BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Logam Berat Logam

advertisement
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Logam Berat
Logam berat berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni,
organik, dan anorganik.Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik,
diantaranya berbagai jenis logam berat yang berbahaya, yang beberapa
diantaranya banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehingga diproduksi
secara
kontinyu
dalam
skala
industri.Industri-industri
tersebut
harus
mendapatkan pengawasan yang ketat agar tidak mencemari dan membahayakan
lingkungan sekitar.(Widowati et.al. 2008)
Pencemaran logam berat sangat merugikan ikan secara fisik dan
fisiologik, seperti kerusakan vertebral, kerusakan lamella sekunder pada insang
(Irianto 2005).Logam juga dapat masuk ke dalam tubuh dan dapat mengumpul
di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal di dalam tubuh dalam jangka
waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi.(Kristanto, 2004).
Logam berat adalah unsur-unsur dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3,
terletak di sudut kanan bawah pada sistem periodik, mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor 22 sampai 92 dari periode 4
hingga 7. Berdasarkan sifat kimia dan fisiknya, maka tingkat atau daya racun
logam berat terhadap hewan air pada LC-50 selama 48 jam, akibat pengaruh
sinergik antar logam, efek subletal, bioakumulasi, dan bahayanya terhadap orang
yang mengkonsumsi ikan, maka dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah), sebagai
Universitas Sumatera Utara
8
berikut; Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Emas (Au), Nikel (Ni), Timah
Hitam/Timbal (Pb), Arsen (As), Selenium (Sn), dan Seng (Zn). (Darmono 1995).
Namun Kristanto (2004) menyebutkan bahwa logam berat yang
berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang utama adalah Merkuri (Hg),
Timbal (Pb), Arsenik (Ar), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni).
Sedangkan Irianto (2005) mengatakan bahwa ada empat logam berat yang paling
intensif dipelajari sifat toksisitasnya, yaitu Cu, Hg, Cd, dan Zn.
2.2 Pencemaran Logam Berat
Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup NO. 02/MENKLH/I/1988 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran
air dan udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam air/udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi)
air/udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas
air/udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air/udara menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. (Fardiaz,
1992).
Kehidupan manusia di bumi sangat bergantung pada lautan.Manusia harus
menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di
dalamnya.Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman
kehidupan manusia di muka bumi ini. Di lain pihak, lautan merupakan tempat
pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi
oleh manusia. Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari
daerah pertanian dan limbah rumah tangga, dari atmosfer, sampah dan bahan
Universitas Sumatera Utara
9
buangan dari kapal, tumpahan minyak dari kapal tanker, pengeboran minyak lepas
pantai, dan masih banyak lagi bahan yang terbuang ke lautan. Lautan dapat
melarutkan dan menyebarkan bahan-bahan tersebut sehingga konsentrasinya
menjadi menurun, terutama di daerah laut dalam.Kehidupan laut dalam juga
terbukti lebih sedikit terpengaruh daripada laut dangkal. Daerah pantai, terutama
daerah muara sungai, sering mengalami pencemaran berat, yang disebabkan
karena proses pencemaran yang berjalan terus-menerus secara perlahan sehingga
terjadi akumulasi (Darmono, 2001).
Menurut Endang (2007) dalam Djuangsih, penyebab utama logam berat
menjadi bahan pencemar berbahaya yaitu logam berat tidak dihancurkan (non
degradable) oleh organisme hidup di lingkungan dan terakumulasi ke
lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk senyawa
kompleks bersama bahan organik dan an-organik secara adsorpsi dan kombinasi.
Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan
dengan meningkatnya proses industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam
lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan
maupun lingkungan (Wahyu, et.al. 2008).
Menurut Widowati (2008) berdasarkan hasil penelitian Tim Pusat Kajian
Sumber Daya Pesisir dan Lautan (PSKL) IPB, diketahui bahwa kandungan
logam berat timbal (Pb), kadmium (Cd), kuprum (Cu), dan merkuri (Hg) di
perairan Teluk Jakarta, yaitu di perairan Ancol dan perairan Dadap, telah
melampaui nilai ambang batas.
Universitas Sumatera Utara
10
Pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta diakibatkan oleh pembuangan
limbah industri kertas, minyak goreng, limbah rumah tangga, industri
pengolahan logam di kawasan Pantai Marunda, dan industri dari 13 sungai yang
ada di DKI Jakarta, serta pembuangan minyak secara rutin dari kapal dan perahu
kecil di kawasan Teluk Jakarta (Rozanah, 2004).
Pesisir Timur Surabaya (Pamurbaya), ditemukan kandungan logam berat
di badan air dan di muara-muara sungai dalam konsentrasi tinggi. Hal itu
dikarenakan Pamurbaya adalah tempat bermuara lebih dari 18 anak sungai.
Lumpur Pamurbaya tercemar oleh logam berat Cu, Hg, Cd, Fe, dan Pb sehingga
hewan yang hidup dalam bentos, seperti kupang dan kerang, rawan untuk
dikonsumsi karena kandungan logam berat dalam dagingnya sangat tinggi.
(Widowati et.al.2008).
2.3 Batasan Cemaran Logam Berat Kadmium (Cd), Merkuri (Hg),
DanTimbal (Pb)
Berdasarkan ketetapan SNI 7387:2009 tentang Batas maksimum
Cemaran Logam Berat Dalam Pangan, batas maksimum cemaran kadmium (Cd)
udang dan krustasea lainnya yatu 1,0 mg/kg, batas maksimum cemaran merkuri
(Hg) dalam udang dan krustasea lainnya yaitu 1,0 mg/kg, dan batas maksimum
cemaran timbal (Pb) dalam udang dan krustasea lainnya yaitu 0,5 mg/kg.
2.4 Kadmium (Cd)
2.4.1Karakteristik kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap
tidak larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila
Universitas Sumatera Utara
11
dipanaskan. Cd umunya tedapat dalam kombinasi dengan klor (Cd klorida) atau
belerang (Cd sulfit). Kadmium bisa membentuk ion Cd-2 yang bersifat tidak
stabil. Cd memiliki nomor atom 40; berat atom 112,4 g/mol; titik leleh 3210C
dan titik didih 7670C. Kadmium bersifat lentur, tahan terhadap tekanan, serta
dapat dimanfaatkan sebagai pencampur logam lain,seperti nikel (Ni), emas (Au),
kuprum (Cu), dan besi (Fe). Cd terutama terdapat dalam kerak bumi bersama
dengan seng (Zn). Terdapat satu jenis mineral Cd di alam, yaitu green ockite
(CdS) yang ditemukan bersama mineral spalerite (ZnS). Kadmium (Cd) yang
terdapat di dalam lingkungan pada kadar yang rendah berasal dari kegiatan
penambangan seng (Zn), timah (Pb), dan kobat (Co) serta kuprum (Cu).
Sementara dalam kadar tinggi, kadmium berasal dari emisi industri, antara lain
dai hasil sampingan penambangan, peleburan seng (Zn) dan timbal (Pb). Cd dari
hasil sampingan pelebran dan refining biji Zn rata-rata memiliki kadar Cd sebesa
0,2 – 0,3%. Sumber lain adalah dari penggunaan sisa lumpur kotor sebgai pupuk
tanaman yang kemudian terbawa oleh aliran angin dan air. Widowati et.al. 2008)
2.4.2Pencemaran Kadmium (Cd)
Menurut Suhartono, dkk. (2015) yang mengutip pendapat Sarjono,
Indonesia merupakan negara yang sedang giat melakukan pembangunan
disegala bidang, misalnya pertanian, pertambanganm perindustrian, dan lainlain. Kegiatan pembangunan tersebut telah menghasilkan nilai ekonomis,
sehingga diharapkan mampu memberikan kesejahteraan masyarakat diberbagai
sektor kehidupan. Selain berdampak positif pada aspek ekonomis, pembangunan
juga dapat menyebabkan dampak negatif, yakni meningkatnya jumlah logam
Universitas Sumatera Utara
12
berat yang dapat menggangu keseimbangan lingkungan. Salah satu logam berat
yang berbahaya adalah kadmium (Cd).
Menurut Kazantis yang dikutip oleh Suhartono (2015), Cd merupakan
logam berat yang lama dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan berbagai
macam bahan industri. Misalnya: senyawa CdS dan CdSeS banyak digunakan
sebagai zat warna, CdSO4 digunakan dalam industri baterai yang berfungsi
untuk pembuatan sel Weston, CdBr2, dan CdI2 secara terbatas digunakan dalam
dunia fotografi, (C2H5)2Cd digunakan dalam proses pem,buatan tetraetil-Pb, dan
masih banyak lagi. Selain bermanfaat, buangan industri yang mengandung Cd
dapat masuk ke dalam perairan dan akan mengalami transformasi menjadi
senyawa Cd yang persisten dan sangat toksik. Cd tersebut selanjutnya
mengalami bioakumulasi dalam organisme lalu dibiomagnifikasikan dalam
rantai
makanan
dan
akhirnya
mengakibatkan
berbagai
keracunan
yangmengancam kesehatan manusia.
Menurut Darmono yang dikutip oleh Suhartono (2015), Cd yang terlarut
di dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi
sumber racun bagi kehidupan perairan. Pencemaran logam berat dapat merusak
lingkungasn perairan dalam hal stabilitas, keanekaragaman dan kedewasaan
ekosistem. Dari aspek ekologis, kerusakan ekosistem perairan akibat
pencemaran Cd dapat ditentukan oleh faktor kadar kesinambungan zat penceamr
yang masuk dalam perairan, sifat toksisitas dan bioakumulasi.
Universitas Sumatera Utara
13
2.4.3 Efek Toksik Kadmium (Cd)
Menurut Widowati (2008) yang mengutip pendapat Haas, kadmium (Cd)
belum diketahui fungsinya secara biologis dan dipandang sebagai xenobiotik
degan toksisitas yag tinggi dan merupakan unsur lingkungan yang persisten.Efek
toksis Cd akan menunjukan gejala yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Tingkat dan lamanya paparan; semakin tinggi kadar dan semakin lama
papara, efek toksik yang diberikan akan lebih besar. Kadmium dalam
dosis tunggal besar mampu menginduksi gangguan saluran pencemaran,
sedangkan paparan Cd dalam dosis rendahtetapi berulang kali bisa
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal.
2. Bentuk kimia dari logam berat Cd sebaga cntoh toksisitas akut Cd yang
dinyatakan dengan LD50 pada tikus dalam bentuk senyawa Cd kaprilat
sebesar 270 mg/kg kerat badan, Cd stearat CdSo4 (nanti diketik)
3. Kompleksprotein-logam
ataupun
kadmium
bergabung
dengan
metallopreotein (MT) suatu protein dengan bobot molekul rendah.
Bentuk kompleks Cd kurang toksisk dibandingkan Cd2. Apabila Cd MT
melepaskan Cd-2, maka akibatnya adalah munculnya efek toksik
4. Faktor penjamu Cd seperti halnya toksikan lainnya. Hewan tua dan
hewan muda umumnya lebih entan daripada hewan dewasa muda. Hasil
penelitian membuktikan bahwa mencit dan tikus yang baru lahir
mengabsorpsi Cd lebih besar daripada hewan yang dewasa. Dua minggu
setelah pemberian Cd, mencit muda mampu menyimpan 10% dari Cd
Universitas Sumatera Utara
14
yang diberikan secara oral, sedangkan mencit dewasa mampu
menyimpan 1% dari Cd yang diberikan.
5. Faktor-faktor diet misalnya defisiensi protein, vitam C, vitamin D,
kalsium (Ca), dan Fe (besi) akan meningkatkan toksisitas Cd.
Menurut Suhartono (2015) yang mengutip pendapat Darmono dkk,
dampak Cd terhadap biota air, diawali dengan pencemaran Cd yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan struktur komunitas perairan jaringan
makanan, tingkah laku, efek fisiologi, genetik, dan resistensi.
Selanjutnya, akan terjadi bioakumulasi, yakni pengambilan Cd dari
badan air atau sedimen oleh organisme air dan memekatkannya ke dalam
tubuh hingga 100-1000 kali lebih besar dari lingkungan. Kemampuan
organisme air dalam menyerap (absorpsi) dan mengakumulasi logam
berat dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran pernapasan
(insang), saluran pencernaan dan difusi permukaan kulit.
Efek keracunan Cd juga dapat mengakibatkan kerapuhan pada
tulang.Gejala rasa sakit pada tulang sehingga enyulitkan untuk berjalan, terjadi
pada pekerja industri yang menggunakan Cd. Penyakit tersebut dinamakan “itaiitai”. Beberapa efek Cd terhadap paru-paru antara lain emfisema yaitu penyakit
yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena
kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami
kerusakan yang luas dan Edema yaitu pembengkakan yang diakibatkan
kelebihan cairan di dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki oleh Cd juga
mempengaruhi system reproduksi dan organ-organnya.Pada konsentrasi tertentu
Universitas Sumatera Utara
15
Cd dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki.Hal inilah yang menjadi dasar
bahwa
akibat
terpapar
oleh
uap
logam
Cd
dapat
mengakibatkan
impotensi.Logam Cd dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu
menimbulkan kerusakan pada sistem yang bekerja di ginjal.Kerusakan yang
terjadi pada sistem ginjal dapat terjadi pada tubulus ginjal.Petunjuk kerusakan
yang dapat terjadi pada ginjal akibat Cd, yaitu terbentuknya asam amniouria dan
glokosuria, dan ketidaknormalan kandungan asam urat kalsium dan fosfor dalam
urin (Gong dkk, 2012).
Cd merupakan salah satu logam berat, yang menjadi salah satu faktor
risiko terjadi proses infertilitas. Cd dapat menyebabkan penurunan berat testis
dan jumlah sperma, meningkatnya apoptosis pada sel germakan menyebabkan
nekrosis pada sel epitel tubulus seminiferus. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kamel dkk (2011). Hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa semakin tinggi kadar Cd yang terakumulasi dalam tubulus seminiferus
maka akan terjadi perubahan secara histologi pada tubulus seminiferus.
Cd juga diketahui dapat menghambat proses spermatogenesis dan
menurunkan jumlah sel spermatogenik pada hewan (Asadi dkk, 2014). Cd juga
dapat secara langsung mempengaruhi sel leydig sehingga akan menurunkan
kadar testosteron.
2.5 Merkuri (Hg)
2.5.1Karakteristik Merkuri
Merkuri merupakan elemen alami, oleh karena itu sering mencemari
lingkungan. Kebanyakan merukuri yang ditemukan di alamat terdapat dalam
Universitas Sumatera Utara
16
bentuk gabungan dengan elemen lainnya, dan jarang ditemukan dalam bentuk
elemen terpisah. Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah,
udara, air, dan organisme hidup melalui proses-proses fisik, kimia dan biologi
yang kompleks. (Fardiaz, 1992)
Merkuri adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta
mudah menguap pada suhu uangan. Hg akan memadat pada tekanan 7.640 Atm.
Merkuri (Hg) dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan
terhadap basa. Hg memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol, titik lebur
-38,90 C, dan titik didih 356,60 C. (Widowatiet.al. 2008)
Kelimpahan Hg di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen
lainnya pada kerak bumi. Merukuri jarang didapatkan dalam bentuk bebas di
alam, tetapi berupa bijih cinnabar (HgS0). Untuk mendapatkan Hg dari cinnabar,
dilakukan pemanasan bijih cinnabar di udara sehingga menghasilkan logam Hg.
(Widowati, et.al.. 2008)
Hg banyak digunakan dalam termometer karena memiliki koefisien yang
konstan, yaitu tidak terjadi perubahan volume pada suhu tinggi maupun rendah.
Hg juga digunakan sebagai peralatan pompa vakum, barometer, elecric rectifier
dan electric switches, lampu asap merkuri sebagai sumber sinar ultraviolet, dan
untuk sterilisasi air. Hg mudah membentuk alloy amalgama dengan logam
lainnya, seperti emas (Au), perak (Ag), platinu (Pt), dan tin (Sn). Garam
merukuri yang penting antara lain HgCl2 yang bersifat sangat toksik. Hg2Cl2
digunakan dalam bidang kesehatan, Hg(ONC)2 digunakan sebagai bahan
Universitas Sumatera Utara
17
denonator yang eksplosit sedangkan HgS digunakan sebagai pigmen cat
berwarna merah terang dan bahan antiseptik. (Widowati et.al. 2008)
2.5.2Tingkat Pencemaran Mekuri (Hg)
Secara alamiah, pencemaran Hg berasal dari kegiatan gunung api atau
rembesan air tanah yang melewati deposit Hg. Keberadaan Hg dari alam dan
masuk ke suatu tatanan lingkungan tidak akan menimbulkan efek. Namun, sejak
era industrialisasi, Hg menjadi bahan pencemar penggalian karena Hg bisa
dimanfaatkan semaksimal mungkin. Merkuri (Hg) pada kerak bumi sebesar 0,08
mg/kg banyak tertimbun di daerah penambangan. Hg lebih banyak digunakan
dalam bentuk logam murni dan organik daripada dalam bentuk anorganik. Di
alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (HgO), merkuri
monovalen (Hg-2), dan bivalen (Hg+2). Apabila masuk ke dalam perairan,
merkuri mudah berikatan dengan klor yang ada dalam air laut dan membentuk
ikatan HgCl. Dalam bentuk tersebut, Hg mudah masuk ke dalam plankton dan
bisa berpindah ke biota laut lain. Merkuri anorganik (HgCl) akan berubah
menjadi merkuri organik (metil merkuri) oleh pran mikroorganisme yang terjadi
pada sedimen di dasar perairan. Merkuri dapat pula bersenyawa denan karbon
membentuk seyawa organo merkuri. Senyawa organo-merkuri yang paling
umum adalah metil merkuri yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air dan
tanah. Mikroorganisme kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi
merkuri dalam ikan meningkat. Sumber Hg secara alami dari kerak bumi
termasuk dari tanah, sungai, dan laut, diperkirakan sebesar 25.000 – 150.000
ton/tahun. Sementara itu, Hg di atmosfer sebagian besar berasal dari sektor
Universitas Sumatera Utara
18
transportasi. Pada tahun 1976, sumber Hg yang berasal dari aktifitas manusia
tercatat sebesar 8.000-10.000 ton/tahun. Bahan bakar mengandung Hg sebanyak
1 ppm dan diperkirakan kurang lebih 5000 ton/tahun emisi Hg berasal dari
pembakaran batu bara, gas alam, dan pemurnian bahan bakar minyak (BBM)
(Klaassem et.al. 1986; Depkes, 2003).
Penggunaan merkuri di dalam industri-industri sering menyebabkan
pencemaran lingkungan, baik melalui air buangan maupun melalui sistem
ventilasi udara. Merkuri yang terbuang ke sungai, pantai atau badan air di sekitar
industri-industri tersebut kemudian dapat mengkontaminasi ikan-ikan dan
makhluk air lainnya termasuk ganggang dan tanaman air. Selanjutnya ikan-ikan
kecil dan makhluk air lainnya mungkin akan dimakan oleh ikan-ikan atau hewan
air lainnya yang lebih besar atau masuk ke dalam tubuh melalui insang. Kerang
juga dapat mengumpulkan merkuri di dalam rumahnya. Ikan-ikan dan hewan
tersebut kemudian dikonsumsi moleh manusia sehingga manusia dapat
mengumpulkan merkuri di dalam tubuhnya (Fardiaz, 1992).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semua ikan yang tidak
terkontaminasi langsung dengan merkuri selama pertumbuhannya masih
mengandung merkuri di dalam tubuhnya pada konsentrasi yang rendah, yaitu
0.005 – 0.075 ppm. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa pengumpulan
merkuri di dalam tubuh ikan bervariasi tergantung dari kondisi dan bagian organ
tubuh. Suatu penelitian yang dilakukan dalam tahun 1969 terhadap ikan yang
ditumbuhkan di dalam air yang mengandung merkuri dengan konsentrasi di
bawah batas yang mematikan, di mana ikan ditempatkan di dalam air tersebut
Universitas Sumatera Utara
19
selama satu jam per hari dalam 10 hari, menunjukkan bahwa pengumpulan
merkuri tertinggi terdapat di dalam darah, kemudian di dalam ginjal, hati, otak,
dan yang terendah terdapat di dalam otot. Sisa ikan kemudian dibiarkan di dalam
air yang bebas merkuri, ternyata setelah seminggu, organ-organ tubuh ikan
tersebut telah bebas dari merkuri kecuali ginjal dan hati yang masih mengandung
merkuri. Dari penelitian-penelitian pencemaran merkuri pada ikan juga
dibuktikan bahwa merkuri yang terkumpul di dalam tenunan hidup adalah dalam
bentuk merkuri organik, terutama metil merkuri (Fardiaz, 1992).
Salah satu penyebab pencemaran lingkungan oleh Hg adalah
pembuangan tailing pengolahan emas yang diolah secara amalgamasi, di mana
Hg mengalami perlakuan tertentu berupa putaran, tumbukan, atau gesekan,
sehingga sebagian Hg akan membentuk amalgam dengan dengan logam-logam
(Au, Ag, Pt) dan sebagian hilang dalam proses (Herman, 2006)
Menurut Budiono (2002), Beberapa bentuk Hg yang masuk dalam
lingkungan perairan meliputi:
1. Hg anorganik yang berasal dari air hujan atau aliran sungai dan besifat
stabil pada pH rendah.
2. Hg organik antara lain fenil merkuri (C6H5-Hg), metil merkuri (CH3-Hg),
alkoksil merkuri, atau metoksil-etil merkuri (CH3O-CH-CH2-Hg). Hg
organik yang bisa berasal dari kegiatan pertanian yaitu pestisida.
3. Terikat dalam bentuk suspended soil sebagai Hg-2
4. Logam Hg berasal dari kegiatan industri
Universitas Sumatera Utara
20
Tersebarnya logam berat Hg di tanah, perairan, ataupun udara bisa
melalui berbagai jalur, seperti pembuangan limbah industri secara lagsung, baik
limbah padat maupun limbah cair yang dibuang ke tanah, udara, dan air.
Sebagian senyawa Hg yang dilepas ke lingkungan akan mengalami proses
metilasi dan menjadi metil merkuri (CH3Hg) oleh mikroorganisme dalam air
dan tanah. Hg memiliki kelarutan tinggi dalam tubuh hewan air sehingga Hg
terakulmuasi melalui proses bioakumulasibiomagnifikasi dalam jainan tubuh
hewan air. Akumulasi Hg dalam tubuh hewan air disebabkan oleh pengambilan
Hg oleh organisme air yang lebih cepat dibandingkan proses ekskresi. Kadar Hg
dalam ikan bisa mencapai 100.000 kali dari kadar air di sekitarnya (Wijayanto
et.al. 2005).
2.5.3 Efek Toksik Merkuri (Hg)
Keracunan telah sering terjadi dan merupakan keracunan yang cukup
serius karena dapat mengakibatkan kematian dan cacat seumur hidup. Tabel 5.1
menunjukkan lima keracunan merkuri yang menelan korban cukup banyak dan
terjadi sampai tahun 1968. Keracunan-keracunan tersebut terutama disebabkan
oleh konsumsi ikan yang tercemar merkuri atau konsumsi biji-bijian yang diberi
perlakuan dengan merkuri (Fardiaz, 1992).
Universitas Sumatera Utara
21
Tabel 2.1 Data Lima Keracunan Merkuri Yang Menelan Korban
Lokasi
Teluk
Jepang
Irak
Tahun
Minamata,
1953-1960
1961
Pakistan Barat
1963
Guatemala
1966
Nigata, Jepang
1968
Korban
(orang)
43 meninggal
68 cacat/sakit
35 meninggal
321
cacat/sakit
4 meninggal
34 cacat/sakit
20 meninggal
45 cacat/sakit
5 meninggal
25 cacat/sakit
Anonim (1970)
2.6 Timbal (Pb)
2.6.1Karakteristik Timbal (Pb)
Timbal (Pb) pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat
di dalam kerak bumi. namun, timbal juga bia erasal dari kegiatan manusia
bahkan mampu memncapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb
alami. Pb memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia
yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul
perkaratan. apabila dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran
yang lebih bagus daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna
abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan.
Pencemaran Pb berasal dari sumber alami maupun limbah hasil aktivitas
manusia dengan jumlah yang terus meningkat, baik di lingkungan air, udara,
maupun darat (Widowati, et.al.. 2008).
Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian karena bersifat
toksik melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang
Universitas Sumatera Utara
22
tercemar Pb. Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan,
minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat
parenteral. (Rahde, 1994)
2.6.2Tingkat Pencemaran Timbal (Pb)
Emisi Pb dari lapisan atmosfer numi berbentuk gas atau partikel. Emisi
Pb bentuk gas, terutama berasal dari buangan gas kendaraan bermotor,
merupakan hasil sampingan dari pembakaran mesin-mesin kendaraan dari
senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb dalam bahan bakar kendaraan bermotor.
Emisi Pb dari pembakaran mesin menyebabkan jumlah Pb udara dari asap
buangan kendaraan meningkat sesuai meningkatnya jumlah kendaraan.
Percepatan pertumbuhan sektor transportasi, kepadatan arus lalu lintas, serta
tingginya volume kendaraan bisa menyebabkan kemacetan arus lalu lintas.
Dampak negatif kemacetan lalunlintas bisa menyebabkan tingginya tingkat
polusi udara di lingkungan kota. Hasil emisi gas pembuangan kendaraan
bermotor akan meningkatkan pula kadar Pb di udara. Asap kendaraan bermotor
bisa mengeluarkan pasrtikel Pb yang kemudian bisa mencemari udara, tanaman
di sekitar jalan raya, dan mencemari makanan yang dijajakan di pinggir jalan.
Asap juga bisa terserap oleh manusia secara langsung melalui pernapasan atau
kulit. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kontaminasi Pb dalam
lingkungan adalah pemakaian bensin bertimbal yang masih tinggi di Indonesia.
Pencemaran Pb selain dari emisi gas buang kendaraan bermotor dapat pula
berasal dari buangan industri metalurgi, proses korosi lead bearingalloys,
Universitas Sumatera Utara
23
pembakaran batu bara, asap pabrik yang mengolah alkil-Pb, serta Pb-oksida.
(Widowati, et.al.. 2008).
Public Health Service di Amerika Serikat menetapkan bahwa sumbersumber air alami untuk masyarakat tidak boleh mengandung Pb lebih dari 0.05
mg/l (0.05 ppm), sedangkan WHO menetapkan batas Pb di dalam air sebesar 0.1
mg/l. Di Eropa pernah terjadi keracunan Pb beberapa tahun yang lalu yang
disebabkan oleh pipa-pipa air yang dibuat dari Pb. Tetapi pada saat ini pipa-pipa
air kebanyakan dibuat dari besi. Sebenarnya penggunaan pipa-pipa Pb tidak
berbahaya untuk mengalirkan air alami karena sifat kesadahan air tersbut, air
sudah mengandung ion-ion karbonat (CO3=) dan sulfat (SO4=) yang bereaksi
denan Pb membentuk lapisan pelindung yang tidak yang tidak larut air yaitu
PbCO3 dan PbSO4. Pencemaran Pb juga pernah dilaporkan terjadi di dalam
minuman beralkohol (wiski) yang diproduksi sebagai industri rumah, dan di
dalam minuman yang disimpan di dalam wadah keramik yangdilapisi glaze.
Dalam tahun 1969, dilaporkan bahwa 30% dari contoh-contoh wiski yang
diproduksi sebagai industri rumah yang tidak legal di Atlanta mengandung Pb
lebih dari 1 mg per liter, yaitu 20 kali melebihi batas Pb di dalam air yang
ditetapkan oleh Public Health Service. Sumber pencemaran Pb di dalam wiski
ternyata berasal dari solder Pb yang digunakan di dalam tabung-tabung dalam
unit distlasi, dan dari radiator mobil yang mengandung Pb yang digunakan
sebagai kondenser (Sembel, 2015).
Keberadaan Pb dalam air berasal dari dua sumber Keberadaan timbal di
badan air berasal dari 2 sumber, yakni yang pertama terdapat secara alami di
Universitas Sumatera Utara
24
dalam kerak bumi dan tersebar ke alam melalui proses alami seperti letusan
gunung berapi, bebatuan dan proses geokimia, kemudian yang kedua berasal
dari aktifitas manusia seperti air buangan industri, electroplating/pelapisan
logam, pertambangan, peleburan, panggunaan pestisida, dsb. Timbal dapat
masuk ke dalam perairan melalui pengkristalan di udara yang merupakan hasil
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dengan bantuan hujan. Selain itu
juga sebagai akibat proses korosifikasi bahan mineral akibat hempasan dan
angin. Timbal yang berasal dari air aktivitas manusia jatuh pada jalur-jalur
perairan seperti anak sungai dan kemudian terbawa menuju laut. (Sembel, 2015)
Kadar Pb secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13
mg/kg. Pb yang terdapat di tanah memiliki kadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air
bawah tanah berkisar antara 1-60 μg/liter. Pb juga ditemukan di air permukaan,
pada air telaga dan air sungai sebesar 1-10 μg/liter, air laut lebih rendah dari air
tawar. Laut Bermuda yang bebas dari pencemaran Pb sekitar 0,07 μg/liter.
Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya antara 0,0001-0,001
μg/m³. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS
(golena), PbCO3 (cerusite), dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena
merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang (Sudarmaji dkk, 2006).
2.6.3Efek Toksik Timbal (Pb)
Timbal (Pb) adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang
bisa berasal dari tindakan mengkonsumsi makanan, minuman, atau melalui
inhalasi dari udara, debu yang tercemar Pb, kontak lewat kulit, kontak lewat
mata, dan lewat parental. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia
Universitas Sumatera Utara
25
sehingga bila makanan dan minuman tercemar Pb dikunsumsi, maka tubuh
akanmengeluarkannya. Orang dewasa mengabsorpsi Pb sebesar 5 - 15% dari
keseluruhan Pb yang dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorpsi Pb lebih
besar, yaitu 41,5% (Widowati, et.al.. 2008).
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (The US
Centers for Disease Control and Prevention) dan Organisasi Kesehatan Sedunia
(the World Health Organization) menyatakan bahwa timbal dalam darah yang
mencapai tingkat 10mg/dL atau lebih dapat membahayakan kesehatan dan
mengakibatkan amnesia (Ragan et.al. 2009). Mereka mengemukakan juga
bahwa tingkat toksisitas timbal dalam darah adalah 10 mg/dL sebagaimana
diadopsi oleh CDC Amerika Serikat dan tahun 1991 dan WHO tahun 1995.
Namun sejak waktu itu, kadar timbal dalam darah di bawah level tersebut sudah
menunjukkan gejala keracunan pada manusia terutama bagi anak-anak.
Dilaporkan juga bahwa kadar timbal dalam darah 3,6mg/dL atau lebih dapat
mengakibatkan gangguan kardiovaskuler serta kematian (Sembel, 2015).
Menurut Sembel (2015) yang mengutip pendapat Duffus, timbal
merupakan logam yang sangat beracun dapat memengaruhi setiap organ dan
system dalam tubuh manusia. Anemia adalah gejala awal dari keracunan kronik
karena timbal menginhibisi sintesahaemolymph. Keracunan timbal yang juga
disebut plumbism, colica pictorum, saturnism, Devon colic, atau penyakit mulas
pelukis (painter’s colic) adalah suatu tipe keracunan logam yang berbahaya bagi
manusia dan vertebrata karena dapat memengaruhi jantung, tulang perut, ginjal,
sistem reproduksi dan persarafan sentral.Timbal dapat masuk ke dalam tubuh
Universitas Sumatera Utara
26
manusia melaluli pernapasan, makanan dan kontak dengan kulit.Timbal tetraetil
diabsorpsi melalui disirkulasi ke seluruh tubuh dan akhirnya terkonsentrasidalam hati dan ginjal dan selanjutnya disebar-luaskan ke tulang, gigi dan otak.
Target utama dari keracunan timbal adalah system persarafan yang dapat
mengakibatkan encephalophy serta peripheralneuropathy (Needleman, 1980)
dan bila dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar dapat merusak otak dan
ginjal. Secara biokimiawi, timbal menginhibisi enzim porphobilinogen synthase
dan ferrochelatase, sehingga mencegah pembentukan porphobilinogen dalam
sintesa hem sehingga menyebabkan anemia mikrositik (mycrocytic anemia)
(“Research Links Lead Exposure to Changes in Violent Crime Rates Throughout
the 20th century” ICF International).
Menurut Sembel (2015) yang mengutip pendapat Timbrell, keracunan
timbal dapat menunjukan gejala-gejala yang berbeda-beda sesuai dengan kadar
racun, umur, individu dan lamanya eksposur. Gejala dapat timbul sesudah
beberapa minggu atau bulan sebagaimana kadar timbal meningkat dalam tubuh.
Biasanya gejala yang diakibatkan oleh keracunan timbal organic lebih cepat
dibandingkan dengan timbal anorganik.
Gejala-gejala akibat keracunan timbal antara lain, sakit perut, konvulsi,
sakit kepala, kelelahan, sulit tidur, mual, kehilangan berat, kehilangan
pendengaran, kehilangan nafsu makan, otot lemah, sulit berkonsentrasi, anemia,
kerusakan ginjal, koma, dan kematian. Keracunan akut menujukkan tanda-tanda
neurologis, sakit, melemahnya otot, sakit perut, muntah-muntah, diare dan
konstipasi (Peerce et.al. 2007).
Universitas Sumatera Utara
27
Keracunan kronik menunjukkan gejala-gejala pencernaan makanan
(gastrointestinal), saraf otot (neuroomuskular) dan persarafan dari mengonsumsi
makanan, minuman, menghirup debu dan cat terkontaminasi timbal.Timbal
termasuk salah satu logam yang sangat beracun yang dapat memengaruhi hampir
setiap sistem dalam organ tubuh.Target utama dari toksisitas timbal adalah
system persyarafan sentral serta dapat mengakibatkan sakit perut, naiknya
tekanan darah, anemia dan bila dikonsumsi dalam jumlah yang besar data
mengakibatkan kerusakan otak dan ginjal pada orang dewasa serta keguguran
pada wanita hamil, dan menurunkan fertilitas pada kaum lelaki (Wright et.al.
1984).
Menurut Sembel (2015) yang mengutip pendapat Goyer, menyatakan
bahwa kemungkinan pengaruh timbal terhadap mekanisme dalam system
persarafan dalam tiga hal: (1) pengaruh terhadap perkembangan saraf (pengaruh
morfologi) yaitu merusak sel-sel koneksi, menghalangi sel-sel saraf dan
merubah migrasi dari neuron selama perkembangan, (2) pengaruh farmakologi,
yaitu menghalangi fungsi dari neurotransmiter dan (3) mengganggu metabolisme
kalsium dengan memblokir saluran membrane kalsium, mengsubstitusi kalsium
dalam pompa ATP kalsium-sodium, berkompetisi cepat dengan mitokondria dan
mengikat penerima kalsium (calcium receptors). Selain itu, timbal juga
memengaruhi sistesa hema, ginjal dan tekanan darah.
Timbal yang masuk melalui makanan, masuk ke saluran cerna, dan dapat
masuk ke dalam darah. Pada anak-anak, tingkat penyerapan timbal mencapai
53%. Hal ini jauh berbeda pada tingkat penyerapan orang dewasa, yaitu sekitar
Universitas Sumatera Utara
28
10%. Defisiensi besi (Fe) dan Kalsium (Ca) serta diet lemak tinggi dapat
meningkatkan absorbsi timbal gastrointestinal. Peningkatan asam lambung dapat
meningkatkan absorbsi usus sehingga absorbsi timbal juga meningkat
(Riyadina,1997).
Timbal yang diabsorbsi oleh tubuh akan mengikat gugus aktif dari enzim
ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidratase), di mana enzim ini berfungsi pada
sintesa sel darah merah. Adanya senyawa timbal akan mengganggu kerja enzim
ini sehingga sintesa sel darah merah menjadi terganggu (Palaar, 1994). Timbal
juga akan didistribusikan ke darah, cairan ekstraselular, dan beberapa tempat
deposit. Tempat deposit timbal berada di jaringan lunak (hati, ginjal, dan syaraf)
dan jaringan mineral (tulang dan gigi). Timbal yang terakumulasi dalam skeleton
(tulang) diperkirakan sekitar 90% dari jumlah keseluruhan. Tulang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan karena sifat ion Pb2+ yang hampir sama dengan
Ca2+. Pb2+ yang berkumpul dalam skeleton kemungkinan dapat diremobilisasi ke
bagian-bagian tubuh lainnya lama setelah absorbsi awal (Fardiaz, 2001).
2.7 Kepiting Bakau (Scylla serrata)
Kepiting dapat ditemukan di sepanjang pantai Indonesia. Ada dua jenis
kepiting yang memiliki nilai komersil, yakni kepiting bakau dan rajungan. Di
dunia, kepiting bakau sendiri terdiri atas 4 spesies dan keempatnya ditemukan di
Indonesia, yakni: kepiting bakau merah (Scylla olivacea) atau di dunia
internasional dikenal dengan nama“red/orange mud crab”, kepiting bakau hijau
(S. serrata) yang dikenal sebagai “giant mud crab” karena ukurannya yang dapat
mencapai 2-3 kg per ekor, S. tranquebarica (kepiting bakau ungu) juga dapat
Universitas Sumatera Utara
29
mencapai ukuran besar dan S. paramamosain (kepiting bakau putih) (Yusinta,
2007).
Kepiting bakau, (Scylla serrata) pada banyak tempat dalam wilayah
Indo-Pasifik dikenal dengan berbagai nama. Di Jawa masyarakat mengenalnya
dengannama Kepiting saja, sedangkan di sebagian Sumatera, Singapore, dan
Malaysia dikenal sebagai Ketam Batu, Kepiting Cina, atau Kepiting Hijau. Di
banyak tempat lain Kepiting Bakau lebih dikenal dengan nama Kepiting
Lumpur. Di Filipina juga dikenal dengan nama daerah seperti Alimango
(Tagalog dan Visayas), Rasa (Ilocana) dan Atania (Pengasinan). Nama lain
adalah Samoan Crab (Hawai) (Kasry, 1996)
Di pantai timur pulau Sumatera atau di Daerah Kepulauan Riau, kita
akan lagi dapat menikmatinya di rumah makan khusus menjual berbagai
masakan dan jenis ikan laut yang dikenal dengan "bakau". Keadaan yang sama
tapi dengan bentuk masakan dan pelayanan yang berbeda, kepiting bakau ini
akan dapat dinikmati di Sulawesi Selatan, Maluku, Irian, Kalimantan, Singapura,
Malaysia, Thailand, India, Hongkong, Jepang, pulau-pulau di Wilayah Pasifik
dan sepanjang Pantai Timur Afrika. tetapi sampai saat ini, hampir di setiap
tempat di dunia ini kepiting bakau yang sekarang dinikmati masyarakat berasal
dari hasil tangkapan. (Kasry, 1996)
Sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat nelayan dan devisa
negara, kepiting bakau di negara kita belum begitu banyak mendapat perhatian.
bahkan di Jawa, mungkin juga di tempat-tempat lain, kepiting ini ditangkapi
arena dia dianggap penghuni laut atau hama di tambak bandeng atau udang.
Universitas Sumatera Utara
30
Mereka sangat dimusuhi karena tingkah lakunya yang banyak merusak
bangunan kayu atau bambu di tambak, memocorkan pematang dan menggali
dasar tambak.Permintaan masyarakat dari komoditi ini dari tahun ke tahun
cenderung meningkat, bukan saja berasal dari dalam negeri tetapi juga dari luar
negeri. (Kasry, 1996)
Kepiting bakau ini termasuk ke dalam Filum Arthropoda, Klas
Crustacea, Ordo Decapoda, Subordo Brachyura, Famili Fortunidae, Sub Famili
Lipulinae, Genus Scylla de Haan dan Spesies serrata (Forskal). sebagai anggota
Portunidaekepiting bakau hidup pada berbagai ekosistem dan sebagian besar
hidup di laut, sebagian besar hidup di perairan bakau atau perairan payau, atau di
estuaria. kepiting yang hidup di laut umumnya di zona litoal dan sebagian kecil
hidup di laut dalam. kepiting bakau selama hidupnya berada di laut dan perairan
pantai sesuai dengan tingkat daur hidupnya. kepiting bakau ini cukup mudah
dibedakan dengan anggota Portunidae lainnya, khususnya ranjungan. (Kasry,
1996)
Kepiting bakau memiliki karapas berwarna seperti warna lumpur atau
sedikit kehijauan, pada kiri kanannya terdapat sembilan buah duri tajam, dan
pada bagian depannya di antara kedua tangkai matanya terdapat enam buah duri.
Dalam keadaan normal sapit kanannya lebih besar dari sapit kirinya dengan
warna kemerahan pada masing-masing ujung sapit. Kepiting bakau memiliki
tiga kaki pejalan dan satu kaki perenang. kaki perenangnya terdapat pada bagian
ujung perutnya, dan ujung kaki perenang ini dilengkapi dengan alat pendayung.
(Kasry, 1996).
Universitas Sumatera Utara
31
Menurut pendapat Hill dkk yang dikutip oleh Kasry (1996), kepiting
bakau melangsungkan perkawinan di perairan mangrove dan secara berangsurangsur sesuai dengan perkembangan telurnya yang betina akan beruaya ke laut
menjauhi pantai mencari perairan yang kondisinya cocok untuk melakukan
pemijahan, sedangkan kepiting jantan yang telah melakukan perkawinan atau
yang telah dewasa akan tetap berada di perairan mangrove, tambak, sela-sela
akar mangrove atau paling jauh di sekitar perairan pantai yang makanannya
berlimpah.
Gambar 2.1 Kepiting bakau (Scylla serrata) dilihat dari atas
Universitas Sumatera Utara
32
Gambar 2.2 Kepiting bakau (Scylla serrata) dilihat dari bawah/ventral
2.8 Kepiting Ranjungan (Portunus pellagicus)
Menurut Saanin (1984), kepiting ranjungan (Portunus pelagicus)
termasuk ke dalam Filum Arthropoda, Kelas
Crustacea, Sub kelas
Malacostraca, Ordo Eucaridae, Sub ordo Decapoda, Famili Portunidae, Genus
Portunus, Spesies Portunus pelagicus.
Rajungan adalah kepiting yang kuat dan mempunyai kemampuan
berenang cepat sehingga dapat berimigrasi jauh kedalam air.Hal ini disebabkan
karena rajungan mempunyai potongan-potongan kaki berbentuk dayung dan
pada siang hari rajungan melintang di dalam pasir dan hanya saja
kelihatan.Ukuran rajungan yang terdapat di alam sangat bervariasi tergantung
wilayah dan musim. Perbedaan yang mencolok antara jantan dan betina terlihat
jelas, dimana pada rajungan jantan mempunyai ukuran tubuh lebih besar,
sapitnya pun lebih panjang daripada betina. Warna dasar pada jantan adalah
kebiru-biruan dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan pada betina
Universitas Sumatera Utara
33
berwarna dasar kehijau-hijauan dengan bercak-bercak putih agak suram (Kordi
1997).
Ranjungan memiliki berbagai warna yang menarik pada karapasnya, dan
duri akhir pada kedua sisi karapas relatif lebih panjang dan lebih runcing dari
duri akhir pada kepiting bakau. ranjugan bila tidak berada di lingkungan air laut,
hanya tahan hidup beberapa jam saja. (Kasry, 1996).
Rajungan jantan menyenangi perairan dengan salinitas rendah sehingga
penyebarannya di sekitar perairan pantai yang dangkal.Sedangkan rajungan
betina menyenangi perairan dengan salinitas yang lebih tinggi terutama untuk
melakukan pemijahan, sehingga menyebar ke perairan yang lebih dalam
dibanding jantan.Hal ini diperkirakan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang
berubah.Perubahan suhu dan salinitas di suatu perairan mempengaruhi aktivitas
dan keberadaan suatu biota.(Gunarso, 1985).
Menurut Nontji (1993), ranjungan hidup pada habitat yang beraneka
ragam seperti pantai dengan dasar pasir, pasir lumpur, dan juga di lautan
terbuka. Pada keadaan biasa rajungan tinggal di dasar perairan sampai
kedalaman 65 meter, tapi sesekali juga dapat terlihat di dekat permukaan atau
kolom perairan pada malam hari saat mencari makan ataupun berenang dengan
sengaja mengikuti arus.
Universitas Sumatera Utara
34
Gambar 2.3 Rajungan (Portunus pellagicus) dilihat dari atas
Gambar 2.4 Rajungan (Portunus pellagicus) dilihat dari bawah/ventral
2.9 Masuknya Logam Berat Ke Dalam Tubuh Biota Air
Kebanyakan logam berat secara biologis terkumpul dalam tubuh
organisme, menetap untuk waktu yang lama dan berfungsi sebagai racun
kumulatif (Darmono, 1995). Keberadaan logam berat dalam perairan akan
berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota. Logam berat yang terikat dalam
tubuh organisme yaitu pada ikan akan mempengaruhi aktivitas organisme
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
35
Menurut Darmono (2001), logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh
makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernafasan, pencernaan,
dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan, logam diabsorpsi darah,
berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh
jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi
(hati) dan ekskresi (ginjal).
Unsur logam berat dapat masuk kedalam tubuh biota laut melalui 3 cara
yaitu melalui permukaan tubuh, terserang insang dan rantai makanan
(Sumadhiharga, 1995). Merkuri termagnifikasi oleh ikan-ikan yang lebih besar
melalui ikan-ikan kecil (Lasut et.al. 1998).
Bahan Pencemar (racun) masuk ke tubuh organisme atau ikan melalui
proses absorpsi. Absorpsi merupakan proses perpindahan racun dari tempat
pemejanan atau tempat absorpsinya ke dalam sirkulasi darah. Absorpsi,
distribusi dan ekskresi bahan pencemar tidak dapat terjadi tanpa transpor
melintasi membran. Proses transportasi dapat berlangsung dengan 2 cara :
transpor pasif (yaitu melalui proses difusi) dan transpor aktif (yaitu dengan
sistem transpor khusus, dalam hal ini zat lazimnya terikat pada molekul
pengemban). Bahan pencemar dapat masuk ke dalam tubuh ikan melalui tiga
cara yaitu melalui rantai makanan, insang dan difusi permukaan kulit
(Hutagalung, 1984).
Penyerapan logam oleh crustacea akan diakumulasi pada jaringan
tubuhnya terutama pada hepatopankreas dan insang (Bambang et.al. 1995).
Insang berperan pada proses respirasi, keseimbangan asam basa, regulasi ionik
Universitas Sumatera Utara
36
dan osmotik karena adanya jaringan epithelium branchial yang menjadi tempat
berlangsungnya transport aktif antara organisme dan lingkungan (Soegianto
et.al. 1999). Hepatopankreas adalah organ yang terpenting pada udang, karena
organ tersebut berfungsi seperti hati dan pankreas pada mamalia. Organ ini
memproduksi enzim-enzim pencernaan, membuang sisa penyimpanan sari
makanan, dan membuang sisa metabolisme.
Universitas Sumatera Utara
37
2.10 Kerangka Konsep Penelitian
Jenis Kepiting:
1. Kepiting Bakau
(Scylla serrata)
2.
Kepiting
ranjungan
(Portunus
pelagicus)
Memen
uhi syarat
Kadar
Kadmium
(Cd), Merkuri
(Hg), Timbal
(Pb)
pada
kepiting
Tidak
memenuh
i syarat
Berat Kepiting:
1. 100 gram
2. 150 gram
Pemeriksaan
laboratorium
Lampiran
SNI-73872009
Universitas Sumatera Utara
Download