Independensi Lembaga Swadaya Masyarakat (Lsm) Di Tengah

advertisement
BAB IV
PROFIL LSM LPS DAN LKTS
4.1 Pengantar
LSM sebagais salah satu agen pembangunan memiki posisi penting dalam
melakukan insiasi, menjadi fasilitator dan monitoring pengembangan masyarakat.
Billah (1988) mengatakan selama ini pembangunan yang terjadi hanya merupakan
pemantapan sistem patronase dan membangun proyek-proyek ekonomi yang
lembek, mengabaikan kemandirian, meningkatkan ketergantungan pada sumbersumber luar, dan menggusur prakarsa lokal. Selain itu, pendekatan semacam ini
cenderung mendorong ke arah otoritarianisme, dan pemusatan kekayaan dan
kekuasaan politik. LSM muncul sebagai tanggapan terhadap kecenderungan itu,
diantaranya adalah tuntutan agar pembangunan lebih berkiblat pada rakyat yang
menekankan pentingnya penguatan kapasitas kelembagaan dan sosial yang
mendukung pengembangan pengendalian, pertanggung-gugatan (accountability),
prakarsa, dan kemandirian lokal. Pendekatan seperti yang disebut terakhir ini
seringkali digunakan oleh LSM yang pada prakteknya cenderung memiliki minat
yang kuat dalam demokratisasi (Korten, 1987).
Dalam dasawarsa-dasawarsa terakhir ini, ketika pembangunan di berbagai negaraberkembang mulai dan terus digalakkan, peran LSM dilihat semakin meningkat
(Drabek, 1987), dan bahkan Chambers mengenalkan konsep additionally untuk
menggambarkan sumbangan potensial dari LSM bagi proses pembangunan. Pada
mulanya LSM dilihat sebagai organisasi yang bergerak secara eksklusif pada
43
tingkat lokal dengan tujuan memenuhi kebutuhan kelompok miskin tanpa
mempertimbangkan dampak yang luas akan tetapi kemudian terjadi pergeseran
yang mendasar yakni bahwa LSM tidak lagi hanya berupaya memenuhi
kebutuhan kelompok miskin melainkan juga membantu mereka untuk
mengartikulasikan kebutuhan mereka dan memberikan kemampuan kepada
mereka
untuk
mengontrol
proses
pengambilan
keputusan
yang
dapat
mempengaruhi kehidupan mereka (Drabek, 1987).
Perkembangan LSM di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dengan diskursus di
atas. Wacana penguatan akar rumput, peningkatan partisipasi dan kelembagaan
dalam penelitian ini dikaji pada aras LSM. Penelitian ini mengkajinya pada
tingkat LSM di akar rumput yang mengklain bergerak ditengah-tengah
masyarakat akar rumput. Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) LSM yaitu Lembaga
Kajian untuk Transformasi Sosial (LKTS) dan Lembaga Pertanian Sehat (LPS).
Dua LSM ini mempunyai karakteristik yang berbeda, baik pada aspek kesejarahan
visi, kegiatan, dan aspek finansial sebagai fokus dari kajian ini. Untuk membahas
lebih jauh maka akan dirinci pada aspek sebagai berikut:
1.
Sejarah LSM
2.
lingkup kerja LSM
3.
Fokus Isu yang diangkat
4.
Mitra Donor LSM
5.
Program Kegiatan
6.
Struktur Organisasi
44
4.2 Sejarah LSM
4.2.1 LKTS
LKTS (Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial / Institute for Social
Transformation Studies) adalah sebuah organisasi independent dan not profit
yang didirikan pada tanggal 23 Januari 1995 di Boyolali Jawa Tengah. Organisasi
ini berdiri sebagai respon kritis masyarakat warga (civil society) di Indonesia atas
berbagai bentuk ketidakadilan sosial yang dilingkupi konstruksi sosial politik
yang represif dan diskriminatif. Tingginya angka kemiskinan, rendahnya kwalitas
pelayanan public dan diperparah dengan korupsi, kolusi dan nepotisme, jelas-jelas
mengabaikan pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya rakyat. Eksploitasi
besar-besaran sumberdaya alam dimana pengelolaannya begitu sentralistik,
mengakibatkan kesenjangan sosial di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten
dengan kelompok mayoritas di tingkat basis. Budaya kekerasan dan penyelesaian
secara represif oleh aparat negara, benar-benar telah mengabaikan hak dan
partisipasi rakyat. Hal ini masih diperparah dengan kondisi perempuan yang selalu
mengalami diskriminasi dan kekerasan.
Inisiatif untuk mendirikan LKTS, merupakan hasil refleksi dan evaluasi bersama
tokoh adat, tokoh agama dan aktivis mahasiswa. Berpijak dari evaluasi kerja-kerja
itu, LKTS mengkonsepsikan kerja organisasi yang berbasis kebutuhan masyarakat
local sebagai pintu masuk (entry point) dan dilanjutkan dengan proses penyadaran
kritis dan transformasi yang berkelanjutan.
45
Dalam konteks tersebut, LKTS meletakkan organisasi-organisasi masyarakat basis
sebagai subyek untuk terus bergerak mencapai visi-misinya. Dan senantiasa akan
terus mendengarkan setiap persoalan dan realitas yang sedang dan akan dihadapi.
Senantiasa menjaga kesinambungan komunikasi dan interaksi serta terus
memberikan sebuah perspektif maju. Pemahaman ini biasa disebut dengan metode
sosial
partisipatif
(social
participatory
method).
Ketidakadilan
dan
ketidakberdayaan masyarakat itulah yang sampai saat ini tetap menjadi
‘justifikasi’ bagi organizer untuk tetap eksis di tengah-tengah masyarakat.
4.2.2 LPS
Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Dompet Dhuafa berdiri pada bulan Juni 1999
yang semula bernama Laboratorium Pengendalian Biologi Dompet Duafa (DD)
Republika yang berfungsi untuk meneliti dan mengembangkan sarana pertanian
tepat guna untuk membantu petani kecil.
Pertama kali diproduksi oleh Laboratorium Pengendalian Biologi DD Republika
adalah biopestisida (pengendali hama tanaman) berbahan aktif virus serangga
NPV (nuclear polyhedrosis virus) yang ramah lingkungan. Produk biopestisida
yang berbahan aktif virus patogen serangga hama tersebut, merupakan yang
pertama diproduksi di Indonesia dengan nama VIR-L, VIR-X dan VIR-H.
Kemudian hasil dari penelitian dan perakitan teknologi tepat guna pada tahun
2000 dihasilkan pupuk organik OFER dan pestisida nabati PASTI berbahan aktif
ekstrak akar tuba (Derris sp.)
46
Pada tahun 2002 Laboratorium Pengendalian Biologi berubah nama menjadi
Usaha Pertanian Sehat (UPS), hal ini berkaitan erat dengan upaya pengembangan
pemasaran produk-produk yang dihasilkan Laboratorium sebelumnya. Pemisahan
laboratorium dan usaha dilakukan pada awal tahun 2003 menjadi LPS yang
berada di Jejaring Aset Sosial (JAS) dan UPS yang berada di Jejaring Aset
Reform (JAR). Selain produk Laboratorium, UPS juga mulai membantu
pemasaran produk pertanian dari petani-petani yang telah menggunakan teknologi
ramah lingkungan, diantaranya berupa Beras Sehat Bebas Pestisida.
Kemudian menginjak awal tahun 2004 Laboratorium Pertanian Sehat dan Usaha
Pertanian Sehat disatukan kembali menjadi Lembaga Pertanian Sehat Dompet
Dhuafa di bawah koordinasi Jejaring Aset Reform (JAR) dengan mandat yang
lebih luas tidak hanya penelitian dan produksi sarana pertanian sehat, tetapi juga
berupaya untuk melakukan pemberdayaan petani dhuafa melalui Program
Pemberdayaan Pertanian Sehat (P3S). Pada tahun 2005 seiring dengan perubahan
internal lembaga holding Dompet Dhuafa, LPS menjadi salah satu jejaring
pengembangan ekonomi yang diharapkan dapat menjadi sebuah lembaga mandiri
secara finansial dari sektor produksi dan bisnis dengan tetap tidak kehilangan
jatidirinya sebagai jejaring dari lembaga nirlaba Dompet Dhuafa.
4.3 Lingkup Kerja LSM
4.3.1 LKTS
LKTS mengawali aktivitas dengan kegiatan-kegiatan yang behubungan dengan
lingkungan hidup, pada perjalanannya LKTS telah merumuskan lingkup kegiatan
47
yang lebih besar dengan mengangkat isu yang lebih luas. Lingkup kerja LKTS
adalah:
1.
Studi Masyarakat (Community studies),
2.
Pengorganisasian berbasis masyarakat luas (Broad-based organizing)
3.
Advokasi Warga (Citizen advocacy)
4.
Penguatan organisasi masyarakat warga (CSO Strengthening)
5.
Aksi partisipatif (Participatory Action)
Penjelasan secara rinci 5 (lima) ruang lingkup LKTS akan dijelaskan dalam
paragraf-paragraf dibawah ini:
Studi Masyarakat (Community studies), sebuah organisasi dapat menajamkan
masalah dan meningkatkan efisiensi dengan program transformasi sosial yang
baik. Akan tetapi semua itu harus dilandasi oleh database dari sebuah hasil studi,
penelitian dan kajian yang matang dan valid. LKTS melakukan sebuah studi
secara regular, tepat dan berdasarkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat
serta melibatkan sepenuhnya proses tersebut dengan masyarakat setempat. Cara
ini dilakukan dengan dasar informasi dan data yang akan diperoleh sebagai dasar
analisis kritis LKTS dalam menilai sebuah persoalan. Studi tindakan ini adalah
suatu usaha dan upaya mengubah pola pikir dan pola kerja suatu komunitas untuk
mencapai peningkatan kinerja mereka.
Pengorganisasian berbasis masyarakat luas (Broad-based organizing),
Pengorganisasian yang dilakukan LKTS adalah suatu upaya dan langkah-langkah
untuk mendorong terwujudnya keberdayaan masyarakat untuk memperoleh
48
pemecahan masalah dan memperjuangkan hak-hak mereka. Konsep ini mencakup
upaya perbaikan kualitas hidup rakyat yang tidak hanya diukur dari peningkatan
kesehteraan ekonomi saja, tetapi juga partisipasi dalam pengambilan keputusan
dan percaturan kekuasaan di semua tingkatan.
Pengorganisasian seperti ini membutuhkan pemahaman tentang pola relasi kelas,
gender antar individu, antara individu dengan kelompok, antar kelompok dan pola
relasi manusia dengan komponen-komponen lain dalam lingkungannya. Arah
strategi ini adalah terwujudnya cita-cita masyarakat dengan pola relasi yang setara
dan
demokratis,
dimana
kelas
bawah
mempunyai
kekuatan
untuk
memperjuangkan kepentingannya, hak asasi dihormati, lelaki dan perempuan
berbagi peran dan kekuasaan secara adil dan setara serta terbangunnya antara
manusia dengan semua komponen tersebut dalam relasi yang harmonis yang
berlanjut dan dinamis.
Advokasi Warga (Citizen advocacy), adalah sebuah strategi yang meletakkan
korban kebijakan sebagai subyek utama. Proses ini adalah sebuah upaya yang
menempatkan dan menghubungkan antara berbagai unsure progresif dalam
masyarakat warga (civil society), melalui terbentuknya aliansi-aliansi strategis
yang memperjuangkan terciptanya keadilan sosial dengan cara mendesakkan
terjadinya perubahan-perubahan kebijakan publik. LKTS berpendapat advokasi
adalah sebuah upaya atau sesuatu usaha yang sistematis dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik
secara bertahap-maju (incremental). Strategi ini merupakan suatu usaha
49
perubahan sosial (social transformation) melalui semua saluran dan piranti
demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan legislasi yang terdapat dalam
sistem yang berlaku di Indonesia. Proses citizen advocacy ini akan melibatkan CO
(community organizer) terlatih yang bekerja bagi masyarakat yang dirugikan
dalam keadaan yang membuat mereka tidak bisa membela haknya sebagai warga
Negara yang baik melalui litigasi dan non litigasi.
Penguatan organisasi masyarakat warga (CSO Strengthening), strategi ini
dipilih oleh LKTS dengan dasar bahwa warga kebanyakan mampu menghadapi
jaringan kekuasaan yang ada bila memiliki sebuah sejarah organisasi masyarakat
basis atau gerakan sosial yang efektif. Di Indonesia mencatat bahwa ‘adanya
berbagai organisasi rakyat yang cukup berpengaruh di basis’ terbukti sangat
efektif dan merupakan persyaratan mendasar untuk memungkinkan rakyat dapat
mempengaruhi keputusan pejabat public baik swasta maupun pemerintah.
Upaya-upaya tersebut akan didukung LKTS dengan cara memfasilitasi dan
mendorong lahirnya organisasi-organisasi yang tumbuh atas dasar kebutuhan dan
inisiative warga di komunitas basis. Karena LKTS percaya bahwa semakin
banyak lahir organisasi-organisasi di basis maka akan semakin banyak pula
proses-proses kebijakan yang akan melibatkan partisipasi warga Negara, karena
partisipasi warga adalah mengenai kekuasaan dan penggunaannya oleh berbagai
pelaku sosial dalam ruang yang diciptakan untuk interaksi antara warga dan
pemegang kekuasaan.
50
Aksi partisipatif (Participatory Action) adalah sebuah proses pendidikan kritis
warga yang menggunakan perpaduan antara partisipasi organisasi masyarakat
local dan peran Community Organizer (CO). Aksi partisipatif dimaksud sebagai
upaya penggalian pengetahuan lokal (local knowledge), sedangkan peran CO
adalah sebuah bentuk pemindahan/transfer pengetahuan dan kebajikan untuk
membangkitkan dan membangun kesadaran kritis dan kolektif masyarakat lokal.
Program ini secara umum bertujuan mendorong terpenuhinya hak-hak perempuan
sehingga
tercipta
kondisi
yang
setara
dan
adil
bagi
perempuan.
Aktivitas yang dilakukan antara lain adalah pendidikan kritis dan kursus hukum,
Pengorganisasian
dan
penguatan
kapasitas
organisasi
perempuan
lokal,
monitoring kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah, advokasi
(litigasi dan non litigasi) dan pendampingan perempuan korban kekerasan,
penyembuhan trauma (trauma healing) bagi perempuan korban pelanggaran masa
lalu, advokasi kebijakan pro women budget dan penanganan KTPA secara terpadu
dengan model WCC (women crisis centre), dan Radio komunitas perempuan.
Program ini bertujuan mendorong terjaminnya kualitas hidup masyarakat yang
ramah lingkungan dan mampu melindungi ekosistem global.
4.3.2 LPS
LPS sebagai LSM yang bergerak dalam pengembangan pertanian organik
mempunyai kegiatan yang tersrtuktur dan sistematis mulai dari proses penelitian
sampai proses penerapan di lapang. Lingkup kegiatan ini dimaksudkan agar
51
terjadi kesinambungan proses dan dapat dievaluasi secara sistemik. Lingkup kerja
yang merupakan aliran aktivitas dimaksud adalah sebagai berikut LPS adalah:
1.
Meneliti, mengembangkan dan merakit teknologi-teknologi sarana produksi
pertanian (saprotan) yang menggunakan bahan baku lokal, murah, sehat dan
ramah lingkungan .
2.
Merakit teknologi sistem pertanian terpadu dan berkelanjutan yang berbasis
pada potensi sumberdaya alam lokal dan kompetensi petani.
3.
Memfasilitasi sarana dan prasarana pelatihan, pengkaderan dan studi
pertanian sehat bagi petani dan masyarakat umum.
4.
Melatih, membina, dan mendampingi kader pertanian sehat melalui program
pemberdayaan petani sehat (P3S)
5.
Menjalin kemitraan usaha dengan para petani ataupun pelaku agribisnis lain
yang saling menguntungkan
6.
Mengembangkan jaringan pemasaran produk-produk pertanian sehat dalam
skala nasional.
7.
Mensosialisasikan dan mempromosikan teknologi dan produk-produk
pertanian sehat.
Lingkup kegiatan yang dirinci menjadi 7 (tujuh) merupakan proses yang berurut,
pada pelaksanaannya 7 (tujuh) lingkup kegiatan ini menjadi pendoman dasar
pelakanaan ditingkat LSM maupun di tingkat KSM. Pedoman inilah yang menjadi
dasar evaluasi berkala untuk proses perbaikan kegiatan-kegiatan kedepannya.
4.4 Fokus Isu yang Diangkat
LSM mempunyai fokus terhadap masalah apa yang hendak dikerjakan. Perbedaan
ruang lingkup kegiatan dengan fokus isu adalah pada tujuan yang ingin dicapai,
52
ruang lingkup kegiatan lebih pada proses yang dilakukan, sedangkan fokus isu
adalah pembahasaan untuk publik mengenai apa yang sedang mereka (LSM)
kerjakan menyangkut bidang-bidang tertentu.
LKTS bergerak dalam isu lingkungan hidup, gender, advokasi serta penguatan
kapasitas masyarakat lewat perguliran kredit mikro dan penguatan kelembagaan
lokal. 3 (tiga) fokus ini direalisasilkan dalam bentuk program-program kerja yang
nanti akan dijelaskan kemudian pada sub bab 4.6.1. Baik isu lingkungan hidup,
gender dan ekonomi mikro ketiganya diwujudkan dalam kegiatan teknis dilapang.
LPS memiliki ciri khas lembaga pengelolaan sumberdaya yang terintegrasi. Dari
mulai sumberdaya manusia yang cukup beragam dari ketrampilan, kemampuan
dan latar belakang pendidikannya mempunyai komitmen untuk maju dan
berkembang bersama-sama. Karakteristik yang dikembangkan juga khas berkaitan
dengan pengembangan bidang pertanian. Kemitraan dan pola kerja sudah mulai
dirangkai ke beberapa tempat dan lembaga lain.
Ciri lain LPS dalam konteks aktivitas kerja lembaga dalam bidang pertanian
adalah fokus pada penanganan penelitian dan pengembangan pertanian,
penanganan kegiatan pengembangan masyarakat (Community Development)
berbasis sumberdaya pertanian, dan penanganan kegiatan produksi dan bisnis
pertanian. Seluruh aktivitas kerja yang berbasis pada sektor pertanian tersebut
berjalan secara sinergi dengan strategi yang saling mendukung.
53
4.5 Mitra Donor LSM
Donor bagi LSM merupakan bagian penting dari proses aksi yang dilaksanakan.
Tanpa adanya dana yang memadai tentu LSM akan kesulitas untuk menjalankan
visi dan misinya. Dalam penelitian ini, pembahasan mengenai dana menjadi salah
satu fokus untuk melihat independensi LSM.
LKTS telah membangun jejaring baik dalam konteks finansial dan aksi, dalam
aspek finansial LSM ini telah mendapat kepercayaan dari USAID, AUSAID,
NZODA, YLKI, SDC, YBKS, PKM, CRP, DAP, KIA, Cordaid, CRS, ICCO,
Findland Embasydan Depkes RI. Beberapa donor ini telah menjadi penyangga
dana kegiatan sejak tahun 1998. Donor-donor ini bersifat sementara dengan
pendekatan proyek. Pada umumnya LKTS membuat pengajuan proposal untuk
isu-isu yang sedang ditawarkan oleh donor, LKTS mendapatkan persetujuan,
melaksanakan kegiatan dan memberikan laporan.
LPS mendapatkan donor dari DD Republika bahkan menjadi bagian integral dari
struktur organisasi ini. DD Republika mendapatkan dana langsung dari
masyarakat lewat berbagai penjaringan dana yang dilakukan DD Republika. LPS
pada perkembangannya beberapa kali mendapat tawaran untuk bekerjasama
dengan lembaga donor, tetapi belum pernah menerima tawaran tersebut. LPS
menjaga kemitraan dengan donor untuk menghidari berbagai kepentingan diluar
fokus kegiatannya. Dan dalam perjalanannya, pendaan dari masyarakat dirasa
sudah cukup untuk melaksanakan kegiatannya.
54
4.6 Program Kegiatan
LSM dalam melaksanakan misinya sebagai agen perubahan memiliki program
kegiatan yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai. Program kegiatan yang
dilakukan oleh LKTS dan LPS adalah wujud realisasi dari lingkup kerja dan fokus
isu. Program kerja yang dilaksanakan oleh LKTS dan LPS akan dijelaskan secara
rinci sebagai berikut:
4.6.1 LKTS
Program kegiatan yang dilakukan oleh LKTS meliputi kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan hak asasi perempuan, lingkungan hidup berkelanjutan,
program advokasi dan perlawanan terhadap kemiskinan, program penguatan
kapasitas organisasi, dan demokasi dan masyarakat sipil. 5 (lima) program kerja
ini akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
Hak Asasi Perempuan
Program ini secara umum bertujuan mendorong terpenuhinya hak-hak perempuan
sehingga tercipta kondisi yang setara dan adil bagi perempuan. Tujuan secara
khusus yaitu, mendorong perubahan mindset (cara berfikir) yang mengedepankan
perspektif gender dalam relasi personal dan komunitas, memperkuat kapasitas
komunitas dan organisasi perempuan di tingkat lokal dalam konteks advokasi
kebijakan,
rekonsiliasi,
resolusi
dan
pencegahan
konflik,
melakukan
pendampingan secara hukum maupun non hukum, serta fasilitasi proses
penyembuhan trauma bagi perempuan korban kekerasan dan perempuan korban
55
pelanggaran HAM masa lalu, memperkuat perspektif gender dalam kebijakan
pemerintah daerah dan mendorong lahirnya kebijakan pro perempuan. Aktivitas
yang dilakukan antara lain:
1.
Pendidikan kritis dan kursus hukum
2.
Pengorganisasian dan penguatan kapasitas organisasi perempuan lokal
3.
Monitoring kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah
4.
Advokasi (litigasi dan non litigasi) dan pendampingan perempuan korban
kekerasan
5.
Penyembuhan Trauma (trauma healing) bagi perempuan korban pelanggaran
masa lalu
6.
Advokasi kebijakan pro women budget dan penanganan KTPA secara terpadu
dengan model WCC (Women Crisis Centre)
7.
Radio komunitas perempuan
Lingkungan Hidup Berkelanjutan
Program ini bertujuan mendorong terjaminnya kualitas hidup masyarakat yang
ramah lingkungan dan mampu melindungi ekosistem global. Aktivitas yang
dilakukan adalah, Pengorganisasian dan konsolidasi rakyat (masyarakat di sekitar
sumber air dan wilayah penyangga) Pengembangan sarana air bersih dan sanitasi,
kampanye perlindungan lingkungan, advokasi kebijakan yang berperspektif
lingkungan.
56
Program Advokasi dan Perlawanan Terhadap Kemiskinan
Program ini bertujuan mengorganisasikan dan memperkuat kesadaran kritis
masyarakat miskin pedesaan dan perkotaan agar mampu memperjuangkan hakhaknya dan berperan aktif dalam mendorong kebijakan negara yang pro rakyat
miskin. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut :
1.
Pengorganisasian dan pendampingan kelompok
2.
Pemetaan kemiskinan partisipatif
3.
Pengembangan lembaga keuangan mikro
4.
Fasilitasi dana bergulir
5.
Pendidikan kritis
6.
Studi dan advokasi kebijakan
Di wilayah pedesaan, partisipan yang terlibat dalam program ini adalah
masyarakat miskin, buruh tani dan perempuan usaha kecil. Sedangkan di wilayah
perkotaan antara lain pedagang kaki lima (PKL), asongan, buruh transportasi dan
lain-lain. Saat ini program tengah berjalan di Kabupaten Boyolali meliputi : Desa
Repaking Kecamatan Wonosegoro, Desa Lanjaran Kecamatan Musuk, Desa
Mliwis Kecamatan Cepogo, Desa Winong Kecamatan Boyolali, wilayah kota
(Lingkungan Terminal, Pasar Sunggingan dan Pasar Boyolali), di Kabupaten
Klaten (Desa Polan Kecamatan Polanharjo dan kota Klaten) serta di Kabupaten
Sukoharjo (Kecamatan Gatak).
57
Program Penguatan Kapasitas Organisasi
Program ini bertujuan menguatkan sistem managemen dan kapasitas sumberdaya
manusia guna mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan
berkelanjutan. Aktivitas yang dilakukan dalam program ini meliputi :
1.
Perpustakaan LKTS
2.
Website www.LKTS.org
3.
Bulletin PELITA (bulanan)
4.
Penerbitan Media Kampanye (T-shirt, poster, stiker, pin, leaflet dan buku)
5.
Kajian kritis (bulanan)
6.
Mengikuti dan atau menyelenggarakan training atau kursus
7.
Mengikuti dan atau menyelenggarakan program magang
8.
Review sistem dan managemen organisasi secara berkala
9.
Pengadaan sarana dan prasarana kantor
10. Studi banding
11. Inisiasi pendanaan mandiri
12. Pengembangan jaringan
Demokrasi dan Masyarakat Sipil
Program ini bertujuan 1) memperkuat kapasitas dan mengkonsolidasikan potensi
dan sumber daya masyarakat sipil sebagai arus penyeimbang atas mainstream
utama yang korup dan stagnan. 2) mendorong lahirnya kebijakan pembangunan
daerah yang pro rakyat miskin, dengan menginisiasi proses-proses yang lebih
58
partisipatif dan mengedepankan perspektif HAM, gender dan lingkungan yang
berkelanjutan. Aktivitas yang dilakukan adalah :
1.
Pengorganisasian dan konsolidasi simpul-simpul masyarakat sipil
2.
Penguatan kapasitas melaluberbagai training dan pendidikan kritis
3.
Studi kebijakan
4.
Legal and Alternative drafting
5.
Advokasi kebijakan
4.6.2 LPS
LPS memliki program kerja yang beorientasi pada pengembangan pertanian
organik. Program kerja yang dilakukan merupakan wujud realisasi proses
pengembangan pertanian organik dari mulai penelitian hingga penerapannya di
lapangan. Rincian program kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Program Penelitian & Pengembangan
Divisi Litbang sebagai salah satu komponen LPS-DD mempunyai peranan
penting dalam kegiatan penelitian dan pengembangan produk pertanian
sehat/ramah lingkungan yang terarah dan sistematis. Litbang LPS-DD tetap
diharapkan dapat berperan dalam mendukung produk pertanian ramah lingkungan
yang mudah diaplikasikan dan dimanfaatkan oleh petani. Untuk itu, litbang LPSDD harus mampu menghasilkan teknologi saprotan yang dibutuhkan untuk
mengatasi kendala yang dihadapi petani serta mengembangkan produk
meningkatkan kualitas dan mutu produk agar tetap kompetitif.
59
Divisi Litbang LPS-DD menerapkan tiga komponen manajemen Penelitian dan
Pengembangan yakni manajemen kualitas produk, manajemen laboratorium dan
manajemen pelatihan.
a. Manajemen Kualitas Produk
Ada kalanya OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) mampu beradaptasi bahkan
mutasi sehingga kebal (resisten) terhadap pestisida (organik atau an-organik),
sehingga produk pestisida juga perlu ditingkatkan kualitasnya. Apalagi mengingat
pertanian di lapangan (on-farm) sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, lingkungan
dan manusia. Hal ini menjadi tantangan bagi litbang untuk meningkatkan kualitas
produk agar LPS memiliki produk-produk dengan kualitas yang terjamin.
Lima produk unggulan LPS yang memerlukan manajemen kualitas produk secara
berkala, diantaranya adalah : beras SAE (non residu pestisida), Bio-pestisida/agen
pengendali hayati (Virexi/VIR-X dan Vitura/VIR-L), OFER (kompos), dan
PASTI (insektisida hayati).
Program Peningkatan Kualitas Produk dilakukan dengan tahapana proses sebagai
berikut:
1.
Pengujian dan Peningkatan kualitas produk (menurunkan kontaminasi bakteri
& uji jumlah virus)
2.
Pengembangan demplot (uji lapang produk LPS)
3.
Melakukan QC (Quality Control)
60
b. Manajemen Laboratorium
Dalam melakukan inovasi dan rancang bangun teknologi, Divisi Litbang LPS-DD
menggunakan laboratorium dan fasilitas penunjang kegiatannya. Laboratorium
didalam ruangan (indoor) dan laboratorium lapang (outdoor). Pengelolaan
manajemen laboratorium ini disesuaikan dengan kebutuhan dan jadwal yang
disusun berdasarkan perencanaan dan prosedur yang telah dituangkan dalam
rencana kerja lembaga. Prinsip yang dipergunakan adalah Teliti, Objektif dan
Prestatif.
Kegiatan dalam pengelolaan manajemen laboratorium ini diantaranya adalah;
scheduling, action plan, inventarisir, dan lain-lain. Sedangkan output yang
dihasilkan antara lain; data-data ilmiah, publikasi ilmiah, dan rekomendasi hasil
penelitian.
Program Penelitian dan Pengembangan di Laboratorium dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut:
1.
Pengembangan & Penelitian produk terbaru (Pengendali penyakit, NPS,
pupuk cair)
2.
Pengembangan publikasi ilmiah (Buku, Buletin, Newsletter)
3.
Pengembangan Jaringan Penelitian & atau Proyek Penelitian
c. Manajemen Pelatihan
Perlunya sarana penyampaian teknologi yang dikembangkan LPS-DD membuka
peluang kegiatan transfer teknologi dan informasi melalui Pelatihan dan
61
Workshop. Kendala penyampaian informasi ke petani dan masyarakat yang tidak
lengkap menjadi salah satu sebab gagalnya program. Untuk mengantisipasi hal
tersebut, Divisi Litbang LPS-DD menyusun kegiatan Pelatihan untuk petani dan
masyarakat dengan beberapa model pelatihan (Training). Selain mensosialisasikan
ke pihak luar, secara internalpun dilakukan dengan model workshop dan
kuliah/praktek umum.
Sejauh ini beberapa pelatihan–pelatihan sudah rutin dilakukan oleh LPS-DD.
Selain dari tujuan khusus tersebut, ada pula tujuan umum dari pelatihan tersebut
agar dapat mendukung program–program LPS dan produk–produk LPS lebih
cepat tersosialisasi. Optimalisasi dari manajemen pelatihan ini akan mampu
membuka jejaring (network) seluas-luasnya dengan pihak-pihak lain serta
membuka kemitraan yang saling menguntungkan.
Program utama yang ada dalam manajemen pelatihan, program ini dibagi menjadi
3 (tiga) sub program dimana ke tiga program itu adalah sebagai berikut :
1.
Menyelenggarakan Pendidikan & Pelatihan Keterampilan Petani Ramah
Lingkungan
2.
Membangun Network dengan pihak luar
3.
Sosialisasi program atau produk-produk yang dikembangkan LPS-DD
Pemberdayaan Masyarakat
Divisi Pemberdayaan Masyarakat LPS-DD merupakan salah satu bidang yang
memiliki peranan penting dalam kegiatan membangun komunitas petani secara
khusus dengan melibatkan masyarakat. Divisi juga merupakan jembatan misi dari
62
lembaga untuk akses dengan sumberdaya masyarakat petani. Divisi diharapkan
mampu berperan dalam mendukung program-program lembaga.
Proses pemberdayaan petani miskin yang selama ini dilakukan oleh LPS juga
telah memantapkan target yang lebih jelas. Salah satu program yang dibangun
adalah P3S (Program Pemberdayaan Petani Sehat). Program tersebut tidak hanya
karena visi pendistribusian dana sosial umat semata, lebih dari itu P3S merupakan
refleksi kepedulian atas nasib petani yang selama ini termarjinalkan dalam
lingkaran kemiskinan. Paket program pemberdayaan petani yang dilakukan oleh
LPS terfokus pada kegiatan :
1.
Penguatan kapasitas SDM petani
2.
Introduksi dan adopsi teknologi pertanian dengan basis ramah lingkungan
3.
Pembentukkan
dan
pengembangan
kelembagaan
petani.
Selain itu, pengembangan kapasitas sumberdaya permodalan yang bersifat
pembiayaan juga dilakukan untuk memperkuat basis program yang akan
dijalankan. Seluruh proses pemberdayaan dengan program inti dan program
pendukung di atas diarahkan dalam rangka mendorong peningkatan
pendapatan petani dan memperkokoh kualitas interaksi sosial antar petani dan
stakeholders lainnya.
Untuk mendukung kebijakan program dengan arah dan orientasi serta tujuan
umum yang telah ditetapkan, maka strategi pemberdayaan dilakukan dalam
lingkup:
1.
Penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan petani sasaran program, dengan
fokus:
a. Pembentukkan Kelompok Tani
63
b. Peningkatan Kapasitas SDM Petani
c. Penumbuhan Kader Petani Lokal
d. Pembinaan dan Pelatihan Pertanian Ramah Lingkungan
e. Pembiayaan Mikro Petani
f. Penguatan Kelembagaan Petani
2.
Penetapan dan Pembangunan cluster program berbasis pertanian unggul
3.
Pembangunan jaringan sinergi dengan stakeholders pendukung
Untuk mengefektifkan pelaksanaan seluruh strategi program, maka dilakukan
pendampingan intensif bagi komunitas sasaran yang ditangani oleh para
pendamping pilihan hingga periode waktu yang telah ditentukan.
4.7 Struktur Organisasi
4.7.1 LKTS
Struktur organisasi LSM ini terdiri dari pengurus inti, pegawai dan pengurus
kader. Pengurus inti adalah pengurus organisasi yang memiliki kewenangan
kebijakan LSM yang terdiri dari Direktur Eksekutif, Bidang Gender dan
Transformasi Konflik, Bidang Poverty Alleviation, Bidang Demokrasi dan
Masyarakat Sipil, Bidang Dokumentasi dan Informasi, Bidang Financial and
Office Administration and Monitoring dan Bidang Teknologi Informasi. Bidang
administrasi, finansial adalah bidang yang disebut pegawai kantor. Kader adalah
orang-orang lokal di lapangan biasanya adalah ketua Kelompok Swadaya
Masyarakat sebagai sukarelawan LSM.
64
Keseluruhan bagian dalam struktur organisasi ini mengalami proses pematangan
sejak LSM ini berdiri hingga sekarang. Awalnya strukturnya masih sangat
sederhana yang meliputi ketua, bendahara, dan fungsi-fungsi umum dimana
banyak rangkap jabatan. Seiring perjalan waktu, terjadi perubahan struktur
menjadi lebih banyak dan ada spesialisasi.
4.7.2 LPS
LPS memiliki struktur organisasi mulai dari direktur, penanggung fungsional, dan
ketua kelompok tani sebagai kader dilapangan. LPS juga membangun struktur
organisasi pada tingkat petani. Struktur organisasi yang selama ini berjalan sudah
mengalami perubahan seiring dengan perubahan bidang yang dikerjakan. Pada
awal berdiri LPS berbentuk tim kerja penelitian. Pada saat mulai melakukan aksi
pemgembangan komunitas baru struktur mulai dari direktur hingga fungsi
opersional di lapang. Pada saat berubah karena penambahan fungsi produksi dan
bisnis, unit ini menjadi fungsi yang bersifat semi otonom.
Keseluruhan fungsi saat ini bekerja secara profesional sebagai staf LSM.
Pembagian kerja dilakukan secara spesifik berdasarkan latar belakang pendidikan
dan keahlian. Sampai penelitian ini berlangsung, LSM ini sudah mengenal adanya
jenjang karir dalam struktur ini.
65
Download