PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : PEBRUARI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. PDB Saudi Arabia tahun 2015 diperkirakan tumbuh 3,3 persen year-on-year dari 2,5 Jadwa Investment menyatakan di laporan Quarterly Oil Market Update (Q1 2015). Perkiraan tahunan tahun 2015, untuk pertumbuhan sektor minyak menjadi 1,6 persen, naik dari perkiraan sebelumnya, yaitu -0,6 persen. Pemerintah diharapkan bisa mempertahankan strategi fiskal ekspansifnya, efek harga minyak yang lebih rendah dan produksi minyak yang masih tinggi menyebabkan defisit yang lebih dalam pada anggaran fiskal. Dengan perkiraan sebesar $ 57 per barel untuk minyak mentah Saudi, dan produksi 9,8 mbpd rata-rata tahun 2015, pendapatan minyak akan turun sepertiga jika dibandingkan dengan tingkat 2014, berdasar laporan itu. Penurunan pendapatan minyak menyebabkan defisit fiskal US$ 105,86 miliar, atau 15,6 persen dari PDB pada tahun 2015. Transaksi berjalan juga menuju defisit pertama sejak tahun 1998, meskipun diharapkan hanya kecil, pada US$ 6,16 miliar, atau 3,4 persen dari PDB. " Jadwa memperkirakan utang publik naik menjadi 9,6 persen dari PDB pada akhir 2015, karena strategi pemerintah tidak lagi menggunakan cadangan devisa namun meningkatkan utang untuk membiayai defisit. Pemerintah diharapkan mengeluarkan utang sebagai bagian dari strategi pembiayaan defisit. Perubahan strategi karena Kerajaan mengambil keuntungan dari profil kredit yang solid, yang telah ditegaskan oleh lembaga pemeringkat utama. Waktu penerbitan juga sangat ideal karena tingkat utang Kerajaan masih rendah (1,6 persen dari PDB ), dan cadangan yang cukup (97 persen dari PDB), serta suku bunga rendah saat ini / lingkungan likuiditas yang tinggi. " Strategi pembiayaan baru mengurangi tekanan pada cadangan devisa sebagai alat pembiayaan defisit utama, dan pada gilirannya penerbitan utang menjadi alternatif pembiayaan yang nyaman untuk mempertahankan kebijakan fiskal ekspansif. Penerbitan utang juga memberikan kontribusi dalam kebijakan moneter yang lebih berhati-hati dengan menyediakan alat tambahan dan berguna untuk mengelola likuiditas domestik. Selanjutnya, penerbitan utang secara efektif akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan pasar modal utang di Saudi Arabia. Naiknya total pengeluaran pemerintah, karena bonus gaji yang diputuskan baru-baru ini, merupakan faktor penting dibalik mempertahankan tingkat kepercayaan yang tinggi di sektor swasta, Jadwa menambahkan. Selain itu, data ekonomi awal 2015, selama tiga bulan pertama, positif, kata Jadwa. PMI tetap di atas 55 untuk tiga bulan pertama, mencapai 60,1 pada bulan Maret 2015, dan menunjukkan pertumbuhan yang sehat di sektor swasta non-migas. Data pengeluaran konsumen dan penjualan semen menunjukkan peningkatan yang sehat pada periode yang sama tahun 2014 dan sejalan dengan atau di atas tingkat kuartal keempat. Penarikan tunai dari ATM menunjukkan lonjakan pada Pebruari 2015, mencerminkan respon yang kuat terhadap bonus gaji dua bulan. Penjualan semen naik sebesar 16 persen dan 14 persen year-on-year pada masingmasing bulan Januari dan Pebruari, sedangkan produksi baja mencapai all time high pada bulan Januari 2015. "Kami memperkirakan sektor swasta non-migas mencapai 5 persen year-on-year pada tahun 2015. Pendapatan minyak yang lebih rendah, menyebabkan posisi eksternal Kerajaan menjadi defisit. "katanya. Defisit transaksi berjalan tercatat $ 23,1 miliar, atau 3,4 persen dari PDB. Data ekspor non-migas Januari 2015, turun 9,1 persen year-on-year, terutama disebabkan permintaan eksternal yang berkurang. Harga komoditas global menurun, namun risiko tetap rendah pada tekanan inflasi eksternal Kerajaan. Bahkan, Inflasi IHK pada Kerajaan melambat dalam 2 bulan pertama 2015, dan konsisten jatuh selama 6 bulan berturut-turut mencapai 2,1 persen pada Pebruari 2015. Tren deflasi harga pangan internasional yang berkelanjutan menjadikan harga bahan makanan masih di bawah 2 persen year-on-year. Menguatnya mata uang dolar AS juga berperan dalam menambah tekanan pada biaya impor, dan akibatnya, inflasi. Sejak awal 2015, dolar AS terus menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya. Namun, jika melihat risiko kenaikan inflasi untuk sisa tahun 2015, terutama didorong tekanan inflasi dalam negeri. Suntikan likuiditas sebagai akibat dari keputusan kerajaan bulan Januari 2915 telah mendorong agregat moneter, dan cenderung berkontribusi atas inflasi lebih lanjut dalam jangka pendek. Dimana inflasi perumahan sumber utama tekanan inflasi selama 2015, karena sewa meningkat disebabkan kurangnya unit perumahan. Inflasi rata-rata 2,5 persen untuk tahun ini, Jadwa forecast. 2. Nilai ekspor Saudi Arabia US$ 3,789 miliar dibanding bulan Pebruari 2015 turun 19,91% sebesar periode yang sama tahun 2014, yang mencapai US$ 4,731 miliar. Sedangkan, nilai impor Saudi Arabia bulan Pebruari 2015 mencapai US$ 12,970 miliar dibandingkan dengan US$ 12,758 miliar, pada bulan Pebruari 2014, naik sebesar US$ 0,212 miliar, atau meningkat 1,66% dibanding bulan Pebruari 2014. 3. Adapun 5 negara terbesar tujuan ekspor Saudi Arabia bulan Pebruari 2015; yang pertama adalah Uni Emirat Arab dengan nilai total mencapai US$ 493 juta, disusul oleh Cina dengan nilai ekspor mencapai US$ 420 juta. Di posisi ketiga, India dengan nilai US$ 195 juta, kemudian Bahrain diurutan keempat dengan nilai ekspor US$ 179 juta, dan kelima adalah Singapura dengan nilai total ekspor mencapai US$ 162 juta. 4. Sedangkan, 5 besar negara asal impor Saudi Arabia bulan Pebruari 2015 adalah Cina yang mencapai US$ 2,163 miliar, kemudian Amerika Serikat senilai US$ 1,661 miliar, lalu Jepang sebesar US$ 0,750 miliar, Jerman US$ 0,741 miliar, dan Uni Emirat Arab US$ 0,698 miliar. B. Perkembangan perdagangan bilateral Indonesia dengan Saudi Arabia 1. Total perdagangan Indonesia - Saudi Arabia bulan Januari 2015 mencapai US$ 478,65 juta atau naik 1,74% dibanding tahun 2014. Pada tahun 2015, ekspor Indonesia ke Saudi Arabia mencapai US$ 163,41 juta, sedangkan impor Indonesia dari Saudi Arabia sebesar US$ 315,24 juta, sehingga Indonesia defisit sebesar US$ 151,83 juta. 2. Pada tahun 2015 impor migas Indonesia naik 1,21 % dari US$ 255,81 juta tahun 2014, menjadi US$ 258,90 juta tahun 2015. Diluar komoditi migas, neraca perdagangan Indonesia dengan Saudi Arabia terlihat cukup baik. Ekspor non migas Indonesia ke Saudi Arabia pada tahun 2015 tercatat US$ 163,41 juta, atau naik 14,02 % dibandingkan tahun 2014. Sedangkan ekspor non migas Saudi Arabia ke Indonesia tercatat US$ 56,34 juta, sehingga Indonesia mencatatkan surplus US$ 107,07 juta. 3. Produk-produk yang diekspor Indonesia ke Saudi Arabia antara lain: kendaraan bermotor, plywood, palm oil, tekstil dan produk tekstil, suku cadang kendaraan, ban mobil, mesin-mesin listrik & perlengkapannya, tungku dan perangkatnya, dan lainlain. Sedangkan produk-produk yang diekspor Saudi Arabia ke Indonesia antara lain: produk petrokimia dan plastik. C. Informasi Lainnya Berpartisipasi pada Pameran SFHH 2015. Berpartisipasi pada pameran Saudi Food Hotel & Hospitality (SFHH) 2015 yang berlangsung tanggal 13 – 16 April 2015 di kota Jeddah. Pada pameran ini, ITPC Jeddah menyewa 2 (dua) stand yang diisi oleh importir setempat, dengan memamerkan produk makanan olahan yaitu produk Kecap dan Saus merk ABC, minuman soft drink Teh kotak Sosro, Tebs dan Fruit tea. Selain ITPC Jeddah, Kementerian Pertanian dan juga Dinas Perindustrian dan Perdagangan Surabaya ikut berpartisipasi, dengan menyewa masing-masing 2 stand. Produk – produk yang dibawa berupa hasil pertanian yaitu: teh, kopi, beras dan spices seperti lada, kayu manis dan lada. Sumber : Laporan ITPC, Jeddah, Saudi Arabia, April 2015