah diperbaiki. ISSN 1410 - 8178 369