ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN ANEMIA SEDANG DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CAMIS LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : Tria Hadianti NIM. 13DB277090 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas atau puerperium adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat meluas ke berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang menyangkut dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) (Agustina, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Pada tahun 2013 lebih dari 289.000 perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan (WHO, 2014 dalam Sipahutar, 2015). Target Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (Shintaryantika, 2015). Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2015 sebesar 15 per 100.000 kelahiran hidup, kematian tersebut diakibatkan karena komplikasi persalinan. Selama tahun 2016 dari bulan Januari – Februari terdapat 2 orang yang meninggal dikarenakan oleh penyakit komplikasi obstetri (DinKes Ciamis, 2016). Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis, jumlah ibu nifas dengan anemia sedang pada tahun 2015 sampai bulan Februari 2016 sebanyak 33 orang. Dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun 2015 sangat jarang, hanya 1 2 terdapat 2 kematian ibu dalam kurun waktu 1 tahunyang disebabkan oleh penyakit komplikasi obstetri (RSUD Kab. Ciamis 2016). Menurut Masruroh, (2011) dalam judul jurnal Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Anemia dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal. Hasil penelitian diperoleh ibu nifas yang berpengetahuan baik serta tidak mengalami anemia (normal) sebanyak 17 orang (53,1%) lebih tinggi dibanding dengan pengetahuan ibu nifas yang baik serta mengalami anemia ringan sebanyak 2 orang (6,2%). Dan ibu nifas yang berpengetahuan cukup serta mengalami anemia ringan sebanyak 13 orang (40,6%) lebih tinggi dibandingkan dengan ibu nifas yang berpengetahuan cukup serta tidak mengalami anemia (normal). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chi, dkk tahun 2008 di Indonesia menunjukkan angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 30% untuk selain anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 51% dan pada ibu nifas 45% (Rusmiati, 2013). Masa nifas merupakan tantangan bagi banyak ibu yang baru melahirkan. Pemulihan dari proses melahirkan, belajar menjadi orang tua dan mengurus diri sendiri membutuhkan banyak energy. Masa nifas merupakan kejadian fisiologis dan pada masa nifas alat-alat genetalia interna dan eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil (Rukiyah, dkk, 2013). Hal yang terpenting juga dalam masa nifas yaitu evaluasi terjadinya perdarahan, sebab perdarahan nifas bisa menyebabkan kematian pada ibu postpartum. Perdarahan pasca persalinan adalah komplikasi yang terjadi pada tenggang antara persalinan dan masa pasca persalinan. Faktor predisposisi antara lain adalah anemia, penyebab perdarahan yang paling sering adalah atonia uteri, retensio plasenta. Yang terpenting juga dalam masa nifas adalah laktasi. Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapanpersiapan pada kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi. Tetapi seiring berjalannya waktu, banyak ibu-ibu yang enggan menyusui bayinya 3 dengan alasan bekerja atau dengan menyusui dapat merubah bentuk payudara (Rukiyah, dkk, 2013). Anemia adalah kondisi dimana sel-sel darah merah berkurang jumlah atau volumenya, atau kondisi dimana kadar hemoglobin rendah didalam darah. Rendahnya kadar hemoglobin dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, dan asam volat (Proverawati, 2011). Anemia postpartum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu sudah melahirkan sampai dengan kira-kira 5 minggu dalam kondisi pucat, lemah, dan kurang bertenaga. Anemia sedang adalah dimana kadar hemoglobin berkisar antara 6-8 gr% (Proverawati, 2011). Akibat dari anemia biasanya terjadi perdarahan, retensio plasenta, atonia uteri, dan bisa disebabkan pada masa hamilnya kurang mengkonsumsi tablet Fe, dan bisa juga disebabkan oleh infeksi yang dapat mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas menyusui dikarenakan penderita merasa mules, pusing dan cepat lelah (Wahyuni, 2015). Upaya pemerintah dalam menangani anemia pada masa nifas yaitu dengan memperbanyak asupan makanan yang mengandung zat besi antara lain hati, sayuran hijau atau daging dan bisa juga diberikan makanan tambahan suplemen tablet Fe. (Almatsier, 2009). Berdasarkan salah satu hadis yang menyatakan tentang nifas, berbunyi: ْ َعنْ أ ُ ِّم َسلَ َم َة َرضِ َي هللاُ َع ْن َها َقا َل ْ نل َن َس َستا ُع َعلَته َعهْت ِس َرسُت ْ ِل ِ تْ ََا َنت . صلَّه هللاُ َعلَ ْي ِه َ آلِه َ َسلَّ َم َت ْق ُع ُس أَرْ َب ِعي َْن َي ْ مًا أَ ْ أَرْ َب ِعي َْن لَ ْيلَ ُة ِ َ هللا Artinya : Dari ummi Salamah -- رضي هللا عنهاbeliau berkata: "Wanita yang sedang mengalami nifas pada zaman nabi duduk (mengeluarkan darah) selama 40 hari atau 40 malam” (HR. Umi Atthiyyah ra.). Dalam hadis ini terdapat dalil yang menunjukkan masa nifas umumnya yaitu 40 hari. Masa nifas adalah darah kotor yang keluar sama hal 4 nya seperti darah haid yang keluar dari jalan lahir. Hal ini tampak ketika kita melihat sebab turunnya (asbabun nuzûl) ayat haid (QS. Al-Baqarah/2: 222) yang berbunyi: Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah (darah) haid adalah kotoran, maka menjauhlah kalian dari istri kalian di tempat keluarnya haid. Dan janganlah kalian mendekati mereka sampai mereka suci. Jika mereka telah bersuci maka datangilah (campurilah) mereka sesuai dengan cara yang diperintahkan Allah kepada kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah/2:222). Ayat diatas pada dasarnya darah yang dikeluarkan pada masa nifas sama seperti darah yang dikeluarkan pada saat haid yaitu darah kotor dan keluar dari jalan lahir, tetapi Nabi SAW tidak memerintahkan shalat untuk diqadla. Selama 40 hari atau pada masa nifas tidak diperbolehkan untuk melakukan hubungan seksual sampai ibu nifas benar-benar bersih (suci). Berdasarkan uraian tersebut penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus tentang “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Anemia Sedang” karena masa nifas pasti dialami oleh ibu yang telah melahirkan. Masa nifas yaitu masa keluarnya darah setelah melahirkan tetapi tidak untuk diqadla yang lamanya selama 40 hari. Salah satu kemungkinan yang terjadi pada masa nifas yaitu mengeluarkan darah yang banyak yang menyebabkan ibu nifas kekurangan darah atau disebut dengan anemia. Anemia mempunyai dampak yang buruk pada ibu nifas karena banyak kekurangan darah, oleh karena itu salah satu untuk mencegah/ mengurangi kejadian angka kematian pada ibu nifas dengan anemia perlu 5 dilakukan asuhan yang komprehensif dan efektif. Jika Allah SWT menghendaki untuk lebih jelasnya hadis yang berhubungan dengan masa nifas akan dibahas di BAB selanjutnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat ditarik perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Anemia Sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Anemia Sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis dengan secara mandiri dan kolaborasi dengan pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. 2. Tujuan Khusus Diharuskan setelah melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Anemia Sedang penulis mampu: a. Melakukan pengkajian secara lengkap dengan mengumpulkan semua data yang meliputi data subyektif dan obyektif pada ibu nifas dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis. b. Menginterpretasikan data dan menemukan diagnosa atau masalah utama dan kebutuhan pada ibu nifas dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis. c. Menentukan diagnosa potensial dari hasil pengkajian asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum daerah Ciamis. d. Memberi tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis. e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh sesuai dengan pengkajian pada ibu nifas dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis. 6 f. Melaksanakan perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis. g. Mengevaluasi hasil tindakan pada asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis. D. Manfaat 1. Bagi Ibu Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas diharapkan ibu dapat melewati masa nifas tanpa terjadi komplikasi. 2. Bagi Bidan Dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai upaya peningkatan mutu dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada ibu nifas dengan anemia. 3. Bagi Institusi a. Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dalam mempertahankan pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif, sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah diberikan khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis. b. Pendidikan Agar institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan mempraktekkan dan menerapkan pada pasien/klien secara langsung dengan cara mengikuti pelatihan. 4. Bagi Penulis Studi kasus ini sebagai sarana dalam mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang telah didapat selama perkuliahan mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap praktek di lapangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Masa Nifas a. Pengertian Masa Nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama pada masa ini berkisar 6-8 minggu (Rukiyah, dkk, 2013). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2011). Puerperium ialah masa seseudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Rukiyah, dkk, 2013). Involusio adalah perubahan uterus setelah persalinan, yang berangsur-angsur kembali seperti keadaan semula yang sama dengan kondisi dan ukuran dalam keadan tidak hamil (Saleha, 2009). b. Menurut Marmi (2015) Tujuan Asuhan Masa Nifas, yaitu: Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis antara ibu dan bayinya, yaitu: 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis. 2) Melakukan skrining yang komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. 3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, dan cara menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari. 4) Memberikan pelayanan keluarga berencana. 5) Mendapatkan kesehatan emosi. 7 8 c. Menurut Marmi (2015) Tahapan Masa Nifas terdiri dari: 1) Puerperium Dini Yaitu masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerperium intermedial Yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih 6-8 minggu. 3) Remote Puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila selama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu. Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu: 1) Perubahan fisik 2) Involusi uterus dan pengeluaran lochea 3) Laktasi/ pengeluaran ASI 4) Perubahan sistem tubuh lainnya 5) Perubahan psikis d. Perubahan Masa Nifas 1) Uterus Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut: Tabel 2.1Perubahan Uterus Selama Postpartum Involusi Tinggi Fundus Berat Diameter Uteri Uterus Uterus Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm 7 hari Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm (minggu 1) dan simpisis 14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm Normal 60 gram 2,5 cm Plasenta lahir (minggu 2) 6 minggu Sumber : Marmi, 2015. 9 2) Bekas implantasi uri: placenta mengecil karena kontrtaksi dan menonjol ke cavum uteri dengan diameter 7,5 cm, 2 minggu 3,5 cm, pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih (Marmi, 2015). 3) Menurut Rukiyah, dkk (2013) Lochea: cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea berbau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada wanita. Lochea biasanya berlangsung kurang lebih selama 2 minggu setelah bersalin. a) Lochea Rubra (Cruenta) Muncul pada hari 1-2 hari pasca persalinan, berwarna merah, baunya biasanya / khas, berisi darah segar, dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. b) Lochea Sanguinolenta Waktu keluarnya hari ke 3-7 postpartum dengan konsistensi lebih kental dan bercampur lendir, warnanya coklat, baunya biasa dan khas. c) Lochea Serosa Waktu keluarnya hari ke 7-14 postpartum dengan konsistensi cair dan tidak bercampur darah, warnanya kuning, baunya khas atau biasa. d) Lochea Alba Waktu keluarnya saat setelah 2 minggu, cairannya putih karena banyak leukosit terspat di dalamnya. e) Lochea prulenta Keluarnya jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk, warna kehijau-hijauan. f) Lochrositosis Lochea tidak lancar keluarnya. e. Perawatan Pasca Persalinan Menurut Anggraeni (2010) perawatan pasca persalinan meliputi : 1) Mobilisasi Karena setelah habis bersalin, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring-miring untuk mencegah 10 trombosisda, trombo emboli, lalu duduk-duduk, jalan-jalan, aktifitasini tergantung pada komplikasi persalinan nifas dan sembuhnya luka. 2) Diet Makanan harus bergizi, cukup kalori dan yang mengandung protein, banyak cairan yang dibutuhkan 2,5 L/hari, konsumsi sayuran, buah-buahan. 3) Eliminasi BAK dan BAB Beberapa wanita mengalami kesulitan BAB dan BAK pada hari pertama setelah melahirkan. Untuk BAK, ibu nifas harus berusaha kencing sendiri, setelah 2 jam postpartum, bila tidak bisa dengan alami dan kandung kemih penuh, sebaiknya dilakukan kateterisasi. BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan laxan per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan huknah. 4) Perawatan Payudara (mamae) Perawatan mamae dilakukan/ telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. 5) Senam Masa Nifas Berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk mengencangkan otot-otot abdomen rahim yang sudah menjadi longgar akibat melahirkan. 6) Personal Hygiene a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh. b) Menganjurkan ibu setiap selesai BAK atau BAB siramlah vagina dengan air bersih dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel. c) Bila keadaan vagina terlalu kotor, cucilah dengan sabun atau cairan antiseptik yang berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme yang terlanjur berkembangbiak di daerah tersebut. 11 d) Bila keadaan luka perineum terlalu luas atau ibu dilakukan episiotomi, dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam capiran antiseptik selama 10 menit setelah BAK atau BAB. e) Mengganti pembalut setiap selesai BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila ibu sudah merasa tidak nyaman. f) Keringkan vagina dengan tisu atau handuk lembut setiap kali selesai membasuh agar tetap kering dan kenakan pembalut yang baru. 7) Istirahat dan Tidur a) Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam, pasca persalinan ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. b) Anjurkan mengkonsumsi makanan yang bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah. c) Anjurkan untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. 2. Anemia a. Pengertian Anemia penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Anemia dalam masa nifas mengurangi presentasi kerja, baik dalam pekerjaan rumah sehari-hari maupun dalam merawat bayi (Wijanarko, 2010). Anemia nifas didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10 gr/dl, ini merupakan masalah yang umum dalam bidang kebidanan meskipun wanita hamil dengan kadar besi yang terjamin konsentrasi hemoglobin biasanya berkisar 11-12 gr/dl sebelum hamil (Siviana, 2012). Anemia sedang biasanya disebabkan oleh perdarahan dan jika tidak dikelola dengan baik akan menajdi anemia berat, pada ibu nifas biasanya terjadi perdarahan karena atonia uteri dan infeksi. Selain itu 12 anemia sedang pada ibu nifas dapat mempengaruhi aktivitas seharihari dan aktivitas menyusui dikarenakan penderita merasa lemas, pusing dan cepat lelah (Siviana, 2012). Anemia adalah suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan sampai dengan kira-kira 5 minggu dalam kondisi pucat, lemah dan kurang bertenaga (Proverawati, 2011). b. Penyebab Anemia menurut Proverawati (2011) 1) Adanya pendarahan sewaktu/sehabis melahirkan. 2) Adanya anemia sejak kehamilan yang disebabkan oleh faktor nutrisi, ketidakseimbangan pola makan dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dengan kebutuhan didalam tubuh. 3) Adanya gangguan pembekuan darah. 4) Kurangnya zat besi ke dalam tubuh. c. Tanda-tanda gejala anemia Untuk mengenali adanya anemia kita dapat melihat dengan adanya gejala-gejala seperti (Proverawati, 2011). 1) Merasa lesu 2) Cepat lelah 3) Sakit kepala 4) Pusing 5) Mata berkunang-kunang d. Pengaruh anemia pada masa nifas Anemia pada masa nifas merupakan pengaruh yang kurang baik bagi ibu dan nifas selanjutnya. Pengaruh anemia pada masa nifas dapat menyebabkan pendarahan postpartum, pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi payudara (Manuaba, 2007). e. Pencegahan penyakit anemia menurut Hasdianah & Suprapto (2014) Anemia dapat dicegah dengan cara memakan makanan yang mengandung: 1) Zat Besi Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran berwarna hijau gelap, buah-buahan, dan lain-lain. 13 2) Folat dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-kacangan, sereal dan pasta. 3) Vitamin B-12 Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu. 4) Vitamin C Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung vitamin C antara lain jeruk, melon dan buah beri. f. Penanganan anemia Menurut Saifuddin (2009) sebagai berikut: 1) Kolaborasi dengan dokter Sp.OG dan dengan petugas laboratorium untuk memantau kadar hemoglobin (Hb). 2) Beri transfusi darah. 3) Anjurkan ibu untuk makan makanan yang mengandung banyak protein dan zat besi. 4) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet fe. g. Menurut Chan (2013) penanganan anemia yaitu meliputi: 1) Konsul pada ahli gizi 2) Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya vitamin dan mineral suplemen 3) Berikan suplemen nutrisi h. Klasifikasi anemia Anemia pada ibu nifas menurut WHO yaitu (Handayani, dkk, 2008): 1) Hb 11 gr/dl tidak anemia 2) Hb 8-10 gr/dl anemia ringan 3) Hb 6-8 gr/dl anemia sedang 4) Kurang dari 6 gr/dl anemia berat i. Untuk melakukan transfusi darah ibu harus dilakukan pemasangan infus. Menurut Azwar (2008) teori pemasangan itu sebagai berikut: 1. Memeriksa dan mencocokkan skema infus di formulir keseimbangan cairan dan instruksi dokter di catatan dokter. 14 2. Meletakkan trolly/keranjang infus di samping/dekat tempat tidur untuk memudahkan perawat dalam bekerja 3. Mengidentivikasi vena untuk menenukan lokasi penusukkan 4. Mencuci tangan 5. Membuka dan menghubungkan set infus 6. Menulis jam perencanaan pada botol infus menggunakan stiker dan spidol 7. Tusukkan ujung selang infus ke plabot infus lalu isi dengan cairan 8. Membersihkan lokasi penusukkan dengan menggunakan antiseptik 9. Melakukkan penusukkan 10. Membuka pengatur tetesan sehingga aliran infus terbuka 11. Mencatat tanggal yang menusuk di plester label dan tempelkan di lokasi balutan 10. Menghitung tetesan selama satu menit dengan tetesan sesuai dengan instruksi 11. Membuka sarung tangan dan cuci tangan 12. Melakukan dokumentasi pada formulir keseimbangan cairan: a. Skema infus sesuai dengan instruksi dokter b. Jam pemasangan c. Jenis cairan yang diberikan d. Jumlah tetesan dan perawat e. Nama obat bila ada B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney dalam Sari, R.N, 2012). 2. Proses manajemen kebidanan Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan 15 pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke tujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi lebih langkah-langkah yang rinci bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien. Ke tujuh langkah Varney tersebut adalah: Langkah I : (Pengumpulan Data Dasar) a. Data subjektif Data subjektif adalah data yang diudapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2007). Data subjektif meliputi: 1) Biodata : identitas pasien dan penanggungjawab (suami, ayah, keluarga). Menurut Ambarwati dan Wulandari, 2010, identitas meliputi: a. Nama pasien : nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. b. Umur : dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang sedangkan umur ibu lebih dari 35 tahun rentan sekali perdarahan dalam masa nifas. c. Agama : untuk mengetahui keyakinan agama pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. d. Pendidikan : berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana intelektualnya, memberikan sehingga konseling tingkat bidan sesuai dapat dengan pendidikannya. e. Suku/bangsa : berpengaruh pada adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari. f. Pekerjaan : gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. 16 g. Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. 2) Keluhan Utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 3) Riwayat perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien menikah, sudah berapa lama, jumlah anak, istri ke berapa dan keberadaannya dalam keluarga, kesehatan, dan hubungan suami istri dapat memberikan wawasan tentang keluhan yang ada (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada kehamilan, persalinan ataupun nifas sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 5) Riwayat keluarga berencana Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 6) Riwayat Kesehatan Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu, maupun penyakit keluarga seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, serta riwayat keturunan kembar dan riwayat operasi (Sari dan Rimandini, 2014). 7) Kebiasaan Sehari-hari Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Sari dan Rimandini, 2014). 17 a) Pola Nutrisi : mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasien (Sari dan Rimandini, 2014). b) Pola Eliminasi : untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK dan bagaimana keseimbangan antara intake dan output (Sari dan Rimandini, 2014). c) Pola Istirahat : untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan malam (Sari dan Rimandini, 2014). d) Aktivitas : untuk mengetahui apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan pantauan atau sendiri, dan apa yang ibu rasakan ketika melakukan ambulasi apakah pusing atau tidak (Sari dan Rimandini, 2014). e) Personal Hygiene : untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea (Sari dan Rimandini, 2014). f) Riwayat Psikososial : untuk mengetahui respons ibu dan keluarga terhadap bahaya karena wanita mengalami banyak perubahan emosi atau psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang Rimandini, 2014). ibu (Sari dan 18 b. Data Obyektif Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan tanda vital pada ibu serta pemeriksaan fisik yang dilakukan salah satu cara mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data obyektif dilakukan terhadap pasien (Sari dan Rimandini, 2014). 1) Keadaan Umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu baik, sedang atau lemas (Sari dan Rimandini, 2014). 2) Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai composmentis (Sari dan Rimandini, 2014). 3) Tanda Vital menurut Sari dan Rimandini, (2014). a) Tekanan darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. b) Pengukuran Suhu : untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 36,50C – 37,50C. c) Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit. Normalnya 80-90 x/menit. d) Respirasi : untuk menghitung frekuensi pernafasan pasien dalam 1 menit. Normalnya 18-24 x/menit. 4) Pemeriksaan fisik a) Rambut : untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan berketombe atau tidak (Nursalam, 2007). b) Muka : keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema, adakah cloasma gravidarum (Sari dan Rimandini, 2014). c) Mata : pada ibu dengan anemia sedang conjungtiva pucat, sclera putih (Sari dan Rimandini, 2014). 19 d) Hidung : untuk mengetahui adakah kelainan, adakah polip, adakah hidung tersumbat (Sari dan Rimandini, 2014). e) Mulut : untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak, ada caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak (Sari dan Rimandini, 2014). f) Telinga : bagaimana keadaan daun telinga, simetris atau tidak, adakah serumen (Sari dan Rimandini, 2014). g) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, tumor dan pembesaran getah bening (Sari dan Rimandini, 2014). h) Payudara : apakah ada benjolan tumor dan apakah ukurannya simetris kanan dan kiri (Sari dan Rimandini, 2014). i) Abdomen : apakah ada bekas operasi. Adakah nyeri tekan, TFU berapa jari (Sari dan Rimandini, 2014). j) Genetalia : untuk mengetahui atau melihat kebersihan pada gentalia ibu agar selalu menjaga kebersihan pada alat genetalianya karena pada masa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi (Sari dan Rimandini, 2014). 5) Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan. Pada pemeriksaan laboratorium Hb 7,6 gr/dl (Sari dan Rimandini, 2014). Langkah II : Interpretasi Data Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. 20 a. Diagnosa kebidanan, dengan : Ny. ... umur ... tahun P...A... Hari ... Post Partum (Ambarwati & Wulandari, 2010). b. Masalah : masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai keadaan pasien (Ambarwati & Wulandari, 2010). c. Kebutuhan : Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Ambarwati & Wulandari, 2010). Langkah III : Diagnosa Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah atau potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati & Wulandari, 2010). Langkah IV : Antisipasi Masalah Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan diagnosa tim kesehatan lain sesuai dengann kondisi pasien (Ambarwati & Wulandari, 2010). Langkah V : Menyusun Rencana Tindakan Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Menurut Ambarwati & Wulandari (2010) perencanaan asuhan pada ibu nifas dengan anemia sedang yaitu: a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, yaitu: makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan (daging, hati) dan 21 bahan makanan (sayuran berwarna hiaju tua, kacang-kacangan, tempe). b. Istirahat yang banyak. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi dari klien, atau anggota tim kesehatan lainnya (Ambarwati & Wulandari, 2010). Penatalaksanaan untuk nifas: a. Jelaskan pada klien tentang anemia b. Jelaskan bagaimana cara mengkonsumsi makanan c. Jelaskan tentang tanda nifas d. Jelaskan tanda dan gejala nifas Langkah VII : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagai rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif. Evaluasi hasil yang diharapkan dari tindakan yang dilakukan (Ambarwati & Wulandari, 2010). C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Nifas Dengan Anemia Sedang Asuhan kebidanan masa nifas adalah pelaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati sebelum hamil (Saleha, 2009). Menurut Salamah (2006) alur berpikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7 langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui berpikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu: 22 1. Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnesa sebagai langkah satu varney. 2. Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah satu varney. 3. Assesment atau analisa data Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi : diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa/masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2,3,dan 4 varney. 4. Planning atau penatalaksanaan Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah 5,6, dan 7 Varney. D. Landasan Hukum dan Kewenangan Bidan Berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan (Purwoastuti & Walyani, 2014) kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: Pasal 9 Bidan dalam menyelenggarakan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: 1. Pelayanan kesehatan ibu 2. Pelayanan kesehatan anak dan 3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana Berdasarkan pada pasal 10 ayat (1) pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan. 1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1) meliputi : 23 a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c. Pelayanan persalinan normal d. Pelayanan ibu nifas normal e. Pelayanan ibu menyusui f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan 2. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (2) : a. Episiotomi b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas f. Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum h. Penyuluhan dan konseling i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil j. Pemberian surat kematian k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin Tugas dan wewenang bidan berdasarkan peraturan menteri kesehatan (Permenkes) no 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, yaitu pasal 10 ayat 2 huruf b (pelayanan antenatal pada kehamilan normal dan pasal 10 ayat 3 huruf h (penyuluhan kan konseling). E. Tinjauan Nifas Menurut Pandangan Islam Dalil tentang nifas diambil dari hadis yang berbunyi : ْ ََسلَ َمةَ رض قَال ت اْل َمرْ أَةُ ِم ْن نِ َسا ِء النَّبِ ّي ص تَ ْق ُع ُد فِى ِ َ َكان:ت ابو.اس َ ضا ِء َ َاَرْ بَ ِعي َْن لَيْلَةً الَ يَأْ ُم ُرهَا النَّبِ ُّي ص بِق ِ َصالَ ِة النّف َع ْن اُ ّم اس ِ َْالنّف 332 :1 فى نيل االوطار،داود 24 Dari Ummu Salamah RA, ia berkata : Adalah seorang wanita diantara istri-istri Nabi SAW, tidak shalat diwaktu nifas selama 40 hari, dan Nabi SAW tidak memerintahkannya mengqadla shalat karena nifas”. [HR. Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 332]. Dalam hadist ini terdapat dalil yang menunjukan masa umunya nifas, yaitu 40 hari dan tidak perlu diqadla, jadi jika dalam waktu lebih dari 40 hari ibu nifas masih mengeluarkan darah itu berarti terdapat salah satu penyulit pada ibu atau bisa disebabkan adanya perdarahan yang dapat melahirkan dapat menyebabkan anemia pada ibu post partum. Kehilangan darah yang signifikan setelah meningkatkan risiko terjadinya anemia post partum. Anemia post partum dapat menambah angka kematian ibu (AKI) meningkat. Jadi peran bidan pada ibu nifas dengan anemia yaitu memberikan pendidikan kesehatan mengenai nutrisi yang dibutuhkan ibu nifas dengan anemia sedang. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Quran surat Al Waqiah ayat 27-31: Artinya : “Dan golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.(Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),dan naungan yang terbentang luas,dan air yang mengalir terus-menerus” (Q.S Al Waqiah ayat 27:31) Q. S Ar Rad ayat 4: Artinya : Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami 25 melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tandatanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. Pisang dan kurma merupakan makanan yang mengandung zat besi dan baik untuk menyembuhkan anemia. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, posfor, besi dan kalsium. Pisang menyembuhkan banyak jenis penyakit anemia (kekurangan sel darah merah, atau dalam kadar hemoglobin penderita), memelihara keseimbangan cairan tubuh, dan menyembuhkan penyakit-penyakit pada jantung. Dalam kurma juga terdapat serat makanan, zat besi, dan hidrat arang, niasin dan mineral kalsium. Kurma juga mengurangi tekanan darah. Kurma sungguh bermanfaat bagi wanita hamil dan ibu-ibu yang menyusui secara alami, jadi buah pisang dan kurma sangatlah bermanfaat untuk penanganan anemia, karena didalam buah pisang dan kurma mengandung zat besi yang baik bagi penderita anemia serta sangat berguna bagi ibu nifas dan ibu menyusui. DAFTAR PUSTAKA Al-Quran dan Terjemahan. (2013). Jakarta: PT. Cordoba Internasional Indonesia. Agustina, N. (2013). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas pada Ny.S usia 30 tahun P2A0 Post partum Hari ke 3 dengan Bendungan ASI. Universitas Bandar Lampung. Terdapat dalam https://asuhankebidananpadaibunifas.wordpress.com/2013/ 09/03/postpartum-hari-ketiga-denganbendungan-asi / diakses tanggal 05 Mei 2016. Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Cetakan IX. Ambarwati, R.E. & Wulandari, D. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Anggraeni. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Pustaka Pelajar. Azwar. (2008). Pemasangan Infus. Terdapat dalam http://yoesfeelingku.blogspot.com/2013/01/pemasangan-infus.html?m=1. Diakses pada tanggal 29 Juni 2016 Chan. (2013). Asuhan Keperawatan Anemia. Terdapat asli.blogspot.co.id/2013/09/askep-anemia.html?m=1/ Diakses tanggal 28 Juni 2016 dalam pada DinKes Ciamis. (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2015. Hadist Riwayat Umi Atthiyyah RA. Kitab Shahih Muslim No.1557. Terdapat dalam https://www.wattpad.com/590686-kumpulan-hadist-shahih-muslim/page/4. Diakses pada tanggal 08 Mei 2016 Hadis Riwayat Abu Dawud. Kitab Huruf dan Qira’at. Terdapat dalam https://id.m.wikibooks.org/wiki/islam/hadits_qudsi/sunan_abu_dawud/ disakses pada tanggal 08 Mei 2016 Hadis Riwayat Khamsah. Kitab Nurul Fajri. Terdapat https://majelisnurulfajri.wordpress.com/hadits-rasululloh/ tanggal 08 Mei 2016 Diakses dalam pada Handayani, W.D. & Haribowo, A.S. (2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Hasdiansah H.R. & Suprapto, I.S. (2014). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuha Medika. Manuaba, I.B.G. (2007). Pengantar Kuliah Obstertri. Jakarta: EGC. Marmi. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Yogyakarta: Pustaka Belajar. Masruroh. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Anemia dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal . Jakarta: Mitra Cendikia. Terdapat dalam https://hubunganpengetahuanpadaibunifas-tentanganemiia.wordpress.com/2011/ diakses tanggal 07 Mei 2016. Nursalam. (2007). Konsep dan Penerapan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Metodologi Penelitian Ilmu Purwoastuti, E. & Walyani, S.E. (2014). Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan, Yogyakarta: Nuha Medika. RSUD Kab. Ciamis 2016. Rukiyah, Y.A., Yulianti, L. & Liana, M. (2013). Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: CV. Trans Info Media. Rusmiati. (2013). Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Anemia Berkontribusi Terhadap Kebiasaan Minum Tablet Fe Selama Antenatal Care. Jakarta: Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Terdapat dalam https://pengetahuan-padaibuhamil-dengananemia.wordpress.com/2013/tabletFe/ diakses tanggal 06 Mei 2016. Saifuddin, A.B. (2009). Asuhan Kebidanan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bidan Pustaka. Salamah. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Sari, E.P. & Rimandini, K.D. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care), Jakarta: CV. Trans Info Media. Sari, R.N. (2012). Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sipahutar, R.J. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Ny A Masa Hamil Sampai Dengan Masa KB di Rumah Bersalin Bidan M BR Tarigan Amkeb Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Sedang. Poltekkes Kemenkes RI Medan. Shintaryantika. (2015). Strategi Efektif Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) Di Indonesia. Terdapat dalam https://kesmasjember.wordpress.com/2015/ 06/02/strategi-efektif-penurunan-angka-kematian-ibu-aki-di-indonesia/ diakses tanggal 05 Mei 2016. Siviana. (2012). Anemia Postpartum. Terdapat dalam https://silviana1021976.wordpress.com/2012/05/29/anemia-postpartum/. Diakses tanggal 05 Mei 2016. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta. Wahyuni, S. (2015). Anemia dalam Kehamilan. Terdapat dalam https://sriwahyunimcb13.wordpress.com/2015/05/27/anemia-dalamkehamilan/. Diakses tanggal 05 Mei 2016. Wijanarko, B. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.