ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. M UMUR 28 TAHUN DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI SRI PILIH RETNO, S.SiT KOTA SEMARANG ARTIKEL OLEH MISROTUN NIM. 0131673 AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 PERNYATAN KEASLIAN PENELITIAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Karya tulis saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya Kebidanan dan atau Sarjana), baik di Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo maupun sekolah kesehatan lain. 2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing. 3. Karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademikberupa pencabutan gelar yang diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. Ungaran,19 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan Misrotun 0131673 ii ABSTRAK Misrotun, 2016; Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.M Umur 28 Tahun di BPM Sri Pilih Retno. S.SiT, Semarang.Karya Tulis Ilmiah. DIII Akademi Ngudi Waluyo. Pembimbing I : Widayati. S.SiT.M.Keb, Pembimbing II : Chichik Nirmasari S.SiT.M.Kes Tahun 2015 di BPM Sri Pilih Retno S.SiT didapatkan data K1 dan K4 yaitu 76 ibu hamil sedangkan persalinan yang ditolong di BPM ini sebanyak 5 orang. Jumlah KB dalam bulan oktober sebanyak 220 orang. Pada bulan Oktober tahun 2015 didapatkan data pasien KB baru sebanyak 6 orang. Pasien KB baru tersebut yang melakukan asuhan berkelanjutan dari ANC,INC,PNC,BBL dan KB sebanyak 5 (83,3%) ibu dan 1 (16,7%) yang tidak berkelanjutan karena saat persalinan di rujuk ke Rumah Sakit karena 1 ibu letak lintang. Tujuan Penulisan ini agar penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S.SiT Semarang dan dapat menerapkan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney. Hasil asuhan pada kasus Ny. M setelah dilakukan pengkajian sampai evaluasi pada masa kehamilan, bersalin, nifas, neonatus dan KB diperoleh hasil bahwa asuhan pada Ny M dinyatakan berhasil karena tidak ditemukan komplikasi pada masa kehamilan dan nifas serta bayi lahir dengan berat 3100 gram, akan tetapi terdapat kesenjangan pada asuhan pada masa KB dimana seharusnya MAL dapat dilakukan selama 6 bulan namun ibu hanya melakukan selama 3 bulan dan dilanjutkan KB suntik. Kesimpulan : Pemberian asuhan berkelanjutan pada Ny M dinyatakan berhasil meskipun didalam KB terdapat kesenjangan yaitu dimana seharusnya MAL dapat dilakukan selama 6 bulan namun ibu hanya melakukan selama 3 bulan. Lahan praktik diharapkan tidak langsung meminta klien untuk miring kali jika baru memasuki kala II. Kata kunci : Asuhan Kebidanan Berkelanjutan iii ABSTRACT Misrotun, 2016; The Advanced Midwife Care on Mrs. M, 28 Years at Midwife Clinic Of Sri Pilih Retno. S.SiT, Semarang. Scientific Paper. Diploma III of Ngudi Waluyo Midwifery Academy. First Advisor: Widayati. S.SiT., M.Keb, Second advisor: Chichik Nirmasari, S.SiT., M.Kes. In 2015, the data of K1 and K4 at Midwife Clinic Of Sri Pilih Retno. S.SiT are 76 pregnant women while the birth are assisted this clinic was five cases. The number of contraception acceptors in October 220 people. In October 2015, it is obtained the updated data of new acceptors that is six women. Among these six women there are five women (83.3%) who receive the advanced midwifery care of ANC, INC, PNC, newborn and selecting contraception and a women (16,7%) has not got the care due to the delivery process was referred to the hospital because of lateral position. The objective of this paper is the writer is able to implement an advanced midwifery care on Mrs. M, 28 years, at midwife clinic of Sri Pilih Retno, S.SiT of Semarang and can implement midwifery care using the seven steps of Varney’s Obstetrical management. The result of the midwifery care on Mrs. M after being given assessment to evaluation during pregnancy, childbirth, post-partum, neonatal and contraception, the result obtained that the midwifery care on Mrs. M is declared successful because there is no complication during pregnancy and postpartum and infants born with 3100 gram in weight, but there is a discrepancy in selecting contraception in which the Lactational Amenorrhea Method (LAM) should be conducted for 6 month but the mother just did for 3 months and continued by contraceptive injection. It can be concluded that the provision of advanced midwifery care on Mrs. M is declared success fuleven though there is a discrepancy in contraception in which the lactational amenorrhea method can be conducted for 6 months but the mother just did for 3 months. The site of practice is expected to not ask the client to tilt several times when they are newly entering the second stage. Keywords: Advanced midwifery care. iv HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan dihadapan tim Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo, pada : Hari : Jumat Tanggal : 12 Agustus 2016 Ungaran, Agustus 2016 Pembimbing I Pembimbing II Widayati,S.SiT., M.Keb. Chichik Nirmasari, S.SiT., M.Kes NIDN. 0616088101 NIDN. 0627098004 v HALAMAN PENGESAHAN Study Kasus ini telah dipertahankan dan direvisi sesuai masukan tim penguji Study Kasus Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo pada: Hari: Jumat Tanggal: 12 Agustus 2016 Tim Penguji, Penguji I Penguji II Penguji III Ninik Christiani, S.SiT., Widayati, S.SiT., M.Keb. Chichik Nirmasari, S.SiT., M.Kes. NIDN. 0616088101 M.Kes. NIDN. 0607118001 NIDN. 0627098004 Mengetahui, Direktur AKBID Ngudi Waluyo Rini Susanti, S.SiT., M.Kes. NIDN. 0621098001 vi RIWAYAT HIDUP NAMA : Misrotun Tempat / Tanggal Lahir : Kab. Semarang 27 Januari 1995 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Dsn. Krajan I Rt 02 Rw 01 Desa Bener kecamatan Tengaran Riwayat Pendidikan 1. TK Taman Bermain Kalimantan Timur 2001 2. SD Negeri Kalimantan Timur LULUS Tahun 2006 3. SMP N 2 Tengaran LULUS Tahun 2009 4. SMA N 1 Tengaran LULUS Tahun 2012 5. Masih tercatat sebagai mahasiswa Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo sampai saat ini. vii MOTTO Kesalahan Akan Membuat Orang Belajar Dan Menjadi Lebih Baik. Tidak Ada Masalah Yang Tidak Bisa Diselesaikan Selama Ada Komitmen Bersama Untuk Menyelesaikan Berangkat Dengan Penuh Keyakinan, Berjalan Dengan Penuh Keikhlasan Istiqomah Dalam Menghadapi Cobaan. Kesuksesan Hanya Dapat Diraih Dengan Segala Upaya Dan Usaha Yang Disertai Dengan Doa, Karena Sesungguhnya Nasib Seseorang Manusia Tidak Akan Berubah Dengan Sendirinya Tanpa Berusaha. . . viii HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, saya persembahkan karya tulis ilmiah ini untuk : 1. Bapak dan ibuku tercinta, Bapak Saefudin dan ibu Ratmi Ningsih dan adik saya Dina Setyaningsih yang sangat saya sayangi. Terima kasih telah menjadi malaikat yang menopang hidupku, senantiasa menjadi sandaran keluh kesahku, terima kasih untuk Do’a, cinta, pengorbanan, materi, dukungan semangat dan kasih sayang yang tidak terhitung nilainya selama ini. 2. Sahabatku Luh Made Anggie Rahayu Ningsih, Nida Fajar Nilawati, yang senantiasa setiap saat memberikan dukungan dan semangat dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. 3. Teman-teman O lebar , tingkat III Anggie, Nida, Kadek, Asmaq, Gina, Ratih, Nyemas, Rini, Dianti, tingkat II Hayati, Heni, Indah, Tari, Laras yang selalu membuat suasana menyenangkan di dalam kamar. 4. Teman-teman Antiseptik dimana kita saling mendukung satu sama lain dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih. 5. Ibu Wida dan ibu Chichik , terima kasih atas bimbingannya dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, serta selaku ibu Ninik terima kasih atas pengarahan serta saran dan masukan yang telah diberikan untuk menyempurnakan penyusunan karya tulis ilmiah ini. ix KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan kebidanan berkelanjutan pada pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang “. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Lila Kusuma Rahayu, S.Si, Msi, Selaku Ketua Yayasan Ngudi Waluyo Ungaran. 2. Rini Susanti, S.SiT, M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. 3. Ninik Christiani, S.SiT., M.Kes, selaku penguji I yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah 4. Widayati,S.SiT., M.Keb., selaku pembimbing I yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Chichik Nirmasari, S.SiT, M.Kes., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Sri Pilih Retno S.SiT, selaku pembimbing lahan yang telah banyak memberikan bimbingan. 7. Seluruh staf dan dosen Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. 8. Orang tua dan adikku yang telah memberikan dorongan, semangat dan doa selama penulis menempuh pendidikan. x 9. Teman-teman seperjuangan di Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.yang selalu memberikan semangat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari kekurangan dan membutuhkan perbaikan. Penulis mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Ungaran, Agustus 2016 Penulis xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................ i ABSTRAK ......................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv KATA PENGANTAR ......................................................................... v DAFTAR ISI ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ ix BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 5 C. Ruang lingkup.................................................................. 5 D. Tujuan Study Kasus ........................................................ 5 E. Manfaat Study Kasus ...................................................... 6 F. Metode Penulisan dan Cara Memperoleh Data ............... 7 G. Sistematika Penulisan ..................................................... 10 BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori ....................................................... 12 B. Manajemen Kebidanan .................................................. 72 C. Pendokumentasian ......................................................... 74 D. Landasan Hukum yang mendasari praktik kebidanan ...... 74 BAB III : TINJAUAN KASUS A. Pengkajian ....................................................................... 90 B. SOAP .............................................................................. 102 BAB IV : PEMBAHASAN A. Kehamilan ....................................................................... xii 138 B. Persalinan ....................................................................... 144 C. Nifas ................................................................................ 154 D. Bayi Baru Lahir (BBL) ...................................................... 159 E. KB ................................................................................... 168 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................... 171 B. Saran ............................................................................... 173 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii DAFTAR SINGKATAN AIDS : Acquired Immunedeficiency Syndrome ANC : Ante Natal Care AKB : Angka Kematian Bayi AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit AKI : Angka Kematian Ibu APN : Asuhan Persalinan Normal ASI : Air Susu Ibu BAB : Buang Air BesarBAK : Buang Air Kecil BB : Berat Bayi BB : Berat Badan BBL : Baru Lahir DJJ : Denyut Jantung Janin DM : Diabetes Militus HIV : Human Immunedeficiency Verus HB : Hemoglobin HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir HPL : Hari Perkiraan Lahir IRT : Ibu Ruamah tangga KB : Keluarga Berencana KIA : Kesehatan Ibu Anak KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi KH : Kelahiran Hidup KMS : Kartu Menuju Sehat KU : Keadaan Umum LILA : Lingkar Lengan Atas N : Nadi PAP : Pintu Atas Panggul PB : Panjang Bayi PMS : Penyakit Menular Seksual PONED : Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal Dasar PONEK : Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal Komprehensif RR : Respiration Rate S : Suhu xiv SMU : Sekolah Menengah Umum TB : Tinggi Badan TBC : Tuberculosis TBJ : Taksiran Berat Janin TD : Tekanan Darah TFU : Tinggi Fundus Uteri TM : Trimester TT : Tetanus Toksoid TTV : Tanda-Tanda Vital UK : Usia Kehamilan WHO : World Health Organitation xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: SAP Persiapan Persalinan Tanda Tanda Persalinan Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Tanda Bahaya Nifas Asi Eksklusif Lampiran 2 Leaflet Keluarga Berencana Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Tanda Bahaya Nifas Asi Eksklusif Lampiran 3 : Surat penelitian Lampiran 4: FC Buku KIA Lampiran 5: Dokumentasi Lampiran 6: Persetujuan Responden Lampiran 7 : Surat Penyataan Bidan Lampiran 8 : Surat Pernyataan Pasien xvi DAFTAR ISTILAH Ante Natal Care : Pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatanmental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Hemoglobin : Molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru – paru menuju keseluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru – paru. Metode Amenorhea Laktasi : Alat kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) Nadi : Pembuluh darah berotot yang berfungsi membawa darah dari jantung dengan tujuan sebagai sistemik tubuh, kecuali apulmonalis yang membawa darah menuju paru untuk dibersihkan dan mengikat oksigen Respiratori Rate : Suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai dalam menghitung jumlah pernafasan satu menit. Suhu : Besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu yaitu thermometer. xvii Tinggi Fundus Uteri : Suatu kegiatanmengukur jarak antara fundus dan simfisi pubis menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalan kandungan Trimester : Preode tiga bulan dalam kehamilan Tetanus Toksoid : Suatu imunisasi untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan infeksi tetanus. Tanda – Tanda Vital : Pengukuran tanda-tanda funsi vital tubuh yang paling dasar seperti tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir pada tahun 2012 pemerintah mengadakan program kerjasama Kementrian Kesehatan RI dan USAID selama lima tahun (2012-2016) yang disebut EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) yaitu sebuah program EMAS mendukung pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, dalam berjejaring dengan Organisasi Masyarakat Sipil, fasilitas kesehatan publik dan swasta, asosiasi rumah sakit, organisasi profesi, dan sektor swasta, dan lain-lain. Program ini akan berkontribusi terhadap percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir sebesar 25% di Indonesia. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) AKI adalah 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup (Profil kesehatan Indonesia, 2014 ). Penyebab langsung kematian ibu tahun 2013 adalah pendarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 0%, abortus 0%, lain-lain 40,8%, penyebab kematian bayi 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Penyebab kematian bayi 7-28 hari yaitu sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan pneumonia (15,4%). Penyebab kematian bayi 29 hari-11 bulan yaitu Diare (31,4%), penumonia (23,8%) dan meningitis/ensefalitis (9,3%). Sedangkan (Profil Kesehatan Indonesia, 2014). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2013 sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 sebesar10,08/1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014). Data profil Kesehatan Kota Semarang berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2014 sebanyak 33 kasus dari 26.992 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 122,25 per 100.000 KH naik jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 29 kasus dari 26.547 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 109,2 per 100.000. Kematian ibu tertinggi adalah karena eklampsia (48,48%), Penyebab lainnya adalah karena perdarahan (24,24%), disebabkan karena penyakit sebesar 18,18%, Infeksi sebesar 3,03% dan lain-lain sebesar 6,06%, dengan kondisi saat meninggal paling banyak pada masa nifas yaitu 54,55% diikuti waktu bersalin (27,2%). Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, Tahun 2014, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 253 dari 26.992 kelahiran hidup, sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,37 per 1.000 KH. Berdasarkan pencapaian tersebut maka terdapat penurunan dari tahun sebelumnya. Jumlah kematian bayi di Kota Semarang terjadi penurunan sejak tahun 2011 sampai 2013 yaitu berturut turut 314 kasus kematian bayi pada tahun 2011, 293 kasus kematian bayi pada tahun 2012, 251 kasus kematian bayi pada tahun 2013. Jika dibandingkan dengan target MDGs dimana tahun 2015 target AKB sebesar 23 per 1.000 KH, maka AKB Kota Semarang telah dibawah target. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2014 adalah 28.215 (97,2%) tidak mengalami perubahan berarti dibanding dengan tahun 2013 adalah 27.910 bumil (97,2%). Faktor pendukung dalam hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yang ada dan adanya dukungan peningkatan kualitas pelayanan ANC oleh petugas puskesmas. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang pada tahun 2014 adalah 27.117 (97,9%) dari 27.706 ibu bersalin. Hal ini berarti sedikit menurun jika dibanding dengan tahun 2013 sejumlah 26.949 (98,3%) dari 27.406 total persalinan. Meskipun ada penurunan dibanding tahun sebelumnya namun cakupan tersebut sudah melampaui target SPM tahun 2015 (90%) dan target tahun 2014 (90%) sedangkan untuk angka cakupan peserta KB aktif pada tahun 2014 sebesar 76,67% meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2013 sebesar 76,46%, tahun 2012 sebesar 75,03 % dan tahun 2011 sbesar 76,02%, meski pada tahun 2012 terjadi penurunan namun masih di atas target SPM yaitu 70%. Pelayanan yang diberikan bidan diantaranya pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Pelayanan kehamilan dimulai sejak wanita hamil karena kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu pelayanan kehamilan merupakan cara penting untuk memonitor kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Prawirohardjo, 2009). Pelayanan yang diberikan saat persalinan bertujuan untuk memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Sedangkan pada masa nifas pemantauan dimulai dari persalinan sampai 40 hari, dimana pada masa nifas sering terjadi berbagai masalah seperti infeksi, perdarahan, bendungan payudara dan sebagainya (Marmi, 2012). Pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan, pengawasan masa nifas dan bayi baru lahir sangatlah penting sebagai salah satu upaya menurunkan AKI dan AKB di Indonesia khususnya di wilayah Kota Semarang. Studi pendahuluan di BPM Hj. Sri Pilih Retno, S.SiT Kota Semarang pada bulan Oktober tahun 2015 didapatkan data K1 dan K4 yaitu 76 ibu hamil sedangkan persalinan yang ditolong di BPM ini sebanyak 5 orang. Jumlah KB dalam bulan oktober sebanyak 220 orang. Pada bulan Oktober tahun 2015 didapatkan data pasien KB baru sebanyak 6 orang. Pasien KB baru tersebut yang melakukan asuhan berkelanjutan dari ANC,INC,PNC,BBL dan KB sebanyak 5 (83,3%) ibu dan 1 (16,7%) orang tidak berkelanjutan karena saat persalinan di rujuk ke Rumah Sakit karena 1 ibu letak lintang. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah pada karya tulis ilmiah sebagai berikut “Bagaimana asuhan kebidanan berkelanjutan yang sesuai pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang?” C. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup asuhan kebidanan komprehensif ini dimulai dari kehamilan trimester III, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan KB, metoda varney 7 langkah pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S.SiT Kota Semarang dari tanggal 28 Oktober 2015 sampai selesai. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penulis mampu menerapkan asuhan kebidanan berkelanjutan pada pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang sesuai dengan standar asuhan dengan menggunakan pendokumentasian SOAP dengan pendekatan manajemen kebidanan. 2. Tujuan khusus a. Menganalisa dan melakukan manajemen kebidanan pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang saat hamil TM III. b. Menganalisa dan melakukan manajemen kebidanan pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang saat inpartu. c. Menganalisa dan melakukan manajemen kebidanan pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang pada bayi baru lahir. d. Menganalisa dan melakukan manajemen kebidanan pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang saat nifas. e. Menganalisa dan melakukan manajemen kebidanan pada Ny. M umur 28 tahun di BPM Sri Pilih Retno S. SiT. Kota Semarang saat KB. E. Manfaat 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang Proposal ini dapat dijadikan dijadikan sebagai masukan dalam memberikan informasi dan mengambil kebijakan mengenai asuhan kebidanan komprehensif untuk menurunkan AKI dan AKB. 2. Bagi Institusi Pendidikan Proposal ini dapat menambah bahan referensi di perpustakaan dan menambah masukan untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam menerapkan Asuhan Kebidanan. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Proposal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif. 4. Bagi Masyarakat Memberikan informasi pada masyarakat tentang pentingnya asuhan kebidanan komprehensif atau berkelanjutan. 5. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan, serta sebagai bahan evaluasi dalam menilai kemampuan menyiapkan kebidanan secara langsung. materi untuk persiapan praktik F. Metode Penulisan dan Cara Memperoleh Data Secara garis besar pengumpulan data yang akan digunakan untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah Asuhan Kebidanan meliputi : 1. Wawancara Suatu teknik pengumpulan data dengan melaksanakan komunikasi dengan pasien dan atau keluarga untuk dapat mengetahui keluhan atau masalah pasien. Peneliti menanyakan biodata pasien, alasan masuk dan keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, kontrasepsi, riwayat kehamilan sekarang, keluhan yang dirasakan ibu, obat yang dikonsumsi, imunisasi, riwayat kesehatan ibu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit jiwa. riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial, riwayat perkawinan, keadaan ekonomi, kebiasaan seharihari, untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari ibu, persiapan kegawatdaruratan. 2. Observasi Mengamati secara langsung keadaan umum pasien dan perubahanperubahan yang terjadi pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Seperti kesadaran ibu, berat bada sebelum hamil, berat badan sekarang, untuk mengetahui apakah ibu mengalami obesitas atau kekurangan gizi,tinggi badan, danlingkar lengan atas (LILA), tanda-tanda vital (TTV). 3. Pemeriksaan Fisik Adalah penyusun memeriksa untuk mengumpulkan keadaan fisik klien baik yang normal maupun yang menunjukkan kelainan. Pemeriksaan fisik pada kunjungan awal pranatal difokuskan untuk mengidentifikasi kelainan yang sering mengkontribusi morbiditas dan mortalitas dan untuk mengidentifikasi gambaran tubuh yang menunjukkan gangguan genetik Teknik pengkajian fisik menurut Prihardjo (2006) meliputi : a. Inspeksi Inspeksi adalah merupakan proses observasi dengan menggunakan mata untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik saat pertama kali bertemu pasien dan mengamati secara cermat tingkah laku dan keadaan tubuh pasien. Peneliti melakukan pemeriksaan inspeksi secara head to toe dari kepala ke kaki pasien. b. Palpasi Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini biasannya dilakukan terakhir setelah inspeksi, auskultasi dan perkusi. Palpasi hanya menyentuh bagian tubuh yang akan diperiksa dan dilakukan secara terorganisasi dari suatu bagian kebagian yang lain. Peneliti melakukan pada muka, kelenjar limfe dan tiroid, mamae, abdomen, vulva/vagina ekstremitas c. Perkusi Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk dengan tujuan menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara measakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adannya gerakan yang diberikan kebawah jaringan, perkusi dilakukan pada litut untuk menilai refleks patella kiri dan kanan. d. Auskultasi Merupakan metode pengkajian yang menggnakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran misalnya mendengarkan bunyi jantung, paru-paru, bagian usus, dan mengukur tekanan darah. Auskultasi dilakukan peneliti pada abdomen untuk mengetahui Detak Jantung Janin (DJJ). e. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa seperti pemeriksaan hemoglobin, protein urine dan urine reduksi. f. Studi Dokumentasi Penulis mempelajari catatan-catatan resmi/rekam medik pasien. g. Studi Pustaka Diambil dari buku-buku literature guna memperkaya khasanah ilmiah yang mendukung pelaksanaan studi kasus. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari laporan komprehensif ini terdiri dari 5 bab yaitu : BAB I PENDAHULUAN : Berisi Latar Masalah, Belakang, Ruang Rumusan Lingkup, Tujuan, Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI : Berisi teori yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas bayi bari lahir, KB dan tinjauan teori manajemen asuhan kebidanan menurut Helen Varney . BAB BAB KASUS III TINJAUAN : Berisi tentang manajemen asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, dan bayi baru lahir dan KB. BAB IV : Pembahasan berisi tentang pembahasan dari kesenjangan antara teori yang ada dengan praktek yang ada dilapangan, sehingga masalah yang perlu diatasi. muncul BAB V : Penutup Menguraikan saran. BAB DAFTAR PUSTAKA BAB LAMPIRAN kesimpulan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA H. Konsep Dasar Teori 1. Konsep Dasar Kehamilan a. Definisi Kehamilan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohadjo, 2010). Penghamilan (fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antar sel mani dan sel telur (Kusmiyati, 2009). Ditinjau dari usia kehamilan, kehamilan di bagi dalam 3 trimester yaitu trimester I dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu), trimester II dari bulan keempat sampai keenam (13-28 minggu), trimester III dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (29-42 minggu) (Rukiyah, 2009). b. Perubahan Fisiologis Kehamilan Pada Trimester III Menurut Varney (2006), menyatakan bahwa banyak perubahan fisiologis yang terjadi akibat kehamilan diantaranya : 1) Perubahan Anatomik Uterus Pembesaran uterus dalam kehamilan turut menyebabkan munculnya 2 tanda kehamilan pada ibu yaitu kontraksi braxton his dan pembesaran abdomen. Braxton his yaitu peregangan sel-sel otot uterus. Kontraksi ini dimulai pada minggu ke-6 kehamilan dan semakin jelas terasa pada minggu ke-28 kehamilan terutama pada wanita langsing. Umumnya akan menghilang bila melakukan latihan fisik atau berjalan. Menurut Kusmiyati (2009), menyatakan bahwa ukuran pembesaran uterus yang terjadi selama trimester III yaitu : a) 28 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara tiga jari diatas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus xifoideus (25 cm). b) 32 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara ½ jarak pusat dan prosesus xifoideus (27cm). c) 36 minggu : fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosesus xifoideus (30 cm). d) 40 minggu : fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah prosesus xifoedeus (33 cm). 2) Perubahan Kardiovaskular Volume darah total ibu meningkat 30-50% pada kehamilan. Peningkatan ini dimulai pada awal trimester I yang kemudian meningkat pesat hingga pertengahan kehamilan dan kemudian melambat hingga menjelang minggu ke-32. Hal ini memudahkan sistem kardiovaskular pada ibu memenuhi kebutuhan janin. Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen, progesteron dan prostaglandin, dan perubahan ini akan kembali normal setelah kehamilan berakhir. 3) Perubahan pada Ginjal Keadaan hamil sering terjadi hidroureter dan hidronefrosis yang diakibatkan oleh mulai keluarnya uterus dari panggul dan masuk ke dalam abdomen sehingga menekan uretra, serta peningkatan ukuran ginjal dan pelebaran ureter. 4) Perubahan pada Paru Perubahan pada paru ini disebabkan oleh pengaruh hormonal dan mekanis. Perubahan mekanis meliputi perubahan dari besar diafragma dan lingkar thoraks yang disebabkan oleh tekanan ke atas akibat pembesaran uterus. Sedangkan perubahan hormon meliputi efek estrogen dan progesteron yang menyebabkan perubahan relaksasi otot polos pada paru. Efek sampingnya adalah volume pernapasan per menit dan peningkatan ambilan oksigen per menit mengalami penurunan atau sering disebut dispnea fisiologis dalam kehamilan. 5) Perubahan pada Pencernaan Perubahan pada saluran cerna ini berada di bawah pengaruh hormon dan mekanis. Hormon estrogen menyebabkan aliran darah ke mulut sehingga gusi menjadi rapuh dan dapat menimbulkan gingivitis. Sedangkan hormon progesteron menyebabkan melambatnya proses absorpsi nutrient dan mineral pada usus halus dan konstipasi. c. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III Menurut Jannah (2012), menyatakan bahwa selama kehamilan kebanyakan ibu mengalami perubahan psikologis. Pada Trimester III, perubahan psikologis yang biasanya terjadi yaitu mulai timbul lagi rasa tidak nyaman akibat kehamilan dimana ibu merasa dirinya aneh dan jelek, serta gangguan body image. Ibu pun akan khawatir bayinya lahir sewaktu-waktu sehingga ibu akan lebih meningkatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala persalinan serta ketidaknormalan bayinya. Sedangkan menurut Rukiyah (2009), pada trimester ini ibu mulai menanti kehadiran sang bayi dan timbul rasa was-was mengingat bayinya dapat lahir kapanpun sehingga membuat ibu berjaga-jaga dan memperhatikan serta menunggu tanda dan gejala persalinan muncul. d. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Pada Trimester III Kebutuhan dasar ibu hamil dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1) Menurut Kusmiyati (2009), menyatakan bahwa kebutuhan fisik ibu hamil meliputi : a) Oksigen Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia termasuk ibu hamil. Posisi miring kiri dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterus dan oksigenasi fetoplasenta dengan mengurangi tekanan pada vena asenden. b) Nutrisi Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari. Ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang yaitu karbohidrat, protein, mineral, zat besi, dan vitamin. c) Personal hygiene Ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat sehingga ibu harus menjaga kebersihan diri dengan cara mandi 2 kali sehari dan sering mengganti pakaian dalam agar tidak lembab. d) Pakaian selama kehamilan Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai serta bahan yang mudah menyerap keringat. Hal yg harus diperhatikan yaitu sabuk dan stoking yang terlalu ketat karena akan mengganggu aliran balik, sepatu dengan hak tinggi akan menambah lordosis sehingga sakit pinggang akan bertambah. e) Eliminasi Dianjurkan minum 8-12 gelas cairan setiap hari. Ibu harus cukup minum agar produksi air kemihnya cukup dan jangan sengaja mengurangi minum untuk menjarangkan berkemih. f) Seksual Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak dibenarkan bila : (1) Terdapat perdarahan pervaginam. (2) Riwayat partus prematurus. (3) Ketuban pecah. (4) Serviks telah membuka. g) Mobilisasi Ibu hamil boleh melakukan kegiatan biasa selama tidak terlalu melelahkan. Semua pekerjaan harus sesuai dengan kemampuan wanita tersebut dan mempunyai cukup waktu untuk istirahat. h) Senam Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan berjalanjalan di pagi hari, renang, olagraga ringan dan senam hamil. Senam hamil dapat dimulai pada umur kehamilan 22 minggu. Senam bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam persalinan normal serta mengimbangi perubahan titik berat tubuh. i) Pola istirahat Wanita dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Ibu dianjurkan tidur pada malam hari selama ± 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang hari selama 1 jam. 2) Kebutuhan Psikologis Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa trimester III sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Dalam kehamilan trimester III ini, keluarga dan suami dapat memberikan dukungan pada ibu dalam mematangkan persiapan persalinan dengan tetap mewaspadai komplikasi yang mungkin terjadi. Sedangkan sebagai tenaga kesehatan, dapat memberikan dukungan dengan memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan oleh ibu adalah normal. e. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester III Tidak semua wanita mengalami semua ketidaknyamanan yang umum muncul selama kehamilan, tetapi banyak wanita mengalaminya dalam tingkat ringan hingga berat. Menurut Kusmiyati (2009), ketidaknyamanan kehamilan trimester III diantaranya: 1) Keputihan Hal ini dikarenakan hiperplasia mukosa vagina akibat peningkatan hormon estrogen. Cara meringankan / mencegahnya yaitu meningkatkan personal hygiene, memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun dan menghindari pencucian vagina. 2) Nocturia (sering buang air kecil) Hal ini diakibatkan tekanan uterus pada kandung kemih serta ekresi sodium yang meningkat bersamaan dengan terjadinya pengeluaran air. Cara meringankan/mencegahnya yaitu dengan memberikan konseling pada ibu, perbanyak minum pada siang hari namun jangan mengurangi minum pada malam hari serta batasi minum bahan diuretika alamiah seperti kopi, teh dan cola dengan caffein. 3) Striae gravidarum Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon atau gabungan antara perubahan hormon dan peregangan. Cara menguranginya yaitu dengan mengenakan pakaian yang menopang payudara dan abdomen. 4) Haemoroid Hal ini disebabkan konstipasi dan tekanan yang meningkat dari uterus gravid terhadap vena hemoroida. Cara mencegah/meringankan yaitu dengan hindari konstipasi dengan makan makanan berserat. 5) Konstipasi Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron sehingga peristaltik usus jadi lambat, penurunan motilitas akibat dari relaksasi otot-otot halus dan penyerapan air dari kolon meningkat. Cara mencegah/meringankan yaitu dengan meningkatkan intake cairan, membiasakan BAB secara teratur dan segera setelah ada dorongan. 6) Sesak nafas Hal ini disebabkan oleh uterus yang membesar dan menekan diafragma. Cara mencegah/meringankan yaitu dengan konseling pada ibu tentang penyebabnya, makan tidak terlalu banyak, tidur dengan bantal ditinggikan dan latihan nafas melalui senam hamil. 7) Nyeri ligamentum rotundum Hal ini disebabkan oleh hipertropi dan peregangan ligamentum selama kehamilan serta tekanan dari uterus pada ligamentum. Cara mencegah/meringankan yaitu dengan mandi air hangat, tekuk lutut ke arah abdomen serta topang uterus dan lutut dengan bantalan pada saat berbaring. 8) Pusing Hal ini disebabkan oleh hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan-perubahan hemodinamis. Cara mengurangi atau mencegah yaitu menghindari berdiri terlalu lama, hindari berbaring dengan posisi telentang dan bangun secara perlahan dari posisi istirahat. 9) Varices kaki/vulva Hal ini disebabkan oleh kongesti vena dalam bagian bawah yang meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari uterus. Cara mengurangi/mencegahnya yaitu hindari berdiri/duduk terlalu lama, senam, hindari pakaian dan korset yang ketat serta tinggikan kaki saat berbaring/duduk. f. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III Pada setiap kunjungan antenatal, bidan harus mengajarkan pada ibu bagaimana mengenal tanda-tanda bahaya dan menganjurkan untuk datang ke klinik dengan segera jika mengalamai tanda bahaya tersebut. Menurut Kusmiyati (2009), menyatakan bahwa tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut diantaranya : 1) Perdarahan pervaginam Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadangkadang tidak selalu disertai dengan nyeri. Perdarahan ini bisa disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta dan gangguan pembekuan darah. 2) Sakit kepala yang hebat dan Perubahan visual secara tiba-tiba Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang menetap, tidak hilang dengan beristirahat dan biasanya disertai dengan penglihatan kabur. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia. 3) Nyeri abdomen yang hebat Nyeri perut yang mungkin menunjukan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. 4) Bengkak pada muka dan tangan Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsia. 5) Pergerakan bayi berkurang Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6 tapi beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. 6) Keluar cairan pervaginam Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III bisa mengindikasikan ketuban pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. g. Antenatal Care 1) Pengertian Antenatal Care Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah (Rukiyah, 2009). 2) Tujuan Antenatal Care Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa tujuan antenatal care yaitu: a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang ibu dan bayi. b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi. c) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif. f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. 3) Kebijakan Program Program kebijakan kunjungan bagi kehamilan normal, sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Namun apabila kehamilan termasuk kedalam kehamilan resiko tinggi, maka jadwal kunjungan harus lebih rutin untuk mendapatkan perhatian yang lebih ketat. Kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Kunjungan antenatal minimal dilakukan satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada trimester III (Prawirohardjo, 2010). 4) Standar Pelayanan Asuhan Minimal Antenatal Menurut KemenKes (2012), menyatakan bahwa dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari Pelayanan Asuhan Standar “14T” a) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan Keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelm hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 913,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul. b) Ukur Tekanan Darah Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsi. c) Ukur Tinggi Fundus Uteri Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT. Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Usia Kehamilan sesuaiJarak dari simfisis minggu 22 – 28 Minggu 24-25 cm 28 Minggu 26,7 cm 30 Minggu 29,5 – 30 cm 32 Minggu 31 cm 34 Minggu 32 cm 36 Minggu 33 cm 40 Minggu 37,7 cm d) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan e) Pemberian Imunisasi TT Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan dilakukan pada minggu ke-4. Tabel 2.2 Imunisasi Tetanus Toksoid Imunis SelangWaktu asi minimal TT pemberian Lama Perlindungan Imunisasi TT TT1 - Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit Tetanus TT2 1 bulan setelah TT1 3 Tahun TT3 6 bulan setelah TT2 6 Tahun TT4 12 Bulan setelah TT3 10 Tahun TT5 12 Bulan setelah TT4 ≥25 Tahun f) Pemeriksaan HB Pemeriksaan HB pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih. g) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) Pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali di ambil spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan. h) Pemeriksaan Protein urine Pemeriksaan protein urine dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala Preeklampsi. i) Pemeriksaan Urine Reduksi Bumil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG j) Perawatan Payudara Senam payudara atau perawatan payudara untuk Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu k) Senam Hamil l) Pemberian Obat Malaria Diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif. m) Pemberian Kapsul Minyak Yodium Diberikanpada kasus gangguan Akibat kekurangan yodium didaerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap perkembangan n) Temu wicara / Konseling Temu wicara dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di daerah tinggi terinfeksi HIV, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI ekslusif, KB pascasalin, imunisasi dan brain booster. 5) Kebijakan Teknis Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Rukiyah, 2009). Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut: a) Mengupayakan kehamilan yang sehat. b) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan. c) Persiapan persalinan yang bersih dan aman. d) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. 6) Asuhan Kunjungan Kehamilan a) Asuhan Kunjungan Awal Kunjungan awal adalah kunjungan antenatal yang pertama kali dilakukan oleh ibu hamil. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi mengenai ibu hamil yang dapat membantu bidan dalam membina hubungan yang baik dan rasa saling percaya antara ibu dan bidan, mendeteksi komplikasi serta merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu (Jannah, 2012). Menurut Jannah (2012), menyatakan bahwa tahapan pemeriksaan pada kunjungan ini yaitu : (1) Anamnesa Isi riwayat pada kunjungan awal yaitu informasi biodata, keluhan utama, riwayat reproduksi meliputi siklus haid dan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), usia kehamilan dan taksiran persalinan (menggunakan rumus naegele), riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat kehamilan sekarang meliputi tanda-tanda kehamilan dan pergerakan janin, keluhan yang dirasakan, riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu, data psikososial dan pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari. (2) Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium Tujuan mendeteksi dari pemeriksaan ini komplikasi-komplikasi adalah untuk kehamilan. Pemeriksaan fisik ini meliputi tinggi badan, berat badan, Tanda-Tanda Vital (TTV), head to toe, pemeriksaan obstetrik meliputi palpasi leopold. Sedangkan tes laboratorium meliputi tes haemoglobin, protein urin, glukosa urin serta golongan darah. Tes ini dapat dipakai untuk menilai adanya masalah pada ibu hamil dan jika ditangani akan mencegah kesakitan dan kematian pada ibu dan anak. b) Asuhan Kunjungan Ulang Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan yang dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan (Jannah, 2012). Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesahatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar antenatal selama 1 periode kehamilan berlangsung (Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu dan Anak). Tujuan kunjungan mempersiapkan ini adalah kelahiran pendeteksian dan komplikasi, kegawatdaruratan serta pemeriksaan fisik terfokus (Jannah, 2012). Menurut Jannah (2012), menyatakan bahwa tahapan pemeriksaan pada kunjungan ini yaitu : (1) Anamnesa Pada kunjungan ulang, anamnesa difokuskan pada penemuan masalah yang terjadi serta aspek-aspek yang menonjol pada wanita hamil, mengevaluasi keefektifan asuhan, mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi yang ibu alami dan pergerakan janin selama 24 jam terakhir (usia kehamilan ± 20 minggu). (2) Pemeriksaa Fisik dan Laboratorium Pada kunjungan ulang, pemeriksaan fisik hanya sebatas memeriksa TTV dan pemeriksaan Leopold. Sedangkan tes laboratorium yang perlu diperiksa tergantung dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik jika ibu mempunyai salah satu tanda bahaya pada kehamilan, misalnya preeklampsia berat, anemia dan penyakit diabetes mellitus. 2. Persalinan a. Definisi Persalinan Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sumarah, 2009). Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2007). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada servix (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK-KR, 2008). b. Sebab-Sebab yang Menimbulkan Persalinan Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa ada beberapa teori yang menyatakan sebab-sebab yang menimbulkan persalinan yaitu : 1) Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. 2) Teori penurunan progesteron Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. 3) Teori oksitosin internal Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi braxton his. 4) Teori prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostagalandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. 5) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. 6) Teori berkurangnya nutrisi Berkurangnya nitrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. 7) Faktor lain Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhause yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan. c. Tanda dan Gejala Persalinan Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa tanda-tanda persalinan sudah dekat yaitu terjadinya his permulaan (Braxton Hicks) sehingga pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala janin sudah masuk pintu atas panggul (PAP). Gambaran ini sangat jelas pada ibu primigravida sedangkan pada multigravida kurang jelas karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan. Menurut Varney (2007), menyatakan bahwa tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain perasaan distensi abdomen berkurang (lightening), perubahan serviks, ketubah pecah dini, bloody show, lonjakan energy dan gangguan pada saluran cerna. Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa tanda dan gejala persalinan yaitu : 1) Penipisan dan pembukaan serviks. 2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2x dalam 10 menit). 3) Keluar cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain : 1) Passage (Jalan Lahir) Passage ini terdiri dari jalan lahir keras yaitu panggul dan jalan lahir lunak yaitu segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina dan vulva, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul. 2) Passanger (Janin dan Plasenta) Passanger ini terdiri janin dan plasenta. Beberapa faktor yang harus diperhatikan pada janin yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. 3) Power (Kekuatan) Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. 4) Psikiologis Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non farmakologi dan yang paling penting berada di sisi ibu adalah bentuk dukungan psikologis. 5) Posisi Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Ada beberapa jenis posisi yang dapat digunakan dalam proses persalinan diantaranya posisi berdiri, duduk, setengah duduk, jongkok, merangkak dan berbaring miring ke kiri. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala II karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi uteroplasenter tetap baik. e. Tahapan Persalinan 1) Kala I (Kala Pembukaan) Kala I persalinan dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Oleh karena itu kala I disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks (Prawirohardjo, 2010). Persalian kala I adalah kala pembukaan servik yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan sepuluh/lengkap. Proses ini dapat berlangsung ± 18-24 jam (Sumarah, 2009). Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa kala I ini dibagi menjadi 2 fase yaitu : a) Fase Laten Fase laten ini dimulai dari pembukaan servix sampai 3 cm dan biasanya berlangsung ± 8 jam. Pada fase ini his pembukaan berlangsung tidak terlalu kuat sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan (Sumarah, 2009). b) Fase aktif Fase ini dimulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm. Pada fase ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap dan biasanya disertai dengan penurunan bagian terbawah janin (JNPK-RI, 2008). Dalam fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu fase akselerasi dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal dimana dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm dan fase deselerasi dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm (Sumarah, 2009). Berdasarkan kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm per jam sedangkan pada multigravida 2 cm per jam (Prawirohardjo, 2010). Kebutuhan ibu pada kala I meliputi pemantauan kemajuan persalinan, dukungan persalinan, pengurangan rasa sakit, persiapan persalinan, pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi ibu dan deteksi dini komplikasi pada kala I (Sumarah, 2009). Asuhan sayang ibu antara lain memberi dukungan emosional, mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup asupan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk kekamar kecil, penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai (JNPK-KR, 2008). 2) Kala II (Kala Pengeluaran janin) Kala II di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2008). Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa tanda dan gejala kala II persalinan adalah a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vagina. c) Perineum menonjol. d) Vulva, vagina dan sfingter ani membuka. e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Adapun tanda pasti kala II yaitu pembukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (JNPK-KR,2008). Proses kala II berlangsung ± 2 jam pada primigravida dan ± 1 jam pada multigravida (Sumarah, 2009). Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa kebutuhan ibu pada kala II meliputi kehadiran pendamping saat persalinan, pengurangan rasa nyeri dan deteksi komplikasi pada kala II. Sedangkan menurut Varney (2006), pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara mendukung persalinan, mengatur posisi, relaksasi, latihan nafas, istirahat, menjaga privasi, memberikan KIE tentang proses/kemajuan persalinan, prosedur pertolongan persalinan dan asuhan tubuh. 3) Kala III Kala III dimulai setelah lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Sumarah, 2009). Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu : a) Adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan). b) Tali pusat memanjang Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld). c) Semburan darah mendadak dan singkat Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasenta pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungannya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa manajemen aktif kala tiga terdiri dari 3 langkah utama yaitu pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri. Hal ini berguna untuk mempersingkat kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah dan kejadian retensio uteri. Pemantauan kala III meliputi penilaian jumlah perdarahan, kontraksi uterus, TTV dan personal hygiene. Sedangkan kebutuhan ibu pada kala III yaitu ketertarikan ibu pada bayinya, perhatian pada dirinya dan keadaan plasenta. 4) Kala IV Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya (Sumarah, 2009). Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa asuhan yang harus dilakukan setelah plasenta lahir yaitu : a) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan. c) Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan. d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum. e) Evaluasi keadaan umum ibu. f) Dokumentasi semua semua asuhan selama persalinan kala IV dibagian belakang partograf, segera setelah asuhan dan penilaian dilakukan. Menurut JNPK-KR (2008), asuhan dan pemantauan kala IV dilakukan selama 2 jam sejak plasenta lahir. Asuhan dan pemantauan ini meliputi : a) Memperkirakan kehilangan darah Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah yaitu melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Jika perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing, kesadaran menurun serta TD sistolik turun > 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan > 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500ml) b) Memeriksa perdarahan dari perineum Perhatiakan dan temukan penyebab dari laserasi/robekan perineum dan vagina. Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa laserasi diklarifikasikan menjadi 4 derajat yaitu : (1) Derajat I: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior dan kulit perineum. Pada derajat ini tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan. (2) Derajat II: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat ini perlu dilakukan penjahitan. (3) Derajat III: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter ani. Pada derajat ini perlu dilakukan penjahitan. (4) Derajat IV: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani dan dinding depan rektum. Pada derajat ini perlu dilakukan penjahitan. Tujuan penjahitan yaitu untuk menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Penjahitan ini dapat digunakan teknik penjahitan jelujur. Adapun keuntungannya yaitu mudah dipelajari, tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan serta menggunakan lebih sedikit jahitan. Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa hal yang perlu diingat dalam melakukan penjahitan diantaranya : (1) Tidak usah menjahit laserasi derajat I yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik. (2) Gunakan sedikit mungkin jahitan untuk mendekatkan jaringan dan memastikan hemostasis. (3) Selalu gunakan teknik aseptik. (4) Menggunakan anastesi lokal untuk asuhan sayang ibu. Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang diberikan menurut JNPK-KR (2008), diantaranya: (1) Menjaga perineum ibu selalu kering dan bersih. (2) Hindari penggunaan obat-obat tradisional pada perineumnya. (3) Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 kali perhari. (4) Kembali dalam 1 minggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam, mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya/jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri c) Pencegahan infeksi Setelah persalinan, dekontaminasi semua yang digunakan selama proses persalinan baik alat maupun tempat. d) Pemantauan keadaan umum ibu Pemantauan keadaan umum ibu pada kala IV dilakukan selama 2 jam pertama persalinan. Pemantauan dilakukan setiap 15 menit pada jam I dan setiap 30 menit pada jam II. Hal-hal yang dipantau meliputi Tekanan Darah (TD), Nadi (N), Suhu (S), Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi, jumlah urin dan jumlah darah keluar. Hasil pemantauan ini dapat dicatat dilembar belakang patograf. f. Patograf Patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR, 2008). Patograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan kala I (Sumarah, 2009). Menurut JNPK-KR (2008), tujuan utama dari penggunaan patograf adalah untuk : 1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam. 2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama. 3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, bayi, grafik medikamentosa kemajuan yang proses persalinan, diberikan, pemeriksaan bahan dan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan/tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status/rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir. Menurut JNPK-KR (2008), menyatakan bahwa menyatakan bahwa komponen-komponen dalam patograf meliputi : 1) Kemajuan Persalinan a) Pembukaan Serviks (1) Fase laten dari pembukaan 0-3 cm diikuti dengan penipisan bertahap dari serviks (tidak lebih dari 8 jam). (2) Fase aktif dari pembukaan 4-10 cm dengan kecepatan sekurang-kurangnya 1 cm 1 jam. (3) Dinilai setiap 4 jam dan diberikan tanda (x). (4) Pemeriksaan turun kepala janin membantu menentukan kemajuan persalinan. (5) Pemeriksaan turun kepala janin dilakukan dengan periksa dalam dan catat dengan tanda (o) atau paruh kepala atas berada dibawah symphisis pubis. b) His His diamati menurut frekuensi, lamanya, kekuatan dan relaksasi. (1) His dinilai berapa kali dalam 10 menit dan dicatat setiap setengah jam (2) Ada 3 cara mengarsir lama HIS yaitu (a) < 20 detik (berupa titik-titik) (b) 20-40detik (garis miring/arsiran) (c) >40 detik (dihitamkan penuh) (3) Catatan HIS dibuat pada waktu yang tepat pada partograf 2) Keadaan Janin a) Denyut Jantung (1) Catat setiap 30 menit sekali dan satu kotak menggambarkan 30 menit. (2) Dengarkan denyut jantung janin segera setelah puncak HIS dilalui dengan ibu dalam posisi miring kalau mungkin. (3) Denyut jantung janin normal berkisar antara 100-180 x/menit. (4) Dengarkan denyut jantung janin selama 1 menit. b) Selaput dan air ketuban Catat warna air ketuban setiap melakukan periksa dalam. Kriteria pencatatan selaput dan air ketuban meliputi : U : Selaput utuh J : Selaput pecah air ketuban jernih M : Air ketuban bercampur mekonium D : Air ketuban bernoda darah K : Tidak ada cairan ketuban / kering c) Moulage tulang kepala janin Merupakan petunjuk penting adanya disporposi kepala janin dan panggul ibu. Catat setiap melakukan periksa dalam. Kriteria dalam pencatatan moulage tulang kepala janin meliputi: 0 = Sutura terpisah 1 = Sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) 2 = Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki 3 = Sutura tumpang tindih hebat 3) Keadaan Ibu a) Nadi, tekanan darah dan suhu (1) Nadi : dicatat setiap 30-60 menit dan ditandai dengan sebuah titik besar (●). (2) Tekanan darah : dicatat setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah ( ↕ ). (3) Suhu dicatat setiap 2 jam. b) Urine : volume, protein dan aseton. (1) Catat setiap ibu berkemih (2) Adakah protein atau aseton dalam urin. c) Obat yang diberikan. d) Pemberian oxytosin. Jika memakai oxytosin, catatlah banyaknya oxytosin per volume cairan infus dan dalam tetesan permenit. Sedangkan pada bagian belakang patograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Catatan persalinan ini terdiri dari data/informasi umum, kala I, kala II, kala III, bayi baru lahir dan kala IV. 3. Nifas a. Definisi Nifas Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009). Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007). Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu (Prawirohardjo, 2010). Secara garis besar, terdapat 3 proses penting di masa nifas yaitu involusi atau pengecilan rahim, kekentalan darah kembali normal dan proses laktasi atau menyusui (Saleha, 2009). b. Tahapan Masa Nifas Adapun tahapan-tahapan masa nifas menurut Saleha (2009) yaitu: 1) Periode Immediate Postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu. 2) Periode Early Postpartum Masa setelah 24 jam sampai 1 minggu. Bidan harus memastikan involusi berjalan normal, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta dapat menyusui dengan baik. 3) Periode Late Postpartum Masa setelah 1 minggu sampai 5 minggu. Pada masa ini, bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsurangsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi. Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi antara lain : 1) Uterus Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Segera setelah plasenta lahir, uterus berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut sehingga dalam 2 minggu telah turun masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak dapat di raba lagi dari luar. 2) Lochea Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu : a) Lochea Rubra Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan meconium selama 2 hari pasca persalinan. Inilah lochea yang akan keluar selama 2-3 hari postpartum. b) Lochea Sanguilenta Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan. c) Lochea Serosa Lochea ini berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning yang keluar pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Lochea ini mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit. d) Lochae Alba Lochea ini berwarna putih yang keluar dari hari ke 14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. 3) Endometrium Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta. 4) Serviks Segera setelah melahirkan, serviks menjadi sangat lembek, kendur dan terkulai. Beberapa hari setelah persalinan lubang serviks lambat laun mengecil. Pada 4 minggu postpartum, rongga serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil. 5) Vagina Secara berangsur-angsur luas vagina akan berkurang setelah melahirkan tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. 6) Payudara Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat melahirkan. Selama kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi, maka kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin. Sampai hari ketiga, efek prolaktin mulai dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Disinilah sel-sel acini yang menghasilkan ASI mulai berfungsi. 7) Sistem Pencernaan Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltic usus serta bisa terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena adanya luka jahitan perineum. 8) Sistem Perkemihan Umunya ibu nifas mengalami diuresi atau sulit untuk kencing diakibatkan pelvis ginjal dan uretra yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan, namun akan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. 9) Sistem Muskuloskeletal Ligament-ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kahmilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala umumnya pada 6-8 minggu postpartum. 10) Sistem Endokrin Selama masa nifas terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon oksitosin, prolaktin, estrogen dan progesteron. Pada masa nifas, hormon oksitosin berfungsi untuk mempertahankan kontraksi uterus sehingga mencagah perdarahan, hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. 11) Tanda-Tanda Vital Pada umumnya, suhu tubuh wanita setelah melahirkan dapat naik ± 0,5 0C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 380C pada 2 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Denyut nadi pasca persalinan umumnya labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula. 12) Sistem Hematologi dan Kardiovaskular Selama beberapa hari pertama postpartum, kadar leukosit akan meningkat tanpa adanya kondisi patologis. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa nifas akibat dari volume darah, volume plasma dan volume sel darah yang berubah-ubah. Namun kadar semua unsur darah akan kembali normal pada keadaan tidak hamil pada akhir masa nifas. d. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas Menurut Prawirohardjo (2010), menyatakan bahwa tanda bahaya nifas yaitu suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas. Tandatanda bahaya nifas diantaranya : 1) Perdarahan pervaginam. 2) Pengeluaran lochea yang berbau busuk. 3) Sub involusi uteri. 4) Nyeri pada perut dan pelvis. 5) Pusing dan lemas berlebihan. 6) Suhu tubuh ibu >380c. e. Adaptasi psikologi ibu masa nifas Menurut Suherni (2008), menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut : 1) Fase taking in Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik. 2) Fase taking hold Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusu yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain. 3) Fase letting go Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya. f. Tujuan Asuhan Masa Nifas Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah: 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi. 2) Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya. 3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari. 4) Memberikan pelayanan KB. g. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang terjadi. Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa frekuensi kunjungan, waktu kunjungan dan tujuan kunjungan masa nifas yaitu sebagai berikut : 1) Kunjungan pertama Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam setelah persalinan dengan tujuan sebagai berikut : a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut. c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga cara pencegahan perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d) Pemberian ASI. e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi. f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. 2) Kunjungan Kedua Kunjungan kedua dilakukan 6 hari setelah persalinan dengan tujuan sebagai berikut : a) Memastikan involusi uteri berjalan normal. b) Menilai adanya tanda-tanda infeksi atau kelainan pascapersalinan. c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. d) Memastikan ibu menyusui dengan baik tanpa ada tanda-tanda penyulit. e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi. 3) Kunjungan ketiga Kunjungan ketiga dilakukan 2 minggu setelah persalinan. Tujuan kunjungan ketiga ini sama halnya seperti kunjungan kedua. 4) Kunjungan keempat Kunjungan keempat ini dilakukan 4 minggu setelah persalinan dengan tujuan untuk menanyakan kepada ibu tentang penyulitpenyulit yang dialami ibu atau bayinya serta memberikan konseling KB secara dini kepada ibu. h. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa kebutuhan dasar ibu nifas antara lain : 1) Nutrisi dan Cairan Pada masa nifas, masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan guna mempercepat penyembuhan ibu dan produksi ASI. Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan dengan diet berimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, minum tablet Fe setidaknya selama 40 hari pascasalin serta minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. 2) Ambulasi Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan dari ambulasi ini adalah agar ibu merasa lebih sehat dan kuat, faal usus dan kandung kemih lebih baik serta memungkinkan kita dalam mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih dirawat. Namun ambulasi ini tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit. 3) Eliminasi Kebanyakan ibu postpartum mengalami kesulitan untuk berkemih. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya tekanan intraabdominal, otot-otot perut masih lemah, edema pada uretra dan dinding kandung kencing kurang sensitive. Umumnya ibu diharapkan dapat BAK dalam 6 jam postpartum, namun jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih juga maka bisa dilakukan katetrisasi. Sedangkan BAB, diharapkan 2 hari setelah postpartum ibu nifas sudah dapat BAB, namun jika 3 hari belum juga BAB, maka dapat diberikan pencahar per oral atau per rectal. 4) Personal Hygiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. 5) Istirahat dan Tidur Ibu nifas sangat dianjurkan sekali untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kekurangan istirahat pada masa nifas akan mempengaruhi produksi ASI, memperlambat proses involusi uterus, memperbanyak perdarahan serta menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. 6) Aktivitas Seksual Secara fisik, ibu nifas aman untuk memulai hubungan sex begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Namun banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda sampai 40 hari pasca melahirkan. Oleh karena itu, keputusan ini tergantung pada pasangan yang bersangkutan. 7) Latihan dan Senam Nifas Sebagai akibat kehamilan, dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu, ibu nifas akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut. Salah satu cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing kembali adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas. 4. Bayi Baru Lahir a. Definisi Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2010). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37-42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010). Menurut Dewi (2010), menyatakan bahwa ciri-ciri bayi normal adalah sebagai berikut: 1) Lahir aterm antara 37-42 minggu 2) Berat badan 2500-4000 gram. 3) Panjang badan 48-52 cm. 4) Lingkar kepala 33-35 cm. 5) Lingkar dada 30-38 cm. 6) Lingkar lengan 11-12 cm. 7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit. 8) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup. 9) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tampak sempurna. 10) Kuku agak panjang dan lemas. 11) Nilai APGAR >7. 12) Gerakan aktif. 13) Bayi lahir langsung menangis kuat. 14) Testis sudah turun pada anak laki-laki dan genitalia labia mayora telah menutupi labia minora pada anak perempuan. 15) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. 16) Refleks morrow sudah baik dimana jika bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk. 17) Refleks graff sudah baik dimana bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan menggenggam. 18) Refleks rooting sudah baik dimana dengan rangsang taktil pada pipi/daerah mulut maka bayi akan mencari sumber rangsangan. 19) Refleks suckling sudah baik dimana bayi dapat menghisap 20) Eliminasi akan keluar dalam 24 jam pertama ditandai dengan keluarnya mekonium berwarna hitam kecoklatan. b. Adaptasi Bayi Baru Lahir Saat lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri. Terjadi banyak perubahan yang dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna. Menurut Rukiyah (2010), perubahan tersebut diantaranya yaitu : 1) Sistem Pernafasan Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi yaitu hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar serta tekanan terhadap rongga dada selama persalinan. Upaya pernafasan pertama bayi berguna untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus dalam paru untuk pertama kali. 2) Sistem Peredaran darah Sistem peredaran darah setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya ke jaringan untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi 2 perubahan besar yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara paru dan aorta. Hal ini terjadi akibat pemotongan tali pusat serta usaha pernafasan pertama saat bayi lahir. 3) Sistem Pengaturan Tubuh a) Pengaturan Suhu Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat. b) Mekanisme Kehilangan Panas Bayi dapat kehilangan panas tubunya melalui cara-cara berikut yaitu evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi. 4) Metabolisme Glukosa Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan kadar gula dapat dilakukan dengan cara-cara berikut yaitu melalui penggunaan ASI, penggunaan cadangan glikogen dan pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak. 5) Perubahan Sistem Gastrointestinal Kemampuan menelan dan mencerna makanan terbatas pada bayi. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung bayi masih belum sempurna yang berakibat gumoh. 6) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya dari perlindungan oleh kulit membrane mukosa, fungsi jaringan saluran pernafasan, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. c. Penanganan Bayi Baru Lahir Menurut JNPK-KR (2008), mengatakan bahwa komponen asuhan bayi baru lahir meliputi : 1) Pencegahan Infeksi Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang terpapar/terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Untuk tidak menambah resiko infeksi, maka sebelum menangani BBL harus : a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi. b) Pakai handscoon saat menangani bayi yang belum dimandikan. c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan telah di DTT/sterilisasi. d) Pastikan semua yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih. 2) Penilaian Segera Setelah Lahir Penilaian keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk menilai bayi apakah bayi menderita asfiksia/tidak. Adapun penilaian meliputi frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot, warna kulit dan reaksi terhadap rangsangan. Bayi dikatakan normal jika nilai APGAR 7-10, asfiksia sedang-ringan dengan nilai APGAR 4-6 dan asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3. Jika dalam 2 menit nilai APGAR tidak mencapai 7, maka harus dilakukan resusitasi karena jika bayi menderita asfiksia ≥5 menit kemungkinan terjadi gejalagejala neurologic lanjutan di kemudian hari akan lebih besar. 3) Pencegahan Kehilangan Panas Mekanisme pengaturan temperature tubuh bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena dapat menyebabkan hipotermi. Hipotermi pada bayi dapat menyebabkan kesakitan berat bahkan kematian. Cara pencegahan kehilangan panas dapat dilakukan dengan : a) Keringkan bayi dengan seksama. b) Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih dan hangat. c) Selimuti kepala bayi. d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. e) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. f) Memandikan bayi 6 jam setelah lahir. 4) Asuhan Tali Pusat Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Pengikatan tali pusat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan alat penjepit plastik, pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan disimpan dalam bungkus steril dan benang katun steril. 5) Inisiasi Menyusui Dini Bayi normal disusui segera setelah lahir. ASI pertama sangat bermanfaat bagi bayi karena mengandung kolostrum yang berguna untuk antibody bayi. Selain itu, ASI bermanfaat untuk mencegah gastroenteritis, mempercepat involusi uterus, menurunkan kejadian kejang pada bayi karena hipokalsemia serta mempererat hungan antara ibu dan bayi. 6) Pencegahan Infeksi Mata Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi ini mengandung antibiotic tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus tetap diberikan pada waktu 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran. 7) Pemberian Vitamin K Semua BBL harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat difisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL. 8) Pemberian Imunisasi Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi HB pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K. Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada saat bayi berumur 24 jam atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. 9) Pemeriksaan BBL Pemeriksaan BBL dilakukan pada saat bayi berada di klinik, saat kunjungan neonatal yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari. d. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir Pengkajian pada bayi baru lahir dibagi 2 bagian yaitu pengkajian segera setelah bayi lahir dan pengkajian keadaan fisik untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami komplikasi (Rukiyah, 2010). Menurut Varney (2007), selama pemeriksaan bayi baru lahir, dapat menggunakan 4 teknik dasar yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan yang lengkap menggunakan 3 jenis evaluasi yaitu pengukuran antropometri, evaluasi system organ dan neurologis. e. Pemantauan Bayi Baru Lahir Menurut Saifudin (2006), mengatakan bahwa tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. 1) Dua jam pertama sesudah kelahiran. Hal-hal yang perlu dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah kelahiran, meliputi : a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah. b) Bayi tampak aktif atau lunglai. c) Bayi kemerahan atau biru. 2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti : a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan. b) Gangguan pernafasan. c) Hipotermia. d) Infeksi. e) Cacat bawaan atau trauma lahir. f. Jadwal Kunjungan Menurut Rukiyah (2011), Kunjungan neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin komplikasi yang terjadi pada bayi sehingga dapat segera ditangani dan bila tidak dapat ditangani maka dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap untuk mendapatkan perawatan yang optimal. Jadwal kunjungan neonatus atau bayi baru lahir antara lain: 1) Kunjungan I Dilakukan pada 6 jam pertama setelah persalinan. a) Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering. Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan bayi secara keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang dapat menggambarkan keadaan kesehatannya. b) Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk diawasi selama 6 jam pertama. c) Menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering. d) Pemberian ASI awal. 2) Kunjungan II Pada hari ke-3 setelah persalinan a) Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi b) Menanyakan bagaimana bayi menyusui. c) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus) d) Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk 3) Kunjungan III Pada minggu ke-2 setelah persalinan a) Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca salin b) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup c) Bayi harus mendapatkan imunisasi 4) Kunjungan IV Pada 6 minggu setelah kelahiran a) Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi meningkat b) Melihat hubungan antara ibu dan bayi. c) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk penimbangan dan imunisasi g. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Menurut Varney (2007), mengatakan bahwa hubungi dokter atau perwatan segera jika anak mengalami : 1) Bayi menjadi lesu, tidak mau makan atau memperlihatkan perilaku yang luar biasa. 2) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama. 3) Bayi tidak defekasi selama 48 jam. 4) Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak/mengeluarkan pus. 5) Suhu bayi di bawah 360C atau di atas 370C. 6) Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan kulit bayi tampak kuning, coklat/persik. Sedangkan menurut JNPK-KR (2008), mengatakan bahwa rujuk bayi ke fasilitas kesehatan jika ditemukan tanda bahaya berikut ini : 1) Kejang. 2) Tidak dapat menyusu. 3) Mengantuk/tidak sadar. 4) Merintih. 5) Retraksi dinding dada bawah. 6) Sianosis sentral. 7) Nafas cepat > 60x/m. 5. KELUARGA BERENCANA 1. Pengertian Pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri dan kemudian bertindak sesuai keputusan. Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE, bila seseorang telah termotivasi melalui KIE, maka selanjutnya ia perlu diberikan konseling sudah tentu tergantung pada tingkatan KIE yang telah diterimanya konseling dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah tidak dapat dipecahkan sendiri. 2. Tujuan a. Memberikan informasi yang tepat serta obyektif mengenai klien mengetahui manfaatnya b. Mengidentifikasi dna menampung perasaan-perasaan negative, keraguan atau kekhawatiran sehibungan dengan metode kontrasepsi c. Membantu klien memilih metode kontrasepsi yang terbaik bagi mereka sehingga aman dan sesuai keinginan klien d. Membantu klien agar menggunakan cara kontrasepsi yang mereka pilih secara aman dan efektif e. Memberi informasi tentang cara mendapatkan bantuan dan tempat pelayanan Keluarga Berencana f. Khusus kontrasepsi mantap, menyeleksi calon akseptor yang sesuai dan metode kontrasepsi alternatif g. Memahami diri secara lebih baik h. Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya i. Lebih realitas dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi sehingga: 1) Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif 2) Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki 3) Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salam penyesuaian diri 4) Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan 5) Memperoleh dan merasakan kebahagian 3. Jenis Konseling a. KB awal atau pendahuluan Dilakukan pada mereka yang sama sekali belum tahu KB, belum mengerti Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) b. Konseling KB pemilihan Cara Dilakukan pada mereka yang sudah mengerti NKKBS dan membutuhkan pertolongan atau bantuan dalam memilih cara-cara atau alat/obat kontrasepsi, misalnya: karena belum tahu, pengetahuannya masih kurang lengkap, atau bias juga karena pengetahuannya kurang tepat atau keliru. c. Konseling KB Pemantapan Dilakukan kepada mereka yang sudah memahami. Tujuannya ialah supaya yakin bahwa alat/obat kontrasepsi yang akan dipakainya sesuai dnegan kondisi dna kebutuhannya, tahu kemungkinan efek samping dan cara megatasinya. Pada konseling ini sudah dilengkapi dengan hasil pemeriksaan kesehatan dan keterangan diri (nama, Jumlah, anak, riwayat kesehatan) yang diperlukan untuk emngethaui cocok tidaknya memakai alat/obat kontrasepsi. d. Konseling KB pengayoman Dilakukan pada mereka yand sudha memakau alat kontrasepsi. Tujuannya adalah untuk mengatasi masalah yang timbul sesudah memakai alat kontrasepsi, misalnya karena pengaruh dari luar (mendengar gunjingan, melihat pengalaman orang lain yang kurang enak). Bias juga dilakukan pada mereka yang tadinya sudah memahami dan ingin memiliki KKBS (Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera), memakai alat kontrasepsi, tapi kemudian berubah pendapat karena alas an tertentu (bercerai, kematian anak, dan sebagainya) e. Konseling KB perawatan/pengobatan Dilakukan pada mereka yang mengalami kegincangan emosi atau gangguan kejiwaan akibat keinginannya untuk memiliki KKBS maupun karena memakai alat kontrasepsi. Dapat juga juga jenis konseling dibedakan sebagai berikut: 1. Konseling Umum (missal: oleh PLKB) Penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga. 2. Konseling Spesifik (missal: oleh dokter/bidan/konselor) Penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternative, keuntungan, keterbatasan, akses dan fasilitas layanan 3. Konseling pra dan pasca tindakan Penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama, dan pasca) serta penjelasan lisan/instruksi tertulis asuhan mandiri 4. Langkah-langkah dalam konseling SATU TUJUH 1. SA- Salam, sambut kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya. 2. T-Tanyakan kepada klien tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana dan kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat, dan caranya. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perhatikan bahwa kita memahami dengan memahami pengetahun, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya. 3. U-Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dna beri tahu apa pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksinya yang paling mungkin. Termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. 4. TU-Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan kengginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan criteria dan keinginan kien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan didiskusikan mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. 5. J-Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrsepsi pilihnnya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan alat/obat kontrasepsinya yang akan digunakan tersebut dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah onfeksi menular seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar. 6. U-Ulang, perlunya dilakukan kun jungan ulang bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibuutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah A. Kontrasepsi Progestin a. Profil Sangat efektif, aman, dapat dipakai oleh semua perembuan dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan, cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI. b. Jenis Terdiri dari 2 jenis suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu : 1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (didaerah bokong). 2) Depo Noretisteron Enanat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular. 7) Keuntungan dari Kontrasepsi Progestin yaitu : 1) Sangat efektif 2) Pencegahan kehamilan jangka panjang 3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri 4) Tidak mengandung estrogen 5) Tidak berpengaruh terhadap ASI 6) Sedikit efek samping 7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik 8) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 thn 9) Membantu mencegah kanker endometrium 10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara 11) Mencegah beberapa penyakit radang panggul 12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit c. Keterbatasan Sering ditemukan gangguan haid seperti : 1) Siklus haid yang memendek atau memanjang 2) Perdarahan yang banyak atau sedikit 3) Perdarahan tidak teratur 4) Tidak haid sama sekali 5) Klien sangat bergantung pada tempat sarana kesehatan 6) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya 7) Permasalahan berat badan efek samping tersering 8) Tidak menjamin perlindungan dari PMS 9) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian 10) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan pada organ genitalia 11) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang 12) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas) 13) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,menurunkan libido,gangguan emosi (jarang). d. Indikasi 1) Usia reproduksi 2) Nullipara dan yang telah memiliki anak 3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi 4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai setelah melahirkan dan tidak menyusui 5) Setelah abortus atau keguguran 6) Perokok 7) Tekanan darah lebih dari 180/110 mmhg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia 8) Menggunakan obat untuk epilepsi 9) Tidak dapat menguunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen 10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi 11) Anemia defisiensi besi 12) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi e. Kontraindikasi 1) Hamil atau dicurigai hamil 2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya 3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea 4) Menderita kanker payudara atau riwayat 5) DM disertai komplikasi f. Cara Penggunaan a) Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung- gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat esndapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkan dengan menghangatkan. b) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kering baru disuntik. Kontrasepsi suntik diberikan secara IM (Intramuskular) dalam didaerah pantat. Dan apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif (saifudin,2010) I. Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Menurut Varney (2006), manajemen varney adalah kerangka atau pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan. 2. Langkah Manajemen Kebidanan Manajemen Varney terdiri dari 7 langkah yaitu : a. Pengumpulan Data Dasar Dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu: 1) Riwayat kesehatan. 2) Pemeriksaan fisik sesuai dengn kebutuhannya. 3) Meninjau catatan terbaru atauu catatan sebelumnya. 4) Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi. b. Interpretasi Data Dasar Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. c. Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial Mengidentifikasi berdasarkan rangkaian diidentifikasi. Langkah masalah atau masalah ini dan diagnosis diagnosis membutuhkan potensial yang antisipasi, lain sudah bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. d. Identifikasi Perlunya Penanganan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien. e. Perencanaan Asuhan Komprehensif Direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan terjadi berikutnya. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. f. Pelaksanaan Rencana Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lain. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan menghemat biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien. g. Evaluasi Dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap masalah yang telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. J. Dokumentasi Kebidanan Menurut Simatupang (2008), yang mengutip pernyataan Varney, pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu : 1. S (Subjektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 Varney. 2. O (Objektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney. 3. A (Assasment), menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi yaitu Diagnosa masalah, Anitisipasi Masalah Potensial dan Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney. 4. P (Planning), menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan tindakan, Implementasi (I) dan Evaluasi (E) berdasarkan Assasment sebagai langkah 5, 6 dan 7 Varney.ref K. Landasan Hukum yang Mendasari Praktek kebidanan 1. Permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010 Landasan hukum yang mendasari bidan di dalam melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan ketuban pecah dini merupakan keputusan permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek bidan. a. Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : 1) Pelayanan kesehatan ibu 2) Pelayanan kesehatan anak 3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana b. Pasal 10 1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. 2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c) Pelayanan persalinan normal d) Pelayanan ibu nifas normal e) Pelayanan ibu menyusui f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berwenang untuk : a) Episiotomi b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II c) Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e) Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas f) Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslu sif g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum h) Penyuluhan dan konseling i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil j) Pemberian surat keterangan kematian k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin c. Pasal 11 1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah 2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk : a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, b. pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hr) perawatan tali pusat c. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk d. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan e. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah f. Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah g. Pemberian konseling dan penyuluhan h. Pemberian surat keterangan kelahiran i. Pemberian surat keterangan kematian d. Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c berwenang untuk 1) Memberikan penyuluhan dan konseling; kesehatan reproduksi perempuandan keluarga berencana. 2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. e. Pasal 13 1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi : a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat kontrasepsi bawah kulit. b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus ronis tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter. penyakit k c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan. d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bid ang. kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, da n menyehatan lingkungan e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak prasekolah, dan anak sekolah f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan,tehadap Infeksi Menular Seksual ( I MS ) termasuk pemberiankondom, dan penyakit lainnya. h) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi. i) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah. 2) Pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan memberikan peyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah dilatih untuk itu. 2. Standar Pelayanan Kebidanan a. Standar pelayanan Antenatal (6 standart) 1) Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi ibu,suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah mengenali dan memotifasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya. Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu hamil contohnya sebagai berikut : a) Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur b) Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil c) Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk membahas manfaat pemeriksaan kehamilan. Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat memahami tanda dan gejala kehamilan.Ibu,suami, masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu. 2) Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan antenatal.Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal bidan juga harus bisa mengenali kehamilan dengan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan. Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan. Mengurus transportasi rujukan ,jika sewaktu-waktu dibutuhkan. 3) Standar 5 : Palpasi abdominal Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah ,memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan dan untuk merujuk tepat waktu. Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dibagian bawah janin. Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia kehamilan , diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai kebutuhan. Mendiagnosisi dini kehamilan ganda dan kelainan, serta merujuk sesuai dengan kebutuhan. 4) Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan , penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamialan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut .penyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, dll. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil dengan anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia, penurunana jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR. 5) Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya. Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat mengenali dan menemukan secaea dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan.Adapun tindakan yang dapat dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa tekanan darah ibu dan mencatatnya.Jika terdapat tekanan darah diatas 140/90 mmHg lakukan tindakan yang diperlukan. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsia. 6) Standar 8 : Persiapan Persalinan Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau keluarga pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini. Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman.Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperkirakan . b. Standar pelayanan Persalinan (4 standart) 1) Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selam proses persalinan dan kelahiran. Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi. Hasil yang diharapkan adalah ibu bersalin mendapatkan pertolongan yang aman dan memadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lain yang ditangani oleh tenaga kesehatan. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu bayi akibat partus lama. 2) Standar 10 : Persalinan Kala Dua yang Aman Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat .disamping itu ibu diijinkan untuk memilih siapa yang akan mendampinginya saat persalinan. Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.Hasil yang diharapkan yaitu persalinan dapat berlangsung bersih dan aman.Menigkatnya bidan.Meningkatnya kepercayaan jumlah persalinan masyarakat yang bidan.Menurunnya angka sepsis puerperalis. kepada ditolong oleh 3) Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.Tujuan dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga, mencegah terjadinya atonia uteri dan retesio plasenta. Adapaun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio plasenta , memperpendek waktu persalinan kala tiga, dan menurunkan perdarahan post partum akibat salah penanganan pada kala tiga. 4) Standar 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk mmemperlancar persalinan, diikiuti dengan penjahitan perineum. Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian asfiksia neonnaturum berat. Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua . c. Standar pelayanan Nifas (3 standar) 1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi. Hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik. 2) Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI. Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya. 3) Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB. Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif. d. Standar penanganan Kegawat daruratan obstetri-neonatal (9 standart) 1) Standart 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester Tiga Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan pada trimester tiga. Hasil yang diharapkan dari kemampuan bidan dalam menerapkan standar ini adalah ibu yang mengalami perdarahan kehamilan trimester tiga dapat segera mendapatkan pertolongan, kematian ibu dan janin akibat perdarahan pada trimester tiga dapat berkurang, dan meningkatnya pemanfaatan bidan sebagai sarana konsultasi ibu hamil. 2) Standar 17 : Penanganan Kegawat daruratan pada Eklamsia Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklamsia mengancam, serta merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama. Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda gejala preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat dan memadai.Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawat daruratan bila eklamsia terjadi. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia.Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.Ibu dengan tanda-tanda preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang tepat.Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklamsia. 3) Standar 18 : Penanganan Kegawat daruratan pada Partus Lama / macet. Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu untuk merujuk untuk persalinan yang aman. Tujuannya adalah untuk mengetahui segera dan penanganan yang tepat keadaan darurat pada partus lama/macet. Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda gejala partus lama/macet serta tindakan yang tepat. Penggunaan patograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses persalinan. Penurunan kematian/kesakitan ibu dan bayi akibat partus lama/macet. 4) Standar 19 : Persalinan dengan Menggunakan Vakum Ekstraksi Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan menggunakan ekstraksi vakum, melakukan secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanan bagi ibu dan janinnya. Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan dalam keadaan tertentu.Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kesakitan atau kematian akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan penanganan darurat obstetric yang cepat. 5) Standar 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan. Tujuannya adalah mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta . Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio plasenta.Ibu dengan retesio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat. 6) Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan dan segera melakukan pertolongan pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan perdarahan. Tujuannya adalah bidan mampu mengambil tindakan pertolongan kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang mengambil perdarahan post partum primer/ atoni uteri. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan post partum primer. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer. 7) Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan post partum sekunder , dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu atau merujuk. Tujuannya adalah mengenali gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu. Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat perdarahan post partum sekunder menurun. Ibu yang mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemukan secara dini dan segera di beri penanganan yang tepat. 8) Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis , melakukan perawatan dengan segera merujuknya. Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat .hasil yang diharapkan yaitu ibu dengan sepsis puerperalis mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat .penurunan angka kesakitan dan kematian akibat sepsis puerperalis. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas. 9) Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonaturum Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi, mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat dan memberiakan perawatan lanjutan yang tepat Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia , mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan. BAB III TINJAUAN KASUS A. Asuhan Kebidanan Kehamilan 1. Pengkajian 1 Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2015 Jam : 18.30 WIB a. Data Subyektif 1) Identitas a) Identitas Pasien Nama : Ny.M Umur : 28 tahun Agama : Islam Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Alamat : Lamper Mijen RT 01 RW 06 Kelurahan Lamper Tengah b) Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. D Umur : 28 tahun Agama : Islam Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia Pendidikan : SMA Pekerjaaan : Swasta/Karyawan Alamat : Lamper Mijen RT 01 RW 06 Kelurahan Lamper Tengah 2. Alasan datang ke klinik Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya 3. Keluhan Utama Tidak ada 4. Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu Mengatakan Sekarang tidak pernah menderita penyakit seperti jantung, asma, TBC, ginjal, DM, Malaria, HIV/AIDS dan PMS. b). Riwayat Kesehatan Dahulu Ibu Mengatakan Dahulu tidak pernah menderita penyakit seperti jantung, asma, TBC, ginjal, DM, Malaria, HIV/AIDS dan PMS. b). Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu Mengatakan Keluarga tidak pernah menderita penyakit seperti jantung, asma, TBC, ginjal, DM, Malaria, HIV/AIDS, PMS, Cacat fisik Psikologi dan tidak ada riwayat kembar. 5). Riwayat Pernikahan Ibu mengatakan menikah 2x, umur ibu waktu menikah kedua umur 28 tahun dengan suami umur 28 tahun, lama pernikahan 8 bulan, dengan status pernikahan syah. 5) Riwayat Obstetrik 1) Riwayat Menstruasi Menarche : 13 tahun Warn : merah Siklus : 28 hari Konsistensi : cair Lama : 7 hari Disminorhoe : - Jumlah : 2-3 ganti /hari Flour Albus :- Bau : amis, khas darah HPHT : 16 Maret 2015 2) Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu 3) Riwayat Kehamilan Sekarang a) Ibu mengatakan hamil yang kedua dan tidak pernah keguguran b) HPL : 23 Desember 2015 c) Ibu mengatakan BB sebelum hamil : 53 kg d) Ibu periksa ANC 5x dibidan yaitu: TM I : - TM II : 4x (1) Tanggal , 25 Juni 2015 Keluhan : keputihan Tekanan Darah : 110/70mmHg BB : 55,5 kg UK : 14 mg 4 hari TFU : 5 cm Letak janin : ballotemen (+) DJJ :- Terapi : Suprabion (1x1), Kalk (1x1) (2) Tanggal, 25 Juli 2015 Keluhan : keputihan, pusing Tekanan Darah : 90/70 mmHg BB : 56,5 kg UK : 19 mg TFU : 10 cm Letak janin : ballotemen (+) DJJ : 144 x/mnt Terapi : Suprabion (1x1), kalk (1x1) TT 4 (3) Tanggal, 29 Agustus 2015 Keluhan : keputihan Tekanan Darah : 90/70 mmHg BB : 58 kg UK : 24 mg TFU : 16 cm Letak janin : U DJJ : 144 x/mnt Terapi : Suprabion (1x1), kalk (1x1) (4) Tanggal, 13 September 2015 Keluhan : tidak ada keluhan Tekanan Darah : 90/70 mmHg BB : 60 kg UK : 26 mg 1 hari TFU : 19 cm Letak janin : U DJJ : 140 x/mnt Terapi : Suprabion (1x1), kalk (1x1) TM III : 1x ANC (1) Tanggal, 14 Oktober 2015 Keluhan : tidak ada keluhan Tekanan Darah : 90/70 mmHg BB : 63 kg UK : 30 mg 4 hari TFU : 23 cm Letak janin : U DJJ : 134 x/mnt Terapi : Novabion (1x1), Kalk (1x1) (2) Tanggal , 28 Oktober 2015 Keluhan : tidak ada keluhan Tekanan Darah : 110/80 mmHg BB : 63,5 kg UK : 32 mg 2 hari TFU : 25 cm Letak janin : U e) DJJ : 142 x/mnt Terapi : Novabion (1x1), Kalk (1x1) Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada umur kehamilan 4 bulan sampai sekarang masih terasa aktif. f) Ibu mengatakan sudah imunisasi TT 3x saat kehamilan 1 g) Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh bidan h) Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan buruk yang dapat berpengaruh negatif terhadap kehamilan seperti merokok, minum jamu, minum alcohol, ataupun narkoba. 6) Riwayat KB Ibu mengatakan sebelumnya pernah menggunakan KB Pil selama tahun alasan berhenti ingin punya anak lagi. 7) Riwayat Kebutuhan Sehari – hari 1) Pola Nutrisi 1 TM II : Makan 3x/hari, menu nasi, sayur, lauk pauk, kadang ditambah buah, porsi 1 piring. Minum 6 – 7 gelas/hari dengan air putih kadang ditambah teh, susu TM III : Makan 3x/hari, menu nasi, sayur, lauk pauk, porsi 1 piring. Minum 5 - 6 gelas/hari dengan air putih 2) Pola Eliminasi TM II : BAB 1x/hari, dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas feses, tidak ada keluhan. BAK 5x/hari dengan konsistensi cair, warna kuning jernih, bau khas amoniak, tidak ada keluhan. TM III : BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas feses, tidak ada keluhan. BAK 8-10X/hari dengan konsistensi cair, warna kuning jernih, bau khas amoniak, tidak ada keluhan. 3) Pola Aktivitas TM II : Ibu melakukan kegiatan sehari - hari sebagai ibu rumah tangga dengan penuh hati – hati. TM III : Ibu melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga seperti menyapu, dan melakukan aktifitas yang ringan-ringan. 4) Pola Istirahat TM II : Tidur malam +8 jam/hari, tidur siang +2 jam/hari, dengan kebiasaan tidur miring, tidak ada masalah. TM III : Tidur malam +8 jam/hari, tidur siang +2 jam/hari. 5) Pola Personal Hygiene TM II : Mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ hari, keramas 2x/ minggu, ganti baju 2x/ hari, tidak ada masalah. TM III : Mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ hari, keramas 2x/ minggu, ganti baju 2x/ hari, tidak ada masalah 6) Pola hubungan Sexual TM II : Ibu melakukan hubungan seksual 1x minggu sekali (belum tentu) TM III 8) : Ibu tidak melakukan hubungan seksual Data Psikososial, ekonomi dan Spiritual 1) Ibu mengatakan merasa senang dengan kehamilan keduanya. 2) Suami senang dengan kehamilan anak pertamanya. 3) Ibu mengatakan pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami. 4) Ibu beragama Islam, taat menjalankan sholat 5 waktu. 5) Ibu mengatakan tinggal bersama suami. Ibu mengatakan tidak mempunyai hewan peliharaan. Ibu mengatakan dalam mengolah daging dimasak sampai matang ( > 30 menit) serta dalam mengolah sayuran dicuci dahulu sebelum dipotong. 6) Ibu mengatakan penghasilan kebutuhan sehari – hari 9) Data Pengetahuan Ibu suaminya sudah mencukupi Ibu sudah mengetahui tentang : 1) Ibu sudah mengetahui tentang nutrisi bagi ibu hamil 2) Ibu sudah mengetahui tentang kebutuhan istirahat bagi ibu hamil 3) Ibu sudah mengetahui tentang aktivitas ibu hamil Ibu belum mengetahui tentang : a. Ibu belum mengetahui ketidaknyamanan pada ibu hamil TM III b. Data Obyektif a. Pemeriksaan Umum 1) Keadaan Umum : baik 2) Kesadaran : composmentis 3) TTV : TD : 110/80 mmHg Nadi : 82x/ menit Suhu : 36 0C RR :20x/ menit BB sekarang : 55,5 kg b. Pemeriksaan Fisik 1) Kepala : mesochepal, kulit kepala bersih, tidak berketombe, tidak rontok 2) Muka : tidak oedem,tidak pucat 3) Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, fungsi penglihatan baik, tidak anemis 4) Hidung : simetris, bersih, tidak ada penumpukan sekret, tidak ada pembesaran polip 5) Mulut : tidak ada stomatitis, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada caries gigi, lidah tidak kotor 6) Telinga : simetris, bersih, tidak ada penumpukan serumen, fungsi pendengaran baik 7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, maupun pembesaran vena jugularis 8) Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe 9) Dada : simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada tarikan dinding dada, pernafasan teratur 10) Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, terdengar bunyi timpani, tidak ada nyeri tekan, peristaltik usus normal 11) Genetalia : tidak di lakukan 12) Ekstrimitas: a) Atas : tidak oedem, tidak ada kelainan bawaan, turgor kulit baik, gerakan aktif b) Bawah : tidak oedem, tidak ada kelainan bawaan, turgor kulit baik, tidak terdapat varises 13) Punggung : simetris, tidak ada nyeri tekan 14) Anus : tidak di lakukan c. Pemeriksaan Obstetrik 1) Inspeksi a) Muka : tidak oedem, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum b) Payudara : mammae membesar, puting susu menonjol, areola menghitam c) Abdomen : terdapat striae gravidarum dan terdapat linea nigra d) Genetalia : tidak dilakukan 2) Palpasi a) Payudara : tidak ada benjolan abnormal, kolustrum sudah keluar b) Abdomen : Leopold 1 pada bagian fundus ibu teraba 1 bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong) Leopold 2 bagian perut ibu sebelah kanan teraba bagian keras memanjang seperti papan (punggung). perut ibu bagian Bagian teraba kiri bagian- kecil janin ekstremitas Leopold 3 bagian bawah perut ibu teraba 1 bagian bulat, keras, melenting yang artinya kepala 3) Auskultasi 142x/mnt 4) Reflek patella : +/+ Leopold 4 Konvergen TFU 25 cm TBJ (25-12)X155 = 2015 gram : DJJ d. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laborat dengan hasil : HB tanggal 28 oktober 2015 : 12 %/dl ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. M USIA 28 TAHUN UMUR KEHAMILAN 32 MINGGU 2 HARI DI BPM SRI PILIH RETNO KOTA SEMARANG Tanggal Pengkajian ke 1 Tanggal 28 Oktober 2015 Tempat : BPM Sri Pilih Retno S.SIT,. Subyektif Obyektif 1. Ibu mengatakan bernama 1. Pemeriksaan Umum : Ny.M umur 28 tahun KU : Baik 2. Ibu mengatakan hamil yang kedua, belum pernah Kesadaran: composmentis keguguran 3. Ibu mengatakan HPL-nya TTV TTD:110/70 mmHg tanggal : 23 Desember 2015 N : 82x/menit S : 36 0C Assesment Plannig Dx Kebidanan PERENCANAAN Ny.M G2P1A0 umur 28 tahun Pukul : 18.30 WIB hamil 32 minggu 2 hari 1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan janin tunggal hidup 2. Beritahu ibu tentang ketidak nyamanan pada ibu hamil TM III intrauteri letak memanjang puka preskep konvergen. PELAKSANAAN R : 20x/menit Pukul : 18.35 WIB RR : 21x/mnt 4. Pemeriksaan Khusus a. Inspeksi Muka : tidak oedem, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum Payudara : mamae membesar , puting susu menonjol, areola 1. Memberitahu ibu bahwa pemeriksaan meliputi TTV dan keadaan bayinya. 2. Memberikan KIE tentang ketidaknyamanan pada ibu hamil TM III.Yaitu : a. Sembelit dipengaruhi karena perubahan uterus yang semakin membesar, sehingga uterus menekan b. L1 menghitam Abdomen : terdapat striegravidarum dan linea nigra Genetalia : tidak di lakukan Palpasi payudara : tidak ada benjolan abnormal, kolostrum sudah keluar Abdomen : : TFU 25 cm, teraba lunak, tidak melenting (bokong) L2 kanan : teraba tahanan keras memanjang Kiri : : teraba bagian-bagian L3 : teraba bulat, lunak, melenting d. Varises pada kaki Akibat tekanan vena L4 : konvergen Auskultasi 142x/mnt ini terjadi karena ibu hamil sering kencing. terkecil janin c. daerah perut, dan penyebab lain adalah karena tablet besi yang diberikan bidan pada ibu hamil biasanya menyebabkan konstipasi tetapi tidak perlu dikhawatirkan oleh ibu hamil karena perubahan warna feses karena pengaruh zat besi ini adalah normal. b. Sering kencing Peningkatan frekuensi berkemih atau sering buang air kecil disebabkan oleh tekanan uterus karena turunnya bagian bawah janin sehingga kandung kemih tertekan dan mengakibatkan frekuensi berkemih c. Insomnia Pada trimester III gangguan besar dibelakang : DJJ pembuluh yang uterus, terletak darah d. perkusi : reflek patella +/+ balik dari tubuh bagian bawah terhambat dan menyebabkan peningkatn pembuluh tekanan vena, akibatnya muncul varises EVALUASI Pukul : 18.50 WIB 1. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan dalam batas normal dan bayinya sehat. 2. Ibu sudah tahu apa saja ketidak nyamanan pada ibu hamil TM 3 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. M USIA 28 TAHUN UMUR KEHAMILAN 34 MINGGU 3 HARI DI BPM SRI PILIH RETNO KOTA SEMARANG Tanggal pengkajian ke 2 tanggal 11 November 2015 Tempat : BPM Sri Pilih Retno S.SIT,. Subyektif Obyektif 1. Ibu mengatakan perutnya kadang kenceng-kenceng tidak disertai rasa nyeri 2. Ibu mengatakan kencengkencengnya hilang timbul 3. Ibu mengatakan belum mengetahui tanda-tanda persalinan 1. Pemeriksaan Umum : Kesadaran: composmentis Assesment Plannig Dx Kebidanan PERENCANAAN Ny.M G2P1A0 umur 28 tahun Pukul : 18.20 WIB TTV TTD:100/70 mmHg N : 82x/menit S : 36 0C RR : 20x/menit hamil 34 minggu 3 hari 1. 2. janin tunggal hidup 3. intrauteri letak memanjang 4. puka preskep konvergen.. Ibu hasil pemeriksaan Jelaskan pada ibu tentang braxon his Jelaskan pada ibu tanda-tanda persalinan. Berikan ibu therapy 4. Pemeriksaan Khusus PELAKSANAAN a. Inspeksi Muka : tidak oedem, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum Payudara : mamae membesar , puting susu menonjol, areola menghitam Abdomen : terdapat striegravidarum dan linea nigra Genetalia : tidak di Pukul : 18.25 WIB 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan meliputi TTV,dan keadaan bayinya 2. Menjelaskan pada ibu bahwa keluhannya itu dinamakan Braxton his adalah kontraksi palsu Kontraksi ini umumnya tidak sakit dan tidak terjadi dengan jarak teratur.kontraksi ini biasanya lakukan b. Palpasi payudara : tidak ada benjolan abnormal, kolostrum sudah keluar Abdomen : L1 : TFU 27 cm, teraba hilang saat ibu hamil berganti posisi atau berjalan.durasinya pun sebentar. Dan itu merupakan hal yang wajar pada ibu hamil TM3. Cara membedakan kontraksi palsu dan kontraski yang sebenarnya adalah : lunak, tidak melenting (bokong) L2 kanan : teraba tahanan keras memanjang Kiri : : teraba bagian-bagian terkecil janin L3 : teraba bulat, lunak, melenting L4 : konvergen c. Auskultasi : DJJ 142x/mnt d. perkusi : reflek patella +/+ a. Kontraksi palsu 1) Frekuensi kontraksi tidak teratur, kadang muncul lalu hilang dalam tenggang waktu yang berbeda-beda. 2) Kontraksi tidak diiringi rasa nyeri 3) Rasa mulas terasa stabil, tidak bertambah kuat, atau berkurang dari sebelumny. 4) Kontraksi akan berkurang jika Ibu berjalan kaki. b. Kontraksi yang sebenarnya 1) Rasa mulas terkadang terasa hingga di lipatan paha merambat ke pinggang. 2) kontraksi makin lama makin sering dengan durasi yang cukup lama 3) disertai rasa nyeri. 3. Menjelaskan pada ibu tandatanda persalinan, yaitu : a. Perutmulas secara teratur b. Mulasnya sering dan lama c. Keluar lender bercampur darah dari jalan lahir d. Keluar air ketuban dari jalan lahir. 4. Memberikan ibu therapy novabion (1x1) ,kalk (1x1) EVALUASI Pukul : 18.40 WIB 1. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan dalam batas normal dan bayinya sehat. 2. Ibu sudah tahu tanda-tanda persalinan B. Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Persalinan Hari : Senin, 14 Desember 2015 Tempat : BPM Ny. Sri Pilih Retno semarang Tabel 3.2 Asuhan Kebidanan Bersalinan pada Ny. Monicha Subyektifr 1) Ibu mengatakan bernama ny. M. 2) Ibu mengatakan berumur 28 tahun. 3) Ibu mengatakan G2P1A0. 4) Ibu mengeluh sakit perut dari perut sampai ke pinggang mulai tadi pagi (pukul 09.00 WIB). 5) Ibu mengatakan merasakan gerakan janin sering. 6) Ibu mengatakan ada keluar lendir darah dan tidak ada keluar air ketuban. Obyektif 1).Pemeriksaan Umum: KU : Baik Kesadaran : Composmentis TTV : BB Sekarang : 65 kg TD 100/80 mmHg 0 S : 36,8 C N : 88x/m R : 20 x/m Assesment 1. Diagnosa kebidanan : Ny. M G2P1A0 umur 28 tahun hamil 39 minggu janin tunggal hidup intrauteri letak memanjang puka preskep divergen inpartu kala 1 fase aktif deselerasi. Jam 11.20WIB 11.30 WIB 2. 2). Pemeriksaan Fisik dalam batas normal 3). Kontraksi uterus 4 kali dalam 10 menit,lamanya 45 detik, intensitas kuat. Pemeriksaan Khusus 1. Inspeksi a. Muka : Muka tidak tampak pucat b. Mata : Konjungtiva tidak anemis. Masalah: (-) 3. Diagnosa Potensial: (-) 4. Antisipasi/Tinda kan segera (-) 11.34 WIB 11.35 WIB 11.36 WIB Planning 1. KU baik nadi : 88 x/menit, RR : 20x/menit His 4x10’x45’’, DJJ 144x/menit, PPV lendir darah, KK utuh, cairan jernih, tidak ada bagiam yang menumbung, bandlering (-) Φ 9 cm, efficement 80 %, teraba kepala, UUK depan, kepala HIII (+), tidak ada moulage. 2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin baik, ibu sudah pembukaan 9 cm dan sebentar lagi akan memasuki proses pengeluaran janin. Hasil : Ibu dan keluarga sudah mengetahui bahwa pembukaan 9cm. 3. Manajemen Kala I. a. Mengatur posisi ibu, ibu disuruh telentang dengan posisi litotomi. Hasil : ibu sudah litotomi. b. Memberikan teh manis untuk mencegah dehidrasi pada ibu. Hasil : ibu sudah meminum teh manis. c. Memberikan pendidikan kesehatan: 1) Mempertahankan personal hygiene ibu, terutama Subyektifr Obyektif Genetalia : Tampak tanda Chadwick, vulva tampak membuka dan tidak tampak varises dan anus tidak tampak hemoroid. 2. Palpasi Abdomen a. Leopold I : TFU = 30 cm, TBJ = 2.945 gram, umur kehamilan = 39 minggu 2 hari b. Leopold II : Punggung kanan c. Leopold III : Presentasi kepala d. Leopold IV : Kepala janin sudah masuk PAP (U) e. His : 5x/10’/45” Assesment Jam c. 3. Auskultasi: DJJ terdengar jelas pada bagian bawah perut ibu sebelah kanan, teratur dengan frekuensi 144x/menit. 4. Pemeriksaan Dalam : (Pukul 11.30) Portio tipis, lunak, pembukaan 9 cm, ketuban (+), pres-kep, kepala HIII 11.37 WIB 11.38 WIB 11.39 WIB Planning kebersihan vulva dan payudara. 2) Menjaga kandung kemih tetap kosong selama proses persalinan. 3) Mempersilakan suami untuk mendampingi ibu. Hasil : ibu sudah mengerti apa yang disampaikan d. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his, mengajarkan ibu teknik pernafasan, meminta ibu untuk menarik nafas panjang, menahan sebentar dan lepaskan dengan meniup lewat mulut sewaktu terjadi kontraksi Hasil :ibu sudah mengerti yang apa yang disampaikan. e. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan; denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu tiap 30 menit (terlampir dalam partograf). Hasil : sudah dilakukan pemeriksaan DJJ. f. Melakukan persiapan lingkungan, dan alat. 1) Menutup tirai untuk menjaga privasi ibu. 2) Menyiapkan alat, bahan serta obat-obatan essensial yang dibutuhkan, pertolongan persalinan. Hasil : Alat sudah disiapkan dengan Subyektifr Obyektif Assesment Jam 11.40 WIB 11.40 WIB 1. Ibu mengatakan bernama ny. M. 2. Ibu mengatakan berumur 28 tahun. 3. Ibu mengatakan G2P1A0. 4. Ibu mengatakan sakit perut dan pinggangnya semakin bertambah. 5. Ibu mengatakan ketuban 1) Ibu tampak kesakitan dan meneran 2) Anus dan vulva membuka, perineum menonjol 3) Ketuban pecah jam 11.40 WIB jernih, tidak bercampur mekonium, volume banyak. 4) VT Ø 10 cm, effisement 100%, 1) Diagnosa ketuban (-), teraba kepala,UUK didepan, kepala : ↓HIV (+), tidak ada molase. Ny. M umur 28 tahun 5) DJJ (+), frekuensi 144 x/ G2P1A0 inpartu kala menit. II 11.41 WIB 11.45 WIB 11.45 WIB Planning lengkap. g. Memantau kemajuan persalinan 1) Pukul 11.40 : ketuban tampak menonjol saat ibu berkontraksi, dilakukan pemecahan ketuban saat tidak kontraksi. 2) DJJ : (+) 144 kali/menit 3) Pukul 11.45 : pemeriksaan dalam dilakukan : portio tidak teraba, pembukaan lengkap (10 cm), ketuban ( - ), presentasi kepala, ubun-ubun kecil depan, kepala di Hodge IV. Hasil : sudah dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan lengkap. 4. Manajemen inpartu kala II. a. Memberi dukungan dan semangat pada ibu. Hasil : ibu sudah mendapat dukungan dari bidan, suami, dan keluarga. b. Melakukan persiapan diri, pasien dan alat. 1) Memakai celemek. Hasil ; Celemek sudah dipakai 2) Mencuci tangan lalu memakai sarung tangan steril. Hasil :sudah mencuci tangan dan memakai sarung tangan. 3) Mengatur posisi ibu setengah duduk dengan meminta bantuan suami ibu. Hasil : ibu bersedia mengikuti Subyektifr Obyektif sudah pecah jam 11.40 6) His semakin kuat, 5 kali dalam Wib. 10 menit, lamanya 50 detik. 6. Ibu mengatakan seperti ingin BAB. Assesment 2) Masalah : 3) Diagnosa Potensial (-) 4) Antisipasi/Tindakan Segera (-) Jam 11.46 WIB 11.48 WIB 11.50 WIB 11.51 WIB Planning anjuran bidan. 4) Meletakkan kain di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hasil : sudah dilakukan. 5) Memasukkan oksitosin 10 IU ke dalam tabung suntik dan meletakkan pada partus set dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat steril. Hasil : Alat sudah disiapkan dan Oksitosin sudah disedot. 6) Meletakkan duk steril yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. Hasil : sudah dilakukan 7) Mendekatkan alat pertolongan persalinan. Hasil : sudah dilakukan. c. Meminta izin kepada ibu dan keluarga untuk memimpin persalinan. Hasil : ibudan keluarga bersedia. d. Memimpin ibu untuk mengedan saat ada his dengan cara: 1) Menutup mulut, menahan suara agar tidak terlalu kelelahan. 2) Meletakkan kedua tangan di paha bagian bawah 3) Menekuk leher sambil melihat ke arah perut 4) Mengedan seperti sedang BAB dengan panjang selama perut Subyektifr Obyektif Assesment Jam 11.52WIB 11.55 WIB Planning masih sakit. Hasil :ibu bersedia mengikuti anjuran bidan. e. Melindungi perineum dengan tangan kanan yang berada di bawah duk steril 1/3 bagian saat kepala janin terlihat berdiameter 5-6 cm di depan vulva. Hasil : kain 1/3 sudah diletakkan dibawah bokong ibu. f. Meletakkan tangan kiri di atas simfisis pubis sementara jari-jari tangan menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat. Kemudian lahir berturut-turut UUK, UUB, dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu bayi. Hasil : Sudah dilakukan pertolongan pengeluaran kepala. 11.56 WIB 1) Pemeriksaan Umum : K/U ibu baik, TD : 110/80 mmHg, N : 86x/menit, S : 37°C, R : 24x/menit. 2) Bayi lahir spontan, langsung menangis, gerakan aktif, kulit kemerahan JK ♂, A-S : 9-9-10 3) TFU setinggi pusat kontraksi uterus keras, plasenta belum lahir, tidak ada perdarahan yang abnormal dari jalan lahir, kandung kemih kosong, PPV ± 11.58 WIB g. Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi. Hasil : pengecekan lilitan tali pusat sudah dilakukan. h. Tunggu bayi melakukan putaran paksi secara spontan sesuai arah punggung janin, tangan secara biparietal pada kepala bayi, dengan lembut menarikk secara hati-hati ke arah bawah sampai bahu depan lahir dan tarik ke arah atas sampai bahu atas lahir. Subyektifr Obyektif Assesment Jam 100 cc. 12.00 WIB 12.01 WIB 12.02 WIB 12.03 WIB 12.04 WIB Planning Hasil : sudah dilakukan pertolongan pengeluaran bahu. i. Menyangga leher, bahu dan lengan bayi untuk menopang lahirnya siku dan tangan saat melewati perineum dengan menggunakan tangan kanan. Hasil : sudah dilakukan penyanggaan kepala bayi. j. Menyusuri bahu, lengan, siku, punggung, bokong dan kaki menggunakan tangan kiri. Menyisipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari lainnya. Hasil : sudah dilakukan penyusuran seluruh badan sampai kaki bayi. k. Bayi lahir spontan pada pukul 12.00 WIB, langsung menangis, warna kulit bayi kemerahan, bayi bergerak aktif jenis kelamin laki laki, berat badan 3.100 gram, panjang badan 48 cm, anus (+). Hasil : bayi telah lahir l. Mengeringkan tubuh bayi dari lendir, darah dan air ketuban, membungkus kepala dan badan bayi untuk mencegah hilangnya panas. Hasil : sudah dilakukan bayi sudah dikeringkan. m. Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem ± 3 cm dari Subyektifr Obyektif Assesment Jam 12.05 WIB 12.06 WIB 12.10 WIB 12.11 WIB 12.12 WIB 2.13 WIB 12.14 WIB Planning pusat bayi. Hasil : sudah dilakukan n. Melakukan pengurutan ke arah ibu kemudian menjepit dengan klem yang kedua ± 2 cm dari klem yang pertama. o. Memotong tali pusat di antara 2 klem dengan perlindungan tangan kiri, dan mengganti klem tali pusat bayi dengan klem plastik khusus. Hasil : sudah dilakukan. p. Mengganti kain yang basah yang dipakai bayi dengan kain yang bersih dan kering. Hasil : sudah dilakukan. q. Melakukan inisiasi dini pada bayi dengan meletakkannya di atas perut ibu. Hasil : sudah dilakukan IMD. 5. Manajemen aktif kala III a. Melakukan massase uterus untuk memastikan kehamilan tunggal. Hasil : Janin Tunggal. b. memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus dapat berkontraksi dengan baik. Hasil : ibu sudah mengetahui akan disuntik. c. Menyuntikkan oksitosin 10 unit intramuscular pada 1/3 bagian paha kanan atas ibu sebelah luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. Hasil : oksitosin sudah disuntikkan. Subyektifr Obyektif Assesment Jam 12.16 WIB 1) Ibu mengatakan bernama ny. M. 2) Ibu mengatakan berumur 28 tahun. 3) Ibu mengatakan G2P1A0 4) Ibu mengatakan bayinya sudah lahir. 5) Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan nyeri pada jalan lahir. 1) Diagnosa Kebidanan 1) Keadaan umum ibu baik : kesadaran composmentis TD Ny. M umur 28 tahun 110/80 mmHg, Nadi 88 x/mnt, P1A0 inpartu kala III Respirasi 24 x/menit suhu 2) Masalah : 37°C 3) Diagnosa Pontensial 2) TFU 2 jari bawah pusat, (-) kontraksi uterus keras, 4) Antisipasi/Tindakan kandung kemih Segera kosong.Perdarahan ± 100 cc. (-) 3) Ada robekan pada perineum derajat 2. 4) Ibu tampak letih. 12.20 WIB 12.21 WIB 12.22 WIB Planning d. Memeriksa tanda-tanda pelepasan plasenta: 1) Bentuk globuler. 2) Tali pusat memanjang, 3) Ada semburan darah. Hasil : sudah dilakukan. e. Melakukan peregangan tali pusat terkendali saat uterus berkontraksi dengan cara : 1) Memindahkan klem tali pusat sekitar 5 cm dari vulva. Hasil : Sudah dilakukan. 2) Meregangkan tali pusat ke arah bawah dengan menggunakan tangan kanan. Hasil ; Sudah dilakukan. 3) Meletakkan tangan kiri diatas simfisis pubis untuk menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial), lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri. Hasil : sudah dilakukan. 4) Meregangkan tali pusat sejajar, kemudian ke bawah dan ke atas sesuai sumbu jalan lahir. Hasil : sudah dilakukan. 5) Menyambut plasenta dengan menggunakan kedua tangan saat plasenta tampak di depan introitus vagina sambil memutar plasenta searah jarum jam Subyektifr Obyektif Assesment Jam 12.25 WIB 12.26 WIB 12.27 WIB 1) Ibu mengatakan sangat lelah. 2) Ibu mengatakan perutnya terasa mules. 12.30 WIB 12.42 WIB 12.45 WIB Planning secara perlahan dan hati-hati sehingga selaput ketuban terpilin. Hasil : sudah dilakukan pengeluaran plasenta. f. Memeriksa kelengkapan plasenta. Hasil : : plasenta lahir lengkap, kotiledon utuh, tidak ada pengapuran, diameter 20 cm, tebal 2,5cm, panjang tali pusat 40cm, insersi sentralis, tfu 2 jari dibawah pusat, perdarahan ± 100 cc kontraksi uterus (+) . g. Pukul 12.35 WIB plasenta lahir lengkap dengan selaput dan kotiledon tidak ada yang lepas, insersi tali pusat sentralis, tali pusat segar. Hasil : ketuban utuh. h. Melakukan massase uterus selama 15 detik secara sirkuler (gerakan melingkar) segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir dengan lembut hingga uterus berkontraksi baik. Hasil :sudah dilakukan.masase uterus i. Selanjutnya memeriksa robekan jalan lahir, ternyata terdapat robekan jalan lahir, derajat 2 (mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perinium), kemudian langsung melakukan penjahitan secara jelujur dengan anastesi. Subyektifr Obyektif Assesment Jam 12.46 WIB 12.48 WIB 1) Diagnosa Kebidanan : Ny. M umur 28 tahun P1A0 inpartu Kala IV 2) Masalah : 3) Diagnosa Potensial (-) 4) Antisipasi/Tindakan Segera (-) 12.50 WIB 13 00 WIB 13.10 WIB 13.15 WIB 13.20 WIB Planning Hasil : Sudah dilakukan heacting 6. Melakukan pengawasan kala IV. a. Membersihkan vulva dan memeriksa luka jalan lahir. Hasil : sudah dilakukan terdapat robekan perineum derajat 2. b. Kebersihan dan kenyamanan: 1) Membersihkan bokong dan paha ibu dari darahdengan air bersih menggunakan washlap. Hasil : sudah dilakukan. 2) Memasangkan gurita dan pembalut, lalu menyelimuti ibu dengan selimut yang bersih dan kering. Hasil : sudah dilakukan. 3) Mengatur posisi ibu senyaman mungkin dengan telentang sambil meluruskan kakinya untuk mengurangi pegal dan mempersilahkan ibu untuk istirahat. Hasil : sudah dilakukan. c. Memberikan ibu makan dan minum untuk pemulihan energi. Hasil : ibu bersedia untuk makan dan minum. d. Membersihkan tempat tidur dan alat partus. e. Mengobservasi keadaan ibu selama 2 jam post partum (partograf terlampir). 7. Memeriksa bayi, menimbang Subyektifr Obyektif Assesment Jam 13.30 WIB Planning setramelakukan pengukuruan bayi. Hasil : tidak ada cacat bawaan pada bayi, BBL 3100 gram, Pb 48 cm, LK 31 cm, LD 33 cm. 8. Memberikan suntukan Vit K 1 mg dipaha kiri anterolateral dan memberikan salep mata gentamicin, menyelimuti bayi lalu memberikannya pada ibu untuk memulai memulai pemberian ASI. Hasil : sudah diberikan Vit.K dan salep mata dan bayi sudah didekap ibu. 9. Melengkapi partograf, periksa TTV dan asuhan kala IV. Hasil : terlampir BAB IV PEMBAHASAN Penulis dalam pembahasan ini mencoba membandingkan anatara teori yang penulis dapatkan dari berbagai literatur dengan tinjauan kasus yang telah diuraikan didalam BAB III. Harapan penulis adalah memperoleh gambaran secara nyata kesamaan dan kesenjangan yang penulis jumpai selama melakukan asuhan kebidanan. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.M umur 28 tahun G2P2A0 sejak kontak pertama pada tanggal 28 Oktober 2015 yaitu dimulai pada masa kehamilan 32 minggu 2 har di BPM Sri Pilih Retno S.SIT., Semarang. Pembahasan ini disusun dari mulai kehamilan sampai KB menggunakan tahapan tujuh langkah varney, yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi sebagai berikut : A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan 1. Langkah 1 pengkajian Langkah ini dilakukan pengkajian sebanyak 2 kali yang dilakukan pada Ny Monicha dan didapatkan hasil berupa data subjektif dan data obyektif. Data subyektif didapatkan ibu bernama Ny Monicha umur 28 Tahun, hamil kedua dan belum pernah keguguran, HPHT 16 maret 2015 dan Hari Perkiraan Lahir yaitu tanggal 23 desember 2015. Selama kehamilan, ibu memeriksakan kehamilannya sebanyak 11 kali yaitu pada trimester I ibu tidak melakukan ANC, trimester II sebanyak 5 kali dan trimester III sebanyak 6 kali. Pemeriksaan ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa minimal kunjungan ANC adalah 4 kali, yaitu trimester I sebanyak 1 kali, trimester II sebanyak 1 kali dan trimester III sebanyak 2 kali. Frekuensi pemeriksaan ini tidak sesuai dengan teori karena trimenster 1 ibu tidak melakukan ANC mengetahui dirinya hamil dikarenakan ibu tidak (Prawirohardjo,2010). Ibu Monicha mendapatkan pelayanan timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran TFU,pemberian tablet FE, pemberian imunisasi TT, pemeriksaan HB, pemeriksaan protein urine, pemeriksaan urine reduksi, perawatan payudara, dan temu wicara/konseling. menurut (Kemenkes R1, 2012; h. 8-12) standar pelayanan antenatal terdiri dari 14T yaitu, timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran TFU,pemberian tablet FE, pemberian imunisasi TT, pemeriksaan HB, pemeriksaan protein urine, pemeriksaan urine reduksi, perawatan payudara, senam hamil, pemberian obat malaria(ibu tidak menderita penyakit malaria), pemberian kapsul minyak yudium (ibu tidak menderita penyakit hipertiroid), pemeriksaan VDRL dan temu wicara/konseling. Jadi pada kunjungan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh Ny Monicha terdapat kesenjangan antara teori dan praktek karena pada pemeriksaan kehamilan Ny Monicha hanya dilakukan 10 T. Ny. Monicha mengatakan sudah mendapatkan TT 4 kali. Pada umur kehamilan 19 minggu. TT1 capeng 15 februari 2014, TT 2 4 minggu tanggal 20 maret 2014, TT2 ke TT3 jaraknya 6 bulan tanggal 17 september 2014, jarak TT3 ke TT4 1 tahun tanggal 25 juli 2015 dan jarak TT4 ke TT5 1 tahun (Kemenkes, 2012). Hal ini sesuai teori karena pada jadwal TT2 ibu datang tepat waktu yaitu 4 minggu setelah TT1 . Kehamilan trimester III ini, tidak ditemukan keluhan atau masalah.Namun pada kunjungan pertama ibu memerlukan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya TM III dan tanda-tanda persalinan dan kunjungan kedua ibu memerlukan pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan. 2. Langkah II Interpretasi Data Interpretasi data meliputi diagnose kebidanan dan masalah yang mungkin timbul pada kasus ini setelah dilakukan pengkajian 2 kali. Diagnosa kebidanan berasal dari data subyektif dan obyektif sehingga muncul diagnose kebidanan pertama Ny. Monicha umur 28 tahun G2P1A0 umur kehamilan 32 minggu 2 hari, janin tunggal, hidup intrauterine, letak memanjang, puka, presentasi kepala, kovergen. Hal tersebut sesuai dengan teori (Ari Sulistiawati,2009), yang menyatakan bahwa diagnosa kebidanan pada ibu hamil adalah multigravida, umur. . . tahun, G . . . P . . . A . . . (UK ≥ 28 minggu, janin tunggal atau ganda, hidup atau mati dalam intrauteri , letak memanjang atau melintang, punggung kanan atau kiri presentasi belakang atau bokong , konvergen atau divergen , sehingga di temukan diagnosa kebidanan . Saat hamil, ibu diukur tinggi badannya satu kali yaitu 152cm. Hal ini sesuai dengan teori yaitu tinggi ibu hamil yang kurang dari 145 cm akan meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion). Selama hamil, ibu hanya mengalami kenaikan berat badan 11.5 kg. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kenaikan berat badan ibu hamil normal rata-rata antara 9-13,9 kg (Kemenkes, 2012). Pengkajian pertama tekanan darah ibu 90/70 tidak mengalami peningkatan pada pengkajian II yaitu 90/70. Walaupun tidak terjadi kenaikan sistole dan kenaikan diastole. Sehingga, pada kehamilan ibu, masih normal tidak ada tanda preeklampsia. Pada saat itu dilakukan pemeriksaan protein urine dengan hasil negative (-) untuk screaning preeklampsia walaupun tidak ada tanda preeklampsia.hal ini sesuai dengan teori untuk kewaspadaan faktor resiko yaitu pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan tungkai bawah, serta proteinuria) (Kemenkes RI, 2012; h. 8). Status gizi ibu berdasarkan LILA ibu 29 cm sudah mengindikasikan status gizi baik. Menurut Kusmiyati,2010 bahwa LILA ibu hamil dikatakan baik jika >23,5. Selama hamil, ibu selalu dilakukan pengukuran TFU. Pada umur kehamilan 32 minggu 2 hari, TFU 25 cm. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa standar pengukuran TFU menggunakan pita ukur setelah kehamilan 24 minggu (Kemenkes RI, 2012).Pemeriksaan leopod ibu menunjukkan satu bagian bokong berada di fundus, punggung di sebelah kanan, ekstremitas di sebelah kiri, bagian bawah teraba satu bagian kepala. Umur kehamilan 32 minggu 2 hari janin belum masuk panggul. Janin masuk panggul mulai umur kehamilan 37 minggu. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang sudah ada yaitu pemeriksaan palpasi abdomen menggunakan cara leopold. Cara leopold ada empat, yang pertama Leopold I bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian yang ada di fundus, leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada disebelah kanan atau kiri ibu, leopold III bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah uterus, dan yang terakhir adalah leopold IV yang bertujuan untuk mengetahui bagian bawah sudah masuk PAP atau belum (Jannah, 2012). Selain itu, pemeriksaan DJJ juga dilakukan setiap pemeriksaan kehamilan. DJJ pada pengkajian awal yaitu 142 kali/ menit. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa DJJ normal berkisar antara 120-160 kali/ menit yang menunjukkan bahwa keadaan janin normal (Jannah, 2012).Selama kehamilan, Ibu mendapatkan 90 tablet FE. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ibu hamil minimal mendapatkan tablet FE sebanyak 90 tablet (Kemenkes,2012). Hal ini sesui dengan kondisi kesehatan ibu yang baik yang diketahui dari pemeriksaan subyektif dan objektif bahwa ibu tidak lemas dan tidak ditemukan tandatanda anemis dan kadar Hb ibu 12 gr/dL. Hal ini sesuai dengan teori standar batas normal Hb ibu hamil yaitu 11 gr/dL (Wiknjosastro, 2009).Pemeriksaan laboratorium ibu selama hamil hanya dilakukan 3 kali pada trimester II 2 kali dan III 1 kali. Frekuensi pemeriksaan ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pemeriksaan Hb dilakukan sekali pada trimester I dan sekali pada trimester III (Kemenkes RI, 2012). Hal tersebut juga terjadi pada pemeriksaan protein urine ibu yang hanya dilakukan pada trimester II dengan hasil (-). Pemeriksaan ini tidak sesuai dengan teori bahwa pemeriksaan protein urine dilakukan pada trimester I dan III (Kemenkes RI, 2012). Kesenjangan ini dikarenakan tidak ada indikasi, sehingga tidak dilakukan pemeriksaan protein urine pada trimester III. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan ibu yaitu cek Hb dengan Hb ibu 12 gr/dL , golongan darah B, protein urine (-). Pemeriksaan ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pemeriksaan laboratorium ibu hamil terdiri dari pemeriksaan golongan darah, kadar Hb, protein dalam urine, kadar gula darah, darah malaria, tes sifilis, HIV, dan BTA (Kemenkes RI, 2012). Kesenjangan ini dikarenakan keterbatasan alat penunjang yang ada di Puskesmas Lamper Tengah, sehingga hanya pemeriksaan yang memungkinkan saja yang dapat dilakukan. Setiap hasil pemeriksaan ibu, selalu ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Hal ini sudah sesuai denga teori yang mengatakan bahwa kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan (Kemenkes RI, 2012; h. 11). Selain itu, bidan selalu memberikan konseling kepada ibu sesuai dengan kebutuhan yang ibu perlukan. 3. Langkah III Diagnosa Potensial Menurut Yulifah (2013) mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah ada. Pada kasus ini tidak muncul diagnosa potensial jadi tidak perlu dilakukan antsisipasi. 4. Langkah IV Antisipasi Antisipasi tindakan segera memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh Bidan atau Dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota TIM kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. (Ambarwati dkk; 2009; 135)., pada lahan praktek tidak dilakukan antisipasi karena pada Ny. M diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera. 5. Langkah V Perencanaan Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya(Ambarwati,2009 h.143). Adanya kerjasama antara penulis dan tenaga kesehatan yang lainnya, sehingga penulis dapat merencanakan asuhan kebidanan kebutuhan gizi ibu hamil, beritahun ibu tentang zat besi, anjurkan ibu untuk istirahat cukup, perawatan payudara persiapan persalinan, konsumsi sayuran hijau. Dapat disimpulkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan lahan praktek. 6. Langkah VI Penatalaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan pada klien dan keluarga. Mengarah atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati dkk, 2009). Dalam penatalaksanaan tindakan lanjut secara nyata dari apa yang telah direncanakan pada langkah perencanaan asuhan kehamilan pada kasus ini telah dilakukan pada penatalaksanaan. Pada perencanaan yang telah dibuat oleh penulis, tidak terdapat kesenjangan teori dan lahan praktek. 7. Langkah VII Evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya, ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif dan sebagian tidak efektfi (Varney, 2008). Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada kehamilan kunjungan 1 dan kunjungan 2 asuhan dikatakan berhasil apabila dalam asuhan tidak terjadi komplikasi selama kehamilan. Apabila asuhan kehamilan tidak berhasil didapatkan komplikasi pada ibu hamil. Didalam asuhan dari kunjungan 1 dan kunjungan 2 tidak didapatkan komplikasi, sehingga asuhan yang diberikan dinyatakan berhasil. B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan 1. Langkah I Pengkajian Pengkajian persalinan dilakukan pada tanggal 14 Desember 2015. Selama pengkajian penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini mendapat kesulitan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, Karena pasien bersedia memberikan keterangan yang bersigat subyektif, misalnya : identitas pasien, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat kesehatan dan penyakit keturunan, data psikologis dan kebiasaan sehari-hari. Disamping itu, penulis juga tidak memdapatkan kesulitan untuk bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang lainnya untuk memperoleh data obyektif, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan obstetrik, dengan didapatkan data subjektif dalam pengkajian persalinan ini seperti identitas, riwayat kehamilan, gerekan janin, riwayat nutrisi, eliminasi, istirahat. Dari data identitas di dapatkan hasil bahwa bu mengatakan bernama Ny Monicha ibu berumur 28 tahun, hamil yang ke kedua dan belum pernah keguguran, ibu datang ke BPM pukul 11.30 WIB mengatakan keluar darah sedikit bercampur lendir. Ibu memasuki masa persalinan dengan usia kehamilan 39 minggu 2 hari. Ibu merasakan kenceng-kenceng yang sering dan tidak hilang walaupun untuk istirahat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa terjadinya his persalinan memiliki sifat ada rasa sakit di pinggang menjalar ke depan, his teratur, kekuatannya semakin besar, dan apabila pasien menambah aktivitasnya, kekuatannya akan bertambah ( Varney,2007). Data objektif yang didapatkan pada tanggal 14 Desember 2015 jam 11.30 WIB di dapatkan hasil keadaan umum ibu baik kesadaran komposmentis, BB 65 kg, TB 152 cm, Lila 29 cm, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan obstetri di dapatkan hasil Leopod 1 teraba 3 jari di bawah PX, bulat, lunak, tidak melenting (bokong), leopod 2 Kanan : teraba keras, memanjang seperti papan (punggung), kiri teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas), leopod III teraba bulat, keras, melenting (kepala), tidak dapat dogoyangkan, leopod IV divergen ,TBJ : (30 – 11) X 155 = 2945gram, DJJ :144 x/ menit, HIS : 4x dalam 10 menit lamanya 45 detik. Pemeriksaan dalam didapatkan hasil VU kosong, vagina elastis, porsio lunak, pembukaan 9 cm, effacement 80 %, kulit ketuban masih utuh, presentasi kepala, POD belum teraba, tidak ada bagian yang menumbung, penurunan H III (+) , tidak ada molase dan tidak ada bandle ring. Ibu memasuki tahap persalinan kala I fase aktif deselerasi. Hasil pemeriksaan telah didokumentasikan pada lembar observasi dan partograf. Asuhan ini telah sesuai dengan teori yaitu selama persalinan menggunakan partograf sebagai alat bantu mencatat kemajuan persalinan (JNP-KR, 2008). 2. Langkah II Interpretasi Data Penulisan diagnose kebidanan pada ibu bersalin (Depkes RI,2009) meliputi : Nama ibu, umur ibu, GPA, usia Kehamilan>28 minggu, janin tunggal/ganda , hidup/mati, intrauteri/ekstrauteri, letak memanjang/ melintang , puka/puki, preskep/presbo, konvergen/divergen, inpartu/belum. Identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga yang merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik ( Yulifah, 2013) Langkah ini muncul diagnosa kebidanan pertama pada kala I Ny. M umur 28 tahun G2P1A0 hamil 39 minggu 2 hari, janin tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, puka, presentasi kepala, divergen inpartu kala I fase deselerasi. Diagnosa kala II yaitu Ny. M umur 28 tahun G2P1A0 UK 39 minggu 2 hari, janin tunggal, hidup intra uterine, letak memanjang, puka, presentasi kepala divergen, inpartu kala II. Diagnosa kala III yaitu Ny. M umur 28 tahun G2P1A0. Inpartu kala III. Diagnosa kala IV yaitu Ny. M umur 28 tahun P2A0. Inpartu kala IV dengan rupture perineum derajat 2. Interpretasi data yang didapatkan dari lahan mulai kala I – IV dapat disimpulkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktek dilahan. 3. Langkah III Diagnosa Potensial Lahan praktek tidak muncul diagnose potensial, karena pada kasus Ny. M tidak terdapat perdarahan ataupun masalah yang menghambat proses persalinan yang didapatkan dari hasil pengkajian. Diperkuat dengan teori ( Yulifah, 2013) menyatakan bahwa diagnosa potensial bisa terjadi karena identifikasi masalah dari pengkajian. 4. Langkah IV Antisipasi / Tindakan Segera Lahan praktek tidak dilakukan antisipasi, karena pada Ny,.M diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera tercantum dari teori (Yulifah, 2013) Bahwa antisipasi merupakan kesinambungan dari diagnosa potensial, apabila diagnosa potensial tidak muncul maka tidak perlu dilakukan antisipasi penanganan segera. 5. Perencanaan Adanya kerjasama antara penulis dan tenaga kesehatan yang lainnya, sehingga penulis dapat merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh setelah ditemukan didalam diagnosa dan masalah. Ada[un beberapa perencanaan dari kala I – IV antara lain : a. Perencananan Kala I 1) Beritahu keadaan ibu. 2) Anjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi untuk persalinan 3) Ajarkan ibu teknik relaksasi 4) Anjurkanibu untuk tidak menahan BAB dan BAK 5) Siapkan alat pertus set. 6) Lakukan pengawasan 10. 7) Lakukan pengawasan dalam setiap 4 jam sekali. b. Perencanaan Kala II 1) Beritahu ibu keadaannya. 2) Menganjurkan suami untuk memberikan minum teh manis diselasela kontraksi. 3) Memastikan peralatan lengkap. 4) Menganjurkan suami dan keluarga untuk memotivasi pasien dalam proses persalinan. 5) Mempersiapkan pertolongan yang menggunakan 58 langkah APN. c. Perencanaan Kala III Lakukan Manegemen aktif kala III d. Perencanaan Kala IV 1) Kaji ulang kontraksi uterus. 2) Lakukan penjahitan terhadap luka perineum. 3) Rapikan alat dan bersihkan ibu. 4) Lakukan pengawasan kala IV. 5) Dokumentasi. Penulis tidak menemukan hambatan dalam menentukan perencanaan tindakan pasien, karena adanya kerjasama yang baik antara penulis, dan tenaga kesehatan yang lain. Dan pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan anatara teori dan lahan praktek. 6. Langkah VI Pelaksanaan. Pelaksanaan dilakukan di BPM Sri Pilih Retno S.SIT,. Semarang. Pada langkah pelaksanaan penulis melakukan terhadap apa yang telah ditetapkan diperencanaan dan sesuai dengan asuhan dengan asuhan persalinan normal yang dijelaskan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Permenkes NO.1464/Menkes/Per/2010 Bab IV tentang kewenangan bidan. Langkah ini merupakan rencana asuhan klien dan keluarga. Mengarah atau melaksanan rencana asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati dkk.2009). a. Kala I Pengkajian kala I didapatkan data subyektif ibu monicha umur 28 tahun G2P010 yaitu Ibu merasa sakit pinggang menjalar ke perut dan kenceng-kenceng yang dirasakan semakin meningkat. Ibu belum mengerti cara mengurangi nyeri yang ibu rasakan. Lama kala I ibu yaitu 20 menit yang menurut teori sudah sesuai yaitu kala I untuk multigravida 7 jam (JNP-KR, 2008). Pada data obyektif di dapatkan hasil pengakajian pada jam 11.30 WIB yaitu TTV dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan dalam didapatkan hasil VT pembukaan 9 cm, ketuban utuh, teraba UUK kanan depan, penurunan H III+, tidak ada bagian yang menumbung, tidak ada mollase dan tidak ada bandle ring.DJJ 144x/mnt, kontraksi 4x dalam 10 menit lamanya 45 detik. Pada pengkajian ini tidak ditemukan masalah dan kesenjangan. b. Kala II Pengkajian kala II didapatkan data subyektif ibu Monicha umur 28 tahun G2P1A0 mengatakan perut dan pinggangnya semakin sakit, ibu mengatakan seperti ingin BAB dan ibu mengatakan ingin meneran. Pada pengkajian kala II ini tidak didapatkan masalah.menurut (JNPKKR,2008) tanda-tanda gejala kala II yaitu ibu merasa ingin meneran,adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vagina, perineum menonjol, vulva,vagina dan sfingter ani membuka. Pada pengkajian kala II didapatkan data obyektif yaitu TTV dalam batas normal, pembukaan 10 cm, effisement 100%, ketuban sudah pecah, teraba kepala UUK depan, penurunan HT IV+ dan tidak teraba bagian kecil janin. Djj 144x/mnt, kontraksi 5x dalam 10 menit lamanya 50 detik dan tidak ada bandle ring. Terdapat tanda gejala kala II yaitu adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vagina, perineum menonjol, vulva,vagina dan sfingter ani membuka hal ini sesuai dengan teori menurut (JNPK-KR,2008) tanda-tanda gejala kala II yaitu ibu merasa ingin meneran,adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vagina, perineum menonjol, vulva,vagina dan sfingter ani membuka. Lama kala II ibu 25 menit yang sudah sesuai dengan teori bahwa kala II pada primigravida maksimal 2 jam (JNP-KR, 2008) Asuhan kala II pada ibu, dilakukan episiotomi karena umtuk pelebaran jalan lahir. Hal ini sesuai dengan asuhan sayang ibu yang menganjurkan melakukan episiotomi dalam persalinan jika tidak terdapat indikasi. Adapun indikasi episiotomi yaitu gawat janin, bayi sunsang, distosia bahu, dan terdapat jaringan parut (DEPKES RI, 2008; h. 80). Ibu dipimpin dalam mengejan oleh bidan dengan posisi setengah duduk, dilakukan pendampingan oleh suami dan keluarga ibu, yang sebelumnya diajarkan cara mengejan yang benar, memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan memberikan air teh hangat ketika tidak ada kontraksi. Hal ini sesuai dengan teori asuhan kala II yaitu pendampingan terus menerus, support dari keluarga, bimbingan cara meneran, hidrasi, privasi, dukungan dari penolong persalinan, dan permintaan persetujuan dari penolong terhadap tindakan yang akan dilakukan (JNPK-KR,2008). Ketika pembukaan lengkap, kepala sudah diameter 5-6 cm dan ibu merasakan ingin meneran, bidan mengambil kain yang digunakan untuk stenen (menahan perineum agar tidak terlalu lebar sobeknya dan kepala bayi tidak terlalu defleksi). Setelah itu dilakukan penarikan biparental, dan dilakukan sangga susur untuk melahirkan bayi kemudian menilai tangisan,warna kulit dan gerakan bayi. Asuhan persalinan kala II ini sebagian besar sudah sesuai dengan 58 langkah APN yang telah ditetapkan (JNPK-KR,2008). Namun, pada asuhan ini IMD yang dilakukan hanya 30 menit karena dalam waktu 30 menit bayi sudah dapat menemukan putting susu ibu. Hal ini tidak sesuai dengan APN 58 langkah yang melakukan IMD selama 1 jam (JNPK-KR,2008). c. Kala III Pengkajian kala III didapatkan data subyektif pada Ny. Monicha umur 28 tahun yaitu ibu mengatakan perutnya masih mules dan ibu mengatakan sangat lelah. Pada pengkajian ini tidak ditemukan masalah , mules yang dirasakan ibu disebabkan karena plasenta akan lahir. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny Monicha didapatkan data obyektif KU baik, kesadaran: komposmentis, TD : 110/80mmHg, N: 86x/mnt, S: 370C, Rr : 24x/mnt, TFU setinggi pusat dan terdapat tandatanda pelepasan plasenta yaitu ada semburan darah, tali pusat bertambah panjang dan uterus globuler. Pada pengkajian tidak ditemukan masalah dan kesenjangan karena menurut JNPK-KR (2008) tanda-tanda pelepasan plasenta antara lain adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus,tali pusat bertambah panjang, dan semburan darah mendadak dan singkat. Asuhan kala III ibu menerapkan managemen aktif kala III yaitu menyuntik oksitosin segera setelah bayi lahir, klem tali pusat, peregangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri. Asuhan ini sesuai dengan teori komponen managemen aktif kala III yaitu pemberian oksitosin maksimal 2 menit setelah bayi lahir, klem tali pusat, peregangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri secara sirkuler (JNPK-KR,2008). Setelah plasenta keluar, masase fundus uteri, kemudian cek keadaan plasenta dengan hasil yaitu plasenta utuh, jumlah kotiledon lengkap, panjang tali pusat 40 cm, insersi sentralis. Pengecekan plasenta sudah sesuai dengan teori yaitu segera setelah plasenta lahir, masase fundus uteri, dan periksa bagian maternal dan fetal plasenta (JNPK-KR,2008). Pada proses persalinan kala III berlangsung selama 15 menit. Lama kala III juga sudah sesuai dengan teori yang menyatakan kala III yang berlangsung normal tidak lebih dari 30 menit (JNP-KR, 2008) d. Kala IV Pengkjian pada Ny Monicha umur 28 tahun P2A0 didapatkan data subyektif bahwa ibu mengatakan lelah dan perutnya masih terasa mules. Pada pengkajian ini tidak ditemukan masalah karena mules yang dirasakan ibu karena proses involusi uterus.Pengkajian yang dilakukan pada Ny Monicha didapatkan data obyektif yaitu KU baik, kesadaran komposmentis, TD 110/80mmHg, N : 88x/mnt, S: 36,50C Rr : 24x/mnt, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung kemih kosong. Pada pengkajian ini tidak ditemukan masalah dan kesenjangan. Menurut Sumarah (2009) TFU setelah bayi lahir setinggi pusat, TFU setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat , TFU setelah 3 hari post partum 3 jari dibawah pusat, TFU 1 minggu post partum pertengahan pusatsimfisis, TFU 2 minggu post partum sudah tidak teraba, dan 6 minggu post partum TFU normal. Asuhan kala IV ibu dibersihkan dari sisa air ketuban dan darah dan dibantu menggunakan pembalut. Kemudian penulis memenuhi nutrisi ibu dengan memberikan ibu makan dan minum serta memberikan ibu terapi obat, Kotrim 1 tablet, asam mefenamat 1 tablet dan kapsul vitamin A 1 tablet. Bekerjasama dengan ibu dan suami beserta keluarga untuk memasase fundus yang sebelumnya diajarkan terlebih dahulu untuk memantau kontraksi dan mencegah terjadinya perdarahan post partum dan melakukan pengawasan selama 2 jam postpartum yaitu setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua pascapersalinan. Asuhan ini sudah sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada asuhan kala IV dilakukan pemeriksaan nadi, TFU, dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama, dan 30 menit pada 1 jam kedua, hygiene dan kenyaman, pemberian analgesik, dan kebutuhan nutrisi serta hidrasi (JNPK-KR,2008). 7. Langkah VII Evaluasi Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. M sudah didapatkan hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat pada tanggal 14 desember 2015 jam 12.00 wib lahir bayi spontan, menangis kuat, kulit kemerahan, gerakkan aktif, jenis kelamin laki-laki dan sudah dilakukan IMD, berat badan 3100 gram, tidak terapat cacat bawaan, kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, kotiledon lengkap, tidak terdapat perdarahan. Pada kala IV terdapat rupture perineum derajat 2, sudah dilakukan penjahitan menggunakan anastesi. Kondisi ibu baik, kemudian tidak didapatkan komplikasi pada ibu dan janin. Perdarahan selama kala II ±50 cc, kala III ± 80 cc, kala IV 120 cc sehingga total darah yang keluar dari jalan lahir 250 cc. Menurut Prawiroharjo (2009) pengeluaran darah normal ± 500 dan ≥ ± 500 cc pengeluaran darah yang abnormal. Sehingga asuhan yang diberikan saat bersalin dinyatakan berhasil dan tidak ada kesenjangan. C. Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Nifas 1. Langkah I Pengkajian Seorang ibu dikatakan dalam nifas apabila plasenta sudah dan berakhir ketika alat-alat kanjungan kembali seperti keaadan sebelum hamil, masa nifa berlangsung selama ±6 minggu (Prawirohardjo, 2009). Hal ini juga ditemukan dalam praktek pada Ny. M masa nifas dihitung dari lahirnya plasenta yang dilakukan kunjungan masa nifas mulai dari 6 jam postpartum sampai dengan 6 minggu postpartum. Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek.Langkah pertama yaitu pengumpulan data dasar, pada langkah pengumpulan data ini memperoleh data dengan cara anamnesa pada klien dan keluarga berdasarkan keluhan yang dirasakan dan melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan. Penulis tidak menemukan kesulitan karena ibu sangat kooperatif. Kunjungan I 6 jam postpartum didapatkan data subjektif yang diperoleh meliputi ibu mengatakan bernama Ny Monicha ibu mengatakan melahirkan anak yang kedua secara normal pada tanggal 14 desember 2015 jam 12.00 WIB, belum pernah keguguran, ibu mengatakan berumur 28 tahun. Pada kunjungan nifas yang pertama 6 jam post partum ini ibu mengalami mules, ibu sudah bisa mobilisasi dini dengan turun dari tempat tidur kemudian jalan ke kamar mandi tanpa bantuan suami ataupun keluarga dan ibu sudah BAK namun ibu belum BAB. Hal ini sesuai dengan teori pengkajian data subyektif pada 6 jam postpartum yaitu ibu masih merasakan mules, ibu sudah mobilisasi dini, dan ibu sudah BAK (Saleha, 2009). Pada kunjungan nifas yang pertama 6 jam post partum, didapatkan data obyektif pemeriksaan TTV dalam batas normal yaitu TD 90/70mmHg, N: 84x/mnt, S:36,40C, Rr: 24x/mnt. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen TFU 2 jari dibawah pusat,kontraksi keras dan pada genetalia didapatkan PPV darah segar. Pada kunjungan ini ibu tidak mengalami masalah. Hal ini tidak ada kesenjagan dengan teori hasil pengkajian data obyektif pada 6 jam post partum, yaitu TTV dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat dan PPV lochea rubra. Menurut (Saleha,2009) lochea rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan meconium dari hari pertama sampai ketiga pasca post partum. TFU teraba 2 jari dibawah pusat. Jadi pada pengkajian ini tidak terdapat kesenjangan dengan teori. Kunjungan kedua tanggal 21 desember 2015 jam 14..00 WIB didapatkan data subjektif bahwa Ny Monicha dalam sehat,ibu sudah tidak mengalami mules,ibu mengatakan mengeluarkan darah berwarna merah kekuningan,nutrisi ibu cukup dan tidak ada makanan pantangan, ibu sudah BAK dan BAB lancar,ibu dapat menyusui bayinya dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori pengkajian data subyektif pada 6 hari postpartum yaitu, ibu sudah BAK dan BAB, ibu mendapat nutrisi yang cukup, dan ibu dapat menyusui bayinya dengan baik (Saleha, 2009). Pada kunjungan nifas yang kedua 6 hari post partum, didapatkan data obyektif TTV dalam batas normal yaitu TD 110/80mmHg, N: 84x/mnt, S:36,40C, Rr: 20x/mnt. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen TFU teraba antara simfisis-pusat,kontraksi keras dan pada genetalia didapatkan PPV darah berwarna merah kekuningan. Pada kunjungan ini ibu tidak mengalami masalah. Hal ini tidak ada kesenjagan dengan teori hasil pengkajian data obyektif pada 6 hari post partum, yaitu TTV dalam batas normal, TFU pertengahan simfisis- pusat dan PPV lochea sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lender yang keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan (Saleha,2009). Kunjungan nifas yang ketiga tanggal 04 januari 2016 jam 13.00 WIB dilakukan pengkajian ke-tiga masa nifas pada Ny Monicha didapatkan data subjektif yang meliputi ibu mengatakan tidak mengalami tanda-tanda bahaya masa nifas, ibu mendapatkan nutrisi yang cukup, ,ibu dapat menyusui bayinya dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori pengkajian data subyektif pada 2 minggu postpartum yaitu, memastikan adanya tanda-tanda infeksi masa nifas, ibu mendapat nutrisi yang cukup, dan ibu dapat menyusui bayinya dengan baik (Saleha, 2009). Pada kunjungan nifas yang ketiga) 2 minggu post partum, didapatkan data obyektif TTV dalam batas normal yaitu TD 100/70mmHg, N: 84x/mnt, S:36,40C, Rr: 24x/mnt. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen TFU sudah tidak teraba dan pada genetalia didapatkan PPV berwarna kekuningan. Pada kunjungan ini ibu tidak mengalami masalah. Hal ini tidak ada kesenjangan dengan teori hasil pengkajian data obyektif pada 2 minggu post partum, yaitu TTV dalam batas normal, TFU sudah tidak teraba dan PPV lochea serosa yaitu berwarna merah jambu kemudian berubah menjadi kekuningan yang keluar pada hari ke 7-14 pasca persalinan dan lochea ini mengandung cairan serosa,jaringan desidua,leukosit dan eritrosit. (Saleha,2009). Kunjungan nifas yang ke empat tanggal 15 Februari 2016 jam 08.00 WIB penulis melakukan kunjungan ke empat masa nifas pada Ny Monicha, di dapatkan data subjektif berupa Ibu mengetakan tidak ada keluhan, ibu tidak mengalami kesulitan dalam merawat bayinya. Hal ini sesuai dengan teori pengkajian data subyektif pada 6 hari postpartum yaitu,memastikan ibu tidak ada penyulit-penyulit yang dialami ibu maupun bayinya. (Saleha, 2009). Pada kunjungan nifas yang keempat 6 minggu post partum, didapatkan hasil pemeriksaan data obyektif TTV dalam batas normal yaitu TD 100/70mmHg, N: 82x/mnt, S:36,40C, Rr: 23x/mnt. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen TFU sudah tidak teraba dan pada genetalia didapatkan PPV berwarna putih. Pada kunjungan ini ibu tidak mengalami masalah. Hal ini tidak ada kesenjagan dengan teori hasil pengkajian data obyektif pada 6 minggu post partum, yaitu TTV dalam batas normal, TFU sudah tidak teraba dan PPV lochea alba berwarna putih yang keluar dari hari ke 14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai masa nifas selesai. (Saleha,2009). 2. Langkah II Interpretasi Data Diagnosa kebidanan ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2004), Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Ny…Umur…P..A…lama postpartum dan keadaan nifas fisiologis/patologis (Ambarwati, dkk.2009: h.141). Langkah kedua ini ditegakkan dari hasil pengkajian meliputi data subyektif dan obyektif. Penulis menemukan diagnosa pada kunjungan pertama yaitu Ny. M umur 28 tahun P2A0 6 jam postpartum, diagnosa kedua Ny. M umur 28 tahun P2A0 6 hari postpartum, diagnosa pada kunjungan ketiga Ny. M umur 28 tahun P2A0 2 minggu postpartum, diagnosa pada kunjungan keempat Ny. M umur 28 tahun P2A0 6 minggu postpartum. Penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam penegakkan diagnosa. 3. Langkah III diagnose Potensial Lahan praktek tidak muncul diagnosa potensial, karena pada kasus Ny. M tidak terdapat masalah bahaya nifas seperti yang dijelaskan pada teori margaretha zh (2013) menyatakan bahwa bahaya njifas melipti anemia, depresi masa nifas, infeksi masa nifas diantaranya mastitis, lochea berbau busuk, endometritis, parametritis, tombofeblitis, hematoma, vaginitis. 4. Langkah IV Antisipasi / Tindakan Segera Lahan praktek tidak dilakukan antisipasi, karena pada Ny. M diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera. 5. Langkah V Perencanaan Asuhan masa nifas Ny. M perencanaan diberikan sesuai dengan asuhan penatalaksanan kunjungan masa nifas (Lusa, 2009). Yaitu A. 6 - 8 jam setelah persalinan 1) Cegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2) Deteksi dan rawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut. 3) Berikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4) Berikan ASI awal. 5) Lakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 6) Jaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. 7) jika petugas kesehatan meenolong persallinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. B. 6 hari postpartum 1) Pastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2) Nilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. 3) Pastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. 4) Pastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. 5) Berikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. C. 2 minggu postpartum Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan). D. 6 minggu postpartum 1) Tanyakan kepada ibu tentang penyulit – penyulit yang ia atau bayi alami. 2) Berikan konseling untuk KB secara dini Penulis dapat merencanakan asuhan kebidanan yang tepat pada Ny. M dari kunjungan nifas yang pertama sampai keempat. Kunjungan nifas I didapatkan perencanaan yaitu pastikan keadaan ibu baik, cek perdarahan, pastikan ibu menyusui bayinya secara awal, beritahu ibu melakukan vulva hygiene, anjurkan ibu untuk memperbaiki nutrisi, anjurkan ibu menjaga kehangatan bayi. Kunjungan II didapatkan perencanaan yaitu pastikan involusi uteri berjalan baik dan tidak dapat perdarahan vaginam, pastikan tidak terjadi infeksi dan pengeluaran pervaginam berbau busuk, jelaskan tanda bahaya masa nifas dan pentingnya asi ekslusif, beri KIE perawatan bayi sehari – hari. Kunjungan III dilakukan perencanaan yaitu pastikan involusi berjalan normal, pastikan ibu menjaga menjaga personal hygiene, pastikan ASI selalu diberikan ibu, anjurkan ibu menjaga pola istrahat, Kunjungan IV dilakukan beritahu keadaan ibu, memastikan ibu sudah bisa merawat bayi dan tidak terdapat penyulit, berikan konseling KB secara dini, pastikan ibu menyusui secara ekslusif. Penulis mengatakan pada perencanaan asuhan dari kunjungan I – IV tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktek. Kesenjangan. 6. Langkah VII Pelaksanaan Pada langkah ini penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam melakukan pelaksanaan. Seluruh perencanaan dilakukan pelaksanaan. Pelaksanaan dilakukan secara tepat dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 7. Langkah VII Evaluasi Setelah dilakukan asuhan kebidanan masa nifas yang dilakukan 4 kali kunjungan didapatkan hasil semua asuhan telah dilakukan secara tepat. Asuhan masa nifas pada Ny. M dilakukan selama 4 kali dimulai dari kunjungan pertama Ny. A 6 jam postpartum, kunjungan kedua saat 3 hari postpartum, kunjungan ketiga 14 hari postpartum dan kunjungan terakhir dilakukan saat 6 minggu postpartum. Setelah dilakukan asuhan kebidanan masa nifas yang dilakukan 4 kali kujungan didapatkan hasil semua asuhan telah dilakukan secara tepat serta tidak ditemukan kegawatdaruratan sehingga asuhan yang diberikan dinyatakan berhasil. D. Bayi Baru Lahir 1. Pengkajian Menurut Rukyah (2011) jadwal kunjungan neonatus atau bayi baru lahir yaitu kunjungan pertama dilakukan pada 6 jam pertama post partum, kunjungan kedua pada hari ke-3 post partum, kunjungan ketiga pada 2 minggu post partum dan kunjungan keempat pada 6 minggu post partum. Hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan di lahan pada kunjungan kedua. Pada lahan kunjungan kedua dilaksanakan pada 6 hari post partum dikarenakan pada lahan disesuaikan dengan kunjungan ibu nifas. Melakukan asuhan pada bayi baru lahir 1 jam setelah melahirkan. Pada asuhan 1 jam, penulis memperoleh data subjektif bahwa indentitas By Ny Monicha, bayi merupakan anak kedua, lahir pada tanggal 14 desember 2015 pukul 12.00 WB, bayi belum BAB dan BAK dan bayi menangis kuat, gerakan aktif serta kulit kemerahan. Pada pemeriksaan objektif di dapatkan keadaan umum baik, nadi 140 x/m, suhu 36,50C, respirasi 40x/m. Pada pemeriksaan antopometri BB 3200 gram, PB 48 cm, LD 33 cm, LK 35 cm, Lila 11 cm. Pada pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan kelainan bawaan dari ujung kepala hingga kaki bayi. Menurut (Dewi, 2010), Ciri-ciri bayi normal, antara lain sebagai berikut : Berat badan 2500-4000 gram, Panjang badan 48-52 cm, Lingkar badan 30-38 cm, Lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai 40 x/menit. Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. pada kasus By Ny. M Diagnosa kebidanan yang di peroleh adalah By Ny Monicha umur 1 jam, telah diberikan salep mata pada kedua mata bayi yang bertujuan agar mata bayi tidak infeksi, tidak ditemukan perdarahan tali pusat. Pada asuhan bayi baru lahir, pemberian vit K, memberi salep mata, memberi asi pada bayi, menjaga kehangatan,. Setelah 1 jam pemberian vit k kemudian berikan tetes mata antibiotik profilaksis (APN, 2008). Dalam pelaksanaan ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek yaitu dalam penyuntikan vit K pelaksanaan tidak mencuci tangan dan memakai hanscoon yang bertujuan sebagai pencegahan infeksi menurut Menurut JNPK-KR 2008 Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan pasien. 1. Kunjungan pertama Dalam pengkajian dilaksanakan pada 6 jam post partum dan diperoleh data subjektif bahwa indentitas By Ny Monicha, bayi merupakan anak pertama, lahir pada tanggal 14 desember 2015 pukul 19.15 WIB. bayi sudah BAB dan BAK dan bayi menangis kuat, gerakan aktif serta kulit kemerahan. Pada pemeriksaan objektif di dapatkan keadaan umum baik, nadi 130 x/m, suhu 36,50C, respirasi 40x/m. Pada pemeriksaan antopometri BB 3200 gram, PB 48 cm, LD 33 cm, LK 35 cm, Lila 11 cm. Pada pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan kelainan bawaan dari ujung kepala hingga kaki bayi. Menurut (Dewi, 2010), Ciri-ciri bayi normal, antara lain sebagai berikut : Berat badan 2500-4000 gram, Panjang badan 48-52 cm, Lingkar badan 30-38 cm, Lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai 40 x/menit. Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Berdasarkan pengkajian di atas, penulis menegakkan diagnosa bayi Ny. Monicha umur 6 jam. Diagnosa tersebut secara prinsip sama dengan teori diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir yaitu nama ,umur, hari normal atau tidak normal (Saleha,2009). Penulis tidak menemukan masalah. Pada kunjungan pertama 6 jam setelah bayi lahir penulis melakukan menjaga kehangatan bayi, mengajarkan cara perawatan tali pusat, memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir. Menurut (Rukiyah,2011) dalam kunjungan pertama neonatus dilakukan menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi seperti menganti popok yang basah, memakaikan bedong pada bayi dan memakaikan topi pada kepala bayi, menjaga tali pusat agar tetap bersih, pemberian ASI, setelah dilakukan evaluasi ibu mengerti cara menjaga kehangatan bayi, memberi tahu ibu bagaimana cara perawatan tali pusat yaitu mengati dengan kasa kering tanpa diberi alcohol setelah dilakukan evaluasi ibu sudah mengerti bagaimana cara melakukan perawatan tali pusat, memberitahu ibu tentang tanda bahaya BBL, setelah dijelaskan dan dilakukan evaluasi ibu sudah mengetahui tanda bahaya BBL. Dalam pelaksanaan kunjungan pertama tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 2. Kunjungan kedua Kunjungan ke dua dilaksanakan pada 6 hari post partum dan didapatkan data subjektif Pada kunjungan kedua penulis melakukan pengumpulan data subjektif dan objektif pada By Ny Monicha dengan hasil pada data subjektif bayi mampu menyusu dengan kuat, BAB 2-3x dalam sehari, BAK 6-7x dalam sehari, gerakan bayi aktif dan tali pusat telah lepas. Pada data objektif terjadi penurunan berat badan bayi, dari BB awal 3100 gram tetap 3100 gram. Pada pemeriksaan fisik diperoleh hasil tali pusat telah lepas. Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang diperoleh tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik karena menurut (Kemenkes, 2010) . Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif di peroleh diagnose By Ny,Monicha umur 6 hari. Diagnosa tersebut secara prinsip sama dengan teori diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir yaitu nama ,umur, hari normal atau tidak normal (Saleha,2009). Penulis tidak menemukan masalah. Kunjungan kedua ini penulis memberikan asuhan antara lain memberitahu pentingnya ASI eksklusif,memastikan ibu menyusui bayinya dengan benar, memeriksa keadaan bayi, memeriksa tali pusat dan perawatan bayi sehari- hari. hasil ibu sudah mengetahui tentang asi eksklusif,ibu sudah menyusui bayinya dengan benar dan paham tentang perawatan bayi sehari-hari. Pada asuhan kunjungan ke dua ini penulis tidak mendapatkan masalah namun terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. Menurut (Rukiyah,2011) kunjungan kedua dilaksanakan pada hari ketiga dengan asuhan menanyakan bagaimana bayi menyusu,memeriksa apakah bayi kuning atau tidak , memastikan ada tanda infeksi pada tali pusat atau tidak. 3. Kunjungan ketiga Kunjungan ketiga ini dilaksanakan pada 2 minggu post partum dan didapatkan data subjektif Pada kunjungan ketiga data subjektif yang di peroleh adalah bayi telah menyusu kuat, bayi BAB 3-4x sehari , BAK 78x sehari. Dan data objektif diperoleh hasil peningkatan berat badan bayi 500 gram dari BB lahir 3600 gram. Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif dapat ditegakkan diagnose By Ny Monicha umur 14 hari. Diagnosa tersebut secara prinsip sama dengan teori diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir yaitu nama ,umur, hari normal atau tidak normal (Saleha,2009). Penulis tidak menemukan masalah. Kunjungan ke tiga pastikan bayi mendapatkan asi yang cukup, mengecek tali pusat, memastikan bayi mendapatkan imunisasi dan menganjurkan untuk kunjungan ulang. Hasil peningkatan berat badan bayi gram yang semula adalah 3100 gram. Bayi menyusu teratur 2-4 jam selkali. Menurut (Kemenkes, 2010) pada hari ketujuh Ibu dan bayi masih menyesuaikan diri untuk menyusu dan menyusui. Mulai saat ini BB bayi akan bertambah. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek lahan. 4. Kunjungan keempat Kunjungan keempat ini dilaksanakan pada 6 minggu post partum.Penulis memperoleh data subjektif pada kunjungan keempat berupa bayi menyusu kuat, gerakan bayi aktif, dan ibu mengatakan hubungan ibu dengan bayi baik. Kunjungan keempat ini penulis memperoleh data obyektif N: 130x/mnt S: 36,50C Rr : 42x/mnt BB : 4500 gram PB 51cm LK : 36 cm LD : 34cm Lila : 12 cm. pada kunjungan keempat ini terjadi peningkatan berat badan bayi 900 gram dari BB lahir 3600 gram menjadi 4500 gram . pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik. Menurut (Rukiyah,2011) kunjungan keempat bayi dipastikan berat badan meningkat,asuhan kasih sayang ibu, dan posyandu. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif di peroleh diagnose By Ny, M umur 6 minggu. Diagnosa tersebut secara prinsip sama dengan teori diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir yaitu nama ,umur, hari normal atau tidak normal (Saleha,2009). Penulis tidak menemukan masalah. Kunjungan keempat ini penulis memberikan asuhan yaitu ibu harus tetap memberikan ASInya secara eksklusif dan menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu atau tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi selanjutnya dan mendapatkan informasi tentang tumbuh kembang anak. Menurut (Rukiyah,2011) asuhan kunjungan 6 minggu antara lain memastikan laktasi berjalan baik dan berat badan meningkat, melihat hubungan ibu dan bayi dan menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke tenaga kesehatan atau ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi dan mendapatkan informasi tentang tumbuh kembang anak. Pada asuhan ini tidak terdapat masalah ataupun kesenjangan. 2. Langkah II Interpretasi Data Diagnosa kebidanan yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar moneklatur diagnose kebidanan (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan bayi baru lahir meliputi : Nama bayi, Bayi baru lahir, umur jam/hari/minggu, fisiologis/patologis Asuhan BBL pada bayi Ny. M penulis membuat diagnose kbidanan sesuai dengan asuhan kunjungan BBL meliputi : 1) Kunjungan 1 Bayi Ny. M umur 6 jam fisiologis 2) Kunjungan 2 Bayi Ny. M umur 6 hari fisiologis 3) Kunjungan 3 Bayi Ny. M umur 14 hari fisiologis 4) Kunjungan 4 Bayi Ny. M umur 36 hari fisiologis Langkah kedua ini ditegakkan dari hasil pengkajian data subyektif dan obyektif. Pada bayi baru lahir didapatkan diagnosa bayi Ny. M umur 1 jam, KN - I didapatkan diagnosa Bayi Ny. M umur 6 jam, KN – 2 didapatkan diagnosa bayi Ny. M umur 2 minggu, KN – 3 didapatkan diagnosa Bayi Ny. M umur 28 hari. Penulis dalam penegakan diagnosa tidak mendapatkan kesulitan karena data subyektif dan data obyektif yang didapatkan sudah tepat. 3. Langkah III Diagnosa Potensial Lahan praktek tidak muncul diagnose potensial, karena pada kasus Bayi Ny. M tidak terdapat masalahyang dapat memunculkan diagbisa potensial. 4. Langkah IV Antisipasi Lahan praktek tidak dilakukan antisipasi, karena pada Bayi Ny. M diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera. 5. Langkah V Perencanaan Asuhan BBL bayi Ny. A perencanaan diberikan sesuai dengan asuhan penatalaksanan kunjungan BBL (Kemenkes RI, 2010) meliputi : a. 6-48 Jam 1) Selama waktu ini bayi masih menyesuaikan dengan kehidupan diluar uterus dan membutuhkan ASI. Jangan berikan cairan apapun. 2) Pastikan tali pusat dalam keadaan kering dan tidak perdarahan. 3) Bayi kuning yang terjadi pada 24 jam pertama atau setelah 2 minggu menunjukkan tanda bahaya. 4) Berikan Vitamin K segera setelah lahir agar efektif, hal ini penting untuk bayi premaure. 5) Berikan imunisasi pada BBL mengikuti pedoman imunisasi di masing-masing Negara. b. 3- 7 hari Tanya dan lihat : Tanda dan berat badan. 1) Bayi yang mengalami infeksi selama masa intrapartum, akan memiliki tanda infeksi (kemerahan dan adanya pustule pada kulit, pengeluaran dari pusar, mata, suhu bayi sangat panas atau dingin, masalah menyusui dan masalah pernafasan). 2) Secara normal berat badan akan berkurang 5-7% selama hari pertama setelah kelahiran. Namun kehilangan BB tidak akan berkurang dari 10% dari berat bayi.feksi setelah lahir. 3) Ibu dan bayi masih menyesuaikan diri untuk menyusu dan menyusui. Mulai saat ini BB bayi akan bertambah. 4) Bayi yang mengalami infeksi akan menunjukkan tanda-tanda. 5) Bayi yang berwarna kuning menunjukkan bayi yang sakit. 6) Jika bayi belum menerima imunisasi, berikan sekarang atau bawa bayi ke sarana kesehatan. c. 8-28 hari 1) Dalam 28 hari setelah lahiran bayi menyesuaikan diri, 2) Pastikan BB bertambah (25-30 gram/hari) 3) Monitoring tanda infeksi harus tetap dilakukan 4) Ingatkan ibu untuk imunisasi minggu ke 6. Penulis merencanakan asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir dan KN 1 – KN -3. Pada bayi baru lahir perencanaan yang akan dilakukan dalam asuhan meliputi informasi keadaan bayi, suntik Hb 0 , suntik vit K untuk mencegah perdarahan, beri salep mata untuk mencegah infeksi, jaga kehangatan bayi, tali pusat, beri konseling tentang menyusui secara on demand, mendapatkan imunisasi, kunjungan ulang,Tidak terdapat kesenjangan teori dan lahan praktek. KN – 1 dilakukan 6 jam setelah bayi lahir, perencanaan asuhan yang akan dilakukan yaitu pastikan bayi menyusu kuat, konseling pencegahan infeksi, mandikan bayi, suntik Hb 0, konseling perawatan tali pusat, memastikan bayi disusui secara on demand,tanda bahaya BBL,, hal tesebut sesuai dengan teori menurut Departemen RI (2011) menyataan asuhan KN-1 meliputi Pemeriksaan bayi baru lahir, ASI ekslusif, menjaga bayi tetap hangat, perawatan bayi, tanda bayi sakit dan bahaya pada bayi, merawat BBL, konseling. KN – 2 perencanaan asuhan kebidanan meliputi lakukan pemeriksaan ulang, anjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan tambahan kepada bayi, konseling tanda bahaya bayi baru lahir dan mematikan bayi tidak terdapat tanda bahaya, pastikan ibu sudah bisa merawat bayinya, anjurkan untuk menjaga kehangatan bayi,pastikan ibu menyusui bayinya dengan benar. Penulis tidak mendapatkan kesenjangan teori didalam perencanaan KN – 2. KN – 3 perencanaan asuhan kebidanan meliputi lakukan pemeriksaan ulang, anjurkan ibu untuk membawa bayinya ketempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi dan informasi mengenai tumbuh kembang bayinya, anjurkan ibu untuk tidak memakaikan pempers lama karena nanti bisa terjadi ruam popok terjadi pada kulit bayi, anjurkan untuk menjaga kehangatan bayi, anjurkan untuk tetap menyusui secara ekslusif. Penulis tidak mendapatkan kesenjangan antara teori dan praktek. 6. Langkah VI Pelakasanaan Dalam pelaksanaan semua asuhan dari bayi baru lahir dan KN – 1 sampai KN -3 yang ditulis dalam perencanaan telah dilakukan pada penatalaksanaan. Penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam pelaksanaan asuhan kecuali perawatan tali pusat. Perwat an tali pusat menurut Panduan APN (2010) mengatakan bahwa perawatan tali pusat dilakukan dengan membersihkan menggunakan air hangat DTT dan Sabun dan keringkan tanpa dibungkus menggunakan kassa steril. Pada dilahan cara perawatan tali pusat dikeringkan dan dibungkus menggunakan kassa steril. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori dan diperkuat dengan penelitian Diah Sukarmi dan indah puji (2011) didalam penelitiannya tentang perbedaan perawatan tali pusat terbuka bahwa hasil dari uji statistic diperoleh diperoleh nilai rata-rata lama pelepasan tali pusat pada keompok yang dirawat secara terbuka ada 5,6 hari, sedangkan untuk kelompok dirawat secara tertutup didapat nilai ratarata lama pelepasan tali pusat adalah 6,5 hari dengan standar deviasi 2,188 har. Akan tetapi perawatan tali pusat pada lahan dilakukan kering dan membungkus tali pusat dengan kassa steril dilakukan karena dari faktor keluarga yang menggunakan kebiasaan membungkus tali pusat dengan kassa steril. 7. Langkah VII Evaluasi Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi baru dan lahir pada kunjungan KN -1 sampai KN -3 asuhan dikatakan berhasil apabila dalam asuhan tidak terjadi komplikasi pada bayi. Apabila asuhan tidak berhasil didapatkan komplikasi pada bayi. Di dalam asuhan dari bayi baru lahir dan kunjungan I – III tidak didapatkan komplikasi pada bayi baru lahir, ashingga asuhan yang diberikan dinyatakan berhasil. E. Keluarga Berencana 1. Langkah I Pengkajian Pelayanan keluarga berencana diberikan pada pasangan usia subur khususnya ibu dalam masa nifas guna untuk membantu merencanakan keluarga dengan mengajarkan cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (Hidayati, 2009). Hal ini juga ditemukan dalam praktek pada Ny. M dalam masa nifas diberikan konseling tentang keluarga berencana sehingga Ny. M dapat memilih alat kontrasepsi yang diinginkan, dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek. Pengkajian pada pasien Pra KB suntik 3 bulan didapatkan data subyektif : ibu belum menstruasi dan belum pernah berhubungan seksual dengan suami, ibu sudah pernah menggunakan KB pil selama 1 tahun dan tidak keluhan, ibu ingin menggunakan KB suntuk 3 bulan dengan persetujuan suami. Hasil dari data obyektif didapatkan keadaan umum : baik, kesadaran composmentis TTV Tekanan darah: 100/70 mmHg, Nadi: 84x / menit, Respirasi: 24 x /menit, Suhu: 36,6 C dan pemeriksaan fisik normal. Saat pengkajian pasien kunjungan 2 dan akan dilakukan penyuntikkan KB didapatkan data sebagai berikut : DO : Ibu mengatakan sudah pernah menggunakan alat kontrasepri yaitu KB pil selama 1 tahun dan tidak keluhan, ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan dengan persetujuan suami. DS : Keada an Umum : baik, kesadaran composmentis TTV Tekanan darah: 100/70 mmHg, Nadi: 84x / menit, Respirasi: 24 x /menit, Suhu: 36,6 C. 2. Langkah II Interpretasi Data Diagnosa ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan (Estiwidani dkk, 2008). Menurut Varney (2004) diagnose kebidanan keluarga berencana akseptor/akseptor. meliputi :Nama ibu, umur, PA, calon Langkah ini didiagnosa bisa ditegakkan dengan pengkajian data subyektif dan obyektif. Diagnosa pertama : Ny. M umur 28 tahun P2A0 calon akseptor KB. Diagnosa kedua 3. : Ny. M umur 28 tahun P2A0 akseptor KB. Langkah III Diagnosa Potensial Lahan praktek tidak muncul diagnosa potensial, karena pada asuhan KB pada Ny. M tidak terdapat masalah yang dapat memunculkan diagnosa potensial. 4. Langkah III Antisipasi / Tindakan Segera Lahan praktek tidak dilakukan antisipasi, Karena pada asuhan KB pada Ny. M diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera. 5. Langkah V Perencanaan Kunjungan pertama KB perencanaan asuahan yg akan dilakukan sebagai berikut : beritahu keadaan ibu hasil pemeriksaan, konseling tentang metode dan jenis-jenis KB, buat kesepakatan pada ibu untuk datang lagi tanggall 16 februari 2016 ketenaga kesehatan untuk mendapatkan suntik KB 3 bulan. Kunjungan ke 2 perencanaan asuhan yaitu informasi hasil pemeriksaan bahwa ibu diperbolehkan memakai KB suntik 3 bulan, informasi ibu tentang suntik KB 3 bulan, beritahu ibu akan disuntik depo provera, siapkan peralatan untuk suntik, anjurkan ibu control ulang apabila ada keluhan, dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek. 6. Langkah VI Pelaksanaan Pelaksaan dilakukan sesuai dengan perencanaan diatas dan semua asuhan dilaksanakan. Penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam pelaksanaan. Tidak terdapat kesenjangan teori dan lahan praktek. 7. Langkah VII Evaluasi Asuhan yang diberikan pada kunjungan pertama tentang konseling KB suntik 3 bulan, ibu sudah mengerti dan bersedia datang ke tenaga kesehatan 1 hari kemudian lagi untuk mendapatkan KB. Pada kunjungan kedua ibu sudah disuntik dibokong 1/3 sias dan setelah penyuntikkan tidak tejadi odema. Saat kunjungan ulang pada tanggal 06 mei 2016 ibu suntik KB suntik 3 bulan dan ibu mengatakan mengalami keluhan sedikit dari biasanya ( oligomenorhea) dan berat badan ibu stabil tidak mengalami penambahan. Haltersebut masih dikatakan normal yang tertera dalam teori Anggraini, Yetti dan Martini, (2012) menyatakan bahwa efek samping suntik 3 bulan yaitu gangguan haid yang tidak teratur. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkanhasil Karya Tulis IlmiahAsuhanKebidananBerkelanjutanpadaNy.MonichaUmur BPM Sri 28Tahun PilihRetnoS.SiT di Kota Semarangmeliputikehamilandariusiakehamilan 32minggu 2hari, bersalin, bayibarulahir,nifas,dan KBdenganpendekatan menurutvarneydanpendokumentasian manajemen menggunakan kebidanan metode SOAP, sehinggapenelitimemperolehkesimpulansebagiaberikut : 1. AsuhankebidanankehamilanpadaNy.Monichaberjalandengan baik yaitu melakukanpengkajian data subyektif, data obyektif, menentukanassessmentdanmelakukanplanning meliputi intervensi,implementasi dan evaluasi. DilakukanPemeriksaan ANC sebanyak 11 kali tidakterdapatkeluhan yang bersifat abnormal, 2. Asuhankebidananpersalinanpada Ny.Monichaumur 28tahunsesuaidengan 58 langkah sampaidengan IV dandilakukanpengawasan kala APN yangdimulaidarikala mulaikala I I sampaidengankala IV denganmelakukanpengkajian data fokus yaitu data subyektif dan data obyektif, menentukan assessment serta melakukan planning meliputi intervensi, implementasi dan evaluasi. Persalinan Ny.Monicha berjalan dengan normal. 3. PadaasuhankebidananBy. Ny.Monichadiberikandenganmelakukanpengkajian menentukan assessment, data fokus, melakukanrencanapelaksanaan, melakukanevaluasi. BayiNyMonichalahirpadausiakehamilan 39 minggu 2haripadatanggal14 desemberpukul NyMonichalahirspontan, 12.00 menangiskuat, WIB. By gerakanaktif, warnakulitkemerahandenganberatbadan3100 gram, PB : 48cm, LK: 35 cm, LD : 33 cm, Lila :11 cm. asuhaninidilakukanpengkajiansebanyak 4 kali mulaidari 6 jam post partum, 6 haripost partum, 2 minggupost partumdan 6 minggupost partum. Pengkajianberjalanlancardantidakditemukankomplikasi. 4. Asuhankebidanannifas padaNy.Monichadiberikandenganmelakukanpengkajian. yang dilakaukandata fokus, menentukan melakukanrencanapelaksanaan, Pengkajian assessment, melakukanevaluasi. Selamamasanifasdilakukankunjungansesuaidenganstandartyaituselam a 4 kaliyaitudari 6 jam post partum, 6 haripost partum, 2 minggupost partumdan 6 minggupost partum. Selamakunjungantidakditemukankomplikasi-komplikasi yang adapadaklien, namunklientidakmenerapkanASI Eksklusif. 5. AsuhankebidanankeluargaberencanapadaNy.Monichadiberikandengan melakukanpengkajian data melakukanrencanapelaksanaan, fokus, menentukan assessment, melakukanevaluasi. hasilpengkajianterdapatkesenjanganteoridenganpraktek, yaitubidantidakmenggunakansarungtangansaatmenyuntikklien. Dari B. Saran 1. BagiTenagaKesehatan Supayatenagakesehatan, hendaknyamelakukanasuhansesuaidenganstandarpelayananataukebijak an yang telahditetapkanolehpemerintahdansenantiasamengembangkanilmu yang dimiliki. 2. BagiInstitusiPendidikan Diharapkaninstitusipendidikandapatmenggunakansebagaibahanb acaan di perpustakaandansebagaibahanuntukperbaikanstudikasusselanjutnya. 3. BagiPeneliti Agar penelitimemperbaruiilmupengetahuandanteknologidalambidangkesehata nsertamenerapkanilmu yang telahdidapatkanselamamenempuhpendidikansertasenantiasamelakukan penelitian yang lebihluas. 4. BagiMasyarakat Supayamasyarakatmampumelakukandeteksidinikomplikasipadak ehamilandanmelakukankunjunganketenagakesehatanuntukmencegahre siko yang tidakdiinginkan.