ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. M UMUR 28

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. M UMUR 28
TAHUN DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI SRI PILIH RETNO, S.SiT
KOTA SEMARANG
ARTIKEL
OLEH
MISROTUN
NIM. 0131673
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PERNYATAN KEASLIAN PENELITIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan mendapatkan
gelar akademik (Ahli Madya Kebidanan dan atau Sarjana), baik di Akademi
Kebidanan Ngudi Waluyo maupun sekolah kesehatan lain.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
dalam daftar pustaka.
4. Penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademikberupa pencabutan gelar yang
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.
Ungaran,19 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan
Misrotun
0131673
ii
ABSTRAK
Misrotun, 2016; Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.M Umur 28 Tahun di
BPM Sri Pilih Retno. S.SiT, Semarang.Karya Tulis Ilmiah. DIII Akademi Ngudi
Waluyo.
Pembimbing I : Widayati. S.SiT.M.Keb, Pembimbing II : Chichik Nirmasari
S.SiT.M.Kes
Tahun 2015 di BPM Sri Pilih Retno S.SiT didapatkan data K1 dan K4 yaitu
76 ibu hamil sedangkan persalinan yang ditolong di BPM ini sebanyak 5 orang.
Jumlah KB dalam bulan oktober sebanyak 220 orang. Pada bulan Oktober tahun
2015 didapatkan data pasien KB baru sebanyak 6 orang. Pasien KB baru
tersebut yang melakukan asuhan berkelanjutan dari ANC,INC,PNC,BBL dan KB
sebanyak 5 (83,3%) ibu dan 1 (16,7%) yang tidak berkelanjutan karena saat
persalinan di rujuk ke Rumah Sakit karena 1 ibu letak lintang.
Tujuan Penulisan ini agar penulis mampu melaksanakan asuhan
kebidanan berkelanjutan pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno
S.SiT
Semarang
dan
dapat
menerapkan
asuhan
kebidanan
dengan
menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney.
Hasil asuhan pada kasus
Ny. M setelah dilakukan pengkajian sampai
evaluasi pada masa kehamilan, bersalin, nifas, neonatus dan KB diperoleh hasil
bahwa asuhan pada Ny M dinyatakan berhasil karena tidak ditemukan komplikasi
pada masa kehamilan dan nifas serta bayi lahir dengan berat 3100 gram, akan
tetapi terdapat kesenjangan pada asuhan pada masa KB dimana seharusnya
MAL dapat dilakukan selama 6 bulan namun ibu hanya melakukan selama 3
bulan dan dilanjutkan KB suntik.
Kesimpulan : Pemberian asuhan berkelanjutan pada Ny M dinyatakan
berhasil meskipun didalam KB terdapat kesenjangan yaitu dimana seharusnya
MAL dapat dilakukan selama 6 bulan namun ibu hanya melakukan selama 3
bulan. Lahan praktik diharapkan tidak langsung meminta klien untuk miring kali
jika baru memasuki kala II.
Kata kunci
: Asuhan Kebidanan Berkelanjutan
iii
ABSTRACT
Misrotun, 2016; The Advanced Midwife Care on Mrs. M, 28 Years at Midwife
Clinic Of Sri Pilih Retno. S.SiT, Semarang. Scientific Paper. Diploma III of Ngudi
Waluyo Midwifery Academy.
First Advisor: Widayati. S.SiT., M.Keb, Second advisor: Chichik Nirmasari, S.SiT.,
M.Kes.
In 2015, the data of K1 and K4 at Midwife Clinic Of Sri Pilih Retno. S.SiT are
76 pregnant women while the birth are assisted this clinic was five cases. The
number of contraception acceptors in October 220 people. In October 2015, it is
obtained the updated data of new acceptors that is six women. Among these six
women there are five women (83.3%) who receive the advanced midwifery care
of ANC, INC, PNC, newborn and selecting contraception and a women (16,7%)
has not got the care due to the delivery process was referred to the hospital
because of lateral position.
The objective of this paper is the writer is able to implement an advanced
midwifery care on Mrs. M, 28 years, at midwife clinic of Sri Pilih Retno, S.SiT of
Semarang and can implement midwifery care using the seven steps of Varney’s
Obstetrical management.
The result of the midwifery care on Mrs. M after being given assessment to
evaluation during pregnancy, childbirth, post-partum, neonatal and contraception,
the result obtained that the midwifery care on Mrs. M is declared successful
because there is no complication during pregnancy and postpartum and infants
born with 3100 gram in weight, but there is a discrepancy in selecting
contraception in which the Lactational Amenorrhea Method (LAM) should be
conducted for 6 month but the mother just did for 3 months and continued by
contraceptive injection.
It can be concluded that the provision of advanced midwifery care on Mrs. M
is declared success fuleven though there is a discrepancy in contraception in
which the lactational amenorrhea method can be conducted for 6 months but the
mother just did for 3 months. The site of practice is expected to not ask the client
to tilt several times when they are newly entering the second stage.
Keywords: Advanced midwifery care.
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan
dihadapan tim Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo, pada :
Hari
: Jumat
Tanggal
: 12 Agustus 2016
Ungaran, Agustus 2016
Pembimbing I
Pembimbing II
Widayati,S.SiT., M.Keb.
Chichik Nirmasari, S.SiT., M.Kes
NIDN. 0616088101
NIDN. 0627098004
v
HALAMAN PENGESAHAN
Study Kasus ini telah dipertahankan dan direvisi sesuai masukan
tim penguji Study Kasus Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo pada:
Hari: Jumat
Tanggal: 12 Agustus 2016
Tim Penguji,
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Ninik Christiani, S.SiT.,
Widayati, S.SiT., M.Keb.
Chichik Nirmasari, S.SiT.,
M.Kes.
NIDN. 0616088101
M.Kes.
NIDN. 0607118001
NIDN. 0627098004
Mengetahui,
Direktur AKBID Ngudi Waluyo
Rini Susanti, S.SiT., M.Kes.
NIDN. 0621098001
vi
RIWAYAT HIDUP
NAMA
: Misrotun
Tempat / Tanggal Lahir : Kab. Semarang 27 Januari 1995
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Dsn. Krajan I Rt 02 Rw 01 Desa Bener kecamatan
Tengaran
Riwayat Pendidikan
1. TK Taman Bermain Kalimantan Timur 2001
2. SD Negeri Kalimantan Timur LULUS Tahun 2006
3. SMP N 2 Tengaran LULUS Tahun 2009
4. SMA N 1 Tengaran LULUS Tahun 2012
5. Masih tercatat sebagai mahasiswa Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
sampai saat ini.
vii
MOTTO
Kesalahan Akan Membuat Orang Belajar Dan Menjadi Lebih
Baik.
Tidak Ada Masalah Yang Tidak Bisa Diselesaikan Selama
Ada Komitmen Bersama Untuk Menyelesaikan Berangkat
Dengan Penuh Keyakinan, Berjalan Dengan Penuh
Keikhlasan Istiqomah Dalam Menghadapi Cobaan.
Kesuksesan Hanya Dapat Diraih Dengan Segala Upaya Dan
Usaha Yang Disertai Dengan Doa, Karena Sesungguhnya
Nasib Seseorang Manusia Tidak Akan Berubah Dengan
Sendirinya Tanpa Berusaha. . .
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, saya persembahkan karya tulis
ilmiah ini untuk :
1. Bapak dan ibuku tercinta, Bapak Saefudin dan ibu Ratmi Ningsih dan adik
saya Dina Setyaningsih yang sangat saya sayangi. Terima kasih telah
menjadi malaikat yang menopang hidupku, senantiasa menjadi sandaran
keluh kesahku, terima kasih untuk Do’a, cinta, pengorbanan, materi,
dukungan semangat dan kasih sayang yang tidak terhitung nilainya selama
ini.
2. Sahabatku Luh Made Anggie Rahayu Ningsih, Nida Fajar Nilawati, yang
senantiasa setiap saat memberikan dukungan dan semangat dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini.
3. Teman-teman O lebar , tingkat III Anggie, Nida, Kadek, Asmaq, Gina, Ratih,
Nyemas, Rini, Dianti, tingkat II Hayati, Heni, Indah, Tari, Laras yang selalu
membuat suasana menyenangkan di dalam kamar.
4. Teman-teman Antiseptik dimana kita saling mendukung satu sama lain dan
teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih.
5. Ibu Wida dan ibu Chichik , terima kasih atas bimbingannya dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini, serta selaku ibu Ninik terima kasih atas
pengarahan serta saran dan masukan yang telah diberikan untuk
menyempurnakan penyusunan karya tulis ilmiah ini.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
kebidanan berkelanjutan pada pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih
Retno S. SiT. Kota Semarang “. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Lila Kusuma Rahayu, S.Si, Msi, Selaku Ketua Yayasan Ngudi Waluyo
Ungaran.
2. Rini Susanti, S.SiT, M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo.
3. Ninik Christiani, S.SiT., M.Kes, selaku penguji I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah
4. Widayati,S.SiT., M.Keb., selaku pembimbing I yang bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna
hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Chichik Nirmasari, S.SiT, M.Kes., selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Sri Pilih Retno S.SiT, selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan bimbingan.
7. Seluruh staf dan dosen Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.
8. Orang tua dan adikku yang telah memberikan dorongan, semangat dan
doa selama penulis menempuh pendidikan.
x
9. Teman-teman seperjuangan di Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.yang
selalu memberikan semangat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
tidak lepas dari kekurangan dan membutuhkan perbaikan. Penulis
mengharap
kritik
dan
saran
yang
sifatnya
membangun
demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Ungaran,
Agustus 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................
i
ABSTRAK .........................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................
iv
KATA PENGANTAR .........................................................................
v
DAFTAR ISI ......................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................
5
C. Ruang lingkup..................................................................
5
D. Tujuan Study Kasus ........................................................
5
E. Manfaat Study Kasus ......................................................
6
F. Metode Penulisan dan Cara Memperoleh Data ...............
7
G. Sistematika Penulisan .....................................................
10
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori .......................................................
12
B. Manajemen Kebidanan ..................................................
72
C. Pendokumentasian .........................................................
74
D. Landasan Hukum yang mendasari praktik kebidanan ......
74
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian .......................................................................
90
B. SOAP ..............................................................................
102
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Kehamilan .......................................................................
xii
138
B. Persalinan .......................................................................
144
C. Nifas ................................................................................
154
D. Bayi Baru Lahir (BBL) ......................................................
159
E. KB ...................................................................................
168
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................
171
B. Saran ...............................................................................
173
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AIDS
: Acquired Immunedeficiency Syndrome
ANC
: Ante Natal Care
AKB
: Angka Kematian Bayi
AKBK
: Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
AKI
: Angka Kematian Ibu
APN
: Asuhan Persalinan Normal
ASI
: Air Susu Ibu
BAB
: Buang Air BesarBAK : Buang Air Kecil
BB
: Berat Bayi
BB
: Berat Badan
BBL
: Baru Lahir
DJJ
: Denyut Jantung Janin
DM
: Diabetes Militus
HIV
: Human Immunedeficiency Verus
HB
: Hemoglobin
HPHT
: Hari Pertama Haid Terakhir
HPL
: Hari Perkiraan Lahir
IRT
: Ibu Ruamah tangga
KB
: Keluarga Berencana
KIA
: Kesehatan Ibu Anak
KIE
: Komunikasi Informasi dan Edukasi
KH
: Kelahiran Hidup
KMS
: Kartu Menuju Sehat
KU
: Keadaan Umum
LILA
: Lingkar Lengan Atas
N
: Nadi
PAP
: Pintu Atas Panggul
PB
: Panjang Bayi
PMS
: Penyakit Menular Seksual
PONED
: Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal Dasar
PONEK
: Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal Komprehensif
RR
: Respiration Rate
S
: Suhu
xiv
SMU
: Sekolah Menengah Umum
TB
: Tinggi Badan
TBC
: Tuberculosis
TBJ
: Taksiran Berat Janin
TD
: Tekanan Darah
TFU
: Tinggi Fundus Uteri
TM
: Trimester
TT
: Tetanus Toksoid
TTV
: Tanda-Tanda Vital
UK
: Usia Kehamilan
WHO
: World Health Organitation
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: SAP
Persiapan Persalinan
Tanda Tanda Persalinan
Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda Bahaya Nifas
Asi Eksklusif
Lampiran 2
Leaflet
Keluarga Berencana
Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda Bahaya Nifas
Asi Eksklusif
Lampiran 3 :
Surat penelitian
Lampiran 4: FC Buku KIA
Lampiran 5: Dokumentasi
Lampiran 6: Persetujuan Responden
Lampiran 7 : Surat Penyataan Bidan
Lampiran 8 : Surat Pernyataan Pasien
xvi
DAFTAR ISTILAH
Ante Natal Care
: Pemeriksaan
kehamilan
untuk
mengoptimalkan kesehatanmental dan fisik
ibu
hamil,
hingga
mampu
menghadapi
persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar.
Hemoglobin
: Molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport oksigen
dari paru – paru menuju keseluruh jaringan
tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru – paru.
Metode Amenorhea Laktasi
: Alat
kontrasepsi
yang
mengandalkan
pemberian air susu ibu (ASI)
Nadi
: Pembuluh
darah
berotot
yang
berfungsi
membawa darah dari jantung dengan tujuan
sebagai sistemik tubuh, kecuali apulmonalis
yang membawa darah menuju paru untuk
dibersihkan dan mengikat oksigen
Respiratori Rate
: Suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai
dalam menghitung jumlah pernafasan satu
menit.
Suhu
: Besaran yang menyatakan derajat panas
dingin suatu benda dan alat yang digunakan
untuk mengukur suhu yaitu thermometer.
xvii
Tinggi Fundus Uteri
: Suatu kegiatanmengukur jarak antara fundus
dan
simfisi
pubis
menentukan
tuanya
kehamilan dan berat badan janin
dalan
kandungan
Trimester
: Preode tiga bulan dalam kehamilan
Tetanus Toksoid
: Suatu imunisasi untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan infeksi tetanus.
Tanda – Tanda Vital
: Pengukuran tanda-tanda funsi vital tubuh
yang paling dasar seperti tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir pada tahun
2012 pemerintah mengadakan program kerjasama Kementrian Kesehatan RI
dan USAID selama lima tahun (2012-2016) yang disebut EMAS (Expanding
Maternal and Neonatal Survival) yaitu sebuah program EMAS mendukung
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, dalam berjejaring dengan
Organisasi Masyarakat Sipil, fasilitas kesehatan publik dan swasta, asosiasi
rumah sakit, organisasi profesi, dan sektor swasta, dan lain-lain. Program ini
akan berkontribusi terhadap percepatan penurunan kematian ibu dan bayi
baru lahir sebesar 25% di Indonesia.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) AKI adalah 359
kematian per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 32 per 1.000
kelahiran hidup (Profil kesehatan Indonesia, 2014 ). Penyebab langsung
kematian ibu tahun 2013 adalah pendarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi
7,3%, partus lama 0%, abortus 0%, lain-lain 40,8%, penyebab kematian bayi
0-6 hari adalah gangguan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan
sepsis (12%). Penyebab kematian bayi 7-28 hari yaitu sepsis (20,5%),
malformasi kongenital (18,1%) dan pneumonia (15,4%). Penyebab kematian
bayi 29 hari-11 bulan yaitu Diare (31,4%), penumonia (23,8%) dan
meningitis/ensefalitis (9,3%).
Sedangkan
(Profil Kesehatan Indonesia,
2014).
Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 berdasarkan
laporan dari kabupaten/kota sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup,
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2013
sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 sebesar10,08/1.000 kelahiran
hidup (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014).
Data
profil
Kesehatan
Kota
Semarang
berdasarkan
laporan
Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun
2014 sebanyak 33 kasus dari 26.992 jumlah kelahiran hidup atau sekitar
122,25 per 100.000 KH naik jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 29
kasus dari 26.547 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 109,2 per 100.000.
Kematian ibu tertinggi adalah karena eklampsia (48,48%), Penyebab lainnya
adalah karena perdarahan (24,24%), disebabkan karena penyakit sebesar
18,18%, Infeksi sebesar 3,03% dan lain-lain sebesar 6,06%, dengan kondisi
saat meninggal paling banyak pada masa nifas yaitu 54,55% diikuti waktu
bersalin (27,2%).
Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan,
Tahun 2014, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak
253 dari 26.992 kelahiran hidup, sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi
(AKB) sebesar 9,37 per 1.000 KH. Berdasarkan pencapaian tersebut maka
terdapat penurunan dari tahun sebelumnya. Jumlah kematian bayi di Kota
Semarang terjadi penurunan sejak tahun 2011 sampai 2013 yaitu berturut
turut 314 kasus kematian bayi pada tahun 2011, 293 kasus kematian bayi
pada tahun 2012, 251 kasus kematian bayi pada tahun 2013. Jika
dibandingkan dengan target MDGs dimana tahun 2015 target AKB sebesar
23 per 1.000 KH, maka AKB Kota Semarang telah dibawah target.
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2014
adalah 28.215 (97,2%) tidak mengalami perubahan berarti dibanding dengan
tahun 2013 adalah 27.910 bumil (97,2%). Faktor pendukung dalam hal ini
dapat
disebabkan
oleh
meningkatnya
kesadaran
ibu
hamil
dalam
memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yang ada dan
adanya dukungan peningkatan kualitas pelayanan ANC oleh petugas
puskesmas. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di
Kota Semarang pada tahun 2014 adalah 27.117 (97,9%) dari 27.706 ibu
bersalin. Hal ini berarti sedikit menurun jika dibanding dengan tahun 2013
sejumlah 26.949 (98,3%) dari 27.406 total persalinan. Meskipun ada
penurunan dibanding tahun sebelumnya namun cakupan tersebut sudah
melampaui target SPM tahun 2015 (90%) dan target tahun 2014 (90%)
sedangkan untuk angka cakupan peserta KB aktif pada tahun 2014 sebesar
76,67% meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2013
sebesar 76,46%, tahun 2012 sebesar 75,03 % dan tahun 2011 sbesar
76,02%, meski pada tahun 2012 terjadi penurunan namun masih di atas
target SPM yaitu 70%.
Pelayanan yang diberikan bidan diantaranya pelayanan kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Pelayanan kehamilan dimulai sejak
wanita hamil karena kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun
emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Pada umumnya
kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi
sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai
dengan harapan. Oleh karena itu pelayanan kehamilan merupakan cara
penting untuk memonitor kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu
dengan kehamilan normal (Prawirohardjo, 2009). Pelayanan yang diberikan
saat persalinan bertujuan untuk memberikan asuhan yang memadai selama
persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan
aman dengan memperhatikan aspek asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
Sedangkan pada masa nifas pemantauan dimulai dari persalinan sampai 40
hari, dimana pada masa nifas sering terjadi berbagai masalah seperti infeksi,
perdarahan, bendungan payudara dan sebagainya (Marmi, 2012).
Pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan, pengawasan masa
nifas dan bayi baru lahir sangatlah penting sebagai salah satu upaya
menurunkan AKI dan AKB di Indonesia khususnya di wilayah Kota
Semarang.
Studi pendahuluan di BPM Hj. Sri Pilih Retno, S.SiT Kota Semarang
pada bulan Oktober tahun 2015 didapatkan data K1 dan K4 yaitu 76 ibu
hamil sedangkan persalinan yang ditolong di BPM ini sebanyak 5 orang.
Jumlah KB dalam bulan oktober sebanyak 220 orang. Pada bulan Oktober
tahun 2015 didapatkan data pasien KB baru sebanyak 6 orang. Pasien KB
baru tersebut yang melakukan asuhan berkelanjutan dari ANC,INC,PNC,BBL
dan KB sebanyak 5 (83,3%) ibu dan 1 (16,7%) orang tidak berkelanjutan
karena saat persalinan di rujuk ke Rumah Sakit karena 1 ibu letak lintang.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan asuhan
kebidanan berkelanjutan pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S.
SiT. Kota Semarang.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat
merumuskan masalah pada karya tulis ilmiah sebagai berikut “Bagaimana
asuhan kebidanan berkelanjutan yang sesuai pada Ny. M umur 28 tahun di BPM
Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang?”
C. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup asuhan kebidanan komprehensif ini dimulai dari
kehamilan trimester III, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan KB, metoda varney
7 langkah pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S.SiT Kota
Semarang dari tanggal 28 Oktober 2015 sampai selesai.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penulis mampu menerapkan asuhan kebidanan berkelanjutan pada pada
Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang sesuai
dengan standar asuhan dengan menggunakan pendokumentasian SOAP
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan khusus
a. Menganalisa dan melakukan manajemen kebidanan pada Ny. M umur
28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang saat hamil TM
III.
b. Menganalisa dan melakukan manajemen kebidanan pada Ny. M umur
28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang saat inpartu.
c. Menganalisa dan melakukan manajemen kebidanan pada Ny. M umur
28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang pada bayi baru
lahir.
d. Menganalisa dan melakukan manajemen kebidanan pada Ny. M umur
28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang saat nifas.
e. Menganalisa dan melakukan manajemen kebidanan pada Ny. M umur
28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang saat KB.
E.
Manfaat
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang
Proposal ini dapat dijadikan dijadikan sebagai masukan dalam
memberikan informasi dan mengambil kebijakan mengenai asuhan
kebidanan komprehensif untuk menurunkan AKI dan AKB.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Proposal ini dapat menambah bahan referensi di perpustakaan
dan menambah masukan untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa
dalam menerapkan Asuhan Kebidanan.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Proposal
ini
dapat
dijadikan
sebagai
acuan
untuk
mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan
pelayanan kebidanan secara komprehensif.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi pada masyarakat tentang pentingnya
asuhan kebidanan komprehensif atau berkelanjutan.
5. Bagi Peneliti
Meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
dalam
melaksanakan Asuhan Kebidanan, serta sebagai bahan evaluasi dalam
menilai
kemampuan
menyiapkan
kebidanan secara langsung.
materi
untuk
persiapan
praktik
F.
Metode Penulisan dan Cara Memperoleh Data
Secara garis besar pengumpulan data yang akan digunakan untuk menyusun
Karya Tulis Ilmiah Asuhan Kebidanan meliputi :
1. Wawancara
Suatu teknik pengumpulan data dengan melaksanakan komunikasi
dengan pasien dan atau keluarga untuk dapat mengetahui keluhan atau
masalah pasien.
Peneliti menanyakan biodata pasien, alasan masuk dan keluhan utama,
riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu,
kontrasepsi, riwayat kehamilan sekarang, keluhan yang dirasakan ibu,
obat yang dikonsumsi, imunisasi, riwayat kesehatan ibu, riwayat alergi,
dan
riwayat
penyakit
jiwa.
riwayat
kesehatan
keluarga,
riwayat
psikososial, riwayat perkawinan, keadaan ekonomi, kebiasaan seharihari,
untuk
mengetahui
kebiasaan
sehari-hari
ibu,
persiapan
kegawatdaruratan.
2. Observasi
Mengamati secara langsung keadaan umum pasien dan perubahanperubahan yang terjadi pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Seperti
kesadaran ibu, berat bada sebelum hamil, berat badan sekarang, untuk
mengetahui apakah ibu mengalami obesitas atau kekurangan gizi,tinggi
badan, danlingkar lengan atas (LILA), tanda-tanda vital (TTV).
3. Pemeriksaan Fisik
Adalah penyusun memeriksa untuk mengumpulkan keadaan fisik klien
baik yang normal maupun yang menunjukkan kelainan. Pemeriksaan fisik
pada kunjungan awal pranatal difokuskan untuk mengidentifikasi kelainan
yang sering mengkontribusi morbiditas dan mortalitas dan untuk
mengidentifikasi gambaran tubuh yang menunjukkan gangguan genetik
Teknik pengkajian fisik menurut Prihardjo (2006) meliputi :
a. Inspeksi
Inspeksi adalah merupakan proses observasi dengan menggunakan
mata untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan
status fisik saat pertama kali bertemu pasien dan mengamati secara
cermat tingkah laku dan keadaan tubuh pasien. Peneliti melakukan
pemeriksaan inspeksi secara head to toe dari kepala ke kaki pasien.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan.
Metode ini biasannya dilakukan terakhir setelah inspeksi, auskultasi
dan perkusi. Palpasi hanya menyentuh bagian tubuh yang akan
diperiksa dan dilakukan secara terorganisasi dari suatu bagian
kebagian yang lain. Peneliti melakukan pada muka, kelenjar limfe dan
tiroid, mamae, abdomen, vulva/vagina ekstremitas
c. Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk dengan
tujuan menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara
measakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adannya gerakan yang
diberikan kebawah jaringan, perkusi dilakukan pada litut untuk menilai
refleks patella kiri dan kanan.
d.
Auskultasi
Merupakan metode pengkajian yang menggnakan stetoskop untuk
memperjelas pendengaran misalnya mendengarkan bunyi jantung,
paru-paru, bagian usus, dan mengukur tekanan darah. Auskultasi
dilakukan peneliti pada abdomen untuk mengetahui Detak Jantung
Janin (DJJ).
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa
seperti pemeriksaan hemoglobin, protein urine dan urine reduksi.
f.
Studi Dokumentasi
Penulis mempelajari catatan-catatan resmi/rekam medik pasien.
g. Studi Pustaka
Diambil dari buku-buku literature guna memperkaya khasanah ilmiah
yang mendukung pelaksanaan studi kasus.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari laporan komprehensif ini terdiri dari 5 bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
:
Berisi
Latar
Masalah,
Belakang,
Ruang
Rumusan
Lingkup,
Tujuan,
Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
:
Berisi teori yang berhubungan dengan
kehamilan, persalinan, nifas bayi bari
lahir, KB dan tinjauan teori manajemen
asuhan
kebidanan
menurut
Helen
Varney .
BAB
BAB
KASUS
III
TINJAUAN
:
Berisi
tentang
manajemen
asuhan
kebidanan kehamilan, persalinan, dan
bayi baru lahir dan KB.
BAB IV
:
Pembahasan
berisi
tentang
pembahasan dari kesenjangan antara
teori yang ada dengan praktek yang
ada
dilapangan,
sehingga
masalah yang perlu diatasi.
muncul
BAB V
: Penutup
Menguraikan
saran.
BAB DAFTAR PUSTAKA
BAB LAMPIRAN
kesimpulan
dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
H. Konsep Dasar Teori
1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum
kemudian
dilanjutkan
dengan
nidasi
atau
implantasi
(Prawirohadjo, 2010). Penghamilan (fertilisasi) adalah terjadinya
pertemuan dan persenyawaan antar sel mani dan sel telur (Kusmiyati,
2009).
Ditinjau dari usia kehamilan, kehamilan di bagi dalam 3 trimester yaitu
trimester I dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu),
trimester II dari bulan keempat sampai keenam (13-28 minggu),
trimester III dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (29-42 minggu)
(Rukiyah, 2009).
b. Perubahan Fisiologis Kehamilan Pada Trimester III
Menurut Varney (2006), menyatakan bahwa banyak perubahan
fisiologis yang terjadi akibat kehamilan diantaranya :
1) Perubahan Anatomik Uterus
Pembesaran
uterus
dalam
kehamilan
turut
menyebabkan
munculnya 2 tanda kehamilan pada ibu yaitu kontraksi braxton his
dan pembesaran abdomen. Braxton his yaitu peregangan sel-sel
otot uterus. Kontraksi ini dimulai pada minggu ke-6 kehamilan dan
semakin jelas terasa pada minggu ke-28 kehamilan terutama pada
wanita langsing. Umumnya akan menghilang bila melakukan
latihan fisik atau berjalan. Menurut Kusmiyati (2009), menyatakan
bahwa ukuran pembesaran uterus yang terjadi selama trimester III
yaitu :
a) 28 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara tiga jari diatas
pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus xifoideus (25
cm).
b) 32 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara ½ jarak pusat
dan prosesus xifoideus (27cm).
c) 36 minggu : fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosesus
xifoideus (30 cm).
d) 40 minggu : fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah
prosesus xifoedeus (33 cm).
2) Perubahan Kardiovaskular
Volume darah total ibu meningkat 30-50% pada kehamilan.
Peningkatan ini dimulai pada awal trimester I yang kemudian
meningkat pesat hingga pertengahan kehamilan dan kemudian
melambat hingga menjelang minggu ke-32. Hal ini memudahkan
sistem kardiovaskular pada ibu memenuhi kebutuhan janin.
Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen,
progesteron dan prostaglandin, dan perubahan ini akan kembali
normal setelah kehamilan berakhir.
3) Perubahan pada Ginjal
Keadaan hamil sering terjadi hidroureter dan hidronefrosis yang
diakibatkan oleh mulai keluarnya uterus dari panggul dan masuk
ke dalam abdomen sehingga menekan uretra, serta peningkatan
ukuran ginjal dan pelebaran ureter.
4) Perubahan pada Paru
Perubahan pada paru ini disebabkan oleh pengaruh hormonal dan
mekanis. Perubahan mekanis meliputi perubahan dari besar
diafragma dan lingkar thoraks yang disebabkan oleh tekanan ke
atas akibat pembesaran uterus. Sedangkan perubahan hormon
meliputi efek estrogen dan progesteron yang menyebabkan
perubahan relaksasi otot polos pada paru. Efek sampingnya
adalah volume pernapasan per menit dan peningkatan ambilan
oksigen per menit mengalami penurunan atau sering disebut
dispnea fisiologis dalam kehamilan.
5) Perubahan pada Pencernaan
Perubahan pada saluran cerna ini berada di bawah pengaruh
hormon dan mekanis. Hormon estrogen menyebabkan aliran
darah ke mulut sehingga gusi menjadi rapuh dan dapat
menimbulkan
gingivitis.
Sedangkan
hormon
progesteron
menyebabkan melambatnya proses absorpsi nutrient dan mineral
pada usus halus dan konstipasi.
c. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III
Menurut Jannah (2012), menyatakan bahwa selama kehamilan
kebanyakan ibu mengalami perubahan psikologis. Pada Trimester III,
perubahan psikologis yang biasanya terjadi yaitu mulai timbul lagi
rasa tidak nyaman akibat kehamilan dimana ibu merasa dirinya aneh
dan jelek, serta gangguan body image. Ibu pun akan khawatir bayinya
lahir
sewaktu-waktu
sehingga
ibu
akan
lebih
meningkatkan
kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala persalinan serta
ketidaknormalan bayinya.
Sedangkan menurut Rukiyah (2009), pada trimester ini ibu mulai
menanti kehadiran sang bayi dan timbul rasa was-was mengingat
bayinya dapat lahir kapanpun sehingga membuat ibu berjaga-jaga
dan memperhatikan serta menunggu tanda dan gejala persalinan
muncul.
d. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Pada Trimester III
Kebutuhan dasar ibu hamil dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Menurut Kusmiyati (2009), menyatakan bahwa kebutuhan fisik ibu
hamil meliputi :
a) Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada
manusia termasuk ibu hamil. Posisi miring kiri dianjurkan untuk
meningkatkan perfusi uterus dan oksigenasi fetoplasenta
dengan mengurangi tekanan pada vena asenden.
b) Nutrisi
Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori
perhari. Ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi seimbang yaitu karbohidrat, protein, mineral,
zat besi, dan vitamin.
c) Personal hygiene
Ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat
sehingga ibu harus menjaga kebersihan diri dengan cara
mandi 2 kali sehari dan sering mengganti pakaian dalam agar
tidak lembab.
d) Pakaian selama kehamilan
Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai serta bahan
yang mudah menyerap keringat. Hal yg harus diperhatikan
yaitu sabuk dan stoking yang terlalu ketat karena akan
mengganggu aliran balik, sepatu dengan hak tinggi akan
menambah lordosis sehingga sakit pinggang akan bertambah.
e) Eliminasi
Dianjurkan minum 8-12 gelas cairan setiap hari. Ibu harus
cukup minum agar produksi air kemihnya cukup dan jangan
sengaja mengurangi minum untuk menjarangkan berkemih.
f) Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan
sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat
sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari
menjelang kelahiran. Koitus tidak dibenarkan bila :
(1) Terdapat perdarahan pervaginam.
(2) Riwayat partus prematurus.
(3) Ketuban pecah.
(4) Serviks telah membuka.
g) Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan biasa selama tidak terlalu
melelahkan.
Semua
pekerjaan
harus
sesuai
dengan
kemampuan wanita tersebut dan mempunyai cukup waktu
untuk istirahat.
h) Senam
Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan berjalanjalan di pagi hari, renang, olagraga ringan dan senam hamil.
Senam hamil dapat dimulai pada umur kehamilan 22 minggu.
Senam bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot
sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam persalinan
normal serta mengimbangi perubahan titik berat tubuh.
i)
Pola istirahat
Wanita dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur
khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Ibu dianjurkan
tidur pada malam hari selama ± 8 jam dan istirahat dalam
keadaan rileks pada siang hari selama 1 jam.
2) Kebutuhan Psikologis
Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa trimester III sering
disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Dalam
kehamilan trimester III ini, keluarga dan suami dapat memberikan
dukungan pada ibu dalam mematangkan persiapan persalinan
dengan tetap mewaspadai komplikasi yang mungkin terjadi.
Sedangkan
sebagai tenaga
kesehatan,
dapat
memberikan
dukungan dengan memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan
oleh ibu adalah normal.
e. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester III
Tidak semua wanita mengalami semua ketidaknyamanan yang umum
muncul selama kehamilan, tetapi banyak wanita mengalaminya dalam
tingkat
ringan
hingga
berat.
Menurut
Kusmiyati
(2009),
ketidaknyamanan kehamilan trimester III diantaranya:
1) Keputihan
Hal ini dikarenakan hiperplasia mukosa vagina akibat peningkatan
hormon estrogen. Cara meringankan / mencegahnya yaitu
meningkatkan personal hygiene, memakai pakaian dalam yang
terbuat dari katun dan menghindari pencucian vagina.
2) Nocturia (sering buang air kecil)
Hal ini diakibatkan tekanan uterus pada kandung kemih serta
ekresi sodium yang meningkat bersamaan dengan terjadinya
pengeluaran air. Cara meringankan/mencegahnya yaitu dengan
memberikan konseling pada ibu, perbanyak minum pada siang
hari namun jangan mengurangi minum pada malam hari serta
batasi minum bahan diuretika alamiah seperti kopi, teh dan cola
dengan caffein.
3) Striae gravidarum
Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon atau gabungan antara
perubahan hormon dan peregangan. Cara menguranginya yaitu
dengan mengenakan pakaian yang menopang payudara dan
abdomen.
4) Haemoroid
Hal ini disebabkan konstipasi dan tekanan yang meningkat dari
uterus
gravid
terhadap
vena
hemoroida.
Cara
mencegah/meringankan yaitu dengan hindari konstipasi dengan
makan makanan berserat.
5) Konstipasi
Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron sehingga
peristaltik usus jadi lambat, penurunan motilitas akibat dari
relaksasi otot-otot halus dan penyerapan air dari kolon meningkat.
Cara mencegah/meringankan yaitu dengan meningkatkan intake
cairan, membiasakan BAB secara teratur dan segera setelah ada
dorongan.
6) Sesak nafas
Hal ini disebabkan oleh uterus yang membesar dan menekan
diafragma. Cara mencegah/meringankan yaitu dengan konseling
pada ibu tentang penyebabnya, makan tidak terlalu banyak, tidur
dengan bantal ditinggikan dan latihan nafas melalui senam hamil.
7) Nyeri ligamentum rotundum
Hal ini disebabkan oleh hipertropi dan peregangan ligamentum
selama kehamilan serta tekanan dari uterus pada ligamentum.
Cara mencegah/meringankan yaitu dengan mandi air hangat,
tekuk lutut ke arah abdomen serta topang uterus dan lutut dengan
bantalan pada saat berbaring.
8) Pusing
Hal ini disebabkan oleh hipertensi postural yang berhubungan
dengan perubahan-perubahan hemodinamis. Cara mengurangi
atau mencegah yaitu menghindari berdiri terlalu lama, hindari
berbaring dengan posisi telentang dan bangun secara perlahan
dari posisi istirahat.
9)
Varices kaki/vulva
Hal ini disebabkan oleh kongesti vena dalam bagian bawah yang
meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari uterus.
Cara mengurangi/mencegahnya yaitu hindari berdiri/duduk terlalu
lama, senam, hindari pakaian dan korset yang ketat serta
tinggikan kaki saat berbaring/duduk.
f.
Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
Pada setiap kunjungan antenatal, bidan harus mengajarkan pada ibu
bagaimana mengenal tanda-tanda bahaya dan menganjurkan untuk
datang ke klinik dengan segera jika mengalamai tanda bahaya
tersebut. Menurut Kusmiyati (2009), menyatakan bahwa tanda-tanda
bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan
lanjut diantaranya :
1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada
trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan.
Perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadangkadang tidak selalu disertai dengan nyeri. Perdarahan ini bisa
disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta dan gangguan
pembekuan darah.
2) Sakit kepala yang hebat dan Perubahan visual secara tiba-tiba
Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah sakit
kepala yang menetap, tidak hilang dengan beristirahat dan
biasanya disertai dengan penglihatan kabur. Sakit kepala yang
hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.
3) Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri perut yang mungkin menunjukan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang
setelah beristirahat.
4) Bengkak pada muka dan tangan
Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul
pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan
disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini merupakan
pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsia.
5) Pergerakan bayi berkurang
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan
ke 5 atau ke 6 tapi beberapa ibu dapat merasakan gerakan
bayinya lebih awal. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 3 jam.
6) Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III bisa
mengindikasikan ketuban pecah dini jika terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung.
g. Antenatal Care
1) Pengertian Antenatal Care
Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama
kehamilan (Prawirohardjo, 2010).
Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu
hamil
untuk
memonitor,
mendukung
kesehatan
ibu
dan
mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah
(Rukiyah, 2009).
2) Tujuan Antenatal Care
Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa tujuan antenatal
care yaitu:
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang ibu dan bayi.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental
dan sosial ibu dan bayi.
c) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan
dengan
selamat
ibu
maupun
bayinya
dengan
trauma
seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) ekslusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3) Kebijakan Program
Program kebijakan kunjungan bagi kehamilan normal, sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Namun apabila
kehamilan termasuk kedalam kehamilan resiko tinggi, maka
jadwal kunjungan harus lebih rutin untuk mendapatkan perhatian
yang lebih ketat. Kunjungan antenatal ini diberi kode angka K
yang
merupakan
singkatan
dari
kunjungan.
Pemeriksaan
antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Kunjungan
antenatal minimal dilakukan satu kali pada trimester I, satu kali
pada trimester II dan dua kali pada trimester III (Prawirohardjo,
2010).
4) Standar Pelayanan Asuhan Minimal Antenatal
Menurut KemenKes (2012), menyatakan bahwa dalam melakukan
pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari
Pelayanan Asuhan Standar “14T”
a) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan
Keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelm
hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 913,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang
tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II.
Pengukuran
tinggi
badan
ibu
hamil
dilakukan
untuk
mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering
berhubungan dengan keadaan rongga panggul.
b) Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg,
bila
melebihi 140/90
mmHg perlu
diwaspadai adanya
Preeklampsi.
c) Ukur Tinggi Fundus Uteri
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc.
Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan
minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil
anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan
gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama
dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri
Usia
Kehamilan
sesuaiJarak dari simfisis
minggu
22 – 28 Minggu
24-25 cm
28 Minggu
26,7 cm
30 Minggu
29,5 – 30 cm
32 Minggu
31 cm
34 Minggu
32 cm
36 Minggu
33 cm
40 Minggu
37,7 cm
d) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan
e) Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat
seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan
dilakukan pada minggu ke-4.
Tabel 2.2 Imunisasi Tetanus Toksoid
Imunis
SelangWaktu
asi
minimal
TT
pemberian
Lama Perlindungan
Imunisasi TT
TT1
-
Langkah
awal
pembentukan
kekebalan
tubuh
terhadap penyakit
Tetanus
TT2
1 bulan setelah TT1
3 Tahun
TT3
6 bulan setelah TT2
6 Tahun
TT4
12 Bulan setelah TT3
10 Tahun
TT5
12 Bulan setelah TT4
≥25 Tahun
f) Pemeriksaan HB
Pemeriksaan HB pada Bumil harus dilakukan pada
kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr%
Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe
dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih.
g) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab)
Pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama
kali di ambil spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil
test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.
h) Pemeriksaan Protein urine
Pemeriksaan protein urine dilakukan untuk mengetahui
apakah pada urine mengandung protein atau tidak untuk
mendeteksi gejala Preeklampsi.
i)
Pemeriksaan Urine Reduksi
Bumil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu
diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG
j)
Perawatan Payudara
Senam payudara atau perawatan payudara untuk Bumil,
dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia
kehamilan 6 Minggu
k) Senam Hamil
l)
Pemberian Obat Malaria
Diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria
juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi
disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.
m) Pemberian Kapsul Minyak Yodium
Diberikanpada kasus gangguan Akibat kekurangan yodium
didaerah
endemis
yang
dapat
berefek
buruk
terhadap
perkembangan
n) Temu wicara / Konseling
Temu wicara dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran
suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan,
tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit
menular dan tidak menular, penawaran untuk melakukan testing
dan konseling HIV di daerah tinggi terinfeksi HIV, Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) dan ASI ekslusif, KB pascasalin, imunisasi
dan brain booster.
5) Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil
memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Rukiyah, 2009).
Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa penatalaksanaan ibu
hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai
berikut:
a) Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b) Melakukan
deteksi
dini
komplikasi,
melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
c) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
d) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi.
6) Asuhan Kunjungan Kehamilan
a) Asuhan Kunjungan Awal
Kunjungan awal adalah kunjungan antenatal yang pertama kali
dilakukan oleh ibu hamil. Tujuannya untuk mengumpulkan
informasi mengenai ibu hamil yang dapat membantu bidan
dalam membina hubungan yang baik dan rasa saling percaya
antara
ibu
dan
bidan,
mendeteksi
komplikasi
serta
merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu (Jannah,
2012).
Menurut
Jannah
(2012),
menyatakan
bahwa
tahapan
pemeriksaan pada kunjungan ini yaitu :
(1) Anamnesa
Isi riwayat pada kunjungan awal yaitu informasi
biodata, keluhan utama, riwayat reproduksi meliputi siklus
haid dan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), usia
kehamilan dan taksiran persalinan (menggunakan rumus
naegele), riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu, riwayat kehamilan sekarang meliputi tanda-tanda
kehamilan dan pergerakan janin, keluhan yang dirasakan,
riwayat
kesehatan
sekarang
dan
yang
lalu,
data
psikososial dan pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
(2) Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Tujuan
mendeteksi
dari
pemeriksaan
ini
komplikasi-komplikasi
adalah
untuk
kehamilan.
Pemeriksaan fisik ini meliputi tinggi badan, berat badan,
Tanda-Tanda Vital (TTV), head to toe, pemeriksaan
obstetrik
meliputi
palpasi
leopold.
Sedangkan
tes
laboratorium meliputi tes haemoglobin, protein urin,
glukosa urin serta golongan darah. Tes ini dapat dipakai
untuk menilai adanya masalah pada ibu hamil dan jika
ditangani akan mencegah kesakitan dan kematian pada
ibu dan anak.
b) Asuhan Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan yang dilakukan
setelah kunjungan antenatal pertama sampai memasuki
persalinan (Jannah, 2012).
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesahatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai dengan standar antenatal selama
1 periode kehamilan berlangsung (Pemantauan Wilayah
Setempat-Kesehatan Ibu dan Anak).
Tujuan
kunjungan
mempersiapkan
ini
adalah
kelahiran
pendeteksian
dan
komplikasi,
kegawatdaruratan
serta
pemeriksaan fisik terfokus (Jannah, 2012).
Menurut
Jannah
(2012),
menyatakan
bahwa
tahapan
pemeriksaan pada kunjungan ini yaitu :
(1) Anamnesa
Pada kunjungan ulang, anamnesa difokuskan pada
penemuan masalah yang terjadi serta aspek-aspek yang
menonjol pada wanita hamil, mengevaluasi keefektifan
asuhan, mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi
yang ibu alami dan pergerakan janin selama 24 jam
terakhir (usia kehamilan ± 20 minggu).
(2) Pemeriksaa Fisik dan Laboratorium
Pada kunjungan ulang, pemeriksaan fisik hanya
sebatas memeriksa TTV dan pemeriksaan Leopold.
Sedangkan
tes
laboratorium
yang
perlu
diperiksa
tergantung dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik jika
ibu mempunyai salah satu tanda bahaya pada kehamilan,
misalnya
preeklampsia
berat,
anemia
dan
penyakit
diabetes mellitus.
2. Persalinan
a. Definisi Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sumarah, 2009).
Persalinan
adalah
rangkaian
proses
yang
berakhir
dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2007).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada servix (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK-KR, 2008).
b. Sebab-Sebab yang Menimbulkan Persalinan
Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa ada beberapa teori
yang menyatakan sebab-sebab yang menimbulkan persalinan yaitu :
1) Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
2) Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
3) Teori oksitosin internal
Oksitosin
dikeluarkan
oleh
kelenjar
hipofisis
pars
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron
dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi
kontraksi braxton his.
4) Teori prostaglandin
Konsentrasi
prostaglandin
meningkat
sejak
umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian
prostagalandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga terjadi persalinan.
5) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
Teori
ini
menunjukkan
pada
kehamilan
dengan
anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak
terbentuk hipotalamus.
6) Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya
nitrisi
pada
janin
dikemukakan
oleh
Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
7) Faktor lain
Tekanan
pada
ganglion
servikale
dari
fleksus
frankenhause yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini
tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
c. Tanda dan Gejala Persalinan
Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa tanda-tanda
persalinan sudah dekat yaitu terjadinya his permulaan (Braxton Hicks)
sehingga pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala janin sudah masuk pintu atas panggul
(PAP). Gambaran ini sangat jelas pada ibu primigravida sedangkan
pada multigravida kurang jelas karena kepala janin baru masuk pintu
atas panggul menjelang persalinan.
Menurut Varney (2007), menyatakan bahwa tanda dan gejala
menjelang persalinan antara lain perasaan distensi abdomen
berkurang (lightening), perubahan serviks, ketubah pecah dini, bloody
show, lonjakan energy dan gangguan pada saluran cerna.
Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa tanda dan gejala
persalinan yaitu :
1) Penipisan dan pembukaan serviks.
2) Kontraksi
uterus
yang
mengakibatkan
perubahan
serviks
(frekuensi minimal 2x dalam 10 menit).
3) Keluar cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui
vagina.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain :
1) Passage (Jalan Lahir)
Passage ini terdiri dari jalan lahir keras yaitu panggul dan
jalan lahir lunak yaitu segmen bawah rahim, serviks, vagina,
introitus vagina dan vulva, muskulus dan ligamentum yang
menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.
2) Passanger (Janin dan Plasenta)
Passanger ini terdiri janin dan plasenta. Beberapa faktor
yang harus diperhatikan pada janin yaitu ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin.
3) Power (Kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan
janin dan plasenta dari uterus.
4) Psikiologis
Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan
membantu
memperlancar
proses
persalinan
yang
sedang
berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan
menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin,
memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non farmakologi
dan yang paling penting berada di sisi ibu adalah bentuk
dukungan psikologis.
5) Posisi
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Ada beberapa jenis posisi yang dapat digunakan
dalam proses persalinan diantaranya posisi berdiri, duduk,
setengah duduk, jongkok, merangkak dan berbaring miring ke kiri.
Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala II
karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari
posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi uteroplasenter tetap baik.
e. Tahapan Persalinan
1) Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus
dengan frekuensi, intensitas dan durasi yang cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Oleh
karena itu kala I disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks
(Prawirohardjo, 2010).
Persalian kala I adalah kala pembukaan servik yang
berlangsung
antara
pembukaan
nol
sampai
pembukaan
sepuluh/lengkap. Proses ini dapat berlangsung ± 18-24 jam
(Sumarah, 2009).
Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa kala I ini dibagi
menjadi 2 fase yaitu :
a) Fase Laten
Fase laten ini dimulai dari pembukaan servix sampai 3 cm
dan biasanya berlangsung ± 8 jam. Pada fase ini his
pembukaan berlangsung tidak terlalu kuat sehingga ibu masih
dapat berjalan-jalan (Sumarah, 2009).
b) Fase aktif
Fase ini dimulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm. Pada
fase ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap dan biasanya disertai dengan penurunan
bagian terbawah janin (JNPK-RI, 2008). Dalam fase aktif ini
masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu fase akselerasi dimana
dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase
dilatasi maksimal dimana dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm
dan fase deselerasi dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 9
cm menjadi 10 cm (Sumarah, 2009).
Berdasarkan kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada
primigravida 1 cm per jam sedangkan pada multigravida 2 cm
per jam (Prawirohardjo, 2010).
Kebutuhan ibu pada kala I meliputi pemantauan kemajuan
persalinan,
dukungan
persalinan,
pengurangan
rasa
sakit,
persiapan persalinan, pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi
ibu dan deteksi dini komplikasi pada kala I (Sumarah, 2009).
Asuhan sayang ibu antara lain memberi dukungan
emosional, mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup asupan
cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk
kekamar kecil, penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai
(JNPK-KR, 2008).
2) Kala II (Kala Pengeluaran janin)
Kala II di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut
sebagai kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2008).
Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa tanda dan
gejala kala II persalinan adalah
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
vagina.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva, vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Adapun tanda pasti kala II yaitu pembukaan serviks telah
lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
(JNPK-KR,2008). Proses kala II berlangsung ± 2 jam pada
primigravida dan ± 1 jam pada multigravida (Sumarah, 2009).
Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa kebutuhan
ibu pada kala II meliputi kehadiran pendamping saat persalinan,
pengurangan rasa nyeri dan deteksi komplikasi pada kala II.
Sedangkan menurut Varney (2006), pengurangan rasa nyeri dapat
dilakukan dengan cara mendukung persalinan, mengatur posisi,
relaksasi, latihan nafas, istirahat, menjaga privasi, memberikan
KIE tentang proses/kemajuan persalinan, prosedur pertolongan
persalinan dan asuhan tubuh.
3) Kala III
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi sampai lahirnya
plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Sumarah,
2009). Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa tanda-tanda
lepasnya plasenta yaitu :
a) Adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di
bawah pusat setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti
buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat
(seringkali mengarah ke sisi kanan).
b) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
c) Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah (retroplasenta pooling) dalam ruang
diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas tampungannya maka darah tersembur
keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa manajemen
aktif kala tiga terdiri dari 3 langkah utama yaitu pemberian
suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,
melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus
uteri. Hal ini berguna untuk mempersingkat kala III, mengurangi
jumlah kehilangan darah dan kejadian retensio uteri. Pemantauan
kala III meliputi penilaian jumlah perdarahan, kontraksi uterus,
TTV dan personal hygiene. Sedangkan kebutuhan ibu pada kala
III yaitu ketertarikan ibu pada bayinya, perhatian pada dirinya dan
keadaan plasenta.
4) Kala IV
Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam
sesudahnya
(Sumarah,
2009). Menurut
JNPK-KR
(2008),
menyatakan bahwa asuhan yang harus dilakukan setelah plasenta
lahir yaitu :
a) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang
uterus berkontraksi baik dan kuat.
b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan.
c) Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan.
d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum.
e) Evaluasi keadaan umum ibu.
f) Dokumentasi semua semua asuhan selama persalinan kala IV
dibagian belakang partograf, segera setelah asuhan dan
penilaian dilakukan.
Menurut JNPK-KR (2008), asuhan dan pemantauan kala
IV dilakukan selama 2 jam sejak plasenta lahir. Asuhan dan
pemantauan ini meliputi :
a) Memperkirakan kehilangan darah
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah melihat
volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa
banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut.
Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah
yaitu melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Jika
perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing, kesadaran
menurun serta TD sistolik turun > 10 mmHg dari kondisi
sebelumnya maka telah terjadi perdarahan > 50% dari total
jumlah darah ibu (2000-2500ml)
b) Memeriksa perdarahan dari perineum
Perhatiakan dan temukan penyebab dari laserasi/robekan
perineum dan vagina. Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan
bahwa laserasi diklarifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :
(1) Derajat I: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior dan kulit perineum. Pada derajat ini tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan.
(2) Derajat II: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat
ini perlu dilakukan penjahitan.
(3) Derajat III: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter
ani. Pada derajat ini perlu dilakukan penjahitan.
(4) Derajat IV: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani
dan dinding depan rektum. Pada derajat ini perlu dilakukan
penjahitan.
Tujuan penjahitan yaitu untuk menyatukan kembali jaringan
tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
Penjahitan ini dapat digunakan teknik penjahitan jelujur.
Adapun
keuntungannya
yaitu
mudah
dipelajari,
tidak
terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan serta
menggunakan lebih sedikit jahitan.
Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa hal yang perlu
diingat dalam melakukan penjahitan diantaranya :
(1) Tidak usah menjahit laserasi derajat I yang tidak
mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik.
(2) Gunakan sedikit mungkin jahitan untuk mendekatkan
jaringan dan memastikan hemostasis.
(3) Selalu gunakan teknik aseptik.
(4) Menggunakan anastesi lokal untuk asuhan sayang ibu.
Setelah
dilakukan
penjahitan, bidan hendaklah
memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini berguna agar ibu
selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat
yang diberikan menurut JNPK-KR (2008), diantaranya:
(1) Menjaga perineum ibu selalu kering dan bersih.
(2) Hindari
penggunaan
obat-obat
tradisional
pada
perineumnya.
(3) Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang
mengalir 3-4 kali perhari.
(4) Kembali dalam 1 minggu untuk memeriksa penyembuhan
lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami
demam, mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari
daerah lukanya/jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri
c) Pencegahan infeksi
Setelah persalinan, dekontaminasi semua yang digunakan
selama proses persalinan baik alat maupun tempat.
d) Pemantauan keadaan umum ibu
Pemantauan keadaan umum ibu pada kala IV dilakukan
selama 2 jam pertama persalinan. Pemantauan dilakukan
setiap 15 menit pada jam I dan setiap 30 menit pada jam II.
Hal-hal yang dipantau meliputi Tekanan Darah (TD), Nadi (N),
Suhu (S), Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi, jumlah urin
dan jumlah darah keluar. Hasil pemantauan ini dapat dicatat
dilembar belakang patograf.
f.
Patograf
Patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR,
2008).
Patograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan
pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat
utama dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan
kala I (Sumarah, 2009).
Menurut JNPK-KR (2008), tujuan utama dari penggunaan patograf
adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
bayi,
grafik
medikamentosa
kemajuan
yang
proses
persalinan,
diberikan,
pemeriksaan
bahan
dan
laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan/tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status/rekam
medic ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa menyatakan
bahwa komponen-komponen dalam patograf meliputi :
1) Kemajuan Persalinan
a) Pembukaan Serviks
(1) Fase laten dari pembukaan 0-3 cm diikuti dengan
penipisan bertahap dari serviks (tidak lebih dari 8 jam).
(2) Fase aktif dari pembukaan 4-10 cm dengan kecepatan
sekurang-kurangnya 1 cm 1 jam.
(3) Dinilai setiap 4 jam dan diberikan tanda (x).
(4) Pemeriksaan turun kepala janin membantu menentukan
kemajuan persalinan.
(5) Pemeriksaan turun kepala janin dilakukan dengan periksa
dalam dan catat dengan tanda (o) atau paruh kepala atas
berada dibawah symphisis pubis.
b) His
His diamati menurut frekuensi, lamanya, kekuatan dan
relaksasi.
(1) His dinilai berapa kali dalam 10 menit dan dicatat setiap
setengah jam
(2) Ada 3 cara mengarsir lama HIS yaitu
(a) < 20 detik (berupa titik-titik)
(b) 20-40detik (garis miring/arsiran)
(c) >40 detik (dihitamkan penuh)
(3) Catatan HIS dibuat pada waktu yang tepat pada partograf
2) Keadaan Janin
a) Denyut Jantung
(1) Catat
setiap
30
menit
sekali
dan
satu
kotak
menggambarkan 30 menit.
(2) Dengarkan denyut jantung janin segera setelah puncak
HIS dilalui dengan ibu dalam posisi miring kalau mungkin.
(3) Denyut jantung janin normal berkisar antara 100-180
x/menit.
(4) Dengarkan denyut jantung janin selama 1 menit.
b) Selaput dan air ketuban
Catat warna air ketuban setiap melakukan periksa dalam.
Kriteria pencatatan selaput dan air ketuban meliputi :
U : Selaput utuh
J : Selaput pecah air ketuban jernih
M : Air ketuban bercampur mekonium
D : Air ketuban bernoda darah
K : Tidak ada cairan ketuban / kering
c) Moulage tulang kepala janin
Merupakan petunjuk penting adanya disporposi kepala
janin dan panggul ibu. Catat setiap melakukan periksa dalam.
Kriteria dalam pencatatan moulage tulang kepala janin
meliputi:
0 = Sutura terpisah
1 = Sutura (pertemuan dua tulang tengkorak)
2 = Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 = Sutura tumpang tindih hebat
3) Keadaan Ibu
a) Nadi, tekanan darah dan suhu
(1) Nadi : dicatat setiap 30-60 menit dan ditandai dengan
sebuah titik besar (●).
(2) Tekanan darah : dicatat setiap 4 jam dan ditandai dengan
anak panah ( ↕ ).
(3) Suhu dicatat setiap 2 jam.
b) Urine : volume, protein dan aseton.
(1) Catat setiap ibu berkemih
(2) Adakah protein atau aseton dalam urin.
c) Obat yang diberikan.
d) Pemberian oxytosin.
Jika memakai oxytosin, catatlah banyaknya oxytosin per
volume cairan infus dan dalam tetesan permenit.
Sedangkan pada bagian belakang patograf merupakan
bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses
persalinan dan kelahiran bayi serta tindakan-tindakan yang
dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah
sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan.
Catatan persalinan ini terdiri dari data/informasi umum, kala I,
kala II, kala III, bayi baru lahir dan kala IV.
3. Nifas
a. Definisi Nifas
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
(Saleha, 2009).
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan
selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada
kondisi tidak hamil (Varney, 2007).
Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu (Prawirohardjo, 2010).
Secara garis besar, terdapat 3 proses penting di masa nifas yaitu
involusi atau pengecilan rahim, kekentalan darah kembali normal dan
proses laktasi atau menyusui (Saleha, 2009).
b. Tahapan Masa Nifas
Adapun tahapan-tahapan masa nifas menurut Saleha (2009) yaitu:
1) Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Pada
masa
ini,
bidan
dengan
teratur
harus
melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah
dan suhu.
2) Periode Early Postpartum
Masa setelah 24 jam sampai 1 minggu. Bidan harus
memastikan involusi berjalan normal, lokhea tidak berbau busuk,
tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta
dapat menyusui dengan baik.
3) Periode Late Postpartum
Masa setelah 1 minggu sampai 5 minggu. Pada masa ini,
bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.
c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsurangsur
kembali
seperti
keadaan
sebelum
hamil.
Perubahan
keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi. Menurut Saleha (2009),
menyatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi antara lain :
1) Uterus
Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah postpartum.
Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan. Segera setelah plasenta lahir, uterus
berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis
atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama
dan kemudian mengerut sehingga dalam 2 minggu telah turun
masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak dapat di raba lagi dari
luar.
2) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina selama masa nifas. Lochea ini dibagi menjadi 3 jenis
yaitu :
a) Lochea Rubra
Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan
meconium selama 2 hari pasca persalinan. Inilah lochea yang
akan keluar selama 2-3 hari postpartum.
b) Lochea Sanguilenta
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
yang keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna merah jambu kemudian menjadi
kuning yang keluar pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
Lochea ini mengandung cairan serosa, jaringan desidua,
leukosit dan eritrosit.
d) Lochae Alba
Lochea ini berwarna putih yang keluar dari hari ke 14
kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali
berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya.
3) Endometrium
Perubahan
pada
endometrium
adalah
timbulnya
thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi. Pada
hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3
hari mulai rata sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas implantasi plasenta.
4) Serviks
Segera
setelah melahirkan,
serviks menjadi sangat
lembek, kendur dan terkulai. Beberapa hari setelah persalinan
lubang serviks lambat laun mengecil. Pada 4 minggu postpartum,
rongga serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan
sebelum hamil.
5) Vagina
Secara berangsur-angsur luas vagina akan berkurang
setelah melahirkan tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran
seorang nulipara.
6) Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan
hormon saat melahirkan. Selama kehamilan, jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan
bagi bayi. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan
plasenta
tidak
ada
lagi,
maka
kelenjar
pituitary
akan
mengeluarkan prolaktin. Sampai hari ketiga, efek prolaktin mulai
dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi
darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit.
Disinilah sel-sel acini yang menghasilkan ASI mulai berfungsi.
7) Sistem Pencernaan
Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar
mudah terjadi ileus paralitikus yaitu adanya obstruksi usus akibat
tidak adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan
buah dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi
gerak peristaltic usus serta bisa terjadi karena pengaruh psikis
takut BAB karena adanya luka jahitan perineum.
8) Sistem Perkemihan
Umunya ibu nifas mengalami diuresi atau sulit untuk
kencing diakibatkan pelvis ginjal dan uretra yang teregang dan
berdilatasi selama kehamilan, namun akan kembali normal pada
akhir minggu keempat setelah melahirkan.
9) Sistem Muskuloskeletal
Ligament-ligamen, fasia
dan
diafragma
pelvis yang
meregang sewaktu kahmilan dan persalinan berangsur-angsur
kembali seperti sediakala umumnya pada 6-8 minggu postpartum.
10) Sistem Endokrin
Selama masa nifas terdapat perubahan pada sistem
endokrin, terutama pada hormon oksitosin, prolaktin, estrogen dan
progesteron. Pada masa nifas, hormon oksitosin berfungsi untuk
mempertahankan
kontraksi
uterus
sehingga
mencagah
perdarahan, hormon prolaktin berperan dalam pembesaran
payudara untuk merangsang produksi ASI.
11) Tanda-Tanda Vital
Pada umumnya, suhu tubuh wanita setelah melahirkan
dapat naik ± 0,5 0C dari keadaan normal, namun tidak akan
melebihi 380C pada 2 jam pertama melahirkan, umumnya suhu
badan akan kembali normal. Denyut nadi pasca persalinan
umumnya labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan
pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian
kembali seperti keadaan semula.
12) Sistem Hematologi dan Kardiovaskular
Selama beberapa hari pertama postpartum, kadar leukosit
akan
meningkat
tanpa
adanya
kondisi
patologis.
Jumlah
hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan sangat bervariasi pada
awal-awal masa nifas akibat dari volume darah, volume plasma
dan volume sel darah yang berubah-ubah. Namun kadar semua
unsur darah akan kembali normal pada keadaan tidak hamil pada
akhir masa nifas.
d. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
Menurut Prawirohardjo (2010), menyatakan bahwa tanda bahaya
nifas yaitu suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya
bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas. Tandatanda bahaya nifas diantaranya :
1) Perdarahan pervaginam.
2) Pengeluaran lochea yang berbau busuk.
3) Sub involusi uteri.
4) Nyeri pada perut dan pelvis.
5) Pusing dan lemas berlebihan.
6) Suhu tubuh ibu >380c.
e. Adaptasi psikologi ibu masa nifas
Menurut Suherni (2008), menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu
akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
1) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu
bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami
ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang
tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah
gangguan psikologis yang mungkin
dialami, seperti mudah
tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi
pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan
pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan
baik.
2) Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan
pada
fase
ini
merupakan
kesempatan
yang
baik
untuk
memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang
diperlukan ibu nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat
bayi, cara menyusu yang benar, cara merawat luka jahitan, senam
nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu
seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
3) Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab
akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan.
Ibu
sudah
mulai
menyesuaikan
diri
dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran
barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami
dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan keluarga
dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah
tangga sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan
istirahat yang cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang
bagus untuk dapat merawat bayinya.
f.
Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa tujuan dari pemberian
asuhan kebidanan pada masa nifas adalah:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi.
2) Mendeteksi
masalah,
mengobati
dan
merujuk
bila
terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4) Memberikan pelayanan KB.
g. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa kunjungan masa nifas
dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta
menangani masalah-masalah yang terjadi.
Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa frekuensi kunjungan,
waktu kunjungan dan tujuan kunjungan masa nifas yaitu sebagai
berikut :
1) Kunjungan pertama
Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam setelah persalinan dengan
tujuan sebagai berikut :
a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut.
c) Memberikan
konseling
pada
ibu
dan
keluarga
cara
pencegahan perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI.
e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2) Kunjungan Kedua
Kunjungan kedua dilakukan 6 hari setelah persalinan dengan
tujuan sebagai berikut :
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal.
b) Menilai
adanya
tanda-tanda
infeksi
atau
kelainan
pascapersalinan.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik tanpa ada tanda-tanda
penyulit.
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada
bayi.
3) Kunjungan ketiga
Kunjungan ketiga dilakukan 2 minggu setelah persalinan. Tujuan
kunjungan ketiga ini sama halnya seperti kunjungan kedua.
4) Kunjungan keempat
Kunjungan keempat ini dilakukan 4 minggu setelah persalinan
dengan tujuan untuk menanyakan kepada ibu tentang penyulitpenyulit yang dialami ibu atau bayinya serta memberikan
konseling KB secara dini kepada ibu.
h. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa kebutuhan dasar ibu
nifas antara lain :
1) Nutrisi dan Cairan
Pada masa nifas, masalah diet perlu mendapat perhatian
yang serius. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi,
cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan guna
mempercepat penyembuhan ibu dan produksi ASI. Ibu nifas harus
mengkonsumsi
makanan
dengan
diet
berimbang,
minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari, minum tablet Fe setidaknya
selama 40 hari pascasalin serta minum kapsul vitamin A 200.000
unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI.
2) Ambulasi
Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat
tidur dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan dari ambulasi ini
adalah agar ibu merasa lebih sehat dan kuat, faal usus dan
kandung kemih lebih baik serta memungkinkan kita dalam
mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih
dirawat.
Namun
ambulasi
ini
tidak
dibenarkan
pada
ibu
postpartum dengan penyulit.
3) Eliminasi
Kebanyakan ibu postpartum mengalami kesulitan untuk
berkemih. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya tekanan
intraabdominal, otot-otot perut masih lemah, edema pada uretra
dan dinding kandung kencing kurang sensitive. Umumnya ibu
diharapkan dapat BAK dalam 6 jam postpartum, namun jika dalam
8 jam postpartum belum dapat berkemih juga maka bisa dilakukan
katetrisasi. Sedangkan BAB, diharapkan 2 hari setelah postpartum
ibu nifas sudah dapat BAB, namun jika 3 hari belum juga BAB,
maka dapat diberikan pencahar per oral atau per rectal.
4) Personal Hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan
terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting
untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
5) Istirahat dan Tidur
Ibu nifas sangat dianjurkan sekali untuk istirahat yang
cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kekurangan
istirahat pada masa nifas akan mempengaruhi produksi ASI,
memperlambat proses involusi uterus, memperbanyak perdarahan
serta menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
6) Aktivitas Seksual
Secara fisik, ibu nifas aman untuk memulai hubungan sex
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau
dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Namun banyak
budaya yang mempunyai tradisi menunda sampai 40 hari pasca
melahirkan. Oleh karena itu, keputusan ini tergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
7) Latihan dan Senam Nifas
Sebagai akibat kehamilan, dinding perut menjadi lembek
dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat
keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu, ibu nifas
akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengencangkan
keadaan dinding perut. Salah satu cara untuk mengembalikan
bentuk tubuh menjadi indah dan langsing kembali adalah dengan
melakukan latihan dan senam nifas.
4. Bayi Baru Lahir
a. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37-42 minggu, dengan berat badan 2500-4000
gram, nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010).
Menurut Dewi (2010), menyatakan bahwa ciri-ciri bayi normal
adalah sebagai berikut:
1) Lahir aterm antara 37-42 minggu
2) Berat badan 2500-4000 gram.
3) Panjang badan 48-52 cm.
4) Lingkar kepala 33-35 cm.
5) Lingkar dada 30-38 cm.
6) Lingkar lengan 11-12 cm.
7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.
8) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
9) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tampak
sempurna.
10) Kuku agak panjang dan lemas.
11) Nilai APGAR >7.
12) Gerakan aktif.
13) Bayi lahir langsung menangis kuat.
14) Testis sudah turun pada anak laki-laki dan genitalia labia mayora
telah menutupi labia minora pada anak perempuan.
15) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
16) Refleks morrow sudah baik dimana jika bayi dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.
17) Refleks graff sudah baik dimana bila diletakkan suatu benda ke
telapak tangan maka akan menggenggam.
18) Refleks rooting sudah baik dimana dengan rangsang taktil pada
pipi/daerah mulut maka bayi akan mencari sumber rangsangan.
19) Refleks suckling sudah baik dimana bayi dapat menghisap
20) Eliminasi akan keluar dalam 24 jam pertama ditandai dengan
keluarnya mekonium berwarna hitam kecoklatan.
b. Adaptasi Bayi Baru Lahir
Saat lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri. Terjadi banyak perubahan yang dialami
oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna ke
lingkungan eksterna. Menurut Rukiyah (2010), perubahan tersebut
diantaranya yaitu :
1) Sistem Pernafasan
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama
bayi yaitu hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar serta tekanan terhadap rongga dada selama
persalinan. Upaya pernafasan pertama bayi berguna untuk
mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan
jaringan alveolus dalam paru untuk pertama kali.
2) Sistem Peredaran darah
Sistem peredaran darah setelah lahir darah bayi harus
melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya ke
jaringan untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung
kehidupan luar rahim, harus terjadi 2 perubahan besar yaitu
penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan
duktus arteriosus antara paru dan aorta. Hal ini terjadi akibat
pemotongan tali pusat serta usaha pernafasan pertama saat bayi
lahir.
3) Sistem Pengaturan Tubuh
a) Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban
menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi.
Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama
bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui
penggunaan lemak coklat.
b) Mekanisme Kehilangan Panas
Bayi dapat kehilangan panas tubunya melalui cara-cara
berikut yaitu evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi.
4) Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam
jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan kadar gula dapat dilakukan
dengan
cara-cara
berikut
yaitu
melalui
penggunaan
ASI,
penggunaan cadangan glikogen dan pembuatan glukosa dari
sumber lain terutama lemak.
5) Perubahan Sistem Gastrointestinal
Kemampuan menelan dan mencerna makanan terbatas
pada bayi. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc
dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin.
Hubungan antara esophagus bawah dan lambung bayi masih
belum sempurna yang berakibat gumoh.
6) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan
terhadap infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya
dari perlindungan oleh kulit membrane mukosa, fungsi jaringan
saluran pernafasan, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan
usus serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
c. Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut JNPK-KR (2008), mengatakan bahwa komponen asuhan
bayi baru lahir meliputi :
1) Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi
mikroorganisme yang terpapar/terkontaminasi selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.
Untuk tidak menambah resiko infeksi, maka sebelum menangani
BBL harus :
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan
bayi.
b) Pakai
handscoon
saat
menangani
bayi
yang
belum
dimandikan.
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan telah di
DTT/sterilisasi.
d) Pastikan semua yang digunakan untuk bayi dalam keadaan
bersih.
2) Penilaian Segera Setelah Lahir
Penilaian keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir
dengan penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk menilai
bayi apakah bayi menderita asfiksia/tidak. Adapun penilaian
meliputi frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot, warna kulit
dan reaksi terhadap rangsangan. Bayi dikatakan normal jika nilai
APGAR 7-10, asfiksia sedang-ringan dengan nilai APGAR 4-6 dan
asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3. Jika dalam 2 menit nilai
APGAR tidak mencapai 7, maka harus dilakukan resusitasi karena
jika bayi menderita asfiksia ≥5 menit kemungkinan terjadi gejalagejala neurologic lanjutan di kemudian hari akan lebih besar.
3) Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperature tubuh bayi baru lahir
belum berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan pencegahan
kehilangan panas pada tubuh bayi karena dapat menyebabkan
hipotermi. Hipotermi pada bayi dapat menyebabkan kesakitan
berat bahkan kematian. Cara pencegahan kehilangan panas
dapat dilakukan dengan :
a) Keringkan bayi dengan seksama.
b) Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih dan hangat.
c) Selimuti kepala bayi.
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
e) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
f) Memandikan bayi 6 jam setelah lahir.
4) Asuhan Tali Pusat
Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat
dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat perlu
dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat
dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Pengikatan tali pusat dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan alat penjepit
plastik, pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan disimpan dalam
bungkus steril dan benang katun steril.
5) Inisiasi Menyusui Dini
Bayi normal disusui segera setelah lahir. ASI pertama
sangat bermanfaat bagi bayi karena mengandung kolostrum yang
berguna untuk antibody bayi. Selain itu, ASI bermanfaat untuk
mencegah
gastroenteritis,
mempercepat
involusi
uterus,
menurunkan kejadian kejang pada bayi karena hipokalsemia serta
mempererat hungan antara ibu dan bayi.
6) Pencegahan Infeksi Mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu.
Pencegahan infeksi ini mengandung antibiotic tetrasiklin 1%.
Salep antibiotika harus tetap diberikan pada waktu 1 jam setelah
kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran.
7) Pemberian Vitamin K
Semua BBL harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg
intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai
menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat difisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
8) Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
Imunisasi HB pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin
K. Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2 bulan,
3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada
saat bayi berumur 24 jam atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya
OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan.
9) Pemeriksaan BBL
Pemeriksaan BBL dilakukan pada saat bayi berada di
klinik, saat kunjungan neonatal yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1
kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.
d. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pengkajian pada bayi baru lahir dibagi 2 bagian yaitu pengkajian
segera setelah bayi lahir dan pengkajian keadaan fisik untuk
memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami komplikasi
(Rukiyah, 2010).
Menurut Varney (2007), selama pemeriksaan bayi baru lahir,
dapat menggunakan 4 teknik dasar yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi. Pemeriksaan yang lengkap menggunakan 3 jenis
evaluasi yaitu pengukuran antropometri, evaluasi system organ dan
neurologis.
e. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Menurut Saifudin (2006), mengatakan bahwa tujuan pemantauan bayi
baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak
dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan
perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.
1) Dua jam pertama sesudah kelahiran.
Hal-hal yang perlu dinilai waktu pemantauan bayi pada jam
pertama sesudah kelahiran, meliputi :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah.
b) Bayi tampak aktif atau lunglai.
c) Bayi kemerahan atau biru.
2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian
terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan
tindak lanjut seperti :
a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan.
b) Gangguan pernafasan.
c) Hipotermia.
d) Infeksi.
e) Cacat bawaan atau trauma lahir.
f.
Jadwal Kunjungan
Menurut Rukiyah (2011), Kunjungan neonatus bertujuan untuk
meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar,
mengetahui sedini mungkin komplikasi yang terjadi pada bayi
sehingga dapat segera ditangani dan bila tidak dapat ditangani maka
dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap untuk mendapatkan perawatan
yang optimal. Jadwal kunjungan neonatus atau bayi baru lahir antara
lain:
1) Kunjungan I
Dilakukan pada 6 jam pertama setelah persalinan.
a) Menjaga
agar bayi tetap
hangat
dan
kering.
Menilai
penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan
bayi secara keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang
dapat menggambarkan keadaan kesehatannya.
b) Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan
penting untuk diawasi selama 6 jam pertama.
c) Menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering.
d) Pemberian ASI awal.
2) Kunjungan II
Pada hari ke-3 setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi
b) Menanyakan bagaimana bayi menyusui.
c) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)
d) Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah
baunya busuk
3) Kunjungan III
Pada minggu ke-2 setelah persalinan
a) Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu
pasca salin
b) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
c) Bayi harus mendapatkan imunisasi
4) Kunjungan IV
Pada 6 minggu setelah kelahiran
a) Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi
meningkat
b) Melihat hubungan antara ibu dan bayi.
c) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu
untuk penimbangan dan imunisasi
g. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Menurut Varney (2007), mengatakan bahwa hubungi dokter atau
perwatan segera jika anak mengalami :
1) Bayi menjadi lesu, tidak mau makan atau memperlihatkan perilaku
yang luar biasa.
2) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama.
3) Bayi tidak defekasi selama 48 jam.
4) Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak/mengeluarkan pus.
5) Suhu bayi di bawah 360C atau di atas 370C.
6) Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan kulit bayi tampak
kuning, coklat/persik.
Sedangkan menurut JNPK-KR (2008), mengatakan bahwa rujuk
bayi ke fasilitas kesehatan jika ditemukan tanda bahaya berikut ini :
1) Kejang.
2) Tidak dapat menyusu.
3) Mengantuk/tidak sadar.
4) Merintih.
5) Retraksi dinding dada bawah.
6) Sianosis sentral.
7) Nafas cepat > 60x/m.
5. KELUARGA BERENCANA
1. Pengertian
Pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak membantu
pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri dan
kemudian bertindak sesuai keputusan. Konseling merupakan tindak lanjut dari
KIE, bila seseorang telah termotivasi melalui KIE, maka selanjutnya ia perlu
diberikan konseling sudah tentu tergantung pada tingkatan KIE yang telah
diterimanya konseling dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah
tidak dapat dipecahkan sendiri.
2. Tujuan
a. Memberikan informasi yang tepat serta obyektif mengenai klien
mengetahui manfaatnya
b. Mengidentifikasi
dna
menampung
perasaan-perasaan
negative,
keraguan atau kekhawatiran sehibungan dengan metode kontrasepsi
c. Membantu klien memilih metode kontrasepsi yang terbaik bagi mereka
sehingga aman dan sesuai keinginan klien
d. Membantu klien agar menggunakan cara kontrasepsi yang mereka pilih
secara aman dan efektif
e. Memberi informasi tentang cara mendapatkan bantuan dan tempat
pelayanan Keluarga Berencana
f.
Khusus kontrasepsi mantap, menyeleksi calon akseptor yang sesuai dan
metode kontrasepsi alternatif
g. Memahami diri secara lebih baik
h. Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya
i.
Lebih realitas dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi sehingga:
1) Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif
2) Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki
3) Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salam penyesuaian diri
4) Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan
5) Memperoleh dan merasakan kebahagian
3. Jenis Konseling
a. KB awal atau pendahuluan
Dilakukan pada mereka yang sama sekali belum tahu KB, belum
mengerti Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
b. Konseling KB pemilihan Cara
Dilakukan pada mereka yang sudah mengerti NKKBS dan membutuhkan
pertolongan atau bantuan dalam memilih cara-cara atau alat/obat
kontrasepsi, misalnya: karena belum tahu, pengetahuannya masih kurang
lengkap, atau bias juga karena pengetahuannya kurang tepat atau keliru.
c. Konseling KB Pemantapan
Dilakukan kepada mereka yang sudah memahami. Tujuannya ialah
supaya yakin bahwa alat/obat kontrasepsi yang akan dipakainya sesuai
dnegan kondisi dna kebutuhannya, tahu kemungkinan efek samping dan
cara megatasinya. Pada konseling ini sudah dilengkapi dengan hasil
pemeriksaan kesehatan dan keterangan diri (nama, Jumlah, anak, riwayat
kesehatan) yang diperlukan untuk emngethaui cocok tidaknya memakai
alat/obat kontrasepsi.
d. Konseling KB pengayoman
Dilakukan pada mereka yand sudha memakau alat kontrasepsi.
Tujuannya adalah untuk mengatasi masalah yang timbul sesudah memakai
alat kontrasepsi, misalnya karena pengaruh dari luar (mendengar gunjingan,
melihat pengalaman orang lain yang kurang enak). Bias juga dilakukan pada
mereka yang tadinya sudah memahami dan ingin memiliki KKBS (Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera), memakai alat kontrasepsi, tapi kemudian berubah
pendapat karena alas an tertentu (bercerai, kematian anak, dan sebagainya)
e. Konseling KB perawatan/pengobatan
Dilakukan pada mereka yang mengalami kegincangan emosi atau
gangguan kejiwaan akibat keinginannya untuk memiliki KKBS maupun
karena memakai alat kontrasepsi.
Dapat juga juga jenis konseling dibedakan sebagai berikut:
1. Konseling Umum (missal: oleh PLKB)
Penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk
mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi
keluarga.
2. Konseling Spesifik (missal: oleh dokter/bidan/konselor)
Penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternative,
keuntungan, keterbatasan, akses dan fasilitas layanan
3. Konseling pra dan pasca tindakan
Penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra,
selama, dan pasca) serta penjelasan lisan/instruksi tertulis asuhan mandiri
4. Langkah-langkah dalam konseling
SATU TUJUH
1. SA- Salam, sambut kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta
terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri.
Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa
yang dapat diperolehnya.
2. T-Tanyakan kepada klien tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai
pengalaman
Keluarga
Berencana
dan
kesehatan
Reproduksi,
tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan klien. Berikan perhatian kepada klien apa
yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat, dan caranya.
Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perhatikan bahwa kita memahami
dengan memahami pengetahun, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat
membantunya.
3. U-Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dna beri tahu apa pilihannya dan
beritahu apa pilihan reproduksinya yang paling mungkin. Termasuk pilihan
beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia
ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan
alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.
4. TU-Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk
menunjukkan kengginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara
terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan criteria dan keinginan
kien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan
memberikan
dukungan
dengan
pilihan
tersebut.
Jika
memungkinkan
didiskusikan mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya
yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat.
5. J-Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrsepsi pilihnnya.
Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan alat/obat
kontrasepsinya
yang
akan
digunakan
tersebut
dan
bagaimana
cara
penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas
menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda
metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah onfeksi menular
seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi
pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.
6. U-Ulang, perlunya dilakukan kun jungan ulang bicarakan dan buatlah perjanjian
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau
permintaan kontrasepsi jika dibuutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien
untuk kembali apabila terjadi suatu masalah
A. Kontrasepsi Progestin
a. Profil
Sangat efektif, aman, dapat dipakai oleh semua perembuan dalam usia
reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan,
cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
b. Jenis
Terdiri dari 2 jenis suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu :
1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung
150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuskular (didaerah bokong).
2) Depo Noretisteron Enanat (Depo Noristerat), yang mengandung
200 mg Noretindron, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskular.
7) Keuntungan dari Kontrasepsi Progestin yaitu :
1) Sangat efektif
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4) Tidak mengandung estrogen
5) Tidak berpengaruh terhadap ASI
6) Sedikit efek samping
7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 thn
9) Membantu mencegah kanker endometrium
10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11) Mencegah beberapa penyakit radang panggul
12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit
c. Keterbatasan
Sering ditemukan gangguan haid seperti :
1) Siklus haid yang memendek atau memanjang
2) Perdarahan yang banyak atau sedikit
3) Perdarahan tidak teratur
4) Tidak haid sama sekali
5) Klien sangat bergantung pada tempat sarana kesehatan
6) Tidak
dapat
dihentikan
sewaktu-waktu
sebelum
suntikan
berikutnya
7) Permasalahan berat badan efek samping tersering
8) Tidak menjamin perlindungan dari PMS
9) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
10) Terlambatnya
kembali
kesuburan
bukan
karena
terjadinya
kerusakan pada organ genitalia
11) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang
12) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas)
13) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina,menurunkan libido,gangguan emosi (jarang).
d. Indikasi
1) Usia reproduksi
2) Nullipara dan yang telah memiliki anak
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas
tinggi
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai setelah
melahirkan dan tidak menyusui
5) Setelah abortus atau keguguran
6) Perokok
7) Tekanan darah lebih dari 180/110 mmhg, dengan masalah
gangguan pembekuan darah atau anemia
8) Menggunakan obat untuk epilepsi
9) Tidak dapat
menguunakan
kontrasepsi
yang
mengandung
estrogen
10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
11) Anemia defisiensi besi
12) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
e. Kontraindikasi
1) Hamil atau dicurigai hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama
amenorea
4) Menderita kanker payudara atau riwayat
5) DM disertai komplikasi
f. Cara Penggunaan
a)
Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-
gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila
terdapat
esndapan
putih
pada
dasar
ampul,
upayakan
menghilangkan dengan menghangatkan.
b)
Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang
dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering
sebelum disuntik. Setelah kering baru disuntik. Kontrasepsi suntik
diberikan secara IM (Intramuskular) dalam didaerah pantat. Dan
apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi
suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif
(saifudin,2010)
I.
Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Menurut Varney (2006), manajemen varney adalah kerangka atau
pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan.
2. Langkah Manajemen Kebidanan
Manajemen Varney terdiri dari 7 langkah yaitu :
a. Pengumpulan Data Dasar
Dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap,
yaitu:
1) Riwayat kesehatan.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengn kebutuhannya.
3) Meninjau catatan terbaru atauu catatan sebelumnya.
4) Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil
studi.
b. Interpretasi Data Dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosis yang spesifik.
c. Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Mengidentifikasi
berdasarkan
rangkaian
diidentifikasi. Langkah
masalah
atau
masalah
ini
dan
diagnosis
diagnosis
membutuhkan
potensial
yang
antisipasi,
lain
sudah
bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ini penting
sekali melakukan asuhan yang aman.
d. Identifikasi Perlunya Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
e. Perencanaan Asuhan Komprehensif
Direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien
atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang
diperkirakan terjadi berikutnya.
Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut.
f.
Pelaksanaan Rencana
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lain. Manajemen
yang efisien akan menyingkat waktu dan menghemat biaya serta
meningkatkan mutu asuhan klien.
g. Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,
meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap masalah yang telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis.
J.
Dokumentasi Kebidanan
Menurut
Simatupang
(2008),
yang
mengutip
pernyataan
Varney,
pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu :
1. S (Subjektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 Varney.
2. O (Objektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lainnya yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney.
3. A (Assasment), menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi yaitu
Diagnosa masalah, Anitisipasi Masalah Potensial dan Perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney.
4. P (Planning), menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan
tindakan, Implementasi (I) dan Evaluasi (E) berdasarkan Assasment
sebagai langkah 5, 6 dan 7 Varney.ref
K.
Landasan Hukum yang Mendasari Praktek kebidanan
1. Permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010
Landasan hukum yang mendasari bidan di dalam melakukan asuhan
kebidanan pada klien dengan ketuban pecah dini merupakan keputusan
permenkes
No.1464/Menkes/Per/X/2010
tentang
izin
dan
penyelenggaraan praktek bidan.
a. Pasal 9
Bidan
dalam menjalankan praktik
berwenang
untuk
memberikan
pelayanan yang meliputi :
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana
b. Pasal 10
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi
a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c) Pelayanan persalinan normal
d) Pelayanan ibu nifas normal
e) Pelayanan ibu menyusui
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 berwenang untuk :
a) Episiotomi
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e) Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslu
sif
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga
dan postpartum
h) Penyuluhan dan konseling
i)
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j)
Pemberian surat keterangan kematian
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
c. Pasal 11
1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9
huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak
pra sekolah
2) Bidan
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
a) Melakukan asuhan bayi baru
lahir normal termasuk resusitasi,
b. pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vit K
1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28
hr) perawatan tali pusat
c. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
d. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan
e. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
f.
Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak
pra sekolah
g. Pemberian konseling dan penyuluhan
h. Pemberian surat keterangan kelahiran
i.
Pemberian surat keterangan kematian
d. Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf c berwenang untuk
1) Memberikan penyuluhan dan konseling; kesehatan reproduksi
perempuandan keluarga berencana.
2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
e. Pasal 13
1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11,
dan 12, bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang
melakukan pelayanan kesehatan meliputi :
a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam
rahim, dan alat kontrasepsi bawah kulit.
b) Asuhan
antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
ronis tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter.
penyakit k
c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan.
d) Melakukan
pembinaan
peran
serta
masyarakat di bid
ang.
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, da
n menyehatan lingkungan
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi,
anak balita, anak
prasekolah, dan anak sekolah
f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
g) Melaksanakan
deteksi
dini,
merujuk
dan
memberikan penyuluhan,tehadap Infeksi Menular Seksual
( I MS ) termasuk pemberiankondom, dan penyakit lainnya.
h) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi.
i)
Pelayanan kesehatan lain yang merupakan
program Pemerintah.
2) Pelayanan
alat
kontasepsi
bawah
kulit,
asuhan
antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan
pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan memberikan peyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya,
serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan
yang telah dilatih untuk itu.
2. Standar Pelayanan Kebidanan
a. Standar pelayanan Antenatal (6 standart)
1) Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
motifasi ibu,suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah
mengenali dan memotifasi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya.
Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi
ibu hamil contohnya sebagai berikut :
a) Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara
teratur
b) Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil
c) Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk
membahas manfaat pemeriksaan kehamilan.
Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat
memahami tanda dan gejala kehamilan.Ibu,suami, masyarakat
menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan
teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri
sebelum kehamilan 16 minggu.
2) Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan
antenatal.Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu
dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal bidan juga harus bisa mengenali kehamilan
dengan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,
PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan
oleh puskesmas.
Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu
memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini
komplikasi kehamilan.
Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan
pelayanan
antenatal
minimal
4
kali
selama
kehamilan.
Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi
dini dan penanganan komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami,
keluarga dan masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan
tahu apa yang harus dilakukan. Mengurus transportasi rujukan
,jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
3) Standar 5 : Palpasi abdominal
Bidan
harus melakukan
pemeriksaan
abdomen
secara
seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah ,memeriksa posisi,
bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga panggul,
untuk mencari kelainan dan untuk merujuk tepat waktu.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan
usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak,
posisi dibagian bawah janin.
Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia
kehamilan , diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai
kebutuhan. Mendiagnosisi dini kehamilan ganda dan kelainan,
serta merujuk sesuai dengan kebutuhan.
4) Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan ,
penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamialan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan
anemia pada kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut yang
memadai
untuk
mengatasi
anemia
sebelum
persalinan
berlangsung.
Tindakan
yang
bisa
dilakukan
bidan
contohnya
,
memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan
pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet Fe pada semua ibu
hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut .penyuluhan
gizi dan pentingnya konsumsi makanan yang mengandung zat
besi, dll.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika
ada ibu hamil dengan anemia berat dapat segera dirujuk,
penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia, penurunana
jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR.
5) Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah
pada kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya,
serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya.
Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat
mengenali
dan
menemukan
secaea
dini
hipertensi
pada
kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan.Adapun
tindakan yang dapat dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa
tekanan darah ibu dan mencatatnya.Jika terdapat tekanan darah
diatas 140/90 mmHg lakukan tindakan yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu
hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang
memadai dan tepat waktu.Penurunan angka kesakitan dan
kematian akibat eklamsia.
6) Standar 8 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami
atau keluarga pada trimester III memastikan bahwa persiapan
persalinan bersih dan aman dan suasana menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan
biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.
Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap
rumah ibu hamil untuk hal ini.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan
bahwa
persalinan
direncanakan
dalam
lingkungan
yang
aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.
Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga
tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan
aman.Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan
memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan
sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan
tepat waktu telah dipersiapkan bila diperkirakan .
b. Standar pelayanan Persalinan (4 standart)
1) Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,
kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai ,
dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan
berlangsung.
Bidan
juga
melakuakan
pertolongan
proses
persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap
sopan
dan
penghargaan
terhadap
hak pribadi
ibu
serta
memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan
memilih orang yang akan mendampinginya selam proses
persalinan dan kelahiran.
Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan
pelayanan
kebidanan
yang
memadai
dalam
mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi.
Hasil yang diharapkan adalah ibu bersalin mendapatkan
pertolongan yang aman dan memadai. Meningkatnya cakupan
persalinan dan komplikasi lain yang ditangani oleh tenaga
kesehatan. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu bayi akibat
partus lama.
2) Standar 10 : Persalinan Kala Dua yang Aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta
yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan
terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat
.disamping itu ibu diijinkan untuk memilih siapa yang akan
mendampinginya saat persalinan.
Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan
persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.Hasil yang
diharapkan yaitu persalinan dapat berlangsung bersih dan
aman.Menigkatnya
bidan.Meningkatnya
kepercayaan
jumlah
persalinan
masyarakat
yang
bidan.Menurunnya angka sepsis puerperalis.
kepada
ditolong
oleh
3) Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
Secara
aktif
bidan
melakukan
penatalaksanaan
aktif
persalinan kala tiga.Tujuan dilaksanakan nya standar ini yaitu
membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban
secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca
persalinan kala tiga, mencegah terjadinya atonia uteri dan retesio
plasenta.
Adapaun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya
perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan
terjadinya atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio plasenta ,
memperpendek waktu persalinan kala tiga, dan menurunkan
perdarahan post partum akibat salah penanganan pada kala tiga.
4) Standar 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui
Episiotomi
Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada
kala dua, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk
mmemperlancar persalinan, diikiuti dengan penjahitan perineum.
Tujuan
dilakukannya
standar
ini
adalah
mempercepat
persalinan dengan melakukan episiotomy jika ada tanda-tanda
gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum. Hasil
yang diharapkan yaitu penurunan kejadian asfiksia neonnaturum
berat. Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua .
c. Standar pelayanan Nifas (3 standar)
1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan
memeriksa
dan
menilai
bayi
baru
lahir
untuk
memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan
kelainan , dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi
dan mencegah hipoglikemia dan infeksi
Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan
membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi,
hipoglikemi dan infeksi.
Hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan
perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir mendapatkan
perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan
baik.
2) Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah
persalinan
Bidan
melakukan
pemantauan
ibu
dan
bayi
terhadap
terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah
persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping
itu,
bidan
memberikan
penjelasan
tentang
hal-hal
yang
mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk
memulai pemberian ASI.
Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi
yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk
memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan asuhan sayang
ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam
pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin
antara ibu dan bayinya.
3) Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
Bidan
memberikan
pelayanan
selama
masa
nifas
di
puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah
pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah
persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat
yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan
komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan
penjelasan
tentang
kesehatan
secara
umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir ,
pemberian ASI , imunisasi dan KB.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi
sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan
ASI eksklusif.
d. Standar penanganan
Kegawat
daruratan
obstetri-neonatal
(9
standart)
1) Standart 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada
Trimester Tiga
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan
pada kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan
merujuknya
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan
melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan pada
trimester tiga.
Hasil
yang
diharapkan
dari
kemampuan
bidan
dalam
menerapkan standar ini adalah ibu yang mengalami perdarahan
kehamilan trimester tiga dapat segera mendapatkan pertolongan,
kematian ibu dan janin akibat perdarahan pada trimester tiga
dapat berkurang, dan meningkatnya pemanfaatan bidan sebagai
sarana konsultasi ibu hamil.
2) Standar 17 : Penanganan Kegawat daruratan pada Eklamsia
Bidan
mengenali
secara
tepat
dan
gejala
eklamsia
mengancam, serta merujuk dan/atau memberikan pertolongan
pertama.
Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda
gejala preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat
dan memadai.Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam
penanganan kegawat daruratan bila eklamsia terjadi.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia.Ibu
hamil
yang
mengalami
preeklamsia
berat
dan
eklamsia
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.Ibu dengan
tanda-tanda preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang
tepat.Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklamsia.
3) Standar 18 : Penanganan Kegawat daruratan pada Partus Lama /
macet.
Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus lama/macet
serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu
untuk merujuk untuk persalinan yang aman.
Tujuannya adalah untuk mengetahui segera dan penanganan
yang tepat keadaan darurat pada partus lama/macet.
Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda
gejala partus lama/macet serta tindakan yang tepat. Penggunaan
patograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam
proses persalinan. Penurunan kematian/kesakitan ibu dan bayi
akibat partus lama/macet.
4) Standar 19 : Persalinan dengan Menggunakan Vakum Ekstraksi
Bidan
hendaknya
mengenali
kapan
waktu
diperlukan
menggunakan ekstraksi vakum, melakukan secara benar dalam
memberikan
pertolongan
persalinan
dengan
memastikan
keamanan bagi ibu dan janinnya.
Tujuan
penggunaan
vakum
yaitu
untuk
mempercepat
persalinan dalam keadaan tertentu.Hasil yang diharapkan yaitu
penurunan kesakitan atau kematian akibat persalinan lama. Ibu
mendapatkan penanganan darurat obstetric yang cepat.
5) Standar 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan
pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan
perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.
Tujuannya adalah mengenali dan melakukan tindakan yang
tepat ketika terjadi retensio plasenta .
Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio
plasenta.Ibu dengan retesio plasenta mendapatkan penanganan
yang cepat dan tepat.Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta
meningkat.
6) Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam
24 jam pertama setelah persalinan dan segera melakukan
pertolongan pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan
perdarahan. Tujuannya adalah bidan mampu mengambil tindakan
pertolongan kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang
mengambil perdarahan post partum primer/ atoni uteri.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan
kesakitan
ibu
akibat
perdarahan
post
partum
primer.
Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara dini
pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer.
7) Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala
perdarahan post partum sekunder , dan melakukan pertolongan
pertama untuk penyelamatan jiwa ibu atau merujuk. Tujuannya
adalah mengenali gejala dan tanda perdarahan post partum
sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk
menyelamatkan jiwa ibu.
Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat
perdarahan post partum sekunder menurun. Ibu yang mempunyai
resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemukan
secara dini dan segera di beri penanganan yang tepat.
8) Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis
Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala
sepsis puerperalis , melakukan perawatan dengan segera
merujuknya. Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis
puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat .hasil yang
diharapkan yaitu ibu dengan sepsis puerperalis mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat .penurunan angka kesakitan
dan
kematian
akibat
sepsis
puerperalis.
Meningkatnya
pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas.
9) Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonaturum
Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia,
serta
melakukan
tindakan secepatnya,
memulai resusitasi,
mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan
tepat dan memberiakan perawatan lanjutan yang tepat
Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi
baru lahir dengan asfiksia , mengambil tindakan yang tepat dan
melakukan pertolongan kegawatdaruratan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan
1. Pengkajian 1
Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2015
Jam : 18.30 WIB
a.
Data Subyektif
1) Identitas
a) Identitas Pasien
Nama : Ny.M
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Lamper Mijen RT 01 RW 06 Kelurahan
Lamper Tengah
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaaan : Swasta/Karyawan
Alamat : Lamper Mijen RT 01 RW 06 Kelurahan Lamper Tengah
2. Alasan datang ke klinik
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
3. Keluhan Utama
Tidak ada
4. Riwayat Kesehatan
a)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu Mengatakan Sekarang tidak pernah menderita penyakit
seperti jantung, asma, TBC, ginjal, DM, Malaria, HIV/AIDS dan
PMS.
b). Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu Mengatakan Dahulu tidak pernah menderita penyakit seperti
jantung, asma, TBC, ginjal, DM, Malaria, HIV/AIDS dan PMS.
b). Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu Mengatakan Keluarga tidak pernah menderita penyakit seperti
jantung, asma, TBC, ginjal, DM, Malaria, HIV/AIDS, PMS, Cacat
fisik Psikologi dan tidak ada riwayat kembar.
5). Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan menikah 2x, umur ibu waktu menikah kedua
umur 28 tahun dengan suami umur 28 tahun, lama pernikahan 8
bulan, dengan status pernikahan syah.
5)
Riwayat Obstetrik
1) Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Warn : merah
Siklus : 28 hari
Konsistensi : cair
Lama : 7 hari
Disminorhoe : -
Jumlah : 2-3 ganti /hari
Flour Albus :-
Bau : amis, khas darah
HPHT : 16 Maret 2015
2) Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
3) Riwayat Kehamilan Sekarang
a)
Ibu mengatakan hamil yang kedua dan tidak pernah
keguguran
b)
HPL : 23 Desember 2015
c)
Ibu mengatakan BB sebelum hamil : 53 kg
d)
Ibu periksa ANC 5x dibidan yaitu:
TM I
: -
TM II
: 4x
(1) Tanggal , 25 Juni 2015
Keluhan
: keputihan
Tekanan Darah : 110/70mmHg
BB
: 55,5 kg
UK
: 14 mg 4 hari
TFU
: 5 cm
Letak janin : ballotemen (+)
DJJ
:-
Terapi
: Suprabion (1x1), Kalk (1x1)
(2) Tanggal, 25 Juli 2015
Keluhan
: keputihan, pusing
Tekanan Darah : 90/70 mmHg
BB
: 56,5 kg
UK
: 19 mg
TFU
: 10 cm
Letak janin : ballotemen (+)
DJJ
: 144 x/mnt
Terapi
: Suprabion (1x1), kalk (1x1)
TT 4
(3) Tanggal, 29 Agustus 2015
Keluhan
: keputihan
Tekanan Darah : 90/70 mmHg
BB
: 58 kg
UK
: 24 mg
TFU
: 16 cm
Letak janin : U
DJJ
: 144 x/mnt
Terapi
: Suprabion (1x1), kalk (1x1)
(4) Tanggal, 13 September 2015
Keluhan
: tidak ada keluhan
Tekanan Darah : 90/70 mmHg
BB
: 60 kg
UK
: 26 mg 1 hari
TFU
: 19 cm
Letak janin : U
DJJ
: 140 x/mnt
Terapi
: Suprabion (1x1), kalk (1x1)
TM III
: 1x ANC
(1) Tanggal, 14 Oktober 2015
Keluhan
: tidak ada keluhan
Tekanan Darah : 90/70 mmHg
BB
: 63 kg
UK
: 30 mg 4 hari
TFU
: 23 cm
Letak janin : U
DJJ
: 134 x/mnt
Terapi
: Novabion (1x1), Kalk (1x1)
(2) Tanggal , 28 Oktober 2015
Keluhan : tidak ada keluhan
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
BB
: 63,5 kg
UK
: 32 mg 2 hari
TFU
: 25 cm
Letak janin : U
e)
DJJ
: 142 x/mnt
Terapi
: Novabion (1x1), Kalk (1x1)
Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada umur
kehamilan 4 bulan sampai sekarang masih terasa aktif.
f)
Ibu mengatakan sudah imunisasi TT 3x saat kehamilan 1
g)
Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat-obatan yang
diberikan oleh bidan
h)
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan buruk yang dapat
berpengaruh negatif terhadap kehamilan seperti merokok,
minum jamu, minum alcohol,
ataupun narkoba.
6)
Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelumnya pernah menggunakan KB Pil selama
tahun alasan berhenti ingin punya anak lagi.
7)
Riwayat Kebutuhan Sehari – hari
1) Pola Nutrisi
1
TM II
: Makan 3x/hari, menu nasi, sayur, lauk pauk,
kadang ditambah buah, porsi 1 piring. Minum 6 –
7 gelas/hari dengan air putih kadang ditambah
teh, susu
TM III
: Makan 3x/hari, menu nasi, sayur, lauk pauk, porsi
1 piring. Minum 5 - 6 gelas/hari dengan air putih
2) Pola Eliminasi
TM II
: BAB 1x/hari, dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan, bau khas feses, tidak ada
keluhan. BAK 5x/hari dengan konsistensi cair,
warna kuning jernih, bau khas amoniak, tidak ada
keluhan.
TM III
: BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan, bau khas feses, tidak ada
keluhan. BAK 8-10X/hari dengan konsistensi cair,
warna kuning jernih, bau khas amoniak, tidak ada
keluhan.
3) Pola Aktivitas
TM II
: Ibu melakukan kegiatan sehari - hari sebagai ibu
rumah tangga dengan penuh hati – hati.
TM III
: Ibu melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga seperti menyapu, dan melakukan aktifitas
yang ringan-ringan.
4) Pola Istirahat
TM II
: Tidur malam +8 jam/hari, tidur siang +2 jam/hari,
dengan
kebiasaan
tidur
miring,
tidak
ada
masalah.
TM III
: Tidur malam +8 jam/hari, tidur siang +2 jam/hari.
5) Pola Personal Hygiene
TM II
: Mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ hari, keramas 2x/
minggu, ganti baju 2x/ hari, tidak ada masalah.
TM III
: Mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ hari, keramas 2x/
minggu, ganti baju 2x/ hari, tidak ada masalah
6) Pola hubungan Sexual
TM II
: Ibu melakukan hubungan seksual 1x minggu
sekali (belum tentu)
TM III
8)
: Ibu tidak melakukan hubungan seksual
Data Psikososial, ekonomi dan Spiritual
1) Ibu mengatakan merasa senang dengan kehamilan keduanya.
2) Suami senang dengan kehamilan anak pertamanya.
3) Ibu mengatakan pengambilan keputusan dalam keluarga adalah
suami.
4) Ibu beragama Islam, taat menjalankan sholat 5 waktu.
5) Ibu mengatakan tinggal bersama suami.
Ibu mengatakan tidak mempunyai hewan peliharaan.
Ibu mengatakan dalam mengolah daging dimasak sampai matang ( >
30 menit) serta dalam mengolah sayuran dicuci dahulu sebelum
dipotong.
6) Ibu
mengatakan
penghasilan
kebutuhan sehari – hari
9)
Data Pengetahuan Ibu
suaminya
sudah
mencukupi
Ibu sudah mengetahui tentang :
1) Ibu sudah mengetahui tentang nutrisi bagi ibu hamil
2) Ibu sudah mengetahui tentang kebutuhan istirahat bagi ibu hamil
3) Ibu sudah mengetahui tentang aktivitas ibu hamil
Ibu belum mengetahui tentang :
a. Ibu belum mengetahui ketidaknyamanan pada ibu hamil TM III
b. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) TTV : TD : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/ menit
Suhu : 36 0C
RR :20x/ menit
BB sekarang : 55,5 kg
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
: mesochepal, kulit kepala bersih, tidak berketombe,
tidak rontok
2) Muka
: tidak oedem,tidak pucat
3) Mata
: simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
fungsi penglihatan baik, tidak anemis
4) Hidung
: simetris, bersih, tidak ada penumpukan sekret, tidak
ada pembesaran polip
5) Mulut
: tidak ada stomatitis, bibir tidak pecah-pecah, tidak
ada caries gigi, lidah tidak kotor
6) Telinga
: simetris, bersih, tidak ada penumpukan serumen,
fungsi pendengaran baik
7) Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, maupun pembesaran
vena jugularis
8) Ketiak
: tidak ada pembesaran kelenjar limfe
9) Dada
: simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada tarikan dinding dada, pernafasan
teratur
10) Abdomen :
tidak ada luka bekas operasi,
terdengar bunyi
timpani, tidak ada nyeri tekan, peristaltik usus normal
11) Genetalia : tidak di lakukan
12) Ekstrimitas:
a)
Atas
: tidak oedem, tidak ada kelainan bawaan, turgor
kulit baik, gerakan aktif
b)
Bawah : tidak oedem, tidak ada kelainan bawaan, turgor
kulit baik, tidak terdapat varises
13) Punggung : simetris, tidak ada nyeri tekan
14) Anus
: tidak di lakukan
c. Pemeriksaan Obstetrik
1) Inspeksi
a) Muka
: tidak oedem, tidak pucat, tidak ada cloasma
gravidarum
b) Payudara : mammae membesar, puting susu menonjol,
areola menghitam
c) Abdomen : terdapat striae gravidarum dan terdapat linea
nigra
d) Genetalia : tidak dilakukan
2) Palpasi
a) Payudara
: tidak ada benjolan abnormal, kolustrum sudah
keluar
b) Abdomen
:
Leopold 1
pada
bagian
fundus
ibu
teraba 1 bagian bulat, lunak,
tidak melenting (bokong)
Leopold 2
bagian
perut
ibu
sebelah
kanan teraba bagian keras
memanjang
seperti papan
(punggung).
perut
ibu
bagian
Bagian
teraba
kiri
bagian-
kecil
janin
ekstremitas
Leopold 3
bagian
bawah
perut
ibu
teraba 1 bagian bulat, keras,
melenting
yang
artinya
kepala
3) Auskultasi
142x/mnt
4) Reflek patella : +/+
Leopold 4
Konvergen
TFU
25 cm
TBJ
(25-12)X155 = 2015 gram
:
DJJ
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laborat dengan hasil :
HB tanggal 28 oktober 2015 : 12 %/dl
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. M USIA 28 TAHUN UMUR KEHAMILAN 32 MINGGU 2 HARI
DI BPM SRI PILIH RETNO KOTA SEMARANG
Tanggal Pengkajian ke 1 Tanggal 28 Oktober 2015
Tempat
: BPM Sri Pilih Retno S.SIT,.
Subyektif
Obyektif
1. Ibu mengatakan bernama 1. Pemeriksaan Umum :
Ny.M umur 28 tahun
KU : Baik
2. Ibu mengatakan hamil yang
kedua,
belum
pernah Kesadaran: composmentis
keguguran
3. Ibu mengatakan HPL-nya TTV TTD:110/70 mmHg
tanggal : 23 Desember 2015
N : 82x/menit
S : 36 0C
Assesment
Plannig
Dx Kebidanan
PERENCANAAN
Ny.M G2P1A0 umur 28 tahun
Pukul : 18.30 WIB
hamil 32 minggu 2 hari 1. Beritahu
ibu
tentang
hasil
pemeriksaan
janin
tunggal
hidup 2. Beritahu ibu tentang ketidak
nyamanan pada ibu hamil TM III
intrauteri letak memanjang
puka preskep konvergen.
PELAKSANAAN
R : 20x/menit
Pukul : 18.35 WIB
RR : 21x/mnt
4. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
 Muka : tidak oedem,
tidak pucat, tidak ada
cloasma gravidarum
 Payudara
:
mamae
membesar , puting susu
menonjol,
areola
1. Memberitahu
ibu
bahwa
pemeriksaan meliputi TTV dan
keadaan bayinya.
2. Memberikan
KIE
tentang
ketidaknyamanan pada ibu hamil
TM III.Yaitu :
a. Sembelit dipengaruhi karena
perubahan
uterus
yang
semakin
membesar,
sehingga uterus menekan


b.


L1
menghitam
Abdomen : terdapat
striegravidarum
dan
linea nigra
Genetalia : tidak di
lakukan
Palpasi
payudara : tidak ada
benjolan
abnormal,
kolostrum
sudah
keluar
Abdomen :
: TFU 25 cm, teraba
lunak,
tidak melenting
(bokong)
L2 kanan : teraba tahanan
keras memanjang
Kiri : : teraba bagian-bagian
L3 : teraba bulat, lunak,
melenting
d. Varises pada kaki
Akibat tekanan
vena
L4 : konvergen
Auskultasi
142x/mnt
ini terjadi karena ibu hamil
sering kencing.
terkecil janin
c.
daerah perut, dan penyebab
lain adalah karena tablet besi
yang diberikan bidan pada
ibu
hamil
biasanya
menyebabkan
konstipasi
tetapi
tidak
perlu
dikhawatirkan oleh ibu hamil
karena perubahan warna
feses karena pengaruh zat
besi ini adalah normal.
b. Sering kencing Peningkatan
frekuensi
berkemih
atau
sering
buang
air
kecil
disebabkan oleh tekanan
uterus
karena
turunnya
bagian bawah janin sehingga
kandung kemih tertekan dan
mengakibatkan
frekuensi
berkemih
c. Insomnia
Pada trimester III gangguan
besar
dibelakang
:
DJJ
pembuluh
yang
uterus,
terletak
darah
d. perkusi : reflek patella
+/+
balik dari tubuh bagian bawah
terhambat dan menyebabkan
peningkatn
pembuluh
tekanan
vena,
akibatnya
muncul varises
EVALUASI
Pukul : 18.50 WIB
1. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan
dalam batas normal dan bayinya
sehat.
2. Ibu sudah tahu apa saja ketidak
nyamanan pada ibu hamil TM 3
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. M USIA 28 TAHUN UMUR KEHAMILAN 34 MINGGU 3 HARI
DI BPM SRI PILIH RETNO KOTA SEMARANG
Tanggal pengkajian ke 2 tanggal 11 November 2015
Tempat
: BPM Sri Pilih Retno S.SIT,.
Subyektif
Obyektif
1. Ibu mengatakan perutnya
kadang
kenceng-kenceng
tidak disertai rasa nyeri
2. Ibu mengatakan kencengkencengnya hilang timbul
3. Ibu
mengatakan
belum
mengetahui
tanda-tanda
persalinan
1. Pemeriksaan Umum :
Kesadaran: composmentis
Assesment
Plannig
Dx Kebidanan
PERENCANAAN
Ny.M G2P1A0 umur 28 tahun
Pukul : 18.20 WIB
TTV TTD:100/70 mmHg
N : 82x/menit
S : 36 0C
RR : 20x/menit
hamil 34 minggu 3 hari 1.
2.
janin
tunggal
hidup
3.
intrauteri letak memanjang
4.
puka preskep konvergen..
Ibu hasil pemeriksaan
Jelaskan pada ibu tentang braxon
his
Jelaskan pada ibu tanda-tanda
persalinan.
Berikan ibu therapy
4. Pemeriksaan Khusus
PELAKSANAAN
a. Inspeksi
 Muka : tidak oedem,
tidak pucat, tidak ada
cloasma gravidarum
 Payudara
:
mamae
membesar , puting susu
menonjol,
areola
menghitam
 Abdomen : terdapat
striegravidarum
dan
linea nigra
 Genetalia : tidak di
Pukul : 18.25 WIB
1. Memberitahu ibu hasil
pemeriksaan meliputi TTV,dan
keadaan bayinya
2. Menjelaskan pada ibu bahwa
keluhannya itu dinamakan
Braxton his adalah kontraksi
palsu Kontraksi ini umumnya tidak
sakit dan tidak terjadi dengan
jarak teratur.kontraksi ini biasanya
lakukan
b. Palpasi
 payudara : tidak ada
benjolan
abnormal,
kolostrum
sudah
keluar
 Abdomen :
L1 : TFU 27 cm, teraba
hilang saat ibu hamil berganti
posisi atau berjalan.durasinya pun
sebentar. Dan itu merupakan hal
yang wajar pada ibu hamil TM3.
Cara membedakan kontraksi palsu
dan kontraski yang sebenarnya
adalah :
lunak,
tidak melenting
(bokong)
L2 kanan : teraba tahanan
keras memanjang
Kiri : : teraba bagian-bagian
terkecil janin
L3 : teraba bulat, lunak,
melenting
L4 : konvergen
c. Auskultasi : DJJ 142x/mnt
d. perkusi : reflek patella +/+
a. Kontraksi palsu
1) Frekuensi kontraksi tidak
teratur, kadang muncul
lalu hilang dalam tenggang
waktu yang berbeda-beda.
2) Kontraksi tidak diiringi
rasa nyeri
3) Rasa mulas terasa stabil,
tidak bertambah kuat, atau
berkurang dari sebelumny.
4) Kontraksi akan berkurang
jika Ibu berjalan kaki.
b. Kontraksi yang sebenarnya
1) Rasa mulas terkadang
terasa hingga di lipatan
paha merambat ke
pinggang.
2) kontraksi makin lama
makin sering dengan
durasi yang cukup lama
3) disertai rasa nyeri.
3. Menjelaskan pada ibu tandatanda persalinan, yaitu :
a. Perutmulas secara teratur
b. Mulasnya sering dan lama
c. Keluar lender bercampur
darah dari jalan lahir
d. Keluar air ketuban dari jalan
lahir.
4. Memberikan ibu therapy
novabion (1x1) ,kalk (1x1)
EVALUASI
Pukul : 18.40 WIB
1. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan
dalam batas normal dan bayinya
sehat.
2. Ibu sudah tahu tanda-tanda
persalinan
B. Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Persalinan
Hari : Senin, 14 Desember 2015
Tempat : BPM Ny. Sri Pilih Retno semarang
Tabel 3.2 Asuhan Kebidanan Bersalinan pada Ny. Monicha
Subyektifr
1) Ibu mengatakan bernama ny.
M.
2) Ibu mengatakan berumur 28
tahun.
3) Ibu mengatakan G2P1A0.
4) Ibu mengeluh sakit perut dari
perut sampai ke pinggang mulai
tadi pagi (pukul 09.00 WIB).
5) Ibu mengatakan merasakan
gerakan janin sering.
6) Ibu mengatakan ada keluar
lendir darah dan tidak ada
keluar air ketuban.
Obyektif
1).Pemeriksaan Umum:
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV :
BB Sekarang : 65 kg
TD 100/80
mmHg
0
S : 36,8 C
N : 88x/m
R : 20 x/m
Assesment
1. Diagnosa
kebidanan :
Ny. M G2P1A0 umur 28
tahun
hamil
39
minggu janin tunggal
hidup intrauteri letak
memanjang
puka
preskep
divergen
inpartu kala 1 fase
aktif deselerasi.
Jam
11.20WIB
11.30 WIB
2.
2). Pemeriksaan Fisik
dalam batas normal
3). Kontraksi uterus 4 kali
dalam 10 menit,lamanya
45 detik, intensitas kuat.
Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi
a. Muka : Muka tidak tampak
pucat
b. Mata : Konjungtiva tidak
anemis.
Masalah:
(-)
3.
Diagnosa
Potensial:
(-)
4.
Antisipasi/Tinda
kan segera
(-)
11.34 WIB
11.35 WIB
11.36 WIB
Planning
1. KU baik nadi : 88 x/menit, RR : 20x/menit
His 4x10’x45’’, DJJ 144x/menit, PPV
lendir darah, KK utuh, cairan jernih, tidak
ada
bagiam
yang
menumbung,
bandlering (-) Φ 9 cm, efficement 80 %,
teraba kepala, UUK depan, kepala HIII
(+), tidak ada moulage.
2. Memberitahukan
hasil
pemeriksaan
kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan
ibu dan janin baik, ibu sudah pembukaan
9 cm dan sebentar lagi akan memasuki
proses pengeluaran janin.
Hasil : Ibu dan keluarga sudah mengetahui
bahwa pembukaan 9cm.
3. Manajemen Kala I.
a. Mengatur posisi ibu, ibu disuruh
telentang dengan posisi litotomi.
Hasil : ibu sudah litotomi.
b. Memberikan
teh
manis
untuk
mencegah dehidrasi pada ibu.
Hasil : ibu sudah meminum teh manis.
c. Memberikan pendidikan kesehatan:
1) Mempertahankan
personal
hygiene
ibu,
terutama
Subyektifr
Obyektif
Genetalia : Tampak tanda
Chadwick, vulva tampak
membuka
dan
tidak
tampak varises dan anus
tidak tampak hemoroid.
2. Palpasi Abdomen
a. Leopold I : TFU = 30 cm,
TBJ = 2.945 gram, umur
kehamilan = 39 minggu 2
hari
b. Leopold II : Punggung
kanan
c. Leopold III : Presentasi
kepala
d. Leopold IV : Kepala janin
sudah masuk PAP (U)
e. His : 5x/10’/45”
Assesment
Jam
c.
3. Auskultasi: DJJ terdengar
jelas pada bagian bawah
perut ibu sebelah kanan,
teratur
dengan frekuensi
144x/menit.
4. Pemeriksaan Dalam : (Pukul
11.30) Portio tipis, lunak,
pembukaan 9 cm, ketuban
(+), pres-kep, kepala HIII
11.37 WIB
11.38 WIB
11.39 WIB
Planning
kebersihan vulva dan payudara.
2) Menjaga kandung kemih tetap
kosong
selama
proses
persalinan.
3) Mempersilakan suami untuk
mendampingi ibu.
Hasil : ibu sudah mengerti apa yang
disampaikan
d. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu
ada his, mengajarkan ibu teknik
pernafasan, meminta ibu untuk
menarik nafas panjang, menahan
sebentar dan lepaskan dengan
meniup lewat mulut sewaktu terjadi
kontraksi
Hasil :ibu sudah mengerti yang apa yang
disampaikan.
e. Melakukan pemantauan kemajuan
persalinan; denyut jantung janin,
kontraksi uterus dan frekuensi nadi
ibu tiap 30 menit (terlampir dalam
partograf).
Hasil : sudah dilakukan pemeriksaan
DJJ.
f. Melakukan persiapan lingkungan,
dan alat.
1) Menutup tirai untuk menjaga
privasi ibu.
2) Menyiapkan alat, bahan serta
obat-obatan essensial yang
dibutuhkan,
pertolongan
persalinan.
Hasil : Alat sudah disiapkan dengan
Subyektifr
Obyektif
Assesment
Jam
11.40 WIB
11.40 WIB
1. Ibu mengatakan bernama
ny. M.
2. Ibu mengatakan berumur
28 tahun.
3. Ibu mengatakan G2P1A0.
4. Ibu
mengatakan
sakit
perut dan pinggangnya
semakin bertambah.
5. Ibu mengatakan ketuban
1) Ibu tampak kesakitan dan
meneran
2) Anus dan vulva membuka,
perineum menonjol
3) Ketuban pecah jam 11.40 WIB
jernih,
tidak
bercampur
mekonium, volume banyak.
4) VT Ø 10 cm, effisement 100%, 1) Diagnosa
ketuban
(-),
teraba
kepala,UUK didepan, kepala
:
↓HIV (+), tidak ada molase.
Ny. M umur 28 tahun
5) DJJ (+), frekuensi 144 x/
G2P1A0 inpartu kala
menit.
II
11.41 WIB
11.45 WIB
11.45 WIB
Planning
lengkap.
g. Memantau kemajuan persalinan
1) Pukul 11.40 : ketuban tampak
menonjol saat ibu berkontraksi,
dilakukan pemecahan ketuban
saat tidak kontraksi.
2) DJJ : (+) 144 kali/menit
3) Pukul 11.45 : pemeriksaan dalam
dilakukan : portio tidak teraba,
pembukaan lengkap (10 cm),
ketuban ( - ), presentasi kepala,
ubun-ubun kecil depan, kepala di
Hodge IV.
Hasil : sudah dilakukan pemeriksaan
dalam pembukaan lengkap.
4. Manajemen inpartu kala II.
a. Memberi dukungan dan semangat
pada ibu.
Hasil : ibu sudah mendapat dukungan
dari bidan, suami, dan keluarga.
b. Melakukan persiapan diri, pasien
dan alat.
1) Memakai celemek.
Hasil ; Celemek sudah dipakai
2) Mencuci tangan lalu memakai
sarung tangan steril.
Hasil :sudah mencuci tangan dan
memakai sarung tangan.
3) Mengatur posisi ibu setengah
duduk dengan meminta bantuan
suami ibu.
Hasil : ibu bersedia mengikuti
Subyektifr
Obyektif
sudah pecah jam 11.40 6) His semakin kuat, 5 kali dalam
Wib.
10 menit, lamanya 50 detik.
6. Ibu mengatakan seperti
ingin BAB.
Assesment
2) Masalah
:
3) Diagnosa Potensial
(-)
4) Antisipasi/Tindakan
Segera
(-)
Jam
11.46 WIB
11.48 WIB
11.50 WIB
11.51 WIB
Planning
anjuran bidan.
4) Meletakkan kain di atas perut
ibu untuk mengeringkan bayi.
Hasil : sudah dilakukan.
5) Memasukkan oksitosin 10 IU ke
dalam
tabung suntik dan
meletakkan pada partus set dan
pastikan
tidak
terjadi
kontaminasi pada alat steril.
Hasil : Alat sudah disiapkan dan
Oksitosin sudah disedot.
6) Meletakkan duk steril yang
dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
Hasil : sudah dilakukan
7) Mendekatkan alat pertolongan
persalinan.
Hasil : sudah dilakukan.
c. Meminta izin kepada ibu dan
keluarga
untuk
memimpin
persalinan.
Hasil : ibudan keluarga bersedia.
d. Memimpin ibu untuk mengedan saat
ada his dengan cara:
1) Menutup mulut, menahan suara
agar tidak terlalu kelelahan.
2) Meletakkan kedua tangan di
paha bagian bawah
3) Menekuk leher sambil melihat
ke arah perut
4) Mengedan seperti sedang BAB
dengan panjang selama perut
Subyektifr
Obyektif
Assesment
Jam
11.52WIB
11.55 WIB
Planning
masih sakit.
Hasil :ibu bersedia mengikuti
anjuran bidan.
e. Melindungi perineum dengan tangan
kanan yang berada di bawah duk
steril 1/3 bagian saat kepala janin
terlihat berdiameter 5-6 cm di depan
vulva.
Hasil : kain 1/3 sudah diletakkan dibawah
bokong ibu.
f. Meletakkan tangan kiri di atas
simfisis pubis sementara jari-jari
tangan menahan puncak kepala agar
tidak terjadi defleksi yang terlalu
cepat. Kemudian lahir berturut-turut
UUK, UUB, dahi, mata, hidung,
mulut, dan dagu bayi.
Hasil : Sudah dilakukan pertolongan
pengeluaran kepala.
11.56 WIB
1) Pemeriksaan Umum : K/U ibu
baik, TD : 110/80 mmHg, N :
86x/menit, S : 37°C, R :
24x/menit.
2) Bayi lahir spontan, langsung
menangis, gerakan aktif, kulit
kemerahan JK ♂, A-S : 9-9-10
3) TFU setinggi pusat kontraksi
uterus keras, plasenta belum
lahir, tidak ada perdarahan
yang abnormal dari jalan lahir,
kandung kemih kosong, PPV ±
11.58 WIB
g. Memeriksa lilitan tali pusat pada
leher bayi.
Hasil : pengecekan lilitan tali pusat sudah
dilakukan.
h. Tunggu bayi melakukan putaran
paksi secara spontan sesuai arah
punggung janin, tangan secara
biparietal pada kepala bayi, dengan
lembut menarikk secara hati-hati ke
arah bawah sampai bahu depan lahir
dan tarik ke arah atas sampai bahu
atas lahir.
Subyektifr
Obyektif
Assesment
Jam
100 cc.
12.00 WIB
12.01 WIB
12.02 WIB
12.03 WIB
12.04 WIB
Planning
Hasil : sudah dilakukan pertolongan
pengeluaran bahu.
i. Menyangga leher, bahu dan lengan
bayi untuk menopang lahirnya siku
dan tangan saat melewati perineum
dengan
menggunakan
tangan
kanan.
Hasil : sudah dilakukan penyanggaan
kepala bayi.
j. Menyusuri bahu, lengan, siku,
punggung,
bokong
dan
kaki
menggunakan
tangan
kiri.
Menyisipkan jari telunjuk tangan kiri
di antara kedua kaki bayi yang
kemudian dipegang dengan ibu jari
dan ketiga jari lainnya.
Hasil : sudah dilakukan penyusuran
seluruh badan sampai kaki bayi.
k. Bayi lahir spontan pada pukul 12.00
WIB, langsung menangis, warna kulit
bayi kemerahan, bayi bergerak aktif
jenis kelamin laki laki, berat badan
3.100 gram, panjang badan 48 cm,
anus (+).
Hasil : bayi telah lahir
l. Mengeringkan tubuh bayi dari lendir,
darah dan air ketuban, membungkus
kepala dan badan bayi untuk
mencegah hilangnya panas.
Hasil : sudah dilakukan bayi sudah
dikeringkan.
m. Menjepit
tali
pusat
dengan
menggunakan klem ± 3 cm dari
Subyektifr
Obyektif
Assesment
Jam
12.05 WIB
12.06 WIB
12.10 WIB
12.11 WIB
12.12 WIB
2.13 WIB
12.14 WIB
Planning
pusat bayi.
Hasil : sudah dilakukan
n. Melakukan pengurutan ke arah ibu
kemudian menjepit dengan klem
yang kedua ± 2 cm dari klem yang
pertama.
o. Memotong tali pusat di antara 2 klem
dengan perlindungan tangan kiri, dan
mengganti klem tali pusat bayi
dengan klem plastik khusus.
Hasil : sudah dilakukan.
p. Mengganti kain yang basah yang
dipakai bayi dengan kain yang bersih
dan kering.
Hasil : sudah dilakukan.
q. Melakukan inisiasi dini pada bayi
dengan meletakkannya di atas perut
ibu.
Hasil : sudah dilakukan IMD.
5. Manajemen aktif kala III
a. Melakukan massase uterus untuk
memastikan kehamilan tunggal.
Hasil : Janin Tunggal.
b. memberitahu ibu bahwa ia akan
disuntik
agar
uterus
dapat
berkontraksi dengan baik.
Hasil : ibu sudah mengetahui akan
disuntik.
c. Menyuntikkan oksitosin 10 unit
intramuscular pada 1/3 bagian paha
kanan atas ibu sebelah luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
Hasil : oksitosin sudah disuntikkan.
Subyektifr
Obyektif
Assesment
Jam
12.16 WIB
1) Ibu mengatakan bernama
ny. M.
2) Ibu mengatakan berumur
28 tahun.
3) Ibu mengatakan G2P1A0
4) Ibu mengatakan bayinya
sudah lahir.
5) Ibu mengatakan perutnya
masih terasa mules dan
nyeri pada jalan lahir.
1) Diagnosa Kebidanan
1) Keadaan umum ibu baik
:
kesadaran composmentis TD
Ny. M umur 28 tahun
110/80 mmHg, Nadi 88 x/mnt,
P1A0 inpartu kala III
Respirasi 24 x/menit suhu
2) Masalah :
37°C
3) Diagnosa Pontensial
2) TFU 2 jari bawah pusat,
(-)
kontraksi uterus keras,
4) Antisipasi/Tindakan
kandung kemih
Segera
kosong.Perdarahan ± 100 cc. (-)
3) Ada robekan pada perineum
derajat 2.
4) Ibu tampak letih.
12.20 WIB
12.21 WIB
12.22 WIB
Planning
d. Memeriksa tanda-tanda pelepasan
plasenta:
1) Bentuk globuler.
2) Tali pusat memanjang,
3) Ada semburan darah.
Hasil : sudah dilakukan.
e. Melakukan peregangan tali pusat
terkendali saat uterus berkontraksi
dengan cara :
1) Memindahkan klem tali pusat
sekitar 5 cm dari vulva.
Hasil : Sudah dilakukan.
2) Meregangkan tali pusat ke arah
bawah dengan menggunakan
tangan kanan.
Hasil ; Sudah dilakukan.
3) Meletakkan tangan kiri diatas
simfisis pubis untuk menekan
uterus ke arah lumbal dan
kepala
ibu
(dorso-kranial),
lakukan secara hati-hati untuk
mencegah terjadinya inversio
uteri.
Hasil : sudah dilakukan.
4) Meregangkan tali pusat sejajar,
kemudian ke bawah dan ke atas
sesuai sumbu jalan lahir.
Hasil : sudah dilakukan.
5) Menyambut plasenta dengan
menggunakan kedua tangan
saat plasenta tampak di depan
introitus vagina sambil memutar
plasenta searah jarum jam
Subyektifr
Obyektif
Assesment
Jam
12.25 WIB
12.26 WIB
12.27 WIB
1) Ibu mengatakan sangat lelah.
2) Ibu mengatakan perutnya terasa
mules.
12.30 WIB
12.42 WIB
12.45 WIB
Planning
secara perlahan dan hati-hati
sehingga
selaput
ketuban
terpilin.
Hasil : sudah dilakukan pengeluaran
plasenta.
f. Memeriksa kelengkapan plasenta.
Hasil : : plasenta lahir lengkap, kotiledon
utuh, tidak ada pengapuran,
diameter 20 cm, tebal 2,5cm,
panjang tali pusat 40cm, insersi
sentralis, tfu 2 jari dibawah pusat,
perdarahan ± 100 cc kontraksi
uterus (+) .
g. Pukul 12.35 WIB plasenta lahir
lengkap
dengan
selaput
dan
kotiledon tidak ada yang lepas,
insersi tali pusat sentralis, tali pusat
segar.
Hasil : ketuban utuh.
h. Melakukan massase uterus selama
15 detik secara sirkuler (gerakan
melingkar) segera setelah plasenta
dan selaput ketuban lahir dengan
lembut hingga uterus berkontraksi
baik.
Hasil :sudah dilakukan.masase uterus
i. Selanjutnya memeriksa robekan
jalan lahir, ternyata terdapat robekan
jalan lahir, derajat 2 (mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum,
otot perinium), kemudian langsung
melakukan penjahitan secara jelujur
dengan anastesi.
Subyektifr
Obyektif
Assesment
Jam
12.46 WIB
12.48 WIB
1) Diagnosa Kebidanan
:
Ny. M umur 28 tahun
P1A0 inpartu Kala IV
2) Masalah :
3) Diagnosa Potensial
(-)
4) Antisipasi/Tindakan
Segera
(-)
12.50 WIB
13 00 WIB
13.10 WIB
13.15 WIB
13.20 WIB
Planning
Hasil : Sudah dilakukan heacting
6. Melakukan pengawasan kala IV.
a. Membersihkan vulva dan memeriksa
luka jalan lahir.
Hasil : sudah dilakukan terdapat robekan
perineum derajat 2.
b. Kebersihan dan kenyamanan:
1) Membersihkan bokong dan paha
ibu dari darahdengan air bersih
menggunakan washlap.
Hasil : sudah dilakukan.
2) Memasangkan
gurita
dan
pembalut, lalu menyelimuti ibu
dengan selimut yang bersih dan
kering.
Hasil : sudah dilakukan.
3) Mengatur posisi ibu senyaman
mungkin
dengan
telentang
sambil
meluruskan
kakinya
untuk mengurangi pegal dan
mempersilahkan
ibu
untuk
istirahat.
Hasil : sudah dilakukan.
c. Memberikan ibu makan dan minum
untuk pemulihan energi.
Hasil : ibu bersedia untuk makan dan
minum.
d. Membersihkan tempat tidur dan alat
partus.
e. Mengobservasi keadaan ibu selama
2 jam post partum (partograf
terlampir).
7. Memeriksa
bayi,
menimbang
Subyektifr
Obyektif
Assesment
Jam
13.30 WIB
Planning
setramelakukan pengukuruan bayi.
Hasil : tidak ada cacat bawaan pada bayi,
BBL 3100 gram, Pb 48 cm, LK 31 cm, LD
33 cm.
8. Memberikan suntukan Vit K 1 mg dipaha
kiri anterolateral dan memberikan salep
mata gentamicin, menyelimuti bayi lalu
memberikannya pada ibu untuk memulai
memulai pemberian ASI.
Hasil : sudah diberikan Vit.K dan salep mata
dan bayi sudah didekap ibu.
9. Melengkapi partograf, periksa TTV dan
asuhan kala IV.
Hasil : terlampir
BAB IV
PEMBAHASAN
Penulis dalam pembahasan ini mencoba membandingkan anatara teori
yang penulis dapatkan dari berbagai literatur dengan tinjauan kasus yang telah
diuraikan didalam BAB III. Harapan penulis adalah memperoleh gambaran
secara nyata kesamaan dan kesenjangan yang penulis jumpai selama
melakukan asuhan kebidanan. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan
secara komprehensif pada Ny.M umur 28 tahun G2P2A0 sejak kontak pertama
pada tanggal 28 Oktober 2015 yaitu dimulai pada masa kehamilan 32 minggu 2
har di BPM Sri Pilih Retno S.SIT., Semarang. Pembahasan ini disusun dari mulai
kehamilan sampai KB menggunakan tahapan tujuh langkah varney, yang dimulai
dari pengkajian sampai evaluasi sebagai berikut :
A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
1. Langkah 1 pengkajian
Langkah ini dilakukan pengkajian sebanyak 2 kali yang dilakukan
pada Ny Monicha dan didapatkan hasil berupa data subjektif dan data
obyektif. Data subyektif didapatkan ibu bernama Ny Monicha umur 28
Tahun, hamil kedua dan belum pernah keguguran, HPHT 16 maret 2015
dan Hari Perkiraan Lahir yaitu tanggal 23 desember 2015. Selama
kehamilan, ibu memeriksakan kehamilannya sebanyak 11 kali yaitu pada
trimester I ibu tidak melakukan ANC, trimester II sebanyak 5 kali dan
trimester III sebanyak 6 kali. Pemeriksaan ini tidak sesuai dengan teori
yang menyebutkan bahwa minimal kunjungan ANC adalah 4 kali, yaitu
trimester I sebanyak 1 kali, trimester II sebanyak 1 kali dan trimester III
sebanyak 2 kali. Frekuensi pemeriksaan ini tidak sesuai dengan teori
karena trimenster 1 ibu tidak melakukan ANC
mengetahui
dirinya
hamil
dikarenakan ibu tidak
(Prawirohardjo,2010).
Ibu
Monicha
mendapatkan pelayanan timbang berat badan dan pengukuran tinggi
badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran TFU,pemberian tablet
FE, pemberian imunisasi TT, pemeriksaan HB, pemeriksaan protein
urine, pemeriksaan urine reduksi, perawatan payudara, dan temu
wicara/konseling. menurut (Kemenkes R1, 2012; h. 8-12) standar
pelayanan antenatal terdiri dari 14T yaitu, timbang berat badan dan
pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran
TFU,pemberian tablet
FE, pemberian imunisasi TT, pemeriksaan HB,
pemeriksaan protein urine, pemeriksaan urine reduksi, perawatan
payudara, senam hamil, pemberian obat malaria(ibu tidak menderita
penyakit malaria), pemberian kapsul minyak yudium (ibu tidak menderita
penyakit hipertiroid), pemeriksaan VDRL dan temu wicara/konseling. Jadi
pada kunjungan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh Ny Monicha
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek karena pada pemeriksaan
kehamilan Ny Monicha hanya dilakukan 10 T. Ny. Monicha mengatakan
sudah mendapatkan TT 4 kali. Pada umur kehamilan 19 minggu. TT1
capeng 15 februari 2014, TT 2 4 minggu tanggal 20 maret 2014, TT2 ke
TT3 jaraknya 6 bulan tanggal 17 september 2014, jarak TT3 ke TT4 1
tahun tanggal 25 juli 2015 dan jarak TT4 ke TT5 1 tahun (Kemenkes,
2012). Hal ini sesuai teori karena pada jadwal TT2 ibu datang tepat waktu
yaitu 4 minggu setelah TT1 . Kehamilan trimester III ini, tidak ditemukan
keluhan atau masalah.Namun pada kunjungan pertama ibu memerlukan
pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya TM III dan tanda-tanda
persalinan dan kunjungan kedua ibu memerlukan pendidikan kesehatan
tentang persiapan persalinan.
2. Langkah II Interpretasi Data
Interpretasi data meliputi diagnose kebidanan dan masalah yang
mungkin timbul pada kasus ini setelah dilakukan pengkajian 2 kali.
Diagnosa kebidanan berasal dari data subyektif dan obyektif sehingga
muncul diagnose kebidanan pertama Ny. Monicha umur 28 tahun
G2P1A0 umur kehamilan 32 minggu 2 hari, janin tunggal, hidup
intrauterine, letak memanjang, puka, presentasi kepala, kovergen. Hal
tersebut sesuai dengan teori (Ari Sulistiawati,2009), yang menyatakan
bahwa diagnosa kebidanan pada ibu hamil adalah multigravida, umur. . .
tahun, G . . . P . . . A . . . (UK ≥ 28 minggu, janin tunggal atau ganda,
hidup atau mati dalam intrauteri , letak memanjang atau melintang,
punggung kanan atau kiri presentasi belakang atau bokong , konvergen
atau divergen , sehingga di temukan diagnosa kebidanan .
Saat hamil, ibu diukur tinggi badannya satu kali yaitu 152cm. Hal ini
sesuai dengan teori yaitu tinggi ibu hamil yang kurang dari 145 cm akan
meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).
Selama hamil, ibu hanya mengalami kenaikan berat badan 11.5 kg. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa kenaikan berat badan ibu hamil normal
rata-rata antara 9-13,9 kg (Kemenkes, 2012). Pengkajian pertama
tekanan darah ibu 90/70 tidak mengalami peningkatan pada pengkajian II
yaitu 90/70. Walaupun tidak terjadi kenaikan
sistole dan kenaikan
diastole. Sehingga, pada kehamilan ibu, masih normal tidak ada tanda
preeklampsia. Pada saat itu dilakukan pemeriksaan protein urine dengan
hasil negative (-) untuk screaning preeklampsia walaupun tidak ada tanda
preeklampsia.hal ini sesuai dengan teori untuk kewaspadaan faktor resiko
yaitu pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah > 140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema
wajah dan tungkai bawah, serta proteinuria) (Kemenkes RI, 2012; h. 8).
Status gizi ibu berdasarkan LILA ibu 29 cm sudah mengindikasikan status
gizi baik. Menurut Kusmiyati,2010 bahwa LILA ibu hamil dikatakan baik
jika >23,5. Selama hamil, ibu selalu dilakukan pengukuran TFU. Pada
umur kehamilan 32 minggu 2 hari, TFU 25 cm. Hal ini sudah sesuai
dengan teori bahwa standar pengukuran TFU menggunakan pita ukur
setelah kehamilan 24 minggu (Kemenkes RI, 2012).Pemeriksaan leopod
ibu menunjukkan satu bagian bokong berada di fundus, punggung di
sebelah kanan, ekstremitas di sebelah kiri, bagian bawah teraba satu
bagian kepala. Umur kehamilan 32 minggu 2 hari janin belum masuk
panggul. Janin masuk panggul mulai umur kehamilan 37 minggu. Hal ini
sudah sesuai dengan teori yang sudah ada yaitu pemeriksaan palpasi
abdomen menggunakan cara leopold. Cara leopold ada empat, yang
pertama Leopold I bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian yang ada
di fundus, leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada
disebelah kanan atau kiri ibu, leopold III bertujuan untuk mengetahui
bagian janin yang ada dibawah uterus, dan yang terakhir adalah leopold
IV yang bertujuan untuk mengetahui bagian bawah sudah masuk PAP
atau belum (Jannah, 2012). Selain itu, pemeriksaan DJJ juga dilakukan
setiap pemeriksaan kehamilan. DJJ pada pengkajian awal yaitu 142 kali/
menit. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa DJJ normal berkisar
antara 120-160 kali/ menit yang menunjukkan bahwa keadaan janin
normal (Jannah, 2012).Selama kehamilan, Ibu mendapatkan 90 tablet
FE. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ibu hamil minimal mendapatkan
tablet FE sebanyak 90 tablet (Kemenkes,2012). Hal ini sesui dengan
kondisi kesehatan ibu yang
baik yang diketahui dari pemeriksaan
subyektif dan objektif bahwa ibu tidak lemas dan tidak ditemukan tandatanda anemis dan kadar Hb ibu 12 gr/dL. Hal ini sesuai dengan teori
standar batas normal Hb ibu hamil yaitu 11 gr/dL (Wiknjosastro,
2009).Pemeriksaan laboratorium ibu selama hamil hanya dilakukan 3 kali
pada trimester II 2 kali dan III 1 kali. Frekuensi pemeriksaan ini tidak
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pemeriksaan Hb dilakukan
sekali pada trimester I dan sekali pada trimester III (Kemenkes RI, 2012).
Hal tersebut juga terjadi pada pemeriksaan protein urine ibu yang hanya
dilakukan pada trimester II dengan hasil (-). Pemeriksaan ini tidak sesuai
dengan teori bahwa pemeriksaan protein urine dilakukan pada trimester I
dan III (Kemenkes RI, 2012). Kesenjangan ini dikarenakan tidak ada
indikasi, sehingga tidak dilakukan pemeriksaan protein urine pada
trimester III. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan ibu yaitu cek Hb
dengan Hb ibu 12 gr/dL , golongan darah B, protein urine (-).
Pemeriksaan ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
pemeriksaan laboratorium ibu hamil terdiri dari pemeriksaan golongan
darah, kadar Hb, protein dalam urine, kadar gula darah, darah malaria,
tes sifilis, HIV, dan BTA (Kemenkes RI, 2012). Kesenjangan ini
dikarenakan keterbatasan alat penunjang yang ada di Puskesmas
Lamper Tengah, sehingga hanya pemeriksaan yang memungkinkan saja
yang dapat dilakukan. Setiap hasil pemeriksaan ibu, selalu ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Hal ini sudah
sesuai denga teori yang mengatakan bahwa kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan (Kemenkes RI,
2012; h. 11). Selain itu, bidan selalu memberikan konseling kepada ibu
sesuai dengan kebutuhan yang ibu perlukan.
3. Langkah III Diagnosa Potensial
Menurut Yulifah (2013) mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah ada. Pada
kasus ini tidak muncul diagnosa potensial jadi tidak perlu dilakukan
antsisipasi.
4. Langkah IV Antisipasi
Antisipasi tindakan segera memerlukan kesinambungan dari
manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
segera oleh Bidan atau Dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama anggota TIM kesehatan lain sesuai dengan kondisi
pasien. (Ambarwati dkk; 2009; 135)., pada lahan praktek tidak dilakukan
antisipasi karena pada Ny. M diagnosa potensial tidak muncul dan tidak
perlu melakukan penanganan segera.
5. Langkah V Perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan,
tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita
tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya(Ambarwati,2009 h.143).
Adanya kerjasama antara penulis dan tenaga kesehatan yang lainnya,
sehingga penulis dapat merencanakan asuhan kebidanan kebutuhan gizi
ibu hamil, beritahun ibu tentang zat besi, anjurkan ibu untuk istirahat
cukup, perawatan payudara persiapan persalinan, konsumsi sayuran
hijau. Dapat disimpulkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan lahan
praktek.
6. Langkah VI Penatalaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan pada klien
dan keluarga. Mengarah atau melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan aman (Ambarwati dkk, 2009). Dalam penatalaksanaan
tindakan lanjut secara nyata dari apa yang telah direncanakan pada
langkah perencanaan asuhan kehamilan pada kasus ini telah dilakukan
pada penatalaksanaan. Pada perencanaan yang telah dibuat oleh
penulis, tidak terdapat kesenjangan teori dan lahan praktek.
7.
Langkah VII Evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosis. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya, ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut lebih efektif dan sebagian tidak efektfi (Varney, 2008). Setelah
dilakukan asuhan kebidanan pada kehamilan kunjungan 1 dan
kunjungan 2 asuhan dikatakan berhasil apabila dalam asuhan tidak
terjadi komplikasi selama kehamilan. Apabila asuhan kehamilan tidak
berhasil didapatkan komplikasi pada ibu hamil. Didalam asuhan dari
kunjungan 1 dan kunjungan 2 tidak didapatkan komplikasi, sehingga
asuhan yang diberikan dinyatakan berhasil.
B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan
1. Langkah I Pengkajian
Pengkajian persalinan dilakukan pada tanggal 14 Desember 2015.
Selama
pengkajian
penulis
tidak
mendapatkan
kesulitan
dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini mendapat kesulitan dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini, Karena pasien bersedia memberikan keterangan
yang bersigat subyektif, misalnya : identitas pasien, riwayat kehamilan,
persalinan, nifas yang lalu, riwayat kesehatan dan penyakit keturunan,
data psikologis dan kebiasaan sehari-hari. Disamping itu, penulis juga
tidak memdapatkan kesulitan untuk bekerjasama dengan tenaga
kesehatan yang lainnya untuk memperoleh data obyektif, pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan obstetrik, dengan didapatkan data subjektif
dalam pengkajian persalinan ini seperti identitas, riwayat kehamilan,
gerekan janin, riwayat nutrisi, eliminasi, istirahat. Dari data identitas di
dapatkan hasil bahwa bu mengatakan bernama Ny Monicha ibu berumur
28 tahun, hamil yang ke kedua dan belum pernah keguguran, ibu datang
ke BPM pukul 11.30 WIB mengatakan keluar darah sedikit bercampur
lendir. Ibu memasuki masa persalinan dengan usia kehamilan 39 minggu
2 hari. Ibu merasakan kenceng-kenceng yang sering dan tidak hilang
walaupun untuk istirahat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa terjadinya his
persalinan memiliki sifat ada rasa sakit di pinggang menjalar ke depan,
his teratur, kekuatannya semakin besar, dan apabila pasien menambah
aktivitasnya, kekuatannya akan bertambah ( Varney,2007).
Data objektif yang didapatkan pada tanggal 14 Desember 2015 jam
11.30 WIB di dapatkan hasil keadaan umum ibu baik kesadaran
komposmentis, BB 65 kg, TB 152 cm, Lila 29 cm, pemeriksaan fisik
dalam batas normal. Pada pemeriksaan obstetri di dapatkan hasil Leopod
1 teraba 3 jari di bawah PX, bulat, lunak, tidak melenting (bokong), leopod
2 Kanan : teraba keras, memanjang seperti papan (punggung), kiri teraba
bagian kecil-kecil janin (ekstremitas), leopod III teraba bulat, keras,
melenting (kepala), tidak dapat dogoyangkan, leopod IV divergen ,TBJ :
(30 – 11) X 155 = 2945gram, DJJ :144 x/ menit, HIS
: 4x dalam 10
menit lamanya 45 detik. Pemeriksaan dalam didapatkan hasil VU kosong,
vagina elastis, porsio lunak, pembukaan 9 cm, effacement 80 %, kulit
ketuban masih utuh, presentasi kepala, POD belum teraba, tidak ada
bagian yang menumbung, penurunan H III (+) , tidak ada molase dan
tidak ada bandle ring. Ibu memasuki tahap persalinan kala I fase aktif
deselerasi. Hasil pemeriksaan telah didokumentasikan pada lembar
observasi dan partograf. Asuhan ini telah sesuai dengan teori yaitu
selama persalinan menggunakan partograf sebagai alat bantu mencatat
kemajuan persalinan (JNP-KR, 2008).
2.
Langkah II Interpretasi Data
Penulisan diagnose kebidanan pada ibu bersalin (Depkes RI,2009)
meliputi :
Nama ibu, umur ibu, GPA, usia Kehamilan>28 minggu, janin tunggal/ganda ,
hidup/mati, intrauteri/ekstrauteri, letak memanjang/ melintang , puka/puki,
preskep/presbo, konvergen/divergen, inpartu/belum.
Identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang benar atas data-data
yang
telah
dikumpulkan.
Data
dasar
yang
sudah
dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga yang merumuskan diagnosa dan masalah
yang spesifik ( Yulifah, 2013)
Langkah ini muncul diagnosa kebidanan pertama pada kala I Ny. M
umur 28 tahun G2P1A0 hamil 39 minggu 2 hari, janin tunggal, hidup intra
uteri, letak memanjang, puka, presentasi kepala, divergen inpartu kala I
fase deselerasi. Diagnosa kala II yaitu Ny. M umur 28 tahun G2P1A0 UK
39 minggu 2 hari, janin tunggal, hidup intra uterine, letak memanjang,
puka, presentasi kepala divergen, inpartu kala II. Diagnosa kala III yaitu
Ny. M umur 28 tahun G2P1A0. Inpartu kala III. Diagnosa kala IV yaitu Ny.
M umur 28 tahun P2A0. Inpartu kala IV dengan rupture perineum derajat
2.
Interpretasi data yang didapatkan dari lahan mulai kala I – IV dapat
disimpulkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.
3.
Langkah III Diagnosa Potensial
Lahan praktek tidak muncul diagnose potensial, karena pada kasus
Ny. M tidak terdapat perdarahan ataupun masalah yang menghambat
proses persalinan yang didapatkan dari hasil pengkajian. Diperkuat
dengan teori ( Yulifah, 2013) menyatakan bahwa diagnosa potensial bisa
terjadi karena identifikasi masalah dari pengkajian.
4.
Langkah IV Antisipasi / Tindakan Segera
Lahan praktek tidak dilakukan antisipasi, karena pada Ny,.M
diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan
segera tercantum dari teori (Yulifah, 2013) Bahwa antisipasi merupakan
kesinambungan dari diagnosa potensial, apabila diagnosa potensial tidak
muncul maka tidak perlu dilakukan antisipasi penanganan segera.
5.
Perencanaan
Adanya kerjasama antara penulis dan tenaga kesehatan yang
lainnya, sehingga penulis dapat merencanakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh setelah ditemukan didalam diagnosa dan masalah. Ada[un
beberapa perencanaan dari kala I – IV antara lain :
a. Perencananan Kala I
1) Beritahu keadaan ibu.
2) Anjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi untuk persalinan
3) Ajarkan ibu teknik relaksasi
4) Anjurkanibu untuk tidak menahan BAB dan BAK
5) Siapkan alat pertus set.
6) Lakukan pengawasan 10.
7) Lakukan pengawasan dalam setiap 4 jam sekali.
b. Perencanaan Kala II
1) Beritahu ibu keadaannya.
2) Menganjurkan suami untuk memberikan minum teh manis diselasela kontraksi.
3) Memastikan peralatan lengkap.
4) Menganjurkan suami dan keluarga untuk memotivasi pasien
dalam proses persalinan.
5) Mempersiapkan pertolongan yang menggunakan 58 langkah APN.
c. Perencanaan Kala III
Lakukan Manegemen aktif kala III
d. Perencanaan Kala IV
1) Kaji ulang kontraksi uterus.
2) Lakukan penjahitan terhadap luka perineum.
3) Rapikan alat dan bersihkan ibu.
4) Lakukan pengawasan kala IV.
5) Dokumentasi.
Penulis
tidak
menemukan
hambatan
dalam
menentukan
perencanaan tindakan pasien, karena adanya kerjasama yang baik antara
penulis, dan tenaga kesehatan yang lain. Dan pada langkah ini penulis
tidak menemukan kesenjangan anatara teori dan lahan praktek.
6. Langkah VI Pelaksanaan.
Pelaksanaan dilakukan di BPM Sri Pilih Retno S.SIT,. Semarang.
Pada langkah pelaksanaan penulis melakukan terhadap apa yang telah
ditetapkan diperencanaan dan sesuai dengan asuhan dengan asuhan
persalinan normal yang dijelaskan menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor Permenkes NO.1464/Menkes/Per/2010 Bab IV
tentang kewenangan bidan.
Langkah ini merupakan rencana asuhan klien dan keluarga.
Mengarah atau melaksanan rencana asuhan secara efisien dan aman
(Ambarwati dkk.2009).
a.
Kala I
Pengkajian kala I didapatkan data subyektif ibu monicha umur 28
tahun G2P010 yaitu Ibu merasa sakit pinggang menjalar ke perut dan
kenceng-kenceng yang dirasakan semakin meningkat. Ibu belum
mengerti cara mengurangi nyeri yang ibu rasakan. Lama kala I ibu yaitu
20 menit yang menurut teori sudah sesuai yaitu kala I untuk multigravida
7 jam (JNP-KR, 2008). Pada data obyektif di dapatkan hasil pengakajian
pada jam 11.30 WIB yaitu TTV dan pemeriksaan fisik dalam batas
normal. Pada pemeriksaan dalam didapatkan hasil VT pembukaan 9
cm, ketuban utuh, teraba UUK kanan depan, penurunan H III+, tidak
ada bagian yang menumbung, tidak ada mollase dan tidak ada bandle
ring.DJJ 144x/mnt, kontraksi 4x dalam 10 menit lamanya 45 detik. Pada
pengkajian ini tidak ditemukan masalah dan kesenjangan.
b.
Kala II
Pengkajian kala II didapatkan data subyektif ibu Monicha umur
28 tahun G2P1A0 mengatakan perut dan pinggangnya semakin sakit, ibu
mengatakan seperti ingin BAB dan ibu mengatakan ingin meneran.
Pada pengkajian kala II ini tidak didapatkan masalah.menurut (JNPKKR,2008)
tanda-tanda
gejala
kala
II
yaitu
ibu
merasa
ingin
meneran,adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vagina,
perineum menonjol, vulva,vagina dan sfingter ani membuka. Pada
pengkajian kala II didapatkan data obyektif yaitu TTV dalam batas
normal, pembukaan 10 cm, effisement 100%, ketuban sudah pecah,
teraba kepala UUK depan, penurunan HT IV+ dan tidak teraba bagian
kecil janin. Djj 144x/mnt, kontraksi 5x dalam 10 menit lamanya 50 detik
dan tidak ada bandle ring. Terdapat tanda gejala kala II yaitu adanya
peningkatan tekanan pada rectum dan vagina, perineum menonjol,
vulva,vagina dan sfingter ani membuka hal ini sesuai dengan teori
menurut (JNPK-KR,2008) tanda-tanda gejala kala II yaitu ibu merasa
ingin meneran,adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vagina,
perineum menonjol, vulva,vagina dan sfingter ani membuka. Lama kala
II ibu 25 menit yang sudah sesuai dengan teori bahwa kala II pada
primigravida maksimal 2 jam (JNP-KR, 2008)
Asuhan kala II pada ibu, dilakukan episiotomi karena umtuk
pelebaran jalan lahir. Hal ini sesuai dengan asuhan sayang ibu yang
menganjurkan melakukan episiotomi dalam persalinan jika tidak
terdapat indikasi. Adapun indikasi episiotomi yaitu gawat janin, bayi
sunsang, distosia bahu, dan terdapat jaringan parut (DEPKES RI, 2008;
h. 80). Ibu dipimpin dalam mengejan oleh bidan dengan posisi setengah
duduk, dilakukan pendampingan oleh suami dan keluarga ibu, yang
sebelumnya diajarkan cara mengejan yang benar, memenuhi kebutuhan
nutrisi ibu dengan memberikan air teh hangat ketika tidak ada kontraksi.
Hal ini sesuai dengan teori asuhan kala II yaitu pendampingan terus
menerus, support dari keluarga, bimbingan cara meneran, hidrasi,
privasi, dukungan dari penolong persalinan, dan permintaan persetujuan
dari penolong terhadap tindakan yang akan dilakukan (JNPK-KR,2008).
Ketika pembukaan lengkap, kepala sudah diameter 5-6 cm dan ibu
merasakan ingin meneran, bidan mengambil kain yang digunakan untuk
stenen (menahan perineum agar tidak terlalu lebar sobeknya dan kepala
bayi tidak terlalu defleksi). Setelah itu dilakukan penarikan biparental,
dan dilakukan sangga susur untuk melahirkan bayi kemudian menilai
tangisan,warna kulit dan gerakan bayi. Asuhan persalinan kala II ini
sebagian besar sudah sesuai dengan 58 langkah APN yang telah
ditetapkan (JNPK-KR,2008). Namun, pada asuhan ini IMD yang
dilakukan hanya 30 menit karena dalam waktu 30 menit bayi sudah
dapat menemukan putting susu ibu. Hal ini tidak sesuai dengan APN 58
langkah yang melakukan IMD selama 1 jam (JNPK-KR,2008).
c.
Kala III
Pengkajian kala III didapatkan data subyektif pada Ny. Monicha
umur 28 tahun yaitu ibu mengatakan perutnya masih mules dan ibu
mengatakan sangat lelah. Pada pengkajian ini tidak ditemukan masalah
, mules yang dirasakan ibu disebabkan karena plasenta akan lahir.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny Monicha didapatkan
data obyektif KU baik, kesadaran: komposmentis, TD : 110/80mmHg, N:
86x/mnt, S: 370C, Rr : 24x/mnt, TFU setinggi pusat dan terdapat tandatanda pelepasan plasenta yaitu ada semburan darah, tali pusat
bertambah panjang dan uterus globuler. Pada pengkajian tidak
ditemukan masalah dan kesenjangan karena menurut JNPK-KR (2008)
tanda-tanda pelepasan plasenta antara lain adanya perubahan bentuk
dan tinggi fundus,tali pusat bertambah panjang, dan semburan darah
mendadak dan singkat.
Asuhan kala III ibu menerapkan managemen aktif kala III yaitu
menyuntik oksitosin segera setelah bayi lahir, klem tali pusat,
peregangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri. Asuhan ini
sesuai dengan teori komponen managemen aktif kala III yaitu
pemberian oksitosin maksimal 2 menit setelah bayi lahir, klem tali pusat,
peregangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri secara
sirkuler (JNPK-KR,2008). Setelah plasenta keluar, masase fundus uteri,
kemudian cek keadaan plasenta dengan hasil yaitu plasenta utuh,
jumlah kotiledon lengkap, panjang tali pusat 40 cm, insersi sentralis.
Pengecekan plasenta sudah sesuai dengan teori yaitu segera setelah
plasenta lahir, masase fundus uteri, dan periksa bagian maternal dan
fetal plasenta (JNPK-KR,2008). Pada proses persalinan kala III
berlangsung selama 15 menit. Lama kala III juga sudah sesuai dengan
teori yang menyatakan kala III yang berlangsung normal tidak lebih dari
30 menit (JNP-KR, 2008)
d.
Kala IV
Pengkjian pada Ny Monicha umur 28 tahun P2A0 didapatkan data
subyektif bahwa ibu mengatakan lelah dan perutnya masih terasa
mules. Pada pengkajian ini tidak ditemukan masalah karena mules yang
dirasakan ibu karena proses involusi uterus.Pengkajian yang dilakukan
pada Ny Monicha didapatkan data obyektif yaitu KU baik, kesadaran
komposmentis, TD 110/80mmHg, N : 88x/mnt, S: 36,50C Rr : 24x/mnt,
TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung kemih kosong. Pada
pengkajian ini tidak ditemukan masalah dan kesenjangan. Menurut
Sumarah (2009) TFU setelah bayi lahir setinggi pusat, TFU setelah
plasenta lahir 2 jari dibawah pusat , TFU setelah 3 hari post partum 3
jari dibawah pusat, TFU 1 minggu post partum pertengahan pusatsimfisis, TFU 2 minggu post partum sudah tidak teraba, dan 6 minggu
post partum TFU normal. Asuhan kala IV ibu dibersihkan dari sisa air
ketuban dan darah dan dibantu menggunakan pembalut. Kemudian
penulis memenuhi nutrisi ibu dengan memberikan ibu makan dan
minum serta memberikan ibu terapi obat, Kotrim 1 tablet, asam
mefenamat 1 tablet dan kapsul vitamin A 1 tablet. Bekerjasama dengan
ibu dan suami beserta keluarga
untuk memasase fundus yang
sebelumnya diajarkan terlebih dahulu untuk memantau kontraksi dan
mencegah
terjadinya
perdarahan
post
partum
dan
melakukan
pengawasan selama 2 jam postpartum yaitu setiap 15 menit pada 1 jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua
pascapersalinan.
Asuhan
ini
sudah
sesuai dengan
teori
yang
mengatakan bahwa pada asuhan kala IV dilakukan pemeriksaan nadi,
TFU, dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama, dan 30
menit pada 1 jam kedua, hygiene dan kenyaman, pemberian analgesik,
dan kebutuhan nutrisi serta hidrasi (JNPK-KR,2008).
7. Langkah VII Evaluasi
Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. M sudah didapatkan
hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat pada tanggal 14 desember 2015
jam 12.00 wib lahir bayi spontan, menangis kuat, kulit kemerahan,
gerakkan aktif, jenis kelamin laki-laki dan sudah dilakukan IMD, berat
badan 3100 gram, tidak terapat cacat bawaan, kontraksi uterus baik,
plasenta lahir lengkap, kotiledon lengkap, tidak terdapat perdarahan. Pada
kala IV terdapat rupture perineum derajat 2, sudah dilakukan penjahitan
menggunakan anastesi. Kondisi ibu baik, kemudian tidak didapatkan
komplikasi pada ibu dan janin. Perdarahan selama kala II ±50 cc, kala III ±
80 cc, kala IV 120 cc sehingga total darah yang keluar dari jalan lahir 250
cc. Menurut Prawiroharjo (2009) pengeluaran darah normal ± 500 dan ≥ ±
500 cc pengeluaran darah yang abnormal. Sehingga asuhan yang
diberikan saat bersalin dinyatakan berhasil dan tidak ada kesenjangan.
C. Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Nifas
1. Langkah I Pengkajian
Seorang ibu dikatakan dalam nifas apabila plasenta sudah dan
berakhir ketika alat-alat kanjungan kembali seperti keaadan sebelum
hamil, masa nifa berlangsung selama ±6 minggu (Prawirohardjo, 2009).
Hal ini juga ditemukan dalam praktek pada Ny. M masa nifas dihitung dari
lahirnya plasenta yang dilakukan kunjungan masa nifas mulai dari 6 jam
postpartum sampai dengan 6 minggu postpartum. Penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan praktek.Langkah pertama yaitu
pengumpulan
data
dasar,
pada
langkah
pengumpulan
data
ini
memperoleh data dengan cara anamnesa pada klien dan keluarga
berdasarkan keluhan yang dirasakan dan melakukan pemeriksaan fisik
yang diperlukan. Penulis tidak menemukan kesulitan karena ibu sangat
kooperatif.
Kunjungan I 6 jam postpartum didapatkan data subjektif yang
diperoleh meliputi ibu mengatakan bernama Ny Monicha ibu mengatakan
melahirkan anak yang kedua secara normal pada tanggal 14 desember
2015 jam 12.00 WIB, belum pernah keguguran, ibu mengatakan berumur
28 tahun. Pada kunjungan nifas yang pertama 6 jam post partum ini ibu
mengalami mules, ibu sudah bisa mobilisasi dini dengan turun dari
tempat tidur kemudian jalan ke kamar mandi tanpa bantuan suami
ataupun keluarga dan ibu sudah BAK namun ibu belum BAB. Hal ini
sesuai dengan teori pengkajian data subyektif pada 6 jam postpartum
yaitu ibu masih merasakan mules, ibu sudah mobilisasi dini, dan ibu
sudah BAK (Saleha, 2009).
Pada kunjungan nifas yang pertama 6 jam post partum, didapatkan
data
obyektif
pemeriksaan
TTV
dalam batas normal yaitu
TD
90/70mmHg, N: 84x/mnt, S:36,40C, Rr: 24x/mnt. Pemeriksaan fisik dalam
batas normal. Pada pemeriksaan abdomen TFU 2 jari dibawah
pusat,kontraksi keras dan pada genetalia didapatkan PPV darah segar.
Pada kunjungan ini ibu tidak mengalami masalah. Hal ini tidak ada
kesenjagan dengan teori hasil pengkajian data obyektif pada 6 jam post
partum, yaitu TTV dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat dan
PPV lochea rubra. Menurut (Saleha,2009) lochea rubra berisi darah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban,sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo
dan meconium dari hari pertama sampai ketiga pasca post partum. TFU
teraba 2 jari dibawah pusat. Jadi pada pengkajian ini tidak terdapat
kesenjangan dengan teori.
Kunjungan kedua tanggal 21 desember 2015 jam 14..00 WIB
didapatkan data subjektif bahwa Ny Monicha dalam sehat,ibu sudah tidak
mengalami mules,ibu mengatakan mengeluarkan darah berwarna merah
kekuningan,nutrisi ibu cukup dan tidak ada makanan pantangan, ibu
sudah BAK dan BAB lancar,ibu dapat menyusui bayinya dengan baik. Hal
ini sesuai dengan teori pengkajian data subyektif pada 6 hari postpartum
yaitu, ibu sudah BAK dan BAB, ibu mendapat nutrisi yang cukup, dan ibu
dapat menyusui bayinya dengan baik (Saleha, 2009). Pada kunjungan
nifas yang kedua 6 hari post partum, didapatkan data obyektif TTV dalam
batas normal yaitu TD 110/80mmHg, N: 84x/mnt, S:36,40C, Rr: 20x/mnt.
Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen TFU
teraba
antara
simfisis-pusat,kontraksi
keras
dan
pada
genetalia
didapatkan PPV darah berwarna merah kekuningan. Pada kunjungan ini
ibu tidak mengalami masalah. Hal ini tidak ada kesenjagan dengan teori
hasil pengkajian data obyektif pada 6 hari post partum, yaitu TTV dalam
batas normal, TFU pertengahan simfisis- pusat dan PPV lochea
sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lender yang keluar
pada hari ke 3-7 pasca persalinan (Saleha,2009).
Kunjungan nifas yang ketiga tanggal 04 januari 2016 jam 13.00 WIB
dilakukan pengkajian ke-tiga masa nifas pada Ny Monicha didapatkan
data subjektif yang meliputi ibu mengatakan tidak mengalami tanda-tanda
bahaya masa nifas, ibu mendapatkan nutrisi yang cukup, ,ibu dapat
menyusui bayinya dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori pengkajian
data subyektif pada 2 minggu postpartum yaitu, memastikan adanya
tanda-tanda infeksi masa nifas, ibu mendapat nutrisi yang cukup, dan ibu
dapat menyusui bayinya dengan baik (Saleha, 2009). Pada kunjungan
nifas yang ketiga) 2 minggu post partum, didapatkan data obyektif TTV
dalam batas normal yaitu TD 100/70mmHg, N: 84x/mnt, S:36,40C, Rr:
24x/mnt. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan
abdomen TFU sudah tidak teraba dan pada genetalia didapatkan PPV
berwarna kekuningan. Pada kunjungan ini ibu tidak mengalami masalah.
Hal ini tidak ada kesenjangan dengan teori hasil pengkajian data obyektif
pada 2 minggu post partum, yaitu TTV dalam batas normal, TFU sudah
tidak teraba dan PPV lochea serosa yaitu berwarna merah jambu
kemudian berubah menjadi kekuningan yang keluar pada hari ke 7-14
pasca persalinan dan lochea ini mengandung cairan serosa,jaringan
desidua,leukosit dan eritrosit. (Saleha,2009).
Kunjungan nifas yang ke empat tanggal 15 Februari 2016 jam 08.00
WIB penulis melakukan kunjungan ke empat masa nifas pada Ny
Monicha, di dapatkan data subjektif berupa Ibu mengetakan tidak ada
keluhan, ibu tidak mengalami kesulitan dalam merawat bayinya. Hal ini
sesuai dengan teori pengkajian data subyektif pada 6 hari postpartum
yaitu,memastikan ibu tidak ada penyulit-penyulit yang dialami ibu maupun
bayinya. (Saleha, 2009). Pada kunjungan nifas yang keempat 6 minggu
post partum, didapatkan hasil pemeriksaan data obyektif TTV dalam
batas normal yaitu TD 100/70mmHg, N: 82x/mnt, S:36,40C, Rr: 23x/mnt.
Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen TFU
sudah tidak teraba dan pada genetalia didapatkan PPV berwarna putih.
Pada kunjungan ini ibu tidak mengalami masalah. Hal ini tidak ada
kesenjagan dengan teori hasil pengkajian data obyektif pada 6 minggu
post partum, yaitu TTV dalam batas normal, TFU sudah tidak teraba dan
PPV lochea alba berwarna putih yang keluar dari hari ke 14 kemudian
makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai masa nifas
selesai. (Saleha,2009).
2. Langkah II Interpretasi Data
Diagnosa kebidanan ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan
(Varney, 2004), Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan
Ny…Umur…P..A…lama
postpartum
dan
keadaan
nifas
fisiologis/patologis (Ambarwati, dkk.2009: h.141). Langkah kedua ini
ditegakkan dari hasil pengkajian meliputi data subyektif dan obyektif.
Penulis menemukan diagnosa pada kunjungan pertama yaitu Ny. M umur
28 tahun P2A0 6 jam postpartum, diagnosa kedua Ny. M umur 28 tahun
P2A0 6 hari postpartum, diagnosa pada kunjungan ketiga Ny. M umur 28
tahun P2A0 2 minggu postpartum, diagnosa pada kunjungan keempat Ny.
M umur 28 tahun P2A0 6 minggu postpartum. Penulis tidak mendapatkan
kesulitan dalam penegakkan diagnosa.
3. Langkah III diagnose Potensial
Lahan praktek tidak muncul diagnosa potensial, karena pada kasus
Ny. M tidak terdapat masalah bahaya nifas seperti yang dijelaskan pada
teori margaretha zh (2013) menyatakan bahwa bahaya njifas melipti
anemia, depresi masa nifas, infeksi masa nifas diantaranya mastitis,
lochea berbau busuk, endometritis, parametritis, tombofeblitis, hematoma,
vaginitis.
4. Langkah IV Antisipasi / Tindakan Segera
Lahan praktek tidak dilakukan antisipasi, karena pada Ny. M
diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan
segera.
5. Langkah V Perencanaan
Asuhan masa nifas Ny. M perencanaan diberikan sesuai dengan
asuhan penatalaksanan kunjungan masa nifas (Lusa, 2009). Yaitu
A. 6 - 8 jam setelah persalinan
1) Cegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Deteksi dan rawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3) Berikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Berikan ASI awal.
5) Lakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Jaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
7) jika petugas kesehatan meenolong persallinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
B. 6 hari postpartum
1) Pastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,
fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau.
2) Nilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3) Pastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Pastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5) Berikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
C. 2 minggu postpartum
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan).
D. 6 minggu postpartum
1) Tanyakan kepada ibu tentang penyulit – penyulit yang ia atau
bayi alami.
2) Berikan konseling untuk KB secara dini
Penulis dapat merencanakan asuhan kebidanan yang tepat
pada Ny. M dari kunjungan nifas yang pertama sampai keempat.
Kunjungan nifas I didapatkan perencanaan yaitu pastikan keadaan
ibu baik, cek perdarahan, pastikan ibu menyusui bayinya secara
awal, beritahu ibu melakukan vulva hygiene, anjurkan ibu untuk
memperbaiki nutrisi, anjurkan ibu menjaga kehangatan bayi.
Kunjungan II didapatkan perencanaan yaitu pastikan involusi uteri
berjalan baik dan tidak dapat perdarahan vaginam, pastikan tidak
terjadi infeksi dan pengeluaran pervaginam berbau busuk,
jelaskan tanda bahaya masa nifas dan pentingnya asi ekslusif,
beri KIE perawatan bayi sehari – hari. Kunjungan III dilakukan
perencanaan yaitu pastikan involusi berjalan normal, pastikan ibu
menjaga menjaga personal hygiene, pastikan ASI selalu diberikan
ibu, anjurkan ibu menjaga pola istrahat, Kunjungan IV dilakukan
beritahu keadaan ibu, memastikan ibu sudah bisa merawat bayi
dan tidak terdapat penyulit, berikan konseling KB secara dini,
pastikan ibu menyusui secara ekslusif.
Penulis
mengatakan
pada
perencanaan
asuhan
dari
kunjungan I – IV tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan
praktek. Kesenjangan.
6. Langkah VII Pelaksanaan
Pada langkah ini penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam
melakukan pelaksanaan. Seluruh perencanaan dilakukan pelaksanaan.
Pelaksanaan dilakukan secara tepat dan tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek.
7. Langkah VII Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan kebidanan masa nifas yang dilakukan 4
kali kunjungan didapatkan hasil semua asuhan telah dilakukan secara
tepat. Asuhan masa nifas pada Ny. M dilakukan selama 4 kali dimulai dari
kunjungan pertama Ny. A 6 jam postpartum, kunjungan kedua saat 3 hari
postpartum, kunjungan ketiga 14 hari postpartum dan kunjungan terakhir
dilakukan saat 6 minggu postpartum. Setelah dilakukan asuhan
kebidanan masa nifas yang dilakukan 4 kali kujungan didapatkan hasil
semua asuhan telah dilakukan secara tepat serta tidak ditemukan
kegawatdaruratan sehingga asuhan yang diberikan dinyatakan berhasil.
D. Bayi Baru Lahir
1.
Pengkajian
Menurut Rukyah (2011) jadwal kunjungan neonatus atau bayi baru
lahir yaitu kunjungan pertama dilakukan pada 6 jam pertama post partum,
kunjungan kedua pada hari ke-3 post partum, kunjungan ketiga pada 2
minggu post partum dan kunjungan keempat pada 6 minggu post partum.
Hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan di lahan pada kunjungan
kedua.
Pada lahan kunjungan kedua dilaksanakan pada 6 hari post
partum dikarenakan pada lahan disesuaikan dengan kunjungan ibu nifas.
Melakukan asuhan pada bayi baru lahir 1 jam setelah melahirkan. Pada
asuhan 1 jam, penulis memperoleh data subjektif bahwa indentitas By Ny
Monicha, bayi merupakan anak kedua, lahir pada tanggal 14 desember
2015 pukul 12.00 WB, bayi belum BAB dan BAK dan bayi menangis
kuat, gerakan aktif serta kulit kemerahan.
Pada pemeriksaan objektif di dapatkan keadaan umum baik, nadi
140 x/m, suhu 36,50C, respirasi 40x/m. Pada pemeriksaan antopometri
BB 3200 gram, PB 48 cm, LD 33 cm, LK 35 cm, Lila 11 cm. Pada
pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan kelainan bawaan dari ujung
kepala hingga kaki bayi. Menurut (Dewi, 2010), Ciri-ciri bayi normal,
antara lain sebagai berikut : Berat badan 2500-4000 gram, Panjang
badan 48-52 cm, Lingkar badan 30-38 cm, Lingkar kepala 33-35 cm,
lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit,
Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun
sampai 40 x/menit. Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek. pada kasus By Ny. M Diagnosa kebidanan yang di peroleh
adalah By Ny Monicha umur 1 jam, telah diberikan salep mata pada
kedua mata bayi yang bertujuan agar mata bayi tidak infeksi, tidak
ditemukan perdarahan tali pusat. Pada asuhan bayi baru lahir,
pemberian vit K, memberi salep mata, memberi asi pada bayi, menjaga
kehangatan,. Setelah 1 jam pemberian vit k kemudian berikan tetes mata
antibiotik profilaksis (APN, 2008). Dalam pelaksanaan ini terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek yaitu dalam penyuntikan vit K
pelaksanaan tidak mencuci tangan dan memakai hanscoon yang
bertujuan sebagai pencegahan infeksi menurut Menurut JNPK-KR 2008
Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan
pasien.
1. Kunjungan pertama
Dalam pengkajian dilaksanakan pada 6 jam post partum dan
diperoleh data subjektif bahwa indentitas By Ny Monicha, bayi merupakan
anak pertama, lahir pada tanggal 14 desember 2015 pukul 19.15 WIB.
bayi sudah BAB dan BAK dan bayi menangis kuat, gerakan aktif serta
kulit kemerahan. Pada pemeriksaan objektif di dapatkan keadaan umum
baik, nadi 130 x/m, suhu 36,50C, respirasi 40x/m. Pada pemeriksaan
antopometri BB 3200 gram, PB 48 cm, LD 33 cm, LK 35 cm, Lila 11 cm.
Pada pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan kelainan bawaan dari ujung
kepala hingga kaki bayi.
Menurut (Dewi, 2010), Ciri-ciri bayi normal, antara lain sebagai
berikut : Berat badan 2500-4000 gram, Panjang badan 48-52 cm, Lingkar
badan 30-38 cm, Lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm,
frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, Pernafasan pada menit
pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai 40 x/menit. Pada
kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Berdasarkan
pengkajian di atas, penulis menegakkan diagnosa
bayi Ny. Monicha
umur 6 jam. Diagnosa tersebut secara prinsip sama dengan teori
diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir yaitu nama ,umur, hari normal
atau tidak normal (Saleha,2009). Penulis tidak menemukan masalah.
Pada kunjungan pertama 6 jam setelah bayi lahir penulis melakukan
menjaga kehangatan bayi, mengajarkan cara perawatan tali pusat,
memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir. Menurut (Rukiyah,2011)
dalam kunjungan pertama neonatus dilakukan menganjurkan ibu untuk
tetap menjaga kehangatan bayi seperti menganti popok yang basah,
memakaikan bedong pada bayi dan memakaikan topi pada kepala bayi,
menjaga tali pusat agar tetap bersih, pemberian ASI, setelah dilakukan
evaluasi ibu mengerti cara menjaga kehangatan bayi, memberi tahu ibu
bagaimana cara perawatan tali pusat yaitu mengati dengan kasa kering
tanpa diberi alcohol setelah dilakukan evaluasi ibu sudah mengerti
bagaimana cara melakukan perawatan tali pusat, memberitahu ibu
tentang tanda bahaya BBL, setelah dijelaskan dan dilakukan evaluasi ibu
sudah mengetahui tanda bahaya BBL.
Dalam
pelaksanaan
kunjungan
pertama
tidak
terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Kunjungan kedua
Kunjungan ke dua dilaksanakan pada 6 hari post partum dan
didapatkan data subjektif Pada kunjungan kedua penulis melakukan
pengumpulan data subjektif dan objektif pada By Ny Monicha dengan
hasil pada data subjektif bayi mampu menyusu dengan kuat, BAB 2-3x
dalam sehari, BAK 6-7x dalam sehari, gerakan bayi aktif dan tali pusat
telah lepas. Pada data objektif terjadi penurunan berat badan bayi, dari
BB awal 3100 gram tetap 3100 gram. Pada pemeriksaan fisik diperoleh
hasil tali pusat telah lepas. Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang
diperoleh tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik karena menurut
(Kemenkes, 2010) . Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif di
peroleh diagnose By Ny,Monicha umur 6 hari. Diagnosa tersebut secara
prinsip sama dengan teori diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir yaitu
nama ,umur, hari normal atau tidak normal (Saleha,2009). Penulis tidak
menemukan masalah.
Kunjungan kedua ini penulis memberikan asuhan antara lain
memberitahu pentingnya ASI eksklusif,memastikan ibu menyusui bayinya
dengan benar, memeriksa keadaan bayi, memeriksa tali pusat dan
perawatan bayi sehari- hari. hasil ibu sudah mengetahui tentang asi
eksklusif,ibu sudah menyusui bayinya dengan benar dan paham tentang
perawatan bayi sehari-hari. Pada asuhan kunjungan ke dua ini penulis
tidak mendapatkan masalah namun terdapat kesenjangan antara teori
dan praktik. Menurut (Rukiyah,2011) kunjungan kedua dilaksanakan pada
hari
ketiga
dengan
asuhan
menanyakan
bagaimana
bayi
menyusu,memeriksa apakah bayi kuning atau tidak , memastikan ada
tanda infeksi pada tali pusat atau tidak.
3. Kunjungan ketiga
Kunjungan ketiga ini dilaksanakan pada 2 minggu post partum dan
didapatkan data subjektif Pada kunjungan ketiga data subjektif yang di
peroleh adalah bayi telah menyusu kuat, bayi BAB 3-4x sehari , BAK 78x sehari. Dan data objektif diperoleh hasil peningkatan berat badan bayi
500 gram dari BB lahir 3600 gram. Setelah dilakukan pengkajian data
subjektif dan objektif dapat ditegakkan diagnose By Ny Monicha umur 14
hari. Diagnosa tersebut secara prinsip sama dengan teori diagnosa
kebidanan pada bayi baru lahir yaitu nama ,umur, hari normal atau tidak
normal (Saleha,2009). Penulis tidak menemukan masalah.
Kunjungan ke tiga pastikan bayi mendapatkan asi yang cukup,
mengecek tali pusat, memastikan bayi mendapatkan imunisasi dan
menganjurkan untuk kunjungan ulang.
Hasil peningkatan berat badan bayi gram yang semula adalah 3100 gram.
Bayi menyusu teratur 2-4 jam selkali. Menurut (Kemenkes, 2010) pada
hari ketujuh Ibu dan bayi masih menyesuaikan diri untuk menyusu dan
menyusui. Mulai saat ini BB bayi akan bertambah. Tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek lahan.
4. Kunjungan keempat
Kunjungan keempat ini dilaksanakan pada 6 minggu post
partum.Penulis memperoleh data subjektif pada kunjungan keempat
berupa bayi menyusu kuat, gerakan bayi aktif, dan ibu mengatakan
hubungan ibu dengan bayi baik.
Kunjungan keempat ini penulis memperoleh data obyektif N:
130x/mnt S: 36,50C Rr : 42x/mnt BB : 4500 gram PB 51cm LK : 36 cm LD
: 34cm Lila : 12 cm. pada kunjungan keempat ini terjadi peningkatan berat
badan bayi 900 gram dari BB lahir 3600 gram menjadi 4500 gram . pada
kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik. Menurut
(Rukiyah,2011)
kunjungan
keempat
bayi
dipastikan
berat
badan
meningkat,asuhan kasih sayang ibu, dan posyandu. Berdasarkan
pengkajian data subjektif dan objektif di peroleh diagnose By Ny, M umur
6 minggu. Diagnosa tersebut secara prinsip sama dengan teori diagnosa
kebidanan pada bayi baru lahir yaitu nama ,umur, hari normal atau tidak
normal (Saleha,2009). Penulis tidak menemukan masalah.
Kunjungan keempat ini penulis memberikan asuhan yaitu ibu
harus tetap memberikan ASInya secara eksklusif dan menganjurkan ibu
untuk membawa bayinya ke posyandu atau tempat pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan imunisasi selanjutnya dan mendapatkan informasi
tentang tumbuh kembang anak. Menurut (Rukiyah,2011) asuhan
kunjungan 6 minggu antara lain memastikan laktasi berjalan baik dan
berat
badan
meningkat,
melihat
hubungan
ibu
dan
bayi
dan
menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke tenaga kesehatan atau ke
posyandu untuk mendapatkan imunisasi dan mendapatkan informasi
tentang tumbuh kembang anak. Pada asuhan ini tidak terdapat masalah
ataupun kesenjangan.
2.
Langkah II Interpretasi Data
Diagnosa
kebidanan
yang
ditegakkan
dalam
lingkup
praktek
kebidanan dan memenuhi standar moneklatur diagnose kebidanan
(Varney, 2007). Diagnosa kebidanan bayi baru lahir meliputi : Nama bayi,
Bayi baru lahir, umur jam/hari/minggu, fisiologis/patologis
Asuhan BBL pada bayi Ny. M penulis membuat diagnose
kbidanan sesuai dengan asuhan kunjungan BBL meliputi :
1) Kunjungan 1
Bayi Ny. M umur 6 jam fisiologis
2) Kunjungan 2
Bayi Ny. M umur 6 hari fisiologis
3) Kunjungan 3
Bayi Ny. M umur 14 hari fisiologis
4) Kunjungan 4
Bayi Ny. M umur 36 hari fisiologis
Langkah kedua ini ditegakkan dari hasil pengkajian data
subyektif dan obyektif. Pada bayi baru lahir didapatkan diagnosa bayi
Ny. M umur 1 jam, KN - I didapatkan diagnosa Bayi Ny. M umur 6
jam, KN – 2 didapatkan diagnosa bayi Ny. M umur 2 minggu, KN – 3
didapatkan diagnosa Bayi Ny. M umur 28 hari. Penulis dalam
penegakan diagnosa tidak mendapatkan kesulitan karena data
subyektif dan data obyektif yang didapatkan sudah tepat.
3.
Langkah III Diagnosa Potensial
Lahan praktek tidak muncul diagnose potensial, karena pada
kasus Bayi Ny. M tidak terdapat masalahyang dapat memunculkan
diagbisa potensial.
4.
Langkah IV Antisipasi
Lahan praktek tidak dilakukan antisipasi, karena pada Bayi Ny. M
diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan
segera.
5.
Langkah V Perencanaan
Asuhan BBL bayi Ny. A perencanaan diberikan sesuai dengan
asuhan penatalaksanan kunjungan BBL (Kemenkes RI, 2010) meliputi :
a. 6-48 Jam
1) Selama waktu ini bayi masih menyesuaikan dengan kehidupan
diluar uterus dan membutuhkan ASI. Jangan berikan cairan
apapun.
2) Pastikan tali pusat dalam keadaan kering dan tidak perdarahan.
3) Bayi kuning yang terjadi pada 24 jam pertama atau setelah 2
minggu menunjukkan tanda bahaya.
4) Berikan Vitamin K segera setelah lahir agar efektif, hal ini penting
untuk bayi premaure.
5) Berikan imunisasi pada BBL mengikuti pedoman imunisasi di
masing-masing Negara.
b. 3- 7 hari
Tanya dan lihat : Tanda dan berat badan.
1) Bayi yang mengalami infeksi selama masa intrapartum, akan
memiliki tanda infeksi (kemerahan dan adanya pustule pada kulit,
pengeluaran dari pusar, mata, suhu bayi sangat panas atau
dingin, masalah menyusui dan masalah pernafasan).
2)
Secara normal berat badan akan berkurang 5-7% selama hari
pertama setelah kelahiran. Namun kehilangan BB tidak akan
berkurang dari 10% dari berat bayi.feksi setelah lahir.
3) Ibu dan bayi masih menyesuaikan diri untuk menyusu dan
menyusui. Mulai saat ini BB bayi akan bertambah.
4) Bayi yang mengalami infeksi akan menunjukkan tanda-tanda.
5) Bayi yang berwarna kuning menunjukkan bayi yang sakit.
6) Jika bayi belum menerima imunisasi, berikan sekarang atau bawa
bayi ke sarana kesehatan.
c. 8-28 hari
1) Dalam 28 hari setelah lahiran bayi menyesuaikan diri,
2) Pastikan BB bertambah (25-30 gram/hari)
3) Monitoring tanda infeksi harus tetap dilakukan
4) Ingatkan ibu untuk imunisasi minggu ke 6.
Penulis merencanakan asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir
dan KN 1 – KN -3. Pada bayi baru lahir perencanaan yang akan dilakukan
dalam asuhan meliputi informasi keadaan bayi, suntik Hb 0 , suntik vit K
untuk mencegah perdarahan, beri salep mata untuk mencegah infeksi, jaga
kehangatan bayi, tali pusat, beri konseling tentang menyusui secara on
demand,
mendapatkan
imunisasi,
kunjungan
ulang,Tidak
terdapat
kesenjangan teori dan lahan praktek.
KN – 1 dilakukan 6 jam setelah bayi lahir, perencanaan asuhan
yang akan dilakukan yaitu pastikan bayi menyusu kuat, konseling
pencegahan infeksi, mandikan bayi, suntik Hb 0, konseling perawatan tali
pusat, memastikan bayi disusui secara on demand,tanda bahaya BBL,, hal
tesebut sesuai dengan teori menurut Departemen RI (2011) menyataan
asuhan KN-1 meliputi Pemeriksaan bayi baru lahir, ASI ekslusif, menjaga
bayi tetap hangat, perawatan bayi, tanda bayi sakit dan bahaya pada bayi,
merawat BBL, konseling.
KN – 2 perencanaan asuhan kebidanan meliputi lakukan pemeriksaan
ulang, anjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan tambahan kepada
bayi, konseling tanda bahaya bayi baru lahir dan mematikan bayi tidak
terdapat tanda bahaya, pastikan ibu sudah bisa merawat bayinya,
anjurkan untuk menjaga kehangatan bayi,pastikan ibu menyusui bayinya
dengan benar. Penulis tidak mendapatkan kesenjangan teori didalam
perencanaan KN – 2.
KN – 3 perencanaan asuhan kebidanan meliputi lakukan pemeriksaan
ulang, anjurkan ibu untuk membawa bayinya ketempat pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan imunisasi dan informasi mengenai tumbuh
kembang bayinya, anjurkan ibu untuk tidak memakaikan pempers lama
karena nanti bisa terjadi ruam popok terjadi pada kulit bayi, anjurkan
untuk menjaga kehangatan bayi, anjurkan untuk tetap menyusui secara
ekslusif. Penulis tidak mendapatkan kesenjangan antara teori dan
praktek.
6.
Langkah VI Pelakasanaan
Dalam pelaksanaan semua asuhan dari bayi baru lahir dan KN – 1
sampai KN -3 yang ditulis dalam perencanaan telah dilakukan pada
penatalaksanaan.
Penulis
tidak
mendapatkan
kesulitan
dalam
pelaksanaan asuhan kecuali perawatan tali pusat.
Perwat
an tali pusat menurut Panduan APN (2010) mengatakan bahwa
perawatan tali pusat dilakukan dengan membersihkan menggunakan air
hangat DTT dan Sabun dan keringkan tanpa dibungkus menggunakan
kassa steril. Pada dilahan cara perawatan tali pusat dikeringkan dan
dibungkus menggunakan kassa steril. Hal tersebut tidak sesuai dengan
teori dan diperkuat dengan penelitian Diah Sukarmi dan indah puji (2011)
didalam penelitiannya tentang perbedaan perawatan tali pusat terbuka
bahwa hasil dari uji statistic diperoleh diperoleh nilai rata-rata lama
pelepasan tali pusat pada keompok yang dirawat secara terbuka ada 5,6
hari, sedangkan untuk kelompok dirawat secara tertutup didapat nilai ratarata lama pelepasan tali pusat adalah 6,5 hari dengan standar deviasi
2,188 har. Akan tetapi perawatan tali pusat pada lahan dilakukan kering
dan membungkus tali pusat dengan kassa steril dilakukan karena dari
faktor keluarga yang menggunakan kebiasaan membungkus tali pusat
dengan kassa steril.
7.
Langkah VII Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi baru dan lahir
pada kunjungan KN -1 sampai KN -3 asuhan dikatakan berhasil apabila
dalam asuhan tidak terjadi komplikasi pada bayi. Apabila asuhan tidak
berhasil didapatkan komplikasi pada bayi. Di dalam asuhan dari bayi baru
lahir dan kunjungan I – III tidak didapatkan komplikasi pada bayi baru
lahir, ashingga asuhan yang diberikan dinyatakan berhasil.
E. Keluarga Berencana
1. Langkah I Pengkajian
Pelayanan keluarga berencana diberikan pada pasangan usia
subur khususnya ibu dalam masa nifas guna untuk membantu
merencanakan keluarga dengan mengajarkan cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan (Hidayati, 2009). Hal ini juga ditemukan dalam
praktek pada Ny. M dalam masa nifas diberikan konseling tentang
keluarga berencana sehingga Ny. M dapat memilih alat kontrasepsi yang
diinginkan, dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan praktek.
Pengkajian pada pasien Pra KB suntik 3 bulan didapatkan data
subyektif : ibu belum menstruasi dan belum pernah berhubungan seksual
dengan suami, ibu sudah pernah menggunakan KB pil selama 1 tahun
dan tidak keluhan, ibu ingin menggunakan KB suntuk 3 bulan dengan
persetujuan suami. Hasil dari data obyektif didapatkan keadaan umum :
baik, kesadaran composmentis TTV Tekanan darah: 100/70 mmHg, Nadi:
84x / menit, Respirasi: 24 x /menit, Suhu: 36,6 C dan pemeriksaan fisik
normal.
Saat pengkajian pasien kunjungan 2 dan akan dilakukan
penyuntikkan KB didapatkan data sebagai berikut :
DO : Ibu mengatakan sudah pernah menggunakan alat kontrasepri yaitu KB
pil selama 1 tahun dan tidak keluhan, ibu mengatakan ingin
menggunakan KB suntik 3 bulan dengan persetujuan suami.
DS
:
Keada
an Umum : baik, kesadaran composmentis TTV Tekanan darah: 100/70
mmHg, Nadi: 84x / menit, Respirasi: 24 x /menit, Suhu: 36,6 C.
2.
Langkah II Interpretasi Data
Diagnosa ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan
(Estiwidani dkk, 2008). Menurut Varney (2004) diagnose kebidanan
keluarga
berencana
akseptor/akseptor.
meliputi
:Nama
ibu,
umur,
PA,
calon
Langkah ini didiagnosa bisa ditegakkan dengan pengkajian data
subyektif dan obyektif.
Diagnosa pertama : Ny. M umur 28 tahun P2A0 calon akseptor KB.
Diagnosa kedua
3.
: Ny. M umur 28 tahun P2A0 akseptor KB.
Langkah III Diagnosa Potensial
Lahan praktek tidak muncul diagnosa potensial, karena pada
asuhan KB pada Ny. M tidak terdapat masalah yang dapat memunculkan
diagnosa potensial.
4.
Langkah III Antisipasi / Tindakan Segera
Lahan praktek tidak dilakukan antisipasi, Karena pada asuhan KB
pada Ny. M diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan
penanganan segera.
5.
Langkah V Perencanaan
Kunjungan pertama KB perencanaan asuahan yg akan dilakukan
sebagai berikut : beritahu keadaan ibu hasil pemeriksaan, konseling
tentang metode dan jenis-jenis KB, buat kesepakatan pada ibu untuk
datang lagi tanggall 16 februari 2016 ketenaga kesehatan untuk
mendapatkan suntik KB 3 bulan. Kunjungan ke 2 perencanaan asuhan
yaitu informasi hasil pemeriksaan bahwa ibu diperbolehkan memakai KB
suntik 3 bulan, informasi ibu tentang suntik KB 3 bulan, beritahu ibu akan
disuntik depo provera, siapkan peralatan untuk suntik, anjurkan ibu
control ulang apabila ada keluhan, dalam hal ini penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dan praktek.
6.
Langkah VI Pelaksanaan
Pelaksaan dilakukan sesuai dengan perencanaan diatas dan
semua asuhan dilaksanakan. Penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam
pelaksanaan. Tidak terdapat kesenjangan teori dan lahan praktek.
7.
Langkah VII Evaluasi
Asuhan
yang
diberikan
pada
kunjungan
pertama
tentang
konseling KB suntik 3 bulan, ibu sudah mengerti dan bersedia datang ke
tenaga kesehatan 1 hari kemudian lagi untuk mendapatkan KB. Pada
kunjungan kedua ibu sudah disuntik dibokong 1/3 sias dan setelah
penyuntikkan tidak tejadi odema. Saat kunjungan ulang pada tanggal 06
mei 2016 ibu suntik KB suntik 3 bulan dan ibu mengatakan mengalami
keluhan sedikit dari biasanya ( oligomenorhea) dan berat badan ibu stabil
tidak mengalami penambahan. Haltersebut masih dikatakan normal yang
tertera dalam teori Anggraini, Yetti dan Martini, (2012) menyatakan bahwa
efek samping suntik 3 bulan yaitu gangguan haid yang tidak teratur.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkanhasil
Karya
Tulis
IlmiahAsuhanKebidananBerkelanjutanpadaNy.MonichaUmur
BPM
Sri
28Tahun
PilihRetnoS.SiT
di
Kota
Semarangmeliputikehamilandariusiakehamilan 32minggu 2hari, bersalin,
bayibarulahir,nifas,dan
KBdenganpendekatan
menurutvarneydanpendokumentasian
manajemen
menggunakan
kebidanan
metode
SOAP,
sehinggapenelitimemperolehkesimpulansebagiaberikut :
1.
AsuhankebidanankehamilanpadaNy.Monichaberjalandengan baik yaitu
melakukanpengkajian
data
subyektif,
data
obyektif,
menentukanassessmentdanmelakukanplanning
meliputi
intervensi,implementasi dan evaluasi. DilakukanPemeriksaan ANC
sebanyak 11 kali tidakterdapatkeluhan yang bersifat abnormal,
2.
Asuhankebidananpersalinanpada
Ny.Monichaumur
28tahunsesuaidengan
58
langkah
sampaidengan
IV
dandilakukanpengawasan
kala
APN
yangdimulaidarikala
mulaikala
I
I
sampaidengankala IV denganmelakukanpengkajian data fokus yaitu
data subyektif dan data obyektif, menentukan assessment serta
melakukan planning meliputi intervensi, implementasi dan evaluasi.
Persalinan Ny.Monicha berjalan dengan normal.
3.
PadaasuhankebidananBy.
Ny.Monichadiberikandenganmelakukanpengkajian
menentukan
assessment,
data
fokus,
melakukanrencanapelaksanaan,
melakukanevaluasi. BayiNyMonichalahirpadausiakehamilan 39 minggu
2haripadatanggal14
desemberpukul
NyMonichalahirspontan,
12.00
menangiskuat,
WIB.
By
gerakanaktif,
warnakulitkemerahandenganberatbadan3100 gram, PB : 48cm, LK: 35
cm, LD : 33 cm, Lila :11 cm. asuhaninidilakukanpengkajiansebanyak 4
kali mulaidari 6 jam post partum, 6 haripost partum, 2 minggupost
partumdan
6
minggupost
partum.
Pengkajianberjalanlancardantidakditemukankomplikasi.
4.
Asuhankebidanannifas
padaNy.Monichadiberikandenganmelakukanpengkajian.
yang
dilakaukandata
fokus,
menentukan
melakukanrencanapelaksanaan,
Pengkajian
assessment,
melakukanevaluasi.
Selamamasanifasdilakukankunjungansesuaidenganstandartyaituselam
a 4 kaliyaitudari 6 jam post partum, 6 haripost partum, 2 minggupost
partumdan
6
minggupost
partum.
Selamakunjungantidakditemukankomplikasi-komplikasi
yang
adapadaklien, namunklientidakmenerapkanASI Eksklusif.
5.
AsuhankebidanankeluargaberencanapadaNy.Monichadiberikandengan
melakukanpengkajian
data
melakukanrencanapelaksanaan,
fokus,
menentukan
assessment,
melakukanevaluasi.
hasilpengkajianterdapatkesenjanganteoridenganpraktek,
yaitubidantidakmenggunakansarungtangansaatmenyuntikklien.
Dari
B.
Saran
1. BagiTenagaKesehatan
Supayatenagakesehatan,
hendaknyamelakukanasuhansesuaidenganstandarpelayananataukebijak
an
yang
telahditetapkanolehpemerintahdansenantiasamengembangkanilmu yang
dimiliki.
2. BagiInstitusiPendidikan
Diharapkaninstitusipendidikandapatmenggunakansebagaibahanb
acaan
di
perpustakaandansebagaibahanuntukperbaikanstudikasusselanjutnya.
3. BagiPeneliti
Agar
penelitimemperbaruiilmupengetahuandanteknologidalambidangkesehata
nsertamenerapkanilmu
yang
telahdidapatkanselamamenempuhpendidikansertasenantiasamelakukan
penelitian yang lebihluas.
4. BagiMasyarakat
Supayamasyarakatmampumelakukandeteksidinikomplikasipadak
ehamilandanmelakukankunjunganketenagakesehatanuntukmencegahre
siko yang tidakdiinginkan.
Download