PENELITIAN KANJI PADA POSISI AWAL DAN AKHIR KOSAKATA DI DALAM BUKU NIHONGO THROUGH NEWSPAPER ARTICLES Rico Ferdinan Chairil Anwar Jurusan Sastra Jepang Binus University Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat – 11480 Telp. 021 - 532 - 7630, [email protected] Rico Ferdinan Chairil Anwar, Prof. Dr. Sheddy N. Tjandra ABSTRAK Bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi melainkan dapat berwujud lambang. Ciri bahasa yang berwujud lambang misalkan huruf kanji. Bagi para pembelajar asing memahami arti kanji pada sebuah kosakata merupakan hal yang sulit. Namun, tidaklah sesulit yang dibayangkan karena untuk memahami arti yang tergambar pada kosakata bisa dilihat dari huruf kanji yang berada di awal atau akhir kosakata kanji tersebut. Tujuan penulisan ini adalah menganalisis makna leksikal atau gramatikal pada arti huruf kanji yang berada di awal atau akhir kosakata. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan buku sebagai sumber data pengumpulan kanji. Hasil yang dicapai ialah huruf kanji yang bermakna leksikal dapat disebut sebagai awalan dan akhiran karena memiliki arti yang jelas meski tanpa ada kosakata. Sedangkan huruf yang bermakna gramatikal disebut sebagai prefiks dan sufiks karena tidak memiliki arti yang kongkrit dan bersifat mengikat kosakata. Pada kosakata yang terdiri dari dua huruf kanji, semua maknanya adalah leksikal. Simpulan yang didapat menunjukkan bahwa di dalam kosakata dua dan tiga huruf, huruf kanji yang berada di awal atau akhir lebih banyak bermakna leksikal. Kata Kunci: makna leksikal dan gramatikal, kanji prefiks-sufiks ABSTRACT Language isn’t not only as communication to the others, but it also as a symbol such as kanji. For foreign students understanding meaning of kanji in a word (especially consist of two or three letters of kanji) is difficult thing. But, that thing isn’t problem, because to understanding meaning of kanji from its word, we should know meaning of one kanji which is positioning at begin or the last from kanji’s word. From that way, overall meaning of kanji’s word can be imagined. The purpose of this study is analyzing kanji which is positioning at begin or the last from kanji’s word whether has lexical meaning or grammatical meaning. This research will be using descriptive analysis as a method. Then, kanji that would be analyzed was sourcing from the lesson book. The results showed that kanji which has lexical meaning can be called “prefix” or “suffix” that caused it has concrete meaning. Meanwhile, kanji which has grammatical meaning (hasn’t concrete meaning) called “not real-prefix” or “not real-suffix” therefore it has to bounded another kanji to make a concrete meaning. Then, kanji which consisted of two letters kanji (word) has proven as lexical meaning’s kanji. As a verdict, kanji which consisted of two or three letters more of them was as lexical meaning’s kanji. Key Words: lexical and grammatical meaning, prefix and suffix’s kanji PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Seorang pribadi tentu tidak akan bisa menjalankan kehidupannya sendiri tanpa adanya kerja sama, bantuan, bimbingan, saran, kritik, dan hal-hal lain. Termasuk diantaranya adalah keinginan untuk berkomunikasi. Tidak akan mungkin tercapai suatu komunikasi antara manusia satu dengan manusia lain tanpa adanya bahasa. Betapa vitalnya bahasa dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh, bila seseorang pergi ke suatu daerah dan ternyata bahasa yang digunakan di daerah tersebut sama sekali berbeda dengan bahasa yang ia gunakan, maka tak lebih ia akan seperti seorang yang bisu dan tuli saja. Pada waktu manusia kelihatan tidak berbicara, pada hakekatnya ia masih juga memakai bahasa, karena bahasa ialah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran dan perasaannya, keinginan dan perbuatan-perbuatan; alat yang dipakainya untuk mempengaruhi dan dipengaruhi, dan bahasa adalah dasar pertama-tama dan paling berurat-berakar dari masyarakat manusia. (Samsuri, 1994, hal.4) Ada sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa bahasa hanya sebatas sebagai suatu alat komunikasi. Pernyataan ini mungkin benar. Namun dirasa kurang tepat. Penggunaan bahasa secara sehari-hari memang menjadikan bahasa terlihat hanya sebagai alat komunikasi saja, ditambah dengan ketidakingintahuan manusia modern saat ini tentang bahasa membuat hakikat definisi bahasa hanya mengacu pada fungsionalnya saja yaitu alat komunikasi. Namun, sifat atau ciri hakiki dari bahasa bukan sekedar hanya itu saja. Seperti yang dikemukakan oleh Chaer (2007) dalam bukunya yang berjudul Linguistik Umum menyatakan bahwa, Sifat atau ciri itu, antara lain, adalah (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, (13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya. (hal.33) Sejauh ini penulis berusaha mencoba menjelaskan makna tentang apa itu bahasa. Namun, bahasa sendiri bukanlah suatu ilmu melainkan suatu bidang kajian dari suatu ilmu itu sendiri. “Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah tentu mempunyai objek. Begitu juga dengan linguistik, yang mengambil bahasa sebagai objeknya.” (Chaer, 2007, hal.30) Dalam kasus penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah tentang kanji. Maka jika melihat pada sifat atau ciri bahasanya kanji merupakan lambang dan bunyi dari bahasa. Seperti halnya yang diteliti oleh Saussure yang dijelaskan oleh Kobayashi dan diterjemahkan oleh Tjandra (2004) mengatakan bahwa; Tentang tulisan, Saussure mengatakan di dunia ada dua jenis huruf, yakni huruf pelambang makna dan huruf pelambang bunyi. Contoh baik dari huruf pelambang makna adalah huruf kanji (huruf bahasa Cina). Tetapi, beliau menambahkan, di antara huruf pelambang makna seperti kanji itu ada juga yang hanya digunakan untuk melambangkan bunyi saja. Tentang huruf pelambang bunyi, disebutkan oleh beliau ada yang bersifat silabis (suku kata), ada juga yang bersifat bunyi tunggal. (hal.65) Karena berkaitan dengan kanji afiks, studi yang tepat pada penelitian ilmiah ini adalah berkaitan dengan huruf pelambang makna, bahwa kanji merupakan sebuah lambang dan memiliki makna. Kanji merupakan kajian yang lebih spesifik dari bidang bahasa. Oleh karena penelitian dengan objek bahasa, penelitian tentang kanji adalah bertemakan linguistik. Pemilihan tema linguistik oleh penulis dengan judul berkaitan dengan kanji dipilih lantaran sebagian besar pembelajar maupun dari pengalaman penulis secara pribadi yang cukup kesulitan di dalam mengetahui makna yang terkandung dalam kanji. Namun, hal itu dirasa cukup wajar. Kesulitan ini pun juga berlaku bagi para pelajar asing yang mempelajari bahasa Jepang, kecuali mereka yang berasal dari Cina. Karena kanji berasal dari Cina. Selain itu, penulis merasa berkeinginan untuk memperdalam lagi apa yang dimaksud dengan kanji afiks tersebut setelah membaca buku karya Timothy J. Vance yang berjudul Prefiks Dan Sufiks Dalam Bahasa Jepang dan juga jurnal dari seorang peneliti Jepang bernama Kanou Tieko dalam jurnalnya yang berjudul Keiyoushiteki Imi o Motsu Kanji no Setsujiteki Youhou ni Tsuite. Misalkan di dalam karya Timothy J. Vance, penulis menemukan kebingungan lantaran huruf kanji dai dan fu dikatakan sebagai sama-sama prefiks. Hal ini tentu membingungkan karena huruf kanji dai memiliki makna yang jelas yakni ‘besar’ sementara kanji fu tidak memiliki makna yang jelas. Sehingga seperti apakah bentuk huruf prefiks yang sebenarnya, apakah yang bermakna leksikal (yang memiliki makna jelas) ataukah bermakna gramatikal (tidak mempunyai makna kongkret). Dari kesulitan inilah penulis ingin meniliti kanji. Perlu dijelaskan bahwa kosakata kanji bisa terdiri dari; satu huruf, dua huruf bahkan lebih. Fokus penelitian ini adalah pada huruf awal dan akhir kosakata kanji yang terdiri dari dua dan tiga huruf saja. Kanji-kanji yang dikumpulkan merupakan kanji yang ada di dalam buku (Nihongo Through Newspaper Articles). 形容詞的意味をもつ漢字の接辞的用法について 大 不 新聞で学ぶ日本語 Dari kekurangan pada penelitian sebelumnya tersebut, dalam penelitian ini penulis akan lebih menekankan pada setiap huruf yang tidak memiliki makna yang jelas atau kongkret, dengan kata lain bermakna gramatikal, huruf kanjinya disebut dengan prefiks (jika berada di awal kosakata) atau sufiks (jika berada di akhir kosakata). Sedangkan untuk setiap huruf kanji yang memiliki makna kongkret atau jelas, dengan kata lain bermakna leksikal, huruf kanjinya bila berada di awal kosakata disebut sebagai awalan dan bila berada di akhir kosakata disebut dengan akhiran. Sehingga dari penelitian ini, diharapkan memberikan perbedaan yang jelas antara prefiks dengan awalan atau sufiks dengan akhiran. Tujuan penulis mengangkat judul ini adalah untuk mencari makna pada huruf kanji yang berada di awal dan di akhir pada kosakata kanji. Mengenai makna akan diteliti tentang makna leksikal dan makna gramatikal. Penulis berharap dengan penelitian ini para pembelajar ataupun pembaca mampu memahami dengan benar mana kanji yang berada di awal dan di akhir dalam kosakata kanji. Karena dengan penelitian ini akan terlihat huruf kanji yang tidak memiliki makna kongkrit atau gramatikal dan huruf kanji yang memiliki makna kongkrit atau leksikal. Selanjutnya, dari makna yang ada, pembaca dapat membedakan huruf kanji yang merupakan prefiks dan sufiks atau hanya sekedar awalan dan akhiran. Dengan peneletian ini diharapkan nantinya dapat mempermudah dalam mengartikan kosakata kanji khususnya pada dua dan tiga huruf kanji. METODE PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini, penulis memakai metode analisis deskriptif. Sedangkan, selama proses pencarian sumber data penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni pada saat mengumpulkan huruf-huruf kanji yang akan diteliti dengan sumber datanya berupa buku pelajaran Nihongo Through Newspaper Articles, hingga pada proses pencarian teori-teori yang berguna sebagai acuan untuk menganalisis data. Kemudian dari kanji yang telah terkumpul, dilakukan analisis menggunakan metode analisis deskriptif dengan cara huruf kanji yang akan diteliti diambil salah satu contoh kosakatanya beserta kalimat yang dimasukinya, lalu pencarian arti kosakatanya tanpa melihat kamus, namun artinya ditentukan berdasarkan dari yang ada di dalam kalimat, setelah artinya ditemukan penulis mereferensikannya dengan bantuan kamus, hingga akhirnya menentukan makna dari huruf kanji tersebut. HASIL DAN BAHASAN Huruf Kanji Di Awal Kosakata Berikut ini adalah huruf-huruf kanji yang letaknya berada di awal kosakata, antara lain: 「大」「最」「中」「内」 「不-」 Huruf Kanji Di Akhir Kosakata 「者」「省」 「後」「性」「客」「数」「化」「庁」「的」「書」「力」「比」「店」「生」「局」「地」 「員」「家」「国」「用」「業」「会」「紙」 Sedangkan huruf kanji yang letaknya berada di akhir kosakata, sebagai berikut: Menganalisa Huruf Kanji Yang Diduga Prefiks Berkaitan dengan Makna Leksikal atau Gramatikal Kanji 不 fu Makna pada huruf kanji fu menurut kamus Jepang ialah: 意味:「…でない」「…しない」「…がない」「…がよくない」などの意味。 Misalkan pada huruf kanji fu contoh kosakata dua dan tiga hurufnya, yakni 不景気 fukeiki dan 不 況 fukyou. Dengan contoh kalimatnya, yakni: 不況の影響で売れ行きを心配する店もすくなくないが、組合長は、「羽子板で不景気をはねの けてもらいたい」と話している。(NTNA: 34) Makna 不景気 di dalam kalimat ialah ‘ekonomi buruk’ (mengandung acuan arti negatif) sedangkan makna pada kosakata 景気 seperti didefinisikan kamus, acuan artinya positif 「景気」:「好況などの経済活動の状況」の意味。 Melihat pada contoh kalimat di atas, makna 不景気 fukeiki di dalam kalimat tersebut adalah ‘ekonomi buruk’. Sedangkan makna kosakata 景気 pada kamus gendai-shinkokugojiten ialah ‘keadaan aktivitas ekonomi yang berkembang pesat dan lain-lain’. Jika di dalam kamus menyatakan bahwa kosakata keiki ialah ‘ekonomi yang berkembang pesat’ yang beracuan arti positif sehingga di sini terlihat makna kosakata keiki sama arti dengan ‘keadaan ekonomi yang baik’. Maka makna kanji fu pada kosakata fukeiki terbukti menyatakan arti yang negatif. 「不」+「景気」 「不」:「…がよくない」menyatakan makna negatif yakni ‘tidak’ 「景気」:「経済活動の状況」bermakna leksikal ‘keadaan ekonomi (yang baik)’ 「不景気」:経済活動の状況がよくない。 Tanpa kehadiran 景気 huruf kanji 不 tidaklah memiliki makna yang jelas dan tidak bisa hadir dalam sebuah kalimat. Melihat makna yang hadir pada huruf kanji fu, penulis berpendapat bahwa makna kanji fu berarti menyatakan ‘tidak/hal yang selalu beracuan negatif’. Hal ini pun dibuktikan dengan selalu hadirnya kata (di dalam definisi kamus) yang menyatakan makna negatif. Lalu, pada huruf kanji -ない 不 selalu hadir bersamaan dengan kosakata lain tidak bisa hadir di dalam kalimat dengan huruf kanji 不 saja. Karena bila hadir pada sebuah kalimat dengan huruf kanji fu saja tentu tidak akan tahu makna negatif apa yang disampaikan. Sehingga karena membutuhkan kosakata lain agar maknanya jelas, kanji fu pada kosakata 3 huruf adalah bermakna gramatikal dan merupakan prefiks. Lalu, bagaimana jika hanya terdiri dari dua kosakata kanji? Di dalam dua kosakata kanji pun, huruf kanji sebenarnya tetap mempunyai arti ‘tidak’. Tetapi, pada contoh kasus ini, penulis membutuhkan contoh lain yang lebih sering muncul baik itu melalui buku (secara tertulis) maupun perkataan sehari-hari selain dari yang ada di dalam sumber data. Ambil contoh, fuben. Pada kosakata tidaklah murni terdiri dari dua huruf kanji fu dan ben saja. Melainkan sebenarnya terdiri dari tiga huruf kanji, yaitu: fu + benri sehingga menjadi fubenri. Di dalam bahasa Jepang kadang-kadang kita sering menemukan kosakata yang sebetulnya merupakan terdiri dari tiga huruf tetapi ditulis dalam bentuk dua huruf saja sehingga hal ini perlu diperhatikan. Berikut beberapa contoh kosakata kanji fu yang sebetulnya terdiri dari tiga huruf kanji. 不 不便 「不満 fuman」 「不況 fukyou」 「不足 fuzoku」 不 便利 不 便 不便 不便利 「不 fu」+「満足 manzoku」 「不 fu」+「状況 joukyou」 「不 fu」+「満足 manzoku」 不況 Maka jika melihat pada contoh di dalam kalimat yang terdapat kosakata sebenarnya tidaklah murni terdiri dari dua huruf melainkan terdiri dari kosakata tiga huruf. Karena ternyata pada kosakata dua huruf strukturnya sama dengan kosakata tiga huruf maka penulis berpendapat pada kosakata dua huruf pun, huruf kanji fu tetap bermakna gramatikal dan bertindak sebagai prefiks. Sehingga baik pada kosakata kanji dua huruf maupun tiga huruf, kanji tetap bermakna gramatikal dan merupakan prefiks. Kanji 大 dai 不 Makna pada huruf kanji dai menurut kamus Jepang ialah: 意味:①大きい。②すぐれた。③非常な。 Pada huruf kanji dai salah satu kosakata tiga hurufnya, misalkan contoh kalimatnya, yakni: 大企業 daikigyou. Dengan 民間の調査機関によると大企業の三割がすでに導入しているという。(NTNA: 118) Makna 大企業 daikigyou di dalam kalimat adalah ‘perusahaan-perusahaan besar’. Sedangkan pada kosakata kigyou sendiri definisi makna menurut shinmeikai-kokugojiten adalah: 「企業」:物資の生産・販売などの事業を継続的に行うこと。また、その事業(を行う組織)。 Menurut kamus shinmeikai makna kosakata kigyou ialah ‘melanjutkan bisnis (misalkan, bisnis penjualan atau menghasilkan barang). Juga, dari diadakannya bisnis itu dibentuk asosiasi (dalam arti membentuk perusahaan)’. Dapat dilihat dari makna yang hadir di dalam kalimat dengan makna yang ada di dalam kamus menyatakan definisi yang sama yakni ‘(dari diadakannya bisnis tersebut) dibentuklah suatu perusahaan’. Maka bisa dikatakan makna kosakata kigyou adalah perusahaan sehingga makna ‘besar’ ialah makna yang mengacu untuk huruf kanji dai. 企業 「大企業」 企業:perusahaan 大:besar 「大企業」= おおきい+企業 bermakna ‘perusahaan besar’. Maka jika dilihat huruf kanji 大 adalah yang bermakna ‘besar’. Makna ‘besar’ ialah makna yang berleksikal, selain itu, kanji 大 pun dapat berdiri sendiri tanpa harus bersama kosakata lain. Sehingga karena bermakna leksikal huruf kanji dai bukan termasuk prefiks namun Penulis lebih suka menyebutnya sebagai awalan karena berada di awal kosakata. Lalu pada contoh dua kosakata kanji, misalkan sebagai berikut: 大賞 taishou contoh kalimat pada kosakatanya 地域文化やコミュニケーションの振興に貢献したタウン誌に贈られる NTT 賞の受賞誌が決まり、 大賞の「季刊 生命の島」、企画賞の「月刊アスリートマガジン」などの作品が選ばれた。 (NTNA: 104) 大賞 Makna di dalam kalimat ialah ‘penghargaan terbesar (utama)’. Sedangkan menurut kamus gendai-shinkokugojiten ialah: 「大賞」:その分野で、最も優秀なものに与える賞。 Sehingga bila dilihat dari definisi kamus makna kosakata taishou ialah ‘penghargaan yang diberikan untuk (suatu) hal yang merupakan terbaik dibidangnya’. Sehingga bisa dikatakan, karena memilih suatu hal yang terbaik, maka penghargaannya pun merupakan suatu penghargaan terbaik/terbagus. Bila dilihat dari maknanya huruf kanji dai tidak hanya bermakna ‘besar’ saja, tetapi juga ‘terbaik/unggul’. 大 大賞:すぐれた賞 (penghargaan terbaik) 大:「すぐれた」の意味。 Oleh karena itu, pada kosakata kanji dua huruf pun makna terbaik/terbagus merupakan makna leksikal. Dan karena bermakna leksikal, huruf kanji ini merupakan awalan. Sehingga bisa disimpulkan, pada kosakata dua dan tiga huruf pun makna pada huruf kanji dai sudah berleksikal sehingga merupakan awalan karena terletak di depan kosakata. Kanji 最 Sai Makna pada huruf kanji sai dalam kamus Jepang ialah: 意味:「もっとも...」「いちばんの...」「この上ない...」などの意味。 Pada huruf kanji sai, penulis hanya menemukannya dalam bentuk kosakata dua huruf di dalam buku Nihongo Through Newspaper Articles. Bila mengambil salah satu contohnya, yakni saitei. Dengan contoh kalimatnya sebagai berikut: 最低 戦後の混乱が続いていた一九五0年の六三.五%を除けば、過去最低だった。(NTNA: 2) Makna 最低 di dalam kalimat ialah ‘paling rendah’. Sedangkan menurut kamus Jepang gendaishinkokugojiten makna saitei ialah: 「最低」= もっとも・いちばんひくい memiliki arti yang sama yakni ‘paling rendah’ Menurut penulis makna ‘paling rendah’ memiliki satu kesatuan arti karena makna ‘paling’ berfungsi sebagai menerangkan makna ‘rendah’. Sedangkan makna ‘rendah’ adalah sebagai yang diterangkan. Sehingga karena adanya yang menerangkan dan diterangkan (M-D), huruf kanji yang bertindak menerangkan itulah sebagai huruf awalan, karena huruf kanji bertindak sebagai awalan yang menerangkan huruf kanji di depannya. Oleh karena merupakan awalan maka kanji adalah berleksikal. 最 最 Menganalisa Huruf Kanji Yang Diduga Sufiks Berkaitan Dengan Makna Leksikal Atau Gramatikal Kanji 後 go Makna pada huruf kanji go dalam kamus Jepang ialah: 意味:①のち。②あと。 Pada kosakata huruf kanji go, kosakata yang ditemukan ialah kalimat pada kosakata tersebut. 放課後 houkago. Berikut contoh 今では昼休みや放課後に施設にでかけ、手伝いをしたりいっしょにゲームをしたりしている。 (NTNA: 112) 放課後 Makna kosakata berdasarkan kalimat di atas ialah ‘setelah pulang sekolah’. Sedangkan menurut kamus shinmeikai makna kosakata ialah: 「放課」 「放課」:「その日の学校の課業が終わること」の意味。 Makna 放課後 houkago menurut penulis pada kalimat di atas ialah ‘setelah pulang sekolah’. Sementara menurut kamus, kosakata 放課 houka bermakna ‘selesai pelajaran sekolah untuk hari itu’ sama artinya dengan ‘pulang sekolah’. Artinya di sini makna ‘setelah’ adalah makna yang ditunjukkan pada huruf kanji 後. Makna ini sama dengan yang didefinisikan menurut kamus gakshuu-shinkokugojiten yakni あと(setelah). ‘Setelah’ merupakan makna leksikal dan huruf yang dapat berdiri sendiri. Di dalam bahasa Jepang pun kita sering mendengar kata yang biasanya dipakai untuk menghubungkan antar kalimat. Karena berleksikal, huruf ini merupakan akhiran. 「後で」 Kanji 性 sei Makna huruf kanji sei menurut kamus Jepang ialah: 意味:「…のような性質をもつ(もの)」の意味。 「ほかの言葉を下に付けて、その性質を持つことを表す」の意味。 「男と女の区別」の意味。 女性 Pada huruf kanji sei ditemukan contoh pada kosakata dua maupun tiga huruf, yakni josei dan anteisei. Namun, untuk yang pertama akan diteliti terlebih dulu kosakata tiga hurufnya setelah diteliti, kemudian dibandingkan dengan kosakata dua huruf, apakah akan bermakna sama atau mungkin dapat berbeda. Berikut contoh kalimat pada kosakata antesei, sebagai berikut: 安定性 独身者、既婚者各三百五十人が答えたが、現在の会社を選んだ基準は「仕事内容」「安定性 安定性」 「場所」という要素が多いが、転職するとしたら「給料」で選んだ人が多かった。(NTNA: 74) Makna kosakata 安定性 anteisei di dalam kalimat ialah ‘keamanan (pada jabatan/pekerjaan)’. Jika melihat definisi kosakata 安定 menurut kamus shinmeikai yakni: 「安定」:〔物事の状態に〕激しい変化がなく落ちっていること。 Maksud dari makna kamus shinmeikai pada kosakata 安定 antei ialah, ‘tidak akan merubah suatu pilihan keadaan yang sudah dijatuhkan/diputuskan sendiri’. Pengertian sederhananya ialah ‘kuat pendirian pada pilihan’ dan jika dihubungkan dengan makna pada kosakata 安定性 yang muncul di dalam kalimat ialah ‘kuat pendirian dalam memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman.’ Sehingga penulis menyimpulkan makna kosakata kanji 安定 ialah ‘(dari pekerjaan itu (memberikan rasa)) aman/tidak khawatir atau stabil’. 「安定」:(pekerjaan yang memberikan rasa) aman/tidak khawatir 「性」:…の性質 bersifat… 現在の会社を選んだ基準は「仕事内容」「性」「場所」という...[?] 「安定性」:安定の性質 mempunyai sifat aman atau dapat berarti ‘keamanan’. 性 Pada penjabaran di atas paling tidak dapat memberikan gambaran bahwa makna huruf kanji sei pada kosakata tiga huruf dengan contoh merupakan huruf bermakna gramatikal karena huruf kanji ini harus mengikat kosakata kanji lain agar maknanya jelas. Kehadiran huruf kanji saja di dalam kalimat tidak akan memberikan gambaran makna yang jelas karena makna huruf kanji hanya menyatakan suatu sifat, namun jika ditambah dengan kosakata kanji lain dalam hal ini antei, maknanya menjadi terlihat yakni ‘(sifat yang) tidak khawatir atau merasa aman (terhadap suatu pekerjaan)’. Oleh karena itu huruf kanji ini bermakna gramatikal dan karena berada di akhir kosakata, huruf kanji ini bertindak sebagai sufiks. 安定性 Contoh lain pada kosakata dua huruf kanji shinkokugojiten sebagai berikut: 「女性」 性:男と女の区別 性 女性 性 安定 maknanya di dalam kamus gendai- 「性」= おんな Dalam hal ini penulis akan memberikan satu buah contoh kalimat yang diambil dari sumber data yang sama untuk membuktikan bahwa makna pada kosakata menunjukkan arti ‘perempuan atau wanita’ sehingga menyebabkan bermakna leksikal, sebagai berikut: 性 女性 女性が一生のうちに生む子どもの数の平均が、昨年初めて一・五0を割って一・四六に下がっ たことが、厚生省が発表した人口動態統計で明らかになった。(NTNA: 12) 女性 pada kalimat bermakna ‘perempuan’. Di dalam kamus gendai-shinkokugojiten pun 女性 おんな ‘perempuan’. Melihat pada makna kanji 性 pada kosakata 女性 maka benar jika kanji sei juga menunjukkan arti yang sama dengan ‘perempuan’. Lalu, bila melihat makna dari huruf kanji 性 yang salah satu definisi artinya ialah ‘membedakan laki-laki dan perempuan’ penulis berpendapat makna yang hadir menunjukkan makna ‘perempuan’ berdasarkan dari kosakata 女性 sehingga bisa juga dikatakan makna kanji sei ialah ‘perempuan’. Maka dari itulah, makna ‘perempuan’ karena merupakan makna leksikal, sehingga pada struktur kosakata dua huruf, kanji 性 bukanlah sebagai sufiks lagi melainkan sebagai Makna makna ialah akhiran. Dari penelitian ini Penulis menyimpulkan dua hal yakni, bahwa bila berada dalam kosakata tiga huruf kanji makna huruf kanji sei adalah bermakna gramatikal dan sebagai sufiks, dikarenakan bermakna ‘sifat’ yang tidak menggambarkan suatu objek dengan jelas. Sedangkan bila berada pada kosakata dua huruf kanji makna huruf kanji sei dapat menjadi makna leksikal dan sebagai akhiran, dikarenakan makna kanji sei mengikuti makna huruf kanji di depannya. Kanji 生 sei Makna pada huruf kanji sei di dalam kamus Jepang ialah: 意味:「学生・生徒」の意味。 ①毎日のくらし。②この世に生まれる。③学生・生徒の意。④生きていること。 Pada huruf kanji sei selain ditemukan di dalam bentuk kosakata dua dan tiga huruf, huruf sei sendiri ditemukan juga berada di posisi akhir kosakata dan posisi awal pada kosakata. Berikut contoh pada kosakata tiga huruf, yakni daigakusei. Lalu pada kosakata dua huruf yang berposisi di akhir kosakata yakni kyousei, dan terakhir berposisi di awal kosakata, yakni seisan. Untuk yang pertama, penulis akan meneliti terlebih dahulu huruf kanji sei pada kosakata tiga huruf dengan contoh kalimatnya sebagai berikut: 共生 大学生 生産 立川市のショッピングセンターが、大学生の「生の声」調査の一環として「一番ぜいたくと感 じるのはどんな時か」と尋ねた。(NTNA: 94) Makna kosakata 大学生 di dalam kalimat ialah ‘mahasiswa’. Sedangkan makna kosakata 大学 menurut kamus shinmeikai ialah: 「大学」:高校の上 (di atas SMA atau dapat dikatakan ‘universitas’) Makna yang hadir dalam kosakata 大学生 ialah ‘mahasiswa’. Makna mahasiswa dalam bahasa Indonesia berarti ‘murid/pelajar yang belajar di Universitas/Perguruan Tinggi’. Jika makna 大 学 menyatakan tempat belajarnya, maka makna huruf kanji sei ialah ‘murid/pelajar’ itu sendiri. Dari maknanya terlihat huruf kanji 生 adalah bermakna leksikal dan bertindak sebagai akhiran. Sedangkan pada contoh kalimat untuk kosakata kyousei ialah sebagai berikut: 環境共生マンションが北九州に登場した。(NTNA: 100) Makna 共生 pada kalimat di atas ialah ‘menyatu (dengan alam)’. Sedangkan menurut definisi kamus gendai-shinkokugojiten ialah: 共生:ともに生きて行くこと。 Bermakna ‘hidup secara bersama-sama atau simbiosis’ Pada makna 共生 di dalam kamus, terdapat kalimat yakni 生きて行くこと’(hidup)’ sedangkan jika kita melihat makna pada kamus makna kanji 生 ialah 生きていること yang berarti sama dengan ‘hidup’ sedangkan kanji 共 tomo ni bermakna ‘bersama-sama atau simbiosis’. Maka dari itu makna 生 dapat diartikan dengan ‘hidup’ dan makna ini merupakan makna leksikal. Contoh lain yang telah disebutkan di atas misalkan, 生産 seisan, yakni: 農林水産省のテコに入れする福井県の野菜工場では、天候に左右されない人口照明で一日に約 六百袋のサラダ菜を生産している。(NTNA: 10) Makna kosakata 生産 seisan di dalam kalimat ialah ‘menghasilkan’. Sedangkan jika melihat melalui kamus shinmei-kokugojiten ialah: 生産:「人間生活に必要な品物を作り出すこと」の意味。 Terjemahan: suatu proses menghasilkan barang-barang untuk kebutuhan manusia. 生産 tetap bermakna ‘menghasilkan’. Lalu, bila Pada makna di dalam kamus pun, kosakata melihat dari makna kanji saja berdasarkan dari analisa penulis sebelumnya yang menyatakan makna pada kosakata adalah ‘memproduksi atau menghasilkan’ atau lihat kembali makna kanji sei nomor . Di sini terlihat bahwa makna tidak hanya bermakna ‘hidup’ atau ‘kehidupan’ saja. Namun juga bermakna ‘menghasilkan’ (seperti definisi menurut kamus). Dan makna ini merupakan makna leksikal dan karena terletak di awal kosakata maka merupakan awalan. ② 生産 生 生 生 生 Sehingga bisa dilihat pada penjabaran di atas, keseluruhan makna yang dihasilkan huruf kanji pada kosaakta dua huruf bermakna leksikal. Tidak hanya bertindak sebagai akhiran, huruf kanji juga bisa menjadi awalan, karena kebetulan memiliki dua contoh kosakata yang mana huruf kanji berada di depan kosakata sehingga bisa dijadikan bukti. 生 生 Sehingga pada kosakata tiga huruf, huruf kanji sei yang bermakna ‘murid’ merupakan makna leksikal. Begitu pula pada kosakata dua huruf juga bermakna leksikal. Dan bila melihat pada contoh kosakata yang ada, tidak hanya sebagai akhiran saja, huruf kanji ini juga bisa bertindak sebagai awalan karena kebetulan ditemukan di dalam sumber datanya contoh kosakata dua huruf di mana huruf kanji sei berada di depan kosakata. SIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa secara umum huruf kanji yang berada di awal dan di akhir kosakata kanji dapat bermakna leksikal dan gramatikal dan kosakata kanjinya haruslah dibaca secara onyomi bukan kunyomi, karena kunyomi adalah cara baca Jepang. Huruf kanji yang bermakna gramatikal di awal kosakata dapat dikatakan sebagai prefiks, yakni kanji fu. Sedangkan yang berada di akhir kosakata atau dapat disebut dengan sufiks, antara lain: sei ka teki hi you. 「不」 「性」 「化」 「的」 「比」 「用」 Selain itu, ada pula huruf kanji yang bermakna leksikal di awal kosakata atau disebut juga dengan awalan, seperti: dai sai chuu nai sei. Sedangkan yang termasuk huruf kanji akhiran seperti sha shou go kyaku suu chou sho ryoku ten sei kyoku chi in ka koku kai shi. Dapat dilihat bahwa huruf kanji sei dapat bertindak sebagai awalan dan akhiran, hal ini 「力」 「紙」 「大」 「最」 「中」 「内」 「生」 「者」 「省」 「後」 「客」 「数」 「庁」 「書」 「店」 「生」 「局」 「地」 「員」 「家」 「国」 「会」 「生」 dapat mungkin terjadi karena kanji ini ditemukan pada posisi awal dan akhir kosakata di mana huruf kanji ini minimal memiliki dua contoh kosakata pada posisi yang sama. Lalu huruf kanji yang sebelumnya bermakna gramatikal (pada kosakata tiga huruf), apabila terdapat contoh pada kosakata dua huruf, maknanya dapat berubah menjadi leksikal, seperti huruf kanji sei dan ka. Namun, hal ini tidak berlaku pada huruf kanji fu. Kemudian, setelah dilakukan penelitian disimpulkan bahwa pada kosakata dua huruf seluruh maknanya ialah bermakna leksikal. Lalu, di akhir penelitian bisa dikatakan bahwa tidak ditemukan huruf kanji yang bertindak sekaligus sebagai prefiks dan sufiks di dalam satu kosakata kecuali hanya bertindak sebagai prefiks/awalan atau sufiks/akhiran saja. 「性」 「化」 「不」 Inti dari penelitian ini adalah mencari makna leksikal dan gramatikal pada kosakata tiga huruf kanji tetapi makna yang hadir pada kosakata dua huruf juga tidak boleh diabaikan. Pada kosakata tiga huruf yang merupakan afiks juga memiliki permasalahan yang menarik untuk dijadikan bahan penelitian yakni berkaitan dengan kata turunan yang dapat merubah kelas kata. Misalkan pada kosakata shingakuyang berasal dari kata yang berarti ‘melanjutkan sekolah (ke jenjang yang lebih tinggi)’ ini merupakan kata kerja atau verba di dalam kelas kata namun bila ditambahkan dengan huruf kanji sha menjadi shingakusha kelas katanya berubah menjadi kata benda karena bermakna ‘orang yang melanjutkan sekolah.’ Hal inilah yang tidak diteliti oleh penulis lebih lanjut. Sehingga penulis menghimbau kepada pembelajar yang tertarik dengan tema tersebut untuk bisa dibahas lebih dalam lagi. 者 進学者 進学する 進学 Penulis menyadari ketidak-sempurnaan dalam skripsi ini. Sehingga penulis menghimbau kepada pembelajar bahasa Jepang yang tertarik dengan tema yang telah disebutkan di atas (mengenai kelas kata pada kosakata dalam bahasa Jepang) untuk dijadikan bahan kajian lebih lanjut atau mungkin dengan tema yang sama seperti yang diambil oleh penulis namun dengan sumber data yang berbeda. REFERENSI Basuki, Sulistyo. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Haruhiko, Kindaichi. (2002). Gendai Shin Kokugo Jiten. Tokyo: Gakken Heizou, N., & Shigeo, T. (1994). Gengogaku e no Shotai. Tokyo: Taishukan Shoten Kanou, Tieko. (1989). Kanji no Setsujiteki Youhou ni Kansuru Ichikousatsu. Keiyoushiteki Imi o Motsu Kanji no Setsujiteki Youhou ni Tsuite, 16(16), 57-66. Diunduh dari http://franklin4.tulips.tsukuba.ac.jp/dspace/handle/2241/13542 Kazuo, Mabuti. (1990). Gakushuu Shin Kokugo Jiten. Tokyo: Dai Nippon Kiyo, Yamashita. (2005). Nihongo Gakushuu no Tame no Jisho. Kango Setsuji Youhou Jiten, 14(14), 96107. Diunduh dari http://dspace.wul.waseda.ac.jp/dspace/handle/2065/31326 Kridalaksana, Harimurti. (2009). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Littlejohn, Stephen, & Foss. 2008. Theories of human communication. Belmont: Wardsworth Publishing Company Nakamura, Yoshihisa. (2000). Nichi Bunpou Kara Mita Goi to Koubun. Jita Koutai to Judoutai no Bunpouka, 20(20), 75-103. Diunduh dari http://dspace.lib.kanazawau.ac.jp/dspace/handle/2297/1005 Osamu, M., & Nobuko, M. (2005). Nihongo Through Newspaper Articles. Tokyo: The Japan Times Parera, J. D. (2004). Teori Semantik. (Vol.2). Jakarta: Erlangga Samsuri. (1994). Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga Tadao, Yamada. (2001). Shinmeikai Kokugo jiten. Tokyo: Sanseido Takao, Suzuki. (1990). Nihongo no Goi to Hyougen. Tokyo: Taishukan Shoten Vance, J. T. (1993). Prefiks Dan Sufiks Dalam Bahasa Jepang. (Diterjemahkan oleh Rahayu Ratnaningsih) Jakarta: Kesaint Blanc Tjandra, S. N. (2004). Ucapan Bahasa Jepang dalam Kajian Interdisipliner. Depok: Bidang Penelitian Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Yoshiaki, Takebe. (1991). Moji Hyouki to Nihongo Kyouiku. Tokyo: Bojinsha Yoshiyuki, Morita. (1997). Nihongo Gaisetsu. Tokyo: Kyoushinsha RIWAYAT PENULIS Rico Ferdinan Chairil Anwar lahir di Jakarta pada 24 Juli 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Sastra Jepang pada 2013.