asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia sedang di ruang

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN
ANEMIA SEDANG DI RUANG DELIMA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN CAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
Tria Hadianti
NIM. 13DB277090
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau puerperium adalah masa sesudah persalinan dan
kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan
kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih
6 minggu (Saleha, 2009).
Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak
yang dapat meluas ke berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu
parameter kemajuan bangsa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yang menyangkut dengan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) (Agustina, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) jumlah Angka Kematian
Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap
hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Pada tahun 2013 lebih
dari 289.000 perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan
persalinan (WHO, 2014 dalam Sipahutar, 2015).
Target Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015
adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu
berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (Shintaryantika, 2015).
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Ciamis, Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2015 sebesar 15 per 100.000
kelahiran hidup, kematian tersebut diakibatkan karena komplikasi persalinan.
Selama tahun 2016 dari bulan Januari – Februari terdapat 2 orang yang
meninggal dikarenakan oleh penyakit komplikasi obstetri (DinKes Ciamis,
2016).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah
Ciamis, jumlah ibu nifas dengan anemia sedang pada tahun 2015 sampai
bulan Februari 2016 sebanyak 33 orang. Dan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun 2015 sangat jarang, hanya
1
2
terdapat 2 kematian ibu dalam kurun waktu 1 tahunyang disebabkan oleh
penyakit komplikasi obstetri (RSUD Kab. Ciamis 2016).
Menurut Masruroh, (2011) dalam judul jurnal Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Anemia dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal. Hasil
penelitian diperoleh ibu nifas yang berpengetahuan baik serta tidak
mengalami anemia (normal) sebanyak 17 orang (53,1%) lebih tinggi
dibanding dengan pengetahuan ibu nifas yang baik serta mengalami anemia
ringan sebanyak 2 orang (6,2%). Dan ibu nifas yang berpengetahuan cukup
serta mengalami anemia ringan sebanyak 13 orang (40,6%) lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu nifas yang berpengetahuan cukup serta tidak
mengalami anemia (normal).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chi, dkk tahun 2008 di
Indonesia menunjukkan angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang
anemia dan 30% untuk selain anemia. Kematian ibu 15-20% secara
langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Kejadian
anemia pada ibu hamil sekitar 51% dan pada ibu nifas 45% (Rusmiati,
2013).
Masa nifas merupakan tantangan bagi banyak ibu yang baru
melahirkan. Pemulihan dari proses melahirkan, belajar menjadi orang tua
dan mengurus diri sendiri membutuhkan banyak energy. Masa nifas
merupakan kejadian fisiologis dan pada masa nifas alat-alat genetalia
interna dan eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil (Rukiyah, dkk, 2013).
Hal yang terpenting juga dalam masa nifas yaitu evaluasi terjadinya
perdarahan, sebab perdarahan nifas bisa menyebabkan kematian pada ibu
postpartum. Perdarahan pasca persalinan adalah komplikasi yang terjadi
pada tenggang antara persalinan dan masa pasca persalinan. Faktor
predisposisi antara lain adalah anemia, penyebab perdarahan yang paling
sering adalah atonia uteri, retensio plasenta. Yang terpenting juga dalam
masa nifas adalah laktasi. Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapanpersiapan pada kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi. Tetapi
seiring berjalannya waktu, banyak ibu-ibu yang enggan menyusui bayinya
3
dengan alasan bekerja atau dengan menyusui dapat merubah bentuk
payudara (Rukiyah, dkk, 2013).
Anemia adalah kondisi dimana sel-sel darah merah berkurang jumlah
atau volumenya, atau kondisi dimana kadar hemoglobin rendah didalam
darah. Rendahnya kadar hemoglobin dapat disebabkan oleh kurangnya
asupan makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, dan asam volat
(Proverawati, 2011).
Anemia postpartum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu sudah
melahirkan sampai dengan kira-kira 5 minggu dalam kondisi pucat, lemah,
dan kurang bertenaga. Anemia sedang adalah dimana kadar hemoglobin
berkisar antara 6-8 gr% (Proverawati, 2011).
Akibat dari anemia biasanya terjadi perdarahan, retensio plasenta,
atonia
uteri,
dan
bisa
disebabkan
pada
masa
hamilnya
kurang
mengkonsumsi tablet Fe, dan bisa juga disebabkan oleh infeksi yang dapat
mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas
menyusui dikarenakan penderita merasa mules, pusing dan cepat lelah
(Wahyuni, 2015).
Upaya pemerintah dalam menangani anemia pada masa nifas yaitu
dengan memperbanyak asupan makanan yang mengandung zat besi antara
lain hati, sayuran hijau atau daging dan bisa juga diberikan makanan
tambahan suplemen tablet Fe. (Almatsier, 2009).
Berdasarkan salah satu hadis yang menyatakan tentang nifas,
berbunyi:
ْ ‫َعنْ أ ُ ِّم َسلَ َم َة َرضِ َي هللاُ َع ْن َها َقا َل‬
‫ْ نل َن َس َستا ُع َعلَته َعهْت ِس َرسُت ْ ِل‬
ِ ‫تْ ََا َنت‬
. ‫صلَّه هللاُ َعلَ ْي ِه َ آلِه َ َسلَّ َم َت ْق ُع ُس أَرْ َب ِعي َْن َي ْ مًا أَ ْ أَرْ َب ِعي َْن لَ ْيلَ ُة‬
ِ
َ ‫هللا‬
Artinya : Dari ummi Salamah --‫ رضي هللا عنها‬beliau berkata: "Wanita yang
sedang mengalami nifas pada zaman nabi duduk (mengeluarkan darah)
selama 40 hari atau 40 malam” (HR. Umi Atthiyyah ra.).
Dalam hadis ini terdapat dalil yang menunjukkan masa nifas
umumnya yaitu 40 hari. Masa nifas adalah darah kotor yang keluar sama hal
4
nya seperti darah haid yang keluar dari jalan lahir. Hal ini tampak ketika kita
melihat sebab turunnya (asbabun nuzûl) ayat haid (QS. Al-Baqarah/2: 222)
yang berbunyi:
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid.
Katakanlah
(darah) haid adalah kotoran, maka menjauhlah kalian dari istri kalian di
tempat keluarnya haid. Dan janganlah kalian mendekati mereka sampai
mereka suci. Jika mereka telah bersuci maka datangilah (campurilah)
mereka sesuai dengan cara yang diperintahkan Allah kepada kalian.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan orang-orang
yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah/2:222).
Ayat diatas pada dasarnya darah yang dikeluarkan pada masa nifas
sama seperti darah yang dikeluarkan pada saat haid yaitu darah kotor dan
keluar dari jalan lahir, tetapi Nabi SAW tidak memerintahkan shalat untuk
diqadla. Selama 40 hari atau pada masa nifas tidak diperbolehkan untuk
melakukan hubungan seksual sampai ibu nifas benar-benar bersih (suci).
Berdasarkan uraian tersebut penulis merasa tertarik untuk mengambil
kasus tentang “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Anemia Sedang”
karena masa nifas pasti dialami oleh ibu yang telah melahirkan. Masa nifas
yaitu masa keluarnya darah setelah melahirkan tetapi tidak untuk diqadla
yang lamanya selama 40 hari. Salah satu kemungkinan yang terjadi pada
masa nifas yaitu mengeluarkan darah yang banyak yang menyebabkan ibu
nifas kekurangan darah atau disebut dengan anemia.
Anemia mempunyai dampak yang buruk pada ibu nifas karena
banyak kekurangan darah, oleh karena itu salah satu untuk mencegah/
mengurangi kejadian angka kematian pada ibu nifas dengan anemia perlu
5
dilakukan asuhan yang komprehensif dan efektif. Jika Allah SWT
menghendaki untuk lebih jelasnya hadis yang berhubungan dengan masa
nifas akan dibahas di BAB selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
ditarik perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana
Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Anemia
Sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan
Anemia Sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis
dengan secara mandiri dan kolaborasi dengan pendekatan manajemen
kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
Diharuskan setelah melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
dengan Anemia Sedang penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian secara lengkap dengan mengumpulkan semua
data yang meliputi data subyektif dan obyektif pada ibu nifas dengan
anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.
b. Menginterpretasikan data dan menemukan diagnosa atau masalah
utama dan kebutuhan pada ibu nifas dengan anemia sedang di Ruang
Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.
c. Menentukan
diagnosa
potensial dari
hasil pengkajian
asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan anemia sedang di Ruang Delima
Rumah Sakit Umum daerah Ciamis.
d. Memberi tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia
sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.
e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh sesuai dengan pengkajian
pada ibu nifas dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit
Umum Daerah Ciamis.
6
f. Melaksanakan perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.
g. Mengevaluasi hasil tindakan pada asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah
Ciamis.
D. Manfaat
1. Bagi Ibu
Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas diharapkan
ibu dapat melewati masa nifas tanpa terjadi komplikasi.
2. Bagi Bidan
Dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai upaya peningkatan
mutu dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada ibu nifas
dengan anemia.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam mempertahankan pelayanan
kebidanan pada klien secara komprehensif, sehingga klien dapat
merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah diberikan
khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.
b. Pendidikan
Agar institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapat
dengan mempraktekkan dan menerapkan pada pasien/klien secara
langsung dengan cara mengikuti pelatihan.
4. Bagi Penulis
Studi kasus ini sebagai sarana dalam mengaplikasikan seluruh teori
ilmu yang telah didapat selama perkuliahan mengenai asuhan kebidanan
pada ibu nifas terhadap praktek di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Masa Nifas
a. Pengertian
Masa Nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti
melahirkan. Yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama pada
masa ini berkisar 6-8 minggu (Rukiyah, dkk, 2013).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil.
Masa
nifas
berlangsung
selama
kira-kira
6
minggu
(Prawirohardjo, 2011). Puerperium ialah masa seseudah persalinan
yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan yang
lamanya 6 minggu (Rukiyah, dkk, 2013).
Involusio adalah perubahan uterus setelah persalinan, yang
berangsur-angsur kembali seperti keadaan semula yang sama dengan
kondisi dan ukuran dalam keadan tidak hamil (Saleha, 2009).
b. Menurut Marmi (2015) Tujuan Asuhan Masa Nifas, yaitu:
Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis
antara ibu dan bayinya, yaitu:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis.
2) Melakukan skrining yang komprehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, dan cara menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5) Mendapatkan kesehatan emosi.
7
8
c. Menurut Marmi (2015) Tahapan Masa Nifas terdiri dari:
1) Puerperium Dini
Yaitu masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi
selama kurang lebih 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama bila selama ibu apabila ibu selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu.
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu:
1) Perubahan fisik
2) Involusi uterus dan pengeluaran lochea
3) Laktasi/ pengeluaran ASI
4) Perubahan sistem tubuh lainnya
5) Perubahan psikis
d. Perubahan Masa Nifas
1) Uterus
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti
sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama
postpartum adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1Perubahan Uterus Selama Postpartum
Involusi
Tinggi Fundus
Berat
Diameter
Uteri
Uterus
Uterus
Setinggi pusat
1000 gram
12,5 cm
7 hari
Pertengahan pusat
500 gram
7,5 cm
(minggu 1)
dan simpisis
14 hari
Tidak teraba
350 gram
5 cm
Normal
60 gram
2,5 cm
Plasenta
lahir
(minggu 2)
6 minggu
Sumber : Marmi, 2015.
9
2) Bekas implantasi uri: placenta mengecil karena kontrtaksi dan
menonjol ke cavum uteri dengan diameter 7,5 cm, 2 minggu 3,5
cm, pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih (Marmi, 2015).
3) Menurut Rukiyah, dkk (2013) Lochea: cairan secret yang berasal
dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea berbau
amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda pada wanita. Lochea biasanya berlangsung kurang lebih
selama 2 minggu setelah bersalin.
a) Lochea Rubra (Cruenta)
Muncul pada hari 1-2 hari pasca persalinan, berwarna merah,
baunya biasanya / khas, berisi darah segar, dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel decidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
b) Lochea Sanguinolenta
Waktu keluarnya hari ke 3-7 postpartum dengan konsistensi
lebih kental dan bercampur lendir, warnanya coklat, baunya
biasa dan khas.
c) Lochea Serosa
Waktu keluarnya hari ke 7-14 postpartum dengan konsistensi
cair dan tidak bercampur darah, warnanya kuning, baunya
khas atau biasa.
d) Lochea Alba
Waktu keluarnya saat setelah 2 minggu, cairannya putih
karena banyak leukosit terspat di dalamnya.
e) Lochea prulenta
Keluarnya jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah,
berbau busuk, warna kehijau-hijauan.
f)
Lochrositosis
Lochea tidak lancar keluarnya.
e. Perawatan Pasca Persalinan
Menurut Anggraeni (2010) perawatan pasca persalinan meliputi :
1) Mobilisasi
Karena setelah habis bersalin, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalinan,
kemudian
boleh
miring-miring
untuk
mencegah
10
trombosisda,
trombo
emboli,
lalu
duduk-duduk,
jalan-jalan,
aktifitasini tergantung pada komplikasi persalinan nifas dan
sembuhnya luka.
2) Diet
Makanan harus bergizi, cukup kalori dan yang mengandung
protein, banyak cairan yang dibutuhkan 2,5 L/hari, konsumsi
sayuran, buah-buahan.
3) Eliminasi BAK dan BAB
Beberapa wanita mengalami kesulitan BAB dan BAK pada hari
pertama setelah melahirkan. Untuk BAK, ibu nifas harus berusaha
kencing sendiri, setelah 2 jam postpartum, bila tidak bisa dengan
alami dan kandung kemih penuh, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit
BAB dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan
laxan per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan
huknah.
4) Perawatan Payudara (mamae)
Perawatan mamae dilakukan/ telah dimulai sejak wanita hamil
supaya puting susu lemas, tidak kering, sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya.
5) Senam Masa Nifas
Berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk mengencangkan
otot-otot abdomen rahim yang sudah menjadi longgar akibat
melahirkan.
6) Personal Hygiene
a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh.
b) Menganjurkan ibu setiap selesai BAK atau BAB siramlah
vagina dengan air bersih dari arah depan ke belakang hingga
tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel.
c) Bila keadaan vagina terlalu kotor, cucilah dengan sabun atau
cairan
antiseptik
yang
berfungsi
untuk
menghilangkan
mikroorganisme yang terlanjur berkembangbiak di daerah
tersebut.
11
d) Bila keadaan luka perineum terlalu luas atau ibu dilakukan
episiotomi, dapat dilakukan dengan cara duduk berendam
dalam capiran antiseptik selama 10 menit setelah BAK atau
BAB.
e) Mengganti pembalut setiap selesai BAK atau BAB atau minimal
3 jam sekali atau bila ibu sudah merasa tidak nyaman.
f)
Keringkan vagina dengan tisu atau handuk lembut setiap kali
selesai membasuh agar tetap kering dan kenakan pembalut
yang baru.
7) Istirahat dan Tidur
a) Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam,
pasca persalinan ibu harus tidur terlentang untuk mencegah
perdarahan.
b) Anjurkan mengkonsumsi makanan yang bermutu tinggi dan
cukup kalori, cukup protein dan banyak buah.
c) Anjurkan
untuk
mencegah
kelelahan
yang
berlebihan,
usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat
bayi sedang tidur.
2. Anemia
a. Pengertian
Anemia penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan
normal.
Anemia
dalam
masa
nifas
mengurangi
presentasi kerja, baik dalam pekerjaan rumah sehari-hari maupun
dalam merawat bayi (Wijanarko, 2010).
Anemia nifas didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari
10 gr/dl, ini merupakan masalah yang umum dalam bidang kebidanan
meskipun wanita hamil dengan kadar besi yang terjamin konsentrasi
hemoglobin biasanya berkisar 11-12 gr/dl sebelum hamil (Siviana,
2012).
Anemia sedang biasanya disebabkan oleh perdarahan dan jika
tidak dikelola dengan baik akan menajdi anemia berat, pada ibu nifas
biasanya terjadi perdarahan karena atonia uteri dan infeksi. Selain itu
12
anemia sedang pada ibu nifas dapat mempengaruhi aktivitas seharihari dan aktivitas menyusui dikarenakan penderita merasa lemas,
pusing dan cepat lelah (Siviana, 2012).
Anemia adalah suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis
melahirkan sampai dengan kira-kira 5 minggu dalam kondisi pucat,
lemah dan kurang bertenaga (Proverawati, 2011).
b. Penyebab Anemia menurut Proverawati (2011)
1) Adanya pendarahan sewaktu/sehabis melahirkan.
2) Adanya anemia sejak kehamilan yang disebabkan oleh faktor
nutrisi, ketidakseimbangan pola makan dalam mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi dengan kebutuhan didalam
tubuh.
3) Adanya gangguan pembekuan darah.
4) Kurangnya zat besi ke dalam tubuh.
c. Tanda-tanda gejala anemia
Untuk mengenali adanya anemia kita dapat melihat dengan
adanya gejala-gejala seperti (Proverawati, 2011).
1) Merasa lesu
2) Cepat lelah
3) Sakit kepala
4) Pusing
5) Mata berkunang-kunang
d. Pengaruh anemia pada masa nifas
Anemia pada masa nifas merupakan pengaruh yang kurang baik
bagi ibu dan nifas selanjutnya. Pengaruh anemia pada masa nifas
dapat menyebabkan
pendarahan
postpartum, pengeluaran
ASI
berkurang dan mudah terjadi infeksi payudara (Manuaba, 2007).
e. Pencegahan penyakit anemia menurut Hasdianah & Suprapto (2014)
Anemia dapat dicegah dengan cara memakan makanan yang
mengandung:
1) Zat Besi
Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran
berwarna hijau gelap, buah-buahan, dan lain-lain.
13
2) Folat
dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap,
kacang-kacangan, sereal dan pasta.
3) Vitamin B-12
Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.
4) Vitamin C
Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang
mengandung vitamin C antara lain jeruk, melon dan buah beri.
f. Penanganan anemia
Menurut Saifuddin (2009) sebagai berikut:
1) Kolaborasi
dengan
dokter
Sp.OG
dan
dengan
petugas
laboratorium untuk memantau kadar hemoglobin (Hb).
2) Beri transfusi darah.
3) Anjurkan ibu untuk makan makanan yang mengandung banyak
protein dan zat besi.
4) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet fe.
g. Menurut Chan (2013) penanganan anemia yaitu meliputi:
1)
Konsul pada ahli gizi
2)
Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya vitamin dan mineral
suplemen
3)
Berikan suplemen nutrisi
h. Klasifikasi anemia
Anemia pada ibu nifas menurut WHO yaitu (Handayani, dkk,
2008):
1)
Hb 11 gr/dl tidak anemia
2)
Hb 8-10 gr/dl anemia ringan
3)
Hb 6-8 gr/dl anemia sedang
4)
Kurang dari 6 gr/dl anemia berat
i.
Untuk
melakukan
transfusi
darah
ibu
harus
dilakukan
pemasangan infus. Menurut Azwar (2008) teori pemasangan itu
sebagai berikut:
1.
Memeriksa
dan
mencocokkan
skema
infus
di
formulir
keseimbangan cairan dan instruksi dokter di catatan dokter.
14
2.
Meletakkan trolly/keranjang infus di samping/dekat tempat tidur
untuk memudahkan perawat dalam bekerja
3.
Mengidentivikasi vena untuk menenukan lokasi penusukkan
4.
Mencuci tangan
5.
Membuka dan menghubungkan set infus
6.
Menulis jam perencanaan pada botol infus menggunakan stiker
dan spidol
7.
Tusukkan ujung selang infus ke plabot infus lalu isi dengan cairan
8.
Membersihkan
lokasi
penusukkan
dengan
menggunakan
antiseptik
9.
Melakukkan penusukkan
10. Membuka pengatur tetesan sehingga aliran infus terbuka
11. Mencatat tanggal yang menusuk di plester label dan tempelkan di
lokasi balutan
10. Menghitung tetesan selama satu menit dengan tetesan sesuai
dengan instruksi
11. Membuka sarung tangan dan cuci tangan
12. Melakukan dokumentasi pada formulir keseimbangan cairan:
a. Skema infus sesuai dengan instruksi dokter
b. Jam pemasangan
c. Jenis cairan yang diberikan
d. Jumlah tetesan dan perawat
e. Nama obat bila ada
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang berfokus pada klien (Varney dalam Sari, R.N, 2012).
2. Proses manajemen kebidanan
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana
setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan
15
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke tujuh langkah
tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi
lebih langkah-langkah yang rinci bisa berubah sesuai dengan kebutuhan
pasien. Ke tujuh langkah Varney tersebut adalah:
Langkah I : (Pengumpulan Data Dasar)
a. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang diudapat dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2007).
Data subjektif meliputi:
1) Biodata : identitas pasien dan penanggungjawab (suami, ayah,
keluarga). Menurut Ambarwati dan Wulandari, 2010, identitas
meliputi:
a. Nama pasien
: nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
b. Umur
: dicatat
dalam
tahun
untuk
mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat-alat
reproduksi
belum
matang
sedangkan umur ibu lebih dari 35 tahun
rentan sekali perdarahan dalam masa nifas.
c. Agama
: untuk mengetahui keyakinan agama pasien
tersebut
untuk
membimbing
atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
d. Pendidikan
: berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana
intelektualnya,
memberikan
sehingga
konseling
tingkat
bidan
sesuai
dapat
dengan
pendidikannya.
e. Suku/bangsa
: berpengaruh
pada
adat
istiadat
dan
kebiasaan sehari-hari.
f.
Pekerjaan
: gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
16
g. Alamat
: ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan.
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir
karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
3) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien menikah,
sudah
berapa
lama,
jumlah
anak,
istri
ke
berapa
dan
keberadaannya dalam keluarga, kesehatan, dan hubungan suami
istri dapat memberikan wawasan tentang keluhan yang ada
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil
akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan
apakah dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi
atau
intervensi
pada
kehamilan,
persalinan
ataupun
nifas
sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
5) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa. (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
6) Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu, maupun
penyakit keluarga seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM,
hipertensi, epilepsi, serta riwayat keturunan kembar dan riwayat
operasi (Sari dan Rimandini, 2014).
7) Kebiasaan Sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga
kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari apakah
terpenuhi gizinya atau tidak (Sari dan Rimandini, 2014).
17
a) Pola Nutrisi
: mengetahui seberapa banyak asupan
nutrisi pada pasien dengan mengamati
adakah penurunan berat badan atau
tidak pada pasien (Sari dan Rimandini,
2014).
b) Pola Eliminasi
: untuk mengetahui berapa kali BAB dan
BAK dan bagaimana keseimbangan
antara intake dan output (Sari dan
Rimandini, 2014).
c) Pola Istirahat
: untuk mengetahui berapa lama ibu
tidur siang dan malam (Sari dan
Rimandini, 2014).
d) Aktivitas
: untuk
mengetahui
apakah
ibu
melakukan ambulasi, seberapa sering,
apakah kesulitan, dengan pantauan
atau sendiri, dan apa yang ibu rasakan
ketika melakukan ambulasi apakah
pusing atau tidak (Sari dan Rimandini,
2014).
e) Personal Hygiene
: untuk mengetahui apakah ibu selalu
menjaga kebersihan tubuh terutama
pada daerah genetalia, karena pada
masa
nifas
masih
mengeluarkan
lochea (Sari dan Rimandini, 2014).
f)
Riwayat Psikososial : untuk mengetahui respons ibu dan
keluarga
terhadap
bahaya
karena
wanita mengalami banyak perubahan
emosi atau psikologis selama masa
nifas sementara ia menyesuaikan diri
menjadi
seorang
Rimandini, 2014).
ibu
(Sari
dan
18
b. Data Obyektif
Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan tanda vital pada ibu
serta pemeriksaan fisik yang dilakukan salah satu cara mengetahui
gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan
mengumpulkan data obyektif dilakukan terhadap pasien (Sari dan
Rimandini, 2014).
1) Keadaan Umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu baik,
sedang atau lemas (Sari dan Rimandini, 2014).
2) Kesadaran
: untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai
composmentis (Sari dan Rimandini, 2014).
3) Tanda Vital menurut Sari dan Rimandini, (2014).
a) Tekanan darah
: untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
atau hipotensi, tekanan darah normal
adalah 120/80 mmHg.
b) Pengukuran Suhu : untuk mengetahui suhu badan apakah ada
peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal
36,50C – 37,50C.
c) Nadi
: untuk
mengetahui
nadi
pasien
yang
dihitung dalam 1 menit. Normalnya 80-90
x/menit.
d) Respirasi
: untuk menghitung frekuensi pernafasan
pasien dalam 1 menit. Normalnya 18-24
x/menit.
4) Pemeriksaan fisik
a) Rambut
: untuk
mengetahui
apakah
rambutnya
bersih, rontok dan berketombe atau tidak
(Nursalam, 2007).
b) Muka
: keadaan umum pucat atau tidak adakah
kelainan,
adakah
oedema,
adakah
cloasma gravidarum (Sari dan Rimandini,
2014).
c) Mata
: pada
ibu
dengan
anemia
sedang
conjungtiva pucat, sclera putih (Sari dan
Rimandini, 2014).
19
d) Hidung
: untuk
mengetahui
adakah
kelainan,
adakah polip, adakah hidung tersumbat
(Sari dan Rimandini, 2014).
e) Mulut
: untuk mengetahui apakah mulut bersih
atau tidak, ada caries dan karang gigi
tidak, ada stomatitis atau tidak (Sari dan
Rimandini, 2014).
f) Telinga
: bagaimana keadaan daun telinga, simetris
atau tidak, adakah serumen (Sari dan
Rimandini, 2014).
g) Leher
: apakah ada pembesaran kelenjar gondok
atau thyroid, tumor dan pembesaran getah
bening (Sari dan Rimandini, 2014).
h) Payudara
: apakah ada benjolan tumor dan apakah
ukurannya simetris kanan dan kiri (Sari
dan Rimandini, 2014).
i) Abdomen
: apakah ada bekas operasi. Adakah nyeri
tekan,
TFU
berapa
jari
(Sari
dan
Rimandini, 2014).
j) Genetalia
: untuk mengetahui atau melihat kebersihan
pada gentalia ibu agar selalu menjaga
kebersihan pada alat genetalianya karena
pada masa nifas ini ibu sangat mudah
sekali untuk terkena infeksi (Sari dan
Rimandini, 2014).
5) Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila
diperlukan. Pada pemeriksaan laboratorium Hb 7,6 gr/dl (Sari dan
Rimandini, 2014).
Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data
yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan.
20
a. Diagnosa kebidanan, dengan : Ny. ... umur ... tahun P...A... Hari ...
Post Partum (Ambarwati & Wulandari, 2010).
b. Masalah
:
masalah
adalah
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosa sesuai keadaan pasien (Ambarwati & Wulandari,
2010).
c. Kebutuhan : Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien
dan yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisis data (Ambarwati & Wulandari,
2010).
Langkah III : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah atau potensial yang
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi.
Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati &
Wulandari, 2010).
Langkah IV : Antisipasi Masalah
Langkah
ini
memerlukan
kesinambungan
dari
manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan diagnosa tim kesehatan lain sesuai dengann kondisi pasien
(Ambarwati & Wulandari, 2010).
Langkah V : Menyusun Rencana Tindakan
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan
langkah-langkah
sebelumnya.
Langkah
ini
merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Menurut Ambarwati & Wulandari
(2010) perencanaan asuhan pada ibu nifas dengan anemia sedang yaitu:
a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, yaitu: makan makanan yang
banyak mengandung zat besi dari bahan makanan (daging, hati) dan
21
bahan makanan (sayuran berwarna hiaju tua, kacang-kacangan,
tempe).
b. Istirahat yang banyak.
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi dari klien, atau
anggota
tim
kesehatan
lainnya
(Ambarwati &
Wulandari, 2010).
Penatalaksanaan untuk nifas:
a. Jelaskan pada klien tentang anemia
b. Jelaskan bagaimana cara mengkonsumsi makanan
c. Jelaskan tentang tanda nifas
d. Jelaskan tanda dan gejala nifas
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada
kemungkinan bahwa sebagai rencana tersebut lebih efektif sedang
sebagian belum efektif. Evaluasi hasil yang diharapkan dari tindakan yang
dilakukan (Ambarwati & Wulandari, 2010).
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Nifas Dengan Anemia Sedang
Asuhan kebidanan masa nifas adalah pelaksanaan asuhan yang
diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan
kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati
sebelum hamil (Saleha, 2009).
Menurut Salamah (2006) alur berpikir bidan saat menghadapi klien
meliputi 7 langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh
seorang bidan melalui berpikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian
dalam bentuk SOAP yaitu:
22
1. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
dan keluarga melalui anamnesa sebagai langkah satu varney.
2. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah satu varney.
3. Assesment atau analisa data
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi : diagnosa/masalah,
antisipasi diagnosa/masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter, konsultan/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah
2,3,dan 4 varney.
4. Planning atau penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan
implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai
langkah 5,6, dan 7 Varney.
D. Landasan Hukum dan Kewenangan Bidan
Berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
(Purwoastuti & Walyani, 2014) kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
Pasal 9
Bidan dalam menyelenggarakan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu
2. Pelayanan kesehatan anak dan
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Berdasarkan pada pasal 10 ayat (1) pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra
hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa
antara dua kehamilan.
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1)
meliputi :
23
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada pasal
10 ayat (2) :
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini (IMD) dan promosi air susu
ibu (ASI) eksklusif
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
h. Penyuluhan dan konseling
i.
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
Tugas dan wewenang bidan berdasarkan peraturan menteri
kesehatan (Permenkes) no 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan, yaitu pasal 10 ayat 2 huruf b (pelayanan
antenatal pada kehamilan normal dan pasal 10 ayat 3 huruf h (penyuluhan
kan konseling).
E. Tinjauan Nifas Menurut Pandangan Islam
Dalil tentang nifas diambil dari hadis yang berbunyi :
ْ َ‫َسلَ َمةَ رض قَال‬
‫ت اْل َمرْ أَةُ ِم ْن نِ َسا ِء النَّبِ ّي ص تَ ْق ُع ُد فِى‬
ِ َ‫ َكان‬:‫ت‬
‫ ابو‬.‫اس‬
َ ‫ضا ِء‬
َ َ‫اَرْ بَ ِعي َْن لَيْلَةً الَ يَأْ ُم ُرهَا النَّبِ ُّي ص بِق‬
ِ َ‫صالَ ِة النّف‬
‫َع ْن اُ ّم‬
‫اس‬
ِ َ‫ْالنّف‬
332 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫داود‬
24
Dari Ummu Salamah RA, ia berkata : Adalah seorang wanita diantara
istri-istri Nabi SAW, tidak shalat diwaktu nifas selama 40 hari, dan Nabi SAW
tidak memerintahkannya mengqadla shalat karena nifas”. [HR. Abu Dawud,
dalam Nailul Authar juz 1, hal. 332].
Dalam hadist ini terdapat dalil yang menunjukan masa umunya nifas,
yaitu 40 hari dan tidak perlu diqadla, jadi jika dalam waktu lebih dari 40 hari
ibu nifas masih mengeluarkan darah itu berarti terdapat salah satu penyulit
pada
ibu
atau
bisa
disebabkan
adanya
perdarahan
yang
dapat
melahirkan
dapat
menyebabkan anemia pada ibu post partum.
Kehilangan
darah
yang
signifikan
setelah
meningkatkan risiko terjadinya anemia post partum. Anemia post partum
dapat menambah angka kematian ibu (AKI) meningkat. Jadi peran bidan
pada ibu nifas dengan anemia yaitu memberikan pendidikan kesehatan
mengenai nutrisi yang dibutuhkan ibu nifas dengan anemia sedang.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Quran surat Al Waqiah ayat
27-31:
Artinya : “Dan golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan
itu.(Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan pohon
pisang yang bersusun-susun (buahnya),dan naungan yang terbentang
luas,dan air yang mengalir terus-menerus” (Q.S Al Waqiah ayat 27:31)
Q. S Ar Rad ayat 4:
Artinya : Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan,
dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang
bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami
25
melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain
tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tandatanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.
Pisang dan kurma merupakan makanan yang mengandung zat besi
dan baik untuk menyembuhkan anemia. Pisang kaya mineral seperti kalium,
magnesium, posfor, besi dan kalsium. Pisang menyembuhkan banyak jenis
penyakit anemia (kekurangan sel darah merah, atau dalam kadar
hemoglobin penderita), memelihara keseimbangan cairan tubuh, dan
menyembuhkan penyakit-penyakit pada jantung.
Dalam kurma juga terdapat serat makanan, zat besi, dan hidrat arang,
niasin dan mineral kalsium. Kurma juga mengurangi tekanan darah. Kurma
sungguh bermanfaat bagi wanita hamil dan ibu-ibu yang menyusui secara
alami, jadi buah pisang dan kurma sangatlah bermanfaat untuk penanganan
anemia, karena didalam buah pisang dan kurma mengandung zat besi yang
baik bagi penderita anemia serta sangat berguna bagi ibu nifas dan ibu
menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahan. (2013). Jakarta: PT. Cordoba Internasional Indonesia.
Agustina, N. (2013). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas pada Ny.S usia 30 tahun
P2A0 Post partum Hari ke 3 dengan Bendungan ASI. Universitas Bandar
Lampung.
Terdapat
dalam
https://asuhankebidananpadaibunifas.wordpress.com/2013/ 09/03/postpartum-hari-ketiga-denganbendungan-asi / diakses tanggal 05 Mei 2016.
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Cetakan IX.
Ambarwati, R.E. & Wulandari, D. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Anggraeni. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar.
(2008).
Pemasangan
Infus.
Terdapat
dalam
http://yoesfeelingku.blogspot.com/2013/01/pemasangan-infus.html?m=1.
Diakses pada tanggal 29 Juni 2016
Chan.
(2013).
Asuhan
Keperawatan
Anemia.
Terdapat
asli.blogspot.co.id/2013/09/askep-anemia.html?m=1/
Diakses
tanggal 28 Juni 2016
dalam
pada
DinKes Ciamis. (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2015.
Hadist Riwayat Umi Atthiyyah RA. Kitab Shahih Muslim No.1557. Terdapat dalam
https://www.wattpad.com/590686-kumpulan-hadist-shahih-muslim/page/4.
Diakses pada tanggal 08 Mei 2016
Hadis Riwayat Abu Dawud. Kitab Huruf dan Qira’at. Terdapat dalam
https://id.m.wikibooks.org/wiki/islam/hadits_qudsi/sunan_abu_dawud/
disakses pada tanggal 08 Mei 2016
Hadis
Riwayat
Khamsah.
Kitab
Nurul
Fajri.
Terdapat
https://majelisnurulfajri.wordpress.com/hadits-rasululloh/
tanggal 08 Mei 2016
Diakses
dalam
pada
Handayani, W.D. & Haribowo, A.S. (2008). Asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Hasdiansah H.R. & Suprapto, I.S. (2014). Patologi dan Patofisiologi Penyakit.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Manuaba, I.B.G. (2007). Pengantar Kuliah Obstertri. Jakarta: EGC.
Marmi. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Masruroh. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Anemia dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Nifas di Desa
Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal . Jakarta:
Mitra
Cendikia.
Terdapat
dalam
https://hubunganpengetahuanpadaibunifas-tentanganemiia.wordpress.com/2011/ diakses tanggal 07
Mei 2016.
Nursalam. (2007). Konsep dan Penerapan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Purwoastuti, E. & Walyani, S.E. (2014). Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan, Yogyakarta: Nuha
Medika.
RSUD Kab. Ciamis 2016.
Rukiyah, Y.A., Yulianti, L. & Liana, M. (2013). Asuhan Kebidanan III (Nifas).
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Rusmiati. (2013). Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Anemia
Berkontribusi Terhadap Kebiasaan Minum Tablet Fe Selama Antenatal
Care. Jakarta: Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Terdapat
dalam
https://pengetahuan-padaibuhamil-dengananemia.wordpress.com/2013/tabletFe/ diakses tanggal 06 Mei 2016.
Saifuddin, A.B. (2009). Asuhan Kebidanan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Jakarta: Yayasan Bidan Pustaka.
Salamah. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Sari, E.P. & Rimandini, K.D. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal
Care), Jakarta: CV. Trans Info Media.
Sari, R.N. (2012). Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sipahutar, R.J. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Ny A Masa Hamil Sampai
Dengan Masa KB di Rumah Bersalin Bidan M BR Tarigan Amkeb
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Sedang. Poltekkes Kemenkes
RI Medan.
Shintaryantika. (2015). Strategi Efektif Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) Di
Indonesia. Terdapat dalam https://kesmasjember.wordpress.com/2015/
06/02/strategi-efektif-penurunan-angka-kematian-ibu-aki-di-indonesia/
diakses tanggal 05 Mei 2016.
Siviana.
(2012).
Anemia
Postpartum.
Terdapat
dalam
https://silviana1021976.wordpress.com/2012/05/29/anemia-postpartum/.
Diakses tanggal 05 Mei 2016.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Wahyuni, S. (2015). Anemia dalam Kehamilan. Terdapat dalam
https://sriwahyunimcb13.wordpress.com/2015/05/27/anemia-dalamkehamilan/. Diakses tanggal 05 Mei 2016.
Wijanarko, B. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Download